Leaders Magazine Volume 3: "Inklusivitas Digital di Industri Kesehatan"

Page 1

Inklusivitas Digital di Industri Kesehatan

Leaders: Release Volume 3 October 2021


Hello, We are LEADERS

T

hird time’s a charm. Usaha dan keberuntungan selalu berjalan beriringan, dua hal tersebut membawa kami pada edisi ke-3 ini. Mengangkat tema Digital Inclusivity, Leaders berusaha untuk memberikan perspektif dan peluang bagi pembaca untuk memahami bagaimana digitalisasi sangat berperan dan memberikan pengaruh di era ini. Seperti hidup yang harus terus bergerak dan beradaptasi, tim redaksi Leaders mencoba untuk melihat proses digitalisasi dari berbagai sektor, terutama sektor kesehatan yang menjadi sektor penopang di masa pandemi. Leaders masih memiliki banyak ruang pada masukan dan kontribusi baik bagi keberlangsungan majalah ini. MM Leaders, mari bersama membangun sarana ini menjadi salah satu bentuk ekspresi diri dan menggali potensi bersama! Selamat menikmati hasil dari proses dan usaha bersama ini, semoga teman-teman yang membaca pada layar kaca atau menggenggam majalah ini dalam bentuk fisik selalu dalam keadaan baik.

Salam hangat, Tim Redaksi Leaders

Supported by:

Leaders Magazine Sekertariat MMSA Gd. MM UGM Lt. 3, Jl. Teknika Utara, Yogyakarta, Indonesia 55281


Notes from Board of Directors "Today a reader, Tomorrow a leader". Ungkapan yang dikemukakan Margaret Fuller seorang pegiat perempuan, pendidik sekaligus jurnalis Amerika Serikat (1810-1850) nampaknya tepat bagi MMLeaders dalam menyambut Leaders Magz #3 bertemakan Inklusivitas dan Transformasi Digital. Majalah ini bukan saja sekedar kumpulan alphabetis ataupun kumpulan kata-kata dan kalimat, namun kumpulan ide besar, gagasan besar, dan mimpi besar mahasiswa MM Kampus Yogyakarta yang saat ini sebagai penulis maupun pembaca, namun kelak akan menjadi pemimpin-pemimpin di bidangnya. Saya sangat berbahagia menjadi teman diskusi dari teman-teman Leaders Magz dan MMSA sekaligus sangat bangga terhadap daya cipta dan daya kreasi ini. Teruslah bermimpi lalu tulis, potret, lukis dan tuangkan dalam kanvas bernama Leaders Magz. Jabat erat,

Bayu Sutikno, Ph.D. Deputy of Academics

Notes from CEO MMSA 10.0

“It is not the strongest of the species that survive, nor the most intelligent, but the one most responsive to change” - Charles Darwin. Sudah satu setengah tahun kita hidup berdampingan dengan pandemi. Bertemu suka, duka, namun tetap semangat menjalani hari. Salam hangat bagi semua yang masih bertahan hingga saat ini. Pada volume ketiga kali ini, leaders mengajak teman-teman sekalian untuk memahami pentingnya terus beradaptasi dengan kondisi. Semoga leaders boleh memberikan tambahan persepsi yang dapat membantu teman-teman dalam meningkatkan diri. Terima kasih untuk teman-teman di balik layar yang berkolaborasi untuk menyukseskan volume kali ini. Terima kasih untuk waktu, tenaga dan segala hal yang dicurahkan hingga terbitnya edisi ini. Kami sadar akan tidak adanya kesempurnaan, maka semoga segala kekurangan yang ada, tidak menghalangi kita semua untuk berhenti berekspresi. Sekali lagi, semoga ini dapat bermanfaat bagi kita semua, tetap sehat dan tetap semangat menggapai mimpi.

Alberta Emilia CEO MMSA 10.0


5 PILAR Transformasi Digital di Industri Akuakultur, JALA Integrasikan Sistem Manajemen Budidaya Udang dengan IoT

Cont 15 ULAS Guncang Penatmu, Rayakan Ekspresimu di #VirtuFest2021!

29

9 TRAVELING Lebih Dekat dengan Kota Tua di Yogyakarta: Virtual Tour Kotagede

SOSOK

19 SOROTAN Inklusivitas Digital di Industri Kesehatan

Edy Suranta Ginting: Buah Cinta pada Lingkungan Lewat Karya dan Edukasi


ents

47 POINT OF VIEW

37 33 LIFESTYLE

Do EdTech Startups Bring Less Interaction Among Students?

KOLOM ALUMNI Mengulik Peran Product Marketing Manager bersama Yoga Prasetyo

Raising Livestock at the Backyard

49 42 KULINER Everplate: Mencapai Efisiensi Bisnis Restoran Dengan Basis Cloud Kitchen

SASTRA Biarkan Aku


PILAR

Transformasi Digital di Industri Akuakultur, JALA Integrasikan Sistem Manajemen Budidaya Udang dengan IoT Oleh : Arsy Elia Editor : Ayu Diah Narasumber : Syauqy Aziz

B

5

Udang menjadi salah satu komoditas akuakultur Indonesia dengan potensi ekspor yang tinggi. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merencanakan program peningkatan produksi udang mencapai angka 1.290.000 ton pada tahun 2024, harapannya dapat meningkat sebesar 250% selama lima tahun. Namun, perlu diketahui bahwa proses budidaya udang tidaklah mudah. Para petambak udang dituntut untuk selalu memperhatikan kondisi kebersihan kolam agar kesehatan dan nafsu makan udang tetap terjaga. Selain itu, tidak adanya pengawasan kolam tambak yang berbasis data menyebabkan petambak kesulitan mengetahui kondisi kolam yang sebenarnya, apakah siklusnya akan gagal atau berhasil seperti siklus yang sudah diterapkan

Dokumentasi: pribadi (JALA)

“Para petambak udang dituntut untuk selalu memperhatikan kondisi kebersihan kolam agar kesehatan dan nafsu makan udang tetap terjaga.”

erbicara mengenai teknologi memang tidak akan ada habisnya, pembaharuan kerap terjadi seiring dengan penggunaan Internet of Things. IoT berperan dalam pengumpulan data secara terpusat melalui jaringan internet sehingga memudahkan pelaku bisnis ketika menganalisis data, guna memaksimalkan proses produksi, penjualan hingga meningkatkan kinerja pelayanan. Kini perubahan serta adaptasi bisnis semakin mengarah ke digital. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh JALA, salah satu perusahaan rintisan asal Yogyakarta yang menerapkan sistem IoT untuk manajemen budidaya udang.


PILAR sebelumnya. Kesulitan tersebut dialami oleh Aryo Wiryawan yang memiliki tambak di Purworejo, Jawa Tengah. Beliau menjadi salah satu inisiator JALA pada tahun 2015. Bersama tim JALA lainnya termasuk Liris Maduningtyas selaku CEO JALA saat ini, Aryo kemudian mengembangkan sebuah produk yang bernama Blumbangreksa. Blumbangreksa yang kini lebih dikenal dengan nama Baruno, merupakan alat ukur kualitas lingkungan tambak yang dilengkapi dengan empat parameter, yaitu pH, oksigen terlarut, suhu, dan salinitas. Produk ini dikembangkan selama tiga tahun sebelum akhirnya resmi diperjualbelikan. Ketika produk mulai ditawarkan hanya sedikit petambak udang yang tertarik, selain dikarenakan harganya yang mahal, di pasar sudah terdapat banyak produk pengukur kualitas air walaupun alatnya masih terpisah antara pengukur pH, oksigen terlarut maupun suhu. Hasil perbincangan kami bersama Syauqy, Chief of Technology Officer JALA, memberikan kilas balik bagaimana perjuangan tim JALA dalam mengembangkan produknya agar dapat diminati serta

sesuai dengan kebutuhan para petambak. Tahun 2018, JALA melakukan ekspedisi ke petambak udang yang berada di wilayah pesisir Jawa selama dua bulan. Tujuannya untuk melakukan evaluasi model bisnis termasuk pengembangan alat ukurnya. Ekspedisi tersebut memberikan wawasan baru bagi JALA mengenai masalah dan kebutuhan para petambak udang. Pada kenyataannya, mereka masih kesulitan dalam memahami hasil alat ukur JALA sehingga pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan naluri para petambak. Wawasan yang diperoleh JALA akhirnya diterapkan ke dalam pengembangan sistem manajemen budidaya berbasis platform digital yaitu website dan aplikasi mobile. JALA berfokus untuk menciptakan ekosistem manajemen budidaya secara digital dan berbasis data. Baruno yang telah tersambung dengan sistem IoT memudahkan petambak dalam melakukan pemantauan kualitas air tambak dimanapun dan kapanpun. Hal ini dikarenakan hasil pengukuran Baruno secara langsung terhubung dengan sistem JALA melalui sinyal GPRS/GSM.

6


PILAR

Jumlah petambak saat ini sebanyak 9.044 dengan total 16.945 kolam yang menerapkan sistem manajemen JALA di berbagai wilayah dalam negeri maupun luar negeri seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Adanya sistem sewa alat Baruno memudahkan petambak yang ingin menggunakannya tanpa harus mengeluarkan biaya sebesar 27 juta rupiah. JALA menawarkan tiga paket langganan dalam penggunaan platform manajemen budidaya, yaitu Starter, Pro, dan Enterprise.Ketiga paket disesuaikan dengan kebutuhan petambak, yang tentunya memiliki Standard Operating Program (SOP) berbeda da-

7

lam proses budidaya udangnya. Contohnya pada petambak besar, paket Enterprise memberikan kesempatan untuk melakukan kustomisasi fitur khusus hingga visualisasi dan analisis data sesuai kebutuhan dan SOP pertambakan mereka. JALA kembali memperluas pengembangan bisnisnya di tahun kelima saat ini dengan merambah pada trading udang. Keberadaan usaha baru ini akan memperluas kesempatan para petambak, khususnya bagi petambak udang berskala kecil agar dapat terhubung secara langsung dengan pemasok yang lebih besar. Tentunya kesuksesan JALA tidak lepas dari para investor yang diperoleh sejak awal tahun 2018 yaitu Hatch Blue Ltd, 500 Startups, dan Conservation International

Venture. Menjalin kemitraan dengan IDH, Meloy Fund, dan Sustainable Fisheries dilakukan JALA untuk meningkatkan kesadaran sekaligus memperkenalkan digitalisasi manajemen budidaya udang kepada para petambak melalui aplikasi yang telah dikembangkan oleh JALA. Bisnis IoT pada sektor akuakultur tentunya menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah minimnya pengetahuan dan penggunaan teknologi di lingkungan petambak khususnya petambak tradisional. Oleh karena itu, JALA menargetkan segmentasi petambak semi intensif dan super intensif. Perbedaan tipe petambak ini terletak pada ukuran tambak, jenis pakan, produktivitas, dan penggunaan teknologi pada kolam seperti roda pedal, blower, hingga oxy-

Dokumentasi: pribadi (JALA)

Petambak juga dapat memasukkan data secara manual seperti pakan, hasil panen, sampel pertumbuhan hingga parameter lain yang memengaruhi budidaya sehingga mereka dapat mengelola tambak dengan lebih baik. Kumpulan data itu tersimpan di dalam cloud JALA sekaligus terintegrasi dengan sistem yang secara otomatis dan kontinu akan mengolahnya menjadi insight berupa prediksi pertumbuhan, biomassa udang, serta visualisasi grafik data budidaya.


