Edisi | Tahun Ke-15 | April 2014 e-mail : lpmhimmah@uii.ac.id, sites : http://lpmhimmahuii.org 1 ‘Saxophone’Belum Usai... Tsania Faza | KOBARkobari


“Sempat terpikir untuk mengangkat kasus ini ke media cetak. Mungkin benarbenar akan direalisasikan karena kami tidak melihat ada itikad baik untuk me lunasi utang,” kata Widayati, Kepala Keuangan GPH.
“Mereka ingin mengadakan acara besar, namun persiapannya hanya sebentar. Dimana idealnya? Suatu acara sekelas Saxophone dipersiapkan minimal tiga bulan, tetapi kenyataannya kurang dari itu,” kata Ihin. Selain itu, manajemen acara yang kurang baik dapat dilihat dari ketidaktahuan panitia soal penjualan tiket. Terkait laporan pertanggungjawaban, Ihin mengatakan bahwa mereka sudah menanyakannya kepada panitia Saxophone. Sayangnya, hingga sekarang bentuk tertulisnya belum diterima oleh DPM U alias masih berupa data mentah. Dari keterangan Ihin, sebelumnya pihak DPM U berniat melakukan mediasi antara DPM U dan LEM U periode 20122013 dengan DPM U dan LEM U periode 2013-2014, agar ada komunikasi atas persoalan Saxophone ini. Namun, alasan kesibukan DPM U periode sekarang lah yang membuat mereka sulit mencari waktu untuk merealisasikannya. Hal ini ditambah dengan DPM U periode sebelumnya yang kian sulit dihubungi. Oleh karena itu, DPM U sekarang memutuskan untuk lebih fokus pada pencarian solusi utang Saxophone saja. Apabila mereka telah menemukan solusi, maka kerja tim investigasi Saxophone dianggap berakhir. Ketua DPM U, Fuad, mengatakan, selain utang kepada rektorat, panitia Saxophone juga berhutang kepada pihak Grand Pacific Hall (GPH) sebagai salah
Oleh: Adilia Tri H Kampus Terpadu, KOBARkobari Hingga kini, penyelesaian kasus utang yang menjerat panitia Saxophone belum dikatakan selesai. Ihin Solihin selaku Wakil Ketua Dewan Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (DPM UII) sekaligus ketua tim investigasi Saxophone mengatakan, tim yang beranggotakan seluruh anggota DPM U tersebut telah memanggil ketua Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) UII, ketua Steering Committee (SC) beserta jajarannya, serta ketua Organizing CommitteeBerdasarkan(OC).hasil temuan tim investigasi, karena acara ini mengalami defisit, maka panitia berhutang kepada pihak rektorat sebesar Rp 90.000.000,00.
Dewan Redaksi: Moch. Ari Nasichuddin, Irwan A. Syambudi. Pemimpin Redaksi: Marta Dwi K. Sekretaris Redaksi: Hasinadara P. Redaktur Pelaksana: Raras Indah F Redaktur Foto: Revangga Twin T. Redaktur Artistik: Metri Niken L. Staf Redaksi: Yuyun Novia S., Laras Haqkohati, Kholid Anwar, Fikrinisa’a Fakhrun H. Fotografi: Nafiul Mualimin, Asyharuddin Wahyu Y., M. Rahmat Akbar W. Penelitian dan Pustaka: Aghreini Analisa, Alfa Nur S., Desi Rahmawaty. Rancang Grafis: Rahmat Wahana, Syahril, M. Khoirul Anam, Galuh Ayu P., Ahmad Taupik B., Deby Hermawan. Perusahaan: Anisa Kusuma W., Siti Mahdaria, Alan Dwi P., Arga Ramadhana, Riesky Diyanti P. PSDM: Bayu Putra P., Budi Armawan, Maya Indah C. Putri, Fajar Noverdian. Jaringan Kerja: Aldino Friga P. S. Magang: Adilia Tri H., Aldi Iryandi, Azka Destriawan, Nurcholis Ainul R. T., Danca Prima R., Difa Aryanti, Fitri Sarita, Hanif Abdul H., Dian Indriyani, Jessica Noviana D. P., Sirojul Khafid, M. Nafis Alfarisi, Norma Indah P., Putri Bidadari A., Putri Zakia S., Tsania Faza, Istirahmi Septiana, Siti Nur Q., Abdurahman Al-Asykar, Prita Fathimah A., Agung Setio B., Putri Werdina C. A., Tri Setiani, Iqbal Lazuardi, M. Zulva Aulia, Diah Dwi D., Ferry Firmansyah A., Dian Ratna S., Novita Dwi K., Salma Durroh S., Eka Yuni L., Hafiz Novian M., Gyan Cassandra S., Fauzi Farid M., Nona Viananda, Zulia Ady R., Alodia Meitasari, Mazdan Maftukha A., Imam Wahyudi, Rahmatika Ulin N., Novalinda Erdianti W., Arieo Prakoso.
2 KOBARKOBARI EDISI // XV // April 2014
‘Saxophone’ Belum Usai...
Capaian atas suatu pekerjaan sebanding dengan usaha yang telah digencarkan, begitu hukum semesta. Hal ini patut dijadikan catatan bagi kepanitiaan acara Saxophone yang hingga kini masih menyisakan permasalahan utang. Persiapan yang kurang maksimal membuat acara ini mengalami defisit yang tidak sedikit. Melihat solusi pelunasan hutang kepada rektorat, terkesan tidak ada keseriusan mengenai jatuh tempo. Pun hutang kepada GPH yang masih terkatung-katung. Metode pelunasan hutang kepada rektorat dengan jangka panjang melalui pemotongan dana LEM U dan DPM U, akan menjadi dosa yang harus ditebus oleh generasi selanjutnya. Ini permasalahan serius. UII sebagai institusi tertinggi harus mengambil langkah tegas. Mengambil alih urusan utang piutang dengan pihak GPH untuk menjaga integritas istitusi, dan menilik kembali aliran dana pinjaman yang diberikan kepada panitia saxophone.
Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa HIMMAH Universitas Islam Indonesia. Alamat Redaksi: Jln. Cik di Tiro No.1 Jogjakarta. Telp (0274) 3055069, 085779559104 (Anisa Kusuma W., Iklan/Perusahaan). Saran dan kritik melalui email: lpmhimmah@uii.ac.id, http://lpmhimmahuii.org.


