Buletin KOBARKobari Edisi 164/XV/Mei 2013 - Bakal Caleg Berguguran di Tangan KPU

Page 1

Edisi 164 | Tahun Ke-15 | Mei 2013 e-mail : lpmhimmah@uii.ac.id, sites : http://lpmhimmahuii.org 1 Metri Niken L. | KOBARkobari Bakal Caleg Berguguran di Tangan KPU

Keputusan forum mediasi di Kampus UII Cik Di Tiro dianulir. Oleh: Irwan A. Syambudi Hasil seleksi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Keluarga Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (KPU KM UII) mencatat 82 bakal caleg dari 88 pendaftar dinyatakan lolos. Sebelumnya, ada 9 bakal caleg yang tidak lolos. Kemudian setelah adanya forum di Kampus UII Cik Di Tiro, 8 dari 9 bakal caleg tersebut dinyatakan lolos. Namun demikian, Surat Keputusan (SK) KPU KM UII yang dikeluarkan pada 29 April 2013 menyatakan, KPU menganulir 5 dari 8 bakal caleg yang telah dinyatakan lolos pada forum Cik Di Tiro. KPU menilai, para bakal caleg ini memiliki nilai akhir yang tidak memenuhi syarat. Sebelumnya, 9 bakal caleg yang tidak lolos beserta puluhan mahasiswa mendatangi Kantor LEM U pada Rabu Kampus Terpadu, Kobar Atilio Boron, seorang ilmuwan politik asal Argentina membagi demokrasi menjadi empat level. Ia menyebut level tertinggi adalah demokrasi ekonomi. Level ini memiliki arti bahwa pertarungan atau kompetisi politik, bukanlah semata-mata untuk politik itu sendiri, melainkan untuk memenangkan kontrol atas sumber daya ekonomi yang terbatas. Maka pada level ini, kekuasaan atau rezim dapat membuka akses yang luas kepada mayoritas orang untuk mengontrol dan mengendalikan sumber daya ekonomi yang terbatas. Sekarang, kita dapat melihat, sampai di level mana demokrasi dijalankan. Ketika pemilu dilakukan secara reguler untuk memperebutkan suara pemilih guna menempatkan wakil-wakil terpilih pada posisi legislatif dan eksekutif, kita patut bertanya, “Siapa yang kemudian mereka wakili?” Jangan sampai, kekuasaan yang mereka rengkuh dengan kedok perwakilan tersebut hanya mewakili kelompoknya, bukan mayoritas masyarakat. Sebab demokrasi sepertI ini adalah demokrasi level terendah yang disebut sebagai demokrasi elektoral. malam (24/04). Mereka mempertanyakan hasil penilaian seleksi yang menyebabkan beberapa orang bakal caleg tidak lolos. Agus Fadilla Sandi, Wakil Ketua DPM U menemui mereka, kemudian mengadakan dialog. Hasil dialog memutuskan bahwa akan diadakan forum terbuka (mediasired) dengan KPU. Esok malamnya, hall Kampus UII Cik Di Tiro dipenuhi mahasiswa. Forum terbuka yang difasilitasi oleh DPM U ini dihadiri Tim KPU, Wakil Ketua DPM U, dan Sekjen DPM U. Forum mediasi berjalan cukup alot. Sembilan bakal caleg yang tidak lolos menyatakan bahwa KPU tidak berhak menentukan lolos atau tidaknya bakal caleg pada seleksi administrasi. Dalam draf peraturan KPU pasal 8 tentang seleksi calon legislatif, pada poin