PILAR gen diffuser. Berdasarkan pengalaman nyata, Syauqy merasakan tantangan yang cukup besar terkait bisnis IoT pada sektor akuakultur. “Sulit apabila sistem JALA diterapkan pada petambak tradisional, mayoritas dari mereka bahkan tidak aware terhadap pengukuran. Seringkali mereka justru mempertanyakan kegiatan pengukuran itu sendiri, apakah ada pengaruhnya antara kualitas air terhadap produksi udang. Berbeda dengan petambak semi dan super intensif yang memiliki existing tools berupa alat pengukuran pH ataupun DO yang terpisah sehingga memudahkan proses pergantian ke sistem JALA ini.” Keberadaan perusahaan rintisan lainnya di bidang akuakultur tidak membuat JALA pesimis terhadap model bisnisnya. Syauqy mengatakan bahwa JALA memiliki keunggulan yang mungkin belum dimiliki us-

aha rintisan akuakultur lain, “Dari awal kami sudah berfokus pada sisi produksi dengan sistem manajemen budidaya yang kami buat. Sistem ini memberikan gambaran mengenai kondisi budidayanya seperti apa melalui data di lapangan. Ini menjadi salah satu keunggulan JALA karena memiliki informasi budidaya sehingga mampu memanajemen persediaannya. Selain itu pengembangan fitur trading akan memberikan data mengenai permintaan dan harga udang tersebut.” Oleh karena itu, informasi supply dan demand menjadi peluang yang besar apabila mampu dimanfaatkan secara benar. JALA merupakan perusahaan rintisan yang juga berorientasi pada layanan jasa sehingga customer relationship menjadi hal

utama yang perlu diperhatikan. Kunjungan ke para petambak yang dilakukan oleh tim JALA membuat mereka dapat merespons dan mengetahui lebih awal mengenai kendala ataupun masalah yang dihadapi oleh petambak. Tentunya dari beberapa kondisi yang telah dijelaskan, banyak hal yang perlu diperhatikan dalam menjalankan bisnis. Terutama bisnis berbasis produk teknologi yang tidak mudah dikembangkan bahkan diaplikasikan di lapangan. Syauqy membagikan pandangannya bahwa, “Awalnya kita fokus ke pembuatan produk, tetapi balik lagi ketika produk itu dijalankan sebagai bisnis, kita harus mengetahui bagaimana cara menghasilkan keuntungan dari produk yang dibuat. Prosesnya akan lebih menyenangkan apabila dapat menentukan target beberapa waktu ke depan sehingga bisnis yang dibuat mampu sustain.”

8


TRAVELLING

Lebih Dekat dengan Kota Tua di Yogyakarta: Virtual Tour Kotagede

Yogyakarta merupakan kota sejuta ce rita bagi warganya, maupun orang-orang yang pernah singgah di kota ini. Sebagian besar dari mereka mengakui keistimewaan Yogyakarta, mulai dari keindahan landscape, arsitektur bangunan, kuliner, pendidikan, hingga pariwisatanya. Tak heran, jika daya tarik Yogyakarta salah

9

satunya dapat dilihat dari berbagai macam objek wisata yang ada. Salah satunya adalah objek wisata yang terletak di Kotagede. Kotagede yang terkenal dengan kerajinan peraknya ini, merupakan kota tua yang cukup menarik wisatawan lokal, domestik, maupun internasional. Secara administratif, Kotagede terletak di dua wilayah, y a i t u

Dokumentasi: Instagram @lawangpethuk

Salah satu rumah kalang di Kotagede

Oleh : Eva Latifah P. S. Editor: Tyas Thea


TRAVELLING bangunan dan fungsinya, cara bergaul, serta norma dan nilai yang digunakan saat ini. Salah satu bangunan bersejarah yang menjadi masjid tertua di Yogyakarta adalah Masjid Gedhe Mataram Kotagede. Masjid ini dibangun bersamaan dengan didirikannya Kerajaan Mataram Islam, bersama-sama dengan masyarakat setempat yang umumnya merupakan umat Hindu dan Budha, sehingga gapura masjid menyerupai temKabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta. Walaupun secara administratif terletak di dua kabupaten yang berbeda, tetapi secara kultural Kotagede merupakan wilayah bekas pusat Kerajaan Mataram Islam. Kotagede dibentuk sebagai pusat kerajaan Mataram Islam lebih dari 400 tahun yang lalu. Pendiri pusat kerajaan Mataram Islam, yaitu Ki Ageng Pamanahan dan putranya, Panembahan Senopati. Panembahan Senopati merupakan raja Kerajaan Mataram Islam pertama yang mengabdi dari tahun 1578 hingga tahun 1601. Di sepersepuluh bagian dari masa kekuasaannya, Kotagede berperan sebagai kota pemerintahan. Kotagede menjelma dari pusat ibu kota Kerajaan Mataram Islam menjadi wilayah sub-urban seperti kediaman saudagar kaya, pemukiman pengrajin, pusat gerakan reformasi keagamaan, daerah tujuan wisata, dan destinasi peziarah. Jika diselisik lebih lanjut, banyak dari bagian Kotagede yang merupakan peninggalan benda, seperti situs bersejarah, bangunan kuno, prasasti dan sebagainya. Banyak peninggalan periode lalu yang masih dapat dijumpai, tetapi beberapa peninggalan itu mengalami perubahan di masyarakat. Perubahan tersebut berupa inovasi dan modifikasi dari peninggalan sebelumnya, seperti dari segi kuliner,

pat peribadatan umat Hindu dan Budha. Hal tersebut menjadi keunikan tersendiri bagi Masjid Gedhe Mataram Kotagede. Di bagian depan masjid terdapat prasasti yang menceritakan bahwa masjid ini telah direnovasi menjadi dua tahap. Tahap pertama, yaitu berupa masjid kecil (langgar) pada masa Sultan Agung. Tahap kedua dilaksanakan oleh Keraton Kasunanan Surakarta semasa pemerintahan Susuhunan Pakubuwono X. Ada dua bentuk arsitektur bangunan Masjid Gedhe Mataram Kotagede ini, pertama bangunan utamanya berbentuk tajug sedangkan bangunan kedua serambi berbentuk limasan. Berdekatan dengan Masjid Gedhe Kotagede, terdapat bangunan bersejarah lainnya, yaitu Makam Raja-Raja Mataram Kotagede. Lokasi makam dan masjid tersebut tidak berubah sejak zaman dahulu hingga sekarang. Pintu masuk makam terdapat di sebelah kiri bangunan masjid. Makam Raja-Raja Mataram Kotagede merupakan tempat dikebumikannya Raja Mataram Islam pertama, yaitu Panembahan Senopati dan ayahnya, yaitu Ki Ageng Pamanahan, serta raja kedua, Panembahan Hanyakrawati. Selanjutnya ada pula Raja Pajang, yaitu Sultan Hadiwijaya.

10


Selain itu, Sri Sultan Hamengku Buwono II, yang menjadi satu-satunya raja di antara raja lainnya dari Kasultanan Yogyakarta, dimakamkan di makam ini pula. Beberapa aturan diberlakukan bagi pengunjung yang ingin berziarah ke dalam makam, seperti dilarang memotret di area makam, harus melepas alas kaki ketika memasuki area makam, serta peziarah harus mengenakan pakaian khusus saat berada di dalam area makam. Bagi perempuan harus mengenakan kain jarik, kemben, melepas jilbab (jika memakai), dan dalam kondisi tidak sedang

raja Mataram berakhir, Kotagede menjadi pusat ekonomi pulau Jawa bagian selatan. Awalnya, Kotagede menjadi pusat kerajinan perak karena ada beberapa abdi dalem yang menjadi pengrajin perak mendapat permintaan untuk membuat perak dari Keraton, hingga akhirnya Kotagede dipenuhi dengan kerajinan perak yang juga menjadi iconic di Kotagede. Perak Kotagede juga mempunyai ciri khas yang tidak dapat ditiru oleh negara lain, sehingga ini menjadi unique selling point di Kotagede. Awal mulanya, kerajinan perak tidak bervariasi,

datang bulan, sedangkan laki-laki harus berpakaian layaknya abdi dalem. Perlengkapan ini dapat disewa di kantor sekretariat atau membawa sendiri dari rumah dengan gaya berpakaian adat Yogyakarta maupun Surakarta. Selain untuk ziarah, pengunjung juga dapat menikmati suasana di sekitar makam, ada yang hanya sekadar berfoto, dan ada juga yang melakukan foto pre-wedding.

hanya berbentuk polosan, tetapi setelah Belanda masuk ke Yogyakarta ada usulan untuk mengubah bentuk perak tersebut menjadi ukiran yang bermacam-macam dan menjadi bentuk yang unik.

Kotagede juga dikenal dengan kerajinan peraknya. Setelah masa kepemimpinan

11

Hingga saat artikel ini ditulis, dunia pariwisata tentunya masih dalam kondisi terpuruk karena pandemi Covid-19. Salah satu upaya yang dilakukan untuk tetap mengenalkan Kotagede adalah melalui virtual tour. Kegiatan ini dilakukan untuk membantu wisatawan melihat keindahan

Dokumentasi: Instagram @lawangpethuk

TRAVELLING


TRAVELLING Kotagede secara virtual. Beruntungnya, di era teknologi yang sangat berkembang, sudah ada media yang dapat digunakan untuk melakukan virtual tour ini. Media tersebut adalah YouTube. Salah satu kegiatan virtual tour ini juga dilakukan oleh Komunitas Lawang Pethuk. Komunitas ini merupakan komunitas pecinta Kotagede yang terdiri dari masyarakat Kotagede maupun masyarakat di luar Kotagede. Lawang Pethuk bertujuan untuk membangun public awareness, terutama dari sisi heritage conservation atau konservasi budaya di Kotagede. Rohmat dan Mahendra, adalah dua dari beberapa anggota komunitas Lawang Pethuk, mereka menuturkan bahwa komunitas ini bersifat sukarela, sehingga komunitas ini bukan

berdasarkan profit, tetapi untuk menciptakan sebuah komunitas konservasi budaya baik yang sifatnya tangible dan intangible. Kegiatan seperti sharing session dengan mendatangkan narasumber, hingga local guiding di Kotagede juga dilakukan oleh komunitas ini. Kegiatan ini bermula dari sekitar tahun 2014, pada saat itu terdapat kunjungan dari World Bank yang ingin melihat keindahan di sekitar Kotagede. Lalu, komunitas Lawang Pethuk mulai melakukan kegiatan tour guiding sebagai kegiatan

sampingan mereka. Mereka juga bekerja sama dengan travel agent untuk berkolaborasi membuat virtual tour agar dapat memfasilitasi wisatawan yang ingin berkunjung ke Kotagede sambil menikmati liburan dari jarak jauh atau melalui fasilitas Virtual Reality (VR). Menurut mereka, banyak sekali sudut-sudut Kotagede yang sangat menarik sekali untuk dikunjungi. Selain Masjid Gedhe Mataram, Makam Raja-Raja, dan kerajinan peraknya, Kotagede juga dikenal dengan Pasar Legi, bangunan private milik warga dan lorong-lorong di sekitarnya, serta Kampung Ndalem yang merupakan perkampungan warga. Komunitas Lawang Pethuk biasanya membawa wisatawan berkunjung melalui rute yang dimulai dari Masjid Gedhe, Kampung Alun-Alun yang di dalamnya terdapat Gang Rukunan, Pasar Legi, dan Kampung Jagalan. Komunitas ini juga sempat mengadakan wisata malam yang pernah diliput oleh Tribun Jogja. Menurut Rohmat dan Mahendra, mereka mengadopsi ide tersebut dari aktivitas masa kecil mereka, yaitu dari pengajian anak-anak yang sering melakukan kegiatan jalan-jalan malam, juga dari kegiatan komunitas Malam Museum. Komunitas Malam Museum sendiri merupakan komunitas yang kerap kali melakukan kegiatan eksplorasi pada malam hari di Museum Benteng Vredeburg sejak sekitar tahun 2010 hingga 2013. Daya tarik Kotagede tidak hanya sampai di situ saja, Kotagede juga dikenal sebagai latar tempat film-film Indonesia, maupun diproduksinya iklan-iklan produk tertentu. Seperti misalnya film ‘Ada Apa dengan Cinta?’ yang mengambil beberapa setting tempat untuk keperluan syuting. Selain itu, film ‘Jokowi’ dan salah satu film yang diperankan oleh Rano Karno, yaitu ‘Gita Cinta dari SMA’ versi sinetron, serta iklan Top Coffee juga turut

