Buletin KOBARKobari Edisi PESTA/XVIII/Agustus 2016 - Kenaikan Biaya Kuliah 10% Dianggap Kurang

Page 1

Kenaikan Biaya Kuliah Dianggap10%Kurang KOBARKOBARI

Di samping karena inflasi dan kebutu han mahasiswa yang meningkat, Fery menyinggung terkait akreditasi universitas

Oleh: Nuraini Ika Kampus Terpadu, KOBARkobari

Biaya kuliah tiap tahun semakin ma hal. Di Universitas Islam Indonesia (UII) pun demikian. Tahun ini mengalami kenaikan sebesar 10% untuk rata-rata keseluruhan biaya. Alasannya dari in flasi, akreditasi, sampai pembangunan. Ditambah lagi UII sedang gencar-gen carnya mengejar reputasi bukan hanya di kancah nasional, tapi juga interna sional. Target seperti akreditasi, QS Stars, Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS), dan lainnya pun dikejar dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Demikian merupakan penyebab yang mengharuskan UII menaikan bi aya kuliahnya, dan bisa diprediksi untuk tahun-tahun ke depan kenaikan biaya kuliah untuk mahasiswa baru akan terus terjadi. Calon mahasiswa golongan menengah ke atas yang terjamin pen didikannya mungkin akan senang den gan reputasi yang dibangga-banggakan. Namun, adakah komitmen kampus UII yang terjangkau bagi golongan menen gah ke bawah untuk saat ini? Sulit rasanya membayangkan kampus UII sebagai kampus yang ter jangkau bagi golongan menengah ke bawah. Kampus yang dicita-citakan para pendirinya sebagai kampus yang rahmatan lil alamin bukan rahmatan lil ghoniyyin. Apalagi kalau bicara idealnya sebuah pendidikan ataupun instansinya yang dicita-citakan Ki Hajar Dewantara, mempunyai azas mementingkan terse barnya pengajaran bagi rakyat umum, berdasarkan pada dasar kerakyatan, bukan kampus yang eksklusif, jauh dari jangkauan rakyat. Sedih rasanya mendengar cerita seorang ibu yang tidak jadi mendaftar kan anaknya di kampus perjuangan ini ketika disodorkan rincian biaya kuliah. Maka benar apa yang dikatakan Edu ardo Galeano, bahwa kini, uang lebih merdeka daripada manusianya.

2 KOBARKOBARI EDISI PESTA // XVIII // Agustus 2016

Ia menambahkan bahwa UII juga mengajukan proposal menjadi tuan rumah (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) PIM NAS 2017, Apabila disetujui maka uang yang dibutuhkan sekitar 10 M, di samping itu sebagai tuan rumah UII tentu mem butuhkan persiapan yang matang. “Hal itu semua dilakukan agar dapat meningkatkan prestasi UII dan mahasiswa. Agar UII itu mahasiswa dikenal, punya prestasi kam pusnya juga naik," tambahnya.

Kenaikan Biaya Kuliah 10% Dianggap Kurang Biaya kuliah meningkat 10%. Dengan penurunan jumlah mahasiswa tahun ini, peningkatan biaya ku liah seharusnya bisa lebih dari itu. Alasannya adalah kebutuhan kampus yang semakin meningkat. Dibandingkan dengan tahun lalu, biaya kuliah di Universitas Islam Indonesia (UII) mengalami kenaikan dengan kisaran kes eluruhan dengan rata-rata 10%. Namun, hal ini dirasa belum dapat menutupi kebu tuhan yang dikeluarkan oleh UII, melihat kebutuhan yang semakin meningkat dan perekonomian negara yang belum stabil. Penurunan jumlah mahasiswa dari 5.261 menjadi 4.201 tahun ini seharusnya bisa menambah kenaikan biaya kuliah lebih dari 10%, seperti yang diungkapkan Nur Feriyanto, Wakil Rektor II. “Dengan men gurangi jumlah mahasiswa dari 5.261 pada tahun lalu menjadi 4.201 untuk tahun ini seharusnya biaya kuliah kita naik lebih dari 10%.” Terkait kenaikan, Fery juga menjelas kan bahwa untuk memenuhi kebutuhan lainnya pihak universitas telah berusaha melakukan hal yang maksimal sehingga bisa menekan uang kuliah yang seharus nya naik mencapai 50% menjadi 10%. Semua keputusan diajukan dari prodi ke fakultas kemudian fakultas ke universitas, lalu oleh universitas diajukan dalam rapat senat, yang akhirnya dana tersebut dipu tuskan disetujui atau tidaknya oleh badan wakaf. “Masalah keuangan ini sudah me lalui proses yang panjang dan benar-benar diperhitungkan,” jelas Fery. Muzayin Nazarudin selaku ketua program studi (prodi) Ilmu Komunikasi UII mengatakan bahwa memang prodi dili batkan dalam menentukan kenaikan biaya kuliah seperti catur dharma. Ia menjelaskan, salah satu faktor prodi Ilmu Komu nikasi sendiri mengalami kenaikan catur dharma adalah untuk disamakan dengan prodi Psikologi, yang mana satu fakultas dan sama-sama memiliki akreditasi A. “In dikator biaya itu biasanya dilihat standar satu fakultas,” ungkapnya. Di samping itu Muzayin menjelaskan naiknya biaya ku liah juga terkait kebutuhan prodi, seperti pembangunan prodi, perbaikan gedung, dan lain sebagainya. “Harapanya dengan naiknya catur dharma, uang yang masuk ke prodi akan semakin banyak,” ucapnya. Fery memaparkan beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan biaya ini, perta ma karena inflasi. Ia memaparkan di saat inflasi maka harga-harga akan mengalami kenaikan. “Kita ada biaya listrik naik ke mudian pembangunan biaya apapun naik. Tidak mungkin kalau kita itu ingin mem berikan fasilitas yang sama harganya sama itu gak mungkin, sehingga kenapa harga itu naik,” paparnya. Kedua adalah kebu tuhan mahasiswa yang sangat banyak dan mengalami peningkatan, yang mana bisa meningkat sampai 50% dari tahun sebel umnya. Ia menjelaskan kenaikan biaya ku liah sebesar 10% itu hanya akan menutupi masalah inflasi, dan belum bisa menutupi semua keperluan lainya. “Sebenarnya itu 10% hanya untuk menutup biaya yang ketok-ketok saja,” tambahnya.

