Lampung Post Minggu, 30 Oktober 2016

Page 1

OLAHRAGA Hlm.4 Dovizioso Rebut Posisi Terdepan

No. 13963 TAHUN XLII Terbit Sejak 1974

Harian Umum LampungPost @lampostonline @buraslampost

TERUJI TEPERCAYA

ANDREA Dovizioso akan memulai balapan hari ini (30/10) dari posisi terdepan di Seri MotoGP Malaysia 2016.

24 HALAMAN

Rp3.000 MINGGU, 30 oktober 2016

lampost.co

Menjaga Eksistensi Radio Komunitas

n LAMPUNG POST/IKHSAN DWI NUR SATRIO

NAIK REOG. Wakil Gubernur Lampung Bachtiar Basri, Irwasum Polri Komjen Dwi Priyatno, Komandan Korem 043/Garuda Hitam Kolonel Kav Supriyatna didampingi

Kapolda Lampung Brigjen Sudjarno dan seluruh jajaran kapolres/kapolresta menaiki reog usai upacara pengukuhan peningkatan status Polda Lampung dari tipe B menjadi tipe A di Mapolda Lampung, Bandar Lampung, Sabtu (29/10).

n LAMPUNG POST/IKHSAN DWI NUR SATRIO

TANDA TANGANI PRASASTI. Irwasum Polri Komjen Dwi Priyatno didampingi Kapolda Lampung Brigjen Sudjarno menandatangani prasasti dalam upacara pengukuhan peningkatan status Polda Lampung dari tipe B menjadi tipe A di Mapolda Lampung, Bandar Lampung, Sabtu (29/10).

n LAMPUNG POST/IKHSAN DWI NUR SATRIO

TARI TRADISIONAL. Sejumlah polisi wanita dengan menggunakan pakaian

adat Lampung membawakan tarian tradisional khas Lampung pada peresmian Polda Lampung yang kini bertipe A.

Asa Baru Polda Berkelas Berbagai permasalahan kamtibmas di Lampung harus bisa ditekan dengan peningkatan tipe Polda. EFFRAN KURNIAWAN

P

ENINGKATAN status Kepoli­ sian Daerah (Polda) Lam­ pung menjadi tipe A yang di­resmikan Sabtu (29/10) harus se­ iring dengan peningkatan kekuatan dan energi pelayanan serta penga­ manan di masyarakat. Peningkatan tipe ini harus berdampak positif dalam menekan kriminalitas, pere­ daran narkoba, dan konflik sosial di Lampung. Pengamat hukum Universitas Lampung, HS Tisnanta, mengatakan de­ngan peningkatan status Polda, per­sonel polisi di Lampung ber­ tambah sehingga energi pelayanan dan pengamanan pun meningkat, khususnya tugas yang bersifat pre­ ventif (pencegahan). “Yang harus diutamakan ada­

lah tantangan selama ini, yaitu tingkat konflik yang tinggi, tingkat keamanannya, dan yang paling utama peredaran narkoba yang juga tinggi. Isu itu bisa lebih harus ditanggulangi, serta yang terutama pula pungli yang menjadi PR besar, seperti di daerah Mesuji, Lampung Timur, dan Lampung Utara,” kata dia. Menurut Tisnanta, peningkatan status Polda itu juga berarti kekuatan dan daya jangkau menjadi lebih luas. “Harapan m a s y a ra k a t cuma tingkat keamanan dan stabilitas bisa dikenda­ likan itu saja. Dengan begitu juga ekonomi akan meningkat dengan banyaknya investor yang masuk ke Lampung,” ujarnya.

status sosial di Lampung dengan tenaga, fasilitas, dan peralatan yang meningkat, sehingga pelayanan dalam kamtibmas pun harus di­ tingkatkan. “Di sini kita tinggal tunggu aksinya saja di lapangan seperti apa, itu yang harus kita kontrol. Karena Polda harus mengedepankan tindakan antisipasi. Jangan sudah terjadi baru dikendalikan. Dengan begitu kan m a s y a ra k a t lebih merasa aman dan nya­man,” kata Fauzie. Provinsi Lampung pada 2015 masuk ke zona merah nasional pe­ nyalahgunaan narkoba, yakni berada di urut­ an enam be­ sar. Namun, masa Kapolda Brigjen Ike Edwin dapat ditekan menjadi urutan 12 pada 2016. Selain itu, melalui program ber­ kantor di luar mendapati 301 kasus. Dari jumlah kasus itu, yang sudah diselesaikan sebanyak 164 kasus. Program operasi sepanjang hari bisa menurunkan kejahatan konven­ sional hingga 30%, yakni dari 8.777

Peningkatan tipe Polda berpengaruh sangat positif dalam menekan tingkat konflik status sosial di Lampung.

Utamakan Antisipasi Sementara itu, akademisi IAIN Raden Intan Lampung, Fauzie Nur­ din, berpendapat peningkatan tipe Polda berpengaruh sangat positif dalam menekan tingkat konflik

menjadi 7.225 kasus. Bahkan, untuk kejahatan kontingensi, dari 15 kasus pada 2015 bisa ditekan hingga nihil pada 2016. Dengan meningkatkan tipe Polda, diharapkan berbagai kasus itu bisa lebih ditekan. Peresmian tipe A Polda Lampung ditandai dengan serah terima pataka dan penandatanganan prasasti oleh Irwasum Mabes Polri Komisaris Jenderal Dwi Priyatno di lapangan Mapolda Lampung, kemarin. Dwi Priyatno yang menyampaikan amanat dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjelaskan kenaikan tipe A Polda Lampung merupakan lang­kah nyata demokrasi internal di tubuh Polri dalam hal peningkatan pelayanan masyarakat. Hal itu beriringan dengan dina­ mika kehidupan di tengah kepa­ datan penduduk dan beragamnya jenis serta tingkat kejahatan yang tinggi. “Melalui peningkatan tipe ini juga dapat meningkatkan kuan­ titas personel sehingga kualitas pelayanan lebih optimal. Untuk itu, Kapolri berharap motivasi kerja Polda dapat lebih bertambah lagi sehingga pelayanan masyarakat dapat lebih baik,” kata dia dalam amanatnya. (R4) effran@lampungpost.co.id

