Edisi 135 | Tahun Ke-12| Juli 2009 e-mail : himmah_media@mailcity.com, sites : himmah.co.cc Ke-12|Juli 2009
Dana hibah penelitian dari luar institusi kampus banyak ditawarkan pada dosen dan mahasiswa UII, jumlah yang ditawarkan pun tidak sedikit. Bagaimana mereka memanfaatkan kesempatan ini? Oleh: Wening Fikriyati Feris mengatakan bahwa pemotongan dana hibah tersebut hanya untuk dana penelitian di atas 20 juta. “Kalau di bawah itu, tidak.” tambah Feris. Selain itu Feris juga menjelaskan bahwa dana itu digunakan untuk proses pembinaan dosen-dosen dalam melakukan penelitian. “Itu kebijakan yang sudah lama, setiap kali penandatanganan kontrak pasti disosialisasikan” jelas Feris. Kontrak tersebut tercantum dalam Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian yang ditandatangani antara DPPM dengan dosen yang proposalnya disetujui oleh pemberiTerkaitdana.minat dosen di UII yang masih rendah, Fuad Nashori berpendapat bahwa seharusnya penelitian itu menjadi prioritas dosen, selain mengajar dan mangabdi pada masyarakat. “Pada kenyataannya dosen tidak menjalankan fungsinya untuk meneliti.” jelas Fuad. Bagi Fuad jumlah sks yang dibebankan pada dosen untuk mengajar juga tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak meneliti. “Menurut saya komitmen
Kampus Terpadu, Kobar Dana hibah penelitian eksternal yang didapat UII mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Mulai tahun 2005 yang berkisar 500an juta, kemudian tahun 2006 meningkat sampai 700an juta dan tahun 2007 dana yang diraih mencapai 1,5 milyar rupiah. Sedangkan tahun 2008 yang lalu dana hibah yang masuk ke Departemen Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) UII sebesar 2 milyar rupiah. “Prediksi tahun 2009 kita bisa sampai 3 milyar” tutur Feris Firdaus dari bidang penelitian DPPM UII. Dana tersebut berasal dari Direktorat Jendral Perguruan Tinggi (Dikti), Kementrian Negara Riset dan Teknologi (Ristek), Indonesia Toray Science Foundation (ITSF), maupun dari pihak industri seperti Semen Tiga Roda danPeningkatanIndofood. dana hibah penelitian yang diperoleh ini juga diiringi dengan adanya peningkatan jumlah tim dosen yang mengikuti penelitian. “Dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan dari sekitar 10 tim menjadi sekitar 20 tim.” Ujar Feris. Akan tetapi jumlah tim tersebut masih tergolong kecil. Jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan dosen yang ada di UII, maka persentase yang meneliti baru sekitar 15-20 persen yaitu sekitar 20-40 orang. Hal ini diakui Feris tidak hanya terjadi di UII, akan tetapi di semua perguruan tinggi di Indonesia. “Karena budaya bersaing kita masih kurang.” Lanjut Feris Dosen Komunikasi, Muzayin Nazaruddin juga mengatakan bahwa minat penelitian dosen-dosen UII secara umum masih rendah. “Penyebabnya bisa jadi memang iklim akademisnya yang belum terbentuk.” Selain itu kebijakan institusi dinilai Muzayin kurang mendukung penelitian. Misalnya kebijakan dalam hal dana penelitian, peneliti harus menyerahkan fee institusi sebesar 5 persen kepada DPPM. Muzayin merasa bahwa pemotongan dana hibah penelitian dosen tersebut harus jelas transparansinya. Saat dikonfirmasi,
T. Ichtiar Khudi A. | KOBARkobari
