Buletin KOBARKobari Edisi 171/XVII/Juli 2014 - Realitas di Balik Transisi Kepemimpinan UII

Page 1

Edisi 171 | Tahun Ke-16 | Juli 2014 e-mail : lpmhimmah@uii.ac.id, sites : http://lpmhimmahuii.org 1 Abdurrahaman Al-Asykari | KOBARkobari Realitas di Balik KepemimpinanTransisiUII

Dikeluarkannya SK perihal Pemilihan Rektor dan Wakil Rektor Ulang UII bukan tanpa sebab. Selasa (29/03), PYBW UII membatalkan pelantikan rektor terpilih Hadri Kusuma beserta wakil rektor I, II, dan III berturut turut, yaitu Fadjar Ma Kampus Terpadu, KOBARkobari harika, Nur Feriyanto, dan Abdul Jamil. Sekretaris PYBW UII, Endro Kumoro, mengungkap alasan di balik pembatalan tersebut. “Rektor terpilih (Hadri Kusu ma-red) belum memenuhi syarat sebagai rektor UII,” kata Endro. Peraturan PYBW UII Nomor 13 Tahun 2013 Pasal 7 men erangkan bahwa yang dapat dipilih seb agai rektor dan atau wakil rektor harus memenuhi syarat formal dan material. Dalam hal ini, Hadri dinyatakan tidak memenuhi syarat formal sesuai dengan pasal 7 ayat 2 huruf l. Pasal tersebut me nyatakan, rektor dan atau wakil rektor tidak pernah mendapat sanksi adminis tratif dengan kualifikasi sedang dan atau berat. Ditanya soal sanksi, Endro men gatakan hal tersebut adalah kewenangan senatSementarauniversitas.itu, Muqodim selaku Ketua Pengembangan Usaha PYBW UII mengatakan bahwa Hadri telah terlibat dalam penyalahgunaan dana yang dilaku kan pada saat ia menjabat sebagai dekan Fakultas Ekonomi UII periode 2010-2014. “Ketika ada pengeluaran dengan nominal puluhan juta rupiah kepada pihak luar, namun tidak ada pencatatan atas bukti pengeluaran tersebut, secara hukum itu sudah jelas salah,” tegas Muqodim. Dari keterangannya, saat ini Hadri mendapat pembebasan tugas sebagai guru besar universitas selama satu semester atau kurang lebih enam bulan. “Memang sank si administratif kualifikasi berat, namun sudah yang paling ringan,” imbuhnya. Bergulirnya kasus yang menjerat Hadri ini diakui juga oleh Muqodim bahwa ada un sur politis. “Jika kasus ini terkuak ketika ia menjadi rektor, itu justru akan men jatuhkan nama baik UII. Pertimbangan manajemen resiko menjadi poin utama,” ujarnya.Harsoyo yang merupakan anggota senat universitas pada saat kasus ini ter jadi pun menganggap tidak terjadi kes alahan dalam proses pemilihan rektor dan wakil rektor. Bahkan, mereka baru mengetahui kasus tersebut saat calon rektor telah terpilih. Sementara Abdul Jamil yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Panitia Pemilihan Rektor dan Wakil Rektor periode 2014-2018 mengaku bah wa prosedur yang mereka lakukan sudah benar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Hadri Kusuma batal menduduki kursi rektor UII lantaran menyalahgunakan dana. Oleh: Tri Setiani Setelah dikeluarkannya Surat Kepu tusan (SK) Nomor 01/KPTS/IV/2014 peri hal Pemilihan Rektor dan Wakil Rektor Ulang Universitas Islam Indonesia (UII), akhirnya Pengurus Yayasan Badan Wakaf (PYBW) UII melantik Harsoyo sebagai rektor terpilih 2014-2018 dan Ilya Fadjar Maharika, Nur Feriyanto, dan Abdul Jamil berturut-turut sebagai wakil rektor I, II, dan III, yang terpilih pada 2 Juni 2014.

