KOBARKOBARI EDISI 141 // XIII // APRIL 2010 Edisi 4 | Tahun Ke-3 | April 200 e-mail : himmah_media@mailcity.com, sites : http://lpmhimmah.co.nr Kobar-kobari Pick Up hubungi:pastikanPerpustakaanPerpustakaanKopmaKopmaPoint:UIIFTSPKopmaFEKopmaFHPusatPerpustakaanFPSBKedokteranPerpustakaanFTSPPerpustakaanFTIPerpustakaanFMIPAPerpustakaanFIAIPerpustakaanFEPerpustakaanFHKantinFPSBKantinFTSPKantinFTIKantinFEKantinFHKobar-kobariditangananda!Flo08562946676Mona085643830277
Kampus Terpadu, Kobar UII meraih sertifikat International Standard of Organization (ISO) 9001:2008 untuk Sistem Manajemen Mutu jasa Perguruan Tinggi. Sebelumnya seluruh fakultas, unit serta badan yang ada di UII diaudit oleh TUV Rheinland, sebuah lembaga penjaminan mutu internasional yang akhirnya mengesahkan sertifikat ini pada tanggal 16 Desember 2009. Kepala Badan Perencana, Hari Purnomo, menyatakan pencapaian ini memang layak didapatkan. “Tinggal diakui saja. UII sudah mengimplementasikan BPM (Badan Pengendali Mutu,) sejak 10 tahun yang lalu, sejak tahun ’99. Jadi tinggal pengakuan eksternal saja sehingga tidak perlu persiapan yang panjang” ujarnya. Disamping itu Hari merasa tidak ada kendala yang serius dalam persiapan sertifikasi.Sertifikasi ini mensyaratkan terpenuhinya beberapa kriteria dalam semua proses
Oleh : Zaitunah Dian S. dan Putri Dyah
ISO: Antara Gengsi dan Prestasi
Universitas Islam Indonesia (UII) meraih sertifikat ISO. Dengan sertifikat ini, UII dinilai memenuhi standar untuk penjaminan mutu. Benarkah? belajar mengajar di setiap fakultas serta tersedianya sarana pendukung dalam kesuksesan proses tersebut. Selain itu, kesesuaian antara visi dan misi juga menjadi penilaian dalam memperoleh sertifikatRokhediISO.Priyo Santoso dari Badan Perencana mengungkapkan latar belakang sertifikasi ISO karena standar internasional tersebut merupakan bagian dari agenda untuk internasionalisasi UII. “Nah, dengan ikutnya UII ke sertifikasi ISO ini kita pengen bahwa sistem pelayanan yang ada di UII ini udah terstandarisasi sesuai dengan standar mutu internasional. Implikasinya nanti pelayanan ke mahasiswa jadi baik. Urusan pengelolaan dokumen misalnya, sesuai prosedur.” Rokhedi menambahkan disamping telah terstandarisasi, mereka menghendaki proses pengelolaan perguruan tinggi di UII dapat berjalan secara efisien. Terkait dengan biaya yang dikeluarkan UII untuk dapat disertifikasi Rokhedi menuturkan dirinya tidak memiliki data yang rinci. “Tapi mungkin dasarnya adalah per-employee hitungan itu pertenaga kerja yang dilibatkan, hitungannya biaya variabel, disamping biaya fix yang harus kita bayar juga,” tuturnya. Meski demikian Rokhedi mengaku biaya yang dikeluarkan relatif mahal, tanpa merinci berapa besar biaya yang dimaksud. Upaya mempertahankan sertifikat ISO, Pihak TUV akan melakukan pengauditan setiap tahunnya, maka harus ada upaya untuk mempertahankan pencapaian yang sudah baik. Bagi Hari, setiap levelnya haruslah mempunyai komitmen untuk menjaga kualitas, dari rektor sampai level unit harus mampu menjaga mutu. Hal ini direalisasikan oleh BPM dengan pemeriksaan secara periodik untuk mengetahui kekurangan yang ada. Untuk audit mutu akademik dilakukan setiap semesternya dan audit kinerja unit Wijanarko | KOBARKOBARI
Yusuf


Dampak sertifikasi ISO di masingmasing fakultas sendiri berbeda-beda. Di FPSB misalnya, untuk minimal kehadiran telah diterapkan 75 persen, sedangkan FE masih 50 persen. Menurut Prapti Antarwiyati penerapan di masing-masing fakultas seharusnya sama. Akan tetapi dalam melakukan perubahan tidak bisa serta merta langsung diterapkan sesuai dengan standar, melainkan bertahap.
