Buletin KOBARKobari Edisi 161/XV/Januari 2013 - Wajah Parkiran UII

Page 1

Edisi 161 | Tahun Ke-15| Januari 2013 e-mail : lpmhimmah@uii.ac.id, sites : http://lpmhimmahuii.org 1 Deby Hermawan | KOBARkobari Wajah Parkiran UII

Wajah Parkiran UII

Jumlah mahasiswa di UII semakin meningkat setiap tahunnya. Begitu pun biaya kuliah yang seperti mengikuti perkembangan tersebut ikut meningkat pula. Kedua hal itu semestinya sejalan dengan fasilitas yang ada di lingkungan kampus, dalam hal ini terkait parkiran kendaraan sepeda motor. Peningkatan jumlah mahasiswa akan diikuti juga dengan peningkatan sepeda motor. Jika parkiran tidak siap, akan timbul sejumlah masalah. Lahan parkiran yang sesak merupakan salah satu dari masalah yang muncul.

Sekarang ini, kebijakan untuk memperluas lahan tentu bukanlah solusi yang bijak. Kebutuhan lahan yang dinilai lebih mendesak adalah pembangunan ruang perkuliahan penunjang kegiatan akademik, seperti kelas dan laboratorium. Maka dari itu, perlu adanya kebijakan lain yang lebih populis, seperti membatasi penggunaan kendaraan bermotor, mengharuskan mahasiswa bersepeda selama berada di kampus, memaksimalkan bus-bus mahasiswa, dan lain sebagainya. Sekali lagi, UII harus memiliki solusi jangka panjang untuk menyelesaikan masalah parkiran.

Dewan Redaksi: T. Ichtiar Khudi Akbar, B. Kindy Arrazy Pemimpin Redaksi: Irwan A. Syambudi. Sekretaris Redaksi: Alissa Nur Fathia Redaktur Pelaksana: Moch. Ari Nasichuddin, A. Satria Budiman. Staf Redaksi: Dyah Ayu Ariestya S., Hasinadara P., Fajar Noverdian, Raras Indah F., Khairul Anwar. Fotografi: Robithu Hukama, Aldino Friga P.S., Revangga Twin T. Penelitian dan Pustaka: Wening Fikriyati, Aghreini Analisa, Yuyun Septika L. Rancang Grafis: Bayu Putra P., M. Hanif Alwasi., Metri Niken L., Rahmat Wahana. Perusahaan: Maya Indah C. Putri, Erlita Fauziah, Herlina, Nur Karuniati, M. Muhasin Riha, Anisa Kusuma W. PSDM: Lufthy Z., Rama Pratyaksa, Rahmi Utami Handayani, Bastian Galih I. Jaringan Kerja: Wahyu Septianti, M. Jepry Adisaputro, M. Alfan Pratama, Budi Armawan, Agam Erabhakti W. Magang: M. Faiqurrohman, Siti Mahdaria, Laras Haqkohati, M. Khoirul Anam, Alan Dwi P., Kholid Anwar, Khalid Mufid, Ruhul Auliya, Ristina Zahra L. Nur Jamilah, Dara Asri W., Dimas Ricky R., M. Rahmat Akbar, Ayoni Sulthon, M. Ilham Ilyas, Hernita Bacing, Emma Wachida S., Alfa Nur S., Miranti Cahya N., M. Rifaldi Rahman, Yuan Palupi, Arga Ramadhana, M. Nasihun Ulwan, M. Syamsul Falah M., Saga Kusuma W. Nafiul Mualimin, Ahmad Taupik B. Windy Sugiarty, Indah Gamatia R., Galuh Ayu P., Ayunda Firdaus A., Sjahril, Novian Aldy P., Zahrina Andini, Yuliza Fahmi, Riesky Diyanti P., Fikri Rais T., Yuyun Noviasari, Tri Pujiati, Aprilia Alifah P., Atry Kyka A., Fatimah Rizky R., Deby Hermawan, Okti Novita S., Atya Arma N., Sri Siska W., Marta Dwi K., M. Sahindrawan, Diah Handayani, Anne Mudya Y., Farah Ayuning T., Iqbal Galuh H., Fikrinisaa Fakhrun H. Himawan G. Pangestu, Desi Rahmawaty, Desy Duwy S., Nadira A. Nariswari Y., Wangga Angriandi P., Dian Hidayat, Wulan Oktantiya, Ikha Silviani, Alvina Anggarkasih, M. Noor Fadlany, Asharudin Wahyu, Ahmad Hanafi. Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa HIMMAH Universitas Islam Indonesia. Alamat Redaksi: Jln. Cik di Tiro No.1 Jogjakarta. Telp (0274) 3055069, 085647760101 (Maya Indah C. Putri, Iklan/Perusahaan). Saran dan kritik melalui email: lpmhimmah@uii.ac.id, http://lpmhimmahuii.org.

