Buletin KOBARKobari Edisi 174/XVI/November 2014 - ICB Bentuk Perubahan ESQ

Page 1

KOBAR K O B A R I ICB PerubahanBentuk ESQ Abdurrahman Al-Asykari. | KOBARkobari

ICB PerubahanBentukESQ

Konsep ESQ yang akan berubah menjadi ICB, masih dalam penggodokan pihak DPPAI. Akankah ICB mampu lebih baik daripada ESQ?

Emotional Spiritual Quotient (ESQ) Leadership Training sebagai satu dari sekian banyak kegiatan keislaman di Universitas Islam Indonesia (UII), akan diubah kon sepnya pada tahun ajaran baru 2014/2015 ini. Perubahan yang dimaksud ialah ter kait penamaan ESQ yang akan berubah menjadi Islamic Character Building (ICB). Kegiatan ini akan diampu oleh Direktorat Pendidikan dan Pengembangan Agama Is lam (DPPAI) UII. “Jika tahun lalu penyelenggara ESQnya adalah Ari Ginanjar 165, tahun ini UII ingin memberdayakan energi potensial yang ada di internal UII sendiri karena sebenarnya kita punya kemampuan untuk membuat konsep pelatihan semacam Ari Ginanjar,” jelas Ahmad Balio Eko, selaku staf Pengembangan Pengkajian Keislaman (PPK) DPPAI UII. DPPAI sendiri hanya bertugas mengonsep penggantian ESQ menjadi ICB dan memfasilitasi perancangan penggan tiannya. Selanjutnya, akan ada tim dari dosen-dosen senior yang diundang untuk membantu merancang konsep ICB ini.

Oleh: Dian Indriyani Salah satu program pembangunan karak ter yang ada di lingkungan UII adalah program Emotional Spiritual Quotient (ESQ). ESQ yang umurnya masih muda harus berganti nama dan kontennya menjadi Islamic Character Build ing (ICB). Kegiatan ESQ yang biasanya dilak sanakan di semester ganjil kini harus mundur di semester genap dengan alasan padatnya jadwal kegiatan mahasiswa. Penggantian nama serta konsep ESQ menjadi ICB karena ber dasarkan hasil evaluasi Bidang III UII yang me nyatakan konten ESQ dirasa kurang islami. En tah atas dasar apa ESQ diganti yang dibuat dari awal dengan pertimbangan yang matang dan pastinya menyentuh dan menyesuaikan dengan pendidikan keiislaman yang ada di UII. Apakah ketika sudah diganti seperti ini, akankah ber dampak semakin baik terhadap pribadi maha siswa, apalagi program seperti ini harus diun dur di semester genap? Apakah program ICB ini hanya akan menjadi ajang percobaan bagi jajaranPengimplementasianrektorat? ke-islaman, ke-UIIan serta kedisiplinan akan masuk jadi satu didalam ICB dengan menggunakan model Achievement Motivation Training (AMT). ini lah upaya UII dalam meningkatkan nilai-nilai keagamaan, akhlak, dan karakter kenasionalan Mahasiswa UII yang baru. ICB sebagai program yang masih dalam tahap “Penggodokan” harus dites terlebih dahulu sebelum bisa di launching ditengah-tengah mahasiswa UII. Sebanyak 25% mahasiswa menyatakan setuju bahwa setelah mengikuti kegiatan di UII, mereka menjadi pribadi yang lebih baik. Sedangkan 66% mahasiswa menyatakan setuju dengan alasan biasa saja dan 9% ma hasiswa menyatakan tidak setuju. Keefektifan program program keislaman yang ada di UII harus terus dikembangkan agar sesuai dengan cita-cita luhur para the founding father, Rahmatanlil’alamin.

Beni Suranto selaku Direktorat Pem binaan Bakat Minat dan Kesejahteraan Mahasiswa (DPBMKM) UII juga menjelas kan bahwa memang ada evaluasi terkait konten ESQ dan pelaksanaan yang di rasa kurang islami. Kemudian ada usu lan saat rapat koordinasi Bidang III yang diikuti Wakil Rektor III, DPPAI, dan ke Kampus Terpadu, KOBAR mahasiswaan UII. “Kalau bisa ESQ dike lola sendiri, masa kita ga bisa, kita punya DPPAI kok. Kenapa harus mengambil dari luar,”Dariujarnya.penelitian yang dilakukan PELITA HIMMAH UII, terdapat hubungan yang positif antara kegiatan keislaman di UII dengan pembentukan karakter mahasiswa atau mahasiswi UII yang mengikutinya. Di mana semakin dalam mereka mempelajari islam, maka semakin baik karakter yang terbentuk.Bachnas sebagai mantan Wakil Rek tor III UII menjelaskan bahwa ESQ sendiri memakai Ari Ginanjar di tahun lalu kare na bagus dalam kenasionalan, pembinaan karakter, dan memotivasi mahasiswa dalam mendekatkan diri terhadap ajaranajaran“KitaIslam.selalu berupaya bagaimana me ningkatkan nilai-nilai kegamaan, akhlak, dan karakter kenasionalan untuk maha siswa baru. Kita juga ingin tahu bagaimana versi luar dan bagaimana versi UII seperti ONDI (Orientasi Nilai Dasar Islam-red.), pesantrenisasi, dan sebagainya. Sehingga akan ada evaluasi dan pembanding, baik secara internal, kemahasiswaan, dan ling kungan,”Selaintambahnya.inginmemberdayakan internal DPPAI, konten ESQ tahun ini juga ber beda. Wakil Rektor III UII, Abdul Jamil, menjelaskan terkait pergantian pengadaan ESQ ini karena adanya rekomendasi dari