“Kan satu dengan yang lainnya tidak boleh otoriter,” ungkap Kepala BPM ini. Apa kata mahasiswa? Dampak setelah dilakukannya sertifikasi ISO sekarang sudah mulai dirasakan di berbagai fakultas. Hal ini dirasakan Nurul Nur Endah, mahasiswi Psikologi 2008. Baginya setelah adanya ISO dosen menjadi tepat waktu. “Sistem pengajarannya sudah bagus. Misal ada program klasiber, namun baru ada sedikit dosen yang memanfaatkan. Ada ruang forum diskusi tapi jarang ada yang aktif” ujarnya. Mahasiswa asal Bali ini berharap selain ketepatan waktu di kelas perlu diimbangi dengan iklim akademik yang baik.Berbeda dengan Nurul, Marsha Runyke tidak merasakan perubahan setelah adanya sertifikat ISO ini sela-in peraturan yang mengharuskan mi-nimal ketidakhadiran mahasiswa di kelas sebanyak empat kali. Marsha me-rasa bahwa kampusnya masih belum memenuhi standar internasional, karena menurutnya kualitas pengajaran berbeda di setiapHalfakultas.senada juga diungkapkan Irine
Wahyu, dirinya melihat hingga saat ini masih ada beberapa dosen pengajar yang belum tepat waktu dalam mengajar serta sering meniadakan kuliah tanpa alasan yang jelas kepada mahasiswa. Irine menjelaskan dampak yang cukup signifikan di fakultasnya setelah adanya sertifikasi ISO, seperti adanya kehadiran 50 persen bagi mahasiswa, bahan kuliah yang menggunakan bahasa inggris, dan adanya ketetapan bahwa dosen diharuskan untuk tepat waktu dalam mengajar. Pada kenyataannya mahasiswi manajemen 2007 ini merasakan hal itu tidak berpengaruh. Ia berharap dosendosen yang dirasa kurang baik dalam mengajar, khususnya dalam kedisiplinan, dapat diperbaiki. Selain itu sistem akademik dan pengajaran di UII juga diharapkan mampu ditingkatkan. Masih Ada Kekurangan Dari pengamatan KOBARkobari masih ada dosen yang jumlah kehadirannya masih kurang dari ketentuan. Setelah dikonfirmasi ke salah satu dosen tersebut, ia mengaku merasa bersalah karena hujan menjadi kendala untuk mengajar. Ia pun meminta para mahasiswa untuk mengganti perkuliahan di lain hari. Saat dikonfirmasi ke Kepala Divisi Administrasi Akademik Fakultas Ekonomi, Sri Utoyo, pihaknya memang masih menemukan ketidaksesuaian antara ketetapan yang ada dalam buku penjaminan mutu dengan realita yang ada. “Ya kita sering rapat, dosen-dosen yang ndagel-ndagel itu sering kita kemukakan, telambat, terus pulang dulu-
Pick up point: Pos Satpam tiap Fakultas di UII, Kopma Universitas, Kopma FE, Perpustakaan Pusat UII, Perpustakaan tiap Fakultas di UII.
dilaksanakan setahun sekali. Dalam upaya menjaga kualitas, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) mulai memperbaiki beberapa hal. “Menerapkan action plan (rencana aksi) untuk pencapaian sasaran mutu, dan yang kedua berkaitan dengan proses belajar mengajar,” ujar Fuad Nashori selaku dekan FPSB. Fuad menambahkan, proses itu termasuk pengukuran rencana kurikulum yang dianggap perlu diperbaiki. Formulir pengajar harus mampu menggambarkan bagaimana proses belajar mengajar berlangsung. Senada dengan Fuad, Mustaqiem selaku dekan Fakultas Hukum mengungkapkan bahwa fakultasnya berusaha menjaga kualitas manajemen pendidikan, antara lain dalam pemberian pelayanan kepada mahasiswa. Hal ini dilakukan agar fakultasnya tetap masuk dalam daftar fakultas yang mendapat sertifikat. “Sertifikasi ISO memang satu kesatuan, namun di situ tertulis per unit nya. Sehingga kalau satu unit tidak mempertahankan sertifikasinya, unit lain masih ada. Hanya pembaharuan format sertifikat saja.” tambah Mustaqiem. Upaya serupa juga dilakukan oleh Fakultas Kedokteran (FK). “Kita aktif dimulai dari pimpinan, seluruh proses pembelajaran kita bicarakan bersama” Jelas dekan FK, Rusdi Lamsudin. FK juga menerima masukan dari mahasiswa, dosen, karyawan, dan orang tua. Masukan tersebut nantinya dipelajari dan apabila terdapat kekurangan dilakukan perbaikan.
Universitas kelas dunia, atau world class university. Sesuatu yang ingin dicapai kampus kita tercinta. Untuk mewujudkannya, berbagai langkah strategis dicanangkan pihak rektorat. Dan yang terbaru, adalah usaha untuk mendapatkan sertifikasi ISO (International Standard Organization). Hasilnya? manis, UII dinilai memenuhi standar penilaian internasional terkait sistem manajemen. Itu menurut TUV Rheinland, lembaga yang memberikan sertifikasi.
Kenyataannya, sistem tersebut masih menyisakan permasalahan yang patut dikritisi. Hal ini terlihat dari kinerja beberapa oknum dosen di salah satu fakultas yang sampai saat ini dinilai minim. Permasalahan ini ternyata telah berlangsung dalam waktu yang tidak singkat. Lebih ironis lagi, pihak yang berwenang ternyata belum melahirkan sebuah kebijakan yang tegas. Lantas, sistem manakah yang dinilai berstandar internasional? Sistem yang tak melahirkan sebuah solusi bagi sebuah permasalahan? Atau sistem yang cukup menyetorkan sejumlah uang untuk ‘membeli’ sertifikasi tersebut. Jika hal ini terus bertahan lama, dapat disimpulkan bahwa sistem manajemen di UII hanyalah sistem bertaraf lokal dengan pengakuan internasional. Sebuah kondisi yang disebut Hiperrealitas, begitu kata Jean Baudrillard.