Melirik Dana Hibah Penelitian


dengan Fuad, Farham Shaleh juga berharap ada regulasi yang jelas untuk ‘memaksa’ dosen melakukan penelitian. Memang dosen teknik kimia ini belum pernah mengajukan penelitian, akan tetapi Farham memilih untuk aktif menulis karya ilmiah berupa jurnal. “Kalau saya harus meneliti langsung di masyarakat, saya berat.”Ujar Farham. Alasan Farham untuk tidak meneliti lebih karena usianya yang sudah tidak muda lagi. “Padahal penelitian itu kan hasilnya untuk jangka panjang.” Lain halnya dengan yang terjadi di Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI). Penelitian yang berkaitan dengan dana hibah yang dikelola DPPM memang tidak banyak. Bahkan berdasarkan data dari DPPM terkait penelitian-penelitian yang mendapat dana dari Dikti dan Ristek, sejak 2003-2008 hanya ada 1 dosen dari FIAI yang mendapatkannya “Sebenarnya penelitian-penelitian yang berhubungan dengan keagamaan sangat kecil, lebih banyak pada ilmu terapan. Peluangnya sangat kecil.” Tutur Ahmad Darmadji. Dosen Pendidikan Agama Islam ini mengatakan bahwa dana hibah penelitian eksternal yang diraih oleh dosen-dosen FIAI lebih banyak bersumber dari Departemen Agama (Depag), dan prosedurnya tidak melalui DPPM. Penelitian Mahasiswa Selain dosen, dana hibah penelitian yang diterima mahasiswa pun mengalami peningkatan. Hal ini seiring bertambahnya proposal penelitian yang diterima oleh Dikti. “Ada peningkatan 3 tahun terakhir ini” tutur Sugeng Indardi dari Direktorat Kemahasiswaan UII. Pada tahun pertama ada 4 proposal yang disetujui dananya oleh Dikti melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), kemudian tahun kedua meningkat menjadi 17 proposal, dan tahun ini yang lolos mencapai 24 proposal. Berbeda dengan dosen, dana penelitian eksternal yang didapat oleh mahasiswa hanya berasal dari Dikti. “Dari Dikti tiap tahun 6 jutaan” kata Sugeng menambahkan. Meskipun mengalami peningkatan jumlah ini juga masih dinilai kecil, mengingat jumlah mahasiswa yang ada di UII mencapai ribuan orang. “Dibanding UGM masih jauh, jika dilihat dari banyaknya proposal yang diajukan.” tutur Sugeng. Tahun 2009 proposal PKM dari UGM yang dananya disetujui oleh Dikti sebanyak 196 proposal. Menurut Rieska Devy Ambarsari, jumlah penelitian mahasiswa yang masih sedikit salah satunya disebabkan oleh kurangnya sosialisasi. “ Mereka tu gak ngerti karena sosialisasinya yang kurang. Harus mengorbankan waktu juga.” Ujar mahasiswi psikologi 2008 ini. Menurutnya sosialisasi pada mahasiswa harus ditingkatkan, hadiah dibuat semenarik mungkin agar lebih mendorong mahasiswa, dan jurnal-jurnal yang memadai disediakan agar dapat Iskandar, Siti Maemunah, Flaury Calista. PITA: Paramanandana A., Nurul Nur Endah. PSDM: Rama Pratyaksa, A. Pambudi W., Arrofin Damaswara, M. Bachtiar R., Adib Nur S. Jaringan Kerja: Sigit Pujiatmojo, Wahyu Septianti, Dwi Kartika Sari. Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa HIMMAH Universitas Islam Indonesia Alamat Redaksi: Jln. Cik di Tiro No.1 Jogjakarta. Telp (0274) 3055069, 085643830277 (Mona, Iklan/Perusahaan), saran dan kritik melalui email: pers_himmah@lycos. com, himmah_media@mailcity.com.www.himmah.co.cc.