Kesanggupan Pelunasan
Riwayat Janji Panitia kepada GPH
3KOBARKOBARI EDISI // XV // April 2014 satu tempat penyelenggaraan Saxophone sebesar Rp 24.000.000,00. Dari keterangan Fuad, hasil rapat bersama antara DPM U dan LEM U periode sekarang pada tanggal 5 Desember 2013 terkait pelunasan utang ke pihak rektorat adalah, pemotongan 15 % dana triwulan LEM U periode 2013-2014, serta pemotongan 10 % dari anggaran LEM U setiap pengajuan proposal kegiatan ke rekrorat. Selain itu, dana operasional DPM U akan dipotong sebesar Rp 300.000,00 per triwulan. Solusi ini pun diterima oleh Bachnas selaku mantan Wakil Rektor III, setelah ada komunikasi via surat resmi antara kedua pihak tersebut. Pemotongan tersebut dilakukan pada triwulan ketiga sejak kepengurusan periode ini, sehingga kini utang yang tersisa adalah sekitar Rp 80.000.000,00. “Solusi tersebut dirasa paling tidak memberatkan dibandingkan harus memotong dana KM (Keluarga Mahasiswa-red) yang nantinya akan menghambat acara-acara KM,” ungkap Fuad. Menurut Fuad, pelunasan utang Saxophone dengan cara seperti ini tentu akan memakan waktu lama. Ia berharap keputusan tersebut dapat diterima dan diteruskan oleh pengurus DPM U dan LEM U periode selanjutnya, sebab ini merupakan utang lembaga yang tidak bisa hanya ditanggung oleh satu periode saja.Emil Anshori selaku Ketua LEM U pun ikut angkat bicara. “Perkara dilanjutkan atau tidaknya solusi pelunasan utang kepada periode selanjutnya, tergantung kebijakan dari birokrat yang akan datang,” kata Emil. Mantan Wakil Rektor III, Bachnas, mengapresiasi usaha DPM U dalam melunasi utang Saxophone ini. “Tidak masalah apabila penyelesaian utang Saxophone akan memakan waktu lama. Yang penting sudah ada niat positif dari lembaga untuk melunasi. Saya sangat menghargainya,” ungkap Bachnas. Terkait utang kepada GPH, Fuad mengatakan bahwa hal tersebut masih dalam proses pencicilan atas nama pribadi, yaitu Shadily Rumalutur selaku mantan Ketua LEM U periode 2012-2013 serta Muhammad Dzulyadain selaku Ketua SC Saxophone. Tim KOBARkobari mencoba menghubungi Shadily via telpon maupun pesan singkat untuk meminta penjelasan terkait utang Saxophone, KOBARkobariY.|WahyuAsyharuddin
Asyharuddin
Surat Sewa Gedung dari SC Saxophone dan Surat Tagihan Kekurangan Pembayaran GPH Wahyu Y.| KOBARkobari