KOBARKOBARI EDISI 141 // XIII // APRIL 20102 Dewan Redaksi: M. Jepry Adisaputro, Nurcholis Abrar . Pemimpin Redaksi: Anugerah I. R. Paputungan Sekretaris Redaksi: Lufthy Z. Redaktur Foto: Setiyaji Widiarto. Staf Redaksi: Arya Nugroho, Irene Laksminingtyas, Wening Fikriyati, Bayu Hernawan, Rini D. P., Hidayat, Amalia Istighfarah. Fotografi: Ferdi Chahyadi, Yunanda, Ahmad Ikhwan Fauzi, T. Ichtiar Khudi A. Penelitian dan Pengembangan: Rahmi Utami Handayani, Rina Sari Utami. Rancang Grafis: Indira Prydarsini, M. Yopa Velda, Arie Fatwaturrahman, Dyah Andayani, M. Robby S. Perusahaan: Ricky Riadi Iskandar, Siti Maemunah, RR. Flaury Calista, Randy Purwo Sasongko. PITA: Paramanandana A., Sulistyo Wijanarko. PSDM: Rama Pratyaksa, A. Pambudi W., Arrofin Damaswara, M. Bachtiar R., Adib Nur S. Jaringan Kerja: Sigit Pujiatmojo, Wahyu Septianti, Dwi Kartika Sari. Magang : Kel. 1 : Fikri G. (Koord.), Andhika V. N., Intan T. S., Ario S. W., Nur Haris A., Nuraini A. L., Putri D. A., Fajar N. S., Rofi A. H., Diana W. N., Z. Dian S., Gilang J. A., M. Khusnul F., M. Jaufar S., Hasan A., Ressa P., Pramudya D. J., Lulut H. P., Nadhiroh Rino I., Fitri A., Lutfiana A., Baren S., Nisa M., Bethriq A., Rahmat H., Deden A. W., Aditya P. P., Danu W. S., Martin S. L., Kel. 2 : M. Hasbi A. (Koord), Nadia M. S., Adisty A. A., Rahmat H., Aulia A., Eni N., Gesta D. B., Farah F., Abul A. M., Saraswati, Yumita R. U., Perdana K. W. J. P., M Syarif H., M Naufal F., Khairul F., Ike C., Yusuf W., Dewi A. S., Mitra T. D., Dwiyarko F., Ahmad M., Dody A. S., Muhammad G. F., Yogi A., Akbar R. D., Rinah A. K., Luthfiah R. A., Aprianto, Donny P. K. Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa HIMMAH Universitas Islam Indonesia Alamat Redaksi: Jln. Cik di Tiro No.1 Jogjakarta. Telp (0274) 3055069, 085643830277 (Mona, Iklan/Perusahaan), saran dan kritik melalui email: pers_himmah@lycos.com, himmah_media@mailcity.com, http://www.lpmhimmah. co.nr., http://www.himmahonline.co.nr.



KOBARKOBARI EDISI 141 // XIII // APRIL 2010 3
di ruangannya, Sutarno, wakil rektor III periode lalu mengatakan bahwa Universitas Islam Indonesia belum menerapkan aturan tersebut. “Universitas saat ini belum menerapkan aturan tersebut, mungkin secara bertahap, kami sudah membahas wacana tersebut namun ada berbagai pihak pihak yang belum sepenuhnya setuju dengan hal tersebut.” Wakil rektor yang masa jabatannya telah berakhir maret ini mengatakan bila peraturan rokok ini diterapkan mungkin akan ada banyak perdebatan yang terjadi, seperti ada beberapa pihak-pihak dari Fakultas Ilmu Agama Islam yang kurang setuju. Namun Sutarno tak merinci alasan dan siapa pihak yang kurang setuju tersebut. Beliau menambahkan bahwa bila peraturan rokok tersebut diterbitkan, pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap. Artinya, rektorat yang lebih
Walaupun pemerintah daerah telah mengeluarkan peraturan tentang larangan merokok di lingkungan akademik, namun Universitas Islam Indonesia belum menerapkan hal ini.
Hal ini dibenarkan oleh dekan FK Rusdi Lamsudin. Ketika dikonfirmasi di kantornya, beliau mengatakan bahwa peraturan rokok di FK telah lama diberlakukan. “Kami telah lama menerapkan peraturan rokok sekitar tahun 2007 jauh sebelum perda rokok di jogja diterapkan”.Prosedur penerbitan peraturan rokok tersebut dikoordinasi oleh pihak rektorat sendiri. Beliau juga mengatakan bahwa fasilitas untuk merokok saat ini belum ada. ”Fasilitas merokok kami belum ada, tapi mungkin bila pertaturan ini derealisasikan banyak ruang kosong di fakultas kedokteran ini yang dapat kami jadikan ruang merokok”. Tulisan area bebas rokok di sekitar halaman fakultas kedokteran terpampang dimana-mana, memang hampir tidak ada yang merokok di area tersebut. “Belum, selama ini para mahasiswa, dosen dan karyawan belum ada yang melanggar peraturan ini, kalau misalnya ada ya mungkin sanksi moral saja, paling kita pelototin mereka,” ungkap beliau ketika ditanya apakah ada yang pernah melanggar peraturan tersebut.
Para mahasiswa ketika dikonfirmasi KOBARkobari juga membenarkan hal tersebut, “larangan untuk merokok telah lama diberlakukan di Fakultas Kedokteran, selama ini sih nggak ada yang melanggar,“ ungkap Prita mahasiswa kedokteran 2009. Lain di FK lain pula di FIAI, fakultas ini belum menerapkan aturan larangan merokok. Ketika ditemui di kantornya, dekan FIAI Fajar Hidayanto memberikan tanggapan. “Saya rasa tidak perlu seperti itu, dengan sendirinya banyak yang tidak merokok, malahan nanti bila diberlakukan mungkin ada pro dan kontra, hal ini saya rasa tidak perlu dipertentangkan.” Beliau juga tidak menampik adanya civitas akademik yang merokok di lingkungan FIAI. Beliau mengaku bila hal tersebut jadi direalisasikan oleh universitas, maka fakultas setuju dengan hal tersebut. Ia pun menilai perlu dibuatnya area merokok, karena apabila tidak adanya fasilitas tersebut akan membuat para civitas akademik seperti dosen dan mahasiswa dengan bebas merokok dimana saja walaupun peraturan tersebut telah direalisasikan.DiFakultas Teknologi Industri, saat ini tersedia area merokok buat para mahasiswa, Namun nyatanya masih banyak mahasiswa yang merokok di sembarang tempat. “Yang namanya merokok udah membudaya, jadi susah dihilangkan,” tutur Anisa Putri mahasiswi jurusan teknik informatika 2009. Rizki mahasiswa Teknik Industri 2008 juga mengatakan setuju bila peraturan rokok diterapkan. “Nggak masalah, selama saling ada pengertian antara merokok dan yang tidak merokok, kalau fasilitas mungkin perlu dibangun dipojokkan kampus agar tidak mengganggu yang tidak merokok, ungkapnya. q
Perda AntaraRokokHarapan dan Penerapan
”Universitas akan membuatkan fasilitas untuk para perokok yang mungkin jaraknya cukup jauh dari lingkungan universitas, sedangkan sanksi yang kita terapkan mungkin hanya berupa sanksi sosial seperti teguran,” ungkap Sutarno ketika ditanyakan tentang fasilitas dan sanksi apa saja yang akan diberlakukan bila peraturan tersebut direalisasikan. Di Universitas Islam Indonesia sendiri yang menerapkan hal tersebut yaitu Fakultas Kedokteran. Fakultas ini telah lama menerapkan aturan tersebut. Di sudut-sudut fakultas kedokteran terdapat spanduk-spanduk atau poster tentang bahaya merokok dan dilarang merokok.
