Langkah Awal KepekaanMenata Sosial KOBARKOBARI
KOBARkobari|FirmansyahDidikP.,D.SabiliRadixRB.

2 KOBARKOBARI EDISI PESTA // XIX // Agustus 2017
Langkah Awal Menata Kepekaan Sosial Agenda Pesta 2017 berbeda dari sebelumnya, kini Social
Project diinisiasi menjadi langkah mengasah kepekaan.
Oleh: Gibran Muhammad Kampus Terpadu, KOBARkobari “Apa arti ijazah yang bertumpuk, jika kepedulian dan kepekaan tidak ikut dipupuk?” Pertanyaan yang ditujukan kepada para kaum muda terpelajar dari Najwa Shihab tersebut pasti akan menusuk tajam kepada mahasiswa yang masih diam akan sekitarnya. Hal itu juga sama seperti apa yang dirasakan oleh Indra Putra Nugraha, selaku Ketua Lembaga Eksekutif Maha siswa Universitas Islam Indonesia (LEM UII) yang merasa bahwa tingkat kepe kaan mahasiswa di UII terhadap warga sekitarnya masih begitu rendah. Sehingga Rektorat bersama dengan LEM UII sepakat untuk mengemas Pesta 2017 kali ini dengan aksi baru yaitu social project atau yang akrab dikenal dengan sospro. Melibatkan mahasiswa secara langsung untuk mengenal dan menggali informasi mengenai permasalahan apa saja yang ter jadi di sekitar menjadi cara utama dalam melakukan aksi tersebut. Bukan hal yang baru tentunya jika ciri utama masyarakat Yogyakarta memang ber srawung. Bergaul adalah arti dari kata tersebut. Nilai itu semestinya ikut tertanam, di mana dengan mengenal dan bergaul dengan warga sekitar dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat. Terutama penyelesaian masalah yang dimiliki warga desa sekitar UII yang semestinya juga menjadi perhatian. Mahasiswa tidak hanya dituntut mampu mengetahui namun juga memahami serta mencarikan solusinya. Akan sering diserukan mengenai siapa mahasiswa sejak hari ini, terlebih identitas baru yang kini disematkan pada jiwa dan tubuhnya. Apa itu mahasiswa dan bagaimana selayaknya menjadi mahasiswa. Apakah hanya mengejar IPK tinggi meski dengan cara yang kurang terhormat, atau dengan mempersingkat masa kuliahnya untuk cepat lulus tanpa perlu banyak terlibat di masyarakat. Apapun itu, bangku dan gedung kuliah kini adalah tempat yang semestinya paling layak mengasah kepekaan mereka untuk sekitarnya. Tembok tinggi yang keras harus mampu melunak kan hati dalam melihat sekelilingnya. Apa yang diperbuat menjadi sebuah bukti pengabdian bagi masyarakat. Selamat datang di kampus perjuangan, Pejuang Muda UII.
Orientasi studi dan pengenalan kam pus Universitas Islam Indonesia (UII) mengalami beberapa perubahan pada tahun ini. Selain pergantian nama dari Pe sona Ta’aruf (Pesta) UII menjadi Pekan Orientasi dan Ta’aruf Universitas Islam Indonesia (Pesta Unisi), konsep acara pun dibuat sedikit berbeda. Pada Pesta 2016 mahasiswa baru diperkenalkan ke pada aksi yang berupa demonstrasi saja, sementara pada tahun 2017 mahasiswa baru juga diperkenalkan aksi berbentuk kegiatan sosial. Bentuk kegiatan sosial yang ditambahkan untuk sekaligus meng gantikan acara bakti sosial adalah social projectPutra(sospro).Gemilang selaku Ketua Steering Commitee (SC) menjelaskan bahwa pe rubahan ini diinisiasi langsung oleh ketua Lembaga Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (LEM UII) dan rektorat, akan tetapi konsep acara disusun oleh ja jaran SC. Putra menjelaskan bahwa pada rangkaian kegiatan sospro, sekitar delapan ratus mahasiwa baru akan dipilih secara acak guna mengikuti rangkaian kegiatan. Sedangkan sisanya akan mengikuti rang kaian acara Pesta yang lain, yaitu koreo grafi pembentukan formasi logo UII. Akan tetapi, jumlah mahasiswa yang mengikuti acara sospro dapat berubah tergantung pada jumlah tetap mahasiswa baru tahun 2017.Delapan ratus mahasiswa baru yang mengikuti acara sospro rencananya akan diarahkan untuk melakukan kegiatan bersih bersih di sepuluh masjid yang ada di sekitar lingkungan UII. Selain itu, maha siswa juga akan diberikan check list infor masi yang harus didapat dari penduduk sekitar. Contohnya, informasi mengenai permasalahan yang terjadi di masjid terse but ataupun kegiatan kegiatan yang rutin dilakukan. “Sospro jika dibandingkan dengan baksos (bakti sosial –red) tahun lalu, lebih banyak memuat interaksi antara mahasiswa baru dengan warga. Kami sendiri menuntut mahasiswa baru untuk lebih komunikatif dalam berinteraksi dengan warga saat dilaksanakannya acara sospro,” jelas Indra Putra Nugraha selaku oleh ketua LEM UII. Indra juga menjelaskan bahwa pengadaan sospro ini adalah bentuk evalu asi dari kondisi mahasiswa UII saat ini. Menurutnya, mahasiswa UII yang turun ke masyarakat saat melakukan Kuliah Kerja Nyata sulit beradaptasi dengan masyara kat. Fenomena ini dinyatakan oleh Indra karena kepekaan sosial mahasiswa UII yang rendah. “Selama saya di lembaga, hanya sedikit organisasi yang memiliki desa binaan atau mengadakan acara yang lang sung turun ke masyarakat. Mereka lebih senang mengadakan acara acara yang ber temakan seni dan olahraga, seperti acara acara yang mendatangkan band,” tutur Indra.Menurut Indra, acara sospro bertu juan mengenalkan substansi atau nilai nilai yang ada di UII. Nilai nilai tersebut adalah hablum minallah, hablum minannas, dan rahmatan lil ‘alamin. Jika pada Pesta tahun tahun sebelumnya mahasiswa baru lebih banyak dikenalkan tentang sejarah UII dan tokoh tokoh nasional serta alumni yang berasal dari UII, maka pada Pesta tahun ini mahasiswa baru akan lebih diperkenal kan tentang jiwa dari UII. “Tahun tahun sebelumnya mahasiswa baru diperke nalkan tentang Mahfud MD dan di mana ia bekerja. Tahun ini selain mengenalkan Mahfud MD, kami juga ingin mengenal kan bagaimana proses terciptanya Mahfud MD. Proses tersebut adalah bagaimana mahasiswa baru mengamalkan nilai nilai UII,” papar Indra. Putra menganggap sospro sebagai salah satu langkah meningkatkan daya rangsang mahasiswa UII terhadap ke adaan masyarakat di sekelilingnya. Melalui sospro, mahasiswa akan lebih dini belajar

Mahasiswa baru Universitas Islam Indonesia 2017/2018 membersihkan salah satu kaca masjid Al-Hidayah di dusun Kimpulan dalam rangka social project, Rabu (16/08).