Bakal Caleg Berguguran di Tangan KPU

2 KOBARKOBARI EDISI 164 // XV // Mei 2013

Dewan Redaksi: T. Ichtiar Khudi A., B. Kindy Arrazy Pemimpin Redaksi: Irwan A. Syambudi. Sekretaris Redaksi: Alissa Nur Fathia Redaktur Pelaksana: Moch. Ari Nasichuddin, Ahmad Satria Budiman. Staf Redaksi: Dyah Ayu Ariestya S., Hasinadara P., Fajar Noverdian, Raras Indah F., Khairul Anwar. Fotografi: Robithu Hukama, Aldino Friga P.S., Revangga Twin T. Penelitian dan Pustaka: Fitria Nur Jannah, Aghreini Analisa, Yuyun Septika L. Rancang Grafis: Bayu Putra P., M. Hanif Alwasi. Metri Niken L., Rahmat Wahana. Perusahaan: Maya Indah C. Putri, Erlita Fauziah, Herlina, Nur Karuniati, M. Muhasin Riha, Anisa Kusuma W. PSDM: Lufthy Z., Rama Pratyaksa, Rahmi Utami Handayani, Bastian Galih I. Jaringan Kerja: Wahyu Septianti, M. Jepry Adisaputro, M. Alfan Pratama, Budi Armawan, Agam Erabhakti W. Magang: M. Faiqurrohman, Siti Mahdaria, Laras Haqkohati, M. Khoirul Anam, Alan Dwi P., Kholid Anwar, Khalid Mufid, Ruhul Auliya, Ristina Zahra L. Nur Jamilah, Dara Asri W., Dimas Ricky R., M. Rahmat Akbar, Ayoni Sulthon, M. Ilham Ilyas, Hernita Bacing, Emma Wachida S., Alfa Nur S., Miranti Cahya N., M. Rifaldi Rahman, Yuan Palupi, Arga Ramadhana, M. Nashihun Ulwan, M. Syamsul Falah M., Saga Kusuma W. Nafiul Mualimin, Ahmad Taupik B. Windy Sugiarty, Indah Gamatia R., Galuh Ayu P., Ayunda Firdaus A., Transvivi A., Sjahril, Novian Aldy P., Zahrina Andini, Yuliza Fahmi, Riesky Diyanti P., Fikri Rais T., Yuyun Noviasari, Tri Pujiati, Aprilia Alifah P., Atry Kyka A., Fatimah Rizky R., Deby Hermawan, Okti Novita S., Atya Arma N., Sri Siska W., Marta Dwi K., M. Sahindrawan, Diah Handayani, Anne Mudya Y., Farah Ayuning T., Iqbal Galuh H., Fikrinisa’a Fakhrun H. Himawan G. Pangestu, Desi Rahmawaty, Desy Duwy S., Nadira A. Nariswari Y., Wangga Angriandi P., Dian Hidayat, Wulan Oktantiya, Ikha Silviani, Alvina Anggarkasih, M. Noor Fadlany, Asharudin Wahyu, Ahmad Hanafi. Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa HIMMAH Universitas Islam Indonesia. Alamat Redaksi: Jln. Cik di Tiro No.1 Jogjakarta. Telp (0274) 3055069, 085647760101 (Maya Indah C. Putri, Iklan/Perusahaan). Saran dan kritik melalui email: lpmhimmah@gmail.com, http://lpmhimmahuii.org.

3KOBARKOBARI EDISI 164 // XV // Mei 2013

KOBARkobari|S.P.FrigaAldino

Hermawan Budi Utomo (21) menyampaikan kekecewaannya sekaligus mempertanyakan parameter ke lulusan bakal caleg yang tidak lolos kepada KPU, Kamis malam (25/4). Ia termasuk salah seorang bakal caleg yang sempat dinyatakan tidak lolos oleh KPU.

Reportase bersama: Hasinadara P.

Anugrah T. (DPM FE), Sonni Dooa J. (DPM FTI), Jarod (DPM U), Herman B. (DPM U), Hendrianto (DPM U), dan satu bakal caleg yang memang tidak dapat lolos karena tidak memenuhi syarat, yaitu Tri Agustian (DPM U). Setelah keputusan itu, para bakal caleg mengecek kembali hasil penilaian KPU. Baginda Amrunizal, salah seorang bakal caleg DPM FE yang akhirnya dinyatakan lolos menerangkan, “Saya kemarin dapat SMS dari KPU bahwa saya lolos seleksi dan SK sudah keluar.” Ketika dilakukan cek ulang hasil penilaian, ada kesalahan pada poin penilaian IPK. Seharusnya, Baginda mendapatkan poin 9-10, namun diberikan nilai 7-8. Walaupun lolos, mahasiswa Akuntansi 2010 ini menyayangkan masih ada bakal caleg yang tidak diloloskan. Setelah kroscek nilai, Sigit Heru Pramudito, bakal caleg DPM FE, mengakui dijanjikan akan diberikan SK keesokan harinya. Selanjutnya, Sigit bisa langsung mengikuti pengambilan foto untuk keperluan kampanye. Namun setelah ditunggu, dirinya mendapatkan kabar bahwa KPU menganulir keputusannya. Sigit dinyatakan tidak lolos. “Tadi malam, saya dapat SMS. Dari hasil tinjauan kembali, saya dinyatakan tidak lolos,” terang Sigit dengan nada kecewa. Mahasiswa Akuntansi 2010 ini mengaku sudah melalui tahapan seleksi dan merasa dirinya mampu, tetapi hasil penilaian KPU menyatakan dirinya tidak memenuhi syarat untuk lolos seleksi. “Kalau dari kroscek penilaian, poin makalah yang rendah,” tambah Sigit.