12


TRAVELLING mengusung Kotagede menjadi latar tempat syuting mereka. Keunikan lainnya yang dimiliki oleh Kotagede adalah menjadi daerah special interest tourism, bukan mass tourism yang diterapkan di Bali, maupun Borobudur. Adanya pandemi Covid-19 tidak terlalu memengaruhi kondisi ekonomi masyarakat setempat, sehingga pariwisata di Kotagede tidak terlalu berdampak kepada masyarakat. Hanya saja, banyak dari mereka yang mengais rezeki di Pasar Legi, yang mana pandemi ini berdampak terhadap perekonomian pedagang pasar. Perputaran ekonomi masyarakat Kotagede hanya terjadi dari dan untuk masyarakat Kotagede sendiri. Objek wisata di Kotagede juga menerapkan protokol kesehatan untuk pengunjungnya, seperti halnya objek wisata lainnya yang berlangsung di tengah pandemi. Peran masyarakat di Kotagede sangat mendukung pariwisata di sana. Tak sedikit yang menjadi local guide yang bekerja secara individu untuk mengantarkan wisatawan yang berdatangan. Namun, beberapa kebijakan pariwisata belum sepenuhnya diterapkan. Hal ini dikarenakan wilayah administrasi Kotagede yang terbagi ke dalam dua wilayah, yaitu Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta, sehingga masih sulit untuk dua kebijakan saling mendukung satu sama lain, khususnya di Kotagede sendiri. Di tingkat Kota Yogyakarta, hanya ada segelintir komunitas saja yang tersentuh oleh pemerintah. Hal tersebut juga menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh komunitas Lawang Pethuk ini, sehingga mereka bekerja untuk lebih independen dan membuat pola wisatawan

yang segmented. Rohmat dan Mahendra juga berharap bahwa semoga banyak media-media lokal yang membantu menyiarkan kegiatan-kegiatan pariwisata yang dilakukan oleh masyarakat maupun komunitas. Salah satu usaha yang dilakukan, yaitu ketika Mahendra mempresentasikan kegiatan yang dilakukan komunitasnya terhadap wisata di Kotagede kepada Bapak Joko Widodo, Presiden Indonesia. Mahendra mengatakan bahwa kegiatan tersebut sangat diapresiasi oleh Bapak Jokowi. Namun, kegiatan yang dilakukan ternyata tidak semudah yang dibayangkan, baik di tingkat provinsi, maupun kabupaten, karena masih banyak hal yang belum sesuai dengan misi komunitas ini. Rohmat dan Mahendra menghimbau kepada wisatawan yang berkunjung di Kotagede, bahwa berbijaklah ketika berwisata. Seperti pepatah mengatakan ‘Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung’ wisatawan perlu memperhatikan unggah-ungguh jika ingin berwisata di Kotagede maupun di tempat wisata lainnya. Karena bukan halnya jarang penduduk setempat terganggu ketika ada yang melakukan wisata di area private (rumah penduduk). Mereka berharap, dengan adanya komunitas Lawang Pethuk ini dapat menjadi inspirasi bagi MM Leaders untuk membangun dan mengembangkan objek wisata dengan melestarikan dari sisi konservasinya, baik budaya, lingkungan, maupun potensi lainnya yang ada di suatu objek wisata, sehingga dapat memicu public awareness terhadap objek wisata sekitar.

“Jogja itu istimewa, seistimewa keindahan alam dan wisatanya.”

13


POTRET

“Free-rian Jaya” Kontributor : Satria Adi Arifianto

14


ULAS Guncang Penatmu, Rayakan Ekspresimu di #VirtuFest2021! Oleh: Anastasia Editor: Ayu Diah

“Compete. Collaborate. Cooperate. Sebuah gerakan untuk mengajak kita berkompetisi dengan diri sendiri sehingga menjadi individu dengan versi yang lebih baik. VirtuFest hadir dan siap mengguncang di tengah kesibukan mahasiswa MMUGM Yogyakarta.”

T

idak terasa pandemi yang terjadi akibat persebaran virus Covid-19 telah menyita genap dua semester perkuliahan. Berbagai jenis perasaan telah dialami, mulai dari rasa takut, waspada, pasrah, bertanya-tanya kapan pandemi akan berakhir, bahkan berduka karena harus kehilangan orang-orang yang disayangi. Aktivitas new normal perkuliahan membuat kondisi badan sekaligus perasaan semakin penat tak terkendali. Ruang gerak dan ekspresi mahasiswa khususnya di MMUGM menjadi terbatas sehingga harus dialihkan ke media digital agar tetap dapat terlaksana dengan baik. Salah satu ruang tersebut adalah acara tahunan dari Master in Management Student Association (MMSA). K e t i k a pandemi, acara rutin yang diadakan oleh MMSA tampil sedikit berbeda. Bukan hanya karena disajikan melalui media digital, melainkan MMSA menjaga komitmennya sebagai wadah aspirasi bagi seluruh mahasiswa MM UGM. Acara tersebut bertajuk #VirtuFest2021 dengan menggabungkan kegiatan baik bersifat akademik maupun non-akademik. Hal tersebut diperjelas oleh Jubert (MBA 77), selaku ketua panitia #VirtuFest2021 yang berhasil dihubungi oleh tim Leaders untuk membagikan pengalaman serta

15

persiapan menuju acara. Obrolan singkat saya (red.) dengan Jubert cukup memukau saya secara pribadi karena mahasiswa MM UGM kreatif dan mampu memberikan inovasi yang menarik. “Instagram feed #VirtuFest2021 terlihat bersemangat nih, merah membara. Boleh diceritakan bagaimana konsepnya untuk calon leaders MM UGM?” Jadi tahun ini kita meneruskan konsep sebelumnya yang melibatkan akademik dan non-akademik. Kali ini bedanya terdapat tambahan MM Awards sebagai bentuk apresiasi kepada mahasiswa berprestasi MMUGM. Masing-masing kelas dari angkatan 76 hingga 78 mengirimkan satu perwakilan melalui sistem voting. “Wah menarik, sekaligus bisa mengetahui bibit-bibit unggul anak MM ya. Lalu balik lagi boleh ceritakan tema, arti logo, dan juga pesan yang diusung #VirtuFest2021?” Panitia inti sepakat mengusung tema “Radiate the Flame”, flame yang artinya api menggambarkan simbol dari semangat dan kebangkitan. Pada masa pandemi seperti saat ini butuh sesuatu untuk membangkitkan semangat agar tetap berkarya, berkreasi serta berinovasi.


ULAS

Dokumentasi: pribadi (VirtuFest2021)

“Don’t confuse having career with having a life” -Hillary Clinton. Saya rasa kutipan tersebut dapat mewakili keaktifan mahasiswa MM UGM Yogyakarta yang tetap berkreasi tanpa lupa menikmati.

Radiate sendiri mengartikan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat terpancar dan memberi dampak kepada target utama kita. Sebagai contoh E-Sport, belajar sportivitas sekaligus meningkatkan skill melalui permainan Mobile Legends. Rangkaian acara lainnya seperti Business Idea Competition (BIC) diharapkan supaya kita dapat belajar melalui kacamata orang lain yang lebih berpengalaman sehingga memperoleh wawasan baru. Sedangkan untuk Artnight tidak hanya menyaring bakat mahasiswa, tetapi juga sebagai hiburan bagi mahasiswa yang penat di tengah kehidupan perkuliahan maupun pekerjaan. Warna logo dan media Instagram @virtufest2021 dominan berwarna merah dan oranye yang menggambarkan semangat dari tema “Radiate the Flame” itu sendiri.

acara VirtuFest merupakan salah satu solusi terbaik yang mungkin dilaksanakan. Perjalanan MMSA sempat mengalami kendala mengingat untuk menghadapi pandemi memerlukan adaptasi ditambah dengan sistem yang awalnya belum ada sehingga masih serba menerka-nerka. Selain kegiatan perkuliahan, jalannya organisasi pun sedikit terhambat karena fokus orang cenderung berubah. MMSA sebisa mungkin mengatasi permasalahan tersebut dengan

MMSA sebagai induk organisasi di MM UGM Yogyakarta mengatakan bahwa

16


ULAS memperkuat relasi terhadap pihak akademik serta menetapkan prosedur acara agar tetap berjalan sesuai tujuan. Sistem dan birokrasi yang ditujukan kepada pihak akademik disusun secara sederhana sehingga dapat menopang jalannya organisasi yang ada di MMUGM Yogyakarta. Banyak talenta yang dapat dikembangkan baik dari segi akademik maupun non-akademik. Kolaborasi menjadi hal penting di MMUGM, maka MMSA khususnya panitia menyusun rangkaian acara #VirtuFest2021 meliputi: • • • • • •

Sports Week pada tanggal 9 – 10 April 2021. E-Sport pada tanggal 22 – 23 Mei 2021. Economics Seminar pada tanggal 29 Mei 2021. Pitching Business Idea Competition (BIC) pada tanggal 28 Juni 2021. MM Awards di bulan Mei 2021. Last but not least, Artnight di bulan Juni 2021. confuse

having

career with

Rangkaian acara selanjutnya yaitu E-Sport. Terdapat sebanyak delapan tim yang berpartisipasi dari berbagai macam angkatan. Babak penyisihan dilaksanakan dengan menggunakan sistem best of three. Sedangkan untuk babak final menggunakan permainan best of five sehingga durasi permainan menjadi lebih lama. E-Sport Mobile Legends dimenangkan oleh ‘Tim Game Ini Susah’ dari angkatan MBA 78, lalu untuk juara kedua dimenangkan oleh

Dokumentasi: pribadi (VirtuFest2021)

“Don’t

having a life”-Hillary Clinton. Saya rasa kutipan tersebut dapat mewakili keaktifan mahasiswa MMUGM Yogyakarta yang tetap berkreasi tanpa lupa menikmati. Rangkaian pertama untuk acara #VirtuFest2021 dibuka dengan Sports Week yang terdiri dari cabang olahraga tenis dan bulutangkis. Permainan ini paling diminati oleh warga MMUGM baik dosen, staf akademik, serta mahasiswa. Final Sports Week dilaksanakan di Leadership Hall MMUGM dengan kategori tunggal putri, tunggal putra, ganda putri, ganda putra, dan ganda campuran. Sedangkan untuk cabang olahraga tenis, pertandingan yang diadakan adalah ganda campuran.

17


ULAS ‘Tim Kuy E-Sport’ dari angkatan MBA 77 sedangkan untuk juara ketiga ditempati oleh ‘Tim MM Squad 2 Periode’ dari angkatan MBA 76. Permainan berlangsung begitu sengit sehingga perolehan skor masing-masing tim tidak tertinggal jauh. Kurang lengkap rasanya mengulas #VirtuFest2021 tanpa berkenalan dengan VirtuFest perdana yang diadakan pada tahun 2020. Tim Leaders berhasil menghubungi Ayu (MBA 75) yang sempat menjabat sebagai Chief Financial Officer di MMSA 9.0, bendahara pada acara VirtuFest perdana dan sekaligus pengisi acara Artnight sebagai vokalis band. Hasil sharing singkat melalui telepon Whatsapp, sembari bergurau, Ayu mengatakan bahwa VirtuFest tahun 2020 lebih banyak dukanya. Ayu menceritakan bagaimana sulitnya menjaga seluruh anggota agar tetap saling terkoneksi mengingat waktu itu awal virus Covid-19 memasuki Indonesia sehingga perjuangan MMSA untuk tetap berkarya benar-benar diuji. Berdasarkan cerita Ayu, VirtuFest perdana mengusung tema Prism Possibilities yang masih berada di bawah kendali MMSA dengan PIC yaitu Alberta (IMBA 76). Rangkaian acara terdiri dari E-Sport, Economics Seminar, Pitching BIC, dan juga Artnight. Seluruh acara berjalan dengan lancar disertai dengan antusiasme yang baik dari warga MMUGM Yogyakarta. Hal tersebut dibuktikan dengan angkatan MBA 77 yang saat itu masih mengikuti program Pra-MBA sudah dapat menikmati bahkan ikut terlibat menjadi panitia pada acara tersebut.

melalui live streaming YouTube. Acara diisi oleh band perwakilan dari masingmasing angkatan. Pada saat itu terdapat tiga penampilan, yaitu dari angkatan 74 ada grup band Rose yang bergenre pop, dari angkatan 76 grup ada band WACC yang bergenre rock, serta angkatan 75 yang diwakili oleh band Elmo & Friends yang bergenre pop. Masing-masing membawakan tiga buah lagu dengan konsep live concert secara virtual. Konsep seperti ini banyak dilakukan ketika pandemi sebagai bentuk ekspresi ruang seni yang mengusung kultur teknologi. Keberlangsungan acara ini juga didukung oleh salah satu mahasiswa, Reska (MBA 76) pemilik usaha RAP Studio yang berperan dalam proses tapping acara. Terkait dengan inklusivitas, kesadaran yang dipelopori oleh teman-teman MMSA ternyata memberikan dampak positif bagi warga MM UGM Yogyakarta. Bentuk networking dengan menggabungkan seluruh mahasiswa yang berkecimpung dalam klub akademik maupun nonakademik serta mahasiswa umum dapat terjalin melalui acara ini. Sehingga partisipasi mahasiswa untuk terus hadir serta berkreasi dapat terus terwujud. MMSA berharap melalui acara yang berlandaskan digital inclusivity ini dapat terus terlaksana dan memberikan makna serta dampak positif bagi mahasiswa MMUGM Yogyakarta.