3KOBARKOBARI EDISI 174 // XVI // November 2014 M.Hanif Alwasi. | KOBARkobari

Reportase bersama: Tsania Faza, Ferry Firmansyah A., Abdurrahman Al-Asykari

Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa HIMMAH Universitas Islam Indonesia. Alamat Redaksi: Jln. Cik Di Tiro No.1 Jogjakarta. Telp (0274) 3055069, 085779559104 (Anisa Kusuma W., Iklan/Perusahaan). Saran dan kritik melalui email: lpmhimmah@uii.ac.id, http:// lpmhimmahuii.org.

Bidang III dan dekan-dekan pada evaluasi kegiatan ESQ tahun lalu. Rencananya, ESQ yang akan berubah menjadi ICB ini bertujuan untuk mem bentuk karakter mahasiswa yang unggul dengan memasukkan nilai-nilai keislaman, ke-UII-an, dan karakter kedisiplinan dalam kontennya. “Maka dari itu, ICB yang dipilih sekarang menggunakan model pendeka tan seperti Achievement Motivation Training (AMT) agar pengimplementasian keislaman, ke-UII-an, dan kedisiplinan ma suk,”Tahunjelasnyaini, kegiatan ICB juga diundur ke semester dua. Menurut Beni, kemun duran pelaksanaan ICB ini dilakukan me nimbang perumusan konsepnya masih dalam proses perencanaan agar matang. Perumusan ini baru akan matang pada JanuariBelum2015.lagi di semester satu, maha siswa disibukkan dengan berbagai kegiatan, seperti pesantrenisasi, ONDI, dan malam keakraban (makrab) di tiap juru san. “Mahasiswa bisa kelelahan jika lang sung disibukkan dengan berbagai kegiatan. Mereka kan, masih dalam masa transisi proses belajar dari sekolah ke perguruan tinggi,” tegas Jamil lagi. Lebih lanjut, Jamil memaparkan kon sep kegiatan keagamaan di UII yang ren cananya akan dilakukan secara berkelanju tan, dengan cara pendampingan yang tidak hanya dibangun sesaat saja. Nantinya, pendampingan agama dilakukan dengan satu tutor setiap sepuluh mahasiswa. Hal ini untuk menjembatani rencana jangka pendek UII ke depan yaitu pesantrenisasi selama setahun penuh bagi mahasiswa baru. Di tahun pertama, mahasiswa akan menginap dan menjalankan pesantrenisasi selama satu tahun pertama masa perku liahannya di asrama yang sekarang masih dibangun.“Kami mulai membuat kebijakan jangka panjang agar semua mahasiswa harus salat di masjid. Kita juga akan memikir kan bagaimana mengoneksikan azan salat dengan jadwal kuliah agar tidak tabrakan,” ungkapMenurutJamil.

Muhammad Redho Teguh, Ketua Dewan Permusyawaratan Maha siswa (DPM) UII, harus ada pengkajian ulang relevansi ESQ yang dilaksanakan setiap tahunnya ini dengan manfaatnya bagi mahasiswa.. “Kegiatan ESQ ini kurang efektif karena follow up-nya tidak jelas. Jadi, harus ada pengkajian ulang. Mungkin akan lebih baik jika perubahan lebih ke arah mengundang orang-orang besar sebagai narasumber untuk menumbuhkan mo tivasi mahasiswa, dan pemberian materi dasar ilmu filsafat dan sosial dengan tu juan menumbuhkan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan dan realitas sosial.” jelasnya.Maharditya

4 KOBARKOBARI EDISI 174 // XVI // November 2014

Dewan Redaksi: Moch. Ari Nasichuddin, Irwan A. Syambudi. Pemimpin Redaksi: Ferry Firmansyah A. Sekretaris Redaksi: Hasinadara P. Redaktur Pelaksana: Raras Indah F., Laras Haqkohati, Yuyun Novia S. Redaktur Foto: Revangga Twin T. Redaktur Artistik: M. Hanif Alwasi. Staf Redaksi: Siti N. Qoyimah, Fikrinisa’a Fakhrun H., Adilia Tri H., Dian Indriyani, Norma Indah P., Arieo Prakoso. Fotografi: Nafiul Mualimin, Asyharuddin Wahyu Y., M. Rahmat Akbar W., Danca Prima R., Fitri Sarita, Putri Werdina C. A. Penelitian dan Pustaka: Aghreini Analisa, Alfa Nur S., Desi Rahmawaty, Fauzi Farid M., Al-Aina Radiyah. Rancang Grafis: Rahmat Wahana, Syahril, M. Khoirul Anam, Galuh Ayu P., Ahmad Taupik B., Deby Hermawan, Putri Bidadari A., Tsania Faza, Abdurrahman Al-Asykari. Perusahaan: Anisa Kusuma W., Siti Mahdaria, Alan Dwi P., Arga Ramadhana, Riesky Diyanti P., Novita Dwi K., Wean Guspa U. PSDM: Bayu Putra P., Budi Armawan, Maya Indah C. Putri, Fajar Noverdian. Jaringan Kerja: Aldino Friga P. S., Kholid Anwar, Nurcholis Ainul R. T., Sirojul Khafid. Magang: Irvan Mubarok, RR. Intan Kumalasari P., Nurcholis Maarif, RB. Radix Sabili D. P., Siti Khodijah, Nurul Fauziah, Siti Bariroh M., Luthfi Isna N., Rabiatul Adawiyah, Mega Cahaya D. R., Woro Dyah F. U., Khusnul Hajar N., Aji Muhammad S., Hegi Setyawan A., Talitha Adhyaksanti, Fahmi Ahmad B., Devina Ellysia A., Puji Lestari, Citra Kharisma N. W., Haninda Lutfiana U., Arbha Gumilang A. A.