Reportase bersama: Putri Werdina C. A. dan Al Aina Radiyah

Khawatir tidak Rektor Definitif Salah satu dampak Pilrek ulang adalah tertundanya jadwal wisuda ma hasiswa periode IV yang seharusnya dige lar pada 23 Mei 2014 menjadi 23 Agus tus 2014. “Sampai saat ini, sesuai data yang masuk dari fakultas, ada sekitar 707 mahasiswa yang mengalami penundaan wisuda dan masih ada fakultas yang be lum melapor. Kemungkinan totalnya ti dak akan bergeser jauh,” ungkap Mono Nanang Sugianto selaku Ketua Divisi Di rektorat Akademik. Sementara itu, wisu da periode V tetap dilaksanakan sesuai jadwal, yaitu pada 30 Agustus 2014. Harsoyo menuturkan, penundaan ini dilakukan lantaran mereka khawatir jika nanti ijazah mahasiswa tidak dapat diterima oleh institusi lain karena tidak ditandatangani oleh rektor definitif. “Sebenarnya bisa saja presidium menan datangani ijazah mahasiswa. Namun, kita memperhatikan persepsi pihak eksternal yang pasti menanyakan tanda tangan presidium yang tidak lazim ada di ijazah mahasiswa karena seharusnya pimpinan sebuah universitas bukanlah presidium, tetapi rektor,” ungkap Muqodim. Adanya Pilrek ulang pun tidak luput dari komentar para mahasiswa. Citra Adi Mutiara, mahasiswa Teknik Industri an gkatan 2010 mengatakan adanya Pilrek ulang ini karena Hadri bermasalah. “Men genai faktor utama dilakukan pemilihan rektor ulang, saya kurang tahu jelas. Na mun berdasarkan perbincangan temanteman, calon rektor terpilih dari fakultas ekonomi itu bermasalah. Itu sebabnya di lakukan pemilihan ulang,” ujarnya. Komentar lain juga datang dari Is naini Purnomosidi, mahasiswi Psikologi angkatan 2010 yang juga harus menunda wisudanya lantaran Pilrek ulang. “Yang namanya wisuda kan sudah teragenda di kalender akademik. Jadi, saat ada ke munduran inginnya dijelaskan kenapa,” ungkapnya.q

UII melaksanakan Pemilihan Rektor dan Wakil Rektor Ulang periode 2014-2018. Mengapa Hadri Kusuma, Rektor Terpilih yang secara proses demokrasi telah sah ditetapkan sebagai rektor terpilih tiba-tiba dibatalkan? Ternyata ia telah menyelewengkan dana beasiswa BPKLN. Hal ini yang membuat ia harus dicekal untuk naik menjadi orang nomor satu di kampus ini. Hukuman yang dilimpahkan kepada penyeleweng dana beasiswa BPKLN sebatas sanksi administratif saja. Universitas kita berlabel Islam, tapi mengapa masalah seperti ini harus ditutupi dan dilindungi? Kampus kita mengikuti syariat islam, tapi mengapa hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan malah dilanggar? Mereka sudah meyandang gelar haji dan profesor, tapi seolah-olah tidak tahu perkara sekecil ini pun bisa membuat masalah menjadi besar. Mengapa Yayasan Badan Wakaf UII tidak membawa masalah ini ke ranah hukum? Bukannya hukum memandang semua secara adil tanpa pandang bulu, mengapa harus ditutup-tutupi ke publik? Apa kami tidak boleh tahu permasalahan yang ada di rumah kami sendiri? Islam tidak pernah mengajarkan hal seperti ini. mereka yang seharusnya sudah mapan secara ilmu, iman, dan amal. Ternyata masih belum. Apakah perlu para calon akademisi dan karyawan yang akan mendaftar di kampus ini diikutsertakan dalam Orientasi Nilai Dasar Islam (ONDI) agar tahu Islam seperti apa yang membimbing mereka? Seharusnya, ada pertimbangan yang dipenuhi pada diri pemimpin kampus ini sebelum mereka memimpin mahasiswanya.

Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa HIMMAH Universitas Islam Indonesia. Alamat Redaksi: Jln. Cik di Tiro No.1 Jogjakarta. Telp (0274) 3055069, 085779559104 (Anisa Kusuma W., Iklan/Perusahaan). Saran dan kritik melalui email: lpmhimmah@uii.ac.id, http:// lpmhimmahuii.org.

Putri Werdina C. A. KOBARkobari

Panitia Pemilihan Rektor Ulang tengah melakukan pengitungan suara dalam menentukan calon rektor terpilih UII periode 20142018 di Gedung Kuliah Umum Sardjito, Jumat (9/5).