Penanggung Jawab: Nurcholis Ainul R. T., Dian Indriyani, Kholid Anwar. Editor: Kholid Anwar, Adilia Tri H.,Fahmi Ahmad B., Rabiatul Adawiyah. Redaktur Foto: Putri Werdina C. A. Reporter: Fahmi Ahmad B., Nurcholis Maarif, Haninda Lutfiana U., Nuraini Ika, Dedy Tulus W., Zikra Wahyudi, Fatimah Intan K., Nur Al Farizi, Retyan Sekar, dan Nalendra Ezra A. Fotografer: Re gita Amelia C., Puja Prakoso, Wean Guspa U., Danca Prima W., Fauzi Farid M.. Layouter: Tsania Faza. Ilustrator: Dedy Tulus W. Desain: Didik Firmansyah. Reportase bersama: Dedy Tulus W. dan Nalendra Ezra A. Regita Amelia C.| KOBARkobari 4201 mahasiswa baru mengikuti kuliah perdana yang diselenggarakan di Auditorium Kahar Muzzakir pada Kamis (11/08).

KOBARKOBARI EDISI PESTA // XVIII // Agustus 2016 3 yang mana sangatlah berpengaruh untuk biaya kuliah. Ia mengatakan UII sedang berusaha menjadi universitas internasion al, “Kompleks sekali akreditasi itu terkait rasio, prestasi penulisan dosen di jurnal internasional, termasuk mahasiswa, itu kan semua butuh biaya, kita ngejar akredi tasi internasional.” Menurutnya akreditasi yang baik akan sangat membantu universitas untuk mendapatkan dana dari luar. “Jadi semua keuangan itu sudah diperhi tungkan dari pendapatan dan pengelu aran. Kalau ngambil untung itu sama sekali enggak. Kita katakanlah tetap nyari dari dikti, dari manapun untuk konstribusi. Kalau akreditasi kita bagus mereka akan support dan mereka akan meningkatkan dana sumbangan, artinya kalau ingin naik kita butuh modal,” tegasnya. Abdul Jamil, Wakil Rektor III menjelas kan bahwa saat ini pihak universitas se dang memprioritaskan kebutuhan maha siswa, seperti peralatan-peralatan dalam unit kegiatan mahasiswa, fasilitas anak keluar negeri, fasilitas anak berprestasi, fasilitas olahraga, asuransi, dan lain se bagainya. Dia menjelaskan bahwa mulai tahun 2015 nominal yang diberikan kepada mahasiswa yang pergi keluar neg eri karena berprestasi ditingkatkan yang awalnya Rp. 300.000,00 setiap mahasiswa menjadi minimal Rp. 3.000.000,00 untuk tingkat Asean, lalu Rp. 5.000.000,00 untuk tingkat Asia, dan Rp. 7.000.00010.000.000,00 untuk di luar Asia. “Po koknya sarana-prasarana yang dibutuhkan oleh mahasiswa itu kita tingkatkan, jadi kalau kenaikan yang 10% dengan indika tor fasilitas semacam itu, sebenarnya itu sama saja tidak naik. Wong 10% itu hanya untuk indikator inflasi. Inflasi negara mini mal 10% toh,” ujarnya. Ia menambahkan untuk mewujudkan hal ini tentunya me merlukan dana yang besar, sekarang ting gal bagaimana mahasiswa berusaha sebaik mungkin. Khoirul Ummam Fakultas Hukum 2013 sekaligus ketua UKM Klinik Advokasi Hak Asasi Manusia (KAHAM) UII, mengatakan bahwa untuk tahun ini memang ada ke mudahan dalam mengakses dana untuk UKM. “Kemarin kita mengajukan Rp. 1.000.000,00 langsung turun, karena jelas untuk apa, akan tetapi untuk fasilitas saya kurang tahu,” Mengomentarijelasnya.halini, Firda Annisa, ma hasiswa Hukum Islam 2014 menganggap belum ada perubahan yang signifikan ter kait fasilitas. “Seperti di kelas, slide, dan proyektor masih sering rusak karena hal itu sering mengganggu mulainya perkulia han, yang harusnya bisa segera dimulai jam 07.00 WIB jadi mundur karena hal tersebut,”Halpaparnya.laindiungkapkan Soviah Faradillah, mahasiswa Ilmu Kimia 2014, “Kalau saya mengenai peningkatan fasilitas tentu saya merasakan ada peningkatan, karena seperti yang kita tahu FMIPA baru buat ge dung baru, dengan adanya gedung baru ini kelas jadi memadai, ada lift lagi,” tambahnya. Di samping itu, ia berpendapat bahwa memang uang kuliah di UII tergolong ma hal belum lagi terus naik setiap tahunya. “Kemarin saya ketemu adik angkatan saya saat registrasi, dan biaya mereka itu sudah naik sekitar satu jutaan dari saya. Kalau penghasilan orang tua tinggi tidak apa-apa, tapi kalau pas-pasan kasian juga,” tuturnya.