Rozan Pratama, Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Eko nomi berpendapat bahwa konsep ESQ kemarin sudah baik dan jika diubah lagi ini akan menjadi ajang uji coba. Ditakutkan ketika tidak berjalan dengan baik, maka mahasiswa baru akan terkena dampaknya Terlebih lagi jika sudah diundur ke semes ter dua, mahasiswa akan semakin banyak teman dan sibuk sehingga persentase peserta akan menurun dari yang pertama. “Dan mungkin akan lebih baik lagi dibuat prasyarat KKN (Kuliah Kerja Nyata-red.) saja atau diwajibkan agar lebih efektif karena itu adalah kebutuhan seseorang. Ketika diwajibkan, maka sudah pasti itu adalah kebutuhan,” tambahnya. Selaras dengan Redho, Sulistyo Angga ra, Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika angkatan 2013 merasa bahwa kegiatankegiatan seperti ESQ, pesantrenisasi, dan sebagainya kurang efektif karena semua kegiatan keislaman tersebut hampir memiliki tujuan yang sama. Seharusnya DPPAI cukup membuat satu program tapi sudah mencakup semuanya. Maritsa Mifroh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam angkatan 2013 mengung kapkan alangkah baiknya kita menggunakan Sumber Daya Manusia yang ada, yaitu DPPAI dan masalah waktu dianjurkan ketika semester satu tepatnya sebelum pesantrenisasi, karena ESQ merupakan dasar kedua setelah ONDI.

Melawan Lima Tahun

5KOBARKOBARI EDISI 174 // XVI // November 2014 Oleh: M. Hanif Alwasi*) *) Mahasiswa Arsitektur 2010 UII/Redaktur Artistik LPM HIMMAH UII

Secara spesifik, yang dikatakan Darmaningtyas memang merujuk pada penamaan “universitas”. Tetapi paradigma terse but juga kontekstual dengan penamaan PT lain seperti institut, akademi, sekolah tinggi, dan lain-lain. PT, apapun penamaannya, seharusnya bertujuan melahirkan generasi yang mengilhami pembangunan tatanan sosial baru.Tak sekadar menyuplai tenagatenaga manusia. Bukan hanya mengajarkan kemampuan praktis atau keterampilan khusus yang malah tak bisa dibedakan antara PT dengan lembaga kursus. Realitas juga berbicara, kualifikasi dunia kerja sendiri tidak pernah tetap, detail, dan operasional. Hal ini jelas mismatch. PT berusaha keras mengikuti tuntutan kualifikasi dunia kerja yang tak jelas dan selalu berubah-ubah (Agus Suwignyo, 2008). Inilah yang disebut pragmatis. PT seolah-olah hilang wibawanya. Meng hamba industri secara instan. Bahkan, mengutip kata Romo Man gun, mengalah menjadi subsistem yang mengabdi pada kekuatankekuatan ekstern politik industri, bisnis, dan finans.

Keluarga Mahasiswa UII Melawan Cepat atau lambat, UII berpeluang menerapkan Permen dikbud tersebut. Sadar atau tidak, kebijakan itu secara nyata menyumbang mentalitas masyarakat yang materialis. PT hanya berfokus meluluskan sarjana sesingkat mungkin demi memenuhi kebutuhan dunia kerja. Perlahan, persepsi masyarakat terhadap PT hanyalah investasi ekonomi. Masyarakat menganggap PT ha rus mampu meluluskan anak-anaknya lalu secepatnya terserap ke dunia kerja. Pantaslah PT dibilang tak berwibawa lagi. Emile Durkheim pun sudah menerangkan, pendidikan dikepung oleh berbagai tuntutan yang muncul dari desakan materialistik sebagai standar keberhasilan hidup yang tiada pernah terpuaskan.

Ini yang harus dilawan oleh Keluarga Mahasiswa (KM) UII. Mahasiswa yang menyandang gelar agent of change harus ter gugah nuraninya untuk mampu mengambil peran sebagai pengontrol sosial masyarakat. Jangan sampai UII yang menggaungkan rahmatan lil ‘alamin turut andil menyumbang mentalitas materia lis.