Lokasi tempat parkir di UII sudah tidak memadai dan tidak terawat. Tentunya, keadaan ini dapat mengurangi kenyamanan bagi mahasiswa dan pengguna lainnya. Oleh: Atya Arma N. Kampus Terpadu, Kobar Tempat parkir (parkiran) sepeda motor di lingkungan Fakultas Teknologi Industri (FTI) menuai komentar dari beberapa mahasiswa. Salah satunya menganggap jika parkiran FTI mengalami kekurangan lahan. Akibatnya, mahasiswa meletakkan kendaraannya disembarang tempat. “Tempat parkir menjadi tidak beraturan atau semrawut, sudah seperti butuh perluasan, bagus lagi kalau di lingkungan kampus pakai sepeda,” tukas Vita Silondae, mahasiswi Teknik Informatika 2012.Hal berbeda dilontarkan M. Jabaludin Nur Riza, mahasiswa Teknik Informatika 2012. Menurutnya, parkiran FTI tidak akan bisa rapi karena kurangnya kesadaran setiap individu yang terlibat. Riza pun beropini, ada dua poin utama masalah di parkiran FTI. Pertama, setiap individu yakni mahasiswa masih egois. Kedua, tatanan lahan yang kurang efisien. Menanggapi komentar di atas, Kasyono yang menjabat sebagai Ketua Divisi Rumah Tangga FTI mengatakan, salah satu hal yang jadi penyebab kondisi parkiran FTI sedemikian rupa adalah semakin banyaknya mahasiswa yang menggunakan sepeda motor. Imbasnya, lahan parkiran kurang memadai untuk menampung sepeda motor mahasiswa. Untuk perluasan lahan, sudah pernah diajukan ke Wakil Dekan (Wadek) FTI. Tindak lanjutnya akan diajukan pada saat rapat Universitas, begitu juga dengan penambahan karyawan guna menjaga parkiran.Akan tetapi, Sukirno selaku penjaga parkir FTI punya penilaian sendiri. Dikarenakan banyaknya sepeda motor yang parkir, ia mengaku kewalahan mengatur sepeda motor milik mahasiswa dan juga mengurusi parkiran dari pagi sampai sore. Tindakan yang dilakukan penjaga parkir selama ini, di antaranya adalah datang lebih pagi untuk lebih awal memperingatkan mahasiswa agar memenuhi parkiran yang paling ujung terlebih dulu. Peringatan itu fungsinya supaya sepeda motor yang datang selanjutnya mendapatkan tempat. Sukirno menyarankan agar mahasiswa tidak parkir di sembarang tempat yang dapat menyebabkan parkiran menjadi semrawut.Soalperluasan parkiran, Wadek FTI Wahyudi Budi Pramono menuturkan, perluasan tempat parkir tidak mungkin terlaksana karena tidak sesuai dengan master plan. Selain itu menurut Wahyudi, UII juga mempunyai wacana green campus. Wacana yang dimaksud adalah nantinya semua parkiran di UII akan dijadikan satu dan semua mahasiswa akan mengendarai sepeda. Terkait penambahan penjaga parkir, Wahyudi menilai penjaga parkir saat ini dirasa sudahTidakmencukupi.hanya di FTI, parkiran di Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) juga mengalami masalah serupa. Menurut Sutaryo selaku Kepala Urusan Rumah Tangga dan Perbekalan FIAI, sebelum tahun 2012, parkiran FIAI hanya diperuntukkan bagi dosen dan karyawan FIAI. Sedangkan bagi mahasiswa, hanya boleh parkir di parkiran milik FTI. Namun sejak tahun 2012, parkiran FIAI boleh digunakan untuk parkir kendaraan mahasiswa juga. Parkiran di FIAI pun ikut menuai komentar dari sejumlah mahasiswanya. Zeni Mufidah, mahasiswi Pendidikan Agama Islam 2010, berkomentar bahwa tempat parkir di FIAI terlalu sempit. Atapnya terbatas, sehingga kalau hujan masih kehujanan. Sedangkan Solihin sebagai penjaga parkir, mengeluhkan kurangnya penjaga parkir di parkiran FIAI. Penjaga parkir yang ada di FIAI hanya dirinya saja dan ia merasa kewalahan, sehingga terkadang ikut dibantu oleh satpam, sopir, dan karyawan lainnya. Pengajuan penjaga parkir sudah dilakukan. Menanggapi pendapat di atas, Mujiyana selaku Kepala Divisi Administrasi Umum dan Keuangan FIAI menegaskan akan menambah atap untuk parkiran FIAI di sebelah kiri dan di depan kantor lembaga mahasiswa FIAI. Namun, FIAI masih