KOBARKOBARI EDISI PESTA // XIX // Agustus 2017 3
Reportase bersama: Novita Dwi K., Retyan Sekar N.
KOBARkobari|HanggaraBillyM.
tentang pentingnya kepekaan terhadap masyarakat melalui interaksi langsung dengan mereka. Agus juga menambahkan Agus Taufiq selaku Wakil Rektor III menyambut baik rencana pelaksanaan rangkaian acara sospro pada Pesta tahun ini. Menurut Agus, kegiatan ini sifatnya baik karena sospro menjadi bentuk tanggung jawab sosial UII kepada masyarakat sekitar. Berdasarkan beberapa pertimbangan, salah satunya adalah surat edaran rektor at tentang pelaksanaan Pesta, Agus mem benarkan bahwa pihak rektorat meminta sospro dijadikan pilot project pada tahun ini. “Yang terbesit dalam pikiran saya saat pertama kali mendengar sospro akan diadakan pada Pesta tahun ini adalah peli batan banyak orang, sehingga persentase terjadinya hal yang tidak diinginkan se makin tinggi,” tutur Agus. Ia menghendaki panitia membuat sospro menjadi kegiatan yang sederhana agar memudahkan panitia dalamIndramengawasi.menjelaskan bahwa sospro adalah salah satu bentuk kepedulian lembaga atas kepekaan mahasiswa terhadap masyarakat. Akan tetapi, kegiatan ini hanya menjadi langkah awal mahasiswa untuk dalam menanam nilainilai sosial pada dirinya. Selanjutnya, mahasiswa baru dapat terus menumbuhkan kepekaan sosial le wat kegiatan kegiatan sosial lain selama menjalani perkuliahan di UII. Muzayin Nazaruddin selaku Kepala Program Studi Komunikasi mengatakan bahwa sospro adalah langkah awal yang tepat untuk untuk menimbulkan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungannya. Meski begitu, sospro saja tidak cukup un tuk menumbuhkan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan. Kepekaan sosial akan tumbuh dengan adanya proses lan jutan yang bergantung terhadap bebera pa faktor, misalnya keberadaan kegiatan kampus yang memaksa mahasiswa untuk terjun langsung ke lapangan, teman teman sekitar, dan lingkungan kos. Muzayin berharap sospro menginisiasi UII untuk membuat desa binaan yang lokasinya dekat dengan kampus. Sejauh ini UII memiliki banyak desa binaan, na mun desadesa tersebut cukup jauh dari lingkungan kampus. Apabila desa binaan ada di dekat kampus, mahasiswa UII dapat membuat program program yang berkelanjutan sehingga masyarakat sekitar kampus dapat merasakan manfaat dari keberadaan UII nantinya.
"Kami menerima hak jawab jika ada pihak-pihak tertentu yang keberatan dengan pemberitaan KOBARkobari."

Belajar
Pada akhir Januari 2017, masyarakat di tanah air dikejutkan oleh sebuah kabar duka yang datang dari dunia pendidikan, ter lebih lagi di pendidikan tinggi. Kasus tindak kekerasan di ling kungan kampus kembali terjadi. Kali ini melibatkan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Tiga orang dari 37 peserta pendidikan dasar mahasiswa pecinta alam (diksar mapala) mening gal dunia dan 14 orang lainnya dirawat di rumah sakit, bahkan satu orang sempat masuk ruang ICU. Teriring doa bagi ketiga al marhum, semoga memperoleh tempat yang terbaik di sisi Tuhan. Seperti diketahui sebelumnya, Diksar Mapala UII Yogyakarta dilaksanakan pada tanggal 14–22 Januari 2017 di lereng selatan Gunung Lawu, Jawa Tengah. Kegiatan yang seharusnya bermuara pada keakraban antar panitia dan peserta, justru berujung maut akibat ulah pihak pihak yang tidak bertanggung jawab. Kasus pidana ini jelas merupakan preseden buruk bagi kegiatan mapala yang sebenarnya sangat positif dalam mengasah jiwa sosial yang humanis.Adabeberapa hal yang menjadikan peristiwa ini sungguh iro nis. Pasalnya, di balik peristiwa ini sebenarnya banyak prestasi Mapala Unisi–demikian nama Mapala UII Yogyakarta–yang di torehkan. Mapala Unisi dikenal tangguh dalam aksi siaga bencana, seperti Tsunami Aceh 2004, Erupsi Merapi 2010, dan Banjir Ga rut 2016. Tak hanya itu, tahun lalu Mapala Unisi menjadi satu satunya perwakilan Indonesia dan berhasil mendapatkan juara ketiga pada International Urban Search and Rescue (IUSAR) di Turki.Hal ironis lainnya adalah nama baik UII Yogyakarta sebagai salah satu universitas swasta Islam terbaik di tanah air. Pada ta hun 2013 hingga saat ini, UII punya nilai akreditasi institusi “A”. Selain pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian masyarakat, UII juga mengemban visi dakwah Islamiyah dengan semangat rahmatan lil ‘alamin. Berbagai dinamika terus bergulir terhadap perkembangan kasus ini. Rektor UII Harsoyo mengundurkan diri, disusul oleh Wakil Rektor III Abdul Jamil. Banyak pihak yang kurang setuju akan sikap tersebut, seperti mahasiswa, alumni, juga keluarga ko rban. Di hadapan civitas akademika UII hari Minggu siang (29 Januari 2017) lalu, Harsoyo sendiri memberi penjelasan bahwa pengunduran dirinya tanpa paksaan, murni bentuk tanggung ja wab moral sebagai pimpinan. Ia juga tetap mengawal penanganan kasus ini setuntas tuntasnya. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Jika melihat bebera pa poin di atas, sungguh teramat disayangkan terjadi kasus tindak kekerasan, bahkan sampai menghilangkan nyawa orang lain. Secara umum, kasus ini merupakan pukulan hebat bagi dunia pen didikan tinggi. Secara khusus, kejadian ini merupakan ujian berat bagi UII dan Mapala Unisi yang secara kelembagaan telah dibekukan sampai batas waktu yang tak ditentukan. Menurut hemat penulis, setidaknya terdapat empat hal penting yang bisa diambil sebagaiPertama,pelajaran.kitamelihat bahwa meski sedang diuji, profesionalisme UII patut diapresiasi. Keterbukaan kerja sama dengan selu ruh pihak menjadi wujud komitmen penuh UII demi mengung kap kebenaran di balik kasus ini. Hal ini tampak dari dibentuknya tim investigasi internal, serta pendampingan kepada peserta dan panitia diksar. Salah satu puncaknya, pada tanggal 30 Januari 2017, dua oknum panitia ditetapkan tersangka oleh Polres Karangan yar. Tidak berhenti di situ, pada tanggal 7 Februari 2017, sejumlah panitia diksar dijatuhi sanksi berat dan ringan melalui keputusan Rapat Senat UII. Sanksi berat berupa dikeluarkan sebagai maha siswa, sedangkan sanksi ringan yakni skorsing selama dua hingga tiga semester. UII kembali menunjukkan profesionalisme dengan tidak akan melakukan publikasi identitas mahasiswa yang ber sangkutan supaya tidak menganggu proses hukum di kepolisian. Kedua, kita tidak bisa menutup mata bahwa kekerasan di per guruan tinggi masih terus terjadi. Tidak hanya di sekolah kedina san, tetapi juga di universitas (sekolah yang terdiri dari sejum lah fakultas). Jika diperhatikan, polanya serupa, yaitu senioritas. Formatnya saja yang berbeda di mana tindak kekerasan di sini dilakukan oleh oknum dalam bentuk hukuman yang diberlaku kan karena peserta melanggar peraturan atau tidak taat pada instruksi panitia diksar. Berkaitan dengan hal tersebut, senior di kampus sebaiknya memberi teladan, bukan sok berkuasa dengan arogan. Berbicara tentang diksar, adalah benar bahwa peserta dilatih untuk me miliki fisik dan mental kuat. Adalah benar bahwa peserta perlu diberi wawasan, semangat juang, dan dilatih kebersamaan, akan tetapi bisa dilakukan bukan dengan tindak kekerasan. Standar operasional prosedur bisa menyesuaikan, namun tak juga lantas berlebihan.Ketiga,kita menyadari bahwa secara tidak langsung pekerjaan rumah yang dimiliki oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pen didikan Tinggi, bertambah satu lagi. Kementerian ini tidak hanya mengurusi persoalan akreditasi perguruan tinggi, rasio dosen dan mahasiswa, dan publikasi karya ilmiah semata, tetapi juga aktivitas kemahasiswaan supaya terhindar dari tindak kekerasan. Walaupun tidak bertanggung jawab dengan tindak kekerasan di sekolah kedinasan, tindak kekerasan di universitas tetap menjadi ranah kementerian ini. Keempat, kita mengetahui bahwa hari ini masih ada sosok pemimpin yang santun dan merakyat. Dalam keseharian sebagai
Oleh: Ahmad Satria Budiman *) dari Kasus Mapala UII Yogyakarta
4 KOBARKOBARI EDISI PESTA // XIX // Agustus 2017

*Alumnus Teknik Kimia UII 2009 Redaktur Pelaksana LPM Himmah UII 2012-2013 Ketua Panitia Diksar Relawan RZ Palembang 2016
Menurut saya, kepekaan sosial mahasiswa UII luar biasa. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya mahasiswa yang ikut organisasi untuk menggali softskill. Bahkan banyak bermunculan kelompok yang bergerak di bidang pengabdian kepada masyarakat. Baik skala besar maupun kecil yang bergerak di berbagai kegiatan, misalnya pelatihan maupun bantuan materiil, seperti bakti desa dan donasi kemanusiaan. Wahyu Sriyono, Ilmu Kimia 2015 Menurut saya kepekaan mahasiswa UII masih kurang. Ke giatan sosial hanya dilakukan di waktu waktu tertentu seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN). Tapi sebelum dan setelah KKN tidak ada kegiatan sosial. Andika Sulistyawan G., Teknik Elektro 2012 Saya tidak tahu kepekaan sosial mahasiswa UII secara umum. Tapi saya lihat, teman teman saya memiliki tingkat kepekaan so sial yang baik. Hal itu ditunjukkan di lingkungan masyarakat tempat tinggal saya. Beberapa dari mereka bersedia ikut kegiatan ke giatan sosial seperti mengajari mengaji dan menjadi muazin. Ada juga seorang teman yang membuat program untuk menyum bangkan pendapatannya selama 1 bulan untuk Palestina. Subektiningsih, Magister Teknik Informatika 2015Muhammad Alfiansyah, Teknik Kimia 2012