Maka dari itu, KM UII harus melakukan perlawanan nyata dengan merapikan lagi sisi ideologis dan arah pergerakannya. KM UII harus meyakini bahwa organisasi adalah jantung pembentu kan dan pengembangan leadership mahasiswa maupun ruang pencarian kebenaran, keadilan, dan kebebasan. KM UII berke wajiban mencerahkan mahasiswa bahwa mereka adalah agen pengontrol sekaligus perubah sosial. Selain itu, wacana kebijakan ini harus menjadi isu kolektif di KM UII. Semua organisasi harus merapatkan barisan dan tak boleh lengah. Mengawal isu ini di setiap periode kepengurusan organisasi masing-masing. Pun DPM harus lincah jadi penggerak seluruh organisasi di KM UII. Sekali lagi, KM UII tak boleh lengah. Bila ada kebijakan UII yang menyangkut realisasi pembatasan kuliah, baiknya itu dilawan dan digebuk tanpa ampun. q

Agustus lalu, sivitas akademika tanah air dikejutkan oleh pemberitaan media massa terkait Peraturan Menteri Pendi dikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 49/2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Poin kewajiban mahasiswa program D4/Sarjana menyelesaikan 144 sks dengan masa studi maksimal lima tahun ternyata menimbulkan polemik. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kemendikbud Djoko Susilo mengatakan -seperti dilansir di berbagai media Agustus 2014- alasan pemangkasan studi kuliah dari maksimal tujuh ta hun (14 semester) menjadi lima tahun (10 semester) adalah ter kait kurikulum. Djoko menjelaskan, kurikulum pendidikan tinggi dievaluasi secara berkala setiap empat tahun. Hal ini membuat mahasiswa yang kuliah hingga lima tahun hanya merasakan per bedaan kurikulum selama satu tahun. Sebaliknya, mahasiswa yang kuliah sampai tujuh tahun berpotensi mengalami dua kurikulum berbeda dalam porsi yang hampir sama, yakni tiga tahun.

KM UII butuh people power (mahasiswa) yang terhimpun dalam organisasi mahasiswa sebagai ujung tombak perlawanan atas kebijakan ini. Namun, pembatasan kuliah lima tahun juga memperlemah people power untuk melawan kebijakan itu sendiri karena akan kehilangan kader yang bisa melawan. Mahasiswa akan enggan aktif berorganisasi. Ini artinya, KM UII punya misi yang berkelindan, yakni mengantisipasi tatanan sosial materialis secara masif serta membunuh kebijakan kuliah lima tahun yang mampu memperlemah people power.

Dari alasan tersebut, beberapa pertanyaan patut digelinding kan. Apa akibatnya bila mahasiswa mengalami dua kurikulum berbeda? Apakah akan berdampak pada masa depan mahasiswa? Adakah alasan yang lebih filosofis sebagai landasan kebijakan tersebut? Mengapa sebuah evaluasi kurikulum menuntut pem batasan kuliah? Pertanyaan-pertanyaan negasi patut dikeluarkan untuk mengawal kebijakan tersebut. Adalah benar suatu evaluasi mesti menuju target tertentu. Dalam konteks masalah ini, apa acuan evaluasi dan target kuri kulum Perguruan Tinggi (PT)? Itu harus ditelisik bersama. Patut disayangkan bila acuan evaluasi dan target kurikulum PT hanya disebabkan tuntutan kualifikasi dunia kerja atau industri. Pengamat pendidikan, Darmaningtyas, berpandangan bahwa universitas didirikan bukan sekadar untuk memasok tenaga kerja industri, melainkan juga mencari kebenaran, keadilan, dan kebe basan. Dasar pendirian universitas, jelasnya, adalah veritas (kebenaran), justitia (keadilan), dan libertas (kebebasan). Maka dari itu, kehadiran suatu perguruan tinggi semestinya bukan sekadar mencapai tujuan pragmatis saja, yakni menyediakan tenaga kerja terampil bagi sektor industri, tapi juga menjadi kontrol sosial dalam masyarakat (republika.co.id, 9/9/2014)

6 KOBARKOBARI EDISI 174 // XVI // November 2014 Basecamp KomunitasPendiriJajanan Pukul setengah enam sore, kawasan Tugu Jogja tawan yang sedang hilir-mudik. Jajaran penjual makanan Pak Jabrik salah satunya. Angkringannya menjadi salah Ia memulai usahanya sejak 19 tahun silam. Pilihan ragam menu dan harga yang terjangkau membuat bah, bahkan banyak sekali tempelan stiker komunitas-komunitas ngan Pak Jabrik sebagai basecamp. Setiap hari Pak Jabrik membuka angkringan pukul enam karyawannya. Dahulu Pak Jabrik hanya berjualan Dengan alasan mencari tempat yang strategis dan demi lesehan, mulai tahun 2009 ia berpindah tempat jualan (KR). Hingga kini, terkenal sebagai angkringan depan SANTAP Putri Werdina C. A | KOBARkobari Putri Werdina C. A | KOBARkobari Oleh: Putri Werdina C. A.

NikmatMenuKembalian Putri Werdina C. A | KOBARkobari

7KOBARKOBARI EDISI 174 // XVI // November 2014

Wahyu Y. |

MALAM Putri Werdina C. A | KOBARkobariDanca Prima R.| KOBARkobari

Asyharuddin KOBARkobari ramai dipadati para warga dan wisa makanan pun ikut meramaikan. Angkringan salah satu tempat yang ramai dikunjungi. membuat pelanggannya terus bertam komunitas-komunitas yang menjadikan angkripukul 17.30 sampai 02.00 WIB bersama berjualan di pinggir jalan dekat rumahnya. demi kenyamanan pelanggan untuk bisa jualan di depan Kantor Kedaulatan Rakyat depan KR (angkringan KR).