KOBARkobari|H.TriAdilia
Reportase bersama Dian Indriyani, Tsania Faza, dan Difa Aryanti
Saxophone
4 KOBARKOBARI EDISI // XV // April 2014
panitia Saxophone sulit sekali untuk dihubungi. Mereka seperti sedang menghindar. “Kami tidak keberatan bila dalam melunasi tidak langsung sekaligus, asal betul-betul dicicil secara rutin hingga selesai. Atau setidaknya kami dikabari kapan kepastian pelunasan utang tersebut. Kami berharap pihak UII turun tangan juga,” ungkapnya. Keluarga Mahasiswa pun angkat bicara soal utang Saxophone ini. Seperti Lulut Hening P selaku Ketua Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Unisi yang memandang bahwa perencanaan acara Saxophone ini dinilai kurang. Selain itu, tanggungan utang tersebut tidak semestinya dilimpahkan kepada periode selanjutnya. Komentar Ketua Himpunan Mahasiswa Farmasi, Daufan Okta Budianto juga senada dengan Lulut. “Utang Saxophone lebih baik diselesaikan pada periode sebelumnya walaupun periode selanjutnya tidak keberatan. Hal ini agar tidak terkesan melimpahkan tanggung jawab ke mereka (periode selanjutnyared).Ketua Umum Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ekonomika, Fardholi Syahrizal, beranggapan bahwa persiapan Saxophone terlalu tergesa-gesa. Menurutnya, sebelum menghelat sebuah acara megah, perlu dilakukan penaksiran resiko yang mungkin saja bisa terjadi ke depannya. Selain itu, ia juga menilai bahwa solusi yang diajukan lembaga kurang bijak. Ia menyarankan agar utang tersebut lebih baik dilunasi menggunakan dana abadi. Komentar lain juga datang dari beberapa mahasiswa UII. Bestari Dini Gunawan, mahasiswi Psikologi angkatan 2012, menginginkan agar urusan ini cepat dituntaskan dan tidak terulang lagi pada periode-periode berikutnya. Setyo Budiarti Giarto, mahasiswa Manajemen angkatan 2013, berpendapat bahwa penyelenggara acara Saxophone seharusnya sudah memprediksi segala resiko terburuk, sehingga bisa memikirkan cara untuk Sementaramengatasinya.itu,Mahandena Tifanda Luhzan, mahasiswa Teknik Industri angkatan 2012, berharap agar rektorat bisa memberikan kemudahan dalam pelunasan utang tersebut.
namun sampai berita ini diterbitkan, kami belum mendapatkan respons. Juga dengan Dzulyadain yang sempat membalas, namun setelah itu kami tidak menerima respons lebih lanjut. Tim KOBARkobari lalu mendatangi pihak GPH untuk memverifikasi soal utang Saxophone. Widayati selaku Kepala Keuangan GPH mengatakan, untuk dapat memakai gedung yang telah disewa, seharusnya pembayaran dilunasi di muka. Namun panitia Saxophone, melalui surat resmi, meminta perpanjangan waktu untuk melunasinya, yaitu satu minggu setelah acara tersebut berlangsung. Pihak GPH menyetujui perjanjian tertulis itu. Sayangnya, meskipun sudah lewat dari satu minggu, panitia Saxophone belum juga melunasi. Maka dari itu, pihak GPH datang ke rektorat untuk meminta pertanggungjawaban. Dari keterangan Widayati, sekretaris wakil rektor III mengatakan bahwa pihaknya hanya dapat membantu, bukan untuk melunasi utang. Hingga kini, utang ke GPH baru dicicil sebanyak Rp 2.000.000,00. Pembayaran utang terakhir dilakukan tanggal 30 September 2013, sehingga masih menyisakan utang sebesar Rp 22.000.000,00.“Sempatterpikir untuk mengangkat kasus ini ke media cetak seperti koran nasional. Mungkin benar-benar akan direalisasikan karena kami tidak melihat ada itikad baik untuk melunasi utang,” kata Widayati. Bahkan ia mengatakan, Grand Pasifik pada 20 April 2013 sebagai tempat untuk menyelenggarakan yang diadakan oleh LEM UII, namun sampai saat ini panitia masih huntang dengan GPH sebesar 22 juta rupiah.
mempunyai


*Sumber: Managemen GPH
5KOBARKOBARI EDISI // XV // April 2014
Kekurangan Pembayaran GPH Asyharuddin Wahyu Y.| KOBARkobari


