Edisi 166 | Tahun Ke-15 | November 2013 e-mail: lpmhimmah@uii.ac.id, sites: http://lpmhimmahuii.org 1 FE dan FH Bakal Pindah? Ahmad Taufik B. | KOBARkobari


Sekretaris Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII Endro Kumoro tegas menyatakan bahwa dalam rentang sepuluh tahun, terhitung sejak 2013, semua fakultas sudah harus bersatu di atas. Saat ini, mereka sudah menyiapkan timeline dan master plan untuk mencapai target tersebut. Buku Rencana Induk Kampus Terpadu yang berisi kebijakan, fasilitas, rancangan audiovisual, serta persiapan lain terkait penyatuan semua fakultas pun telah disusun. Endro mengaku, rencana tersebut belum terealisasi hingga kini karena masih menunggu kepastian data akurat, seperti perluasan tanah di Kampus Terpadu yang sedang dalam proses penggarapan. Di sisi lain, rektorat sebagai pihak eksekutor belum mengetahui lebih jauh perihal pemindahan tersebut. “Kalaupun ada pemindahan, kami menginginkan agar mahasiswa menjalaninya dengan hati nurani dan kemauan sendiri, bukan karena terpaksa,” tutur Bachnas. Wakil Rektor III tersebut menghimbau kepada pihak terkait untuk memikirkan penambahan area parkir dan kejelasan pengelolaan master plan-nya. Bachnas menganggap master plan hanya sebagai bentuk himbauan saja. “Sampai saat ini kenapa kok sukar untuk bersatu karena sebagian mau, sebagian tidak. Dipaksakan juga tidak bisa karena kemanusiaan tadi pertimbangannya,” ungkapnya.Menanggapi rencana pemindahan ini, Wakil Dekan Fakultas Hukum, Saifudin pun angkat bicara. “Yang penting harus dilakukan kajian dulu seperti yang saat ini sedang dilakukan oleh Pusat Studi Hukum (PSH),” ujarnya. Namun kemungkinan besar akan pindah karena melihat kondisi Fakultas Hukum saat ini yang overload. Saifudin mengaku, pihak FH belum seia-sekata untuk pindah ke Kampus Terpadu karena tidak mudah bagi mereka untuk meninggalkan jejak nilai perjuangan di fakultas yang berlokasi di Jalan Taman Siswa tersebut. Lain halnya dengan Saifudin, Marbun, Dosen Hukum Administrasi Negara, setuju dengan pemindahan ini. “Tahun 1990 itu sudah kita wacanakan, sudah kita putuskan untuk naik ke atas. Bahkan, sudah dibuatkan perumahan untuk dosen di dekat Kampus Terpadu itu. Jadi, tidak ada alasan bagi dosen yang lain untuk menyatakan tidak pindah ke utara,” tegasnya. Begitu juga dengan Masnur Marzuki. “Kalau terpisah begini, bagaimanapun suka tidak suka kita seperti terdiskoneksi dengan universitas,” kata dosen yang mengajar Hukum Tata Negara ini. Menurut Direktur PSH UII, Sri Hastuti Puspitasari, hasil polling yang mereka lakukan menunjukkan sebagian besar dosen setuju untuk pindah ke Kampus Terpadu, mengingat kondisi di FH yang tidak memadai lagi untuk perkembangan jumlah mahasiswa ke depannya. Cik Di Tiro, Kobar Rencana sentralisasi Kampus FE dan FH ke Kampus Terpadu masih menuai perdebatan. Bagi sebagian kalangan, akses yang cukup jauh dari pusat kota menjadi alasan penolakan. Idealnya memang ketika sebuah universitas memiliki banyak fakultas, sentralisasi kampus akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan perkuliahan. Namun, kondisi lingkungan dan sosial masyarakat harus menjadi pertimbangan mutlak. Tidak ada masyarakat yang merasa tergusur akibat perluasan lahan. Tidak ada kerusakan lingkungan akibat alih fungsi lahan. Juga perlunya jalan tengah untuk menjembatani pihak yang masih