Faza | KOBARkobari

8 KOBARKOBARI EDISI 174 // XVI // November 2014

Gerakan MahasiswaAktivisPenting

Universitas Islam Indonesia (UII) merupakan lembaga pen didikan yang didirikan oleh The Founding Fathers, Mohammad Hatta, dipersiapkan untuk menjadi pemimpin ketika Indonesia merdeka. Cita-cita tersebut memotivasi aktivis untuk ikut ambil bagian dalam setiap gerakan mahasiswa menuju perubahan dari waktu ke waktu. Namun dengan berubahnya zaman dan pola hidup mahasiswa yang disebabkan oleh kemajuan teknologi dan informasi, maka berpengaruh pula pada sikap kritis terhadap so sial bagi mahasiswa di UII. Fenomena ini juga memengaruhi cara pandang mahasiswa, yaitu menjadi mahasiswa adalah sebuah pola hidup, bukan sebagai persiapan diri untuk menjadi pemimpin bangsa ke depan. Akibatnya sebagian mahasiswa enggan men jadi aktivis. Aktivis dianggap sebagai penghambat kelulusan dan prestasi. Sebab prestasi mahasiswa hanya diukur semata-mata dari Indeks Prestasi (IP) yang diperoleh. Ada anggapan yang kurang tepat di kalangan mahasiswa za man sekarang, bahwa untuk menjadi orang sukses atau untuk mendapatkan pekerjaan yang mapan semata-mata ditentukan

Mahasiswa merupakan predikat tertinggi yang disandang bagi para penuntut ilmu. Dalam sejarah dunia, mahasiswa dicatat sebagai motivator dan dinamisator pergerakan pembebasan se buah bangsa, termasuk di Indonesia. Hal ini bukan saja karena kecerdasan intelektualnya, tetapi lebih dari itu, bahwa mahasiswa dinilai sebagai pemuda yang punya semangat juang, kaya dengan inovasi, dan punya kepekaan sosial yang tinggi terhadap perma salahan bangsa. Oleh karena itu, daya nalar yang tajam, kritis, dan idealis mahasiswa dapat menjadi tumpuan harapan sebagai agent of change dan aset bagi bangsa sebagai generasi penerus estaveta kepemimpinan bangsa. Dalam sejarah Indonesia, kita tentu masih ingat bahwa aktivis mahasiswalah yang menjadi motivator dan dinamisator utama gerakan pembebasan terhadap penjajahan. Mulai Sumpah Pemuda, Kemerdekaan, Tri Tuntutan Rakyat (Tritura), Malapetaka Lima belas Januari (Malari) hingga gerakan sosial sebagai kontrol pemerintah yang dikenal dengan Gerakan Reformasi 1998. Motor gerakan mahasiswa selalu diawali oleh aktivis mahasiswa. Aktivis mahasiswa merupakan gerakan mahasiswa yang kritis dan peka terhadap lingkungan, selalu tanggap dan sadar apabila terjadi permasalahan atau perubahan sosial pada masyarakat. Mahasiswa yang memiliki rasa peduli dan sikap sosialnya, melalui gerakan sosial yang dibangun mampu menjaga kestabilan sosial di tengah-tengah masyarakat.

Oleh: Abdul Jamil *)