KOBARKOBARI EDISI PESTA // XIX // Agustus 2017 5 Peran mahasiswa di sekitar kampus sudah cukup baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Banyak kegiatan sosial yang dilaksanakan. Contohnya, di Fakultas Teknologi Industri sendiri terdapat program Student Social Development di mana mahasiswa dituntut mengadakan kegiatan sosial di sekitar ma syarakat, salah satu contohnya pelatihan membuat hidroponik. t Dewan Redaksi: Nurcholis Ainul R. T., Fahmi Ahmad B. Sekretaris Umum: Novita Dwi K. Bendahara Umum: Al-Aina Radiyah Pemimpin Redaksi: Retyan Sekar. Sekretaris Redaksi: Dian Indriyani. Redaktur Pelaksana: Adilia Tri H., Rabiatul Adawiyah. Redaktur Foto: Danca Prima R Redaktur Artistik: Tsania Faza. Staf Redaksi: Fatimah Intan K., Regita Amelia C., Nuraini Ika. Fotografi: Wean Guspa U., RB. Radix Sabili D. P., Hanifah Puja P. Penelitian dan Pustaka: Fauzi Farid M., Nur Al Farizi. Rancang Grafis: Didik Firmansyah, Herpan Sagita. Perusahaan: Haninda Lutfiana U., Amalia Ratna P. PSDM: Nurcholis Ma’arif. Jaringan Kerja: Nalendra Ezra A., Zikra Wahyudi. Magang: Dyan Agung M., M. Nadhif Fuadi, T. Irfan Megat W., Kusumo Aji Surya H., Yuniar Nurfitriya, Imroatun Nur M., Ardi Prayudha. A., Nilda Aulida, Priscilla Harviana D., Sella Yuniar, Nita Lutfiana Heryana, M. Izam Ghali, Audy M. Lanta, Ika Pratiwi I. Y., Ridho Ardiansyah, Muhammad Reski, Afandi, M. Adam Mubarok, Muhammad Farid H., Dinda Tri Lestari, Adjie Hari S., Sonny Saputra, Ilham Akbar, Muhtadi Wibowo, Sarach Respilia S., Ifa Zulkurnaini, Niken Caesanda Rizqi, Zulfa Rahmaniati, Danny Sasmito Ajie, Hana Maulina S., Arif Mulyo Darmawan, Siti Fauziah W. N., Ridwan Fariz M., M. Billy Hanggara, Danang Nur H., Dian M. Gibran, A. Muhammad Hasan., M. Yusuf Alfrian, Sri Rubiati, Thesa Putri W. Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa HIMMAH Universitas Islam Indonesia. Alamat Redaksi: Jln. Cik di Tiro No.1 Jogjakarta. Telp (0274) 3055069, 087809716650 (Haninda Lutfiana U., Iklan/Perusahaan). Saran dan kritik melalui email: lpmhimmah@gmail.com, http://lpmhimmahuii.org.
pimpinan, Harsoyo dikenal tidak menjaga jarak dengan maha siswa dan selalu terbuka untuk berdiskusi di mana saja. Ia senantiasa menyempatkan diri untuk salat berjamaah di masjid. Har soyo diangkat menjadi Rektor UII pada tanggal 02 Januari 2014. Bahkan namanya kala itu berada di luar radar bakal calon rektor. Harsoyo mengajarkan bahwa tanggung jawab kepemimpinan bukan hanya di dunia, melainkan juga di akhirat. Semoga kasus ini bisa menjadi pelajaran berharga, bagi perguruan tinggi se Indonesia dalam meningkatkan pengawasan pada kegiatan mahasiswa serta bagi UII sendiri dalam melakukan pembenahan menuju pencapaian lebih baik di masa mendatang. Dan secara personal, penulis berharap agar kasus ini adalah yang pertama dan yang terakhir bagi almamater tercinta.

6 KOBARKOBARI EDISI PESTA // XIX // Agustus 2017 Antrian Jamaah Co Card Peserta Detail Kerja Bersama RB. Radix Sabili D. P. | KOBARkobari RB. Radix Sabili D. P. | KOBARkobari M. Billy Hanggara | KOBARkobari M. Billy Hanggara | KOBARkobari





SocialPestaProjectUNISI2017
Angkat Karpet M. Billy Hanggara | KOBARkobari
KOBARKOBARI EDISI PESTA // XIX // Agustus 2017 7
“Sapu, dong!” Pinta salah seorang kepada temannya di daerah Kimpulan.“Tolong pinjam kursi!” Pinta seorang yang lain kepada rekan nya yang memakai korsa bertuliskan Lembaga Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (LEM UII). Temannya sedang duduk pada sebuah kursi yang kemudian dipakai untuk alat bantu membersihkan jendela masjid. Beberapa orang sedang mengepel lantai, sedangkan yang lain membersihkan rak Alquran memakai kemoceng.Namabangunannya Masjid Al Hidayah. Beberapa orang yang berkegiatan di masjid tersebut juga menggunakan baju putih dan co-card bertuliskan nama, jurusan, jamaah, dan motto, tanda bah wa mereka adalah mahasiswa/i baru UII 2017/2018. Hari itu, Rabu, 16 Agustus 2017 memang para mahasiswa/i baru sedang mengikuti agenda social project atau yang lebih dike nal dengan sebutan sospro. Sospro merupakan agenda baru dari Pesta Unisi 2017 yang berlangsung dari tanggal 16, 18, dan 19 Agustus 2017. Dalam agenda ini, mahasiswa/i baru turut mem bersihkan masjid dan area sekitarnya dengan radius 30 meter dari masjid. Narasi oleh: Muhammad Billy H.