Tekad baru, semangat baru. Itulah yang dirasakan segenap pengurus Lembaga Pers Mahasiswa HIMMAH. 17 juni 2009, tongkat kepemimpinan resmi beralih dari Anugerah Pambudi kepada M. Jepry Adisaputro. Awak HIMMAH pun mengalami peningkatan dari segi kuantitas. Tercatat, 22 orang personil baru yang sebelumnya menempuh proses pemagangan selama enam bulan, resmi dilantik menjadi pengurus. Melengkapi 23 orang dari periode sebelumnya. Edisi kali ini, KOBARkobari menyoroti dana hibah penelitian, yang setiap tahunnya terus bertambah. Tercatat, tahun 2008 nilainya bahkan mencapai 2 milyar rupiah. Walaupun pada kenyataannya, hal ini tidak sebanding dengan proposal penelitian yang masuk di Departemen Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM), baik dari mahaiswa maupun dosen. Iklim akademis yang belum terbentuk, sosialisasi yang kurang, hingga belum adanya regulasi yang jelas diduga menjadi penyebabnya.
rasional 15% (waktu yang harus digunakan untuk mengajar) dari 40 jam yang ada di kampus ini, sisa 10 jam per minggu kalau komitmennya tinggi Insya Allah bisa digunakan untuk meneliti.” lanjut Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya ini. Ke depannya Fuad berharap dosen merencanakan karir sebaik-baiknya, dan institusi juga sebaiknya bisa membuat sistem yang mewajibkan dosen untuk meneliti.Senada
Lain lagi dengan Latihan Kepemimpinan Islam Dasar (LKID), format baru yang dirancang Direktorat Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam (DPPAI) berupa pesantrenisasi ini telah berjalan hampir satu tahun. Namun transparansi penggunaan dananya masih dipertanyakan. KOBARkobari meliputnya untuk anda. Tak lupa, kami mengharapkan partisipasi aktif dari pembaca, baik berupa saran dan kritik yang dapat dikirimkan ke alamat redaksi. Semoga KOBARkobari selalu menjadi penyambung lidah bagi mahasiswa. Tabik. menunjang penelitian. Hal senada juga dirasakan oleh Fety Ilma Rahmillah. “ Masih banyak yang belum tahu lho PKM seperti apa.” Mahasiswi jurusan Teknik Industri ini manambahkan, sebaiknya dosen pembimbing tidak sekedar membimbing akademik dalam perkuliahan saja, tetapi juga mengarahkan mahasiswanya untuk penelitian. Salah satu mahasisiwi Akuntansi 2007, Ajeng Lydia, bahkan mengatakan bahwa memang belum banyak dosen yang menginformasikan peluang-peluang penelitian untuk mahasiswa. “ Selama ini baru 1-2 dosen yang menginformasikan di kelas.” Jelasnya. Mahasiswi yang biasa disapa Ajeng ini berpendapat, ajakan dosen bisa lebih memicu semangat mahasiswa untuk melakukan kegiatan penelitian, dibanding sosialisasi lewat pamflet saja. Selain sosialisasi yang kurang, memang dari mahasiswa sendiri ada yang tidak berminat pada kegiatan penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah. Eko Bayu Firdaus misalnya. Mahasiswa Teknik Elektro 2007 ini lebih menyukai diskusi dari pada kegiatan penelitian. Demikian pula yang terjadi pada