Artnight VirtuFest perdana ditampilkan

18


SOROTAN

Inklusivitas Digital di Industri Kesehatan

Oleh : Tim Redaksi Pengulas : Nofie Iman Vidya Kemal, S.E., M.Sc., Ph.D. Narasumber : Giovani Anggasta, PR & Communications Manager Halodoc

M

anusia melahirkan teknologi. Sebagai “orang tua”, ada kalanya “si anak” tumbuh menjadi pribadi yang berbeda dari ekspektasi, tetapi apa pun itu tetap menjadi tanggung jawab orang tua dan memberikan “kontrol” yang baik.

muncul di dunia, digitalisasi di segala sektor menjadi semakin tak terelakkan. Pasar papan daring, buku elektronik, kelas daring, belanja kebutuhan rumah tangga secara daring, bahkan melakukan konsultasi dengan dokter atau psikolog menjadi terasa normal untuk dilakukan dari layar kaca saja. Teknologi dapat dikategorikan menjadi amunisi baik

19

maupun bumerang bagi manusia. Hal itu tergantung dari cara pandang dan bagaimana kita menggunakan pilihan untuk masuk ke dunia digital ini secara waras. Pada dasarnya, manusia harus memiliki kontrol lebih dalam menggunakan teknologi, bukan sebaliknya. Yuval Noah Harari, seorang sejarawan dan penulis berkata bahwa nilai-nilai kemanusian serta sosial merupakan faktor yang amat penting dalam

inovasi dan perkembangan teknologi, hal ini mendukung pernyataan yang dilontarkan pada salah satu Instagram Live-nya, “People invented technology but then the decision on what to do with it is not in the hands

Ilustrator: Tim Layouter Leaders (Vio)

Kalimat “dunia dalam genggaman” menjadi sangat relevan bagi kehidupan sekarang. Hanya dengan satu sentuhan, satu bunyi, dan bahkan satu sensor, manusia dapat mendapatkan apa yang diinginkannya. Hal serupa dilakukan oleh hampir sebagian besar sektor industri yang melakukan digitalisasi untuk menyamakan langkahnya dalam menjadi yang terbaik. Satu setengah tahun lebih setelah pandemi virus Covid-19


SOROTAN

Dokumentasi: pribadi (Narasumber)

of the tool, it’s in the hands of the same society. [The change] was done by changing human values and human society.” Seiring berkembangnya zaman dan kehidupan sosial, perubahan teknologi yang dihasilkan manusia dan sekaligus dapat meningkatkan nilai kehidupan banyak bermunculan. Teknologi yang menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih mudah dan cepat adalah hal yang wajar ditemui pada masa ini. Salah satu wujud nyata dari perkembangan teknologi adalah perusahaan rintisan atau yang kerap dikenal dengan startup company. Perusahaan rintisan mulai menjamur setelah muncul beberapa rintisan lainnya yang kini telah menjadi perusahaan besar, seperti Gojek. Tokopedia, Bukalapak, dan beberapa perusahaan lain. Ungkapan ini diperkuat dengan melihat kembali penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kajian Komunikasi Universitas Indonesia dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2014 yang menyebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia pada tahun tersebut menyentuh angka 88 juta, dengan penetrasi mencapai 34,9% dari sekitar 250 juta penduduk Indonesia. Data ini bisa dibandingkan dengan data dari dateportal.com yang menyebut bahwa pengguna internet di Indonesia kini mencapai 202,6 juta dengan penetrasi mencapai 76% dari 274 juta penduduk.

sehari-hari pun, masih banyak orang di sekitar kita yang tidak memiliki akses pada internet, terlebih aplikasi telemedis atau perusahaan rintisan sejenis. Perkara ini merupakan tugas yang besar dan memerlukan proses tak sebentar, karena tak hanya sekadar berbicara akses internet dan kesehatan, tetapi bagaimana masyarakat dapat memiliki pengetahuan literasi serta peduli pada kesehatan pribadi maupun kelompok. Tidak bisa disangkal pula peran pemerintah, organisasi (baik profit maupun non-profit), dan lainnya memiliki peran yang besar dalam hal ini. Masyarakat yang tidak memiliki akses internet mau tidak mau harus tetap pergi ke luar rumah di masa pandemi, mempertaruhkan kesehatannya demi mendapat sesuap hak bernama akses kesehatan. Tidak meratanya infrastruktur juga menjadi salah satu faktor mengapa akses internet, terlebih kesehatan, menjadi timpang. Ju-

Namun data tersebut tidak berdasarkan artikel pada laman Katadata Indonesia, Menteri Komunikasi dan Informatika mengatakan bahwa 75 ribu desa yang ada di Indonesia, sepertiganya masih belum mendapatkan akses internet (Reiley, Maret 2018). Jumlah tersebut tentu saja tidak sedikit. Bahkan berdasarkan pengalaman yang ditemui

20


SOROTAN rang tersebut terlihat menganga dengan lebar jika membandingkan kehidupan di kota seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dengan realita di kota Jayapura, Kupang, dan Kabupaten Kotabaru (Kalimantan Selatan). Akses internet yang terbatas, kecepatan internetnya yang berbeda dan tidak merata, hanya beberapa provider yang dapat diakses, dan harga kuota/paket yang mahal adalah beberapa hal yang mengakibatkan ketimpangan tersebut. Kabar baiknya, dilansir dari artikel di laman Portal Informasi Indonesia (indonesia. go.id), proyek nasional yang disebut Palapa Ring, yaitu membangun serat optik dari Sabang sampai Merauke sudah dilakukan

sejak 2018 dan pada tahun 2022 pemerintah akan meluncurkan High Throughput Satellite (HTS) untuk meningkatkan jaringan infrastruktur di masa mendatang (Laman Indonesia Go, Agustus 2019). Hal tersebut tentunya menjadi harapan bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan akses internet dan kesehatan yang merata. Namun, seolah diajak untuk menutup mata sebentar dari kesenjangan yang ada, penggunaan internet di Indonesia dapat dikatakan sangat meningkat, setidaknya dalam enam tahun belakangan. Peningkatan ini kemudian berbanding lurus dengan pertumbuhan perusahaan rintisan di Indonesia.

Data yang diambil oleh Digital Creative Industry Society tahun 2018 menunjukkan bahwa setidaknya ada 992 perusahaan rintisan yang kini berdiri di Indonesia dengan bidang yang beragam, mulai dari e-commerce, game, dan fintech. Pertumbuhan perusahaan rintisan sendiri nyatanya mengalami peningkatan pesat dalam tiga tahun. Hal ini ditunjukkan dengan data

21

yang dikutip oleh Merdeka.com dari startup ranking bahwa kini ada sekitar 2.219 perusahaan rintisan di Indonesia. Di luar dari bidang yang disebutkan di atas, industri kesehatan berkembang pesat di tengah pertumbuhan perusahaan rintisan. Investopedia.com menyebut bahwa industri healthcare merupakan sebuah sektor bisnis yang bergerak pada

bidang kesehatan yang meliputi pelayanan kesehatan, mulai dari pabrik alat-alat kesehatan, obat, asuransi kesehatan, dan layananlayanan lain yang berhubungan dengan pasien. Secara umum, segala jenis layanan tersebut akrab dengan kehidupan masyarakat. Misalnya, ketika seseorang sakit, ada beberapa pilihan yang bisa dilakukan seperti membeli obat ke apotek atau memeriksakan diri ke

Dokumentasi: pribadi (Narasumber)

Tumbu hn ya Pe r u s ah a a n Ri nti san Tele medi s di In donesi a


SOROTAN klinik, puskesmas, atau langsung menuju rumah sakit. Selain itu, ada layanan-layanan lain yang biasanya dinikmati oleh pasien ketika datang ke fasilitas kesehatan, seperti rekam medis yang bisa menyimpan riwayat kesehatan. Industri kesehatan pun mau tak mau bisa terkena imbas karena maraknya digitalisasi, dengan harapan pelayanan di

sektor ini bisa lebih optimal. Rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan kini juga turut berbenah. Pembenahan ini diwujudkan dengan munculnya aplikasi telemedis yang jauh lebih interaktif. Salah satu rumah sakit yang membuat aplikasi ini adalah Rumah Sakit Siloam. Fasilitas kesehatan besutan grup Lippo ini memiliki asaplikasi bernama My Siloam. Aplikasi ini setidaknya ramai digunakan ketika Rumah Sakit Siloam melayani vaksinasi Covid-19 kepada masyarakat. Menurut penelusuran tim redaksi Leaders Magazine, ada be-

berapa jenis layanan yang ditawarkan, meliputi vaksin, tele-consultation, corporate wellness, permainan edukatif, sampai layanan gawat darurat. Adanya improvisasi kecil dari fasilitas kesehatan semacam ini setidaknya menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan konvensional memiliki kesadaran untuk turut serta dalam mengembangkan diri di ranah digital. “Tidak dipungkiri, pandemi COVID-19 juga menjadi salah satu katalis dalam percepatan adopsi layanan kesehatan digital” ungkap Giovani Anggasta, PR & Communications Manager

Halodoc. Melalui wawancara tertulis yang kami lakukan, ia menyebutkan bahwa penggunaan fitur konsultasi dengan dokter oleh pengguna aplikasi Halodoc meningkat hingga 150% sejak pertengahan Juni, dan mencapai lebih dari 250% untuk transaksi di toko kesehatan. Menurut data per 14 Juli 2021, aplikasi Halodoc menduduki posisi kedua Aplikasi Trending di Indonesia di App Store. Hal ini juga diakui oleh Staf Khusus Menteri Kesehatan, Alexander Ginting, yang menyebut bahwa pada masa pandemi seperti sekarang, aplikasi telemedis

22


tampil sebagai terobosan. Satu hal yang patut untuk diperhatikan bahwa seluruh hasil telemedis yang tercatat ke dalam basis data digital sebagai rekam medik wajib dijaga kerahasiaannya. “Pelayanan kesehatan memanfaatkan teknologi diharapkan mampu mengurangi penyebaran Covid-19, terutama pada era adaptasi kebiasaan baru,” tutur Alexander. Meningkatnya penggunaan

23

aplikasi telemedis seperti Halodoc juga didukung kolaborasi bersama salah satu perusahaan rintisan lain. Salah satunya adalah perusahaan rintisan ternama di Indonesia, yakni Gojek. Startup yang dirintis oleh Nadiem Makarim (sekarang Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia) juga membantu Halodoc dalam distribusi obat atau vitamin yang dipesan oleh pelanggan.

Selain itu, pada awal 2021, Halodoc dalam mengambil langkah strategis dalam upayanya menjangkau lebih banyak orang dengan mengumumkan penunjukan Aldi Haryopratomo sebagai bagian dari Board of Advisor Halodoc. Sebelumnya, Aldi merupakan CEO dompet digital GoPay dan pendiri MAPAN, sebuah perusahaan digital berbasis komunitas di Indonesia.