Oleh: A. Muhammad Hasan Kampus Terpadu, KOBARkobari Muhammad Rasyid Ridho, Ketua Lembaga Eksekutif Mahasiswa FH (LEM FH), juga sependapat dengan adanya MM. Menurutnya, MM penting dibentuk demi terjaganya stabilitas sistem pemerintahan di KM UII. “Perlu ada pembagian kekua saan yang menganut sistem trias-politica,” ungkapRasyidRasyid.melanjutkan bahwa saat ini DPM UII seperti lembaga adikuasa karena mempunyai tiga fungsi. Pertama, ekseku tif di mana DPM UII dapat membentuk badan badan atau tim kerja baru. Kedua, legislatif di mana DPM UII dapat merubah PDKM UII. Ketiga yudikatif di mana DPM UII dapat memutuskan perkara yang ada di KMAdapunUII. ide MM yang diusulkan oleh keduanya, Rasyid mengungkapkan, bahwa usulan tersebut sebenarnya sempat di usulkan oleh Harry Setya Nugraha, ketua LEM FH tahun 2014/2015. Namun, ketika tim KOBARKobari mencoba melakukan konfirmasi kepada Harry, ia mengelak pernah mengusulkan adanya MM di KM UII. “Itu bukan gagasan saya. Saya secara pribadi pun tidak sepakat dengan ide itu,” ungkapnya.Menurut Harry pembentukan MM bu kanlah sesuatu yang urgen dalam sistem SG di KM UII. Selain itu, menurutnya juga ada ketidakjelasan tugas pokok dan fungsi dari MM. “Karena nanti apa yang akan menjadi tugas pokok dan fungsi dari MM ini? Lalu juga apakah nanti MM adalah lem baga adhoc atau tetap?” Terkait perbaikan sistem SG yang ada di KM UII, Harry justru mengusulkan adanya mekanisme impeachment atau pemberhentian yang diatur dalam PDKM. Mekanisme itu nantinya dapat dilakukan oleh DPM F terhadap DPM UII. Impeach ment oleh DPM F menurutnya logis di lakukan di KM UII. Pasalnya, DPM UII adalah representasi mahasiswa yang ada di fakultas. “Satu kekuasaan dewan mahasiswa tingkat unversitas sama dengan se luruh kekuatan dewan mahasiswa di level fakultas,” katanya.
Usulannya tersebut muncul karena tidak adanya mekanisme check and balance yang baik di dalam KM UII saat ini. Karenanya menurut Harry, sistem student government yang ada di UII masih berja lan dengan setengah hati. Pasalnya apabila ditinjau dari PDKM, satu satunya cara ma hasiswa untuk memantau DPM UII adalah melalui Forum Aspirasi dan Laporan Ki nerja (Forlaslak). Namun menurut Harry, mekanisme itu saat ini tidak berjalan maksimal.Akibatnya, mekanisme check and balance antar lembaga di sistem SG belum berjalan secara maksimal. Dengan kata lain, lanjut Harry, tata pemerintahan yang ada di KM UII masih berjalan setengah hati. Harry berharap, ke depannya me kanisme pemantauan DPM UII oleh ma hasiswa dapat berjalan secara maksimal. Harry mencontohkan salah satu kasus minimnya mekanisme check and balance yang ada di KM UII pada kasus mening galnya tiga orang mahasiswa UII saat melakukan kegiatan pendidikan dasar Ma pala Unisi. “Waktu itu kan, Ketua DPM UII seperti merasa tidak bertanggung jawab, dan muncul mosi tidak percaya terhadap DPM UII. Nah, harusnya DPM UII mundur dengan adanya mosi tidak percaya tersebut.”Perihal pernyataan Harry terkait per tanggungjawaban ketua DPM UII tersebut, tim KOBARKobari mencoba menghubungi Muhammad Petra, Ketua DPM UII. Namun kami tak mendapat jawaban darinya. Kami juga coba menghubungi Dindha Bayu Ar diansyah, Sekretaris Jenderal DPM UII, untuk melakukan wawancara. Tapi, kepada tim KOBARKobari ia mengatakan belum bisa diwawancarai sampai berita ini terbit. MM sendiri pada dasarnya bukanlah hal baru di sistem pemerintahan maha siswa. Universitas Indonesia (UI) adalah satu di antara beberapa perguruan tinggi lain yang telah mengimplementasikan MM. Di UI, mengacu pada portal mahka mahmahasiswa.ui.ac.id yang tim KOBARKo bari akses pada 12 Agustus 2017, lahirnya
Peristiwa meninggalnya tiga orang ma hasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) pada kegiatan pendidikan dasar Maha siswa Pecinta Alam Unisi (Mapala Unisi) memicu munculnya perdebatan terkait perbaikan sistem yang ada di Keluarga Mahasiswa UII (KM UII). Perdebatan ini mencuat akibat lambannya respons De wan Permusyawaratan Mahasiswa UII (DPM UII) memberikan sikap terkait ka sus Mapala BeberapaUnisi.ide mencuat. Misalnya saja ide untuk membentuk lembaga yudikatif yang direpresentasikan dalam bentuk Mahkamah Mahasiswa (MM). Agus Mau lidi, Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Hukum (DPM FH), salah satu orang yang mengusulkan ide ini menutur kan bahwa kekuasaan yang dipegang DPM UII saat ini terlalu besar. Menurut Agus, penguasa tidak boleh menjalankan sistem kekuasaannya secara absolut, karena di mana pun kekuasaan cenderung korup. Maka dari itu, kekuasaan harus dibatasi. Kekuasaan yang dimiliki oleh DPM UII sekarang, menurut Agus, telah me nimbulkan kesewenang wenangan. DPM UII menurutnya juga anti terhadap kritik kritik yang ada. KM UII juga mempunyai Peraturan Dasar Keluarga Mahasiswa (PDKM) yang kerap diubah demi kepen tingan DPM UII sendiri. “Harus ada aturan yang membatasi kekuasaan DPM UII,” lanjutnya. Pembatasan yang dimaksud Agus adalah pembatasan secara yuridis dan legal. Agus mengusulkan adanya pembentukan lembaga yudikatif yang berwujud MM. Ia melanjutkan bahwa adanya lembaga ini bertujuan agar penegakkan aturan di dalam PDKM akan lebih maksimal. Agus melanjutkan bahwa yang dibutuhkan untuk mewujudkan pembentukan MM adalah kehendak dari DPM UII.
8 KOBARKOBARI EDISI PESTA // XIX // Agustus 2017
“Selama DPM UII menghendaki pembentukan MM, maka terbentuklah lembaga tersebut.”
Upaya KM UII Berbenah Diri
Dirundung berbagai persoalan, usulan perbaikan KM UII bermunculan. Di antaranya perbaikan sistem pemerintahan dan keuangan.
