Edisi 159 | Tahun Ke-14| Oktober 2012 e-mail : lpmhimmah@uii.ac.id, sites : http://lpmhimmahuii.org 1 Beda Janji, Beda Realisasi Metri Niken L. | KOBARkobari


Periode
2 KOBARKOBARI EDISI 159 // XIV // Oktober 2012
Sebagaimana konsep negara, mahasiswa juga memiliki pemerintahan yang terstruktur di lingkup universitas. Di UII, ada Dewan Permusyawaratan Mahasiswa Universitas (DPM U) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPM F). Kedua dewan tersebut berfungsi sebagai lembaga legislatif di tingkat universitas dan fakultas. Selain itu, ada pula Lembaga Eksekutif Mahasiswa Universitas (LEM U) dan Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas (LEM F). Kedua lembaga tersebut berfungsi sebagai lembaga eksekutif di tingkat universitas dan fakultas. Selanjutnya, fungsi legislatif dan eksekutif ini disebut sebagai student government atau pemerintahan mahasiswa. Berbeda dengan konsep negara yang sesungguhnya, student government tidak memiliki lembaga yudikatif. Sebabnya, pemerintahan mahasiswa masih berada di bawah naungan pihak rektorat. Yang sekarang jadi pertanyaan kita bersama yaitu, apakah dewan dan lembaga yang sudah ada tersebut mampu merepresentasikan suara Keluarga Mahasiswa (KM) pada umumnya?
“Sebenarnya, saya bingung konkretnya (evaluasi-red) itu gimana,” ujar Mico Yuhansyah, Ketua DPM U 2012/2013
Dewan Redaksi: T. Ichtiar Khudi A., B. Kindy Arrazy Pemimpin Redaksi: Irwan A. Syambudi. Sekretaris Redaksi: Alissa Nur Fathia Redaktur Pelaksana: Zaitunah Dian S., Moch. Ari Nasichuddin, Ahmad Satria Budiman. Staf Redaksi: Dyah Ayu Ariestya S., Hasinadara P., Fajar Noverdian, Raras Indah F., Khairul Anwar. Fotografi: Robithu Hukama, Aldino Friga P.S., Revangga Twin T. Penelitian dan Pustaka: Wening Fikriyati, Nuraini A. L., Fitria Nur Jannah, Aghreini Analisa, Yuyun Septika L. Rancang Grafis: Bayu Putra P., M. Hanif Alwasi. Metri Niken L., Rahmat Wahana. Perusahaan: Maya Indah C. Putri, Erlita Fauziah, Herlina, Nur Karuniati, M. Muhasin Riha, Anisa Kusuma W. PSDM: Lufthy Z., Rama Pratyaksa, Khairul Fahmi, Rahmi Utami Handayani, Bastian Galih I. Jaringan Kerja: Wahyu Septianti, M. Jepry Adisaputro, M. Alfan Pratama, Budi Armawan, Agam Erabhakti W. Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa HIMMAH Universitas Islam Indonesia. Alamat Redaksi: Jln. Cik di Tiro No.1 Jogjakarta. Telp (0274) 3055069, 085647760101 (Maya Indah C. Putri, Iklan/Perusahaan). Saran dan kritik melalui email: lpmhimmah@gmail.com, http://lpmhimmahuii.org.