2 KOBARKOBARI EDISI 161 // XV // JANUARI 2013

beberapa komentar mahasiwa. Mereka merasa bahwa peraturan itu tidak manusiawi dan tidak adil. Seperti yang dialami Ika Fujiana, mahasiswi Ilmu Komunikasi 2012. Saat itu, ia mengantarkan surat izin istirahat ke Divisi Perkuliahan dan Ujian FPSB. Namun, pihak yang terkait tidak menerimanya karena dalam peraturan izin sakit, mahasiswa harus menyertakan surat keterangan opname. “Saya merasa dirugikan karena terkadang harus tetap memaksakan diri masuk kuliah, padahal dokter sudah menyarankan istirahat. Tapi daripada nanti absen saya pas-pasan di akhir dan susah kalau ada keperluan mendadak, terpaksa saya paksakan ke kampus. Padahal sebenarnya percuma saja, karena toh saya nggak konsen juga belajar di kelas karena kondisi badan yang tidak fit,” keluh Ika. Pendapat serupa dikemukakan oleh Wardiani Priyanto, mahasiswi Psikologi 2011. “Peraturan ini dibuat mungkin dengan tujuan positif, tetapi dalam praktiknya peraturan ini sedikit memberatkan mahasiswa. Tidak semua orang sakit yang istirahat di rumah lebih baik dari yang diopname di rumah sakit,” ucap Wardiani. Sedangkan Galuh Sekar Tanjung, mahasiswi Ilmu Komunikasi 2012 menganggap, sebaiknya pemegang absensi kehadiran mahasiswa adalah dosen yang bersangkutan karena dianggap lebih tahu bagaimana kondisi mahasiswa. q

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) tidak menerima surat izin dokter dari mahasiswa. Mengapa demikian?

Kampus Terpadu, Kobar Sesuai dengan yang diutarakan Edi Sutapa selaku Ketua Divisi Perkuliahan dan Ujian FPSB, surat izin dokter tidak diterima karena sudah menjadi ketentuan fakultas. Edi menuturkan, surat izin dokter diterima apabila mahasiswa mengalami penyakit menular seperti cacar. Menurutnya, surat izin dokter semakin mudah diperoleh dan semakin besar kemungkinan adanya surat izin dokter palsu. “Kalau mahasiswa sejak sekarang saja sudah bisa berbohong, bagaimana kalau dia menjadi pemimpin yang jelasjelas uang di depan mata,” tukas Edi. Ia menambahkan bahwa kebijakan ini sekaligus untuk menjaga amanah mahasiswa sebagai seorang pelajar. Dekan FPSB Sus Budiarto memaparkan penjelasannya terkait hal tersebut. Menurut pria yang akrab disapa Sus ini, tanpa surat izin dokter, mahasiswa masih dapat menggunakan keringanan 25% boleh tidak masuk yang diberikan fakultas. Namun, untuk mahasiswa yang sering mengalami sakit hingga rawat inap, Sus menyatakan akan bertemu dan bertanya lebih dulu kepada yang bersangkutan. “Kalau memang kasusnya dia selalu sakit, saya akan tanda tangan (memberi izin-red), berarti sakitnya parah kan kalau sering begitu,” tanggap Sus. Ia melanjutkan bahwa selama ini kasus seperti itu belum terjadi di FPSB. Sus menilai peraturan yang ada sangat adil bagi mahasiswa, termasuk bagi mahasiswa yang sibuk sebagai aktivis kampus. Di UII, memang ada fakultas lain yang menerima surat izin dokter. Tetapi menurutnya, peraturan yang berlaku di FPSB adalah baik dan punya kekuatan hukum. Peraturan terkait surat izin dokter sudah berlaku sejak sebelum UII memberlakukan presensi 75% kehadiran mahasiswa. Sus mengklaim jika FPSB termasuk fakultas yang konsisten melaksanakannya. “Jadi, semisal ada peraturan yang harus diubah, fakultas lain itulah yang harus mengikuti FPSB,” kata Sus. Ia pun menghimbau mahasiswa untuk becermin pada hal baik, jangan hanya becermin berdasarkan pandangan pribadi.Salah seorang dosen di program studi Ilmu Komunikasi, Irawan Jati, turut angkat bicara. Bagi Irawan, sistem perizinan yang demikian sudah cukup adil bagi seluruh mahasiswa. Tidak semua peraturan harus dilihat berdasarkan hitam dan putih. Hukum dibuat untuk keadilan, sementara pembatasan bertujuan untuk melindungi kepentingan mahasiswa. Tidak ada keuntungan tersendiri bagi fakultas ataupun universitas. Menurut Irawan, dosen pun sebenarnya memiliki pertimbangan lain mengenai pemberian izin kepada mahasiswa. “Mahasiswa yang sering masuk dianggap lebih bisa menguasai materi. Mahasiswa yang sering datang saja belum tentu bisa menguasai materi, apalagi yang jarang masuk. At the end, dosen punya pertimbangan dapat mengizinkan mahasiswa tersebut untuk tidak masuk, dosen punya hak pertimbangan moral,” ujar Irawan. Tidak diterimanya surat izin dokter oleh pihak fakultas dirasa memberatkan mahasiswa. Hal tersebut terlihat dari