belum setuju dengan sentralisasi kampus. Terpenting, universitas harusnya memberikan solusi atas segala permasalahan akibat sentralisasi kampus. Dewan Redaksi: Moch. Ari Nasichuddin, Irwan A. Syambudi. Pemimpin Redaksi: Marta Dwi K. Sekretaris Redaksi: Hasinadara P. Redaktur Pelaksana: Raras Indah F Redaktur Foto: Revangga Twin T. Redaktur Artistik: Metri Niken L. Staf Redaksi: Yuyun Novia S., Laras Haqkohati, Alvina Anggarkasih, Kholid Anwar, Zahrina Andini, Fikrinisa’a Fakhrun H., M. Nashihun Ulwan. Fotografi: Nafiul Mualimin, Ayoni Sulthon, Ahmad Hanafi, Asyharuddin Wahyu Y., M. Rahmat Akbar W. Penelitian dan Pustaka: Aghreini Analisa, Alfa Nur S., Desi Rahmawaty, Nur Jamilah. Rancang Grafis: Rahmat Wahana, Syahril, M. Khoirul Anam, Galuh Ayu P., Ahmad Taufik B., Deby Hermawan. Perusahaan: Anisa Kusuma W., Siti Mahdaria, Alan Dwi P., Arga Ramadhana, Riesky Diyanti P. PSDM: Bayu Putra P., Budi Armawan, Maya Indah C. Putri, Fajar Noverdian. Jaringan Kerja: Aldino Friga P. S., M. Alfan Pratama. Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa HIMMAH Universitas Islam Indonesia. Alamat Redaksi: Jln. Cik di Tiro No. 1 Yogyakarta. Telp (0274) 3055069, 085779559104 (Anisa Kusuma W., Iklan/Perusahaan). Saran dan kritik melalui email: lpmhimmah@uii.ac.id, http://lpmhimmahuii.org.
2 KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013 FE dan FH Bakal Pindah?
“Dalam rentang sepuluh tahun, terhitung sejak 2013, semua fakultas sudah harus bersatu di atas“, ujar Endro Kumoro.
Oleh: Fikrinisa’a Fakhrun H. Ketetapan Dewan Pengurus Badan Wakaf No. II/TAP/DP/1996 menyatakan, tempat perkuliahan yang masih tersebar di beberapa lokasi perlu segera dikumpulkan menjadi satu, sehingga kegiatan belajar-mengajar menjadi efektif dan efisien. Untuk itu, kebijakan pembangunan fisik UII yang dikonsentrasikan di Kampus Terpadu dilanjutkan, meskipun isu pemindahan Fakultas Hukum (FH) dan Fakultas Ekonomi (FE) ke Kampus Terpadu masih memunculkan pro-kontra hingga kini.



Gedung Fakultas Ekonomi UII direncanakan pindah ke Kampus Terpadu. Badan Wakaf merencanakan pemindahan Fakultas Ekonomi dan Hukum harus rampung dalam kurun waktu sepuluh tahun. Revangga Twin T. | KOBARkobari
Reportase bersama: Arga Ramadhan A.
IKLAN
Terkait rencana pemindahan FE ke Kampus Terpadu, Dekan Fakultas Ekonomi, Hadri Kusuma, mengatakan bahwa saat ini fakultas yang terletak di Ringroad Utara Condongcatur, Depok, Sleman tersebut belum akan pindah ke Kampus Terpadu sebelum fasilitas disediakan di utara. “Kalau sudah memenuhi syarat pasti sudah pindah. Yang menjadi masalah adalah banyaknya mahasiswa FE yang hampir seperempat dari mahasiswa UII sendiri. Ditambah banyak mahasiswanya yang menggunakan mobil,” ungkapnya. Tetapi ia tidak mempermasalahkan FE pindah ke Kampus Terpadu jika memang infrastrukturnya sudah memadai. Ia mengaku sangat menyayangkan rencana pemindahan ini, mengingat biaya perawatan gedung FE sekarang yang tidak sedikit di samping letaknya yang sudah strategis.IlyaFadjar Maharika selaku Sekretaris dan Perencana Tata Ruang dan Arsitektur Tim Master Plan mengungkapkan ada dua aspek dari pemusatan kampus ini. Pemusatan tersebut dinilai positif karena akan menciptakan koherensi komunikasi antarbagian yang lebih baik. Namun, menjadi pertimbangan tersendiri mengingat Kampus Terpadu merupakan daerah resapan air. “Dengan