Anugrah Akbar, mahasiswa Psikologi 2006. Meskipun keduanya belum pernah mengikuti kegiatan penelitian mahasiswa, mereka berpendapat bahwa selama ini memang publikasi kegiatankegiatan tersebut kurang memancing mahasiswa untuk mengikutinya. “ Belum ada tindakan kongkrit yang besar, baru seminar-seminar kecil sehingga kurang menstimulus mahasiswa dalam mengikuti penelitian.” Tutur Bayu. “Publikasi dari pihak fakultas lebih digembor-gemborin lagi.” Tambah Anugrah. q
KOBARKOBARI EDISI 135 // XII // JULI 20092 Dewan Redaksi: M. Jepry Adisaputro , Nurcholis Abrar . Pemimpin Redaksi: Anugrah Ikhlas R. P. Sekretaris Redaksi: Nashihatul Ulya. Redaktur Foto: Setiyaji Widiarto. Staf Redaksi: Arya Nugroho, Irene Laksminingtyas, Wening Fikriyati, Lufty Z, Bayu Hernawan, Rini D. P., Hidayat, Sulistyo Wijanarko, Amalia Istighfarah. Fotografer: Taufiq Iqbal, Ferdi Chahyadi, Rizqy H. Muiz, Yunanda, Romzi Aldino, Randy Purwo Sasongko, Ahmad Ikhwan Fauzi, T. Ichtiar Khudi A. Penelitian dan Pengembangan: Yudi Kurniawan, Rahmi Utami Handayani, Rina Sari Utami. Rancang Grafis: Indira Prydarsini, M. Yopa Velda, Arie Fatwaturrahman, Dyah Andayani, M. Robby S. Perusahaan: Ricky Riadi



KOBARKOBARI EDISI 135 // XII // JULI 2009 3
Kampus Terpadu, KOBAR Pengelolaan keuangan kegiatan LKID ditangani oleh Rektorat UII. Laporan keuangan LKID tidak dapat dilakukan sampai kegiatan tersebut selesai. “Pemasukan dan pengeluaran dalam LKID dan pembinaan keagamaan di Rusunawa belum ada evaluasinya karena secara keseluruhan kegiatan belum selesai,” ungkap Eskar Trimurti Ketua Bagian Keuangan Rektorat UII. Kegiatan pembinaan keagamaan di Rusunawa bersifat wajib. Tiap mahasiswa dikenakan biaya 450 ribu rupiah. Mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini berjumlah 3200 mahasiswa. Pada angkatan 2008 jumlah pemasukan sekitar 144 juta rupiah, sedangkan sisa pemasukan diperkirakan 47 juta rupiah. Apabila terdapat sisa dalam pemasukan, maka dana tersebut akan dikelola oleh rektorat yaitu Bagian Kemahasiswaan.Pembinaan keagamaan di UII dilaksanakan melalui program kurikuler dan non kurikuler. Program non kurikuler terdiri dari materi LKID dan Orientasi Nilai Dasar Islam (ONDI). Selain itu ada program kurikuler, yang merupakan Mata Kuliah Kepribadian (MPK) Agama. MPK Agama terdiri atas empat mata kuliah wajib yang berlaku di semua fakultas. “Akidah, Ibadah Akhlak, Studi Kepemimpinan Islam, Pemikiran dan Peradaban Islam merupakan keempat mata kuliah wajib tersebut,” ungkap H.M Muslich. Direktur Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam (DPPAI) berwewenang dan bertanggung jawab menangani LKID dan pembinaan keagamaan. Direktur DPPAI juga sebagai koordinator mata kuliah agama yang bertugas menata mata kuliah agama sesuai visi, misi dan tujuan UII. Pemateri berasal dari dosen UII yang memiliki pemahaman di bidangnya dan berkaitan dengan materi yang diberikan.