Kampus Terpadu, Kobar Sejumlah pihak dari Lembaga Khusus (LK) melontarkan kekecewaan terkait forum evaluasi Pesona Ta’aruf (Pesta) 2012 yang diselenggarakan oleh Dewan Permusyawaratan Mahasiswa Universitas (DPM U). Hal itu dikatakan Hendrik Novero, Ketua Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Islam Indonesia (Mapala Unisi). Sebelumnya, Hendrik merasa terkejut ketika dihubungi Ketua DPM U via pesan singkat bahwa evaluasi Pesta akan direalisasikan melalui forum Syawalan dan Silaturahmi. Menurutnya, forum yang diselenggarakan DPM U pada tanggal 13 September 2012 di Fakultas Ekonomi (FE) itu bukanlah evaluasi. Forum tersebut hanya sekedar menyampaikan saran. Hendrik pun menuturkan bahwa forum evaluasi yang ia maksud adalah evaluasi Pesta secara keseluruhan, bukan berbicara masalah teknis pelaksanaan. Menurutnya, yang dinamakan evaluasi ialah membahas keterbukaan konsep dan masalah-masalah yang terjadi pada saat Pesta agar ke depannya menjadi lebih baik. Hal senada juga dituturkan Alfian Hendra Saputra, Ketua Marching Band Universitas Islam Indonesia (MB UII). “Kalau evaluasi itu forumnya lebih kepada (komunikasi-red) dua arah, jadi kayak tanya jawab. Kekurangan (Pesta red) kemarin dan proyeksi ke depannya seperti apa kita bahas bareng. Jadi kita mengerti ke depannya harus kayak bagaimana. Harapannya, agar kejadian seperti kemarin (insiden pemukulan, spanduk-red) tidak terulang lagi,” tutur Alfian. Ia juga menyayangkan forum evaluasi yang diselenggarakan DPM U kemarin berubah menjadi ajang saran dan masukan saja. Bagus Bangun, anggota Mapala Unisi yang juga menghadiri forum Syawalan dan Silaturahmi mengatakan, “Awalnya dari pihak DPM U ingin mengetahui bagaimana keadaan Pekan Ta’aruf (Pekta) masing-masing fakultas. Tapi dari LK, kebetulan saya yang mengajukan pembicaraan saat itu, ingin membahas mengenai masalah Pesta. Awalnya memang nggak dibahas tetapi akhirnya dibahas juga.” Mico Yuhansyah, Ketua DPM U angkat bicara. Menurutnya, agenda evaluasi yang diminta sudah dilaksanakan pada saat forum Syawalan dan Silaturahmi, yang mana evaluasi itu dikemas dalam masukan dan saran. Bahkan ia menyampaikan, pada saat akhir forum tersebut, LK sempat mengajukan pembahasan tentang Pesta. “Pada saat forum kemarin, DPM U juga mengundang Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPM F), Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas (LEM F), dan Lembaga Pers Mahasiswa Fakultas (LPM F). Jadinya, DPM U akan terkesan kurang bijak jika hanya membahas Pesta saja, tanpa membahas yang lainnya, seperti Pekta, Tim Jas Almamater, dan lainnya, ” kata Mico.Melalui acara Syawalan dan Silaturahmi beberapa waktu lalu, Mico menerangkan, “Kalau bicaranya refleksi Keluarga Mahasiswa (KM) UII, di forum kemarin bisa juga dibicarakan. Di forum itu pun sudah saya buka seluasluasnya saran dan masukan. Sampai terakhir saya sampaikan, ada lagi tidak yang mau dibahas atau dipertanyakan. Sebenarnya, saya bingung konkretnya (evaluasi-red) itu gimana.” Perihal forum Syawalan dan Silaturahmi, salah satu LK yaitu Koperasi Mahasiswa (Kopma), mengaku tidak mendapat pemberitahuan apa pun terkait diadakannya forum tersebut. Hal itu diungkapkan Ahmad Syarifuddin selaku Ketua Kopma. Menurutnya, tidak ada pemberitahuan apapun dari DPM U, baik melalui surat maupun pesan singkat. Ia menduga tidak adanya pemberitahuan karena pada saat Pesta, Kopma kurang berpartisipasi secara aktif dalam acara tersebut.Akan tetapi, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPM U, Ahmad Bangun Sujiwo, menyatakan bahwa undangan acara Syawalan dan Silaturahmi via pesan singkat telah disampaikan ke seluruh KM, sedangkan untuk surat undangan memang baru dibagikan pada saat Syawalan dan Silaturahmi berlangsung karena acara tersebut merupakan acara
Oleh: Hasinadara P.