jumlah mahasiswa yang kurang lebih 20.000, itu akan cukup sesak. Tetapi itu masih bisa dikelola. Namun, lebih dari itu daya dukung lingkungannya juga akan menjadi berat,” ungkap Ilya. Menurutnya, pemindahan ini harus didesain dari segala aspek, seperti manajemen transportasi, ruang terbuka, gedung parkir yang harus diperbaiki lagi, dan ada transaksi untuk pembatasan penggunaan motor dan mobil. Terkait nasib FE dan FH saat ini, ia mengatakan bahwa dua tempat itu tetap dimanfaatkan sebagai jaringan backup KampusMahasiswaTerpadu.Hukum angkatan 2011, Mada Pudiatama, berpendapat mengenai hal ini. “Terserah mau pindah atau tidak, yang penting ada kepastian agar fasilitas dan sarana-prasarana segera tercukupi,” ungkapnya. Ia berharap, mahasiswa mendapat timbal balik atau fasilitas yang sesuai dengan uang yang sudah dibayarkan. Ia mengungkapkan, dilihat dari infrastruktur sekarang ini, kemungkinan dana yang tersimpan masih banyak. Lain halnya di FH, mahasiswa FE angkatan 2012, Sirojul Khafid, kurang berkenan dengan adanya pemindahan fakultas ini. Alasannya, selain nyaman di lingkungan FE, letak geografis kampus terpadu juga dinilai jauh. “Tapi, kalau memang harus pindah, mau tidak mau harus setuju,” tambahnya. Imman Nurrahma berkata lain. “Bagus kok kalau pindah. Soalnya di atas itu fasilitas lebih lengkap. Kalau mau organisasi atau rapat nggak usah jauhjauh ke atas lagi. Kan, kita sendiri yang repot kalau jauh dari Kampus Terpadu,” papar mahasiswa FE angkatan 2012 ini.q
3KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013



4 KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013 Galuh Ayu P. | KOBARkobari UII


Utang
MenjadiSaxophoneWarisan
5KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013
Rencana Mediasi Dewan Permusyawaratan Universitas (DPM U) periode 2013-2014 menjadikan penyelesaian hutang Saxophone menjadi salah satu agenda kerja mereka.
“Ini kan atas nama lembaga. Jadi,untuk tanggungannya bukan saja menjadi tanggung jawab panitia. Ini adalah estafet utang lembaga,” tutur Bachnas.
bersama:ReportaseGaluh Ayu P.
Mencari kejelasan tentang hal ini, Tim KOBARkobari menghubungi Ketua Dewan Permusyawaratan Mahasiwa Universitas (DPM U) Mico Yuhansyah, Ketua Lembaga Eksekutif Mahasiswa Universitas (LEM U) Shadily Rumalutur periode 2012-2013, serta Ketua Organizing Committee Saxophone, Vesel Kemal Fanthony untuk memberikan keterangan. Namun, mereka belum bisa memberikan kesempatan untuk diwawancarai sampai berita ini diterbitkan.Halinimembuat informasi simpangsiur. Mulai dari penahanan ijazah, penambahan jumlah penagihan nominal SPP, sampai patungan ratusan ribu dari panitiaZulyadaensendiri.membantah isu tersebut. “Jika belum bisa dilunasi, saya yang paling bertanggung jawab, dan mengenai isu penahanan ijazah, pasti ijazah saya yang ditahan,” tegasnya. Di sisi lain, Bachnas menjelaskan bahwa belum ada sanksi yang tegas, bahkan batas pengembalian pun belum ditentukan. “Ada beberapa solusi yang ditawarkan. Sempat bahwa akan ditagih melalui uang angsuran mahasiswa, namun tidak jadi. Saya tidak setuju jika peminjaman uang ini dikaitkan dengan pembayaran SPP. Tidak apaapa jika ada patungan, namun jangan dikaitkan dengan tagihan mahasiswa,” imbuhnya. Sampai sekarang, Bachnas masih memberikan kewenangan kepada panitia untuk menawarkan solusi sebagai alternatif pengembalian uang.