Transparasi Dana LKID
Oleh Rini Dian Pratiwi dan Flaury Callista Penggunaan dana kegiatan Latihan Kepemimpinan Islam Tingkat Dasar (LKID) belum bisa dilaporkan sebelum kegiatannya selesai. “Pemateri dari dosen Fakultas Ilmu Agama maupun fakultas umum yang mempunyai kemampuan tersebut, seperti dari Fakultas Ekonomi, MIPA, Psikologi, Teknik Industri, tetapi mayoritas pematerinya berasal dari FIAI, karena lebih berkompetensi,” ungkap HM. Muslich selaku Direktur DPPAI. Ia juga mengatakan biaya untuk pemateri sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh panitia, jika pemateri datang pada malam hari biayanya sebesar 150 ribu rupiah sedangkan siang hari hanya 100 ribuUntukrupiah. pertama kalinya, pada angkatan 2008 LKID dan Rusunawa diadakan selama sepuluh hari, sedangkan pada angkatan sebelumnya kegiatan ini berlangsung hanya dua hari. “Perubahan ini terjadi setelah mengikuti penelitian kajian dan hasil evaluasi dari tahun ke tahun,” ujar HM. Muslich. Selama sepuluh hari itu diharapkan pengetahuan agama mahasiswa lebih meningkat dan fokus sehingga menghasilkan out put yang maksimal. Mahasiswa dilatih mempraktekkan ajaran agama terkait dengan ibadah secara keseluruhan dan kegiatan mereka diawasi. Kegiatan keagamaan di Rusunawa ternyata juga mengundang pro dan kontra dikalangan mahasiswa UII, khususnya angkatan 2008.RRRR Seperti yang di ungkapkan oleh Yan Ardiansyah Akbar mahasiswa Jurusan Akuntansi 2008 ini mengatakan, “Menurutku sih enggak mahal-mahal banget tapi fasilitasnya kurang memuaskan.” Berbeda dengan Yan Adiansyah, Juwita Rakhmawati mahasiswi pendidikan dokter angkatan 2008 turut memberikan komentar. Menurutnya, biaya yang dikenakan dalam LKID sesuai dengan fasilitas yang disediakan. Lebih lanjut, Juwita merasa perlunya laporan penggunaan dana terkait hal ini,“Dana yang digunakan mahasiswa aja harus dilaporkan, apalagi yang digunakan pihak rektorat”, ujarnya. Lain pula halnya dengan Asep Saifurohman mahasiswa Jurusan Manajemen 2008, “Saya menyetujui adanya program LKID dan Rusunawa tersebut, biaya yang dibayarkan guna program tersebut juga tidak terlalu mahal,” ungkapnya. Anisa Puspita Putri mahasiswa Jurusan Manajemen 2008 mengatakan, “Biaya yang dikeluarkan untuk LKID sangat mahal, dan dampaknya untuk aku biasa aja, malah menyiksa. Soalnya nggak biasa sih, tidur cuma dua sampai tiga jam.” Ternyata tidak semua mahasiswa menyetujui adanya kegiatan ini. Harapan kedepannya akan ada evaluasi, sehingga tidak ada pihak yang nantinya merasa dirugikan. Kegiatan LKID juga melibatkan Bagian Sarana dan Prasarana Rektorat UII. Menurut Sumadi sebagai Ketua Bagian Sarana dan Prasarana, pihaknya hanya mengajukan proposal ke DPPAI dan Bagian Keuangan. “Apabila tidak layak, tidak diberikan uang,” ungkapnya. Bagian Sarana dan Prasarana menangani masalah logistik, transportasi, angkutan, pengobatan, dan kebersihan. q
Redaksi menerima saran, kritik dan masukan dalam bentuk surat pembaca. Surat dapat dialamatkan di email HIMMAH, himmahmedia@mailcity.com atau langsung diserahkan ke kantor HIMMAH di Jalan Cik Ditiro no. 1,Yogyakarta

MelacakSoreDimana
Santai
KOBARKOBARI EDISI 135 // XII // JULI 2009
Ikan Arie Fatwaturrahman | KOBARkobari T. Ichtiar Khudi A. | KOBARkobari



KOBARKOBARI EDISI 135 // XII // JULI 2009 5 bukanCode,....sekedar sungai,.... bukan sekedar lintasan air yang bermuara,.... -Code,....MarisaksisaksiCode,...adalahadalahadalahCode,.....ciri,...teman,...panggung,...bisuberbagaiaktivitas,...berbagaikesuksesan,...lestarikan,...T.IchtiarKhudiA.Di MelintaskanAwasi Pisang Sisi Lain Guna Sungai T. Ichtiar Khudi A. | KOBARkobari T. Ichtiar Khudi A. | KOBARkobari KOBARkobariF.IkhwanA.