Beda Janji, Beda Realisasi



Mediasi Pelaku Tawuran
Sudah bukan waktunya lagi saling menyalahkan. Semua harus memutar otak untuk mencari alternatif solusi. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh, mengaku bahwa dirinya telah memberikan tiga alternatif pemikiran untuk menyelesaikan masalah tawuran, yaitu memelihara tawuran dan meningkatkan kualitas tawuran, membiarkan tawuran berhenti secara alami, atau seluruh pihak ikut menyelesaikan tawuran. Mengacu alternatif pertama, itu bukanlah bentuk mediasi yang tepat. Solusi pertama hanya akan mendistorsi pikiran pelajar bahwa tawuran merupakan sesuatu yang dihalalkan, meskipun visi sebelumnya adalah untuk menyelesaikan tawuran. Beranjak pada alternatif kedua, disinyalir itu tidak akan mengatasi masalah karena bagaimanapun juga pelajar masih membutuhkan bimbingan, baik secara moral maupun mental. Pada opsi ketiga,
3159 // XIV // Oktober 2012 dadakan.Meskipun tidak hadir, Ahmad Syarifuddin ikut berkomentar terkait evaluasi Pesta. Ia berharap agar KM mengubah mindset bahwa evaluasi bukan ajang untuk menjatuhkan panitia Pesta atau DPM U. Tetapi dijadikan bahan introspeksi KM supaya ke depannya masalah yang menghambat keberlangsungan acara Pesta tidak terjadiSebelumnya,lagi. saat mediasi pemukulan pada tanggal 3 September 2012 di Gedung Rektorat UII, Hendrik selaku Ketua Mapala Unisi, mengajukan evaluasi Pesta kepada DPM U. Tuntutan ini sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban kelembagaan yang juga dibahas saat mediasi. “Di situ, Ketua DPM U bilang, iya saya (DPM U-red) yang bertanggung jawab, walaupun pertamanya ia menjawab dengan agak bingung. Ketua LEM U juga bilang, iya ini acara, kami (LEM U-red) yang bertanggung jawab,” jelas Hendrik. Mengamini apa yang dituturkan Hendrik, Alfian juga mengatakan, sebelum mediasi ditutup, Ketua DPM U sempat menyampaikan akan ada evaluasi KM. Ketua LEM U, Muhammad Shadily Rumalutur, mengiyakan bahwa terkait masalah pemukulan, DPM U akan menyelenggarakan musyarawah KM setelah mediasi. Namun, ia tidak yakin dalam bentuk seperti apa musyawarah akanSelaindilaksanakan.itu,Hendrik juga mengatakan, Mico menjanjikan forum evaluasi akan dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 10 September 2012. Namun tampaknya, terjadi miss komunikasi mengenai teknis pelaksanaan antara Mico dan Hendrik. Akhirnya, forum pun terealisasi pada Kamis, 13 September 2012, dengan agenda yang berbeda yaitu Syawalan dan Silaturahmi. q Reportase Bersama Khairul Anwar dan Irwan A. Syambudi
seluruh pihak ikut menyelesaikan tawuran, baik dari Kemendiknas, aparat kepolisian, pihak sekolah, para pengamat, orang tua murid, serta pelaku-pelakunya. Semua saling dependen, tidak berjalan sendiri-sendiri. Usaha intervensi (campur tangan berbagai pihak red) sudah dilakukan. Berbagai pihak sudah diturunkan untuk mengatasi dan mengantisipasi tawuran pelajar. Semua sudah memaksimalkan otak dan tenaga, tetapi mungkin ada satu yang luput diikutsertakan, yaitu pelaku tawuran itu sendiri. Pelajar tidak bisa dipandang sebagai tersangka yang bermasalah, tetapi sebaiknya juga dilihat dari sudut pandang mereka. Hal yang bisa dilakukan adalah melalui mediasi. Mediasi adalah penyelesaian konflik melalui pihak ketiga yang netral dan membantu dalam identifikasi serta pemecahan masalah. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah mempertemukan dua kubu pelaku bersama pihak ketiga sebagai mediator dalam sebuah forum. Forum ini adalah wadah untuk mengutarakan emosi dan faktor-faktor penyebab terjadinya tawuran. Di forum ini juga, pihak ketiga bisa mendekati mereka untuk menghentikan aksi anarkis dan menggantinya dengan solusi yang lebih bisa diterima semua pihak. Ada baiknya pihak ketiga bersikap otonomi terhadap pelaku tawuran. Jangan memaksa mereka menuruti kemauan pihak ketiga, alangkah baiknya mereka menampung aspirasi para pelaku tawuran. Dengan cara seperti ini, pelaku tawuran akan merasa diri mereka ikut andil dalam mengatasi permasalahan yang terjadi. Jika aspirasi sudah ditampung, hal terakhir yang bisa dilakukan adalah menindaklanjuti proses mediasi tersebut. Hal lebih besar yang perlu dirombak adalah sistem pendidikan negeri ini yang jika diamati masih terlihat monoton. Para pelajar bukan robot di sekolah. Mereka adalah manusia aktif yang bisa difasilitasi untuk melakukan kegiatan akademik dan prososial. Jika para pelajar bisa difasilitasi, sekiranya hal itu dapat meminimalisir, bahkan mungkin menghentikan konflik antar kubu pelajar.q
Oleh: Raras Indah F.* Baru-baru ini, tawuran pelajar tengah menjadi pemberitaan media. Kita dibuat bergeming atas tawuran antara SMAN 6 dan SMAN 70 yang menewaskan satu pelajar dari SMAN 6. Beberapa hari setelahnya, tawuran terjadi lagi antara SMK Yayasan Karya 66 dengan SMK Kartika Zeni yang juga merenggut nyawa satu orang pelajar. Berbagai pihak telah turun tangan, mulai dari Kemendiknas, aparat kepolisian, para pengamat, hingga pihak sekolah terkait. Mereka berkolaborasi untuk mencari solusi yang tepat. Tapi sayang, tindakan dalam menangani perilaku anarkis tersebut belum maksimal. Sebenarnya, tawuran pelajar bukanlah peristiwa baru. Berdasarkan data dari Pusat Pengendalian Gangguan Sosial DKI Jakarta, pelajar yang terlibat tawuran, baik SD, SMP, maupun SMA, mencapai 0,08% atau sekitar 1.318 orang dari total 1.647.835 pelajar di DKI Jakarta. Bahkan 26 orang di antaranya meninggal dunia. Ironisnya, tawuran pelajar seperti itu dianggap hal yang lumrah. Tentu saja, tawuran pelajar mencoreng gambaran pendidikan di negeri kita.