Oleh: Dian Indriyani Kampus Terpadu, KOBARkobari Tata Tertib Dewan Permusyawaratan Mahasiswa dalam Ketetapan Sidang Umum Keluarga Mahasiswa Universitas Islam Indonesia XXXIV periode 2014/2015 Bab X Pasal 36 menyatakan, Sidang Istimewa adalah sidang insidental dengan agenda perubahan peraturan dasar, pergantian pimpinan serta delegatoris DPM, maupun agenda lain yang termasuk agenda dalam sidang umum karena suatu hal tidak dapat ditangguhkan sampai pelaksanaan sidang umum berikutnya. Pada akhir tahun 2013, Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri (DPM FTI) mengadakan Sidang Istimewa (SI). Salah satu agenda SI tersebut adalah terkait pengunduran diri Ketua Komisi I mereka, M. Rizky Fadlillah Sangadji.
6 KOBARKOBARI EDISI // XV // April 2014
Antara Urgensi
Beberapa DPM Fakultas mengadakan Sidang Istimewa terkait pergantian jabatan. Loyalitas dewan pun dipertanyakan.
Sangadji beralasan, mundurnya ia dari Komisi I adalah lantaran faktor keluarga. “Permasalahan sebenarnya adalah penurunan kualitas akademik dan saya anak pertama yang menjadi tumpuan harapan orang tua. Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, keluar dari DPM adalah langkah terbaik,” terang mahasiswa Teknik Kimia 2010 tersebut. Awalnya pihak keluarga mendukungnya untuk maju pada pemilihan DPM FTI. Namun, saat pulang ke rumah, mereka melarangnya maju ke DPMSangadjiFTI. mengatakan, ia lebih baik tidak berkomitmen daripada tidak bisa melihat dinamika Keluarga Mahasiswa (KM) UII. “Ini sebuah kekhilafan besar. Saya meminta maaf sebesar-besarnya pada KM FTI UII, KM UII, dan mahasiswamahasiswa yang telah memberikan suara pada Pemilwa 2013 kemarin,” ungkapnya. Ketua DPM FTI, Ahad Jabbar Syaifullah mengatakan, kontribusi Sangadji dalam keanggotaan DPM FTI hanya satu bulan. Saat rekan-rekan di DPM FTI mencoba menghubunginya untuk menanyakan perihal pengunduran dirinya, ia tidak pernah membalas. Hal ini berlangsung selama tiga bulan. Dalam SU FTI, tanggung jawab DPM FTI bisa diberhentikan bila ia tidak aktif selama tiga bulan. “Secara ranah Sidang Umum FTI, SI pantas dilaksanakan karena yang bersangkutan (Sangadji-red) sudah tidak aktif lagi. Tapi alasan keluarga, saya rasa itu tidak pantas,” kata Ahad. Sementara itu, pada Januari 2014, Baginda Harunizal, Ketua Komisi I DPM Fakultas Ekonomi (FE), tidak aktif menjalankan tugasnya sebagai dewan. Hal inilah yang menyebabkan DPM FE harus mengadakan SI untuk mengisi kekosongan jabatan tersebut. Saat ini, posisi Ketua Komisi I digantikan oleh Ahmad Zaki Prasojo yang awalnya menjabat sebagai anggota komisi I. Sekretaris Jenderal DPM FE, Agung Pananrang, menerangkan bahwa dalam tata aturan DPM FE, jika anggotanya tidak aktif menjalankan tugas selama dua minggu, maka posisi jabatannya akan dihapus.Baginda sendiri sudah tidak aktif, terhitung dari Desember 2013 hingga sebelum SI. Bahkan, DPM FE tidak menerima kabar dari mahasiswa Akuntansi 2010 tersebut meskipun mereka sudah melayangkan Surat Peringatan kepadanya sebelum SI berlangsung. Dari keterangan Agung, Baginda tidak aktif di DPM FE lantaran urusan magang di salah perusahaan di Solo. Sementara itu, Baginda belum bisa dimintai keterangan terkait ketidakaktifannya di lembaga. “Seleksi ketat dan pemupukan nilai-nilai keislaman yang kencang di tingkatan dewan adalah solusi dasar agar tidak terjadi hal seperti ini lagi,” ungkap Agung.Pada bulan yang sama dengan dilaksanakannya SI DPM FE, DPM Fakultas Hukum (FH) juga mengadakan SI dengan agenda pergantian struktur jabatan. Ketua
Tsania Faza | KOBARkobari dan Remehkan SI