Dokumentasi: pribadi (Narasumber)

SOROTAN


SOROTAN

Ek os i s t em Di g i t a l di I n d u st r i Healthcare

Ilustrator: Tim Layouter Leaders (Vio & Agnes)

Implementasi layanan telemedis terkini sudah masuk pada tataran telehealth, seperti telepharmacy, telelaboratory, virtual medical education, dan virtual assistants. Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M. Faqih mengakui, digital health membuat layanan kesehatan menjadi lebih baik, pasalnya komunikasi dokter dengan pasien bisa berlangsung lebih sering dan intensif. Namun ke depan, pemanfaatan pelayanan kesehatan digital seperti telemedis memerlukan dukungan lebih lanjut. “Ada tiga hal terpenting terkait konsep digital health, yaitu infrastruktur internet yang memadai, integrasi telemedis, serta electronic medical record,” katanya dalam diskusi publik bertajuk Tantangan Pelayanan Kesehatan di Masa Depan, Sabtu (22/8/2020). Halodoc, sebagai salah satu perusahaan teknologi telekonsultasi kesehatan asal Indonesia, turut andil dalam melakukan digitalisasi industri kesehatan. Memiliki misi “simplifying

healthcare” atau menyederhanakan dan mempercepat akses kesehatan untuk masyarakat Indonesia, Halodoc berusaha untuk mengatasi tantangan kesehatan yang dialami oleh masyarakat Indonesia melalui aplikasi digitalnya. Berangkat dari observasi salah satu pendiri Halodoc saat mengawali karir sebagai medical representative di salah satu peru-

sahaan farmasi ternama, Jonathan Sudharta menemukan ketimpangan akses kesehatan yang begitu terasa di kota besar dengan kota atau wilayah lain. Pengalaman tersebut memotivasinya untuk mengatasi tantangan pasien agar mereka memperoleh haknya untuk menggunakan fasilitas kesehatan. Akhirnya pada tahun 2016, Halodoc lahir dengan mimpi besarnya, yaitu untuk memper-

24


SOROTAN Guna mewujudkan infrastruktur internet yang memadai, selain diperlukan fasilitas internet, juga dibutuhkan kolaborasi sejumlah pihak dalam satu ekosistem. Mereka yang dimaksud khususnya adalah tenaga kesehatan, perusahaan rintisan di bidang digital health, fasilitas kesehatan, dan farmasi. Terkait integrasi telemedis, diperlukan pelayanan kesehatan yang terkomputerisasi. Tidak hanya itu, tenaga medis juga sebaiknya dapat menguasai dan melek teknologi. Sementara dalam penerapan electronic medical record, diperlukan adanya integrasi sistem informasi, jaminan kerahasiaan data pasien, serta kedaulatan data. Namun, perihal tersebut tampaknya sangat naif bila dituliskan menjadi sebuah kewajiban. Jangankan akses internet dan komputer yang merata, tingkat literasi yang tinggi dan komunikasi yang terbuka saja masih merupakan hal yang bisa dibilang langka di negara ini. Beban tenaga medis yang harus menguasai teknologi dapat dilakukan setelah akses diberikan dengan baik. Apabila akses dan berbagai aspek seperti jaminan perlindungan konsumen dan keamanan data tersebut dipenuhi maka manfaat digital health seperti telemedis dapat dirasakan lebih optimal oleh masyarakat. Beberapa manfaat yang dimaksud, misalnya seperti pemerataan layanan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan (terutama di daerah terpencil), penghematan biaya kesehatan, efisiensi waktu, serta mempercepat akses ke pusat rujukan. Ekosistem digital di bidang kesehatan terus tumbuh dan terakselerasi dengan munculnya pandemi Covid-19. Pada 2022, Frost & Sullivan Digital Market

25

Overview Indonesia memproyeksikan pendapatan dari digital health bisa menyentuh US$726 juta (atau sekitar 10 triliun rupiah) dengan tingkat pertumbuhan 60% per tahun. IDI mencatat, dokter yang terlibat di dalam lima aplikasi telemedis terbesar di Indonesia rupanya tidak hanya dokter umum, tetapi juga dokter spesialis. Perinciannya antara lain yaitu, Alodokter (21.500 dokter umum, 4.500 dokter spesialis), Halodoc (12.000 dokter umum, 8.000 dokter spesialis), Klik Dokter (9.000 dokter umum, 2.000 dokter spesialis), Aido Health (100 dokter umum, 1.000 dokter spesialis), dan Good Doctor (150 dokter umum, 250 dokter spesialis). Selain lima aplikasi telemedis yang disebutkan IDI, Kementerian Kesehatan juga menghadirkan aplikasi SehatPedia, Sisrute, dan Temenin (Telemedicine Indonesia). Aplikasi seluler ini bertujuan memacu penyempurnaan ekosistem digital bidang kesehatan. Dengan layanan utama menyediakan pelayanan medis, Halodoc yang mayoritas penggunanya adalah masyarakat yang tinggal di kota-kota besar dan masuk dalam kategori umur produktif, juga memiliki aplikasi pendukung dan fitur bermanfaat seperti artikel kesehatan, link asuransi yang bermitra dengan lebih dari 20 asuransi di Indonesia, pengingat obat, kalender menstruasi, dan berbagai macam chatbot yang digunakan sebagai filtrasi awal berbagai kebutuhan kesehatan. Untuk tetap menjaga kredibilitas serta kenyamanan pasien maupun pengguna, semua tenaga kesehatan yang menjadi mitra Halodoc harus memiliki Surat Izin Praktik (SIP) dan Surat Tanda Registrasi (STR). Oleh karena itu, secara teori para tenaga kesehatan tersebut telah memiliki standar kemampuan yang diwajibkan institusi standarisasi ter-

Ilustrator: Tim Layouter Leaders (Vio & Agnes)

luas akses layanan kesehatan melalui teknologi digital.


SOROTAN kait. Dalam memberikan pelayanan secara daring, para dokter Halodoc akan memulai pemeriksaan anamnesis untuk memahami gejala atau keluhan yang dialami pasien, hingga dokter bisa memberikan diagnosis awal dan rekomendasi perawatan atau pengobatan. Selain itu, Halodoc juga melakukan pelatihan bagi mitra dokter dan psikolog dalam menggunakan aplikasinya, termasuk bagaimana menyapa dan mendengarkan keluhan pasien. Terkait dengan teknologi, keamanan pengguna serta aplikasi, Halodoc senantiasa meningkatkan keamanan data servernya secara berkala. Seluruh infrastruktur yang digunakan selalu menggunakan security patch terbaru yang biasa dikenal dengan CVE advisory. Tim keamanan pun sigap memonitor dan mengambil tindakan jika terdapat anomali, salah satunya Halodoc menggunakan AI untuk mendeteksi pola-pola tidak lazim pada sistem keamanan kami. Terkait meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan, terlebih saat pandemi, Halodoc tentu melakukan berbagai upaya dalam rangka percepatan penyelesaian pandemi COVID-19 di Indonesia. Trennya saat ini adalah, ”Kami melihat adanya peningkatan konsultasi dengan dokter serta pembelian vitamin penunjang kesehatan serta obat-obatan khususnya yang terkait dengan COVID-19 di platform Halodoc.” ujar Giovani Anggasta. Selain itu, dalam

berperan untuk mempercepat penyelesaian pandemi, Halodoc dan 10 pelaku telemedis yang tergabung dalam Aliansi Telemedik Indonesia (ATENSI) juga berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan RI, Kimia Farma, dan SiCepat untuk memberikan akses telemedis dan obat gratis bagi masyarakat yang menjalani isolasi mandiri dengan gejala ringan. Dalam upaya mendukung komitmen untuk menyediakan akses layanan kesehatan yang mudah dan praktis, Halodoc juga melahirkan banyak inovasi dalam penanggulangan pandemi di Indonesia. Fitur Peduli Covid di aplikasi Halodoc yang di dalamnya terdapat banyak layanan termasuk di antaranya adalah informasi COVID-19, cek mandiri COVID-19, dan vaksinasi COVID-19 merupakan langkah nyata komitmen Halodoc. “Kami juga membantu penyelenggaraan lebih dari 1 juta tes COVID-19 dan memfasilitasi akses vaksinasi COVID-19 kepada lebih dari 250.000 masyarakat,” tandas Giovani. Salah satunya adalah ketika Halodoc bekerja sama dengan Kemenkes dan Pemkab Sukoharjo bersama PT Konimex dalam menggelar vaksinasi dengan target 20.000 warga Sukoharjo yang berusia 18 tahun keatas. Dalam hal ini, proses pendaftaran vaksinasi hanya dapat dilakukan secara daring menggunakan aplikasi Halodoc dalam rangka menghindari terjadinya kerumunan.

26


SOROTAN Refleksi I nk lusiv itas D igit al di R ana h Ke s e h at an

Ilustrator: Tim Layouter Leaders (Vio & Agnes)

Seiring berkembangnya zaman, mayoritas masyarakat dapat dikatakan mulai terbuka dengan adanya digitalisasi di sektor kesehatan. Namun, apakah akan terjadi perubahan yang signifikan dan berjalan dalam jangka waktu yang lama? Belum ada yang tahu. Oleh karena itu, tantangan jangka panjang Halodoc dan aplikasi telemedis lainnya adalah berfokus untuk mengenalkan dan perlahan mengubah perspektif masyarakat agar mulai terbiasa dengan layanan digital untuk kesehatan. Perubahan itu tentu akan memakan waktu yang lama, proses pemelajaran yang melibatkan banyak individu maupun kelompok, infrastruktur yang kuat, dan yang terpenting adalah memotong pincangnya akses internet di luar Jawa maupun di daerah-daerah yang tidak atau kurang terjamah sebelumnya.

27

Inklusivitas digital, tak hanya di bidang kesehatan, tetapi juga di ranah lainnya merupakan hal yang krusial untuk diperjuangkan. Akses dan inklusivitas bagi semua kalangan masyarakat tak terbatas oleh gender, penghasilan, disabilitas, dan lainnya merupakan hal yang sebaiknya diperjuangkan bersama. Terlepas dari hal itu, literasi adalah akar yang mendasari ini semua. Kemampuan membaca dan memahami suatu hal dibutuhkan agar minimnya

penyalahgunaan dan ketimpangan, terutama dalam dunia digital. Tentu langkah dan proses yang panjang untuk Indonesia dan kita semua menuju ke sana. Untuk sementara, mari saling membantu agar inklusivitas dalam ranah digital, terutama di bidang kesehatan yang menjadi harga yang mahal pada saat ini, tetap bertumbuh dan merangkul setiap elemen manusia, tak peduli apa kelas dan gendernya.


POTRET

“Saksi Bisu LDR” Kontributor : Vionita Aisyah


SOSOK Edy Suranta Ginting: Buah Cinta pada Lingkungan Lewat Karya dan Edukasi Oleh: Elvianisza Ray Editor: Ayu Diah

Media sosial merupakan salah satu penemuan besar yang tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di seluruh dunia. Hal ini ditandai dengan munculnya beragam aplikasi baru yang menyebabkan penggunaan media sosial cenderung mengalami peningkatan, sehingga keberadaannya terasa seperti kebutuhan primer dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya sekadar berbagi foto dan status, media sosial kini juga digunakan sebagai tempat jual-beli se-

29

cara daring, berbagi opini, dan bahkan sebagai wadah diskusi oleh masyarakat. Munculnya fenomena tersebut menjadi peluang bagi Edy Suranta Ginting, salah satu aktivis lingkungan yang telah bergerak selama kurang lebih 20 tahun untuk menyuarakan kekhawatirannya terkait kondisi lingkungan di Indonesia. Edy dikenal dengan aksinya yang mampu menyulap limbah plastik menjadi sebuah lukisan indah serta memberikan edukasi ke daerah-daerah pedalaman di Indonesia. Beberapa bulan terakhir, sosoknya semakin dikenal melalui aksi viral yang dilakukannya secara tidak sengaja dalam media sosial TikTok. Awalnya, Edy tidak bermaksud menggunakan TikTok sebagai media untuk mengedukasi masyarakat. Namun, hal tersebut berubah ketika Edy mulai bosan dengan kegiatannya sehingga ia berinisiatif untuk mengedit beberapa video edukasinya di YouTube, kemudian mempercepat durasinya lalu mengunggahnya di TikTok. Berawal dari sana, videonya menjadi viral hingga menciptakan keter-

Dokumentasi: pribadi (Narasumber)

“S

elamat sore Kak, bagaimana kabarnya? Sehat?” sapa Edy Suranta Ginting melalui Zoom di hari Jumat sore (23/04/2021). Edy baru saja menyelesaikan wawancara melalui Zoom bersama Detik.com lalu dilanjutkan wawancara dengan tim Leaders MMUGM. Sore itu, Edy terlihat santai mengenakan kaos hitam dan ditemani beberapa lukisan hasil karyanya tepat di belakang ia berada. Ketika berbicara tentang sosok Edy, erat kaitannya dengan lingkungan. Keberadaan media sosial kerap menyokong aksi atas fokusnya dalam mengedukasi masyarakat sekitar terkait kondisi lingkungan di Indonesia.