Ditemui di Kantor DPM U pada tanggal 4 November 2013, Fuad selaku ketua DPM U menjelaskan beberapa rencana yang telah dirumuskan dan akan direalisasikan dalam jangka waktu terdekat. Diantaranya melakukan panggilan kepada panitia SC untuk mendiskusikan persoalan ini serta meminta Rektorat untuk melakukan mediasi antara DPM U dan LEM U periode 2012-2013 dengan DPM U dan LEM U periode 2013-2014 agar terjadi komunikasi sehingga menghasilkan solusi atas perkara ini. “Sebelum melakukan tindakan lebih lanjut, kami perlu terlebih dahulu mengetahui kejelasan mengenai hutang ini seperti apa. Untuk itu kami akan sesegera mungkin memanggil panitia untuk menjelasakan persoalan ini,” tegas Fuad.q
Oleh: Desi Rahmawaty Kampus Terpadu, Kobar “Saxophone” sebagai salah satu kegiatan yang diselenggarakan oleh Lembaga Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (LEM UII) periode 20122013 masih menyisakan masalah. Walaupun sudah mengalami pergantian kepengurusan, Saxophone masih meninggalkan pekerjaan rumah bagi kepengurusan LEM U yang baru. Kendala dana menjadi permasalahan pelik kegiatan yang berlangsung pada tanggal 20 April 2013 tersebut. Kekurangan dana membuat panitia harus mencari alternatif lain untuk menutupi kebutuhan kegiatan. Peminjaman uang senilai Rp 90.000.000,00 dari Rektorat akhirnya menjadi alternatif yang dipilih. “Iya, mereka meminjam uang dengan nominal tersebut dengan alasan kegiatan yang sudah dipersiapkan mengalami masalah,” tutur Bachnas, Wakil Rektor III. Dirinya menjelaskan bahwa dua hari sebelum kegiatan, ia mendapat informasi bahwa sponsor utama mengundurkan diri, padahal gedung sudah di Down Payment (DP). Tiket pun sudah terjual dan bintang tamu sudah dibayar sebagian. “Untuk itu saya memfasilitasi mereka ke Wakil Rektor II,” tegasnya. Kemudian, dari situ terjadi surat-menyurat antara Wakil Rektor II dan panitia untuk mencairkan uang pinjaman ini. Selain memiliki utang pada rektorat, panitia juga masih memiliki tunggakan Rp 26.000.000,00 pada pembayaran gedung Grand Pasific Hall (GPH) yang digunakan sebagai tempat acara. Sisa pembayaran yang belum dilunasi sebesar Rp 26.000.000,00. Menurut keputusan bersama dengan pihak GPH, pelunasan akan dilakukan seminggu setelah kegiatan berlangsung.Tanggal19 Mei 2013, bertempat di Fakultas Ekonomi, panitia Saxophone melakukan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM U) dengan laporan akhir dana Saxophone mengalami defisit sebesar Rp 90.000.000,00 pada Rektorat. Sebelumnya, menurut Bachnas, panitia sempat mengajukan nominal untuk meminjam uang sebesar Rp 180.000.000,00. Namun, hal itu ditolak karena dirasa sangat besar dan akan kesulitan untuk melunasinya. “Untuk itu saya menawarkan untuk meminjamkan setengahnya,” ujarnya. Zulyadaen pun angkat bicara. “Kami belum tahu nominal itu tergolong hutang atau tidak,” ujar Ketua Steering Committee Saxophone tersebut. Dirinya menegaskan, di sisi lain uang tersebut diambil dari uang mahasiswa. Jadi, terasa berat jika itu tergolong utang mahasiswa. Setelah acara berjalan, Bachnas mulai menanyakan kapan uang itu akan dibayar. Namun, panitia juga sedang mencari solusi untuk melunasi peminjaman uang tersebut dengan terus berkonsultasi dengan Wakil Rektor III tersebut. “Ini kan atas nama lembaga. Jadi, untuk tanggungannya bukan saja menjadi tanggung jawab panitia. Ini adalah estafet hutang lembaga,” tutur Bacnhas.