KPU sendiri mengakui bahwa sumber daya yang dimiliki pada tim seleksi wawancara atau interviewer memang tidak memadai sehingga ada kemungkinan salah penilaian. Namun KPU tetap beralasan, keputusan yang diambil sudah sesuai prosedur. KPU menemukan sebagian bakal caleg tidak mengikuti prosedur seleksi dan sebagian lagi menjiplak dalam pembuatan makalah. Salah seorang peserta forum mediasi, Mohammad Rifky Nugraha, angkat bicara. Mahasiswa Teknik Lingkungan 2010 ini mengatakan bahwa tim seleksi wawancara dirasa kurang kompeten dan cenderung subjektif dalam memberi penilaian sehingga hasil seleksi dirasa tidakTerkaitadil. KPU yang menganulir keputusannya, Fadel berpendapat bahwa hasil keputusan yang dibuat pada forum di Kampus UII Cik Di Tiro tidak sah. Fadel beralasan, forum tersebut bukan forum milik KPU, melainkan forum mediasi antara DPM dan bakal caleg yang tidak lolos. Selain itu, keputusan juga tidak sah apabila tidak memenuhi syarat kehadiran peserta rapat, yaitu 50% + 1 dari jumlah anggota. Pengambilan keputusan juga dilakukan dengan intervensi, intimidasi, dan ancaman. Berbagai pertimbangan tersebut, menurut Fadel, membuat independensi KPU sudah ternodai sehingga perlu dilakukan peninjauan kembali.q satu disebutkan bahwa proses penilaian bakal caleg melalui dua tahap seleksi, yaitu administrasi dan wawancara. Pada poin selanjutnya, disebutkan bahwa materi wawancara meliputi keislamaan, kelembagaan, ke-UII-an, visi dan misi, pergerakan mahasiswa, makalah peran kampus untuk ibu pertiwi, dan pengetahuan umum. Tim seleksi wawancara dipilih oleh KPU yang dalam hal ini memiliki hak dan wewenang untuk menguji serta memberikan penilaian. Kemudian dalam pasal 9 mengenai penetapan calon legislatif, disebutkan bahwa bakal caleg yang telah memenuhi syarat seperti yang disebutkan dalam pasal sebelumnya, dan yang dinyatakan lulus, selanjutnya ditetapkan sebagai calon legislatif (caleg) melalui rapat plenoFadelKPU. Akbar Basya sebagai Ketua KPU KM UII 2013 mengakui memang tidak ada dalam peraturan tertulis yang menyebutkan KPU berhak melakukan seleksi untuk menentukan lolos atau tidaknya bakal caleg. Namun, mahasiswa Ilmu Hukum 2009 ini menambahkan bahwa secara tersirat di dalam peraturan, KPUlah yang melolostidakkan bakal caleg. “Apa gunanya peraturan penilaian kalau tidak ada yang menentukan lolos atau tidak,” kata Fadel. Mediasi di Kampus UII Cik Di Tiro berjalan hingga dini hari. KPU akhirnya memutuskan untuk meloloskan 8 dari 9 bakal caleg yang semula dinyatakan tidak lolos. Delapan bakal caleg tersebut adalah Baginda Amrunizal (DPM FE), Alfian Faqih (DPM FE), Sigit Heru P. (DPM FE),