Kampus Terpadu, Kobar Hari itu di salah satu Fakultas yang ada di Universitas Islam Indonesia, terdapat beberapa mahasiswa yang saling bercengkrama dan asik menghisap rokok mereka. Pemandangan seperti ini sudah umum kita lihat di beberapa fakultas. Namun dalam waktu dekat hal tersebut mungkin tak terlihat lagi. Mengapa? Karena pemerintah daerah telah mengeluarkan peraturan yang isinya melarang civitas akademik untuk merokok di area universitas. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Daerah nomor 5 tahun 2007 tentang pengendalian pencemaran udara, diantaranya mengatur kawasan tanpa rokok yang ditindaklanjuti dengan peraturan gubernur nomor 42 tahun 2009 tentang kawasan dilarang merokok. Kawasan yang dimaksud adalah tempat umum, kantor pemerintahan, instansi pendidikan, tempat perbelanjaan, dan pelayanan masyarakat.Ketikadikonfirmasi
Oleh : Deden Ardiyawiranata dan Bethriq Al-Rozi an. Kan banyak laporan dari presensi dosennya gak pernah penuh. Ya pada saat rapat dengan para kajur (Kepala Jurusan), kita informasikan.” Laporanlaporan ini nantinya akan ditindak oleh Kepala Jurusan masing-masing. Menanggapi hal tersebut, Ketua Jurusan Akuntansi, Erna Hidayah mengatakan masih ada kesempatan bagi dosen untuk mengadakan kuliah pengganti jika ada dosen yang tidak bisa mengajar sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Jika sampai akhir semester masih seperti ini, Erna akan melakukan tindakan. Tetapi untuk tindakan berupa pengurangan jatah SKS, pihaknya masih berpikir panjang. “Jadi untuk memberikan hukuman, kita juga mikir banyak hal. Tapi tetep harus ada. salah satunya itu.”Dengan beberapa kekurangan yang ada, sudah pantaskah kita bangga dengan sertifikat ini? q Reportase bersama Nur Haris Ali dahulu menerapkan, setelah itu direkomendasikan kepada fakultas.

lpmhimmah.co.nr//lpmhimmah.co.nr//
*Pemimpin Redaksi KOBARkobari
KOBARKOBARI EDISI 141 // XIII // APRIL 20104
Kapitalis. Era dimana perilaku ekonomi bercirikan adanya komoditas, modal, sistem upah, serta keinginan menimbun kekayaan tanpa batas. Sadar atau pun tidak, kita sedang hidup di zaman itu. Dan di saat seperti inilah perilaku konsumtif atau sebuah kegiatan konsumsi menjadi masalah yang paling mendasar dan yang paling penting. Dimana hal tersebut tak dapat dipisahkan dari komoditas. Begitu kata Jean Baudrillard. Seorang sosiolog cum filsuf dari perancis. Sebagai seorang pemikir post modernism, Baudrillard mencoba memetakan masalah dan pokok-pokok penting di zaman kapitalis.Dan di tengah permasalahan yang teramat penting itu, tersimpan beberapa aspek yang disebut Baudrillard dalam bukunya ‘the value of object’ sebagai sebuah ‘nilai’. Ia membaginya dalam empat jenis. Nilai fungsional, nilai tukar, nilai tanda, dan nilai simbol. Nilai fungsional bermakna sesuatu yang disebut sebagai manfaat dari suatu objek atau benda. Nilai tukar memiliki arti seberapa penting suatu objek menjadi lebih berharga dan bermanfaat terkait suatu keadaan atau kondisi tertentu. Dan nilai tanda lain lagi, Baudrillard mendefinisikannya sebagai suatu takaran terhadap suatu objek yang dapat bersifat penghargaan. Dan yang terakhir nilai simbol. Adalah sesuatu yang tersimpan di balik sebuah objek, dapat menggambarkan atau mewakili sesuatu, menjadikannya berbeda dari yang lain, atau bisa disebut spesial.Yang perlu dicermati adalah saling keterkaitan antar nilai. Dimana menurut Baudrillard nilai simbol dan nilai tanda secara tidak langsung dapat mempengaruhi nilai fungsional dan nilai tukar. Jika dikontekskan, pendidikan yang ditawarkan UII merupakan suatu komoditas. Sesuatu yang tentunya tak lepas dari keempat nilai objek tadi. Secara ringkas, nilai fungsional dari pendidikan di UII adalah manfaat dari esensi pendidikan itu sendiri, sejauh mana ilmu tersebut memiliki peran yang penting dalam tataran masyarakat. Misalnya, bagaimana manfaat pendidikan kedokteran di UII dalam hal menyembuhkan penyakit. Nilai tukar pun memiliki arti sendiri, yaitu seberapa signifikan nilai tawar pendidikan terhadap suatu posisi, jabatan, atau pangkat tertentu. Dengan contoh yang sama, yaitu bagaimana seorang sarjana kedokteran UII memiliki peluang untuk menjadi seorang direktur rumah sakit atau bahkan birokrat di bidang kesehatan.Pundengan nilai tanda. Yang secara tidak langsung mencirikan bahwa status seseorang yang mendapat pendidikan adalah sosok yang dianggap ‘berilmu’. Misal, bagaimana seorang mahasiswa UII dipandang sebagai seorang cendekiawan muda di mata lingkungan sosial sekitarnya. Dan yang terakhir nilai simbol. Bahwa pendidikan di UII tanpa disadari dicirikan sebagai suatu komoditas yang berbeda dibanding dengan yang lain, yaitu memiliki bobot islami. Dan upaya UII untuk mendapatkan International Standard Organization (ISO) dalam hal manajemen, dapat dinilai sebagai suatu usaha untuk meningkatkan nilai simbol tadi. Tak cukup hanya islami, seakan-akan UII pun harus memiliki ‘simbol’ internasional untuk meningkatkan daya beli komoditasnya.