“Menjaga lingkungan tidak semata-mata dilakukan karena keinginan, tetapi juga perlu ada campur tangan dan peraturan dari pemerintah yang dapat dijadikan pedoman bagi masyarakat umum.”


SOSOK tarikan masyarakat melalui aksinya yang berhasil mengubah sampah menjadi lukisan berwujud wajah manusia. Video yang awalnya diunggah hanya untuk mengisi waktu luang ternyata mendapat apresiasi dari masyarakat. Adapun beberapa selebritas Tanah Air yang juga terlihat memiliki lukisan Edy dengan wajah mereka di dalamnya, yaitu Ruben Onsu, Nikita Mirzani, dan Rizky Billar. Dibalik viralnya video tersebut, Edy mengaku tidak terlalu merasakan dampak yang berarti, hanya saja ia lebih banyak diliput serta diundang oleh stasiun televisi. Edy sendiri beranggapan bahwa sebagian besar hal viral di Indonesia, hanya sedikit yang dapat memberikan inspirasi atau edukasi kepada masyarakat luas. Selain itu, Edy juga merasa bahwa kegiatan inspiratif yang dilakukan oleh orangorang di Indonesia umumnya akan selalu tertutup dengan berita lain yang tidak memberikan pengaruh positif. Menurut Edy, perkembangan media so-

sial berbanding terbalik dengan generasi sekarang yang kurang bijak dalam menggunakannya, sebagian besar hanya digunakan untuk hiburan semata, padahal berbagai hal positif dapat dilakukan ketika kita mampu memanfaatkan media sosial secara baik dan benar. Salah satunya dapat dijadikan sebagai wadah untuk menorehkan prestasi maupun memperoleh sumber penghasilan. Edy berpendapat bahwa pengaruh zaman dan teknologi sendiri menjadi salah satu alasan orang dengan mental yang kurang bijak serta kurang kritis dalam menanggapi suatu hal terutama dalam penggunaan media sosial. Sebelum kehidupan Edy berpindah-pindah seperti sekarang, awalnya ia tinggal di Ubud, Bali. Titik baliknya terjadi ketika Edy melakukan pendakian ke Gunung Kerinci sekaligus mampir ke salah satu desa yang bernama Desa Sakai. Di desa tersebut ia melihat tidak ada anak-anak yang bersekolah, setelah ditelusuri ternyata mereka hidup secara nomaden. Edy yang memiliki kemampuan dasar melukis mulai tergerak untuk membantu serta mulai melakukan edukasi di sana. Melalui pengalaman dan langkah kecil yang dilakukan pada saat itu,

30


SOSOK

Edukasi yang dilakukan tidak hanya sebatas menjaga lingkungan, tetapi Edy bersama dengan relawan lainnya juga mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak yang tinggal di daerah pedalaman. Dalam melakukan kegiatannya, Edy lebih berfokus pada anak-anak dan remaja. Hal tersebut didasari oleh salah satu penelitian yang mengatakan bahwa untuk dapat mengubah sifat manusia yang sudah terbentuk membutuhkan waktu kurang lebih 35 tahun, maka dari itu akan lebih mudah dalam mendidik serta mengubah sifat anak-anak. Mereka akan menjadi generasi selanjutnya yang dipercaya mampu melakukan perubahan serta perbaikan terhadap lingkungan Indonesia di masa depan. Guna mendukung tujuannya dalam menjaga lingkungan, Edy menerapkan sistem sekolah yang cukup unik dengan mewajibkan membawa sampah jenis apapun bagi anak-anak yang ingin belajar bersamanya. Sampah yang mereka bawa dianggap sebagai pengganti biaya untuk bela-

31

jar, dan Edy tidak menerima uang sebagai bayaran atas jasanya. Tentunya, sampah yang telah dikumpulkan akan diolah menjadi lukisan ataupun bentuk kerajinan lainnya. Edy yakin bahwa cara ini efektif dalam mendidik untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Hal tersebut juga tercermin dari berkurangnya orang yang membuang sampah sembarangan pada daerah-daerah yang telah disosialisasikan. Para orang tua pun mau tidak mau ikut mencari dan mengumpulkan sampah untuk biaya belajar anak mereka sehingga secara tidak langsung akan membentuk kebiasaan baru bagi penduduk sekitar. Di sisi lain, Edy juga berharap agar pemerintah mau ikut ambil bagian dengan peduli terhadap isu yang beredar di Indonesia, sehingga dengan adanya kepedulian dari pemerintah dapat menjadi jawaban dari kondisi lingkungan yang kian memburuk. Edy menggarisbawahi bahwa menjaga lingkungan tidak semata-mata dilakukan karena keinginan, tetapi juga perlu ada campur tangan dan peraturan dari pemerintah yang dapat dijadikan pedoman bagi masyarakat umum. “Harapan dengan adanya peraturan dari pemerintah akan membantu menciptakan lingkungan Indonesia yang lebih baik ke depannya.”

Dokumentasi: pribadi (Narasumber)

aksinya terus berlanjut hingga saat ini.


SOSOK

Walaupun selama 20 tahun Edy hidup berpindah-pindah dari provinsi satu ke provinsi lainnya, hingga saat ini Edy masih memiliki semangat untuk tetap berkontribusi terhadap masyarakat, ia akan berhenti ketika merasa semua yang dilakukan sudah cukup. Ini dibuktikan melalui penuturan Edy yang mengaku sempat beberapa kali mencoba melakukan kegiatan di ranah yang berbeda, tetapi pada akhirnya Edy kerap kembali dan sampai sekarang tidak berhenti untuk memberikan edukasi.

Sebagai penutup, tidak lupa Edy berpesan untuk selalu menjaga lingkungan, “Dalam agama Islam, dikatakan bahwa kebersihan sebagian dari iman, maka dari itu harus kita imani. Sedangkan di agama Kristen juga diajarkan tentang cinta kasih, tidak hanya untuk sesama manusia, tetapi alam juga harus kita kasihi karena telah memberikan banyak manfaat untuk kehidupan manusia.”

32


LIFESTYLE Raising Livestock at the

Backyard

Oleh : Tyaswening Editor : Ayu Diah

Sebagian besar orang menekuni hobinya ketika pandemi terjadi, tetapi berbeda dengan Handy Akbar yang menyadari kegemarannya sejak dini. Kini, memelihara ternak dapat dilakukan di halaman belakang rumah. Sesuai dengan hobinya sejak kecil, Handy turut memanfaatkan lahan yang dimilikinya untuk beternak. Selain sebagai hiburan dan pelepas penat, ternyata hasil dari peternakan mampu memenuhi kebutuhan pangan pribadi. Contohnya, telur yang dihasilkan dari peternakan bebek mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Bahkan beberapa kali Handy bersama teman-temannya menjual telur bebek tersebut karena merasa jumlahnya lebih dari yang mereka butuhkan. Seluruh pakan ternak diatur sendiri sehingga lebih bersih dan sehat walaupun produk

yang dihasilkan masih terbatas pada telur dan daging. yang dihasilkan masih terbatas pada telur. Usaha yang dirintis bersama kedua rekannya berlokasi di daerah Yogyakarta, tepatnya di rumah kontrakan yang dilengkapi dengan halaman belakang. Domba, bebek, angsa, dan itik tumbuh serta berkembang biak di tempat tersebut. Limbah kotoran ternak langsung diolah menjadi pupuk tanaman. Pakan yang diberikan yaitu pakan ternak dengan tambahan limbah organik demi menunjang kesehatan dan keberlanjutan produksi ternak. Prinsipnya, menjaga kesehatan ternak menjadi hal utama yang harus diperhatikan dan pemberian sekat antar ternak dapat memudahkan dalam melakukan perawatan serta kontrol. Tanggung jawab dan komitmen diperlukan dalam menjalani hobi yang melibatkan makhluk hidup. Handy mengatakan bahwa dirinya tidak kesulitan dalam membagi waktu ketika mengurus peternakannya karena ia menganggap

33


LIFESTYLE ternaknya sudah menjadi bagian dari hidup. Manfaat lain yang diperoleh yaitu dapat membantu pengolahan limbah organik sekaligus menjadi hiburan ketika pekerjaan mulai terasa berat. Setidaknya setiap pagi dan sore Handy ke kebun belakang untuk memberi makan lalu melepas penat dengan melihat tingkah laku peliharaannya. “Sulit untuk dijelaskan, dapat dipahami dan dirasakan ketika sudah punya,” jelas Handy sambil tertawa. Awalnya terdiri dari tiga ekor angsa kemudian beranak pinak menjadi sekitar 30 ekor. Sedikit demi sedikit Handy menambah variasi ternak lain seperti itik, domba, bebek, dan

“Tanggung jawab dan komitmen diperlukan

sugar glider yang saat ini menjadi hewan kesayangannya. “Tentu caranya berbeda dengan memelihara hewan kesayangan pada umumnya, walaupun memelihara ternak membutuhkan usaha lebih, namun selalu ada produk yang dihasilkan,” begitu ungkap Handy. “Keterbatasan tempat atau space tidak pernah menjadi persoalan yang berarti selama kita mengetahui batas populasi yang dapat ditampung, anggap saja sedang membangun kebun binatang mini,” jawab Handy ketika merespons pertanyaan apakah membutuhkan tempat yang lebih besar untuk memelihara banyak hewan di rumah. Apabila persoalan limbah dapat ditangani, maka memiliki peternakan kecil di belakang rumah

Dokumentasi: pribadi (Narasumber)

dalam menjalani hobi yang melibatkan makhluk hidup.” bukanlah sebuah masalah. “Siapa pun bisa mencoba, setiap kali mengunggah tentang ternak saya di media sosial, banyak teman yang bertanya soal pemeliharaannya dan tidak sedikit yang memuji katanya saya kelihatan bahagia,” tambah Handy. Tren memanfaatkan halaman belakang rumah sebagai lahan ternak memang belum banyak yang menerapkan di Indonesia, apalagi dengan stereotip bahwa beternak membutuhkan

lahan yang luas dan tidak dapat dilakukan di daerah perkotaan. Handy berharap kegiatan seperti ini juga dilakukan oleh kaum muda seperti mahasiswa atau yang baru mulai bekerja. Selain memberi manfaat nilai ekonomi, hobi tersebut juga membawa kepuasan tersendiri ketika kita mampu mengonsumsi makanan sehat dari ternak sendiri. Selain itu,

hobi yang berhubungan dengan makhluk hidup memberikan rasa bahagia tersendiri melihat mereka tumbuh dan berkembang biak. “Keuntungan materi dapat dihitung, namun ada keuntungan lain yang nggak bisa dihitung pakai angka, rasa rileks dan senang ketika selesai kerja lihat mereka,” ungkap Handy menggambarkan perasaannya. Kegiatan

34


yang dilakukan Handy mirip dengan program Kawasan Rumah Pangan Lestari, sebuah program dari pemerintah yang diadakan khusus untuk menciptakan kawasan pekarangan ramah lingkungan serta mampu memenuhi kebutuhan pangan bergizi untuk keluarga. Sumber pangan yang diperoleh dapat berupa sayur-mayur maupun sumber protein. Kegiatan ini sekaligus memberikan gambaran untuk teman-temannya bahwa pekarangan rumah dapat menjadi sumber manfaat apabila dikelola dengan baik. Maka dari itu, Handy mengakui dalam berkomitmen membutuhkan niat yang besar. Memiliki

35

sesuatu yang harus dijaga berarti bersedia untuk memenuhi kebutuhan mereka, baik dalam bentuk pakan maupun kenyamanan. Berawal dari halaman belakang rumah, terciptalah harapan besar. Handy dan kawankawan berharap beberapa waktu ke depan peternakannya dapat semakin bertumbuh besar. Semakin banyak limbah organik yang dikelola dari peternakan, semakin banyak produk peternakan yang dapat dinikmati oleh orang-orang sekitarnya. Saat ini Handy sedang berupaya untuk menambah kembali variasi hewan ternak yang ingin dimilikinya.

