Buletin KOBARKobari Edisi 140/XIII/Januari 2010 - Pemilwa Sepi Pemilih

Page 1

KOBARKOBARI EDISI 140 // XIII // JANUARI 2010 Edisi 40 | Tahun Ke-3 | Januari 200 e-mail : himmah_media@mailcity.com, sites : http://himmah.co.cc

Pemilwa Sepi Pemilih

Kampus Terpadu, Kobar Berkaitan dengan hal tersebut, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wisnu Zul Hilmy menyatakan bahwa KPU sudah melaksanakan sosialisasi sesuai dengan prosedur yang direncanakan. Menurut Wisnu, KPU telah menempel poster, menyebarkan leaflet dan mengadakan sosialisasi kepada lembaga. ”Kami sudah melaksanakan sesuai prosedur yang direncanakan, tetapi teman-teman mahasiswa yang bisa menilai apakah sosialisasi yang kita lakukan sudah optimal apa belum.” Wisnu merasa KPU telah berusaha semaksimal mungkin. Namun ia tidak menampik KPU masih memiliki kekurangan, tanpa menjelaskan kekurangan yang dimaksud. Ia berharap melalui sosialisasi yang dilaksanakan selama ini, animo dan antusias mahasiwa terhadap pemilwa meningkat. Dukungan juga diberikan pihak dekanat, yang memberikan ruang untuk kampanye serta menyambut baik kegiatan tersebut. Wisnu menjelaskan bahwa ketertarikan mahasiswa mengikuti Pemilwa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sikap apatis mahasiswa, serta minimnya niat mahasiswa mengakses informasi. Ainul Jihad Nurdin, Ketua Bidang III KPU menegaskan bahwa pada hari pencoblosan, ternyata mahasiswa pada umumnya menunjukkan sikap antusiasme terhadap Pemilwa. Hal ini terlihat dari jumlah mahsiswa UII yang menggunakan suaranya pada Pemilwa ini. “Mahasiswa yang mencoblos lebih dari yang diperkirakan KPU”. Menurutnya, partisipasi mahasiswa dalam Pemilwa kali ini lebih baik daripada Pemilwa sebelumnya.Beberapa mahasiswa mengutarakan pandangan mereka tentang Pemilwa. Contohnya Ali Hasan, mahasiswa prodi Manajemen angkatan 2009. Ia mengaku tidak tahu tentang Pemilwa. Ali mengatakan akan tetap memilih jika ada calon yang menurutnya bagus, tanpa menjelaskan kriteria bagus yang dimaksud.Lainlagi dengan Abdurrahman Qolbi Lidzikri, mahasiswa prodi Akuntansi 2007, menurutnya, Pemilwa itu penting sebagai jalan regenerasi kepemimpinan. Lebih

Kobar-kobari Pick Up

Tingkat Partisipasi Mahasiswa Dalam Pemilwa infografis : M. Robby S. / KOBARkobari

KPU telah melakukan sosialisasi, namun jumlah pemilih tak sampai 25 persen dari total mahasiswa aktif. Oleh : Sulistyo Wahyu Wijanarko dan Rini Dian Pratiwi hubungi:pastikanPerpustakaanPerpustakaanKopmaKopmaPoint:UIIFTSPKopmaFEKopmaFHPusatPerpustakaanFPSBKedokteranPerpustakaanFTSPPerpustakaanFTIPerpustakaanFMIPAPerpustakaanFIAIPerpustakaanFEPerpustakaanFHKantinFPSBKantinFTSPKantinFTIKantinFEKantinFHKobar-kobariditangananda!Flo08562946676Mona085643830277

KOBARkobari/S.RobbyM.infografis

KOBARKOBARI EDISI 140 // XIII // JANUARI 20102 Dewan Redaksi: M. Jepry Adisaputro, Nurcholis Abrar . Pemimpin Redaksi: Anugerah I. R. Paputungan Sekretaris Redaksi: Lufthy Z. Redaktur Foto: Setiyaji Widiarto. Staf Redaksi: Arya Nugroho, Irene Laksminingtyas, Wening Fikriyati, Bayu Hernawan, Rini D. P., Hidayat, Amalia Istighfarah. Fotografi: Ferdi Chahyadi, Yunanda, Ahmad Ikhwan Fauzi, T. Ichtiar Khudi A. Penelitian dan Pengembangan: Rahmi Utami Handayani, Rina Sari Utami. Rancang Grafis: Indira Prydarsini, M. Yopa Velda, Arie Fatwaturrahman, Dyah Andayani, M. Robby S. Perusahaan: Ricky Riadi Iskandar, Siti Maemunah, RR. Flaury Calista, Randy Purwo Sasongko. PITA: Paramanandana A., Sulistyo Wijanarko. PSDM: Rama Pratyaksa, A. Pambudi W., Arrofin Damaswara, M. Bachtiar R., Adib Nur S. Jaringan Kerja: Sigit Pujiatmojo, Wahyu Septianti, Dwi Kartika Sari. Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa HIMMAH Universitas Islam Indonesia Alamat Redaksi: Jln. Cik di Tiro No.1 Jogjakarta. Telp (0274) 3055069, 085643830277 (Mona, Iklan/Perusahaan), saran dan kritik melalui email: pers_himmah@lycos.com, himmah_media@mailcity.com, http://www.himmah.co.cc., http:// www.himmahonline.co.nr. Pick up point: Pos Satpam tiap Fakultas di UII, Kopma Universitas, Kopma FE, Perpustakaan Pusat UII, Perpustakaan tiap Fakultas di UII.