Realitas di Balik KepemimpinanTransisiUII

32 KOBARKOBARI EDISI 171 // XVII // Juli 2014 KOBARKOBARI EDISI 171 // XVII // Juli 2014

Dewan Redaksi: Moch. Ari Nasichuddin, Irwan A. Syambudi. Pemimpin Redaksi: Marta Dwi K. Sekretaris Redaksi: Hasinadara P. Redaktur Pelaksana: Raras Indah F. Redaktur Foto: Revangga Twin T. Redaktur Artistik: Metri Niken L. Staf Redaksi: Yuyun Novia S., Laras Haqkohati, Kholid Anwar, Fikrinisa’a Fakhrun H. Fotografi: Nafiul Mualimin, Asyharuddin Wahyu Y., M. Rahmat Akbar W. Penelitian dan Pustaka: Aghreini Analisa, Alfa Nur S., Desi Rahmawaty. Rancang Grafis: Rahmat Wahana, Syahril, M. Khoirul Anam, Galuh Ayu P., Ahmad Taupik B., Deby Hermawan. Perusahaan: Anisa Kusuma W., Siti Mahdaria, Alan Dwi P., Arga Ramadhana, Riesky Diyanti P. PSDM: Bayu Putra P., Budi Armawan, Maya Indah C. Putri, Fajar Noverdian. Jaringan Kerja: Aldino Friga P. S. Magang: Adilia Tri H., Aldi Iryandi, Azka Destriawan, Nurcholis Ainul R. T., Danca Prima R., Difa Aryanti, Fitri Sarita, Hanif Abdul H., Dian Indriyani, Jessica Noviana D. P., Sirojul Khafid, M. Nafis Alfarisi, Norma Indah P., Putri Bidadari A., Putri Zakia S., Tsania Faza, Istirahmi Septiana, Siti N. Qoyimah., Abdurahman Al-Asykari, Prita Fathimah A., Agung Setio B., Putri Werdina C. A., Tri Setiani, Iqbal Lazuardi, M. Zulva Aulia, Diah Dwi D., Ferry Firmansyah A., Dian Ratna S., Novita Dwi K., Salma Durroh S., Eka Yuni L., Hafiz Novian M., Gyan Cassandra S., Fauzi Farid M., Nona Viananda, Zulia Ady R., Alodia Meitasari, Mazdan Maftukha A., Imam Wahyudi, Novalinda Erdianti W., Arieo Prakoso, Al-Aina Radiyah.

“Syariat Islam amalan kita. Tegakkan iman dan tauhid. Dengan catur dharma pedoman nyata, semoga Allah meridhoi UII. Aamiiin...”

“Kami menerima hak jawab jika ada pihak - pihak tertentu yang keberatan dengan dengan pemberitaan KOBARkobari”

Pencairan Dana Beasiswa BPKLN Mogok

Oleh: Novalinda W. *)

Tiga bulan berlalu terhitung sejak Keluarga Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (KM UII) berdemonstrasi di de pan Gedung Kuliah Umum Sardjito pada tanggal 26 Maret 2014. Mereka menuntut transparansi hasil temuan tim in vestigasi mengenai indikasi penyalahgunaan dana beasiswa Biro Perencanaan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN). Namun, demonstrasi tersebut tidak menuai hasil seperti apa yang mahasiswa harapkan. Bahkan hingga detik ini, mahasiswa penerima beasiswa BPKLN belum memperoleh hak infor masi yang utuh soal kejelasan dana di dalamnya. Informasi yang didapat pun sangat minim, seakan-akan hal ini me mang sengaja ditutup rapat oleh pihak universitas. BPKLN merupakan beasiswa unggulan yang ditujukan untuk mahasiswa strata 1 (S1) dan pascasarjana (S2) oleh Biro Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sekretariat Jenderal Perencanaan Kerjasama Luar Negeri. Nominal uang pada beasiswa ini bukan sembarang ‘receh’. Ratusan juta rupiah mengalir ke rekening setiap fakultas yang ter pilih untuk menerima beasiswa tersebut. Menurut perjan jian awal, dana sekian ratus juta ini diserahkan sepenuh nya kepada para penerima beasiswa. Dalam MoU BPKLN pun menerangkan bahwa mahasiswa S1 penerima beasiswa tersebut dibebaskan dari biaya SPP selama delapan semes ter (48 Janjibulan).tinggalah janji. Hingga detik ini, penerima bea siswa BPKLN belum dapat menikmati sepenuhnya hak yang seharusnya mereka peroleh. Berdasarkan informasi yang saya dapat dari salah satu mahasiswa S1 penerima bea siswa tersebut, pembebasan biaya yang ia peroleh hanya berupa SPP selama empat semester pertama. Selebihnya, pembayaran SPP ia tanggung sendiri tanpa ada bantuan dana sepeser pun dari haknya atas beasiswa tersebut. Tentu tidak mengherankan ketika para penerima beasiswa ini kemudian mempertanyakan kejelasan dana yang sekian lama tidak kunjung cair. Alasan administratif menjadi dalih klise fakultas ketika mahasiswa mencoba mempertanyakannya. Pihak universitas pun bungkam saat ditanya lebih lanjut soal kendala administratif yang meng hambat pencairan dana beasiswa ini. Berdasarkan penu turan Bachnas selaku mantan Wakil Rektor III, di awal, pihak rektorat tidak menyetujui sepenuh hati jika aliran dana langsung mengucur ke rekening setiap fakultas. Na mun, pada akhirnya pihak rektorat setuju terhadap kepu tusan itu karena percaya bahwa fakultas dapat mengemban amanah yang diberikan. Sebagai seorang mahasiswa, saya melihat ini sebagai suatu hal yang ironis. UII sebagai kampus yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam ternyata belum sepenuhnya mampu mengimplementasikan secara nyata syariat-syariat ajaran di dalamnya. Padahal, seharusnya universitas ini dapat men jadi role model kampus Islam yang ideal. Pihak universitas terkesan hanya menuntut kewajibankewajiban administratif yang harus dipenuhi mahasiswa penerima beasiswa BPKLN, salah satunya adalah membayar SPP tepat waktu. Namun, kewajiban tersebut tidak diim bangi dengan tanggung jawab universitas untuk memenuhi hak yang sudah mereka janjikan kepada para mahasiswa tersebut. Mahasiswa seakan-akan tidak layak untuk tahu atau mencari tahu di mana sesungguhnya hak mereka dis impan atau mungkin disalahgunakan. Birokrat kampus ter kesan membiarkan mahasiswa bertanya-tanya sendiri. Hal ini yang akhirnya menciptakan spekulasi negatif di kalangan mahasiswa bahwa telah terjadi penyelewengan dana bea siswa BPKLN di lingkungan dekanat.