Dan jika daya beli komoditas menjadi semakin tinggi, maka tentunya hal yang lumrah jika sang ‘produsen’ menaikkan Oleh : Anugerah I.R. Paputungan*
Nilai Simbol di Balik Sertifikasi
nilai jual, sesuai dengan hukum ekonomi. Maka bersiaplah jika para konsumen pendidikan UII (mahasiswa) harus merogoh kocek lebih dalam, untuk menghadapi kemungkinan kebijakan produsen yang satu ini, yaitu menaikkan sumbangan pendidikan.Adasatu hal lagi yang dijelaskan Baudrillard. Yaitu fenomena dimana produsen memasarkan produknya dengan cara menggambarkan kondisi atau keadaan yang direka, dimana hal tersebut tak sesuai dengan kenyataan, atau lebih tepatnya berlebihan. Keadaan ini yang disebut Baudrillard sebagai ‘hiperrealitas’.Halyang sama jika kita menilik sertifikasi ISO milik UII. Kampus ini mencitrakan dirinya sebagai kampus yang memiliki standar manajemen tingkat internasional. Tujuannya, untuk menjaring sejumlah konsumen baru (mahasiswa). Namun kenyataannya, standar tersebut belum diterapkan di seluruh fakultas. Kondisi yang tidak sesuai dengan kenyataan. Sebuah label ‘internasional’ yang tentunya menimbulkan pertanyaan. Suatu hal yang wajar di zaman kapitalis, jika seluruh korporasi yang memiliki modal dan komoditas, berusaha berlomba meraup keuntungan semaksimal mungkin. Bahkan jika harus memasarkan produk mereka dengan cara yang diungkapkan Baudrillard. Semoga kondisi ‘hiperrealitas’ ini bukan merupakan sesuatu yang bertahan lama di kampus kita. q
ISO


Ahmad Ikhwan Fauzi | KOBARKOBARI
Sekitar 10 menit, jalan kaki ke utara dari objek wisata Tamansari, terdapat sebuah sanggar batik. Tepatnya di Taman KT I/447 RT 38 RW 09. Sanggar bermula dari perkumpulan pemuda yang kehilangan pekerjaan. Dampak krisis ekonomi pasca pemberontakan PKI, sekitar tahun 60-an. Mereka membuat batik lukis. Ide ini muncul karena pola batik tradisional dinilai kaku. Para pemuda, berkreasi dengan membuat batik lukis, tanpa harus mengikuti satu patokan atau tertentu.Batik lukis dan batik tradisional jelas berbeda. Dari sisi pembuatan, batik tradisional identik dengan teknik tulis menggunakan canting. Namun pembuatan batik lukis tak hanya menggunakan canting, tapi juga kuas. Kemudian batik lukis dikenal dengan kombinasi teknik tulis dan usap. Batik tradisional masyhur dengan pola kaku. Pola pada batik lukis lebih luwes, membuat penikmat batik memiliki kesan lain dari seni membatik. Pada 1970, sanggar itu diberi nama Akal Pemuda Insan Katon (KALPIKA). Pengelolaan KALPIKA diwariskan turuntemurun. Saat ini, KALPIKA dikelola Ki Purnama Hadi, pria berambut pendek berusia 40-an. Ia berkecimpung di sanggar sejak 1990. Ia dibantu dua pegawai tetap dan keluarganya untuk mengelola sanggar. Keuntungan yang didapat setiap bulan tak pasti, jika sedang ramai jumlah bersih yang diterima sekitar 2 juta.
Teks oleh : T. Ichtiar Khudi A Batik Tradisional Kombinasi Lukis dan Tulis
A |
KALPIKA juga menyediakan tempat belajar membatik untuk umum. KALPIKA sering menjadi tempat rujukan bagi murid sekolah kejuruan untuk Praktik Kerja Lapangan (PKL). Tak hanya dari Yogyakarta, namun ada juga sekolah dari luar Jawa. Salah satu di antaranya SMK daerah Gorontalo. Terakhir, tujuh murid SMKN 1 Kalasan belajar di sanggar 4x5 meter itu. Mereka PKL sekitar tiga bulan. Siswa PKL hanya dipungut biaya pembelian bahan–bahan dan alat saja. Nama KALPIKA semakin dikenal luas. Kini, karya mereka dinikmati di berbagai daerah, terutama Jakarta dan Bali. Batik bikinan mereka juga menembus pasaran Eropa dan Jepang. Prestasi luar biasa dari sebuah sanggar sederhana. q
T. Ichtiar Khudi KOBARKOBARI
KreasiBerbuahKrisis
KOBARKOBARI EDISI 141 // XIII // APRIL 2010




KOBARKOBARI EDISI 141 // XIII // APRIL 2010 KOBARKOBARIAKhudiIchtiarT. T. Ichtiar Khudi A | KOBARKOBARI Ahmad Ikhwan Fauzi | KOBARKOBARI Sanggar KALPIKA Pelukis KALPIKA Seni Batik lukis




KOBARKOBARI EDISI 141 // XIII // APRIL 2010 T. Ichtiar Khudi A | KOBARKOBARI Ahmad Ikhwan Fauzi | KOBARKOBARI Pena Pembatik (Canting) Batik Tulis



KOBARKOBARI EDISI 141 // XIII // APRIL 2010
Kampus Terpadu, Kobar Jalannya Sidang Umum XXXI Universitas Islam Indonesia dilaksanakan mulai 4 - 9 Januari 2010, dimana pada 4 - 7 Januari dilaksanakan di Omah Jawi, Taman Wisata Kaliurang. Selanjutnya, SU XXXI dilaksanakan pada gedung D3 Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII). Panitia SU mengajukan dana sebesar 18 juta rupiah untuk seluruh kegiatan tersebut, namun pihak Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPM-U) hanya menurunkan dana sebesar 16,5 juta rupiah.