Tingkat Partisipasi Mahasiswa Dalam Pemilwa (Berdasarkan Fakultas)

Pemilwa kembali digelar. Sejumlah permasalahan pun ikut menyeruak. Mulai dari keterlambatan pelaksanaan hingga sosialisasi yang dinilai tak cukup efektif. Sayangnya, tingkat partisipasi pemilih sangat minim, hanya berkisar dua puluh persen dari jumlah total pemilih. Miris. Sebabnya bisa dua hal, sosialisasi pemilwa yang kurang maksimal dan sikap apatis maha siswa. Di sisi lain KPU sendiri mengaku bahwa sosialisasi telah dilakukan semaksimal mungkin melalui penyebaran leaflet, penampilan poster, dan sosialisasi kepada lembaga. Namun tak juga menjaring pemilih. Di sisi lain, sikap apatis diperlihatkan mahasiswa yang seharusnya menjadi subyek utama. Tindakan ini patut dikritisi, bisa saja hal ini menggambarkan pandangan mahasiswa yang tidak percaya lagi terhadap keberadaan lembaga yang seharusnya menyalurkan aspirasi. Atau memang tabiat mahasiswa yang memang sama sekali tak peduli. Permasalahan pelik ini selalu tergambar dalam setiap penyelenggaraan pe milwa. Lembaga legislatif dituntut untuk mampu menyelesaikan masalah ini. Jika tak mampu memberi solusi, kiranya perlu dipertanyakan keberadaan lembaga legislatif di kampus ini, apakah benar-benar menjadi pelayan mahasiswa atau hanya sekedar simbol kekuasaan semata. lanjut, Qolbi merasa beberapa faktor seperti kultur apatisme yang membuat mahasiswa tidak peduli dengan Pemilwa. Ia pun menaruh harapan agar Pemilwa tahun ini lebih bersih dan sesuai dengan tujuan UII dan KM UII, seperti menegakkan nilai keislaman di lingkungan kampus dan lembaga UII. Pendapat lain disampaikan Ahmad, mahasiswa prodi Teknik Industri 2006 yang turut memberikan suara saat Pemilwa tahun 2007. Ia menganggap penyelenggaraan Pemilwa tahun lalu tidak memberikan dampak yang berarti. Bahkan Ahmad merasa sosialisasi yang dilakukan KPU di tahun 2007 lebih baik dibanding tahun ini. Kurang gencarnya sosialisasi dari KPU juga menjadi faktor penyebab ketidakpahaman mahasiswa tentang Pemilwa. Akibatnya, banyak diantara mereka tidak mengetahui tanggal, waktu pelaksanaan Pemilwa, serta para calon legislatif. Seperti yang diungkapkan Sandy, mahasiswa prodi Teknik Industri 2008, Ia memutuskan tidak menggunakan hak suaranya, karena belum memiliki caleg idaman. “Golput (golongan putih) aja, gak tahu karakter calegnya,” ungkapnya.q Reportase bersama : Wahyu Septianti, Diana Wahyu N, dan Deden Ardiya W

direncanakan di FMIPA dan FK, hari ketiga di FPSB dan FH serta hari keempat di FIAI.Bentuk kampanye yang diperbolehkan oleh KPU, Wisnu menjelaskan jika kampanye personal bisa melalui pamflet atau spanduk. Sementara untuk kampanye internal caleg aturannya simpel. Diantaranya, tidak boleh menggunakan kata–kata ejekan atau mengolok–olok caleg lain dan tidak menimbulkan kontroversi dan menyinggung satu sama lain. Hal-hal tersebut telah dijelaskan pada saat sosialisasi kampanye. Ketua KPU mengakui tidak begitu rumit mengatur kampanye, karena kampanye sendiri bersifat individu. Yang terpenting tidak memicu hal yang tidak diinginkan. Sejauh ini menurutnya tidak ada caleg yang melakukan tindakan di luar aturan yang berlaku. Kampanye bersifat terbuka diselenggarakan KPU. Saat kampanye Setiap mahasiswa diperbolehkan untuk berdialog dengan caleg atau mengkritisi visi–misi caleg yang masih kurang, serta keluhan–keluhan tentang kampus. Mengenai kebutuhan logistik kampanye setiap fakultas berbeda–beda. “Tergantung fakultas, ada yang menggunakan panggung dan ada yang tidak,” ujar Wisnu. KPU hanya menyanggupi empat hari untuk memfasilitasi pelaksanaan kampanye, selebihnya caleglah yang harus berinisiatif sendiri. Karena KPU telah memberikan waktu seminggu untuk kampanye secara individu. Pada waktu itulah harusnya para caleg bisa gencar berkampanye.“KPUhanya bisa memperkenalkan dengan menempel pamflet berisi foto nama dan nomor urut caleg,” kata Wisnu.Sementara kampanye yang awalnya direncanakan di lapangan FTI, namun karena tidak mendapatkan izin dari pihak dekanat dengan alasan akan mengganggu aktivitas belajar, dan merusak rumput. akhirnya kampanye tersebut dilaksanakan di hall depan FTI. Akibatnya dari lima caleg FTI, hanya dua caleg yang datang untuk berorasi. Penonton pun nyaris tidak ada. “Udah kayak orang gila teriak–teriak depan hall,” kata Raja Rezki Perdana, caleg FTI. Berbeda lagi dengan Denni Permana Putra caleg Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP). Dia mengakui tidak banyak upaya yang dilakukan dalam berkampanye.“Yangsaya lakukan membangun image yang baik. Agar tercipta opini positif. Sehingga saya nggak perlu capek lagi untuk berkampanye menjelang pemilwa.”Menanggapi Animo mahasiswa FTSP mengenai kampanye, Denni beranggapan mahasiswa sebenarnya tertarik hanya saja waktunya yang kurang tepat. Saat mimbar bebas kebanyakan mahasiswa masuk kelas. Inilah yang menjadi tantangan berkampanye bagi Denni. Dia berharap pada kampanye selanjutnya hal seperti itu tidak lagi terjadi.