Dalam bait hymne UII di atas yang selama ini dengan bangga kita nyanyikan dengan lantang, semestinya dapat menjadi cermin bahwa UII sebagai kampus Islam seharusnya dapat mengamalkan syariat Islam serta menanamkan iman dan tauhid, tidak hanya dalam diri mahasiswa saja tetapi bagi seluruh masyarakat UII. Pun bukankah terdapat suatu ajaran Islam yang tidak kalah penting, yaitu sifat amanah untuk pedoman setiap tindakan, termasuk penuntasan kasus beasiswa ini!q *) Mahasiswi Psikologi 2011/ Magang LPM HIMMAH UII

54 KOBARKOBARI EDISI 171 // XVII // Juli 2014 KOBARKOBARI EDISI 171 // XVII // Juli 2014

Kuliner Gurih Khas Kaliurang

Pelanggan

Laris Regenerasi

Produksi Jadah

Dari salah satu sudut tempat produksi Jadah Tempe Mbah Carik, terlihat beberapa orang pekerja sedang sibuk melakukan pekerjaannya masing-masing, mulai dari mengupas kelapa, menanak ketan, hingga mem bentuknya menjadi jadah. Dapur yang selalu penuh kepulan asap dan panas ini memang tidak pernah sepi dari hiruk-pikuk proses pembuatan jadah karena se tiap hari pelanggan silih berganti datang memesan jadah tempe. Dalam sehari, warung yang terletak di Jalan Kaliurang Kilometer 25 ini dapat menjual sekitar seribuSejarahjadah.singkat

Jadah Tempe Mbah Carik dimulai pada tahun 1950-an. Saat itu, jadah tempe adalah makanan yang biasa bagi warga desa Kaliurang. Na mun, Sastro Dinomo atau yang lebih sering disapa Mbah Carik mulai memperkenalkan makanan tersebut kepada warga desa sekitar Kaliurang lainnya. Hingga akhirnya, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mencicipi jadah tempe tersebut dan ternyata ia sangat menyu kainya. Sejak saat itulah jadah tempe mulai terkenal dan menjadi ikon kuliner khas Kaliurang.q

TempeTerjangkau

Narasi dan Foto oleh: Putri Werdina C. A.