Tsania

9KOBARKOBARI EDISI 174 // XVI // November 2014

*) Wakil Rektor III UII/Dosen Fakultas Hukum UII oleh IP yang tinggi. Cara pandang ini cenderung mempengaruhi mahasiswa untuk hanya menyibukkan diri dengan urusan perku liahan dan anti kegiatan-kegiatan yang bersifat membekali diri untuk melengkapi kompetensinya ketika bekerja nanti. Banyak mahasiswa kurang berminat menjadi aktivis dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler di kampus. Bahkan banyak mahasiswa yang tidak mau berorganisasi dan menjadi aktivis sama sekali karena takut akan mengganggu kegiatan akademiknya dan memperoleh nilai jelek yang dapat mempengaruhi IPK. Selain itu ada pula anggapan bahwa menjadi aktivis hanya akan menghambat kuliah. Stereotip yang sering melekat ketika seseorang menyebut kata “aktivis” adalah mahasiswa yang lulus kuliahnya lama, prestasi akademiknya pas-pasan, suka demon strasi, anarkis, dan lain-lain. Padahal banyak mahasiswa yang men jadi aktivis tetapi bisa berprestasi dengan IPK yang baik dan lulus tepat waktu, sehingga stereotip semacam ini menjadi tidak pas diberikan kepada aktivis. Stereotip negatif tentang aktivis mahasiswa sudah merambah di UII. Hasil pengamatan beberapa tahun terakhir ini, mahasiswa UII sudah mulai menurun minatnya untuk menjadi aktivis kam pus. Bahkan yang menjadi aktivis saja sudah banyak yang terpengaruh untuk tidak lagi melakukan gerakan sosial sebagai kontrol terhadap pengambil kebijakan yang merugikan masyarakat. Cara pandang yang demikian tersebut harus diluruskan dan dibangkitkan kembali, jika kita ingin mahasiswa tidak terjebak dalam pola pikir yang sempit dan pragmatis. Kita perlu menyam paikan bahwa pada kenyataanya, baik di dunia kerja maupun kehidupan bermasyarakat selalu membutuhkan sarjana-sarjana yang tidak hanya memiliki kemampuan akademik (IP) yang baik saja, akan tetapi perlu mempunyai bekal pengalaman berorgan isasi yang didapat ketika mahasiswa. Kenyataaan lain, kita sering melihat ironi dimana seorang sar jana dengan prestasi akademik yang tinggi tetapi sulit mendapat kan pekerjaan hanya karena tidak mempunyai soft skill dan pengalaman organisasi yang memadai. Sebaliknya banyak sarjana yang memiliki nilai akademik yang tidak terlalu tinggi, namun karena memiliki soft-skill yang baik justru mudah mendapatkan peker jaan atau terpilih sebagai pemimpin. Melalui tulisan ini perlu kami ingatkan kembali, bahwa UII merupakan perguruan tinggi yang didirikan oleh para tokoh dan pendiri bangsa. Mereka adalah aktivis yang berjasa memperjuang kan kemerdekaan dan perkembangan Indonesia hingga menjadi seperti sekarang. Salah satu tujuan didirikannya UII adalah untuk mencetak cendekiawan muslim sekaligus mempersiapkan pe mimpin bangsa untuk mengisi kemerdekaan Indonesia, sekaligus menjadi penerus estafet kepimpinan bangsa yang mampu melaksanakan nilai-nilai Islam dimanapun dia berada. Dalam meraih tujuan UII yang luhur tersebut, bekal pengalaman sebagai aktivis dan kemampuan berorganisasi ketika menjadi mahasiswa adalah syarat mutlak yang harus dimiliki. Pemimpin di masa depan adalah mereka yang sejak masih muda membiasakan diri terlibat menyelesaikan persoalan bangsa atau persoalan sosial yang ada di sekitarnya. Mahasiswa UII yang dipersiapkan un tuk menjadi pemimpin di masa yang akan datang harus sudah mulai peduli dan peka terhadap persoalan sosial serta kebijakan yang dianggap merugikan masyarakat dan membantu memberi kan solusi terkait permasalahan yang muncul tersbut. Mahasiswa UII seharusnya ikut berperan aktif dalam organisasi, khususnya menjadi aktivis mahasiswa. Sebab ketika menjadi aktivis mahasiswa akan belajar banyak hal yang dibutuhkan un tuk menjadi seorang pemimpin. Seperti keterampilan memimpin, team work, communication skill, negosiasi, problem solving, mengatur strategi, dan sebagainya. Sebagai aktivis, mahasiswa harus mampu menunjukkan kepekaan sosial dengan membantu menyelesaikan permasalahan yang ada. Selain itu, dalam menjalankan organisasi, mahasiswa akan berinteraksi dengan banyak orang yang memiliki karakter, budaya, serta memikiran yang beragam dan cenderung berbeda-beda, sehingga aktivis mahasiswa mampu mengelola dirinya dan orang lain di sekitarnya untuk menjadi satu kepaduan yang Berorganisasiselaras.akan menambah wawasan kepada mahasiswa bagaimana mengakomodir berbagai kepentingan, yang sering kali penuh dengan idealita tanpa melihat realitas serta kemampuan dan daya dukungnya, sehingga sering kali dibutuhkan strategi dan negosiasi untuk mengambil suatu keputusan yang sulit. Pada akhirnya berbagai aktivitas dalam berorganisasi dan sebagai ak tivis mahasiswa akan mematangkan karakter sebagai agent of change dan membekali diri untuk menjadi sarjana yang berkom peten serta menjadi pemimpin di masa yang akan datang. q

Pasca krisis melalui pertemuan di Bali 2003 yang menghasil kan Bali Concord II disepakati beberapa hal terutama terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 dan dibuatlah AEC blueprint. AEC blueprint adalah pedoman bagi kebijakan negara anggota yang terdiri dari 4 pilar yaitu: ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi tunggal yang di dukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas, yang kedua ASEAN sebagai kawasan berdaya saing ekonomi tinggi dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-com merce. Ketiga, ASEAN sebagai kawasan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara CVLM (Cambodia, Vietnam, Laos dan Myanmar). Dan yang ke empat adalah ASEAN menjadi kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi dengan luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.