Tim Edisi Khusus

4 KOBARKOBARI EDISI PESTA // XVIII // Agustus 2016 Meraba InternasionalProgramdiUII Oleh: Zikra Wahyudi Tim Formatur: Nurcholis Ainul R. T., Dian Indriyani, Kholid Anwar. Anggota: Adilia Tri H., Danca Prima R., Fitri Sarita, Al-Aina Radiyah, Fauzi Farid M., Tsania Faza, Novita Dwi K., Wean Guspa U., Fahmi Ahmad B., Rabiatul Adawiyah, Haninda Lutfiana U., RB. Radix Sabili D. P., Nurcholis Ma’arif. Magang: Regita Amelia C., Egi Andrea, Retyan Sekar, Fatimah Intan K., Nalendra Ezra A., Annur Syifan, Muhammad Ghozali, Dedy Tulus W., Puja Prakoso, Zikra Wahyudi, Nur Al Farizi, Mita Eprilia, Didik Firmansyah, Nuraini Ika, Eky Roza P., Amalia Ratna Putri, Dzatin Nithaqaini, Herpan Sagita, Agiel Bayu Pratama. Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa HIMMAH Universitas Islam Indonesia. Alamat Redaksi: Jln. Cik Ditiro No.1 Jogjakarta. Telp (0274) 3055069, 082136708514 (Novita Dwi K., Iklan/Perusahaan). Saran dan kritik melalui email: lpmhimmah@gmail.com, http://lpmhimmahuii.org.

Zikra Wahyudi | KOBARkobari

Seorang mahasiswa sedang menung gu di dalam ruangan Direktorat Inter national Program pada Senin (15/8). Foto oleh: Zikra Nazir W. Saat ini perguruan tinggi ramai mengejar target menuju world class university guna meningkatkan peringkat perguruan tinggi Indonesia pada sistem pemeringkatan universitas tingkat dunia. Universitas Islam Indonesia (UII) sebagai salah satu kampus swasta ternama di Indonesia pun turut mendirikan kelas internasional di kampusnya. Resmi berdiri pada tahun 2011, Direktorat International Program (IP) menjadi ujung tombak utama bagi UII untuk bergumul dengan dunia internasional dalam rangka menuju world class university.

Direktorat IP UII membawahi lima jurusan yang memiliki kelas internasional yaitu, jurusan Ilmu Ekonomi, Akuntansi, Manajemen, Teknik Industri, dan Ilmu Hukum. Direktur IP Wiryono Wihaharjo atau biasa disapa Wing menjelaskan tujuan awal dibentuknya IP, yaitu untuk meningkatkan suasana internasional di lingkungan kampus. “Pada awal berdirinya, Direktorat IP didirikan untuk meningkatkan international atmosphere di lingkungan UII dan mengintegrasikan jurusan yang telah dulu memiliki kelas internasional di bawah satu manajemen,” jelasnya. Wiryono menambahkan, dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, IP dibantu oleh program studi (prodi) asal jurusannya untuk semua urusan akademik. “Untuk semua urusan akademik itu tetap menjadi tanggung jawab prodi asal jurusannya karena hal itu berhubungan dengan masalah akreditasi, di sini IP berperan dalam pengembangan manajemen sumber daya dengan programprogram unggulan IP seperti Character Building Program (CBP),” ungkapnya. Character Building Program merupakan pembeda antara IP dengan reguler, selain penggunaan bahasa Inggris di Kelas. Wiryono menjelaskan bahwa program tersebut didesain khusus oleh direktorat IP, bertujuan menumbuhkan soft skill bagi mahasiswa UII. Character Building Program dipimpin oleh seorang manajer, terdiri dari beberapa program seperti Bridging Program, Self Leadership Training, Outbond Management Training, dan juga Intermediate Leadership Islamic Training.

Kampus Terpadu, KOBARkobari

tidak adanya beberapa konsentrasi di IP. “Di manajemen reguler ada konsentrasi manajemen operasional, namun di IP itu tidak ada, padahal peminatnya bisa dikatakan banyak,” tutur mahasiswa yang biasa disapa Jet tersebut. Jet juga menganggap bahwa adanya additional tuition fee, yang membedakan IP dan reguler, yaitu biaya ujian remediasi. Mahasiswa IP diharuskan mengeluarkan biaya dua kali lipat dari mahasiswa reguler. Salah satu alasannya yaitu soal ujian remediasi menggunakan bahasa Inggris. Jet mengatakan keberatan tekait hal tersebut.