“Udah kayak orang gila teriak–teriak depan hall,” Raja Rezki Perdana, caleg FTI

KOBARKOBARI EDISI 140 // XIII // JANUARI 2010 3

Anggit.Anggit menjelaskan untuk kebutuhan logistik kampanye KPU di FTSP dipinjam dari fakultas karena dari KPU tidak ada. Sedangkan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), kampanye diundur dari pukul 13.00 menjadi pukul 14.00. Menurut koordinator Panwil FMIPA Irwan Galih Wibowo, karena logistik kampanye yang dibutuhkan terlambat“Kebutuhandatang.logistik baru datang kira -kira pukul 12.30, padahal kampanye jam 13.00, jadi baru mulai pukul 14.00,” ujar Galih.Terkait pelaksanaan kampanye, Diantika mahasiswi Fakultas Ekonomi angkatan 2008 mengaku dirinya kurang antusias karena tidak mengenal para caleg.Hal yang sama diungkapkan Meza Rizki Dewangga, mahasiswa prodi Psikologi. Ia merasa KPU kurang memberikan sosialisasi, sehingga ia tak mengenal calon yang ada. Lain lagi dengan Arkham Zahri Rahman, mahasiswa Fakultas Teknologi Industri. Arkham menganggap kampanye belum efektif, karena tak mampu menjaring partisipasi mahasiswa. Namun Arkham mengaku menggunakan hak suaranya pada Pemilwa kali ini.q

Runyamnya Kampanye Pemilwa

Beberapa permasalahan mewarnai kampanye Pemilwa. Mulai dari jadwal yang diundur, keterlambatan penyediaan logistik, hingga penonton yang nyaris tak ada. Kampus Terpadu, Kobar Menurut Wisnu ketua KPU Pusat, kampanye sudah dimulai seminggu sebelum Pemilwa. Kampanye yang dilakukan adalah kampanye personal. Sementara kampanye yang difasilitasi KPU selama empat hari dimulai pada Senin 16 “DifasilitasiNovember.dalam artian kita menyediakan tempat. Kita memfasilitasi temen-temen caleg,” ujar Wisnu Zul Hilmy, ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU).Wisnu juga menambahkan bahwa dalam satu hari ada dua fakultas yang mengadakan kampanye. Semula kampanye hari pertama akan dilaksanakan di Fakultas Ekonomi (FE) dan Fakultas Teknologi Industri (FTI). Namun karena belum mendapatkan izin dari pihak dekanat FE, maka kampanye di FE diundur hingga Jumat 20 November. Sehingga untuk hari pertama baru FTI yang berkampanye. Untuk pembagian jadwal kampanye memang sudah diatur oleh bidang III. Kampanye hari kedua

Persiapan dan Pelaksanaan Kampanye KPU Persiapan saat pelaksanaan kampanye setiap fakultas berbeda–beda. Di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) misalnya, menurut Tyas Setyowati anggota Panitia Wilayah (Panwil) FPSB persiapan yang dilakukan dua hari. Untuk kebutuhan logistik FPSB melakukan kerjasama dengan Fakultas Kedokteran (FK). Kebutuhan logistik tiba saat hari H.“KPU hanya memberikan konsep, pelaksananya Panwil. KPU cuma menyediakan tempat dan peralatan saja,” tutur Tyas. Dalam pelaksanaan kampanye KPU Tyas memaparkan bahwa dari lima caleg fakultas yang ada, hanya tiga caleg yang berorasi. Kampanye dibuka oleh wakil dekan FPSB dan berlangsung mulai dari pukul 13.00 hingga pukul 16.00. Tyas mengharapkan koordinasi KPU dan Panwil dapat lebih baik sehingga kendalakendala yang ada bisa diminimalisir. Pembagian tugas yang diberikan harus lebih jelas agar bisa terlaksana dengan baik.Sementara di FTSP persiapan pelaksanaan diakui oleh Anggit Pramayogi koordinator Panwil FTSP berjalan lancar, karena koordinasi antara KPU dan Panwil cukupAnggitbaik. mengaku segala kebutuhan ditanggapi KPU. “Misalnya kita butuh surat ijin tempat langsung diberi,” ujar

Oleh : Amalia Istighfarah dan Lufthy Zakaria

Oleh : Ahmad Muflihin dan Yumita Ratih Utami

KOBARKOBARI EDISI 140 // XIII // JANUARI 20104 Redaksi menerima saran, kritik dan masukan dalam bentuk surat pembaca. Surat dapat dialamatkan di email HIMMAH, himmah_media@mailcity.com atau langsung diserahkan ke kantor HIMMAH di Jalan Cik di Tiro Nomor 1,Yogyakarta

wadah penambahan rasa cinta terhadap almamater. “Salah satu caranya ialah menggunakan jas almamater di setiap kegiatan kelembagaan,” ujar fungsionaris Ismafarsi (Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Indonesia) wilayah DIY-Jateng ini. Dewo mengaku menjadi caleg pada periode ini dengan motivasi ingin menghidupkan lembaga. Ia ingin menjadi bagian dari sistem untuk memperbaiki kondisi saat ini. Seperti aspirasi mahasiswa yang kurang ditampung serta informasi yang minim terkait kelembagaan kepada mahasiswa. ”Saya ingin lembaga turut campur dalam meningkatkan jiwa kompetisi melalui riset ilmiah,” tambahnya. q