10 KOBARKOBARI EDISI 174 // XVI // November 2014

Makna bagi kita ASEAN Economic Community (AEC) 2015 adalah era baru yang penuh persaingan di segala bidang terutama ketenagaker jaan. Kompetisi bisnis dan pekerjaan menjadi luar biasa besar dengan masuknya kompetitor secara legal. Disisi lain ada peluang yang tercipta pula bagi yang berdaya saing untuk memperluas bisnis maupun kerja ke negara lain dengan cara yang lebih mu dah. Skema AEC 2015 tentang ketenagakerjaan, misalnya mem berlakukan liberalisasi tenaga kerja professional papan atas seperti dokter, insinyur, akuntan dan sebagainya. Celakanya tenaga kerja kasar yang merupakan “kekuatan” Indonesia tidak terma suk dalam program liberalisasi ini. Justru tenaga kerja informal yang selama ini merupakan sumber devisa non-migas yang cukup professional bagi Indonesia cenderung dibatasi pergerakannya di era AEC 2015. Ada beberapa variabel kunci untuk melihat implikasinya bagi Indonesia. Pertama, pangsa ekspor Indonesia ke negara-negara utama ASEAN (Malaysia, Singapura, Thailand, Pilipina) cukup be sar yaitu 13.9% dari total ekspor di tahun 2005. Dua indika tor lainnya bisa menjadi penghambat yaitu menurut penilaian beberapa institusi keuangan internasional – daya saing ekonomi Indonesia jauh lebih rendah ketimbang Singapura, Malaysia dan Thailand. Percepatan investasi di Indonesia tertinggal bila dibanding dengan negara ASEAN lainnya. Namun kekayaan sumber alam Indonesia yang tidak ada duanya di kawasan merupakan local-advantege yang tetap menjadi daya tarik kuat, di samping jumlah penduduknya terbesar yang dapat menyediakan tenaga kerjaBerbagaimurah. cara atau kebijakan bisa kita lakukan untuk mem bendung dampak negatif dari pemberlakuan MEA atau AEC 2015. Namun yang terpenting tentu kita harus berhitung pada kekuatan dan kelemahan kita dalam menghadapi ancaman maupun meraih peluang yang ada. Tidak selamanya kita bisa berlindung pada keunggulan lokal jika persoalan utama yaitu kualitas Sumber Daya Manusia, korupsi, inefisiensi kebijakan semacam subsidi tidak teratasi. Secara personal, bagi mahasiswa tentu menyiapkan diri yang lebih baik adalah solusi idealnya. Sementara bagi lembagalembaga yang membangun SDM seperti perguruan tinggi harus melakukan perbaikan serius dalam proses belajar mengajar untuk menjawab tantangan tersebut. Revolusi mental di segala bi dang sangat diperlukan dan harus dilakukan. q

*)

Implikasi Masyarakat Ekonomi ASEAN Wakil Dekan Fakultas Ekonomi UII/Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi Oleh: Suharto*)

Pengantar Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah tahapan dari proses panjang yang dicita-citakan para pemimpin di kawasan Asia Tenggara. Tentu saja hal ini tidak terlepas dari sejarah terben tuknya organisasi ASEAN pada tahun 1967 melalui disahkan nya Deklarasi Bangkok. ASEAN sendiri telah berkembang baik secara organisasi maupun politik, keanggotaan membesar dari 5 menjadi 10 negara saat ini. Secara politis juga semakin diper hitungkan dalam dinamika kawasan maupun global. Hal ini tentu tidak lepas dari peran dan stabilitas kawasan ASEAN yang relatif terjaga setelah berakhirnya konflik antara Vietnam dan Kamboja. Dalam perjalanannya Komunitas ASEAN lebih cenderung menuju ke arah masyarakat ekonomi ASEAN (MEA atau AEC). Hal ini tentu tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global yang cenderung liberal dan terbentuknya kawasan perdagangan, kawasan seperti masyarakat ekonomi Eropa, masyarakat ekonomi Amerika Utara (NAFTA) dan sebagainya. Maka dengan di awali Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke dua pada tanggal 15 Desember 1997 disepakati visi ASEAN 2020 yang terdiri dari: menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur dan memiliki daya saing yang tinggi yang ditandai dengan arus lalu lin tas modal yang lebih bebas, pembangunan ekonomi yang merata serta mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi, yang kedua mempercepat liberalisasi perdagangan di bidang jasa dan yang terakhir adalah meningkatkan pergerakan tenaga pro fesional dan jasa-jasa lainnya secara bebas di Kawasan.

11KOBARKOBARI EDISI 174 // XVI // November 2014

Mengenai permasalahan di kampus UII yang kebanjiran mahasiswa baru, kedepannya mungkin semakin tahun semakin bertambah kuota mahasiswa barunya. Namun, yang menjadi permasalahan adalah ruangan kelas yang kurang memadai, sehingga dalam kegiatan perkuliahan tidak intensif. Jumlah mahasiswa yang se harusnya bisa dibagi menjadi dua kelas, dipaksa menjadi hanya satu kelas. (Naily Qiyadatul Ulya – Jurusan Ekonomi Islam 2013)

Menurut saya program-program keislaman yang diadakan cukup berguna. Hal ini dikarenakan kaum in telektual seharusnya tidak hanya memiliki pemahaman dalam hal akademik saja, melainkan pemahaman moral juga. Jika kita melihat perguruan tinggi lainnya tidak me miliki program seefektif itu. Jadi menurut saya program tersebut harus tetap eksis dan dikembangkan kedepan nya. (Andry P Lantara - Jurusan Ilmu Hukum 2013)

Menurut saya kegiatan yang bertema Islami terse but sangat efektif dalam membangun mental spiritual mahasiswa. Sehingga, kegiatan tersebut harus divariasi kan kedepannya dan menutup kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaannya. (Andreza Pratama - Jurusan Manajemen 2013)