Kampus terpadu, kobar “Dana kemahasiswaan? Wah nggak tau mas,” ujar Reni Resapri, mahasiswa Teknik Informatika 2008. Dua semester mengenyam pendidikan di Universitas Islam Indonesia (UII), Reni mengaku tak mengetahui adanya dana kemahasiswaan berikut penggunaannya. Ia bahkan baru mengenal istilah ini ketika ditemui KOBARkobari di kampus terpadu. Begitu pula Rini Sulistyawati, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) juga tidak mengerti dana tersebut. Ia bahkan bingung kemana harus bertanya untuk menjawab keingintahuannya. Yurika mahasiswa 2002 yang kini sedang menempuh profesi apoteker, hanya mengetahui penggunaan dana mahasiswa sebatas untuk pemilwa dan orientasi mahasiswa. “Nggak tahu secara pasti sih,” tuturnya. Menurutnya, Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM) harus bersikap terbuka terhadap penggunaan dana tersebut. Pendapat ini juga disampaikan Rizki Prima Atmaja mahasiswa Akuntansi 2006, ia menilai DPM seharusnya melakukan transparansi keuangan mulai dari pemasukan hingga pengeluaran.Mengenai kurangnya informasi mahasiswa terkait penggunaan dana milik mereka, M. Ista’addi Wisudawan selaku ketua komisi III DPM Universitas yang menangani keuangan, angkat bicara.
T. Ichtiar Khudi A. | KOBARkobari
“Terkait transparansi, Addi menolak kalau DPM yang lebih bertanggung jawab. Menurutnya, Dewan Perwakilan Mahasiswa tingat fakultas (DPM F) lah yang seharusnya berperan penting. Hal ini terkait dengan posisi DPM F yang dinilai lebih memiliki kedekatan dengan mahasiswa.ZufalAbdillah, Ketua Komisi II Fakultas Psikologi Sosial Budaya (FPSB)
KOBARKOBARI EDISI 135 // XII // JULI 2009
Sejumlah mahasiswa mengaku tak mengetahui perihal dana kemahasiswaan. Mulai dari pengertian, hingga penggunaannya. Bagaimana transparansinya?
Gedung Student Convention Center UII di jalan Kaliurang km. 22 yang ditargetkan akan selesai dalam waktu 3 tahun hingga sekarang masih dalam proses pembangunan. Gedung ini adalah salah satu dari penggunaan dana abadi Keluarga Mahasiswa.
Dia yang nantinya meng-upload.
“Untuk laporan keuangan semuanya ada. Soal transparansi dana, kami bersikap aktif dan pasif. Aktif melalui uii.ac.id, dan pasif yaitu kami membuka pintu bagi mahasiswa. Yang ingin tahu, silakan datang ke kantor,” ujarnya.
Namun setelah dikroscek KOBARkobari, transparansi yang dimaksud Addi tak ditemukan di website UII. “Saya rasa ini tanggung jawab Sekjen, karena seluruh LPJ dikumpulkan ke Sekjen.