Reportase bersama: Ruhul Auliya

FPSB (Tetap) Menolak Surat Izin Dokter

Oleh: Riesky Diyanti Putri harus melihat kondisi keuangan terlebih dulu, mengingat dana yang ada cukup terbatas.Masih seputar kondisi parkiran, kini beralih ke Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Harpan Juhairy, mahasiswa Farmasi 2012 menceritakan pengalamannya. “Saya terjatuh karena ada genangan air dan parkiran yang berlumut,” kisah Harpan. Hal tersebut ditanggapi Suratmin selaku penjaga parkir di FMIPA dengan melapor ke Divisi Umum dan Rumah Tangga FMIPA. Usaha yang dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban lagi adalah dengan memasang garis pembatas dan memberi peringatan kepada mahasiswa agar tidak parkir lagi di sana. Slamet Hariyanto yang menjabat sebagai Kepala Divisi Umum di FMIPA mengatakan akan menindaklanjuti kejadian tersebut. Salah satunya, dengan membuat pagar dan memasang rantai di sekitar parkiran yang dirasa licin. Berbeda dengan itu, Sunarwi sebagai Kepala Divisi Perbekalan dan Rumah Tangga di FMIPA mempunyai solusi lain. Ia mengatakan bahwa salah satu solusinya adalah dengan memperingatkan mahasiswa agar jangan parkir di tempat tersebut. Selain itu, akan dibuat pagar di sekitar tempat parkir yang dirasa licin dan menyapu air yang menggenang di parkiran. Solusi-solusi tersebut ditanggapi berbeda oleh mahasiswa. Seperti yang dituturkan Anggi Listinda M. C., mahasiswi Farmasi 2012. Ia merasa bahwa parkiran yang ada belum efektif karena parkiran FMIPA sebenarnya adalah lapangan untuk olahraga, tetapi malah dialihfungsikan untuk tempat parkir. Anggi mengusulkan, sebaiknya lahan parkir FMIPA diperluas saja. Lain halnya dengan Hannie Fitriani, mahasiswi Farmasi 2012. Solusi yang diutarakan pihak fakultas sudah baik karena bagian yang licin tidak bisa diperbaiki. Akan tetapi, ia berargumen bahwa sebaiknya penataan parkiran lebih ditingkatkan.q

Reportase bersama: Yuyun Noviasari, Nafiul Mualimin, Muhammad Sahindrawan F., Diah Handayani, dan Ayoni Sulthon.