4 KOBARKOBARI EDISI 164 // XV // Mei 2013 BAKALDAFTARLEGISLATIFCALON WahanaRahmat KOBARkobari|

Sebutan “Agent of Change” Mahasiswa dikenal pula sebagai agent of change, pembawa perubahan yang lebih baik. Sebutan ini tampaknya tidak berlaku pada sosok Mario dan Micha. Mereka tidak menjalankan peran sebagai agen perubahan, namun malah ikut-ikutan melakukan korupsi. Meski korupsi yang terjadi pada mahasiswa tidak be gitu masif, mungkin saja ada kasus korupsi lainnya yang belum terungkap secara jelas. Mahasiswa yang idealis berteriak “anti korupsi”, sebagian lainnya justru menjilat ludah sendiri. Hal ini menandakan degradasi moral mahasiswa yang cenderung prag matis. Pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang diajarkan hingga bangku kuliah pun seolah tidak berguna. Akankah maha siswa menjadi generasi koruptor, bila saat ini saja sudah mele galkanAkarkorupsi?korupsi di Indonesia sepertinya sulit dicabut. Korupsi telah menjangkiti manusia, berkembang dari zaman ke zaman, dan menular ke berbagai kalangan. Perlawanan terhadap korupsi dikonfrontasi dengan perbuatan korupsi yang semakin banyak. Pada tahun 2012 saja, KPK menangani korupsi sebanyak 332 ka sus. Belum lagi korupsi kecil-kecilan -menerima atau memberi sogokan, salam tempel, uang pelancar- yang tidak dapat ditindak tegas oleh hukum dan terus berkembang di masyarakat. Memin jam pendapat Bung Hatta, salah seorang tokoh proklamator Indo nesia, korupsi telah menjadi sebuah budaya di negeri ini. Dengan adanya kejadian tersebut, perguruan tinggi atau jenjang pendidikan di bawahnya perlu memasukkan kurikulum antikorupsi secara gamblang agar para penerus bangsa ini tidak tertular wabah korupsi yang semakin merajalela. Kita pun harus membiasakan diri sendiri untuk bersikap jujur dan tidak melaku kan perbuatan yang mengarah pada korupsi. Hal itu tentunya di lakukan demi perubahan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia. dan Mahasiswa

Oleh: Hasinadara P. *) *) Mahasiswi Ilmu Komunikasi 2010 /Staf Bidang Redaksi LPM Himmah UII

Korupsi bukan hal asing lagi di telinga masyarakat kita. Banyak elite politik yang tertangkap basah dalam penyalahgu naan anggaran negara. Misalnya, Anas Urbaningrum, mantan Ketua Umum Partai Demokrat yang terjerat korupsi Hambalang dan Luthfi Hasan, mantan Presiden Partai Keadilan Se jahtera yang terjerat korupsi impor daging sapi. Selain keduanya, masih banyak deretan nama lain yang cukup mem buat miris Korupsirakyat.punikut menjerat mahasiswa, contohnya Mario Zuhfri. Ia adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang. Mahasiswa Semester VI ini mengajukan 10 proposal fiktif kepada badan, lembaga, dan organisasi di Jawa Tengah (Jateng), khususnya melalui pos dana hibah bantuan sosial. Ia menitipkan proposal-proposal itu melalui perusahaan milik Yoyok Sukawi, Ketua Komisi E DPRD Jateng, yaitu PT. Kartina Adijaya. Proposal-proposal itu lalu ditandatangani Harry Triyadi, Staf Komisi E DPRD Jateng untuk selanjutnya diajukan ke Gubernur Jateng. Proposal kegiatan fiktif yang diajukan Mario masing-ma sing bernilai Rp 10 juta sehingga Mario berhasil mendapatkan uang Rp 100 juta. Kegiatan fiktif tersebut antara lain Kejuara an Tenis Meja, Pelatihan Kecantikan “Kirana”, Penataran Juri Pencak Silat Gajah Putih, Kejuaraan Garuda Open I, Pening katan SDM Pelatihan Panahan, dan lain-lain. Proposal dibuat lengkap dengan kepanitian palsu. Bahkan, Mario memalsukan tanda tangan lurah dan camat, serta menyertakan stempel palsu. Mario juga membuat laporan pertanggungjawaban (LPJ) agar kegiatan yang ia ajukan tampak benar-benar terjadi. Uang Rp 100 juta tersebut digunakan Mario untuk jalanjalan ke Solo. Nahas. Sepulang dari jalan-jalan, Mario lang sung ditangkap oleh Satreskrim Polrestabes Semarang. Ia mengaku tak melibatkan orang lain dalam aksinya, tetapi polisi menduga, ada “orang dalam” yang membantu Mario. Dengan diperiksanya Yoyok Sukawi, diduga ada orang lain yang juga terlibat dalam kasus ini. Akibat perbuatannya, Mario dijerat dengan Pasal 2 Undang-undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999, sebagaimana diubah UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 64 KUHP. Ia terancam hukuman penjara lebih dari 5 tahun. Karena nila setitik, rusak susu se belanga. Perbuatan Mario tentu mencoreng citra universitas sekaligus mahasiswanya. Mario tidak seharusnya menyalahgu nakan kecerdasan sebagai mahasiswa untuk memperkaya diri secara instan, apapun alasannya.