7KOBARKOBARI EDISI // XV // April 2014
“Bayangkan jika foto orang yang di SI dipampang di kampus, pasti dia akan malu. Berani-beraninya dia jadi DPM. Padahal kan DPM itu tugasnya berat,” ujar Yoga, yang juga Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pemilwa 2014 tersebut. Ketua Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Unisi, Lulut Hening P, berpendapat bahwa seharusnya anggota DPM F dapat mengemban amanah dari awal sampai akhir. Tapi, jika kondisi memang tidak memungkinkan, mereka pantas mengadakan SI. Mahasiswi Manajemen 2013, Olfina Vidia Insan, memandang bahwa sebenarnya SI tidak perlu dilakukan. “Apa sih tujuan awal dia masuk ke lembaga itu? Prinsip awal masuk itu apa? Kalau di tengah jalan dia keluar, berarti dia melanggar prinsip dan komitmennya sendiri, dan tidak bertanggung jawab,” ungkapnya. Ismail Sani Ali Manggala juga beranggapan bahwa ketika seseorang sudah mencalonkan diri dan masuk sebagai anggota DPM, ia harus mau meluangkan tenaga, konsentrasi, dan fokus mereka untuk menjadi perwakilan mahasiswa. Mahasiswa Ilmu Hukum 2012 tersebut pun menyayangkan tidak adanya ukuran yang jelas soal pergantian struktur DPM.
Reportase bersama Nurcholis Ainul R. T. dan Sirojul Khafid
Jangan Anggap Gampang Fuad selaku Ketua DPM U menjelaskan bahwa SI memang dapat dilaksanakan sesuai kebutuhan. Universitas tidak berhak membatasi pihak fakultas untuk mengadakan atau tidak SI tersebut. Namun, ia mengingatkan agar DPM tidak menganggap sebelah mata SI. “Kita jangan menganggap Sidang istimewa adalah suatu hal yang gampang dilaksanakan. Tapi ibaratkan sidang istimewa sebagai langkah terakhir ketika persoalan internal tidak dapat diselesaikan,” papar Fuad.
DPM FH yang sebelumnya dipegang oleh Muhammad Azhar, sekarang digantikan oleh Ketua Komisi II, Muhammad Agvian Megantara.“Kamimengadakan SI bukan untuk memberhentikan, tapi penukaran posisi. Kinerja dengan struktur DPM yang lalu dirasa kurang efektif dan ini (SI-red) adalah usul dari semua pihak DPM,” aku Agvian. Ia menambahkan bahwa ada ketidakefektifan kinerja DPM FH dari struktur sebelumnya. Hal ini terlihat dari banyaknya program yang terhambat. Setelah SI, ia merasa kinerja DPM FH menjadi lebih baik. Misalnya saja agenda Komisi I yang akan menggugat dekanat FH terkait Komisi Informasi Publik (KIP) karena permohonan transparansi dana dari mereka ditolak pihak dekanat. Tiga dari anggota DPM Fakultas Kedokteran (FK), yaitu Befri Mahazta S selaku Ketua, Enggar Azis Febrian Asyaf selaku Sekretaris Jenderal, serta M. Kautsar selaku Ketua Komisi III, sudah lulus dan harus mengikuti koas. Sesuai PDKM DPM FK, apabila ada anggotanya yang sudah lulus kuliah, maka status kemahasiswaannya akan hilang. Pun ia tidak akan aktif lagi di DPM. Kautsar menjelaskan, mereka tidak segera melaksanakan SI karena lima anggota DPM FK masih berkomitmen untuk menyelesaikan amanah ini sampai selesai periode jabatannya. Meskipun begitu, Pemilwa yang akan diselenggarakan pada semester genap, sedangkan perkuliahan di FK berjalan selama tiga setengah tahun menjadi hambatan tersendiri. “Di semester ganjil, kita sudah lulus semua. Maka dari itu, mungkin ada regulasi tertentu untuk mahasiswa FK, yaitu jangan terlalu tua untuk mendaftar di Pemilwa,” terang Kautsar.
Muchtar Yogasara selaku Ketua Komisi I DPM Universitas mengatakan bahwa di awal periode, DPM U sudah berkoordinasi dengan DPM Fakultas agar tidak terjadi multitransformasi keanggotaan. Ia memandang, hal yang paling sulit dilakukan DPM U adalah memecahkan masalah di salah satu fakultas. Hal ini lantaran kultur suatu fakultas berbeda dengan fakultas lainnya. Apalagi di FK yang perkuliahannya jelas berbeda. Seharusnya ada tinjauan khusus untuk FK. “KPU bisa saja disalahkan dalam menyeleksi anggota legislatif tahun lalu, tetapi tetap yang paling berat adalah kesalahan dari orangnya,” kata Yoga. Ia menambahkan, masalah intelektualitas dan integritas itu bisa diukur melalui praktik. Namun, loyalitas dan pengabdian kepada lembaga itu lah yang sulit. Sanksi lembaga harus lebih jelas karena PDKM tidak mengatur masalah sanksi, terutama sanksi moral.


8 KOBARKOBARI EDISI // XV // April 2014
BengkelAndong Andong




Tradisional
Andong dahulu digunakan sebagai alat transportasi kaum elite, bahkan menjadi penanda status sosial kera bat keraton. Namun seiring dengan perkembangan zaman andong mulai digunakan masyarakat umum bahkan sudah beralih fungsi menjadi alat transportasi wisata. Di Yogya karta andong dapat dengan mudah dijumpai di kawasan Malioboro ataupun di obyek wisata Pantai Parangtritis. Banyaknya andong di Jogjakarta juga turut ber peran mempertahankan eksistensi bengkel andong. Salah satunya milik Mbah Musiran, bengkel yang ia rintis sejak tahun 1961 sudah banyak melahirkan an dong, karyanya pun sudah banyak beredar kepen juru negeri bahkan ada beberapa yang di ekspor.
9KOBARKOBARI EDISI // XV // April 2014
Mbah Musiran dibatu putranya dan beberapa kari yawan setiap hari membuka bengkel dari pukul 8 hing ga 4 sore, dari membuat rangka, roda, hingga finising dikerjakan dibengkel dan untuk membuat sebuah an dong mereka membutuhkan waktu sekitar 3 bulan. Mbah Musiran mematok harga 35 hingga 50 juta untuk satu buah andong. selain membuat beng kel Mbah Musiran juga melayani servis andong. Pesanan Peralatan
Narasi dan Foto oleh: Arieo Prakoso
Andong IstimewaTetap