”Lembaga mahasiswa dan yang berkecimpung di dalamnya saat ini memiliki program kerja yang kurang kreatif dan inovatif. Semuanya monoton dan stagnan,” ujar Adi Hutama Habibi. Kampus Terpadu, Kobar Ketika memutuskan maju sebagai calon anggota legislatif, berbagai motivasi menjadi landasan utama para caleg. Mulai dari mengubah sistem kelembagaan, hingga membentuk iklim penelitian di kalangan mahasiswa. Seperti yang diungkapkan Amri Zamani, mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya. Calon Legislatif Dewan Permusyawaratan Mahasiswa UII (DPMU). Mahasiswa yang akrab disapa Riza ini mengaku ia mengajukan diri sebagai caleg DPM-U karena ingin memajukan lembaga tersebut. Hal tersebut sesuai dengan visi-misinya ketika mencalonkan diri. “Visi dan misi saya itu ingin membuat plural DPM-U. Agar jika kita berpikir tidak hanya melihat dari satu kacamata. Itu yang menyehatkan DPM-U”. Riza pun mengaku jengah dengan sejumlah kebijakan. Apalagi jika ditelaah, beberapa diantaranya sarat kepentingan. “Ya saya juga nggak bisa munafik sih, tapi jangan sampai mengorbankan demi kepentingan kelompok lain,” ungkap mahasiswa yang dulunya sempat aktif di Lembaga Pers Mahasiswa ini. Jika Riza terpilih, ia ingin membuat semacam public hearing sebagai wadah mahasiswa berdiskusi dan menyampaikan masalah. Selain itu ia juga ingin membuat angket untuk mengetahui kemauan mahasiswa terhadap universitas maupun lembaga-lembaga yang ada di UII. Lain lagi dengan Adi Hutama Habibi, mahasiswa program studi Psikologi. Calon legislatif Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FPSB. Ia memiliki paradigma tersendiri terhadap sistem kelembagaan di kampus ini, bagaimana sistem harus dibentuk, serta perbaikan yang harus dilakukan. ”Lembaga mahasiswa dan orang-orang yang berkecimpung di dalamnya memiliki program kerja yang kurang kreatif dan inovatif. Semuanya monoton dan stagnan”. Lebih lanjut, Adi berkeinginan meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam hal kelembagaan. Menurut nya, tidak hanya lembaga yang mempermasalahkan mahasiswa yang apatis, tapi juga sebaiknya memperhatikan sistem, apakah sudah memikat dan terbuka bagi mahasiswa untuk bisa terlibat. Calon legislatif Dewan Perwakilan Mahasiswa FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), Cahyono Suryo Dewo memiliki tujuan yang berbeda. Mahasiswa yang akrab disapa Dewo ini memiliki visi untuk menjadikan lembaga Fakultas MIPA sebagai lembaga yang unggul di bidang sains dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi dalam lingkup intelektual. Serta mampu advokasi kepada dekanat, yang dapat menjadi wadah bagi aspirasiMenurutmahasiswa.Dewo, untuk mencapai hal tersebut perlu menjunjung tinggi Undang Undang Dasar dan Pancasila serta taat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, optimalisasi kelembagaan sebagai

Menguak Motif Para Caleg

KOBARkobarLestariAyuAiniNur

Reportase oleh Yumita Ratih dan Ahmad Muflihin Dua mahasiswa tampak menggunakan hak pilihnya di Tempat Pemungutan Suara (TPS) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB), Selasa 24 November 2009. Walaupun KPU telah melakukan sosialisai, tingkat par tisipasi pemilih tergolong minim.

Raja Rezki Perdana FTI / Teknik Industri Erik Shambera FTI / Teknik Industri Mitra Unik FTI / Informatika

Cahyono Suryo Dewo FMIPA / Farmasi Heni Sundari FMIPA / Farmasi Imelda Aditya Ansatasya FMIPA / Statistika

Persiapan yang KekecewaanMenuai

Anggota Legislatif Universitas Zuhud Pana Graha FH / Ilmu Hukum Teddy Azhary Muchtar FE / Manajemen Amri Zamani FPSB / Psikologi Dedi Yansyah FH / Ilmu Hukum Rizka Mahendra Aswan FE / Manajemen Raditya Zenido Jannatin FTSP / Teknik Sipil Guntur Ridho Utomo FMIPA / Farmasi Ar Rumi Al Ibnu Arabi FE / Manajemen Sidik Widyasmoro FIAI / Ekonomi Islam YK Puri Febni Shita FH / Ilmu Hukum Eko Nurisman FH / Ilmu Hukum Eni Elvirawati FH / Ilmu Hukum Mahfud Asyari FE / Manajemen Anggota Legislatif Fakultas Fakultas Ekonomi Wulan Trisna FE / Manajemen Krisyantoro FE / Manajemen Risa Wahyuni FE / Akuntansi Bayu Brahmo Handoko FE / Akuntansi Hidayatur Rahman FE / Manajemen Danno Eriandi FE / Akuntansi

Fakultas Teknik Sipil dan Perencaan

Daftar

Fakultas Ilmu Agama Islam Fahmi Medias FIAI / Ekonomi Islam Budiman FIAI / Ekonomi Islam Fadlul Khoiruddin B. FIAI / Ekonomi Islam Lukman Hakim FIAI / Tarbiyah

Fakultas Matematika dan IPA

KOBARKOBARI EDISI 140 // XIII // JANUARI 2010 

LegislatifAnggota

M. Iqbal Fahrudin FTSP / Teknik Sipil Reza Zulmy Prihadi FTSP / Teknik Lingkungan Bayu Krisnanto FTSP / Teknik Sipil Denni Permata Putra FTSP / Teknik Sipil Satryadi FTSP / Teknik Lingkungan

Oleh: Nur Haris Ali. Kampus Terpadu, Kobar Pelaksanaan Pemilwa yang mundur tiga bulan ternyata masih memunculkan ketidakpuasan mahasiswa. Masih ada pihak-pihak yang kecewa dengan kinerja KPU terkait pelaksanaan Pemilwa. Ketika dihubungi via telepon, Wisnu Zul Hilmy, ketua KPU menegaskan pihaknya sudah semaksimal mungkin mengupayakan agar sosialisasi Pemilwa tahun ini bisa lebih tepat sasaran ke masyarakat UII, khususnya mahasiswa. Ia mengakui kesulitan dalam hal pelaksanaan. Hal itu karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di KPU sangat minim. Hal tersebut mempengaruhi semangat di internal KPU.Hal senada juga diungkapkan oleh Andrea Jatra, selaku Kepala Bagian Logistik KPU. “Bagian logistik terkendala dengan anggota panitia. Semula berjumlah tujuh orang, yang aktif hanya empat orang saja,” ungkap Andrea Jatra usai memantau kampanye di Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI). Selain minimnya SDM di internal KPU, biaya juga menjadi salah satu kendala dalam persiapan Pemilwa. Dana yang diturunkan hanya sekitar 43 juta rupiah, dari total dana 50 juta rupiah. Mengenai tata cara pemilihan, Wisnu menjelaskan pihaknya bersama tim telah mengadakan sosialisasi kepada mahasiswa. “Kita sosialisasi ke mahasiswa terkait cara pencoblosan. Ada dua surat suara, di dalamnya ada foto-foto seluruh caleg dari fakultas dan universitas. Modelnya hanya mencoblos seperti biasa,” jelas Wisnu. Terkait pengawasan, Wisnu mengatakan seluruh mahasiswa punya hak yang sama untuk mengawasi Pemilwa. Jika ada kelompok yang ingin mengajukan diri menjadi pengawas dapat mendaftarkan diri di Dewan Permusyawaratan Mahasiswa tingkat universitas (DPM-U) untuk mendapatkan legalitas. Setelah itu kelompok tersebut dianggap sebagai Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang sah. Meskipun ada kendala dalam persiapan Pemilwa, Wisnu berharap semoga tahun ini pelaksanaan Pemilwa dapat berjalan semaksimal mungkin. Sedangkan untuk anggota legislatif yang terpilih diharapkan mampu menumbuhkan minat mahasiswa untuk aktif di lembaga. Tanggapan Mahasiswa dan Calon Anggota Legislatif Persiapan Pemilwa yang menemui berbagai kendala mendapat tanggapan dari mahasiswa dan calon anggota legislatif (caleg). Menurut Rizka Mahendra, caleg DPM-U dari Fakultas Ekonomi, kinerja KPU yang mundur tiga bulan tidak mengalami perbaikan. bersambung ke halaman 8

Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang mundur tiga bulan dari jadwal pelaksanaan Pemilihan Wakil Mahasiswa (Pemilwa), ternyata masih dinilai tidak memuaskan. Apa yang sebenarnya terjadi?

Fakultas Teknologi Industri Ahmad Azhari FTI / Informatika Eko Bayu Firdaus FTI / Informatika

KOBARKOBARI EDISI 140 // XIII // JANUARI 2010

LANGKAHSETIAPMENGIRINGI

WENYs, adalah sebuah toko sepatu dan tas yang mendisain produknya dari bahan dasar Vinyl dan kulit. Toko ini terletak di Desa Manding, Bantul. Bandriyo pendiri industri rumahan ini mempunyai tujuh karyawan. Dua orang penjaga toko dan lima lainnya sebagai perajin. Gaji mereka tergantung dari pemasukan dan pesanan pelanggan, rata-rata 25 ribu rupiah setiap minggu. Para pegawai ini bekerja pada Senin hingga Sabtu dari pukul delapan pagi hingga empat sore. Mereka hanya beristirahat sekitar satu jam, untuk salat Zuhur dan makan siang. Kadang kala, jika jumlah pesanan banyak, para pegawai ini harus bekerja pada Minggu. Laba penjualan sepatu kulit beragam, tergantung jumlah pesanan, biasanya dari lima ribu rupiah hingga 10 ribu rupiah setiap sepasang sepatu. Meski jam kerja yang melelahkan dan bayaran minim, Bandriyo terus memproduksi sepatu dan tas. Narasi oleh : Ferdi Chahyadi Teman saat bosan Berbagi tugas

KOBARkobariChahyadiFerdiKOBARkobariAKhudiIchtiarT.

KOBARKOBARI EDISI 140 // XIII // JANUARI 2010  Menancapkan Penjahitalas satu-satunya Peralatan Pelepas dahaga KOBARkobariAKhudiIchtiarT. KOBARkobariAKhudiIchtiarT.KOBARkobari|ChahyadiFerdi KOBARkobariChahyadiFerdi

Persiapan yang menuai...... sambungan dari halaman 5 Arifin Santoso FMIPA / Farmasi Fitri Yuliani FMIPA / Farmasi

Fakultas Psikologi dan Ilmu AdhiBudayaHutama Habibi FPSB / Psikologi Didin Safaat FPSB / Psikologi Mirza Rusyda FPSB / Psikologi Aulia Mahmud FPSB / Psikologi Tharen Akla Haadi FPSB / Psikologi

Serupa dengan Ulya, Husnul Fatah mahasiswa Fakultas Ekonomi 2009, menganggap KPU kurang melakukan sosialisasi kepada mahasiswa angkatan 2009.

Fakultas Kedokteran Rizky Iman Kurniawan FK / Pend. Dokter Satrio Waskito S. FK / Pend. Dokter Andika Desy K. FK / Pend. Dokter Hafidz Alhadi L. FK / Pend. Dokter Andri Markhoni FK / Pend. Dokter Erwin Aritama FK / Pend. Dokter A. Rhyza Vertando H. FK / Pend. Dokter Fakultas Hukum Aditya Dwi Saputra FH / Ilmu Hukum R. Subhan Fasrial FH / Ilmu Hukum M. Reza Vahlevi FH / Ilmu Hukum Nugroho Natanegara FH / Ilmu Hukum Tessa Elya FH / Ilmu Hukum Much. Ichsan A. FH / Ilmu Hukum La Ode Muhammad Baitul FH / Ilmu Hukum

KOBARKOBARI EDISI 140 // XIII // JANUARI 2010 Mahendra juga menyebutkan terdapat ketidakjelasan dalam pelaksanaan kampanye. Ia pun menyayangkan perubahan jadwal kampanye yang dilakukan KPU. Senada dengan Mahendra, YK Puri Febni Sita juga mengakui ada kekurangan dalam persiapan Pemilwa. Caleg DPM-U dari Fakultas Hukum ini mengatakan sosialisasi caleg yang dilakukan KPU masih kurang. Menurut Puri, konsep sosialisasi, seperti kampanye, harusnya dibuat semenarik mungkin agar mahasiswa mau terlibat dalam kegiatan tersebut. Lain halnya dengan Fahmi Medias, caleg DPM-F dari Fakultas Teknologi Industri. Menurutnya, sosialisasi yang dilakukan KPU lebih baik dari tahun lalu. Fahmi menilai kinerja KPU dalam sosialisasi sudah bagus. Pihaknya hanya memberikan saran agar sosialisasi dilengkapi dengan foto dan visi-misi dari masingmasing caleg. Tak hanya caleg, kekecewaan juga dirasakan oleh mahasiswa, seperti yang diungkapkan oleh Himmatul Ulya. Menurut mahasiswi prodi Manajemen 2008 ini, sosialisasi KPU cukup efektif, namun dirinya menyayangkan wadah yang digunakan KPU, yaitu situs jejaring sosial. Menurut Ulya, tidak semua mahasiswa bisa dan mau mengakses media tersebut.