“Kami menerima hak jawab jika ada pihak-pihak tertentu yang keberatan dengan pemberitaan KOBARkobari.”

5KOBARKOBARI EDISI 164 // XV // Mei 2013

Antara Korupsi

Di Universitas Islam Indonesia (UII), korupsi pernah ter jadi di kalangan mahasiswa. Kasus ini terungkap satu dekade silam. Seorang mahasiswi Fakultas Hukum, Mirza Imada Zul fiqar atau Micha, menggelapkan dana kemahasiswaan sebe sar Rp 279 juta. Hal tersebut dilakukan saat dirinya menjabat Ketua Komisi IV Dewan Permusyawaratan Mahasiswa Univer sitas (DPM U) Periode 1998-2000. Komisi IV sendiri bertugas mengelola keuangan lembaga kemahasiswaan. Saat itu, Micha tidak dapat mempertanggungjawabkan dana yang dikelolanya. Micha pun sering kali sulit ditemui dengan alasan keluar kota atau keluar negeri. Kasus ini baru terungkap saat kepengurusan DPM U Periode 2000-2002. Pengurus DPM yang ada mendapati kejanggalan dalam LPJ bidang penggunaan dana kemahasiswaan. Kasus korupsi ini lalu diajukan ke pengadilan. Micha ditetapkan sebagai tersangka meskipun ia tidak pernah datang ketika sidang berlangsung. Ka sus ini berakhir dengan pengembalian dana dan kesepakatan nota damai, yang seharusnya tidak berlaku pada kasus pidana korupsi. Itu terjadi karena pihak rektorat kalah pada sidang gugatan Pengadilan Tata Usaha Negera (PTUN) sehingga pihak Micha memin ta agar kasus ini tidak diajukan ke pengadilan.

6 KOBARKOBARI EDISI 164 // XV // Mei 2013

Di tengah sungai, kerumunan orang berkumpul membawa ban. Tinggi air sungai saat itu mencapai pinggang, namun terkesan biasa saja bagi mereka. Arus sungai yang deras dan sinar mentari yang terik, tak dihiraukan. Sesekali terdengar senda gurau. Lalu mereka tiba-tiba merunduk, mengambil sesuatu dari dasar sungai, dan menaruhnya di atas ban. Mereka adalah sekelompok penambang pasir di Kali Progo, Dusun Bendo, Kelurahan Trimurti, Kecamatan Srandaan, Bantul. Pasir di Kali Progo merupakan material dari aliran lahar dingin Gunung Merapi. Kualitasnya bagus. Tak heran jika pasir hasil tambang Kali Progo terkenal hingga keluar DIY. Setiap harinya, dua orang penambang mampu menghasilkan 1 rit pasir, setara dengan 1 bak truk. Mereka dapat membawa pulang uang hingga ratusan ribu rupiah, tergantung jenis pasirnya. Untuk kualitas super dihargai Rp 180.000, sementara untuk kualitas biasa dihargai Rp 120.000.