Oleh Anugerah I. R. Paputungan dan Bayu Hernawan Kemana Dana Kemahasiswaan


Dwi
| KOBARkobari
WWW.HIMMAH.CO.CC menolak tegas pernyataan Addi. “Menurut saya, seluruh komisi keuangan yang bertanggung jawab, baik fakultas maupun universitas, walaupun memang kami di fakultas lebih dekat dengan mahasiswa,” tegasnya. Lebih lanjut, Zufal mengakui transparansi dana kemahasiswaan, khususnya di FPSB memang belum optimal. Ia bahkan bersedia bekerja sama dengan lembaga pers mahasiswa terkait hal ini. Setali tiga uang dengan Zufal, Ketua DPM Fakultas Teknologi Industri, Novril Irwansyah Pohan justru mengaku sikap apatis dari mahasiswa yang menjadi kendala utama. Ia mengaku tak pernah mendapat pertanyaan dari mahasiswa menyangkut transparansi dana. Inilah yang konon membuat DPM FTI bersikap pasif. Hal yang sama disampaikan oleh Addi, ia menilai sikap acuh tak acuh ini yang akhirnya membuat dirinya mengambil sikap yang sama. Addi berasumsi metode ini efektif, “Karena belum ada mahasiswa yang komplain “, tambahnya.Danakemahasiswaan adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan mahasiswa setiap angsuran SPP. Nominalnya berbeda-beda. Untuk angkatan 2006 dan sebelumnya, 30 ribu rupiah harus direlakan untuk setiap tahun. Lain halnya dengan angkatan 2007, untuk mahasiswa angkatan ini, dikenakan 40 ribu rupiah. Sedangkan untuk angkatan 2008 diwajibkan membayar 45 tibu rupiah. Jumlah total keseluruhan
KOBARKOBARI EDISI 135 // XII // JULI 2009
akan disalurkan pihak rektorat untuk seluruh lembaga yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa UII (KM UII), melalui DPM UII. Dalam penggunannya, DPM mengklasifikasikan menjadi tiga jenis. Dana operasional yang dibagikan ke setiap lembaga per triwulannya, dana taktis yang nominalnya sepuluh persen dari jumah total, dan dana abadi yang merupakan sisa dari dana operasional dan taktis, yang kebijakan penggunaannya diatur oleh DPM Universitas. Menyangkut dana abadi yang pengelolaannya diatur oleh DPM, Addi memberi penjelasan. Menurutnya, dana abadi tetap digunakan untuk kepentingan KM UII, walaupun kebijakan pengambilan keputusan ada di tangan DPM, melalui rapat pleno DPM. “Mekanisme seperti ini sudah disosialisasikan kok,” tegas mahasiswa yang kini menempuh pendidikan profesi advokat ini. Ia menyebut Student Convention Centre (SCC) dan mobil DPM sebagai contoh penggunaan di periode sebelumnya. Ditanya mengenai jumlah dana abadi, ia sontak menjawab, “Karena belum pernah digunakan untuk periode ini, saya kurang tahu jumah pastinya, belum ter-cover jelas. Akhir periode kemarin sekitar 73 (juta).” Dimintai konfirmasi mengenai hal ini, Ketua komisi III DPM Fakultas Kedokteran, M. Kharisma ikut memberikan komentar. Berdasarkan pengakuannya, sejauh ini Kharisma merasa belum pernah menerima
sosialisasi yang dimaksud. Namun Kharisma tidak menutup kemungkinan kalau dirinya yang kurang mendapat informasi dari DPM U, menyangkut sosialisasi yang biasanya menggunakan surat tertulis maupun rapat. Dihubungi via telepon, Gatot Wahono selaku Ketua Komisi III DPM Fakultas Ilmu Agama Islam, juga merasakan hal yang sama. Ia mengaku belum menerima sosialisasi dari DPM, namun Gatot tak mempermasalahkan hal ini, “Toh sudah ada ranah masng-masing,” tegasnya. Lain halnya dengan Hermawan Setyanto, Ketua Marching Band UII ini mengaku kurang paham dengan dana abadi maupun sosialisasinya. Ia hanya mengetahui sebatas penggunaan dana abadi yang dikucurkan untuk pembangunan SCC. Hal ini dikarenakan dirinya yang baru menjabat ketua MB. Hal yang berbeda diungkapkan Hafidh Fahmi, Ketua Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Unisi. Fahmi mengaku merasa belum jelas dengan sosialisasi yang dimaksud Addi. “Saya kurang jelas, apakah yang dimaksud sosialisasi itu melalui Sidang Umum (SU), atau melalui rapat dan surat tertulis. “ tuturnya. Fahmi menambahkan, pembahasan dana abadi memang dilakukan dalam SU. Mengenai sosialisasi dalam bentuk rapat dan surat tertulis, ia berkomentar singkat, “ Nggak tau juga ya, mungkin ada tapi saya sudah lupa “ ujarnya. q Kartika Sari

KOBARKOBARI EDISI 135 // XII // JULI 2009