Berbeda dengan Fatah, Gandhi Muhlisin menyatakan sosialisasi yang dilakukan KPU sudah cukup bagus. Tetapi mahasiswa Fakultas Hukum 2007 ini menyayangkan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan Pemilwa. Gandhi merasa kebutuhan logistik yang disediakan KPU masih kurang. “Tapi ya lumayanlah, dari pada nggak ada sama sekali,” ujar Gandhi. Ia menyarankan agar KPU lebih matang lagi dalam mempersiapkan Pemilwa. q Reportase bersama Khoirul Fahmi, dan Wening Fikriyati

Kaliurang, Kobar Mariyadi, petugas Taman Wisata Kaliurang memberi rekomendasi kepada kami. “Kalau mau dapat banyak informasi tentang wisma atau vila di Kaliurang, coba minta informasi sama pak Christian Awuy.” Lebih lanjut, pria berkumis tebal dengan rambut yang mulai beruban itu menjelaskan di mana kami bisa bertemu Christian Awuy. Ia bisa ditemui di wisma yang dikelolanya, Vogel Youth Hostel. Kata Mariyadi lagi, selain sebagai pengelola Vogel, Christian Awuy juga ketua Asosiasi Perhotelan Kaliurang (ASPEK). Hostel itu dibangun dengan arsitektur gaya Belanda, dengan lebar pintu dan jendela sekitar satu meter serta dinding yang tebalnya sekira 30 sentimeter. Namun, unsur-unsur Keraton Jogjakarta juga nampak menghiasi Vogel. Terutama pada kayu-kayu jendela dan pintu yang dicat hijau-kuning Letaknya tidak jauh dari Taman Wisata Kaliurang, sekitar delapan meter ke selatan. Bangunan hostel itu bersebelahan dengan Warung Poci, warung kopi yang ramai dikunjungi saat malam hari. Luas tanahnya kurang lebih 3000 meter persegi, dengan luas bangunan antara 600 meter persegi. Hostel juga dilengkapi dengan restoran Oleh : Dwi Kartika Sari yang menyediakan fasillitas hotspot area.Kami menemui Christian Awuy di ruang kerjanya. Ia tengah duduk di balik meja kerja sambil menekuri setumpuk kertas dihadapannya. Ruangan itu berbentuk persegi dengan ukuran sekitar 4x4 meter, terletak di dekat pintu samping Vogel. Berbagai barang menyesaki ruang kerja Awuy. Ada meja kerja di sudut ruangan, dipenuhi dengan banyak plakat dan tumpukan kertas. Dua buah Computer Personal Unit (CPU) ikut mengisi ruangan, satu di samping meja kerja, satu lagi di sudut lain. Tiga kursi warna abu-abu dan sebuah meja panjang yang digunakan Awuy bersama sekitar 20 orang awak kapal terombang-ambinglainnyaselama46jamdiperairanFilipina.

Christian Awuy tak pernah menduga kehidupannya akan menjadi seperti sekarang. Karirnya di bidang pelayaran yang ia geluti selama 16 tahun sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang tengah ia tekuni sekarang.

T. Ichtiar Khudi A | KOBARkobari

KOBARKOBARI EDISI 140 // XIII // JANUARI 2010 

untuk menerima tamu terletak di depan meja kerja Awuy. Plakat-plakat, sertifikat, penghargaan dan foto yang mengisahkan masa lalu serta perjalanan karir Awuy mendominasi dinding ruang kerjanya. Dua sertifikat yang dianugerahkan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) menjadi bukti prestasi Awuy.Awuy meluangkan waktunya untuk menerima kami. Ia berpakaian serba hitam. Mulai dari celana panjang, kemeja lengan panjang, topi, juga sepatu. Kulitnya yang putih nampak kontras dengan pakaian serba hitam. Perjalanan waktu yang dilalui pria asal Sulawesi itu menyisakan guratan keriput halus di wajahnya.Awuy menuturkan pengalamanpengalaman yang telah ia lalui sambil duduk bersandar di punggung kursi abu-abu. Jabatannya sebagai ketua Asosiasi Perhotelan Kaliurang (ASPEK) tidak menyurutkan usahanya untuk tetap mengelola Vogel, yang telah ia kelola sejak 1983. Pria berusia 63 tahun itu mengaku tidak pernah menduga bahwa kehidupannya akan seperti sekarang, menjadi pengelola hostel dan berkecimpung di dunia pariwisata pada Jumat (11/12/09),Pembukaan Bien nale 2009 yang merupakan ajang pameran senirupa para seniman Jogja diramaikan oleh berbagai kalangan masyarakat. Berbagai rangkaian acara seperti pertunjukan musik dan tari disuguhkan. Acara yang diselenggarakan di Taman Budaya Yogyakarta itu juga dihadiri Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Ir.Jero Wacik, SE.