Fasilitas Mapan Menuntut Efektivitas Kerja Anggota Dewan
Pelaksanaan SU (Sidang Umum) di Omah Jawi, Taman Wisata Kaliurang cukup menarik minat kita untuk mengetahui berapa alokasi dana SU XXXI. Apakah pelaksanaan SU tahun ini belajar dari kesalahan pelaksanaan SU sebelumnya?
Oleh : Yumita Ratih
Anjasmara, selaku bendahara SU mengungkapkan bahwa kemungkinan pihak DPM-U menganggap dana sebesar 16,5 juta tersebut merupakan jumlah yang mencukupi untuk seluruh kegiatan yang merupakan tindak lanjut dari pesta demokrasi terbesar di UII tersebut. “Dikira dana segini sudah mencukupi, ya gak perlu diturunin lagi. Tapi ini LPJ nya juga belum selesai,” ungkap mahasiswa Fakultas Teknologi tersebut. Namun, pihak DPM-U sendiri menyatakan bahwa sisa dana tidak perlu diturunkan karena dana yang telah diturunkan dirasa cukup oleh ketua panitia untuk keperluan SU. ”Dana yang dikeluarkan DPM itu menyesuaikan dengan platform yang ada, pembayaran sisa uang dari yang diajukan panitia sebenarnya masih ada. Tapi ketika dikonfirmasi ke Raja (ketua panitia) apakah dana cukup, Raja mengatakan sudah cukup,” ungkap ketua DPM demissioner, Bahri Rahman Musa.Pengikut jalannya SU ialah dari kalangan peserta yang merupakan anggota legislatif terpilih, peninjau yaitu utusan dari setiap elemen lembaga khusus di Keluarga Mahasiswa UII, pengunjung atau mahasiswa dan umum, serta undangan khusus yang diberikan oleh Badan Pekerja (BP).Dana SU bersifat kondisional sehingga dana yang dialokasikan untuk masing-masing keperluan tidak dirinci secara pasti. Ketua Panitia SU, Raja Rezki Perdana mengakui bahwa posisinya sebagai bendahara LEM FTI berpengaruh dalam penyusunan anggaran SU. ”Saya pikir saya juga cukup cerdas untuk menghitung keuangan karena saya posisinya bendaraha LEM FTI, berdasarkan pengalaman sih kalau menyusun anggaran, Insya Allah lah.” Salah satu hal yang diperhatikan pada SU ini ialah biaya penginapan para peserta sidang, kenyamanan yang meliputi fasilitas penginapan saat sidang berperan sebagai stimulus agar para anggota dewan dapat bekerja dengan bersungguh-sungguh, menimbang fasilitas sidang yang diberikan juga terkesan mendukung. Seiring dengan fasilitas yang diberikan, masih terdapat realita bahwa beberapa peserta SU terlambat menghadiri sidang. Padahal, tujuan utama panitia menyelenggarakan SU di penginapan ialah supaya para peserta dapat disiplin waktu dalam kegiatan Pertimbangantersebut.panitia untuk menetapkan penginapan di Omah Jawi karena besar dana yang diturunkan oleh DPM-U. Sesuai dengan ungkapan Raja, bahwa untuk mendapatkan sponsor waktu yang tersedia tidak memadai. Panitia juga sengaja tidak mengajukan proposal kepada dekanat dengan alasan ketakutan akan kebijakan dekan untuk tidak memberikan dana terhadap BP Fakultas karena telah memberi dana kepada BP Universitas. ”Kita jaga etika aja lah, jadi gak usah ke dekanat,” tambah Raja. Sedangkan untuk rektorat, proposal tidak diajukan kerena waktu yang tidak mendukung.Danadihabiskan untuk keperluan di Omah Jawi sebesar Rp. 10.200.000,- termasuk biaya penginapan dan makan para anggota dewan. Dengan alokasi dana 250 ribu rupiah untuk penyewaan aula. Untuk penginapan, per kepala dihitung menghabiskan 45 ribu rupiah sedangkan peserta sidang dan undangan berjumlah 20 orang.Danakonsumsi yang dihabiskan, mencapai 80 ribu rupiah untuk dua kali snack pada pagi dan malam dalam satu hari, serta 110 ribu rupiah untuk 20 bungkus nasi ayam. ”Saya pesan aja 20 bungkus. Kalo kurang, yaudah panitia gak makan”, jelas Putri selaku panitia konsumsi SU. ”Dana yang keluar tidak sesuai dengan realita yang ada, yah tidak wajarlah. Satu juta aja sudah cukup kalau untuk pelaksaaan SU, kan ada fasilitas kampus yang bisa digunakan,” ujar M.Lukman, mahasiswa Akuntansi 2008. M. Hosnol Fattah mahasiswa jurusan manajemen angkatan 2009 berpendapat lain, ”Wajar kok dana sebanyak itu, yang penting sesuai dengan proses dan aliran dananya jelas. Harapannya DPM bisa melakukan yang terbaik buat mahasiswa.”Pada proses jalannya SU, Putri mengabarkan bahwa mahasiswa yang hadir untuk mengikuti prosesi tersebut sebagian besar berasal dari mahasiswa yang mengikuti kelembagaan di UII. Sehingga mahasiswa non-aktivis terbilang pasif dalam menghadiri kegiatan ini. Melihat kenyaataan ini, Anjas berpendapat bahwa antusiasme mahasiswa yang sangat kurang terhadap aktivitas-aktivitas kampus menjadi potret keapatisan mahasiswa saat ini. Ia menambahkan bahwa panitia SU tahun ini telah berusaha untuk menarik minat mahasiswa, yaitu dengan cara penyebaran brosur serta pengumuman dari mulut ke mulut. ”Mungkin kita (panitia) belum maksimal, tapi sudah ada upaya ke sana,” ungkapnya. Beberapa pamflet berwarna hijau dan kuning terpampang di sejumlah koridor beberapa fakultas di UII. Sebut saja pada FPSB, pamflet pemberitahuan sidang SU XXXI