76 KOBARKOBARI EDISI 171 // XVII // Juli 2014 KOBARKOBARI EDISI 171 // XVII // Juli 2014

Reportase bersama: Ferry Firmansyah A., Fauzi Farid M., Nur Siti Fatimah

Abdurrahaman Al Asykari KOBARkobari

internal UII saja berupa penyalahgunaan wewenang dan gratifikasi yang dilarang dalam internal UII. “Jadi kita tetap bera sumsi ini tidak ada sangkut pautnya den gan negara, karena uang internal yang disalahgunakan,” tambah Bachnas. Pada awal pengajuan beasiswa BP KLN, rektorat sangat tidak setuju dana beasiswa ini ditransfer langsung ke fakultas namun akhirnya mereka setuju mengingat dekan bukan orang sembaran gan dan dapat dipercaya sehingga hanya mengingatkan agar melaksanakan sesuai aturan. Bachnas sering menanyakan ke pada tiap fakultas apakah ada masalah dan dijawab tidak ada masalah. Rektorat juga tidak berhak mengakses laporan per tanggungjawaban karena hanya yayasan yang punya kewenangan untuk mengecek ke fakultas. Perbedaan Antar Fakultas Setiap fakultas memiliki perbedaan terkait jumlah penerima beasiswa BP KLN, mekanisme, maupun pengelola. Sebagai contoh untuk FH angkatan 2011 terdapat 20 penerima sedang untuk FTSP angkatan 2011 terdapat 30 penerima. Se lain itu untuk komponen biaya juga ber beda sesuai dengan yang diajukan dalam proposal yang disetujui BPKLN. Dalam MoU jumlah pasal antara FE dan FTSP tahun ajaran 2012 sama. Per bedaan terletak pada pasal 7 ayat 1 pada FE berbunyi “PIHAK PERTAMA bertang gung jawab membiayai pendidikan untuk setiap orang selama jangka waktu pendi dikan sesuai dengan pasal 5 sebesar Rp. 52.000.000,- (lima puluh dua juta rupi ah)” sedang FTSP berbunyi “PIHAK PER TAMA bertanggung-jawab membiayai bi aya pendidikan untuk setiap orang selama jangka waktu pendidikan sesuai dengan pasal 5, yang terdiri dari biaya SPP tetap, SPP variabel, dana pengembangan, dana TI, laboratorium, dana kemahasiswaan dan Asuransi, seperti tertera dalam buku Panduan Admisi UII 2011/2012”. Siti Afidatul K., mahasiswa Akuntansi angkatan 2012 selaku penerima bea siswa, mengatakan bahwa selama ini beasiswa yang diterima sejumlah den gan SPP tetap ditambah SPP variabel. Siti dapat menerima beasiswa ini setelah mengumpulkan kuitansi pembayaran SPP tiap semesternya. “Jadi tiap semester berbeda tergantung berapa SKS yang kita ambil,” tambahnya.

Oleh: Siti Nur Qoyimah Kampus Terpadu, KOBARkobari Pengurus Yayasan Badan Wakaf mem bentuk Tim Pencari Fakta untuk menang gapi isu negatif yang beredar terkait Beasiswa Unggulan Biro Perencanaan Ker jasama Luar Negeri (BPKLN). KOBARkobari tidak dapat mengetahui hasil temuan Tim Pencari Fakta karena tidak ada jawaban dari Pengurus Yayasan Badan Wakaf mau pun senat universitas yang berwenang atas hasil tersebut. Meskipun begitu Pen gurus Yayasan Badan Wakaf menetapkan bahwa 7 dari 8 fakultas pengelola bea siswa BPKLN mendapatkan hukuman ad ministratif internal UII. Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Teknik Industri (FTI), dan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) menerima sanksi dengan klasifika si berat sedangkan fakultas yang lain sep erti Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Psikologi dan Sosial Bu daya (FPSB), dan Fakultas Hukum (FH) menerima sanksi dengan klasifikasi ringan dan sedang. Salah satu sanksi administra tif kualifikasi berat kepada mantan dekan berupa pembebasan tugas sebagai guru besar universitas selama 1 semester atau kurang lebih selama 6 bulan. Rusli Muhammad, selaku Dekan FH periode 2010-2014 menerangkan BPKLN sebagai penerima laporan pertanggung jawaban dari fakultas yang berisi lapo ran evaluasi studi dan laporan keuangan tiap semester selama ini selalu diterima dan tidak ada temuan apapun. Selain itu pasal 7 ayat 1 dan ayat 2 yang berbunyi, “Jumlah biaya yang tersebut pada ayat (1) sudah termasuk pajak-pajak, bea ma terai, dan biaya-biaya lain yang timbul karena perbuatan/atau pelaksanaan per janjian ini menurut ketentuan peraturan perundang-undangan menjadi beban PI HAK KEDUA”, menurutnya dapat menim bulkan multitafsir antara . Bachnas selaku Wakil Rektor III peri ode 2010 2014 mengatakan bahwa tidak ada yang salah dengan Memorandum of Understanding (MoU). Masalah ini hanya