3KOBARKOBARI EDISI 161 // XV // JANUARI 2013

Aldino Friga P. S. | KOBARkobariKios Sederhana Ketikan Hidup Pak Wahono

Kios berukuran 1 x 2,5 meter itu nampak tak terurus. Di dalamnya seorang renta sedang sibuk bergelut dengan sesuatu. Rupanya ia sedang asik mengotak-ngatik mesin ketik bermerk Brother-1613. Namanya Wahono, ia adalah seorang penyedia jasa servis sekaligus penjual mesin ketik yang masih bertahan hingga kini. Sejak tahun 1985 ia telah akrab dengan obeng dan perkakas servis. Dari pekerjaan inilah, Wahono menafkahi dua istri dan sembilan anaknya. Bahkan salah seorang dari anaknya bersekolah hingga jenjang menengah atas. Dahulu, pengguna mesin ketik masih banyak. Tetapi perkembangan teknologi yang semakin deras membuat usahanya semakin terkikis dari peradaban. Efeknya, banyak mesin ketik yang menumpuk di rumah Wahono hingga berjumlah ratusan lebih. Sekarang hanya sesekali saja orang yang datang ke tempat servisnya. Kebanyakan dari mereka cuma untuk mereparasi mesin. Sekali reparasi, biasanya ia mematok tarif kisaran 15-35 ribu rupiah. Tak heran penghasilannya sekarang hanya 500 ribu rupiah perbulan. Dengan penghasilan yang hanya sebesar itu, Wahono merasa tidak kuat membayar sewa kiosnya yang lama. Alhasil, dia mesti meninggalkan kios yang lama menuju kios yang sekarang ia pakai. Kios yang kini ia gunakan merupakan milik tetangga yang dibagi dengannya. Diluar itu, tak jarang Wahono sering berhutang guna menjaga kelangsungan hidup keluarganya. Kini, hari-hari Wahono hanya dihabiskan untuk duduk dan menunggu pelanggan yang masih setia pada mesin ketik. Sesekali ia mengisi kebosanan dengan membersihkan mesin-mesin kesayangannya. Namun, bapak berusia 57 tahun ini bukan berarti tidak menikmati pekerjaannya. Memperbaiki mesin ketik merupakan kepuasan tersendiri bagi Wahono. Wahono

Pak

Narasi Oleh: Aldino Friga P. S.

4 KOBARKOBARI EDISI 161 // XV // JANUARI 2013

5KOBARKOBARI EDISI 161 // XV // JANUARI 2013 Revangga Twin T. | KOBARkobariPelanggan Aldino Friga P. S. | KOBARkobariPundi-pundi rupiah Aldino Friga P. S. | KOBARkobariDetail yang rumit Aldino Friga P. S. | KOBARkobari

6 KOBARKOBARI EDISI 161 // XV // JANUARI 2013

Buku Habibie dan Ainun ini Pak Habibie tidak hanya menceritakan tentang romansa cinta antara dirinya dan Ibu Ainun saja. Melainkan juga menceritakan tentang perjalanan kehidupannya, mulai dari awal kariernya hingga ia menjabat sebagai Presiden RI. Ia menceritakannya dengan gaya bahasa yang komunikatif,sehingga seolah-olah kita dibawa melihat bagaimana alur kehidupan Pak Habibie itu sebenarnya. Dalam bukunya, Pak Habibie menuliskan periode terberat dalam kehidupannya , adalah ketika ia terpilih menjadi Menteri Riset dan Teknologi, menjadi Ketua Umum ICMI, dan terakhir menjadi Presiden RI. Disinilah dkungan moral dari Ibu Ainun tak henti-hentinya mengalir. Bahkan beliau sebagai first lady memegang peranan kunci dibalik kesuksesan seorang B.J. Habibie. Sejak sang permaisuri menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 23 Mei 2010 di rumah sakit Ludwig Maximilian University (LMU) Muenchen, Jerman, Pak Habibie masih merasa jika Ibu Ainun tetap berada di sisinya. Memori akan kebersamaanya dengan sang permaisuri selalu membayangi. Oleh karena itu, hadirnya buku ini telah menutupi kekosongan jiwanya. Buku Habibie dan Ainun terdiri dari 37 bab. Yang dikemas dengan gaya cerita yang sederhana dan cukup komunikatif. Masing-masing babnya sendiri mengandung hikmah tentang kehidupan dari sang profesor. Rasa cinta serta kasih sayang yang mendalam dari seorang suami pada Almarhumah istri yang senantiasa mendampinginya. Sehingga para pembaca menemukan suatu bacaan yang menarik sekaligus berbeda. Tetapi dalam buku tersebut terdapat beberapa bagian yang agak membosankan dimana alur cerita yang disajikan cenderung monoton dan gaya bahasa yang digunakan terlalu puitis. Terlepas dari hal diatas tersebut buku ini seolah-olah membawa kita melihat alur kehidupan seorang B.J habibie yang inspiratif.Semoga hadirnya buku ini bisa menjadi refleksi atau pelajaran serta inspirasi bagi kita semua. Selamat membaca.