terpasang pada setiap papan pengumuman bahkan pada kotak mesin di lantai 3. Namun usaha itu terkesan siasia karena sebagian besar mahasiswa tidak peduli dengan jalannya SU, bahkan masih terdapat mahasiswa yang tidak mengetahui SU XXXI tersebut, terlebih mahasiswa baru angkatan 2009. “Gak tau ada SU. Yang aku tau cuma pas nyoblosnya,” ujar Nira Mayasari, salah seorang mahasiswa FPSB angkatan 2009. Ia mengaku melihat beberapa selebaran SU di lantai satu gedung FPSB. ”Kalau pamflet Omah Jawi-nya liat dipojok lantai satu. Tapi gak tau apa itu. Gak ada yang bilang. Temen-temen juga gak ada yang tau kayaknya,’’ kata mahasiswi yang akrab disapa Maya. Lain hal nya dengan Maya, Agung yang juga salah seorang mahasiswa Psikologi angkatan 2009 mengungkapkan bahwa sosialisasi panitia sangat kurang. ”Pamfletnya kurang heboh. Aku pergi ke sana aja Agungdiajak.”berpendapat, seharusnya sosialisasi dilakukan dengan melibatkan birokrasi kampus. Misalnya dengan mengutus panitia untuk mengumumkan kegiatan SU di kelas-kelas.IchsanRaditya mahasiswa Akuntansi angkatan 2009 beropini, ”Saya tidak tahu sama sekali apa itu SU, tapi kalau 16,5 juta dana hanya untuk itu menurut saya

16,5 juta tersebut relevan karena fasilitas yang mapan dan layak bagi peserta maupunSehubunganpengunjung. dengan pelaksanaan SU, Raja mengaku bahwa rapat perdana dilaksanakan pada Minggu malam (27 Desember 2009), sehingga terkesan mendadak. Sempat terjadi perdebatan antara DPM-U dan panitia tentang pelaksanaan SU yang akan digelar sebelum atau sesudah UAS semester ganjil, berhubung pada pertengahan Januari adalah waktu pelaksanaan ujian akhir semester di UII. Akhirnya diambil keputusan bahwa SU akan dilaksanakan sebelum ujian, dan disepakati pada 4 Januari 2010 di Omah
terlalu banyak. Mending dipakai buat pengadaan sarana atau fasilitas menunjang bagi Setelahmahasiswa.”dikonfirmasi, Raja menyatakan penyebaran pamflet sengaja tidak menyediakan agenda karena terdapat 10 macam sidang dan tidak ada kemungkinan untuk diterangkan dalam agenda. Namun setelah ditelusuri, terdapat dua fakultas yang tidak dipasang pamflet yaitu FTSP dan FE karena kelalaian panitia. “Ada dua fakultas yang pamfletnya gak dipasang, mungkin kekhilafan dari kita,” ungkapDitanyaRaja.mengenai dana yang dialokasikan, Agung beropini bahwa dana sebesar
Jawi, karena hanya tempat tersebut yang tidak penuh sebab kebanyakan penginapan penuh akibat banyak pengunjung yang menghabiskan tahun baru di kawasan Taman Wisata ”SebenarnyaKaliurang.bukan sampai tanggal tujuh, kita semua panitia kan gak ada pengalaman, banyak selentingan bahwa itu gak cukup, tapi kita coba membuat manual acara dengan melihat ketebalan pembahasan,” jelas mahasiswa FTI tersebut. q
KOBARKOBARI EDISI 141 // XIII // APRIL 2010


porsional
Tahu atau tidak tahukah Anda dengan calon rektor UII? Apakah Anda mengikuti perkembangan informasi terkait pemilihan rektor UII? Terwakili atau tidak terwakilikah aspirasi Anda dengan visi misi calon rektor UII? atau tidak tahukah Anda tentang penyelenggaraan pemilihan rektor UII? TidakTahu tahu tahu TidakIkut TidakTerwakiliIkutTerwakili
Tahu
q
Oleh : Tim Litbang TidakTahu
Visi dan Misi Rektor
Tak Terwakili
KOBARKOBARI EDISI 141 // XIII // APRIL 20100
Berdasarkan Surat Keputusan Panitia Pemilihan Rektor dan Wakil Rektor UII No. 06/KPTS/II/2010, telah ditetapkan Rektor Terpilih Universitas Islam Indonesia periode 210-2014 adalah “ Edy Suandi Hamid, Drs., M.Ec., Dr., Prof “. Dari polling yang dilakukan tim Litbang HIMMAH, sebagian besar mahasiswa UII mengetahui jika terdapat penyelanggaraan pemilihan rektor UII (grafik 1), dan setengah dari mahasiswa mengetahui siapa yang menjadi calon rektor UII (grafik 2). Tetapi sayangnya, kebanyakan dari mahasiswa UII tidak mengikuti perkembangan informasi yang terkait pemilihan rektor UII (grafik 3). Bahkan mayoritas dari responden menyatakan visi dan misi calon rektor tidak mewakili aspirasi mereka (grafik 4). Grafis 1 : Tahu atau tidak tahukah Anda tentang penyelenggaraan Pemilihan Rektor UII ? Tahu : 83 % Tidak tahu : 17 % Grafis 2 : Tahu atau tidak tahukah Anda dengan calon Rektor UII ? Tahu : 52.5 % Tidak tahu : 47.5 % Grafis 3 : Apakah Anda mengikuti perkembangan informasi terkait Pemilihan Rektor? Ikut : 14 % Tidak Ikut : 86 % Grafis 4 : Terwakili atau tidak terwakilikah aspirasi Anda dengan visi misi calon Rektor UII ? Terwakili : 26.2 % Tidak terwakili : 73.5 % Poling dilaksanakan 22-31 Maret 2010 N = 500, sampling error ± 7 % Metode PengumpulanPoling pendapat melalui kuisioner ini dilakukan oleh Tim Litbang HIMMAH. Responden adalah mahasiswa UII dari seluruh fakultas serta angkatan yang dipilih secara prodengan metode accidental sampling dan tingkat kepercayaan 93%. Hasil jajak pendapat ini tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat seluruh populasi.