Banyaknya program tersebut menjadi pemicu munculnya biaya tambahan lebih dari jurusan reguler lainnya. Jika jurusan reguler lain hanya membayar tuition fee, maka mahasiswa IP harus mengeluarkan dana lebih besar untuk membayar additional tuition fee tiap semester. Di sisi lain, pembayaran additional tuition fee tersebut tidak hanya difungsikan untuk kegiatan Caracter Building Program, namun juga untuk membiayai infrastruktur, fasilitas, dan dosen. Penggunaan bahasa Inggris dalam proses belajar mengajar adalah salah satu hal yang membuat adanya perbedaan biaya kuliah mahasiswa IP dengan reguler. Wiryono mengatakan bahwa dosen yang mengajar menggunakan bahasa Inggris dibayar lebih besar daripada dosen yang mengajar menggunakan bahasa Indonesia. “Kalau mengajarnya menggunakan bahasa Indonesia kan gak perlu banyak mikir kata-kata bisa langsung diucapkan, tapi kalau menggunakan bahasa Inggris dosennya harus mikir katakata yang tepat dulu, itu yang membuat dosen IP dibayar lebih,” paparnya. Masalah keuangan di IP sendiri, sebagaimana diungkapkan oleh Wakil Rektor II Nur Feriyanto yang mengatakan bahwa keuangan di IP sama seperti yang lainnya. Semua uang yang masuk langsung dikelola oleh Badan Wakaf (BW), setelah

Reportase bersama: Fahmi Ahmad B.

itu BW akan menempatkannya sesuai kebutuhan anggaran yang diajukan oleh Direktorat IP. “Untuk urusan keuangan semuanya sama, semua uang dari mahasiswa terlebih dahulu masuk ke kas BW untuk kemudian diteruskan ke masing-masing instansi,” ujar Fery. Senada dengan yang diungkapkan Fery, Wiryono juga mengatakan bahwa sebelum dana diterima oleh IP, semua keuangan dikelola oleh BW termasuk additional tuition fee tadi Sementara itu, Wiryono menjelaskan terkait wacana pembangunan gedung IP berdasarkan master plan. “Di dalam master plan, IP akan dibangunkan gedung tersendiri agar atmosfer internasional semakin terasa namun tetap terintegrasi dengan prodi induknya,” jelas Wiryono. Wiryono menambahkan Direktorat IP berusaha meningkatkan kualitas, namun peningkatan kualitas tersebut juga dibarengi dengan meningkatnya biaya kuliah. “Jika kita ingin meningkatkan kualitas, hal tersebut juga dibarengi dengan meningkatkan biaya kuliah, jika tidak maka kita akan terkesan seperti memberi subsidi pada mahasiswa,” tambah Wiryono. Adapun tanggapan dari mahasiswa terkait persoalan akademik IP dituturkan oleh Surwiyanta Arista mahasiswa jurusan Manajemen IP. Dirinya menganggap bahwa fasilitas akademik di IP masih kurang, selain itu, ia mengeluh terkait

Sejak tahun 2014, sistem pendidikan di Universitas Islam Indone sia tidak banyak yang berubah baik dari segi pembangunan mau pun sarana dan prasarananya. Menurut Saya peningkatan biaya kuliah setiap tahunnya tidak wajar dan Saya sangat tidak setuju. Sebaiknya pihak kampus tidak menaikkan biaya kuliah seenaknya serta memberikan alasan dari setiap kenaikan tersebut. Denny Sasmito Ajie-Jurusan Ekonomi Islam 2014 Kenaikan biaya kuliah sangat disayangkan, karena membebani orang tua. Pendapatan orang tua ada kalanya mengalami naik turun, karena itu diharapkan pejabat Universitas Islam Indone sia (UII) meninjau kembali terkait biaya kuliah. Seharausnya UII mendukung pendidikkan salah satunya dengan cara menetap kan biaya kuliah dengan sewajarnya, sehingga mempermudah orang-orang yang ingin belajar, bukan malah mempersulit.

KOBARKOBARI EDISI PESTA // XVIII // Agustus 2016 5 Farahillah Endang Suryanah-Jurusan Psikologi 2015

Gilang Fathurrohman-Jurusan Ilmu Ekonomi 2014Kalau bisa biaya kuliah jangan dinaikin secara terus menerus, karena kan keuangan orang tua tidak selalu baik. Kasihan kalau harus membayar biaya kuliah yang terus-menerus naik, membuat mahasiswa gak tenang belajar. “Kami menerima hak jawab jika ada pihak-pihak tertentu yang keberatan dengan pemberitan KOBARKobari.“

“Jika alasan perbedaan biaya tersebut disebabkan oleh bahasa, itu kurang bisa diterima,” ungkapnya.