Romansa Cinta Sang Profesor

Professor, bernama Hans Ebner, dengan gaji sekitar 680 Euro. Penghasilan ini tak jauh dari cukup untuk mereka berdua. Untuk menghemat, semua urusan rumah tangga dikerjakan sendiri.. (halaman 20). Sepanjang membaca buku Habibie dan Ainun ini saya sangat merasakan betapa besarnya kedalaman cinta dari Pak Habibie kepada istrinya. Banyak ungkapan yang selalu didengungkan beliau tentang betapa bahagia dan beruntungnya mendapatkan istri yang selalu diliputi kesabaran dan tanggung jawab.Dalam

Judul : Habibie dan Ainun Penulis : Bacharuddin Jusuf Habibie Penerbit : PT. THC Mandiri Tahun Terbit : November 2010 Tebal : xii + 323 Halaman Harga : Rp 80.000,-

Oleh: Zahrina Andini dan Diah Handayani “Kami menerima hak jawab jika ada pihak-pihak tertentu yang keberatan dengan pemberitaan KOBARkobari.”

Siapa yang tidak kenal dengan baPak B. J habibie dan Ibu Ainun? Semua orang pasti mengenal pasangan sejoli ini. BaPak Prof. DR. ing B. J Habibie atau Pak professor begitulah panggilannya adalah presiden ke-3 RI. Sedangkan Ibu Hasri Ainun adalah mantan the first lady NegaraBukukita.Habibie & Ainun meruPakan karya dari mantan presiden Republik Indonesia ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie. Buku ini berisi kisah-kisah dan pengungkapan tentang betapa besar rasa cinta dan kerinduan sang professor kepada almarhumah istrinya yang wafat pada tanggal 23 Mei 2010 lalu. 48 tahun 10 hari adalah waktu yang cukup lama apalagi dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Habibie sendiri mengakui jika penulisan buku ini menjadi terapi bagi dirinya untuk mengobati kerinduan, rasa tiba-tiba kehilangan Ibu Ainun sang belahan jiwa. Buku yang telah diluncurkan pada November 2010 ini menceritakan tentang kisah romansa antara Pak Habibie dan Ibu Ainun mulai dari awal perjumpaan, yang pada saat itu Ibu Ainun dianggap tidak menarik. Gula Jawa, begitulah Pak Habibie menyebutnya, karena Ibu Ainun pada saat itu Pendek, hitam dan gendut. Tetapi hal itu berubah, tujuh tahun kemudian ketika Pak Habibie pulang dari Jerman ia terpesona dengan perubahan fisik Ibu Ainun. Menurutnya Ibu Ainun telah berubah menjadi seorang wanita yang mempesona. ”Ia laksana gula jawa yang berubah menjadi gula pasir”, ujarnya pada saat itu. Di buku ini juga diceritakan bahwa Pak Habibie dan Ibu Ainun menikah, pada tanggal 13 Mei 1962 di Hotel Preanger, Bandung. Setelah menikah Pak Habibie pun memboyong Ibu Ainun ke Jerman. Saat itu, Pak Habibie bekerja sebagai Asisten dan tenaga peneliti untuk seorang