Dokumentasi: pribadi (Narasumber)

LIFESTYLE


POTRET

“Tersisa namun tak terlupakan” Kontributor : Kahfiara Krisna


KOLOM ALUMNI

Mengulik Peran Product Marketing Manager bersama Yoga Prasetyo Oleh: Ramadhania Editor: Ayu Diah

37

ilmu yang relatif baru seperti manajemen produk, salah satu profesi yang menyatukan berbagai aspek dalam strategi produk, penjualan, kepuasan konsumen, hingga pemasaran. Kali ini saya (red.) berkesempatan untuk mengenal lebih dalam di bidang industri teknologi, khususnya salah satu profesi yang memiliki peran besar dalam perusahaan teknologi. Beliau adalah Yoga Prasetyo, salah satu alumni Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada yang saat ini tengah berprofesi sebagai Product Marketing Lead GoPay di Gojek. Ketertarikan Yoga pada industri teknologi diawali dengan adanya rasa ingin tahu akan tren bisnis yang sedang naik daun. Berpengalaman hampir enam tahun bekerja, Yoga telah mencicipi banyak bidang

Dokumentasi: pribadi (Narasumber)

Jutaan lulusan perguruan tinggi terus berusaha mencari pekerjaan walaupun saat ini negara sedang berada dalam jurang resesi ekonomi. Meskipun dikatakan sebagai waktu yang kurang tepat untuk mencari maupun memperoleh pekerjaan, tetapi pada akhirnya sebagian besar orang tetap berhasil menduduki beberapa posisi yang diinginkan. Kebutuhan untuk terus tumbuh dan berkembang secara cepat memberikan peluang tersendiri bagi perusahaan agar mampu bersaing sekaligus memenangkan pasar dengan kondisi pemain yang semakin banyak. Masing-masing perusahaan kerap menawarkan inovasi yang semakin canggih untuk meningkatkan produk mereka. Hal ini mengakibatkan mulai bermunculan profesi dengan disiplin


KOLOM ALUMNI mulai dari bekerja di perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG), Building Material, hingga membangun perusahaan rintisan bersama dengan teman-temannya sudah Yoga lalui. Namun, yang paling menarik dan senantiasa mampu memikat Yoga adalah industri teknologi. Mengutip pernyataan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati yang mengatakan bahwa “potensi ekonomi digital di Indonesia akan terus melangkah seiring dengan perkembangan teknologi, peningkatan literasi digital masyarakat, serta perilaku masyarakat yang cenderung melakukan berbagai aktivitas ekonomi secara digital.” Berdasarkan pernyataan tersebut, mulai tumbuh ketertarikan dalam diri Yoga untuk mengeksplorasi perusahaan yang bergerak di bidang in-

dustri teknologi dengan budaya perusahaan yang agile. Kesibukan Yoga saat ini dipenuhi oleh aktivitas-aktivitas masa transisi selepas terjadinya merger antara Gojek dan Tokopedia. Selama hampir tiga tahun bersama Gojek, ia sempat berganti posisi beberapa kali. Diawali sebagai Campaign Manager, Yoga mengelola kampanye GoPay F&B Enterprise Channel yang menyertakan kurang lebih dari 150 mitra dan 5.000 toko di seluruh negeri. Setahun berlalu, dilanjutkan dengan posisi Commercial Strategy, yang berperan menyiapkan strategi go to market, sebagai solusi bisnis guna memastikan program apakah diterima dan dijalankan dengan baik di pasar. Selanjutnya, Yoga menduduki posisi selaku Product Marketing Manager hingga

“Tech company is very versatile dilihat dari dinamisnya dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya.” saat ini. Berkembangnya Gojek sekaligus adanya merger bersama Tokopedia menyebabkan perannya sebagai Product Marketing Manager menjadi lebih luas melalui proses adaptasi yang menantang. Berbagai macam transformasi teknolgi yang menakjubkan telah Yoga saksikan. Selain merger yang terjadi antara Gojek dan Tokopedia, maupun transformasi digital secara besar-besaran yang terjadi pada masa pandemi sekarang. Hal ini menjadi salah satu momen penting dalam sejarah sehingga memberikan dampak pada industri teknologi dan tentunya memberikan tantangan unik tersendiri bagi profesi Yoga saat ini. Apabila ha-

rus membandingkan dengan perusahaan lainnya yang cenderung stabil dan tidak banyak mengalami perubahan dalam hal budaya perusahaan, baik secara internal maupun eksternal, perusahaan teknologi seperti Gojek memiliki dinamika menarik sebagai akibat dari adanya berbagai perubahan. Maka dari itu, seluruh entitas dalam organisasi harus bergerak secara dinamis menyesuaikan dengan situasi yang terjadi. Ketika pandemi melanda, perubahan yang terjadi semakin nyata. Terutama di sisi eksternal yang memberikan dampak pada strategi bisnis Gojek. Perilaku konsumen menjadi berubah, sehingga permintaan maupun keinginan konsumen tentunya juga berbeda. Apalagi disertai dengan adanya

38


KOLOM ALUMNI

Salah satu bidang yang memiliki peran cukup kompleks di perusahaan adalah Product Management, sehingga terdapat begitu banyak jenis Product Manager (PM). Profesi yang paling umum selain Product Manager adalah Product Marketing Manager (PMM). Walaupun terdengar mudah, tetapi profesi ini lebih dari sekadar bicara soal pemasaran. Yoga menjelaskan secara detail dan menjabarkan perbedaan antara

bisnis, baik perusahaan rintisan maupun perusahaan yang telah berdiri sejak lama tetap menganggap bahwa Product Marketing merupakan salah satu divisi penting. Tanpa adanya seorang Product Marketing Manager yang mengelola komersialisasi produk sekaligus memimpin peluncuran produk, upaya pemasaran suatu bisnis akan dinilai kurang maksimal karena seluruh strategi tersebut berpusat pada Product Marketing. Dari segi pemasaran internal, mulai dari penjualan, kepuasan konsumen,

39

Product Manager dan Product Marketing Manager. Product Marketing Manager didefinisikan sebagai proses penyaluran produk ke pasar hingga mampu mencapai kesuksesan komersial. Ranah Product Marketing Manager biasanya beroperasi di pusat produk, kerja sama dengan perusahaan lain, pemasaran, penjualan dan selaku tim sukses dari apa yang dibutuhkan oleh konsumen. Terdapat banyak divisi yang juga bekerja sama dengan Product Marketing Manager, seperti performance marketing, customer relationship management, dan hal lainnya yang berkaitan erat dengan penjualan. Dalam dunia

dan tim riset kebutuhan konsumen sekaligus semua informasi tentang produk perusahaan baik proposisi nilai, fitur, posisi produk di pasar, serta menciptakan diferensiasi agar dapat bersaing secara kompetitif cenderung menjadi tugas bagi Product Marketing. Sedangkan jika dilihat dari sisi eksternal, Product Marketing bertanggung jawab untuk mengomunikasikan manfaat produk kepada calon konsumen dan industri lainnya. Maka dari itu, Product Marketing

Dokumentasi: Tim Redaksi Leaders

long-awaited merger yang terjadi antara Gojek dan Tokopedia. Hal ini mengharuskan Yoga bersama timnya mampu beradaptasi dengan situasi yang baru sekaligus belajar mempertajam naluri bisnis untuk mengikuti tren terkini.


KOLOM ALUMNI Manager merupakan seseorang yang juga bertugas untuk mempelajari, menciptakan serta memahami strategi yang tepat dari produk yang akan dirilis. Yoga juga menjelaskan bahwa di beberapa perusahaan, kontribusi Product Marketing Manager tidak terlepas dari adanya kerja sama dengan Product Manager dalam hal pengembangan strategi produk. Mereka menjadi lebih familiar dengan berbagai macam tipe konsumen sehingga program yang dibuat dapat membantu perusahaan dalam memperkenalkan produknya kepada audiens yang menjadi target di pasar. Adapun beberapa tugas lain dari Product Marketing Manager adalah menerjemahkan produk, solusi, dan juga teknologi yang rumit ke dalam pesan sederhana sehingga dapat dengan mudah dipahami konsumen. Maka dari itu, penting untuk memiliki beberapa keahlian dalam bidang pemasaran, penelitian, perencanaan strategis serta kemampuan berbicara di depan umum. Persamaan antara Product Manager dan Product Marketing Manager adalah keduanya berfokus terhadap kepuasan konsumen, seberapa puas mereka terhadap produk yang diberikan. Ketika menangani komplain dari konsumen, kedua divisi tersebut akan saling melengkapi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Selanjutnya, Product Marketing Manager dan tim akan mengambil langkah konsolidasi untuk menemukan akar permasalahan yang kemudian diteruskan kepada Product Manager, sehingga masing-ma sing divisi akan bersinergi untuk membangun kembali fitur produk yang nantinya dapat menarik awareness konsumen melalui strategi go to market. Beberapa keahlian yang membedakan kedua divisi tersebut yaitu, Prod-

“Memiliki dan menciptakan go to market strategy adalah salah satu bagian terpenting dari peran seorang Product Marketing Manager.” uct Manager yang lebih berfokus dalam pembuatan produk sehingga diperlukan keterampilan teknis, analitis, dan pemecahan masalah. Product Manager mengatur skala prioritas untuk membantu dalam pembuatan dan pengambilan keputusan yang lebih baik berdasarkan nilai yang paling penting bagi perusahaan. Pemahaman mereka terhadap hal-hal teknis seperti UI/UX, fitur produk, dan proyeksi bisnis juga lebih mendalam. Berbagai eksperimen perlu dilakukan sehingga hasil dari percobaan tersebut dapat dipilih yang terbaik untuk dieksekusi. Di sisi lain, Yoga menjelaskan bahwa Product Marketing Manager kerap menangani segala hal yang berkaitan dengan end user, sedangkan Product Manager cenderung melakukan penelitian yang berfokus pada sistem. Keduanya bertujuan untuk memahami para konsumen. Pada saat peluncuran produk, kedua divisi mengajukan pertanyaan yang sangat berbeda. Seorang Product Manager bertanya “Apakah produk dapat menyelesaikan masalah?” sedangkan seorang Product Marketing Manager bertanya “Bagaimana kita akan memberitahu kepada masyarakat luas bahwa produk itu dapat memecahkan masalah?”. Berbicara tentang bisnis yang bergerak di bidang teknologi, tentu tidak akan pernah ada habisnya, karena perubahan kerap

40


KOLOM ALUMNI “PMM’s focus is about the end user, whereas PM is

putting more focus on the product, which is not quite related to end user. However, both should work together to solve pain points of the user.”

menghampiri. Masih teringat jelas di benak Yoga, hal-hal yang pernah dipelajari selama menempuh studi di MM FEB UGM yang ia aplikasikan dalam setiap pekerjaannya. Hal pertama yaitu mengenai strategi, ketika memformulasikan strategi harus mempertimbangkan segala aspek internal maupun eksternal sehingga strategi yang dijalankan senantiasa selaras. Divisi yang ada dalam sebuah organisasi tidak dapat bekerja secara sendiri-sendiri untuk memperoleh hasil yang maksimal. Sinergi dan kolaborasi menjadi hal penting yang harus dilakukan sehingga perusahaan perlu mengetahui strategi apa yang akan dilakukan oleh pesaing. Apabila lengah sedikit, bisnis akan membayar harga yang sangat mahal dengan keuntungan yang rendah. Berikutnya yaitu riset, strategi tidak dapat dibuat tanpa dasar yang jelas. Harus dijabarkan secara rinci dari hulu hingga hilir, apa benchmark-nya, seperti apa tipe konsumen yang dituju, bagaimana mengidentifikasi blocker dan driver, serta mengetahui cara untuk mempertahankan mereka. Hal terakhir yang tak kalah penting adalah kepemimpinan. Cara berkomunikasi dan cara kita dalam memimpin merupakan suatu hal yang krusial dalam people management. Mengerti bagaimana menjadi pemimpin yang cakap, tidak mudah terdorong secara emosional serta memiliki kemampuan untuk beradaptasi. “Gojek is not for everyone” salah satu

41

gurauan yang kerap dilontarkan di Gojek. Menurut Yoga, kalimat tersebut ada benarnya. Hal ini dikarenakan tidak semua individu mampu menyesuaikan dengan budaya agile yang biasa dimiliki oleh kebanyakan perusahaan teknologi. Apabila memiliki keinginan berprofesi sebagai Product Marketing Manager, hal pertama yang harus diperhatikan menurut Yoga yaitu mulai memahami deskripsi pekerjaan dan mempelajari keterampilan penting apa saja yang harus dimiliki. Kemampuan utama dalam menyelesaikan masalah, komunikasi, business sense yang baik dan tidak kalah penting yaitu kemampuan analisis yang baik. “Perusahaan teknologi merupakan perusahaan yang memanfaatkan big data. Jadi kita data driven sekali, melalui data-data penting tersebut kemudian diolah, guna sebagai masukan yang bernilai untuk menentukan langkah bisnis kedepan” jelas Yoga. Berani mencoba dan eksplorasi banyak hal merupakan salah satu pesan penting yang dapat Yoga sampaikan kepada MM Leaders yang berminat untuk berkarir di industri teknologi. Terus membuka diri dengan halhal baru akan membantu kita dalam menemukan passion. Awali dengan melihat apa yang menjanjikan di masa depan. Tanyakan pada diri sendiri, apakah merasa cocok dengan seluruh ciri khas maupun budaya perusahaan teknologi? Karena yang terpenting adalah menemukan apa yang sesuai dengan diri sendiri.