10 KOBARKOBARI EDISI // XV // April 2014
Reportase bersama: Adilia Tri H dan Norma Indah P Tsania Faza | KOBARkobari
Belum adanya ketetapan warna jas almamater menjadi alasan berubahnya warna jas pada tahun ini. Oleh: Difa Aryanti Kampus Terpadu, KOBARkobari Dewan Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (DPM UII) melakukan perubahan warna jas almamater tahun ini, yaitu warna biru yang lebih muda dari tahun sebelumnya. Warna biru pada jas sendiri sebenarnya memiliki arti kewibawaan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ketua DPM U, Fuad. “Meskipun warna ini berubah dari tua menjadi muda, arti dari warna biru ini sama sekali tidak berubah, kecuali apabila kami merubahnya dari warna biru menjadi kuning, maka maknanya pun akan berubah,” kata Fuad. Fuad mengatakan, salah satu alasannya adalah agar warna jas almamater mahasiswa sama dengan jas almamater rektorat, karena menganggap mahasiswa dan rektorat adalah satu naungan.Selain Fuad, Romadhon Permadi Setyawan, Ketua Komisi IV DPM U yang membawahi tim jas almamater mengatakan bahwa perbedaan warna jas almamater antara mahasiswa dan rektorat terlihat saat penanaman pohon yang dilaksanakan pada 3 Desember 2013 lalu. Ini yang membuat pihak DPM U dan tim jas almamater menyamakan warna jas almamater dengan rektorat. Romadhon juga memaparkan alasan lain dari berubahnya warna jas almamater, yaitu karena kualitas kain. Berbeda dengan tahun lalu, kualitas kain jas almamater tahun ini lebih bagus karena menggunakan bahan jenis Taipan Drill. Namun sayangnya, tidak tersedia warna yang sama dengan jas almamater tahun lalu. Oleh karena itu dipilih warna yang mirip dengan warna jas almamater sebelumnya.Terkait perubahan warna jas almamater ini, Bachnas ikut angkat bicara. Mantan Wakil Rektor III ini mengaku belum melihat warna jas almamater tahun ini. Ia mengatakan bahwa Yayasan Badan Wakaf UII sudah membuat SK untuk menetapkan warna jas almamaternya. Hal ini berlaku untuk semua civitas akademik UII. “Seharusnya pihak DPM U sudah mengetahui hal ini, sehingga tidak boleh melakukan perubahan warna, meskipun perubahan itu dari warna tua menjadi muda,” papar Bachnas.Namun di sisi lain, Romadhon mengaku tidak tahu-menahu terkait SK itu. “Dari DPM sendiri telah konfirmasi dengan DPM tahun lalu. Mereka hanya mengatakan, kami membuatnya seperti ini karena dari tahun lalu tidak ada patokan,” ungkapnya. Saat bertemu dengan pihak rektorat, ia mengatakan bahwa pihak rektorat hanya menyinggung mengenai pembayarannya saja. M. Kautsar selaku Ketua Tim Jas Almamater 2013 mengatakan bahwa sebelum memutuskan masalah ini, tim jas maupun DPM U telah melakukan konsultasi dengan rektorat. “Rektorat menyerahkan sepenuhnya hal ini kepada DPM, dengan syarat dana dan kualitas bahan dapat dipertanggungjawabkan,” jelasnya. Ia juga mengatakan bahwa sebenarnya setiap tahun warna jas almamater mengalami pergeseran, karena selama ini memang belum ada ketetapan yang pasti mengenai warna jas almamater. Hanya saja perubahan warna untuk tahun ini sangat signifikan. Fuad mengatakan, tidak adanya ketentuan khusus mengenai warna jas almamater membuat tim jas almamater berinisiatif untuk menyusun Surat Keputusan (SK) terkait perihal ini.
Warna AlmamaterJas Berubah
Harapannya warna jas almamater tidak menjadi polemik lagi di kemudian hari. Tetapi jika DPM pada periode selanjutnya ingin mengubah kebijakan tersebut, tidak menutup kemungkinan warna jas almamater dapat berubah kembali seperti warna semula. Beberapa diantaranya pun ikut mengutarakan pendapatnya, seperti Putri Soniawati, mahasiswi Piskologi angkatan 2013. “Menurutku lebih bagus almamater tahun sebelumnya. Walapun angkatan kita berbeda, bukan berarti harus dibeda-bedakan,” ujarnya. Endah Kusuma Wardani, mahasiswi Kedokteran angkatan 2012 juga ikut berpendapat, ”Almamater yang baru ini beda dari tahun sebelumnya, baik dari segi warna, kualitas, dan desain. Menurutku ini kok seperti merubah kekhasan dari UII,” ujarnya. Hal berbeda diungkapkan Siti Solichatul Makkiyah, mahasiswi Kedokteran angkatan 2013. Ia mengatakan kalau dirinya tidak masalah dengan perubahan warna tersebut, karena sejak awal diberikan memang sudah seperti itu.