KOBARKOBARI EDISI
*Mahasiswi Ilmu Psikologi UII 2010/ Staf Bidang Redaksi LPM HIMMAH UII M. Hanif Alwasi| KOBARkobari


Rezeki Mereka
Terik matahari dan bau tak sedap sudah jadi teman setia. Pun kebersihan ikut dikesampingkan. Bagi pemulungpemulung itu, yang terpenting adalah bisa membeli sesuap nasi untuk perut mereka yang minta diisi makanan. Tidak semua sampah dipungut para pemulung. Semua tergantung dari pesanan juragan. Sebelum disetor, sampah yang telah terkumpul dipilah terlebih dulu. Sampah dikelompokkan menurut jenisnya, kemudian dikemas dalam bundelanbundelan. Satu bundelan beratnya sekitar 15 kg, dengan harga Rp700,- untuk 1 kg plastik dan Rp400,- untuk 1 kg atom. Setelah menyetor, uangnya tidak langsung diberikan juragan kepada pemulung. Mereka hanya mendapatkan secarik kertas yang berisi catatan hasil penjualan. Catatan-catatan itu diakumulasikan tiap sebulan satu kali. Kini, TPA Piyungan menghadapi ancaman kelebihan muatan. Tumpukan sampah semakin menjulang. Sebabnya, tidak ada pemusnahan sampah yang sudah tidak punya nilai ekonomi. Tentunya, ini jadi persoalan yang butuh jawaban segera.
Oleh: Revangga Twin T. Revangga Twin T.Sampah dari Jogja
Sampah, Awal
4 KOBARKOBARI EDISI 159 // XIV // Oktober 2012
Menutup hidung, itu yang pertama kali saya lakukan begitu tiba di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, Bantul. Di depan, tampak gunungan sampah menyambut. TPA Piyungan merupakan tempat penampungan sampah terakhir di Jogjakarta. Setiap hari, tak kurang dari 60 truk bermuatan 4 ton sampah datang dari seluruh penjuru kota.
Luas TPA tersebut sekitar 10 hektar, terbagi menjadi tiga zona. Zona pertama luasnya 3 hektar, zona kedua seluas 4 hektar, dan zona ketiga memiliki luas 3 hektar. Di sekitar tumpukan sampah, terlihat banyak sapi. Sapi-sapi itu memakan sisa-sisa makanan di antara tumpukan sampah untuk bertahan hidup. Selain sapi, terlihat pula banyak pemulung. Kurang lebih, 600 orang pemulung mengais rezeki di TPA Piyungan setiap harinya. Mereka tidak hanya berasal dari Jogjakarta, tetapi juga dari Sragen, Wonosari, dan daerah lainnya. Mereka memulung di TPA Piyungan karena sampah di sana cukup melimpah dan lebih mudah dipilah.