Dari Lautan Hingga Gunung Merapi

KOBARKOBARI EDISI 140 // XIII // JANUARI 20100 umumnya.“Padahal dulu saya seorang pelaut. Saya berkecimpung di pelayaran selama 16 tahun. Sudah mengelilingi banyak negara di lima benua,” katanya. Perkenalannya dengan dunia pariwisata berawal secara tidak terduga pada 1983. Ia memutuskan berhenti menjadi pelaut setelah tiga kali mengalami kecelakaan kapal. “Saya pernah tenggelam tiga kali di laut karena kapal yang saya tumpangi karam.” Awuy dan para awak kapalnya akhirnya diselamatkan oleh kapal Amerika dan dibawa ke rumah sakit di Manila.” Kecelakaan itu membuatnya berpikir untuk menyudahi karir sebagai pelaut. Hal itu diperkuat dengan pertemuan secara kebetulan dengan seorang peramal Cina di Glodok, Jakarta. Saat itu ia sedang berjalan-jalan, tiba-tiba seorang peramal tua berjenggot panjang memanggilnya. Awuy menghampiri si peramal. Sambil memeriksa garis tangan Awuy, peramal itu mengatakan sebaiknya Awuy berhenti dari pekerjaannya. Jika ia tidak berhenti, ia bisa mengalami kecelakaan yang lebih parah. Awuy terkejut. Ia tak habis pikir bagaimana peramal itu mengetahui kecelakaan-kecelakaan yang pernah dialaminya.Kebetulan, kakak perempuannya yang tinggal di Jogjakarta menawarkan pekerjaan di bagian administrasi sebuah perusahaan konstruksi milik suaminya. Awuy menyetujui tawaran itu. Singkat cerita, ketika perusahaan itu membangun bendungan Kalikuning, Awuy ditugaskan mengawasi pembangunan tersebut. Selama menjadi pengawas, dia difasilitasi kamar di Hotel Joyo, yang jaraknya sekitar delapan meter dari Vogel. Dari situ, ia sering bertemu dengan gadis keturunan Jepang bernama AM Masako, kasir restoran di Vogel yang kemudian menjadi istrinya. Pria kelahiran Manado itu juga menuturkan latar belakang kepemilikan Vogel. Vogel dibangun pada masa pemerintah kolonial Belanda. Memasuki era penjajahan Jepang, ada seorang tentara Jepang bernama Yukithosi Tanaka yang dikirim ke Yogyakarta. Tanaka berbeda dengan tentara-tentara Jepang lainnya. Ia jatuh cinta pada Indonesia. Bahkan, ia berbalik membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tanaka pun mengganti namanya menjadi Yukithosi Tanaka Abdul Rosid sebagai wujud kecintaannya pada negeri ini. Mungkin ia seperti Laksamana Maeda, yang menyediakan rumahnya untuk tempat pengetikan naskah proklamasi. Mereka sama-sama berperan dalam berdirinya republik ini. Selepas kemerdekaan Indonesia, Radjiman selaku perdana menteri pertama Indonesia memberi Tanaka sebuah vila. Sebagai bentuk terima kasihnya kepada Tanaka yang telah berperan menyokong lahirnya negara ini. Radjiman berpesan, vila itu hanya boleh dikelola oleh Tanaka dan keluarganya. Vila tersebut bernama Vogel.Setelah menikah dengan Masako, Tanaka selaku ayah mertua Awuy memintanya melanjutkan pengelolaan Vogel Youth Hostel. Awuy menyanggupi. Apalagi, setahun setelah pernikahannya, perusahaan konstruksi tempat ia bekerja bangkrut.Awuymenekuni profesinya mengelola Vogel. Karena Vogel adalah bangunan berarsitektur Belanda, ia memfokuskan segmen pasarnya pada orang asing. “Orang asing lebih suka bangunan yang tua dan unik. Kalau orang kita malah takut dengan bangunan tua. Takut penampakan katanya,” tuturnya sambil tersenyum.

KOBARkobari|AKhudiIchtiarT.

Untuk mendongkrak promosi wisata Kaliurang, Awuy berinisiatif menciptakan sensasi Ia membuat ampyang (sejenis makianan tradisional) sepanjang 100 meter, jadah tempe berdiameter lima meter dan wajik seberat satu ton. Usaha itu diberi penghargaan oleh Museum RekorDenganIndonesia.promosi yang telah merambah segmen internasional, Vogel telah menjaring banyak turis asing, yang berimbas pada penerimaan devisa Negara. “Sejak tahun 1983 sampai sekarang, Vogel pernah dijadikan tempat menginap sekitar 700 ribu wisatawan asing.” Namun, Awuy menyayangkan pemerintah yang kurang memperhatikan bangunan-bangunan tua seperti Vogel.

Walaupun wawancara sempat terpotong karena ada orang-orang yang berkepentingan untuk bertemu Awuy, ia tetap menerima kami dengan senyum yang sesekali terukir di wajahnya. Ia meminta maaf dengan sopan bila terpaksa meninggalkan kami sejenak untuk menemui orang lain. Awuy pun menuturkan, ia berharap salah satu dari dua orang putranya berkenan meneruskan pengelolaan Vogel. Ia juga berkeinginan untuk mempertahankan bentuk asli bangunan hostel itu. “Vogel ini sudah berdiri sejak zaman Belanda, saya dan keluarga tetap ingin mempertahankan keaslian bangunannya,” tuturnya mengakhiri percakapan siang itu.q Reportase bersamaWijanarkoSulistyo Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M. EC saat berkhutbah di Stadion Kridosono pada hari raya Idul Adha tahun 2009 lalu (27/11). Belakangan, beliau kembali mencalonkan diri dalam Pemilihan Rektor UII periode 2010 - 2015.

Menilik dari hasil jajak pendapat, mayoritas diantaranya bahkan tak mengenal para caleg. Hanya sedikit dari responden yang mengenal para caleg. Yang menarik, hampir seluruh mahasiswa mengaku tidak mengetahui dan merasa tidak terwakili dengan visi dan misi para caleg. Berapa yang merasa terwakili aspirasinya dengan visi dan misi para caleg? hanya 14,6 persen. Jumlah yang tak jauh berbeda dengan kuantitas responden yang mafhum dengan visi misi para politisi kampus. Hasil jajak pendapat ini tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat seluruh populasi.qTim Litbang HIMMAH

Dari data yang dikumpulkan tim Litbang HIMMAH, sebagian besar mahasiswa mengetahui adanya Pemilwa, namun masih terdapat sejumlah responden yang tidak tahu.