11KOBARKOBARI EDISI // XV // April 2014 Sumber: Pelita Himmah Rahmat Wahana | KOBARkobari



Menurut saya, UII memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Namun harus ditingkatkan lagi supaya menjadi kampus yang berkualitas. Saya merasa pola seleksi calon mahasiswa/i kurang bagus, karena kualitas soal yang membuat sebagian orang dapat diterima di UII, bahkan tak jarang tanpa harus belajar terlebih dahulu. Seharusnya soalnya lebih sulit supaya mendapatkan mahasiswa yang lebih berkualitas. Dengan begitu akan mampu bersaing dengan perguruan tinggi lainnya, khususnya perguruan tinggi negeri. (Azzis Dwi Hertanto-Jurusan Teknik Kimia 2013)
12 KOBARKOBARI EDISI // XV // April 2014
Ketika Keinginan Mahasiswa Berbuah
UII itu kampus dengan suasana belajar yang menyenangkan, luas, lokasi memadai, dan fasilitasnya lengkap, terutama perpustakaannya. Namun mengenai transparansi dana, kita sebagai mahasiswa yang punya Student Goverment amat sangat dibatasi. Mulai dari masalah dana remediasi sampai beasiswa, sama sekali tidak bisa diterima dengan akal. Ada juga fakultas yang sempit yang fasilitasnya sangat terbatas, seperti Fakultas Hukum. Saya berharap pasca sarjana. Pendekatan dosen dan mahasiswa cukup baik, tetapi semoga kedepannya lebih baik lagi. Harapannya UII bisa lebih baik lagi dan berwawasan luas. Maksudnya bukan hanya berpatokan khusus pada islam saja, melainkan ke global juga. Organisasi yang ada di kampus UII hendaknya juga diperhatikan, baik itu fakultas maupun univeritas, sehingga dapat memberi kepercayaan serta dukungan pada mahasiswa untuk dapat mengembangkan kreativitasnya. UII dapat menjadi lebih baik lagi dengan adanya karya-karya dari mahasiswa. (Andriansah-Pasca Sarjana Teknik Informatika 2013)
Tuntutan kelak semua permasalahan ini tidak akan terjadi lagi , dan UII akan menjadi lebih baik. Aamiin J (Putri-Jurusan Ilmu Hukum 2013) Menurutku , UII merupakan salah satu universitas swasta termahal di Jogja dan tertua di Indonesia. Tetapi hal itu sesuai dengan pengajaran dosennya, terutama di jurusan Psikologi. Yang disayangkan itu gedungnya. Gedung psikologi kurang antisipasi untuk bencana seperti gempa atau merapi. Seperti tidak adanya emergency exit. Kondisi gedung juga terlihat tua, kurang cerah dan sepadan warnanya. Aku berharap gedung Psikologi lebih diperhatikan lagi agar mahasiswa lebih nyaman dalam proses belajar dan ditunjang oleh fasilitas dan sarana yang memadai. (Fina Fitriana Psikologi2013)Umahuk-Jurusan
Menurut saya UII kampus yang bagus. Akan tetapi ada kesenjangan sosial antar fakultasnya. Khususnya dalam hal kebersamaan antara dosen tetap dan tidak, tepatnya di progam



13KOBARKOBARI EDISI // XV // April 2014
Dahlan Iskan, dikenal sebagai sosok penting bagi perkem bangan Indonesia saat ini. Orang yang namanya tak asing didengar ini, semasa kecilnya bukanlah termasuk orang yang berkecukupan. Pasalnya ia berasal dari keluarga miskin dan hidup di desa yang kental dengan lingkungan dan keluarga yang agamis. Namun kehidupannya yang miskin itu tak pernah ia ses ali sedikitpun. Seperti saat ia hanya mendapatkan satu celana pendek dan satu sarung dalam setahun, ia selalu bersyukur dan tak pernah Laki-lakimengeluh.kelahiran 17 agustus 1951 di Tarekan, Magetan ini hanya mengantongi ijazah Madrasah Aliyah (MA). Dahlan di katakan sebagai wartawan yang memiliki banyak talenta. Saat Jawa Pos tengah mengalami krisis dan hampir bangkrut, tak disangka, karena kerja keras, kecerdasan, komitmen, seman gat serta ketulusannya bekerja dapat membuat Jawa Pos kem bali bangkit. Karena itu ia kemudian dipercaya untuk menjadi pimpinan CEO Jawa Pos Group. Dalam jangka waktu 5 tahun Jawa Pos pun dapat berkembang pesat. Buku ini menceritakan sosok nyata Dahlan Iskan dalam menangani masalah-masalah di negara ini. Dengan semangat perjuangan dan kegigihan yang tak mudah tergoyahkan itu, Dahlan Iskan mampu menuntaskan masalah yang telah berta hun-tahun mengakar dalam PLN. Sebelumnya belum pernah ada seorang pun yang berhasil mengatasinya. Lantas den gan cara apakah ia mampu menyelesaikan masalah tersebut? Bagaimana pola pikir serta upaya-upaya beliau dalam mem buka kedok para penyuap BUMN? Semua itu dijelaskan secara rinci, menggunakan bahasa yang simple sehingga mudah untuk dimengerti. Buku ini juga memberikan kita wawasan yang luas, karena setiap persoalan yang ada dijelaskan disertai dengan contoh-contoh nyata yang mudah dipahami.
Sosok
Buku ini mengajarkan kepada pembacanya akan arti sebuah amanah, tanggung jawab, serta jiwa nasionalisme sebagai penerus bangsa. Selain itu juga menjadikan kita untuk lebih mensyukuri apa yang ada dan telah kita miliki, serta menum buhkan pemikiran-pemikiran kritis dan idealis.
Dalam buku Dahlan Iskan Sang Pendobrak ini, penulis beru saha menghadirkan berbagai pengalaman hidup seorang Dahlan Iskan, bahkan dari aspek kepribadian dan pemikirannya. Buku ini dianjurkan untuk semua kalangan yang ingin mengetahui bagaimana sosok kepemimpinan Dahlan Iskan.
Keteladanan Judul resensi buku : Dahlan Iskan Sang Pendobrak Penulis : Drs. H. Solihin Hidayat Msi. Abdul Ghofar Mistar Penerbit : PT. Elex Media Komputindo Cetakan : Kompas Gramedia Editor : Hery Yulianto Kota terbit : Surabaya Tahun terbit : Maret 2013 Tebal : 140 x 210 mm Halaman : 328 halaman Berat : 365 gram ISBN : 9786020207421 Harga : Rp 54.800,Oleh : M. Nafis Alfarizi Dahlan Iskan “Kami menerima hak jawab jika ada pihak - pihak tertentu yang keberatan dengan dengan pemberitaan KOBARkobari”