KOBARKOBARI EDISI PESTA // XIX // Agustus 2017 9
MM di UI bermula dari kebutuhan akan adanya lembaga yudikatif yang independen dalam memutuskan sengketa yang terjadi di KM UI. Sebelumnya wewenang tesebut dipegang oleh DPM UI. MM UI berkedudukan sebagai penyelenggara yudikatif level tertinggi dan sejajar dengan lembaga lembaga kemaha siswaan lainnya. Ia juga independen dan tidak boleh ada campur tangan dalam tugas dan wewenangnya sebagai lembaga kehakiman. Hal ini demi menjaga keluwesan serta kemerdekaan dalam mengawasi mekanisme kinerja lembaga yang lainnya.
Tugas dari MM UI sendiri adalah untuk melakukan interpretasi terhadap perun dang undangan Keluarga Mahasiswa ber dasarkan data dan informasi yang diperlu kan jika terjadi konflik pemahaman antar lembaga. MM UI juga berhak mengadili suatu lembaga atapun perseorangan yang telah melanggar PDKM. Salah satu contoh persoalan yang diputuskan oleh MM UI adalah permo honan hasil Uji Kelayakan dan Kepatutan (UKK) Majelis Wali Amanat UI Unsur Ma hasiswa 2014, seperti yang dilansir dari suaramahasiswa.com
Implikasi dari tidak adanya standari sasi laporan keuangan tersebut, DPM UII secara esensi sebenarnya belum menerapkan laporan pengelolaan keuangan yang transparan. Misalnya saja dalam ka sus pengelolaan dana abadi yang dimiliki oleh KM UII. Menurut Yusuf, model pengelolaan keuangan yang belum strategis membuat keberadaan dana abadi tidak jelas.“Kebijakan menumpuk dana ini dirasa tidak terlalu efektif dalam kebijakannya, dikarenakan dana tersebut lebih baik di alokasikan ke lain lain. Jika ada kebijakan penumpukan dana, pastinya harus dijabar kan fungsi kebijakan tersebut secara ter buka,”Yusuflanjutnya.menilai perlu adanya kebijakan konkret untuk mendukung perbaikan jangka panjang KM UII dari sisi keuangan dan non keuangan. Misalnya saja dengan adanya publikasi laporan pertanggung jawaban secara terbuka. Menurutnya, pelaporan kinerja DPM UII harus menjadi tanggung jawab moral dan etis bagi DPM UII, bukan hanya sebuah formalitas. Selain itu, dalam wawancaranya dengan tim KOBARKobari, Yusuf juga mengusulkan dibentuknya tiga badan kerja. Pertama, badan audit yang berfungsi melakukan pengawasan keuangan di dalam lingkup KM UII. Kedua, badan pengelola aset yang berfungsi sebagai badan usaha KM UII. Badan ini bertujuan untuk menyumbang sumber pendanaan alternatif bagi KM UII. Ketiga, badan investigatif yang berfungsi untuk mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan masalah masalah di dalam KM UII. Fero Juliando Saputra, Ketua Komisi 3 DPM UII, yang bertugas mengelola keuangan KM UII, kepada tim KOBAR Kobari mengakui bahwa dalam laporan keuangan yang selama ini dilaporkan pada KM UII, memiliki banyak kelonggaran. Kemudian mencoba mengomentari persoalan standarisasi laporan keuangan yang dipaparkan Yusuf, Fero mengung kapkan bahwa standar laporan keuangan sudah ada, namun itu dalam proses pelaporan keuangan dari setiap lembaga di KM UII kepada DPM UII. “Jadi secara ad ministrasi hanya dapat dilihat dari kegu naan dana yang telah dicairkan terhadap seluruh lembaga. Lalu komisi 3 DPM UII bertugas melakukan cross check laporan laporan yang ada,” katanya.
Perbaikan Sistem Keuangan Selain permasalahan dalam lingkup sistem pemerintahan, sistem keuangan yang ada di KM UII juga menjadi sorotan. Hal itu dipaparkan oleh Muhammad Yu suf, mahasiswa Fakultas Ekonomi jurusan akuntansi 2013. Dalam opininya, “Masih Relevankah Lembaga Mahasiswa?” yang dipublikasikan di lpmhimmahuii.org. Yu suf menuturkan bahwa sistem pelaporan keuangan yang ada di KM UII bermasalah. Masalah itu muncul lantaran tidak adanya standarisasi laporan keuangan yang dilaporkan oleh DPM UII maupun lembaga lembaga lainnya di bawah DPM UII.