“Those small steps for a better future do matter. Progress 1% pun tetap termasuk sebuah kemajuan.”


EVERPLATE

KULINER

Mencapai Efisiensi Bisnis Restoran Dengan Basis Cloud Kitchen

Dokumentasi: Tim Fotografi Leaders (Fadli Well)

Oleh: Fauzian Rizqi Pramanda Editor: Tyas Thea Narasumber: Daphne Yang (Sales Marketing Manager – Everplate Kitchens Indonesia)

Cloud kitchen, atau dapat disebut juga dengan ghost kitchen, merupakan suatu konsep bisnis restoran yang beroperasi secara daring dan hanya melayani pembelian produk makanan dan minuman secara pesan-antar. Konsep cloud kitchen mulai menjadi tren belakangan ini, terlebih dengan kondisi masyarakat, terutama di perkotaan, yang semakin sibuk sehingga mengubah perilaku konsumen saat ini menjadi cenderung untuk membeli makanan melalui layanan pesan-antar. Model bisnis cloud kitchen menjadikan bisnis restoran lebih efisien karena tidak perlu menyediakan peralatan seperti meja, kursi, dan perangkat makan karena tidak melayani konsumen yang makan di tempat. Selain itu, kebutuhan karyawan serta tempat pun bisa diminimalisasi. Biaya yang diperlukan untuk membangun kedai makanan dan minuman berbasis daring (cloud kitchen) pun tentunya lebih minim dibanding dengan mendirikan kedai atau restoran biasa yang melayani konsumen makan di tempat (dine in ). Hal ini pun didukung dengan aplikasi layanan pesan

antar berbasis teknologi yang berkembang cukup masif. Pada saat pandemi seperti sekarang dan dengan adanya penerapan pembatasan ke- giatan bersosial, masyarakat pun mulai membatasi untuk makan di tempat sehingga peluang yang ada dinilai semakin besar dan menjadikan konsep ini mulai dibidik oleh pengusaha kuliner. Salah satu pionir dalam bisnis cloud kitchen di Indonesia ialah Everplate. Daphne Yang, Sales Marketing Manager Everplate Kitchens Indonesia, mengatakan bahwa potensi bisnis cloud kitchen di Indonesia sendiri masih sangat besar. Bisnis makanan & minuman berbasis pesan-antar pun diprediksi akan bertumbuh 55% pada tahun 2024. Pelaku bisnis restoran, baik yang sudah ada saat ini atau pemain baru pun sudah mulai bergerak ke model berbasis pesan-antar karena tren masyarakat Indonesia pun berubah. Masyarakat, ter-

42


utama di kota-kota besar, saat ini mengutamakan efisiensi termasuk dalam pemesanan makanan dan minuman sehingga lebih menyukai restoran yang mampu menyediakan dan mengantarkan dengan waktu yang singkat. Penggunaan media sosial yang semakin masif pun memberikan peluang terhadap bisnis kuliner berbasis cloud. Peluang yang masih terbuka lebar ini menjadikan banyak pemain, baik pemain baru ataupun yang sudah ada, tertarik untuk merambah bisnis jasa restoran berbasis cloud. Salah satunya Grab yang telah merambah bisnis ini dengan Grab Kitchen. Namun, Everplate menawarkan keunikan yang belum dimiliki oleh para pesaingnya. Keunikan tersebut ditunjukkan dengan efisiensinya dalam

pemanfaatan ruang dan tenaga kerja. Oleh karena itu, Everplate memiliki misi untuk mendorong partner bisnisnya agar dapat meraih tingkat efisiensi yang belum pernah mereka capai sebelumnya. Konsep kerja sama bisnis yang ditawarkan b e r b a s i s i n f r a s t r u k t u r, yang tidak hanya menyewakan tempat dengan variasi harga yang bergantung pada besaran ukuran dan lokasi, tetapi juga memberikan dukungan sistem menyeluruh dengan biaya jasa layanan dan pemrosesan yang dibebankan kepada tenant hanya sebesar 3% dari pendapatan tenant.

Solusi menyeluruh yang ditawarkan ialah integrasi dengan layanan pesanantar yang ditawarkan dengan berbagai aplikasi, sistem pencatatan, pelaporan, analisis penjualan terpadu, serta dukungan pemasaran yang efektif melalui media sosial seperti kerja sama dengan influencer, layanan foto, dan video produk. Namun, untuk konsep pemasaran dan branding sendiri diserahkan kepada masing-masing merek. Everplate pun tidak hanya

43

Dokumentasi: Tim Fotografi Leaders (Fadli Well)

KULINER


KULINER bermisi untuk menawarkan efisiensi kepada para pebisnis restoran, tetapi juga berharap untuk dapat memberikan rasa makanan yang lezat dan kualitas sebaik mungkin kepada masyarakat. Dengan dukungan fasilitas dapur yang dimiliki Everplate sebanyak 7 tempat dan tiap fasilitasnya dapat menampung sekitar 40 dapur, tenant yang bergabung pun bervariasi. Mereka berasal dari berbagai jenis usaha makanan dan minuman, baik dari pengusaha terkemuka yang sudah cukup besar seperti Mangkokku, RedDog, Sec Bowl, SGD 1962, Bakmi Naga, Martabak Pecenongan, dan Fit Gourmet, hingga yang baru saja memulai bisnisnya di masa pandemi ini sehingga para konsumen dapat menikmati berbagai sajian yang ditawarkan. Sampai saat artikel ini ditulis, peluang tetap terbuka bagi pebisnis restoran yang belum bergabung dengan Everplate. Upaya yang dilakukan

untuk menarik tenant yang belum bergabung ialah melalui pemasaran melalui iklan berbayar dan membangun citra Everplate melalui konten-konten berkualitas di media sosial. Selain itu, Everplate juga mengerahkan tim-tim penjualan (sales) untuk menjangkau pedagang secara langsung untuk memperkenalkan dan menawarkan kemitraan Everplate serta membangun relasi baik dengan tenant yang sudah ada agar tenant tersebut mereferensikan dari mulut ke

mulut untuk menarik tenant potensial. Untuk keseluruhan fasilitas Everplate hingga saat ini masih berada di Jakarta, seperti di wilayah Kemang, Slipi, Kebon Jeruk, Kelapa Gading, Pasar Baru, Senen dan Permata Hijau. Everplate sendiri masih berfokus di area Jabodetabek, tetapi tidak menutup kemung-s kinan untuk merambah ke kota-kota besar lainnya di Indonesia.

44


POTRET

“Kopi Darat Angkutan Darat” Kontributor : Satria Adi Arifianto


POTRET


T

POV

echnology has been massively used in recent years, especially as the pandemic caused by Coronavirus began to hit. A huge effect has been felt by the sector of education. Indeed, the pandemic has been giving some negative impact on this sector, given the prohibition of crowding which prevents offline learning in schools.

Do EdTech Startups Bring Less Interaction Among Students?

While schools are experiencing this huge inconvenience, there is another part of the educational field that has been running, and they are running fast. That is the online tutoring platforms created by several well-known companies, such as Ruangguru and Zenius. According to Katadata.co.id, Ruangguru users jumped as much as 46%, or 22 million to be precise, in 2021. Similar to what happened to the educational technology (EdTech) startup founded by Belva Devara and Iman Usman, Zenius also received a surge in users during the pandemic. Anta-

Contributor: Henrikus Ezra Rahardi

ranews.com reported that this yellow-dominated application has experienced a rise in users in several provinces, which reaches 167% in Bangka Belitung, 108% in Papua, and 110% in Central Kalimantan. In addition to Zenius and Ruangguru, recently an EdTech startup CoLearn also received Se-

47

ries A funding of 10 million US dollars from a US-based investor, GSV Ventures. Additional investment from foreign countries certainly shows that the hard work put in by these startups has received global recognition.

Looking at some of the indicators above, it is necessary to look further at what EdTech startups are doing in building


Ilustrator: Tim Layouter Leaders (Vio)

POV their businesses, particularly on what makes them different from conventional tutoring. With the technology-based services, those who use this tutoring service can access lessons anytime and anywhere without any time limitation. The service providers are also doing the best they can to provide the best content to pamper their users. Contents presented by these service providers vary. For example, there is a learning feature that uses video-on-demand (VoD) created by the tutors. Moreover, to make the users even more comfortable, there is a live class feature so that students can have the experience of a real class. To quote Antaranews.com, Zenius is an online learning service provider that provides live class features with the hope that students can be more en-

thusiastic about learning and what they get can be more optimal. Zenius also uses research from Shift Learning which shows that students can remember 25% to 60% of the materials presented online, compared to only 8% to 10% in offline classes. However, online learning service providers may be forgetting that learning is not merely about the materials in class. There is one important aspect in the growth and development of the educational world, which is teaching students how to socialize and interact as well. Humans are born social creatures and these interactions are much needed in daily lives. Indeed, technology and content-wise, online tutoring has been very helpful for students in improving their knowledge-seeking needs while being at home. But, the relationships between friends are yet to be helped. To recall the times before the pandemic, offline tu-

toring after school hours increased students’ interactions with even more friends. These interactions made students learn about social life as well, one of which is adapting when meeting new people and building relationships among friends. This experience cannot be obtained from the contents in online tutoring, given that students need to learn this kind of interaction from their environment. In response to this matter, a formula must be developed to overcome this. One of the ways is to push the parents’ initiatives to pay more attention to children when they are learning at home. Parents play an important role in this to make children feel less alone when studying at home and feel that they have friends. In addition to actively accompanying children when learning, parents can replace the role of teachers by sharing about social life, such as telling stories about neighborhood and community life and asking children to interact more with their neighbors, but it also depends on their parents since we’re in the middle of a pandemic.

48


SASTRA

BIARKAN AKU Kontributor: Tyas Thea Langit hari ini indah Biru muda bertemu dengan putih abu Ditemani dedaunan pohon yang menari seirama dengan angin Tetapi tak banyak makhluk yang dapat menengadahkan kepalanya Sebagian kita sedang menunduk Untuk berdoa, mengucap lara serta tanya Untuk menyembunyikan air mata, mengucap duka Untuk berdiam mendekap tubuh, mengucap murka

Aku tak berhenti bertanya Apa lagi? Sampai kapan? Suatu hari nanti Ketika aku tak kuasa menahan atma pada tubuh Biarkan aku menari seirama angin Biarkan aku menjadi tempat jatuhnya rinai tangisan langit Dan hidup kembali pada jagat tanpa lara

49

Ilustrator: Tim Layouter Leaders (Vio)

Pun ketika kepala ini terangkat untuk melihat indahnya langit



leadersmagz

leaders.mmsaugm@gmail.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.