Jejak Air Para Penambang Pasir

Menambang pasir bukanlah tanpa risiko. Hujan deras di sekitar Merapi bisa saja mengakibatkan banjir besar yang mengancam nyawa penambang. Pasir-pasir yang ditumpuk di pinggir sungai pun bisa hilang terseret arus. Jika sudah begini, mereka akan gigit jari karena hasil jerih payahnya hilangMenambangsia-sia. pun tak bisa dilakukan tiap hari. Mereka harus berenang ke tengah sungai lebih dulu untuk mengecek kedalaman pasir. Jika dirasa cukup, mereka akan lanjut menambang. Jika tidak, mereka akan bersabar hingga keesokan harinya. Jika tetap dipaksa menambang, akan lebih banyak batu kali yang didapatkan daripada pasir. Kali Progo sudah menjadi teman hidup para penambang. Tempat untuk mencari penghidupan, juga hiburan di tengah derasnya arus sungai ini.

Narasi dan Foto: Aldino Friga P.S. Pekerja Tambang Teman

7KOBARKOBARI EDISI 164 // XV // Mei 2013

Mengais Rezeki Kerja HasilRitPerjuangan

Teman

Satu

8 KOBARKOBARI EDISI 164 // XV // Mei 2013

KOBARkobari|S.P.FrigaAldino

Bantuan Sosial Pesta 2012 Menumpuk di Kantor LEM U

Dani A.P. (21), Kabid Pengabdian Masyarakat LEM UII menunjukkan barang-barang bantuan sosial yang masih menumpuk dan tak terurus di Kantor LEM UII, Jum’at (03/05). Beberapa barang sudah tak layak diberikan karena kedaluwarsa dan dikerubungi serangga.

Oleh: Budi Armawan Kampus Terpadu, Kobar Pada Pesona Ta’aruf (Pesta) 2012 lalu, seluruh mahasiswa dan mahasiswi baru diwajibkan membawa barang-barang untuk bantuan sosial berupa beras dan mi instan. Sejak Pesta usai, sebagian barang tersebut hingga kini masih menumpuk di Kantor Lembaga Eksekutif Mahasiswa Universitas (LEM U). Muhammad Shadily Rumalutur, Ketua LEM U, berdalih bahwa sebagian dari barang-barang tersebut telah disalurkan ke desa binaan LEM U dan Kantor Pengelola Kampus (KPK). Selain itu, barang bantuan sosial juga dibagikan ke masyarakat saat acara Idul Adha dan Tabligh Akbar Ustadz Soleh Mahmud (Solmed). “Kurang lebih ada sekitar empat sampai lima puluh persen yang sudah tersalurkan,” tutur pria yang akrab dipanggil Shadily ini. Purwanto, Koordinator Lapangan KPK, angkat bicara. Ia mengaku sama sekali tidak mendapatkan bantuan sosial dari LEM U, baik berupa beras maupun mi instan. Ia pun menyayangkan barang-barang bantuan sosial yang masih menumpuk. Berbeda dengan atasannya, Agus Diyanto yang merupakan karyawan di KPK, mengaku bahwa dirinya mendapatkan beras dan empat bungkus mi instan dari LEM U bersama dengan 16 karyawan lainnya. “Ngambilnya di LEM U selesai ospek, yang punya anak dikasi tambahan buku,” tukas Agus saat ditemui tengah menyapu jalan di sekitar FTSP UII. Desa Dawangsari adalah desa binaan LEM U. Lokasinya terletak di pebukitan yang terletak di daerah Prambanan. Salah seorang warga, Endang, mengatakan bahwa ia tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari LEM U. Padahal, Endang termasuk warga Desa Dawangsari. Berbeda dengan Endang, Wariyem yang juga istri Kepala Desa (Kades) Dawangsari, mengaku jika dirinya pernah mendapatkan barang dari bantuan sosial LEM U. “Dulu waktu hari raya Idul Adha datang bagi–bagi ke sini,” ujar Wariyem. Terkait pembagian barang-barang bantuan sosial, LEM U bertindak sebagai penanggung jawab. LEM U memiliki wewenang untuk membagikan barang