Aksi Pemanfaatan Sampah

Gudang Sampah Non Organik Gerbang

Panorama Pesisir

Menjadi Tempat Wisata

6 KOBARKOBARI EDISI PESTA // XVIII // Agustus 2016

Berawal dari permasalahan sam pah di masyarakat Dusun Mancingan, Kabupaten Bantul, pemuda-pemudi Karang Taruna berinisiatif memben tuk Garbage Care and Education (Garduaction) yang pengelolaan sam pahnya tidak terakomodir baik oleh Pemerintah. Komunitas sosial tersbut bertujuan secara aktif dalam gerakan pengelolaan dan pemanfaatan sampah. Sejak terbentuk dari tahun 2015 lalu, Garduaction yang di kelola oleh 25 pemuda setempat berperan rutin dalam mengelola sampah yang diam bil dari rumah warga seminggu sekali. Kini, Garduaction telah memiliki bank sampah dengan jumlah nasabah se banyak 50 orang. “Jika dilihat dari ke seluruhan penduduk yang berjumlah 700 KK dengan 8 RT, nasabah kami masih tergolong dalam skala kecil, namun perubahan yang terjadi di ma syarakat cukup signifikan, yaitu tidak adanya lagi pembakaran sampah oleh warga yang menyebabkan polusi ling kungan,” ujar Vika Wahyu Aji, 22 tahun, selaku ketua Garduaction. Selain itu, tempat pengelolaan sam pah Garduaction terletak di daerah yang strategis yaitu di daerah wisata pantai dan gumuk pasir Parangkusu mo. Hal tersebut memberikan mer eka peluang untuk mengembangkan daerah pesisir pantai Parangkusumo yang dulunya hanya lahan kosong kini disulap menjadi tempat wisata pantai yang nyaman dan asri. Beragam kreasi sampah daur ulang dibentuk menjadi pernak-pernik hiasan yang menambah daya tarik pengunjung. Di tempat wisata tersebut juga terdapat ruang edukasi dan ruang ter buka hijau. Ruang edukasi di lengkapi dengan papan mading yang berisi in formasi tentang lingkungan serta meja kursi untuk diskusi. Sedangkan ruang

Penggagas

KOBARKOBARI EDISI PESTA // XVIII // Agustus 2016 7

terbuka hijau digunakan sebagai tem pat pemanfaatan sampah organik yang dikelola menjadi pupuk kompos. Den gan kegigihan usaha dan motto yang selalu mereka pegang teguh yaitu “Do the thing we think we can’t do” kini Garduaction telah meraih beberapa penghargaan seperti penghargaan pemuda pelopor mulai dari tingkat Univesitas hingga Provinsi. Foto dan narasi oleh: Regita Amelia C.

PengunjungRuanghijau

sama perangkat-perangkatnya lebih banyak menanamkan pema haman pragmatisme yang mengutamakan tercapainya tujuan se cara cepat dan instan tanpa mementingkan bagaimana proses yang harus dihadapi. Mari kita lihat, pendapat Plato tentang dunia ide dan dunia indera. Plato berpendapat bahwa ada dunia in dera yang dapat dilihat dan sifatnya praktis dan ada dunia ide yang melatarbelakanginya. Sekarang, mari kita bermain logika, belajar merupakan jalan yang posisinya di tengah-tengah. Sedan gkan, nilai adalah hasil belajar yang sifatnya dapat dilihat secara langsung dan pengetahuan adalah hal yang melatarbelakangi nilai. Jika seseorang mengejar nilai bukan pengetahuan maka dia telah keluar dari tujuan belajarnya. Hal tersebut yang hari ini tumbuh subur di dunia akademik dan menjadi permasalahan yang akut bagi dunia pendidikan yang seyogyanya harus segera diselesaikan secara komprehensif. Mulai dari sistem, tenaga pengajar sampai kesadaran yang diajar. Mahasiswa sebagai agen perubahan dan problem solver di tengah masyarakat banyak dikungkung oleh penanaman nalar praktis dari berbagai arah. Orang tua menuntut Indeks Prestasi Kumulatif harus tinggi, dosen menuntut agar mahasiswanya cepat selesai kuliah, dan parameter keberhasilan ada pada hasil yang tampak saja seperti nilai dan hitungan masa studi atau ta hun lulus, bukan pada pemahaman serta kemanfaatan ilmunya. Mahasiswa hari ini banyak yang lebih mementingkan nilai dari pada pengetahuannya, bahkan literatur yang digunakan maha siswa dalam menunjang pembelajarannya berhenti pada slid-slide dosen yang terkadang hasil dowonload di google. Sehingga, yang didapatkan adalah pemahaman yang sifatnya parsial bukan esen sial. Mahasiswa telah salah paham dalam memahami proses be lajar, wawasan dasar dan pemahaman primordial tentang hakikat pendidikan dan belajar juga telah salah dipahami oleh mahasiswa yang berimbas pada munculnya perilaku yang tidak benar dan hasil puncaknya adalah tidak tercapainya manusia yang berbudi lulur. Pendidikan sebagai sebuah proses dari ketidaktahuan men jadi pengetahuan dan pengetahuan akan mengantarkan pada ke benaran. Socrates berpendapat bahwa seseorang berbuat salah karena belum tahu. Jika wawasannya sudah salah, maka dapat kita ketahui bersama apa hasilnya. Dengan demikian, jangan mengharapkan ada cendikiawan jika pola pendidikan yang prag matis mengajarkan anak didiknya hanya untuk menjadi karyawan dan mengejar gaji tinggi di perusahaan-perusahaan multinasional atau Badan Usaha Milik Negara. Hal ini kemudian mengakibatkan

Nalar kritis dibutuhkan untuk bisa memetakan simpul-sim pul dari sebuah permasalahan dengan baik, karena permasalahan ibarat kebakaran yang dipantik oleh hal tertentu bahkan ter kadang dipicu oleh hal yang sederhana. Misalnya, dalam konflik antar umat beragama ataupun terorisme, bagi yang berfikir prak tis maka, akan memahami bahwa konflik umat beragama terjadi karena sebatas perbedaan keyakinan terhadap Tuhan. Namun, bagi yang berfikir kritis dan mendalam akan melihat bahwa yang menyebabkan terorisme dan konflik antar agama berasal dari paham radikalisme yang intoleran dengan keragaman dan terke san antipati terhadap perbedaan. Sehingga, yang harus disamakan bukan agamanya, namun cara pandang terhadap perbedaannya. Perguruan tinggi harus mengajarkan bagaimana bernalar kritis pada mahasiswanya agar permasalahan masyarakat yang kom pleks dapat diselesaikan sampai ke akarnya.