98 KOBARKOBARI EDISI 171 // XVII // Juli 2014 KOBARKOBARI EDISI 171 // XVII // Juli 2014

Terdapat 2 kelompok biaya dalam beasiswa ini yaitu FH biaya perkuliahan dan biaya pengelolaan FE biaya akademik dan non akademik, sedang FIAI biaya aka demik dan biaya pengembangan. Dadan Muttaqien, selaku Dekan FIAI tahun 2009-2014, mengatakan biaya pengem bangan dapat berupa riset yang maha siswa lakukan. Selain itu dana pengem bangan lain dapat berupa outbound, pengembang karakter, dan sosialisasi. Rusli mengatakan bahwa dalam pelak sanaan beasiswa unggulan BPKLN untuk FH memiliki tim khusus untuk mengelola beasiswa. Tim tersebut terbagi menjadi beberapa bidang seperti penanggung jawab, evaluasi mahasiswa dan monitor ing mahasiswa. Rusli juga menambahkan bahwa di fakultas lain berbeda-beda pen gelolanya, tidak persis dengan FH. Untuk FIAI dikelola oleh wakil dekan. Beasiswa Unggulan Biro Perenca naan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) Beasiswa Unggulan Kementerian Pen didikan dan Kebudayaan, Sekretariat Jenderal, Biro Perencanaan Kerjasama Luar Negeri adalah salah satu beasiswa di UII yang disediakan untuk mahasiswa S1 maupun S2. Kerjasama diawali den gan mengajukan proposal oleh tiap-tiap fakultas yang kemudian oleh BPKLN di evaluasi apakah layak atau tidak. Isi dari proposal antara lain kelompok biaya un tuk didanai serta nama calon mahasiswa yang telah diseleksi fakultas. Jika diang gap layak kemudian diimplementasikan, salah satunya melalui MoU. Nandang Sutrisno, selaku Wakil Rek tor I periode 2010-2014 menambahkan MoU dibahas bersama antara para dekan dengan BPKLN dan tidak ada perwakilan dari rektorat dalam pembuatan draft MoU. Kemudian mekanisme dilaksanakan sepenuhnya oleh tiap fakultas setelah otorisasi berupa tanda tangan oleh pihak tertinggi universitas yaitu rektor sesuai permintaan BPKLN. Otorisasi bisa Rektor atau wakil rektor. “Ada yang ditandatan gani wakil rektor I atau wakil rektor III karena kebetulan ada yang belum ditan datangani Wakil Rektor I namun saat itu Wakil Rektor I tidak ada, akhirnya dipu tuskan yang menandatangani Wakil Rek tor III,” tambah Bachnas. MoU untuk semua fakultas berisi 16 pasal mengenai ketentuan umum, tujuan beasiswa, peserta pendidikan, kurikulum program, jangka waktu pendidikan, ling kup pekerjaan, biaya pendidikan, pem bayaran, pelaporan, hak dan kewajiban, sanksi dan denda, force majeure (ke adaan yang memaksa-red), perselisihan, dokumen, lain-lain, dan penutup serta daftar nama penerima beasiswa unggu lan.Beasiswa unggulan BPKLN menang gung biaya pendidikan selama jangka waktu pendidikan pada Program Jenjang S1. Beasiswa in berlaku selama delapan semester atau selama 48 bulan yang ber langsung dari awal perkuliahan semester 1 mulai bulan Agustus 2011 sampai den gan akhir masa studi sesuai pasal 5 dalam MoU FTSP. Dana beasiswa yang diturunk an secara bertahap dikirim langsung ke rekening fakultas sesuai pasal 8 ayat 1 poin b. Kemudian fakultas mendistribusi kan dana tersebut ke penerima beasiswa unggulan BPKLN. Selain itu kewajiban pengelola beasiswa adalah melaporkan evaluasi hasil studi secara tertulis dan laporan keuangan sesuai pasal 9 ayat 1. Dari delapan fakultas di UII tidak semua fakultas menerima beasiswa se tiap tahunnya. Beberapa fakultas hanya menerima untuk satu angkatan seperti FH angkatan 2011 dan FIAI angkatan 2012. Sedangkan penerima beasiswa FE dian taranya angkatan 2011, 2012, dan 2013. Hal ini terjadi karena ada syarat tamba han bahwa fakultas memiliki kerjasama dengan universitas luar negeri atau biasa disebut double degree. Fakultas di UII yang mempunyai kerjasama dengan uni versitas luar negeri diantaranya Fakultas Ekonomi FE, FTSP, dan FTI.q

Tujuh dari delapan fakultas mendapatkan sanksi adminstratif internal UII klasifikasi ringan hingga berat terkait penyalahgunaan wewenang dan gratifikasi kepada BPKLN.