Oleh: Kholid Anwar*

Deddy Mulyana, dijelaskan tentang berbagai prinsip yang ada di dalam berkomunikasi. Salah satunya adalah prinsip simbolik. Prinsip ini mengemukakan bahwa komunikasi dapat dilakukan melalui lambang atau simbol, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang ada di jalan. Tetapi bagaimana jika ambang atau simbol tersebut tidak dihiraukan? Lambang atau simbol berfungsi untuk mengomunikasikan sesuatu, seperti larangan atau anjuran, bagaimana jika itu diabaikan? Sebagai contoh, rambu-rambu lalu lintas yang dilanggar oleh para pengemudi kendaraan, seperti tidak berhenti saat lampu merah. Pastinya, hal tersebut dapat mengganggu kelancaran lalu lintas. Kejadian semacam itu tidak saja terjadi di luar, tetapi juga di dalam kampus, khususnya kampus kita tercinta, Universitas Islam Indonesia. Pelanggaran terhadap hal semacam itu masih seringSangatterjadi.ironis memang, jika sebuah aturan yang fungsinya menertibkan malah dilanggar, bahkan adanya papan larangan seolah diabaikan. Papan larangan yang dipasang seharusnya berfungsi sebagai peringatan kalau dalam lingkupnya tidak boleh melakukan hal yang dilarang dalam papan tersebut. Bukannya mematuhi peraturan yang ada, tetapi malah melanggar. Sebagai contoh, papan dilarang parkir (lambang P dicoret), tetapi banyak yang parkir di sekitar area tersebut. Papan “Kampus Bebas Asap Rokok” atau dapat diartikan sebagai larangan merokok di area kampus, malah banyak yang merokok di dalam kampus. Di lahan jalan menuju rusunawa pun terdapat papan larangan yang intinya berisi larangan menanami lahan tersebut karena akan dibangun bangunan, tapi malah banyak tanaman yang sengaja ditanam di lahan tersebut. Ada lagi papan yang tertulis “Kendaraan Beroda Dua Dilarang Parkir” (hanya untuk parkir mobil), tetapi ada saja sepeda motor yang parkir di situ. Dari semua yang disebutkan tadi, seolah-olah hal yang dilarang malah dianggap sebagai anjuran. Bukanya sesuai aturan, malah sebaliknya. Seharusnya, hal tersebut tidak terjadi bila mahasiswa dan warga kampus lainnya menyadari akan pentingnya mengikuti peraturan. Peraturan dibuat dengan tujuan atau fungsi untuk menertibkan objek-objek yang ada. Jika peraturan yang dibuat tidak dijalankan atau dilanggar, akan menjadi kacau. Jika para pelanggar rambu-rambu lalu lintas dikenai hukuman karena melanggar, hal tersebut harapannya para pelanggar menjadi jera. Meski tidak dapat sepenuhnya menghilangkan, hukuman yang diberikan paling tidak dapat meminimalisir jumlah pelanggaran. Bagaimana dengan mahasiswa dan warga kampus lainnya yang melanggar rambu-rambu kampus? Dari pengamatan di lapangan, para pelanggar kurang mendapatkan peringatan dari pihak yang berwenang, sehingga mereka tidak jera. Pihak yang berwenang di kampus dapat mengawasi dan menjaga agar tidak terjadi pelanggaran. Dan bila terjadi pun, seharusnya ada sanksi tegas yang diterapkan agar para pelaku pelanggaran menjadi jera. Mungkin memang, ada sanksi sendiri bagi para pelanggar tersebut, tetapi sanksi yang dimaksud agaknya kurang tegas atau kurang membuat jera. Saya pernah melihat beberapa sepeda motor yang parkir di jalan pada siang hari. Di sana ada tulisan “Kendaraan Beroda Dua Dilarang Parkir”. Satpam yang melihatnya langsung menggembosi motormotor itu. Apa yang dilakukan satpam tersebut mungkin sedang menjatuhkan sanksi kepada para pelanggar. Dan setelah itu, motor-motor yang parkir di situ mulai agak jarang. Jika apa yang dilakukan satpam tadi diterapkan di setiap penjuru kampus, bisa saja dapat mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran. Untuk itu, diharapkan agar peraturan yang dibuat, khususnya yang terpasang di setiap penjuru kampus, dapat ditaati oleh mahasiswa dan juga warga kampus lainnya. Diharapkan, semua memerhatikan dan melaksanakan setiap kebijakan kampus agar tidak ada lagi yang melanggar. Pihak kampus pun harus lebih tegas lagi terhadap para pelanggar peraturan, supaya tidak ada lagi yang melanggar.

Tambah Pohon di UII Menurut saya, akan lebih baik jika sepanjang jalan lebih banyak ditanami pohon dan bunga karena sangat panas ketika harus jalan pulang dan pergi ke kampus. Tolong buatkan lapangan yang lebih besar juga dong agar bisa menampung mahasiswa UII atau setidaknya mahasiswa barunya agar tidak desak–desakan dan panas seperti Pesta kemarin. Dan juga gedung auditorium kalau bisa dibuat cukup untuk menampung mahasiswa baru karena pada saat Pesta kemarin, tidak semua jamaah bisa masuk dan mengikuti jalannya acara di dalam gedung auditorium diakibatkan kapasitasnya yang terlalu kecil. (Arfa Anni MukminatinJurusan Farmasi 2012)

Gedung dan Pepustakaan Khusus FMIPA Menurut saya, lapangan bulu tangkis ditambah. Tolong dong buatkan perpus khusus buat FMIPA dan gedung kuliah FMIPA. Tolong perpusnya dibuka tiap hari dan hari Minggu jangan tutup. Dan juga GORnya kurang besar, tolong dibesarin dan turunkan SPP. (Laili Apriani-Jurusan Farmasi 2012)

Biaya SPP Terlalu Mahal Menurut saya, biaya SPP terlalu mahal dan fasilitas yang didapatkan tidak sebanding dengan jumlah SPP yang dibayarkan. Dan juga fasilitas klasiber tidak digunakan dengan baik, masih banyak materi kuliah yang belum diupload. (Meida Ovi Rahmatunika-Jurusan Statistika 2012)

7KOBARKOBARI EDISI 161 // XV // JANUARI 2013

*)Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2012/Magang LPM HIMMAH UII