KOBARKOBARI EDISI 141 // XIII // APRIL 2010
Judul : STIFF : Kehidupan Ganjil Mayat Manusia. Penulis : Mary Roach Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semesta Tahun terbit : 2007 Kota terbit : Jakarta Penghargaan yang diraih buku ini : Pilihan Editor di amazon.com, finalis untuk Original Voices Awards Borders 2003, terpilih dalam program pencarian penulis-hebat baru oleh Barnes & Noble, buku terbaik 2003 versi Entertainment weekly, buku terbaik 2003 versi San Fransisco Chronicle, dan buku terbaik 2003 versi “Science Friday” NPR.
Irene Laksminingtyas Jadi Apa
DPM dan LEM FK Gelar Kain Harapan
Tahun 1800-an, di saat ilmu pembedahan sedang populer adalah puncak penyatuan romantika antara kematian dan penguburan. Mayat, atau mahluk hampir manusia yang senang tidur ini, selalu dalam kondisi bahagia di sebuah dunia yang lain. Masyarakat di tahun itu merasa bahwa penguburan sebagai akhir dari takdir tidak lebih menakutkan dibanding pembedahan.Pencurian mayat setelah dikubur oleh para ahli anatomi yang memelihara burung Gagak untuk melenyapkan bekas potongan manusia yang tak terpakai lagi, menjadi trauma dan teror terbesar masyarakat pada tahun itu. Berusaha menampilkan sisi kelam dari kehidupan mayat dan pekerja yang berurusan dengan mayat, Roach menampilkan sisi lucu dan mendidik secara terbuka tanpa terbatas. Seperti proses pembusukan manusia yang jelas terlihat di rongga perut, mulut, dan kelamin. Sehingga pada pria, (maaf) penis dan testikel dapat membesar. Roach, tanpa sungkan mencecar sampai seberapa besar kelamin mayat pada tentornya. Mengurangi kemungkinan jijik membaca, Roach mengumpamakan belatung kecil sebagai bulir beras yang cantik menghias kulit dan belatung yang sudah tua disebutnya dengan nama lebih manis,HaciendaHacienda.yang memakan lemak di bawah kulit mayat diumpamakan Roach seperti Rice Krispies, karena saat belatung ini makan mereka bersuara renyah (meski ia mengakui prosesnya menjijikkan). Di akhir bukunya, Roach dengan jenaka mengungkapkan keinginan mendonasikan tubuhnya untuk ilmu pengetahuan setelah meninggalDitulisnya,kelak.“Saya akan memasukkan catatan riwayat hidup dalam berkas saya untuk mahasiswa yang kelak akan memotong-motong tubuh saya (anda bisa melakukannya), agar mereka dapat melihat tubuh saya yang berantakan dan berkata, ‘hei, lihat ini. Aku kebagian perempuan yang menulis buku tentang mayat.’ Dan, seandainya bisa, saya akan berusaha berkedip.” q
Pernahkah anda berpikir, jadi apa anda setelah mati? Mary Roach, adalah seorang jurnalis dan kolumnis yang peka menjawab pertanyaan ini. Karena biasanya, orangorang yang bekerja dengan mayat umumnya tidak begitu senang disorot. Seperti mereka yang bekerja sebagai ahli anatomi, perias mayat, dokter, bahkan ahli bedah kecantikan. Roach tidak setuju dengan pendapat manusia hanya berguna selama ia masih bernafas. Dalam tulisan ini, Roach berusaha menggali perbuatan baik yang dilakukan mayat, seperti untuk pengembangan ilmu kedokteran. Karena itu, Roach menyebut mayat sebagai mahluk yang tahan rasa sakit dan misterius dengan sistem pembusukan alamiahnya. Apa yang ditulis Roach adalah sebuah gagasan mengagumkan sekaligus menyenangkan tentang kehidupan manusia setelah mati. Selama dua ribu tahun, mayat ada yang secara sukarela dan ada yang tanpa sadar telah menjadi eksplorasi paling aneh dan mengagumkan atas nama ilmu pengetahuan.
Jum’at 9 April 2010, DPM dan LEM FK menggelar kain harapan sepanjang 15 meter dan pembagian angket harapan. Acara ini berlangsung di student area FK sejak pukul 08.00 hingga 16.00. Tujuannya adalah menampung seluruh aspirasi mahasiswa dan civitas FK UII terkait pemilihan Dekan FK UII tanggal 13 April. Tak kurang dari 700 harapan terkumpul. Para partisipan terdiri dari mahasiswa, dosen, karyawan, bahkan Dekan FK yang sebentar lagi jabatannya akan berakhir, Rusdi Lamsudin. Hal ini membuktikkan bahwa seluruh mahasiswa dan civitas menaruh harapan yang besar pada dekan yang nantinyaBeberapaterpilih.harapan yang ditulis di atas kain antara lain penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, peningkatan kompetensi dan jumlah staf pengajar tetap, pembuatan rumah sakit pendidikan sendiri, dan terciptanya hubungan pimpinan dan mahasiswa yang harmonis. q
Oleh : Kita Setelah Mati?




KOBARKOBARI EDISI 141 // XIII // APRIL 20102