Asyharuddin Wahyu Y. | KOBARkobariBunga KantilPetilasan Ayoni Sulthon | KOBARkobari Mualimin | KOBARkobari Kuncen
Nafiul
6 KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013





Saban malam Satu Suro, ribuan peziarah mendatangi Pantai Parangkusumo untuk menyambut datangnya tahun baru Islam. Suasana yang tak berbeda dengan tahun ini. Para peziarah berbondong-bondong menyesaki Cepuri, Batu Cinta, yang konon merupakan tempat bertemunya Panembahan Senopati dan Ratu Kidul. Berbekal sesaji yang sudah didoakan oleh juru kunci, peziarah memanjatkan doa. Para peziarah menyakini, jika mereka berdoa di Batu Cinta ini maka doanya akan dikabulkan. Tidak hanya sampai situ, terkadang peziarah sampai rela berebut bunga kantil yang bertaburan di atas Batu Cinta dengan peziarah lain. Selain ritual, pada malam Satu Suro pemerintah akan memberikan perhatian lebih. Salah satunya dengan menghelat pergelaran wayang kulit Ki Manteb Sudarsono di sekitar Parangkusumo. Narasi oleh: Nafiul Mualimin
Satu danParangkusumo,Suro,Budayanya
7KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013
Ziarah Asyharuddin Wahyu Y. | KOBARkobari Turut Memeriahkan M. Rahmat Akbar W. | KOBARkobari



8 KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013
Atas dasar itu, keharmonisan ini kemudian menjadi slogan “Jogja Berhati Nyaman” bagi para pendatang baru. Namun apakah slogan ini masih tetap relevan untuk disematkan? Ketika masyarakat Yogyakarta sudah sering dijejali dengan aksi premanisme. Parahnya ini terjadi di sebuah kota yang sedang didominasi dengan doktrin slogan yang saya tuliskan sebelumnya. Kemudian menjadi preseden buruk untuk merusak suasana multikultur di Yogyakarta. Serangkaian aksi kekerasan yang kerap kali terjadi, semakin memperkuat antitesis untuk mengartikan kembali Yogyakarta dalam konteks sesungguhnya.
Tidak mengherankan bila kemudian kantor LKiS dirusak secara fisik dan keberadaan ruang publik dalam pergulatan pemikiran. Inilah yang kemudian menyulut berbagai elemen masyarakat yang terdiri dari mahasiswa, aktivis, ulama, pemuda dari sekumpulan organisasi membentuk Gerakan Rakyat Yogyakarta Anti kekerasan yang kemudian disebut dengan Gerayak (penulis sempat membuat laporan tentang ini). Aliansi ini mengutuk keras aksi kekerasan yang dilakukan secara langsung oleh MMI. Kasus terbaru pada akhir Oktober 2013, terjadi pembubaran paksa pertemuan oleh keluarga eks tapol 1965 di Wisma Shanti Dharma, Godean, Sleman. Peristiwa pembubaran paksa ini dilakukan oleh sekumpulan orang yang mengatasnamakan diri Front Anti Komunis Indonesia (FAKI), mengakibatkan beberapa diantaranya mengalami lukaluka. Parahnya kelompok ini melakukan pembatasan akses pembelaan hukum. Bahkan di spanduk yang terpampang di depan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta tertampang tulisan “PKI dilarang masuk”. Secara tidak langsung apa yang sudah dilakukan oleh FAKI adalah justifikasi merendahkan martabatPuncaknya,manusia.7 November 2013 sekumpulan masyarakat mengatasnamakan diri Masyarakat Antikekerasan Yogyakarta (Makaryo) melakukan unjuk rasa di depan keraton Yogyakarta. Makaryo merupakan aliansi dari organisasi mahasiswa, masyarakat, dan akademisi yang sebelumnya melakukan konsolidasi di LKiS dengan tema gerakan “Jogja Darurat Kekerasan”. Makaryo sendiri menghimpun sejak tahun 1996 sampai sekarang sudah terjadi 18 kasus kekerasan yang tidak kunjung selesai. Dalam tuntutannya, Makaryo meminta penegak hukum dan pejabat publik bersikap tegas, meminta Polri dan Polda DIY menangkap tersangka, meminta Keraton Yogyakarta untuk turut aktif mengawal dan mencegah kejadian kekerasan untuk tidak terjadi kembali.