Jabatan
Belakangan marak dilaksanakan Sidang Istimewa (SI) di DPM tingkat fakultas. Tak tanggung-tanggung, empat dari delapan fakultas yang ada di kampus kita mengadakan sidang istimewa, yakni DPM Fakultas Teknologi dan Industri, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, terakhir ialah Fakultas Kedokteran yang akan segera menyusul. Pada kasus ini, urgensi pelaksanaan keempatnya sama, yakni pergantian posisi dan pengunduran diri dari anggota DPM. Di FTI terjadi pengunduran diri dari sang Ketua komisi I DPM FTI. Di Fakultas Ekonomi,Ketua Komisi I DPM digantikan. Sedangkan di Fakultas Hukum lemahnya kinerja memaksa Ketua DPM FH digantikan posisinya. Serta di Fakultas Kedokteran, faktor anggota DPM yang akan lulus menjadi alasan.Seperti yang tertuang dalam Tata Tertib Dewan Permusyawaran Mahasiswa dalam Ketetapan Sidang Umum Keluarga Mahasiswa Universitas Islam Indonesia XXXIV periode 2013/2014 Bab X Pasal 36, SI boleh dilaksanakan diantaranya jika terjadi pergantian pimpinan DPM. Poin yang perlu disoroti terletak pada mudahnya para anggota DPM yang satu per satu lengser dari jabatannya. Dalam prinsip demokrasi, seorang pemimpin lahir melalui sebuah pemilihan yang dipilih langsung oleh rakyat. Begitu pun dewan mahasiswa, orang-orang yang menyandang jabatan dipilih oleh mahasiswa melalui sebuah pemilihan wakil mahasiswa (Pemilwa). Berangkat dari titik ini, mereka yang terpilih dipercaya untuk mengemban amanah mahasiswa hingga periode usai.
Jika menilik pada permasalahan, tren pergantian posisi dan pengunduran diri menjadi sebuah hal yang disayangkan. Pasalnya, para wakil yang sudah melewati mekanisme pemilihan yang cukup panjang ternyata mudah saja terhenti di tengah perjalanan. Sebelum mencatatkan dirinya di deretan calon legislatif, para kandidat semestinya sudah mempertimbangkan berbagai risiko yang mungkin timbul jika terpilih nanti. Sehingga masalah seperti ini tidak terjadi di tengah periode berlangsung.
KepemimpinanDitangguhkan,Dipertanyakan KOBARkobari|Al-AsykarAbdurahmanILUSTRASI Tunggal Oleh : Marta Dwi K.
14 KOBARKOBARI EDISI // XV // April 2014
DPM Universitas yang sejatinya mempunyai lini koordinasi dengan DPM Fakultas semestinya mengambil sikap atas permasalahan ini. Biar bagaimana pun DPM F butuh pihak untuk mencari solusi atas permasalahan ini. Lebih lanjut lagi, perlu ditetapkan satu peraturan yang mengatur tentang mekanisme dan syarat-syarat seseorang boleh melakukan pengunduran diri dari jabatan. Para kandidat yang terpilih dari pemilwa, yang sedianya difungsikan sebagai penyalur aspirasi mahasiswa, tidak bisa begitu saja mandegdi tengah jalan. Masalah ini patut menjadi catatan bagi mahasiswa dalam memilih calon legislatif. Ajang Pemilwa yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat dapat digunakan sebagai media yang pas untuk membenahi sistem yang sedang berjalan sekarang. Dari sisi penyeleksian calon, harapannya lebih diperketat lagi agar tidak terjadi permasalahan serupa. Terpenting ialah mengetahui seberapa kuat para kandidat untuk tetap “setia” berkomitmen selama dirinya menjabat.



15KOBARKOBARI EDISI // XV // April 2014 IKLAN LAYANAN MASYARAKAT INI DIPERSEMBAHKAN OLEH LPM HIMMAH UII


16 KOBARKOBARI EDISI // XV // April 2014