5KOBARKOBARI EDISI 159 // XIV // Oktober 2012 Hasil Satu Minggu Revangga Twin T. Revangga Twin T. Baru Bagi Mereka Robithu Hukama Sampah Pilihan Tak Menyurutkan Nyali Robithu Hukama






6 KOBARKOBARI EDISI 159 // XIV // Oktober 2012 Balada Mahasiswa Tamat Metri Niken L. | RevanggaKOBARkobariTwinT.inking :



Key-in RAS
7KOBARKOBARI EDISI 159 // XIV // Oktober 2012
Key-in Rencana Akademik Semester (Key-in RAS) merupakan metode yang harus digunakan mahasiswa dalam mengambil mata kuliah yang akan ditempuh selama satu semester. Sebelum melakukan Key-in RAS, mahasiswa dibekali pihak kampus dengan sosialisasi Key-in RAS. Sosialisasi bertujuan untuk meminimalkan kesalahan mahasiswa dalam proses Key-in RAS. Melalui polling ini, Tim Penelitian dan Pustaka (Pelita) LPM Himmah UII ingin mengetahui respon mahasiswa UII terhadap sistem Key-in RAS yang diterapkan saat ini. Dari polling yang telah dilakukan, diketahui sebanyak 67,2% mahasiswa UII pernah mengalami kehabisan kuota kelas saat Key-in RAS dan sisanya 32,8% tidak pernah mengalami kehabisan kuota kelas. Ketika dimintai keterangan lebih lanjut mengenai langkah yang dilakukan setelah kehabisan kuota, jawabnya beragam. Di antaranya, menunggu di depan komputer, berharap cemas ada mahasiswa lain yang membatalkan kelas yang ingin diambilnya, pergi ke Jurusan, pergi ke Divisi Akademik atau Divisi SIM guna mengurus kelas yang habis kuota agar ditambah, menunggu petisi, hingga menangis di depan komputer, meratapi nasib kehabisan kelas.
Dari 500 orang mahasiswa yang dimintai pendapatnya mengenai tingkat keergonomisan/kenyamanan, sebanyak 14,4% mahasiswa menjawab sangat tidak puas terhadap Key-in RAS di UII, 49,2% menyatakan tidak puas, 34,2% mengatakan puas, dan 2,2% mengaku sangat puas. Terkait perihal kesetujuan mereka terhadap sistem Key-in RAS di UII, sebanyak 62% mahasiswa menyatakan setuju pada sistem Key-in RAS saat ini dan sisanya sebesar 38% memberikan penolakan dengan menyatakan tidak setuju terhadap sistem Key-in RAS seperti sekarang ini.
Pengumpulan
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Melalui rubrik ini, saya menjawab terkait dengan permintaan KOBARKobari tentang pengaturan manajemen jalur kendaraan di lingkungan Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII) yang sama-sama kita cintaiPertama,ini. saya mengucapkan terima kasih atas kritikya, namun dalam hal ini, saya pun mengajak semua pihak untuk mematuhi aturan yang ada di lingkungan UII padaPadaumumnya.prinsipnya, kami sangat setuju jalan yang di sebelah timur Gedung Rektorat dibuka. Dulu, sudah dibuka dengan jalur satu arah yaitu dari utara ke selatan. Mengapa satu arah? Karena untuk mengatasi rawan kecelakaan di depan Gedung Rektorat.Jelasnya, kendaraan dari selatan, barat, dan utara sering bertemu di depan pintu gerbang Rektorat. Hal ini sangat berbahaya. Untuk ke selatan sesuai aturan lalu lintas, kita memasang rambu lalu lintas sesuai kebutuhan. Namun, sayangnya ramburambu yang kita pasang tidak semua mau mematuhinya. Akibatnya, justru semakin rawan kecelakaan. Untuk itu saya mengajak pada semua pihak, jika jalur kita buka
Jalan di Timur Rektorat
Setuju atau tidak setujukah anda dengan sistem Key-In RAS saat ini?
Penyebaran poling dilaksanakan pada 22 September – 05 Oktober 2012. N = 500 pendapat melalui kuisioner ini dilakukan oleh Tim Pelita Himmah. Responden adalah mahasiswa UII dari Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas Ilmu Agama Islam, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Kedokteran, dan Fakultas Teknologi Industri. Angkatan asal mahasiswa dipilih secara proposional dengan metode accidental sampling. Hasil jajak pendapat ini tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat seluruh populasi. Sumber : Pelita Himmah Metode Poling Bayu Putra P. | KOBARkobari
Menurut anda bagaimana tingkat keergonomisan / kenyamanan
Terima Kadiv.Syama’unWassalamkasihRamadhanSaranadanPrasarana “Kami menerima hak jawab jika ada pihak - pihak tertentu yang keberatan dengan pemberitaan KOBARKobari.”
sistem Key-In RAS ini ?
Pernah atau tidak pernahkah anda mengalami kehabisan kuota kelas ? Jika pernah jelaskan tindakkan anda selanjutnya !
satu arah dari utara ke selatan, semua kita mematuhi rambu-rambu yang ada. Tak lain agar kita semua lancar dalam beraktivitas di lingkungan kampus.




8 KOBARKOBARI EDISI 159 // XIV // Oktober 2012