Beasiswa BPKLN Berujung Sanksi

“Mahasiswa” adalah sebuah kata yang memang terlihat sederhana. Tetapi, bagi segelintir orang yang mengerti, kata ini akan bermakna luar biasa. Tanggung jawab besar yang menunggangi setiap pundak mahasiswa menjadikannya seb agai sosok “maha”, bukan lagi “siswa”. Tahun 1998, kehidu pan mahasiswa yang ideal bukanlah ia yang hanya datang, duduk, lantas pulang dari aktivitas perkuliahan, melainkan juga aktif dalam kegiatan yang memiliki dampak bagi ling kungan di sekitarnya. Kala itu, mahasiswa sibuk memikirkan hajat hidup orang banyak yang menjadi korban ketamakan penguasa. Hal ini menjadi bukti bahwa mahasiswa tidak di lahirkan dari kelas yang membosankan, melainkan lahir dan tumbuh bersama masyarakat. Rasulullah SAW bersabda, khairunnas anfa uhum linnas ‘sebaik-baiknya manusia adalah ia yang bermanfaat bagi ma nusia lainnya.’ Mungkin sabda tersebut telah tumbuh bersama para mahasiswa ketika itu. Tetapi seiring berjalannya waktu, mungkin sabda tersebut telah luntur dalam tubuh-tubuh yang menamakan dirinya sebagai mahasiswa. Padahal, sabda tersebut bisa menjadi bekal awal mahasiswa untuk menjalani kehidupannya sebagai seorang manusia. Waktu yang terus berjalan diiringi dengan fenomenafenomena yang menggemparkan pun menjadi bukti terlu cutinya identitas maha yang kembali menjadi siswa. Fenom ena inilah yang lazim kita kenal sebagai “maha/siswa”. Rekan saya pernah berkata, “Jika dinding-dinding bangunan yang sedikit banyak berubah bisa berbicara, mungkin dia akan ber kata kepada kita, ‘Aku rindu mendengarkan suara teriakanteriakan kebenaran, suara-suara para intelektual berdiskusi untuk mencari kebenaran, bahkan nyanyian-nyanyian yang membangkitkan ghirah perjuangan kalian mahasiswa.’ Say angnya dinding-dinding ini hanyalah benda mati yang mung kin hanya bisa bersedih dan meratapi kita saat ini.” Saya mencoba memetakan permasalahan tersebut men jadi dua bagian yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan. Pertama, fenomena maha/siswa terjadi karena ia sendiri yang membentuknya. Kedua, sistem setiap kampus yang memaksa mahasiswa untuk masuk ke dalam fenomena seb agaimana yang dimaksud. Lantas, siapa yang harus disalahkan dan pantas bertanggung jawab atas fenomena ini? Jawaban nya adalah kita semua. “Diam tak rela, berbuat pun aku bisa apa?” Di satu sisi, kalimat tersebut membuat kita pasrah dengan keadaan yang kini terjadi. Di lain sisi, kita harus paham bahwa kalimat “berbuat pun aku bisa apa?” akan menguji apakah kita benarbenar mahasiswa atau maha/siswa. Di sini, dengan tegas saya katakan bahwa saya adalah mahasiswa, bukan maha/siswa. Itulah sebabnya saya ingin ikut mengambil tempat guna men gubah fenomena maha/siswa. Tidak sedikit cara yang sebena rnya dapat kita lakukan untuk mengubah keadaan yang ada sebagai alternatif solusi, misalnya saja konsistensi mahasiswa yang sadar bahwa dirinya adalah maha dan bukan lagi siswa serta merevitalisasi manajemen sistem yang memungkinkan untuk menekan tingginya fenomena maha/siswa.

q *) Mahasiswa Ilmu Hukum 2011 Oleh: Harry Setya N. *) Abdurrahman Al-Asykari KOBARkobari

Salah‘Maha/Siswa’Siapa?

1110 KOBARKOBARI EDISI 171 // XVII // Juli 2014 KOBARKOBARI EDISI 171 // XVII // Juli 2014

Fenomena

Revitalisasi Manajemen Sistem Salah satu bentuk revitalisasi yang dapat kita lakukan adalah mengembalikan posisi pembantu dekan III di setiap fakultas sebagai pihak yang bertanggung jawab penuh un tuk membekali mahasiswa. Di sini, urgensi pembantu dekan III adalah memaksimalkan pembekalan yang ada pada setiap fakultas, di luar upaya yang dapat dilakukan oleh lembaga ke mahasiswaan.Selainitu, kita juga bisa menjadikan kegiatan lembaga se bagai syarat Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan bobot 0 SKS, seperti halnya Orientasi Nilai Dasar Islam (ONDI) dan Baca Tulis Al-qur’an (BTAQ) yang telah diimplementasikan sebel umnya. Sedikit berkaca pada Universitas Paramadina, model sistem seperti ini ternyata mampu menekan tingginya tingkat apatisme mahasiswa. Hal-hal yang harus dilakukan selanjut nya adalah mengamati, memodifikasi, dan mengaplikasikan nya. Jadi, bukan serta-merta hanya menyalin sistem tersebut. Kita perlu menggarisbawahi bahwa ini bukanlah coba-coba, melainkan bentuk ikhtiar kita untuk mengembalikan esensi seorang mahasiswa. Saya teringat pesan Rasulullah SAW terhadap kesalahan Bani Ismail yang tertuang dalam Surat Al-Baqarah ayat 44, “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan (kewajiban) dirimu sendiri. Tidak kah kamu berpikir?” Oleh sebab itu, seraya mengucap bismil lahirrahmanirrahim, saya ingin mengajak diri sendiri dan para mahasiswa untuk bersama-sama menghapus fenomena maha/ siswa. Kampus rindu dengan sosok-sosok mahasiswa yang mampu memainkan peran sebagai infanteri rakyat dengan berbelati keberanian, bertameng ketangguhan, bersenapan kesolidan, dan berbekal peluru kebenaran.