8 KOBARKOBARI EDISI PESTA // XVIII // Agustus 2016

Sayangnya, pendidikan di perguruan tinggi hari hari ini banyak yang melenceng dari relnya sebagai pencetak kaum intelektual dan cendikiawan yang punya nalar kritis. Perguruan tinggi ber

Asep

Perguruan tinggi dan sekolah adalah wasilah atau jalan formal yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan mulia pendidikan tersebut dan output nya atau lahan garapan yang sebenarnya adalah kehidupan kemasyarakatan. Semua pihak harus menyadari bahwa adanya jurusan yang berbeda-beda adalah upaya spesialisai keilmuan yang pada akhirnya akan bersinergi untuk memecah kan segala persoalan kehidupan. Perguruan tinggi adalah sumber wawasan serta pengetahuan jenjang tinggi yang diisi oleh para intelektual yang sudah menjadi ahli dalam bidangnya masingmasing. Misi perguruan tinggi dan sekolah pada umumnya tentu tidak hanya memberikan tambahan informasi tentang keilmuan saja, namun juga pola berfikir kritis guna menunjang kemampuan menganalisa realitas sosial. Jika seseorang telah mampu dan pan dai dalam menganalisa permasalahan maka, akan didapat penge tahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai hal-hal yang melatarbelakangi permasalahan tersebut serta solusi yang bisa ditawarkan untuk menyelesaikannya.

“Wawasan yang benar akan mengantarkan pada perilaku yang benar dan hanya yang berperilaku benar yang akan menjadikan orang berbudi luhur,”

Oleh: Saepullah*)

Nalar Praktis, Membangun Nalar Kritis

Socrates Perguruan tinggi dan sekolah diadakan untuk menanamkan kesadaran akan kebutuhan untuk mempunyai banyak pengeta huan, penanaman moral dan wawasan yang akan menjadi batu pijakan dalam menginterpretasi suatu keadaan, mengambil kebi jakan atau keputusan dalam kaitannya dengan kompleksitas din amika kehidupan. Perguruan tinggi menjadi tempat dimana akal pikiran, perilaku dan perasaan ditanamkan sebagai modal untuk mencapai tujuan bersama.

Mengikis

Judul Novel : Dunia Anna Penulis : Jostein Gaarder Penerbit : Penerbit Mizan Tahun terbit : 2013 Halaman : 248 halaman Oleh: Nalendra Ezra A.

dengan Filsafat

marahan itu berujung sia-sia, toh dia tidak bisa mengembalikan semuanya. Kasus dalam novel di atas kerap sekali terjadi di Indonesia, banyak kasus hewan yang terancam hidupnya karena tangantangan manusia yang tidak bertanggung jawab, salah satunya adalah kasus teran camnya kehidupan orangutan sumatera (Pongo Abelii). Keberadaan pongo abelii ini terancam lantaran habitat mereka di rusak. Kawasan hutan yang menjadi tem pat tinggal mereka ditebang dan dibakar untuk dialihfungsikan menjadi lahan ke lapa sawit. Di sini peran pemerintah san gatlah vital, pasalnya pemerintah telah mengatur masalah kelestarian dalam UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem dan merujuk pada pasal 32 ayat 1 dan 2, tetapi masalah tersebut masih saja terjadi. Berdasarkan data yang dilangsir oleh Na tionalgeographic.co.id yang diambil dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), jumlah populasi orang utan telah berkurang sejak tahun 1970an. Data dari IUCN menunjukkan bahwa populasi pongo abelii kini sekitar 7.300 dalam habitat hutan seluas 20.552 km2. Hal tersebut diperparah dengan ad anya perburuan orangutan untuk diambil dagingnya maupun untuk diperdagangkan secara ilegal, padahal pemerintah telah menetapkan hukum perlindungan untuk orangutan sejak 1931. Selain itu, perkem

*) Mahasiswa Teknik Industri 2013/Ketua PMII Komisariat Wahid Hasyim Universitas Islam Indonesia