Rambu Kampus, Bukan untuk Dilanggar

Dalam buku “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar” karya

Pemain : Benicio del Toro Anthony Hopkins Emily Blunt Hugo GeraldineWeavingChaplin

Sutradara : Joe Johnston Penulis : Andrew Kevin Walker Film tentang kisah manusia serigala ini memang sudah melegenda. Pertama kali, The Wolfman diangkat ke layar lebar pada tahun 1941, diperankan Lon Chaney. Sebelumnya pada tahun 1994, muncul film The Wolf yang disutradarai Mike Nichols dengan pemeran utama Jack Nicholson dan Michelle Pfeiffer. Film itu sukses dengan omset besar dan memenangi beberapa nominasi Grammy Award. Terinspirasi dari film klasik yang melegenda itu, maka hadirlah The Wolfman ke layar lebar dengan kemasan dan sentuhan yang berbeda, namun tetap tidak meninggalkan unsur kengerian dan keseramannya.TheWolfman berkisah tentang seseorang yang berubah menjadi manusia serigala pada saat bulan purnama. Diceritakan, sejak kematian ibunya, Lawrence Talbot (Benicio Del Toro) memutuskan pergi dari rumahnya di Desa Blackmoor yang suram. Kepergiannya juga ingin menghabiskan hidup untuk menghilangkan kesedihan dan menghindar dari seluruh keluarga. Bertahun-tahun hidup menyendiri, hidup mandiri dan tenang pun dirasakan dengan nikmat. Ternyata, manusia tak pernah lepas dan bebas dari masalah. Saat menikmati kehidupan yang nyaman dan tenang itu, Lawrence bertemu dengan Gwen Conliffe (Emily Blunt), tunangan kakak Lawrence yang memohon agar Lawrence kembali ke kampung halamannya. Harapannya, Lawrence bisa membantu mencari tunangannya yang hilang tanpa jejak. Namun permintaan itu ditolak. Alasannya Oleh: Arga Ramadhana sederhana, Lawrence sudah melupakan masa lalu tentang rumah, lingkungan, juga kampung Tiba-tiba,halamannya.adasesuatu yang mengubah pendirian Lawrence. Karena mendengar sebuah misteri yang menghantui tempat kelahirannya, Lawrence terpaksa kembali ke kampung halamannya. Setiba di Desa Blackmoor, Lawrence kembali bertemu dengan ayahnya, Sir John Talbot (Anthony Hopkins). Ia mendengar kabar bahwa desanya tengah dilanda pembunuhan misterius. Korban berjatuhan di tangan pembunuh sadis. Warga mengira sebuah kutukan kuno kembali menghantui desa. Kutukan kuno itu adalah manusia yang mampu berubah wujud menjadi serigala saat bulan purnama dan mencari mangsa di sekitar hutan yang mereka huni. Lawrence akhirnya mengetahui ada sesuatu yang kuat dan brutal telah membunuh warga desa. Apalagi, kasus pembunuhan ini juga mendapat perhatian dari seorang Inspektur Scotlandia bernama Aberline (Hugo Weaving) yang datang untuk menyelidiki. Dengan tekad dan semangat ingin mengakhiri semua bentuk pembantaian sekaligus melindungi wanita yang dicintainya, Lawrence harus menghancurkan makhluk jahat yang menghantui Desa Blackmoor. Saat mulai berburu, ternyata sesuatu yang tidak pernah dibayangkan terjadi pada diri Lawrence, sesuatu yang mengerikan. Sebagai binatang dan manusia, Lawrence berusaha melawan kutukan. Rahasia jati dirinya tetap disembunyikan sang ayah. Film ini memiliki jalan cerita yang bagus. Alurnya cukup mudah diikuti, sehingga penonton tidak dibuat bingung. Ditambah lagi, efek suara yang mampu membuat penonton tegang selama duduk menonton film ini. Tata cahaya kelam dan efek kabut juga ikut membawa suasana seram. Setting tempat pun mengagumkan dan semakin menambah nuansa magis. Namun di balik kelebihan itu, film ini ceritanya kurang meyakinkan, ditambah lagi ending film yang kurang begitu kuat. Tetapi dengan kekurangan yang ada, film ini tetap seru untuk ditonton bagi pecinta film horor.

8 KOBARKOBARI EDISI 161 // XV // JANUARI 2013

Jenis Film : Horror Action Produser : Scott Stuber Produksi : Universal Pictures

Perjalanan Panjang Manusia Serigala

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.