Gerayak dan Makaryo adalah representasi simbol ketidaknyamanan sipil. Mengingat bertambahnya kasus kekerasan di Yogyakarta yang semakin tidak terkendali. Selain itu, negara sering absen dalam proses penegakan hukum yang tidak berjalan optimal. Dari sekian kasus yang terjadi, seringkali terjadi tumpang tindih penanganan kasus yang tidak fokus dan serius. Sehingga hampir sebagian kasus-kasus tersebut terlantar hingga puluhan tahun lebih. Ironis.
Hampir genap lima tahun menetap di Yogyakarta, membuat saya menegaskan diri untuk menyematkan Yogyakarta adalah sebuah provinsi kecil dengan julukan “Nusantara Kecil”. Bukan tanpa alasan saya berkata demikian. Di daerah inilah suasana multikulturalisme tercermin dengan jelas. Ragam budaya nusantara adalah hasil ekspansi pendatang yang dominan berasal dari kalangan mahasiswa. Uniknya, gempuran dari keberagaman budaya yang mengitari Yogyakarta tidak dengan mudah mengintervensi budaya lokal secara keseluruhan. Keraton Yogyakarta yang menjadi representasi budaya Jawa, turut andil membentuk suasana seperti ini. Semuanya berkolaborasi dengan baik, tanpa ada sekat kesukuan atau agama dalam masyarakat.
Oleh: Bethriq Kindy Arrazy*
Protes Sipil: Simbol Ketidaknyamanan dalam Bingkai Yogyakarta Masih ingatkah dengan tokoh Irshad Manji? Salah seorang muslim yang menemukan Islam di negara Kanada beserta pemikiran reformasi islam dalam dirinya. Kedatangannya ke Indonesia, terutama di kota Yogyakarta mengejutkan berbagai pihak. Tidak membuang kesempatan, Universitas Gadjah Mada pun menariknya untuk membedah pemikirannya dalam bedah buku yang berjudul Allah, Liberty, and Love. Tidak sampai acara berlangsung, agenda ini dibatalkan karena dikabarkan ada beberapa kelompok yang akan mengancam keberlangsungan acara tersebut. Melalui maklumat langsung dari rektor yang kala itu dipimpin oleh Soejarwadi, acara tersebut dibatalkan sepihak.Tidak sampai di sini, kekecewaan ini coba diredam dengan melakukan diskusi lanjutan dengan topik yang sama di Lembaga Kajian islam dan Sosial. LKiS merupakan sebuah lembaga yang konsentrasi melakukan kajian islam progresif, konon lembaga ini merupakan bentukan sekumpulan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijiaga yang gelisah dalam implementasi islam dalam tataran sosial. Beda tempat rupanya tidak menjamin kebebasan berdiskusi. Irshad Manji, pengurus LKiS, beserta peserta diskusi menjadi sasaran teror dari Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang merasa kecolongan dengan kedatangan Irsyad Manji dengan pemikiran versi Islamnya yang kompromi dengan hubungan sesama jenis.
Jogja (Tidak) Berhati Nyaman
Negara Diam dalam Perintah Konstitusi Dalam contoh kecil konteks permasalahan yang sudah terpaparkan, negara seakan sengaja menihilkan diri dalam penanganan konflik horizontal, membuat masyarakat kehilangan jaminan keamanan, keadilan, dan kesejahteraan. Beberapa pihak pun kemudian merasa ditekan oleh kelompok lainnya, dalam wilayah keberagaman, berpendapat, dan


9KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013
*)Mahasiswa Teknik Informatika 2009/ Pemimpin Redaksi LPM HIMMAH UII 2011-2013 Terjadi arogansi kelompok yang merasa besar atau mayoritas, sehingga kelompok minoritas (bisa secara jumlah atau kondisi sosial-ekonomi) tidak diberikan ruang untuk hidup dalam posisi setara. Arogansi ini, mengombang-ambingkan kelompok minoritas dalam ketimpangan di ruang hidup bersama. Mereka hanya diberikan kesempatan hidup bersama, namun tidak dijamin keleluasaannya mengakses hak-hak hidup yang fundamental yakni keamanan, kesejahteraan, dan keadilan. Masih saja si kaya memaksakan kehendak kepada si miskin, serta mereka yang berbeda keyakinan dan pendapat, harus dilenyapkan atau dipaksa menurut keinginan kelompok dominan. Dominasi ini terus berjalan konsisten. Sungguh begitu malang nasib kaum minoritas di negeri ini. Namun, apakah benar, negara sama sekali tidak hadir? Tidak. Negara hadir, tetapi hanya dalam batas aturan-aturan tertulis yang bunyinya cukup indah didengar. Aturan tertulis tersebut, bahkan mengacu pada Undang-Undang Dasar 1945 dan dasar negara Pancasila. Akan tetapi, di tataran praksis negara bak macan ompong, dan mau ditekan oleh kelompok dominan. Negara seakan tidak mempedulikan rakyat yang menghendaki hidup secara toleransi dalam ruang demokrasi. Bila ini dibiarkan, tidak menutup kemungkinan negara mengalami kemiskinan integritas di mata rakyatnya sendiri. Lantas, sampai kapan menunggu ketegasan negara?