Memahami Lingkungan

“Saya bilang kalau saya khawatir akan perubahan iklim yang diakibatkan oleh ulah manusia. Saya takut yang hidup saat ini mempertaruhkan iklim dan lingkungan bumi ini tanpa memedulikan generasi se lanjutnya.” Ungkapan di atas merupakan penggalan keresahan tokoh Anna terha dap sifat manusia yang berkaitan dengan pemanasan global. Novel Dunia Anna ini merupakan karya Jostein Gaarder yang ke-17 sejak karya pertamanya tahun 1986. Novel ini menceritakan tokoh Anna, seorang gadis cerdas yang memiliki keg elisahan terhadap isu lingkungan. Diawali tepat dua hari sebelum Ia menginjak usia ke 16, Ia bermimpi bahwa Ia hidup pada tahun 2082, dalam mimpinya Ia berperan sebagai seorang gadis bernama Nova. Pada tahun 2082 banyak sekali peruba han alam yang terjadi, salah satu tandanya adalah banyaknya hewan dan tumbuhan yang punah. Di dalam mimpinya, Nova dapat mengetahui kabar terbaru tentang kondisi alam melalui sebuah terminal yang berisi banyak arsip tentang isu-isu ling kungan. Pada terminal tersebut terdapat aplikasi Lost Species yang dapat mende teksi hewan yang punah seperti monyet berkepala kapas (Saguinus Oedipus) dan iguana yang keduanya berasal dari Amerika Selatan. Mengetahui hal itu Nova geram, berang, dan marah, tapi semua ke

KOBARKOBARI EDISI PESTA // XVIII // Agustus 2016 9 mahasiswa sibuk dengan dirinya sendiri dan lupa akan tanggung jawab sebagai kaum terdidik. Erich Fromm pernah mengatakan bahwa kita dilarang untuk berpikir kebenaran adalah sebuah hal yang relatif, karena dengan cara berfikir tersebut akan membuat pikiran kita menjadi praktis dan tidak ada hasrat untuk terus belajar dan mencapai kesimpulan akan kebenaran. Pendidikan pragmatisme ini memang telah tumbuh subur, namun upaya harus terus berjalan. Menurut John Locke manusia seperti selembar kertas putih yang tidak men getahui apa-apa dan dapat diberikan pemahaman baru dan akan manjadi pakem dalam berfikir dan berperilaku. Salah satu jalan untuk merubah keadaan pendidikan adalah dengan menyadarkan mahasiswa sebagai piranti penting pendidikan tentang pentingnya mempunyai nalar kritis. Pemahaman ini perlu ditanamkan ke pada mahasiswa baru agar mahasiswa dapat mengatahui tentang tujuannya belajar dan memiliki nalar kritis, tidak hanya berfikir tentang nilai, pekerjaan dan feedback tentang usaha yang sudah dilakukan.

10 KOBARKOBARI EDISI PESTA // XVIII // Agustus 2016

bangbiakan orangutan yang hanya 7-8 ta hun sekali juga menjadi salah satu faktor yang menyumbang terancamnya populasi mereka. Pada dasarnya, masalah kepunah an hewan merupakan hal yang lazim. Oleh karena itu, perlindungan hewan maupun yang lainnya merupakan tanggung jawab dan kesadaran bersama. Hal tersebut dapat menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kepunahan tersebut.Gaarder dalam tulisannya mampu memberikan gambaran visual tentang keadaan bumi di masa depan. Penulis memberikan konsep yang segar ter hadap pembaca, dengan jalan cerita yang maju-mundur memberi penegasan bahwa Anna memiliki hubungan yang erat den gan Nova di masa depan. Memang dalam penulisannya tidak mengaitkan dengan isu lingkungan di dunia riil tapi bahasan yang dituliskan mampu membuat kita menjadi lebih peka terhadap isu lingkungan di kehidupanDalamnyata.bukunya ini juga sang penulis mengajak kita berfilsafat dan berfikir kri tis tentang isu lingkungan. Kesan filsafat yang berat dan sulit dimengerti dapat dilengkapi oleh penulis dengan ceritan ya yang menarik. Selain itu, penulis juga menggunakan gaya bahasa yang mudah dimengerti disertai penambahan namanama ilmiah pada fauna dan flora sehingga mampu menambah pengetahuan pem baca. Penggunaan alur yang maju-mundur membuat konsep cerita dalam buku ini menjadi semakin menarik. Tapi, sangat dis ayangkan dengan konsep yang sedemikian unik, penulis menutup cerita dengan agak canggung. Terlewat dari akhir cerita yang canggung, buku ini sangat disarankan un tuk dibaca terutama untuk para pembaca yang ingin belajar tentang filsafat tanpa ha rus mengernyutkan dahi.