LEM U yang berperan sebagai penanggung jawab bantuan sosial seolah-olah lalai melaksanakan tanggung jawabnya. sesuai dengan jatahnya masing-masing. Sistem seperti ini sudah berlangsung setiap tahunnya. Biasanya, jatah lebih besar diberikan kepada Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Islam Indonesia (Mapala Unisi), mengingat mereka memiliki banyak desa binaan. Shadily menuturkan, ia pernah meminta bantuan secara lisan kepada Mapala Unisi untuk membantu penyaluran barang-barang bantuan sosial. Ia juga mengatakan, ada bantuan sosial bagian Mapala Unisi yang belum tersalurkan. “Saya jaga sekali dari kemarin, makanya saya biarin aja. Jangan sampai kita (LEM U-red) ngambil karena sudah diplotplotkan. Takutnya gara-gara peristiwa kemarin (insiden pemukulan saat Pesta red), dikiranya kita tidak mau kasi ke teman–teman Mapala,” ujar Shadily. Ketua Umum Mapala Unisi, Hendrik Novero, menyatakan pernah terjadi pembicaraan dengan LEM U soal penyaluran barang-barang bantuan sosial. Mapala Unisi menyatakan siap untuk membantu penyaluran barang. Menurut Hendrik, setelah pembicaraan itu, pihak LEM U tidak pernah lagi menghubungi Mapala Unisi untuk berkoordinasi. Hendrik lantas terkejut ketika dirinya berkunjung ke Kantor LEM U pada Februari 2013 dan melihat beras dan mi instan masih menumpuk. Hendrik mengaku, pada tahun-tahun sebelumnya, Mapala Unisi selalu dihubungi LEM U untuk mengambil barang-barang bantuan sosial Pesta, tetapi di tahun ini hal itu tidak ada. “Setelah tidak ada lagi pembahasan, saya kira mereka punya tempat lain untuk menyalurkan, petunjuknya pun tak ada, cuma mereka hanya menanyakan bisa atau tidak, abis itu nggak ada lagi komunikasi,” jelas Hendrik. Ketika disinggung soal insiden pemukulan saat Pesta kemarin, Hendrik mengatakan jika hal tersebut sama sekali tidak berhubungan dengan penyaluran barang bantuan sosial. Sembari tertawa, Hendrik menegaskan permasalahan itu sudah selesai.

Reportase bersama: Revangga Twin T. dan Irwan A. Syambudi Bagaimana Tanggapan Mahasiswa? Kiki Yudha, mahasiswa Farmasi 2012, mengatakan sewaktu Pesta ia diwajibkan untuk membawa setengah kilogram beras dan dua bungkus mi instan oleh wali jama’ah. “Katanya sih buat disumbangin,” ujar Kiki. Ia menyesalkan bantuan itu tidak tersalurkan dan barang-barangnya masih menumpuk di Kantor LEM U hingga saat Rahmadini.Amri Hasbullah, mahasiswa Teknik Informatika 2010, mengatakan pernah melihat barang-barang bantuan sosial saat rapat di Kantor LEM U. Ia menyayangkan terlambatnya penyaluran bantuan sosial yang hingga kini masih menumpuk itu. Tak berbeda dengan Kiki dan Rahmad, Samsi Arif mengungkapkan kekecewaannya terhadap penumpukan barang-barang bantuan sosial ini. “Segera saja disalurkan, yang basi ya udah dilupain, yang masih bisa disalurkan ya salurkan. Syukur-syukur ditambahin, tapi ingat ganti yang basi tadi!” tegas mahasiswa Psikologi 2010 ini.q

Perbaiki Sarana Sarana dan prasarana untuk universitas setingkat UII masih kurang memuaskan, terutama untuk akses internet di fakultas. Banyak mahasiswa yang mengeluhkan fasilitas internet kurang memadai. Akibatnya, saat pencarian bahan untuk tugas atau mengunduh sesuatu, terasa lama. Untuk unisys sendiri, kalau bisa bandwidth-nya ditambah supaya tidak error jika melaksanakan key in. Begitu pula dengan klasiber. Kalau bisa, GOR juga dilakukan perawatan dan pembersihan. Fasilitas parkir untuk mahasiswa juga lebih baik diperluas untuk menampung kendaraan yang tiap tahun bertambah. (Wahyu BagaskoroJurusan Psikologi 2010)