ekonomi.


“Proud To Sheila On 7” ini Marching Band UII akan menampilkan 3 Movement atau lagu yang berisi aran semen dari lagu-lagu Sheila On 7 yang hits dan tidak asing bagi khalayak umum. Seperti lagu “Melompat Lebih Tinggi”, “Shepia”, dan medley dari lagu “Pria Ke sepian”, “Saat Lanjut Usia”, dan “Pejan tan Tangguh” akan dibawakan MB UII saat
Marching Band UII Menuju Grand Prix Marching Band XXIX 2013 kejuaraanDengannanti.pemilihan tema tersebut di harapkan penonton mudah menerima genre musik dan terhibur. Pada Novem ber ini setidaknya 3/5 bagian dari kes eluruhan paket pagelaran telah disele saikan. Dalam waktu satu bulan ke depan
“Kami menerima hak jawab jika ada pihak-pihak tertentu yang keberatan dengan pemberitaan KOBARkobari“ Kuliah Kosong Seringkali ketika kuliah kosong, dosen tidak datang tanpa pemberitahuan sebe lumnya. (Muhamadin Ardiansyah-Jurusan Teknik Sipil 2013) diharapkan MB UII telah siap secara ke seluruhan untuk menghadapi kejuaraan Grand Prix Marching Band. (Humas MB UII).
Kuliah Kosong Kalau ada jam kosong tidak ada pem beritahuan sebelumnya, paling hanya di jejaring sosial facebook. Tapi tidak semua mahasiswa selalu aktif di facebook, jadi terkadang tidak tahu ada jam kosong atau penggantinya. (Diah Yekti-Jurusan Ilmu Kimia 2011)
Kaliurang, Marching Band (MB) UII adalah salah satu Lembaga Khusus di Universitas Islam Indonesia. MB UII ma sih hidup dan memiliki anggota yang ti dak sedikit hingga saat ini. MB UII akan mengikuti kejuaraan Grand Prix Marching Band di Istora Senayan, Jakarta. March ing Band UII juga telah mempersiapkan penampilan ini melalui latihan sejak awal tahun 2013 untuk berlaga di Jakarta pada tanggal 27-30 Desember 2013. Pada kejuaraan Grand Prix tersebut Marching Band UII akan tampil sekitar 1112 menit dengan menyajikan suatu paket pagelaran. Paket pagelaran atau tema yang akan dibawakan bertajuk “Proud To Sheila On 7”. Tema ini dipilih sebagai apresiasi MB UII atas karya-karya band asal Yogyakarta ini yang telah melegenda di Indonesia.Dalampaket
10 KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013
Kebersihan Fasilitas Perlu Lebih Diperhatikan Ketika kami masuk ke bangunan, kami rasakan ada aroma yang menyengat. Kadang kami berpikir itu berasal dari got. Tapi kalau diperhatikan mungkin bau tak sedap ini dikarenakan toilet yang terle tak di muka gedung K.H. Wachid Hasyim itu yang lumayan mengganggu kenya manan, karena bangunan yang semesti nya tercium aroma harum tiba-tiba saja menye-ngat sesuatu yang aneh. (Nurul Hamidah- Jurusan Pendidikan Agama Is lam 2013) dok. MB UII




11KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013


12 KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013 “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Al-Bukhari no. 5885, 6834) Revangga Twin T. | KOBARkobari IKLAN LAYANAN MASYARAKAT INI DIPERSEMBAHKAN OLEH LPM HIMMAH UII