Temuan audit laporan keuangan DPM DetailUII.lebih lengkap bisa dilihat pada bit.ly/auditdpmuiilaman


Ia mengungkapkan bahwa sistem SG di KM UII sebenarnya sudah ideal di mana lembaga kemahasiswaan menjadi lembaga yang independen dari campur tangan pihak manapun dalam struktur kelem bagaannya. Tapi, meski secara struktur memiliki independensi, Indra merasa masih ada pembatasan yang dilakukan pihak rektorat.Kepada tim KOBARKobari, Indra kem bali merefleksikan tragedi pendidikan dasar Mapala Unisi. Menurutnya, kasus ini meletupkan intervensi dari pihak rektorat kepada KM UII. Namun, meski melakukan kritik itu, Indra juga mengakui kurangnya profesionalitas KM UII, dalam hal ini DPM UII, ketika menghadapi kasus Mapala Uni si. Hal ini berimplikasi pada tidak maksi malnya penuntasan kasus Mapala Unisi. Selain independensi, Indra juga menilai kurang maksimalnya SG dalam proses kaderisasi. Ia mengacu pada proses pe milihan calon legislatif (caleg) universitas. Menurutnya, KM UII kerap memilih caleg tanpa mengetahui latar belakang kinerja masing masing caleg. “Jadi hanya sebatas kenal,”Indraungkapnya.melanjutkan bahwa KM UII per lu melakukan evaluasi sistem pemilihan yang ada. Tujuannya agar caleg caleg yang terpilih memiliki latar belakang kinerja yangDalambaik. tataran sistem pemerintahan, Indra sepakat dengan pembentukan MM. Tapi ia belum yakin sistem ini dapat berja lan maksimal. Misalnya saja dengan sistem pemilihan hakim dalam mengimplementa sikan tugas tugas MM. “Kalau belum ada yang berpengalaman bagaimana?” Menurutnya pengalaman sangat penting untuk menjalankan MM. Sistem terse but menurutnya akan gagal apabila yang menjadi seorang hakim yang terlalu poli tis. Apalagi ditambah dengan banyaknya kekurangan di dalam birokrasi KM UII. DPM UII Tidak Akomodatif Menyoal usulan usulan terkait perbai kan sistem SG di UII, tim KOBARKobari juga mewawancari Agus Taufiq, Wakil Rektor 3 bidang Kemahasiswaan. Ia me nilai memang harus ada perbaikan di dalam KM UII terkait sistem SG UII. Hal ini menurutnya menjadi vital agar sistem di KM UII menjadi lebih baik. Ia berharap KM UII melakukan kajiankajian untuk memperbaiki sistem yang ada saat ini. Hal terpenting bagi Agus yang harus diterapkan oleh KM UII adalah, adanya sistem yang akomodatif bagi semua pihak yang terlibat dalam SG KM UII. “Sistem itu semestinya dapat menampung dan bisa mengakomodasi semua usul yang terlibat di dalam sistem itu.” Terkait usulan usulan perubahan tata kelola di KM UII, tim KOBARKobari juga sempat mewawancarai Ridho Haga Pratama, mahasiswa Program Studi Manajemen yang sedang melakukan penelitian tentang proses demokratisasi organisasi di KM UII saat Menurutnya,ini.respon anggota KM UII terhadap persoalan yang terjadi di KM UII dengan meningkatkan pengawasan, terlebih pasca tragedi Mapala Unisi, sudah bisa diprediksi. “Jadi kalau mengacu pada ilmu manajemen, adanya penguatan sistem pengawasan setelah terjadinya kegagalan sistem itu sudah hal umum,” katanya. Tapi menurut Ridho, jangan sampai penguatan sistem pengawasan itu membatasi atau menghalangi anggota KM UII untuk berdaya. Hal ini mengacu pada penelitian yang dia lakukan. Menurutnya banyak anggota KM UII yang mengeluh lantaran rumitnya birokrasi yang ada di KM“BanyakUII. mahasiswa yang mengeluh tentang regulasi. Regulasi regulasi itu se benarnya menurut saya tidak penting. Banyak mahasiswa juga yang merasa tidak puas dengan verifikasi yang dilakukan oleh DPM,”Ridholanjutnya.juga mengutip keluhan yang sempat dipaparkan Ibrahim Malik, maha siswa Program Studi Arsitektur pada saat diskusi yang dilaksanakan LEM UII pada 21 Maret 2017 dengan tajuk, “KM UII Mau Dibawa Kemana?” Menurut Ridho, kelu han yang dipaparkan oleh Ibrahim Malik terkait sulitnya birokrasi yang terjadi KM UII adalah satu di antara sekian banyak keluhan soal birokrasi yang berbelit belit. Karena persoalan tersebut, “Malah banyak mahasiswa yang enggak ambil uangnya di Himpunan Mahasiswa Jurusan, karena ri bet,”Portalkatanya.lpmhimmahuii.org pada 23 Ma ret 2017 juga sempat menerbitkan pem beritaan terkait diskusi tersebut. Ibrahim dalam paparannya yang sempat dikutip mengungkapkan, “Agar KM UII kembali memiliki daya tawar di hadapan maha siswa, KM UII perlu menjadikan SG yang awalnya Close Government menjadi Open Government sehingga mahasiswa dapat memberikan aspirasi mereka sendiri,” un gkapRidhoIbrahim.yang sepakat dengan ucapan Ibrahim tersebut melanjutkan bahwa KM UII perlu akomodatif terhadap minat ma hasiswa untuk bebas berkreasi. “Ketika orang itu sudah bisa menentukan nasib hidupnya, itu sudah berdaya. Artinya mahasiswa sebenarnya memiliki otonomi karena dapat mengaktualisasikan gagasan nya sendiri,” Kemudianujarnya.Ridho juga melanjutkan bahwa otonomi adalah hal yang penting bagi mahasiswa. “Dengan otonom kita mampu dengan optimal mengakomodasi gagasan mahasiswa,” katanya.
Reportase bersama: Ika Pratiwi I.Y., Al-Aina Radiyah, Audy M. Lanta
Menyoal laporan keuangan DPM UII yang buruk, Fero mengungkapkan bahwa Komisi 3 DPM UII telah melakukan audit ulang. Saat ini, Fero mengatakan bahwa komisi 3 telah melengkapi notanota yang dirasa perlu dilengkapi guna transparasi terhadap KM UII. “Mungkin di akhir peri ode akan kita jabarkan di sana,” janjinya.
Jika sebelumnya gagasangagasan yang dipaparkan untuk perbaikan KM UII bergulir di tataran praktis, Indra Putra Nugraha, Ketua LEM UII punya pandangan yang lebih mendasar terkait permasalahan yang ada di KM UII.
Soaljelas.laporan keuangan yang dilapor kan DPM UII pada Forlaslak tanggal 14 Juni 2017, Yusuf dan timnya juga berini siatif membuat audit laporan keuangan DPM UII secara mandiri. Pada hasil audit yang tim KOBARKobari terima tersebut, hasilnya menyebutkan bahwa laporan keuangan DPM UII Tidak Wajar. Hasil ini didapatkan lantaran, “Masih adanya resiko pengendalian atas pengelo laan keuangan di lembaga internal lembaga DPM UII seperti inefisiensi hingga peng gelapan aset.” Pertimbangan dari hasil itu diambil karena proses pelaporan yang dilakukan oleh DPM UII masih terdapat beberapa faktor yang belum terpenuhi. Pertama, nota faktur yang tidak ter lampir dalam penyusunan laporan keuangan. Kedua, tidak adanya surat permintaan penurunan dana. Ketiga, belum adanya standarisasi format pelaporan jurnal. Ke empat, model format pelaporan yang sulit untuk dibaca dan dipahami.