Tantangan Berkehidupan Plural

LPM Himmah

*) Mahasiswa Teknik Informatika 2012/Staff PSDM UII 2015/2016

Oleh: Arieo Prakoso*) Kehidupan masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan dan reformasi masih belum dapat menjamin kehidupan yang plural di Indonesia. Kondisi ini terjadi karena massifnya paham fundamen talis yang menyebar pada lingkungan umat islam. Diikuti tindakan radikal yang dilakukan oleh kelompok intoleran, dengan melaku kan pembunuhan, kekerasan, atau penggusuran pada kelompok minoritas yang bersebrangan dan secara ideologis bertentangan dengan mereka. Menilik berbagai kejadian tersebut, maka muncul pertanyaan tentang kontribusi umat Islam dalam merespon dinamika zaman. Terutama dalam merespon permasalahan yang sangat kompleks, seperti perbedaan di Indonesia. Kelompok intoleran hadir dari kekolektifan umat Islam ter tentu. Mereka hidup terisolasi pada ruang privat. Seperti pada kelompok Eskapisme-Islam, yang terisolasi pada aktifitas sema ta-mata terpusat pada kegiatan ritual ibadah. Melakukan isolasi diri dari lingkungan sosialnya, serta terjebak dalam kontemplasi. Tak mengeherankan jika mereka mengabaikan peran akal untuk merespon realitas yang terjadi dalam masyarakat. Individu dalam kelompok ini paling rentan terkena paham fundamentalisme aga ma, terutama pada lingkungan anak-anak muda. Gerakan massa intoleran sebagai wujud dari kelompok fun damental, justru tidak hadir hanya pada wilayah privat. Dalam kondisi saat ini, mereka sedang masif melakukan aksi-aksi ke kerasan dan intoleransi atas nama agama pada wilayah ruang publik. Jika tidak dicermati dan dilakukan pencegahan, fungsi ru ang publik akan tereduksi akibat kehadiran kelompok intoleran. Mereka menganggap fungsi ruang publik, tak ubahnya seperti ru ang privat. Memperlakukan kehidupan ruang publik seperti pada ruang privat dalam bentuk keluarga. Pengikutnya menyerahkan aspirasi, penilaian, pemikiran yang seharusnya berasal individuindividu yang otonom kepada satu kelompok. Kondisi ini men jadi rumit, dimana umat Islam menjadi jauh dari partisipasi aktif dalam kehidupan ruang publik. Tanpa adanya ruang publik akan sulit mewujudkan kehidupan plural di Indonesia. Kehidupan plural mensyaratkan umat Islam untuk terlibat pada wilayah ruang publik dengan melakukan dialog aktif di dalamnya. Dialog merupakan salah satu yang terpenting dalam menciptakan kehidupan yang plural. Menuntut umat islam seb agai suatu individu untuk berfikir dan bertindak secara otonom. Kondisi sebaliknya ketika dialog pada ruang publik tidak terjadi, maka akan menjadi ancaman serius dalam kehidupan yang plural di Indonesia. Dalam kondisi yang demikian, setiap individu-indivi du umat Islam akan sulit untuk mengambil jarak kritis terhadap suatu nilai dan moralitas yang berlaku. Penyebaran fundamental isme serta gerakan radikal atas nama agama akan sulit dibendung. Dalam wilayah privat, umat Islam cenderung akan berfikir dan bertindak pasif. Wilayah privat adalah suatu bentuk yang hampir sama dalam kehidupan rumah tangga. Keputusan dan tu juan rumah tangga diserahkan sepenuhnya kepada kepala rumah tangga. Dalam kondisi seperti ini hanya akan terjadi relasi tuanbudak. Kepala rumah tangga sebagai wujud tuan dapat mencip takan suatu aturan yang harus dilaksanakan dan harus dijalankan oleh para budaknya, dan seringkali sang penguasa bahkan tak memiliki kewajiban dalam melaksanan aturan yang telah dibuat nya. Budak sebagai wujud yang diperintah harus menjalankan tata aturan, moralitas, serta perintah yang telah ditetapkan oleh para kepala keluarga, walaupun perintah tersebut seringkali ber tentangan dengan hati nuraninya sendiri. Kondisi seperti ini dapat kita pelajari dalam peristiwa Ho locoust, atau pada peristiwa pembataian yang pernah terjadi di Indonesia pada peristiwa 1965. Oleh karena itu, akan selalu ada hubungan yang secara pararel. Dalam kondisi seperti ini realitas pada standar moral tertentu akan menjadi acuan bagi setiap indi vidu dalam melakukan suatu tindakan berdasarkan penilaian dan anjuran atas sekelompok orang. Dialog adalah satu kunci untuk memecahkan problematika tersebut, mendorong individu umat Islam untuk tidak mengiso lasi dirinya dalam wilayah privat. Namun terlibat aktif pada ruang publik sebagai bentuk tindakan politis yang diambilnya. Dialog akan membuat masing-masing individu dapat mengkondisikan dirinya, serta mengoreksi penilainya terhadap objek tertentu, serta meninjau kembali atas penilain atau tindakan yang dilaku kannya. Dalam pandangan Hannah Arendt kejahatan terjadi aki bat dari ketidakmampuan dialog dengan diri sendiri. Adanya ruang dialog bukanlah untuk menentukan suatu per masalahan benar atau salah, melainkan untuk mengambil makna serta pelajaran atas peristiwa masa lalu, dan mengubahnya den gan cara pandang baru. Sehingga masyarakat tidak dalam kondisi stagnan dalam merespon gejolak perkembangan zaman, akibat terlalu terpaku pada perkakas pengetahuan dan imajinasi masa lalu. Oleh karena itu kesuksesan atas adanya ruang dialog, bukan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki masing-masing individu, dan sepenuhnya bergantung pada pengetahuan yang dimilikinya, melainkan keberhasilan dalam menciptakan dan menyerap mak na baru, hasil dari pemikiran yang otonom dan otentik serta orisinil dari individu tersebut. Pada ruang publik aktivitas berfikir yang otonom berfungsi untuk melakukan kontekstualisasi hasil pemikiran pada bentuk yang konkret pada kehidupannya. Sehingga individu tersebut ha rus menyadari selain darinya, ia juga hidup dengan individu lain. Interaksi pada ruang dialog sebagai perwujudan kehidupan yang plural, harus ditempatkan pada kerangka interaksi, relasi, dan empati antar sesama manusia. Tujuan akhir dalam relasi tersebut adalah mengejar makna dan kesepahaman bersama.

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.