Grafik 1 Tahu atau tidak tahukah Anda tentang penyelenggaraan Pemilwa?70,7persen responden menyatakan tahu 29,1 persen responden menyatakan tidak tahu Grafik 2 Ikut atau tidak ikutkah Anda dalam tahap pencoblosan pemilwa?35,4persen responden menyatakan ikut 64,4 persen responden menyatakan tidak ikut Grafik 3 Kenal atau tidak kenalkah Anda dengan calon legislatif mahasiswa?26,2persen responden menyatakan kenal 76,8 persen responden menyatakan tidak kenal

Pada 23-25 November 2009 yang lalu, KPU mengadakan Pemilihan Wakil Mahasiswa (Pemilwa) 2009-2010. Sehubungan dengan ini tim Litbang HIMMAH mengadakan jajak pendapat yang bertujuan untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap adanya pemilwa tersebut. Responden adalah mahasiswa UII dari semua fakultas dan beragam angkatan dengan n = 500. Metode yang digunakan adalah accidental sampling dengan sampling error sebesar 4,4 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

KOBARKOBARI EDISI 140 // XIII // JANUARI 2010 

Tak Kenal Maka Tak Sayang infografis M. Robby S. / KOBARkobari

Grafik 4 Terwakili atau tidak terwakilikah aspirasi Anda dengan visi misi para caleg? 14,6 persen responden menyatakan terwakili 85,4 persen responden menyatakan tidak terwakili Grafik 5 Tahu atau tidak tahukah Anda dengan visi misi para caleg? 18,2 persen responden menyatakan tahu 81,4 persen responden menyatakan tidak tahu

Pun dengan tingkat partisipasi, sebagian besar enggan menggunakan hak pilihnya. Hanya sekitar sepertiga dari jumlah responden saja yang ikut memberikan suara.

KOBARKOBARI EDISI 140 // XIII // JANUARI 20102

T. Ichtiar Khudi A. | KOBARkobari

Oleh : Anugerah I.R. Paputungan Kampus Terpadu, Kobar Di selatan masjid Ulil Albab, dua orang pria dengan seragam satuan pengaman berjaga di sebuah posko dan pintu gerbang. Tak sembarang orang boleh melewatinya. Di baliknya, galian berukuran 24 x 24 meter dengan kedalaman tiga meter menganga di areal tersebut. Ada 33 orang yang terdiri dari 20 pekerja dan 13 orang tim teknis terlihat sibuk. Ada yang memindahkan tanah hasil galian, ada yang memasang tali pembatas dan ada yang siap mendokumentasikan temuan. Di lahan tersebut sedianya akan dibangun perpustakaan internasional Universitas Islam Indonesia. Namun sejak ditemukannya reruntuhan bangunan yang diduga candi 11 Desember silam, pembangunan yang baru berupa penggalian fondasi urung dilanjutkan. Sebagai gantinya, tim ekskavasi yang di dalamnya terdapat empat orang arkeolog dibentuk oleh Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Jogjakarta untuk mengungkap temuan tersebut. Situs ini kemudian diberi nama situs Kimpulan sesuai dengan penamaan berdasarkan penyebutan tata administrasi. Hingga 13 Januari, ekskavasi telah memasuki tahap kedua, yaitu untuk mengetahui tinggi bangunan dan lapisan budaya. Hal ini disampaikan Indung Panca Putra, selaku Ketua Tim Ekskavasi Situs Kimpulan. Menurut Indung, ekskavasi tahap II ini direncanakan berlangsung hingga 20 Januari. Namun ia belum bisa memastikan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengungkap seluruh bangunan candi. Saat ini, BP3 telah memastikan situs kimpulan merupakan candi agama Hindu. Ditemukannya arca ganesha, nandi dan lingga yoni menjadi dasar kesimpulan tersebut. Berdasarkan teori, candi agama Hindu umumnya terdiri dari satu candi induk dan tiga candi perwara atau sebaliknya. Namun di situs Kimpulan, BP3 mengidentifikasi satu candi induk dan satu candi perwara. Perwara adalah candi pengiring yang biasa ditemukan pada candi agama Hindu. BP3 juga sedang berupaya untuk mengetahui lapisan budaya, atau lapisan tanah yang menjadi pijakan masyarakat pada masa itu. Namun Indung dapat memastikan temuan tersebut dibangun pada abad 9-10 Masehi. “Saya pribadi memperkirakan situs ini punya nilai sejarah yang tinggi,” tegasnya. Ia pun mengaku selama proses ekskavasi, BP3 selalu berkoordinasi dengan pihak UII. Terkait pembangunan perpustakaan, Indung mengaku telah mendapat informasi dari pihak universitas, bahwa pembangunan perpustakaan akan direlokasi. “Sudah ada pembicaraan dengan rektor dan badan wakaf,” ujarnya. Namun untuk penguasaan situs, ia mengaku belum ada pembicaraan yang mendetil. Berdasarkan UU No.5 tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya, pihak perorangan maupun swasta dapat memilikinya, asal tidak bertentangan dengan fungsi dan pemanfaatannya. Namun untuk pengelolaan menjadi tanggung jawabDitemuinegara.di ruang kerjanya, Edy Suandi Hamid, Rektor UII angkat bicara. “Ada dua opsi. Kita menyerahkan pada negara dan mendapatkan ganti, atau kita yang mengelolanya,” tegasnya. Namun Edy mengaku tak mempermasalahkan kedua opsi tersebut. Ia pun menyambut baik jika nanti dijadikan objek wisata, hal ini membantu dalam hal promosi. Terkait relokasi pembangunan perpustakaan, Edy mengaku UII masih memiliki lahan, sehingga memungkinkan relokasi. Namun ia menyerahkan sepenuhnya kepada Badan Wakaf. Arca Ganesha yang ditemukan tim ekskavasi di situs Kimpulan, Senin 28 Desem ber 2009. Hingga saat ini proses penggalian masih terus dilakukan untuk mengung kap keseluruhan struktur situs Kimpulan.

Sebuah candi ditemukan di lokasi pembangunan perpustakaan UII. Situs ini diduga memiliki nilai sejarah yang tinggi. Siapa yang akan mengelola?

Siapa Punya Situs di Kampus

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Buletin KOBARKobari Edisi 140/XIII/Januari 2010 - Pemilwa Sepi Pemilih by LPM HIMMAH UII - Issuu