Karyawan judes Pelayanan di bagian perkuliahan FTI (Fakultas Teknologi Industri) kurang ramah. Kadang ada karyawan yang judes dan suka marah-marah tidak jelas kepada mahasiswa yang sekadar ingin bertanya. Hal seperti ini membuat mahasiswa enggan untuk berurusan dengan birokrasi di kampus karena pelayanan yang tidak ramah dan cenderung mempersulit. Harapan saya, karyawan dapat lebih profesional dalam memberikan pelayanan karena itu juga bagian dari hak mahasiswa. (Lulu ZakiyahJurusan Informatika 2011)

9KOBARKOBARI EDISI 164 // XV // Mei 2013

10 KOBARKOBARI EDISI 164 // XV // Mei 2013 Di Tengah Kekayaan Para Pejabat Judul Buku : Orang Kaya di Negeri Miskin Penulis : Eko Prasetyo Penerbit : Resist Book Cetakan : I, Juli 2005 Tebal Buku : vi + 172 Halaman Oleh: Budi Armawan Ada beberapa persamaan dari judul buku ini dengan judul-judul buku yang pernah ditulis oleh Eko Prasetyo, seperti “Orang Miskin Dilarang Sekolah”, “Orang Miskin Dilarang Sakit”, dan “Orang Miskin Tanpa Subsidi”. Buku ini adalah sekuel keempat dari buku-buku yang ditulis oleh Eko Prasetyo, seorang aktivis di Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia (Pusham UII). Dari tiga buku sebelumnya, penulis tetap menggunakan judul “Orang Miskin” sebagai objek dalam bukuBukuini. ini berkisah tentang ketidakadilan para penguasa di negeri ini terhadap rakyat miskin, seperti kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat miskin, penggusuran, perlakuan berbeda pada layanan birokrasi, dan gaya hidup mewah para pejabat pemerintahan. Perencanaan tata kota yang dilakukan pemerintah daerah menjadi perhatian lebih dari penulis. Di satu sisi, pemerintah memberikan izin untuk para pengusaha membangun pusat-pusat perbelanjaan, tetapi mengorbankan tanah milik rakyat miskin dengan cara menggusurnya. Tak hanya pengusaha dan pejabat pemerintah yang dikritik oleh penulis, kaum rohaniwan juga termasuk. Mereka menjalankan bisnis yang “menjual dan memasarkan” firman Tuhan, tak jarang juga para rohaniwan ikut berpentas di dunia politik untuk mendapatkan pundipundi. Bisnis politik para rohaniwan pun dinamai “orang kaya dilarang bekerja” oleh Kehidupanpenulis. di zaman kerajaan dahulu juga diperhatikan oleh penulis, seperti kehidupan para raja dan para priyayi di masa itu yang merupakan gaya hidup penguasa kolonial. Penulis menjadikan tulisan H.J. de Graff, seorang ahli sejarah Jawa yang sudah meninggal dunia, yang berisikan bagaimana upacara penunjukan sunan yang baru di daerah Kediri didesain mengikuti tata cara Eropa dengan bersulang minum bir. Eko Prasetyo juga menyindir kekayaan para politisi di negeri ini, seperti Aburizal Bakrie, Megawati Soekarnoputri, Jusuf Kalla, dan Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, Eko kurang merinci secara detail daftar kekayaan para politisi tersebut, dalam artian, Eko hanya menulis jumlahnya saja tanpa merinci sumber harta tersebut. Dalam buku ini, penulis tidak mencantumkan orang-orang kaya yang berasal dari dunia penulis sendiri sebagai seorang penulis, bukan aktivis. Misalnya, bagaimana orang-orang kaya yang mengumpulkan kekayaan dari menulis buku dan kehidupan penulis-penulis buku itu sendiri.Sebuah kekayaan tentunya didapat dengan tidak mudah. Orang-orang yang saat ini sudah kaya membutuhkan perjuangan yang luar biasa hingga ia berada pada taraf hidup yang lebih baik daripada orang lain. Buku ini mengkritik gaya hidup orang kaya dari berbagai profesi, terutama pejabat publik dan para pengusaha. Buku ini seperti pembela bagi masyarakat miskin dalam memerangi orang kaya dengan gaya hidupnya.

11KOBARKOBARI EDISI 164 // XV // Mei 2013

12 KOBARKOBARI EDISI 164 // XV // Mei 2013

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.