Fero juga sempat mengeluh. Ia merasa pada periode sebelumnya juga banyak kelonggaran. Tapi KM UII tak mengkritisi laporan keuangan tersebut secara ketat. “Sangat berbeda sekali dengan periode kami,”Salahungkapnya.satucontoh ketatnya penga wasan keuangan terhadap DPM UII ter jadi di Forlaslak yang dilaksanakan pada 14 Juni 2017. Saat itu, anggota KM UII melihat bahwa laporan keuangan yang di paparkan oleh komisi 3 DPM UII buruk karena tidak menampilkan lampiran lam piran keuangan seperti nota. Selain itu, di dalam laporan keuangan yang dipaparkan komisi 3, tidak menampilkan debit kredit secara
10 KOBARKOBARI EDISI PESTA // XIX // Agustus 2017
Putih, Warna Kekekalan Efek Rumah Kaca
Artis: Efek Rumah Kaca Judul Lagu: Putih Album: Sinestesia Genre: Indie rock/other Label: Demajors
bak pertama memiliki tempo musik yang cenderung lamban. Ketukan drum yang pelan, diiringi suara bass yang tebal serta diselingi petikan gitar yang pelan menjadikan Tiada terasa sendu dan hikmat. Terdapat hal yang jarang ditemui pada lagu lain di dalam lagu ini. Pada lagu ini, terutama pada babak Tiada dinyanyikan, lirik Tiada itu sendiri juga ikut dibacakan. Dalam lagu Tiada ini, ERK menggunakan sudut pandang orang pertama. Disini ERK seperti ingin memberikan efek yang dalam kepada pendengar. Seakan ingin mengajak kita untuk mendengarkan langsung dari orang yang mengalami pengalaman akan kematian.Halyang jarang ditemui lainnya yaitu, terdapat backing vocal yang melafadzkan kalimat La Illaha Ilallah. Bukan menjadi hal yang negatif, justru hal tersebut menjadi sebuah penguat dari maksud yang ingin digambarkan pada lagu ini. Hal tersebut menjadikan pengalaman mendengarkan musik yang berbeda. Mendekati akhir dari babak ini, ERK men coba memberi penegasan bahwa kematian adalah awal dari kehidupan yang kekal melalui lirik,“Dan kematian, awal kekekal an. karena kematian untuk ke hidupan tanpa kematian.” Sebuah Kelahiran Setelah mendengarkan “re nungan” atas kematian di babak pertama, melalui lagu berjudul Ada, Cholil Mahmud cs menceritakan proses berikutnya dari kematian. Pada babak kedua ini, lirik lirik yang dinyanyikan lebih menggambarkan sebuah kelahiran. Di sini, ERK ingin menjelaskan bahwa kematian seraya dengan menanam suatu tumbuhan. Adanya kematian akan diikuti dengan sebuah kelahiran yang baru. Misal nya pada penggalan lirik, “Lalu pecah tangis bayi seperti kata wiji Disebar biji-biji Disemai menjadi api.” Kemudian dalam penggalan lirik yang lain, ERK menggambarkan hidup yang cu kup realistis. Seperti pada penggalan lirik, “Hingga kan datang ketakutan Menjaga keterusterangan Dalam lapar dan kenyang Dalam gelap dan terang.” Secara keseluruhan lagu Putih me miliki kualitas yang cukup kaya. Dilihat dari musiknya ERK mampu memberikan suasana yang sesuai dengan lirik yang dinyanyikan. Suasana hikmat, haru, dan ba hagia mampu digambarkan dengan apik oleh ERK. Serta liriklirik yang dinyanyikan tidak terdengar klise dan naïf. Lirik liriknya terasa segar, realistis dan jelas. Sehingga baik dari segi musikalitas dan liriknya, gambaran yang diberikan terlihat nyata. Putih bukanlah lagu religi, na mun jika harus dibandingkan dengan lagu religi yang lain, lagu ini memiliki level yang berbeda dengan lagu religi yang lain.
Dijelaskan dalam Al Quran surat An Nahl ayat 61, bahwa kembali pada sang Pencipta adalah sebuah kepastian. Kita tidak bisa mendahului atau pun memundurkannya. Pada dasarnya kematian bukanlah akhir, melainkan sebuah awal menuju suatu keabadian. Na mun pernahkah kita berfikir bagaimana kematian terjadi? Agaknya Cholil Mahmud cs ingin memberikan salah satu sudut pandang tentang seperti apa kematian itu, lewat lagu nya yang berjudul Putih. Cholil Mahmud (vocal, gitar) bersama dengan Adrian Yunan (vocal), Akbar Bagus Sudibyo (drum), dan Poppie Airil (bass) ter gabung dalam grup band alter native rock, Efek Rumah Kaca (ERK).Lagu yang berdurasi 09.48 menit ini terbagi dalam dua babak. Babak pertama berjudul Tiada dan babak kedua berjudul Ada. Lirik pada judul Tiada lebih kepada menceritakan perjalanan manusia ketika meninggal, bagaimana akhir dari perjalanan hidup manusia. Sedangkan lirik Ada menceritakan sebuah kelahiran, muncul nya sebuah harapan yang baru. Dilansir dari website pribadi ERK, awal munculnya ide tentang Tiada merupakan hasil perbincangan bersama salah satu teman mereka. Namun sayang di tengah proyek tersebut temannya tidak bisa melanjutkan karena meninggal.
Dari segi lirik, pada babak pertama ini ERK mencoba menggambarkan tradisi atau kebiasaan sebagian masyarakat di In donesia ketika ada seseorang meninggal. Lirik yang dinyanyikan mampu memberi kan gambaran yang cukup detail tentang bagaimana seseorang meninggal.
KOBARKOBARI EDISI PESTA // XIX // Agustus 2017 11
Mulai dari prosesi dan biaya pemakaman, suasana haru ketika tahlillan, bahkan mobil ambulans yang sedang kebut kebutan juga tidak luput digambarkan dalam lirik lagu Tiada ini. Secara musikalitas, ba
Oleh: Nalendra Ezra


12 KOBARKOBARI EDISI PESTA // XIX // Agustus 2017