Konsistensi Mahasiswa Konsistensi mahasiswa yang sadar bahwa dirinya adalah maha setidaknya menjadi upaya minimal yang dapat dilaku kan guna mengembalikan identitas ‘mahasiswa’. Asumsinya, terdapat kurang lebih 25% mahasiswa yang resmi beridenti tas mahasiswa. Jika kita mampu menjaga identitas tersebut, maka setidaknya kita dapat menjaga dinamika hingga men capai persentase yang lebih besar dari sebelumnya. Terlebih apabila 25% mahasiswa tersebut tidak hanya konsisten, me lainkan berupaya untuk ikut berperan aktif.

Film ini berkisah tentang perjuangan kakak beradik yang mempertahankan hidupnya pada akhir Perang Dunia II di Kota Kobe, Jepang. Perang telah mem buat mereka harus kehilangan ibu, aki bat serangan bombardier oleh pesawat Amerika dan ayah mereka sebagai kap ten angkatan laut yang harus berjuang di medanSeita,perang.sang kakak yang duduk di bangku SMP dan adiknya, Setsuko, yang masih berusia lima tahun harus berjuang untuk bertahan hidup tanpa kedua orang tua Kehilanganmereka. orang tua membuat Sei ta menjadi lebih tegar dan dewasa. Ia menggantikan peran seorang ibu seka ligus ayah bagi Setsuko. Rumah mereka hangus tak tersisa akibat perang. Berun tung sebelum bom bardir terjadi, Seita sempat mengubur persediaan makanan di pekarangan rumahnya. Untuk sementara persediaan makanan itu bisa membantu. Seita memutuskan untuk tinggal ber sama keluarga bibinya. Mereka diizinkan untuk tinggal di rumah bibinya dengan syarat bersedia membagi persediaan makanan dan barang-barang berharga mi lik mereka. Pertengkaran terjadi ketika sang bibi menjual kimono-kimono mahal milik ibunya dengan alasan hasil penjual annya digunakan untuk membeli beras. Sejak saat itu, sang bibi sering meng gerutu dan mengatakan bahwa Seita dan Setsuko hanyalah sepasang benalu yang singgah di rumah mereka. Kondisi itu membuat Seita memutuskan untuk pergi dari rumah bibinya. Mereka menemukan sebuah tempat perlindungan dari bom yang mirip tero wongan di tepi danau dan memutuskan untuk menetap di sana. Seita menjual ba rang-barang yang tersisa untuk membeli beras, tetapi tidak mudah untuk menu kar uang dengan makanan karena saat itu persediaan makanan semua penduduk, tak terkecuali penjual makanan, telah dijatah oleh pemerintah jepang. Saat Setsuko mulai merasa lapar, ia seringkali membayangkan batu-batu kerikil adalah beberapa buah permen dan bola nasi. Malam hari ia bermain dengan kunangkunang tetapi kunang-kunang itu selalu mati keesokan paginya. Semakin hari persediaan makanan semakin menipis dan bertambah pula kuburan kunang-kunang Setsuko. Tak ada lagi yang bisa dimakan, hingga suatu hari Setsuko terkena diare dan tubuhnya semakin lemah. Demi menyelamatkan Setsuko, Seita terus berusaha mencari makanan dengan segala cara. Ia mencuri makanan di rumah penduduk yang di jatuhi bom atau jagung dan kentang di kebunNamunpetani.sayangnya nyawa Setsuko tak tertolong lagi. Akhirnya, Seita mengubur kan Setsuko di antara kuburan kunangkunang peliharaannya. Film ini berdasarkan otobiografi seminovel Grave of The Fireflies yang di tulis oleh Akiyuki Nosaka. Ia kehilangan adiknya akibat kekurangan gizi di zaman perang tahun 1945. Ia menyalahkan dirin ya sendiri karena kematian saudaranya. Ia pun menulis cerita ini untuk menebus kesalahannya. Sayangnya, dalam film ini terdapat dialog kasar antartokoh saat Seita mencoba untuk mencuri jagung dan kentang di kebun petani dan ad anya adegan kekerasan yang membuat sebagian tubuh Seita menjadi memar. Di luar kelemahannya, film ini bisa menjadi cerminan bagi kita tentang perjuangan dalam menghadapi hidup. Kekompakan antara kakak adik yang sebagaimana mestinya, pengorbanan untuk orang yang dicintai dan dikasihi, dan penyampaian tentang kesederhanaan. Uang bukan se galanya dan tidak ada artinya ketika ti dak ada apapun yang bisa dibeli. Film ini juga mengajarkan kita untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan Tuhan.q Judul : Grave of The Fireflies Tahun : 1988 Genre : Animasi Drama Durasi : 88 menit Sutradara : Isao Takahata Oleh: Abdurrahman Al-AsykariGoogleDoc.

12 KOBARKOBARI EDISI 171 // XVII // Juli 2014

Pejuang Kecil di Tengah Tangisan Perang iklan

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.