12 KOBARKOBARI EDISI 174 // XVI // November 2014

hampir setiap tahun terus merekrut karyawan baru. Tahun selanjutnya pun omset penjualan Samsung grup mencapai 255 triliunPerjalananwon. Samsung untuk menjadi salah satu perusahaan raksasa seperti sekarang tentu saja tidak mulus. Butuh waktu 10 tahun bagi Lee Kun Hee, sejak dia menjadi wakil direktur, untuk mem bentuk pola pikir karyawanya agar mampu berorientasi global. Gaya memimpin Lee Kun Hee yang out of the box menjadi kesuksesannya sehingga bisa membuat brand asal Korea Selatan ini merangkak sampai posisi yang patut diperhitungkan. Sebenarnya, prinsip-prinsip yang disampaikan Lee Kun Hee tidak berbeda jauh dengan kebanyakan jenis buku motivasi. Hanya saja penulis mencoba me nyajikannya dengan bahasa yang berbe da. Dalam buku ini, penulis tidak hanya berkutat pada pernyataan Lee kun Hee, tetapi juga tokoh-tokoh dunia yang men dukung kata-kata Lee Kun Hee seperti Genghis Khan, Michel Angelo, Peter Drucker, dan Akio Morita. Sayangnya, pemisahan catatan kaki yang disendirikan di bagian paling akhir buku ini membuat pembaca kesulitan untuk mencari tahu kutipan dalam tulisan. Selain itu, banyak sekali pepatah Korea dalam buku ini yang tidak diberikan penjelasan secara detail, sehingga dapat membingungkan pembaca.

dia berhasil melakukannya ditahun 2002. “Kita perlu kepercayaan, kesenangan, dan kebebasan dalam berorganisasi,” ungkap nya.Lee Kun Hee menganggap pemimpin butuh kreativitas, bukan kekuasaan. Ia sering kali memiliki pemikiran yang ber beda dengan mayoritas orang. Saat ini, masih banyak orang berpikir liburan itu hanya membuang waktu. Namun, sebagai CEO perusahaan besar, ia menekankan pentingnya liburan untuk mengisi ulang tenaga dan menjernihkan pikiran. Hal tersebut harus dilakukan dengan persiapan yang maksimal agar nantinya pekerjaan dapat dilakukan secara efisien. Ia juga maniak film. 1300 film telah ditontonnya saat masih kecil. Ketika menonton, ia tidak hanya melihat alur maupun aktor film tersebut, tetapi juga produser, juru kamera, dan penggambaran karakter to kohnya. Ia percaya, ide kreatif tidak hanya muncul karena hal baru, tetapi juga dari berbagai pengalaman dan masalah yang dihadapi.Tahun 1993, putra sulung Lee Byung Chul yang merupakan pendiri Samsung dan sempat menjadi buronan militer ini telah merombak manajemen Samsung dari padat aturan menjadi penuh tantangan. Dia selalu menekankan pada karyawannya untuk menentukan target setinggi dan sejelas mungkin. Hal ini sempat membuat para petinggi Samsung merasa khawatir tentang masa depan perusahaan tersebut. Namun kekhawatiran mereka mampu ditepisnya. Tahun 2010, Samsung grup memiliki 344.000 karyawan dan

“Dahulu, 100 juta orang menghidupi seorang raja. Sedangkan pada abad 21 ini, satu jenius dapat menghidupi ratusan ribu orang.” Inilah pernyataan Lee Kun Hee yang sempat membuat banyak orang kebingungan mendengarnya. Namun, kini kita bisa melihat Bill Gates dengan Micro soft-nya, Steve Jobs lewat Apple-nya, dan Mark Zuckeberg yang mampu menyatu kan ratusan juta orang di seluruh dunia melaluiSamsungFacebook-nya.yangberdiri sejak 1961 sering kali disebut sebagai dinasti baru karena usianya hampir mencapai seratus tahun. Lewat buku ini, Kim Byung Wan menceritakan pengembangan pribadi dan organisasi yang dilakukan Lee Kun Hee untuk membawa Samsung dari yang hanya perusahaan elektronik sampai menjadi salah satu brand terbaik dunia saat ini. Dalam mengembangkan organisasinya, CEO Samsung grup ini menerapkan 27 prinsip pengembangan pribadi. Hal-hal menarik di antara 27 prinsip tersebut ialah Lee Kun Hee mendorong karyawan nya untuk mencari informasi sebanyak mungkin. Dengan begitu, rencana untuk mencapai tujuan akan jelas dan sesuai dengan target. “Hadapi hidup dengan penuh keberanian”. Ini merupakan cerminan sosok Lee Kun Hee yang optimis dengan targetnya dan tidak pernah mengenal kata menyerah. Dia siap jika harus gagal berulang kali dalam jangka waktu lama. Tahun 1987, Lee Kun Hee menyatakan bahwa dia akan menjadikan Samsung sebagai perusahaan terbaik Korea ditahun ’90-an. Meskipun meleset beberapa tahun,

Out of the Box Source: Google

Judul Kun Hee Lagi,

27 Etiquette) Penulis : Kim Byung Wan Penerbit : Noura Books Tahun : 2012 (cet.1Bahasa Indonesia September 2014) Tebal : 268 halaman; 15x23 cm Harga : Rp. 58.000,00 Oleh: Norma Indah Pratiwi Sekali

: Samsung Code, 27 Prinsip Pengembangan Pribadi dan Organisasi ala Samsung (Lee

Peletakan text book terkadang juga dirasa kurang tepat karena pembaca harus ber henti untuk membaca text book sebelum memasuki paragraf selanjutnya.

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.