PASEMON TEKAD Presiden Joko Widodo mem­ bersihkan negeri ini dari praktik pungutan liar (pungli) bak perjuang­ an Bratasena ketika melepaskan pen­deritaan rakyat Negara Giripura dari cengkeraman Prabu Baka yang bengis dalam cerita wayang. Sungguh tidak gampang. Akan tetapi, dengan keberanian dan konsistensi, Bratasena berhasil membasmi Baka. Memang tidak mudah meme­rangi pungli. Perilaku miring itu telah ngrembaka (berkembang ke manamana) karena berkelindan dengan persoalan watak. Ada sindiran da­ lam masyarakat, kalau watuk (batuk) itu mudah diobati, tetapi watak sulit “disembuhkan”. Inilah jawaban kenapa pungli seperti lestari dari generasi ke generasi.

RADIO komunitas kian ter­ pinggirkan. Padahal, ke­ b e ra d a a n ny a m e m b e r i man­faat bagi khalayak yang belum terjamah oleh media arus utama (mainstream). Se­lain kendala dana, radio ko­munitas juga mendapat hambatan saat mengurus proses perizinan. Pendiri radio Gema Lestari 107,7 FM di Desa Hanura, Pe­sawaran, Agus Guntoro, me­ngatakan radio komunitas ter­lahir untuk masyarakat, bu­k an milik swasta dan peme­rintah. Karena dikelola swadaya oleh masyarakat, ra­ dio komunitas bisa menjaga in­dependensinya dalam me­ nyuarakan aspirasi warga. Ia menerangkan pende­ ngar radio, khususnya radio ko­munitas, tidak seramai da­ hulu. Meski antusiasme war­ ga menurun karena terge­rus digitalisasi, pengelola radio komunitas tidak patah arang untuk terus mengudara dan berbagi memberikan in­ formasi. “Sekarang radio sudah mulai ditinggalkan masyarakat. Kini masyarakat lebih menyibukkan diri de­ ngan ponsel pintarnya,” kata Agus Guntoro, kemarin. Menurut Agus, radio Gema Lestari juga melakukan terobo­san dengan meman­ faatkan media sosial yang kini digandrungi semua ka­ langan. Melalui website gratis, radio komunitas bisa diden­ gar melalui siaran streaming. “Kami punya website, tapi ka­rena servernya gratis jadi se­d ang mengalami gang­ guan sementara,” katanya, ke­marin. Kendala klasik yang dia­ lami hampir semua radio ko­munitas, kata Agus, masih se­putar pembiayaan. Dana menjadi kendala yang cukup signifikan dalam mendukung eksistensi radio komunitas. Berdasarkan peraturan, radio komunitas tidak boleh me­nerima iklan komersial,

kecuali layanan yang diberi­ kan instansi pemerintah. Gema Lestari saat ini bekerja sama dengan menayangkan iklan layanan masyarakat dari BKKBN, kerja sama de­ ngan KPK, dan pernah be­ kerja sama dengan BPOM. Ketua Jaringan Radio Komu­nitas Lampung (JRKL) Rif­ky Indrawan mengatakan di Lampung ada 12 stasiun radio yang tergabung dalam JRKL. Di luar jaringan itu masih ada 20 stasiun radio. Radio komunitas ini tersebar di Bandar Lampung, Tulang­ bawang, Lampung Tengah, Lampung Timur, Pesawaran, Pringsewu, dan Lampung Selatan. Ia mengakui dukungan pemerintah terhadap radio ko­m unitas sangat minim. Radio komunitas berdiri atas perjuangan secara swadaya warga, seperti listrik, upah penyiar, sarana dan prasa­ rana, hingga acara off air. “Kami menerima sumbangan dari teman-teman karena tidak boleh menerima iklan komersial,” ujar Rifky. Menurut dia, penggiat ra­ dio komunitas terus berino­ vasi dan melakukan banyak kreativitas untuk berta­han. Saat jumpa pendengar, pi­ haknya menjual makanan, ka­us, dan berbagai kegiatan bis­nis lainnya. Hambatan yang dihadapi oleh radio komunitas, kata dia, cukup banyak, seperti urusan perizinan yang ber­ belit. Ia mencontohkan saat mengurus izin siaran radio dengan jarak 2,5 km atau hampir mencakup satu ke­ camatan, pihaknya harus mengurus perizinan hingga Jakarta. Proses perizinan juga sangat lama, padahal telah diatur dalam UU dan pera­ turan menteri, setidaknya 140 hari kerja proses per­ izinan itu bisa selesai. (AJI/M1)

SOROT I Hlm.21

n LAMPUNG POST/DOK

SIARAN. Penyiar radio Pelangi di Panjang, Bandar Lampung, sedang melakukan siaran bersama bintang tamunya.

OASIS

Mala Giripura ONO SARWONO Celakanya, akibat terus hidup tu­ run-temurun, perilaku saru itu lalu dianggap sebagai budaya. Tentu, de­ ngan alasan apa pun, praktik ti­dak semenggah itu tidak pantas di­sebut budaya karena budaya se­jatinya merupakan produk akal bu­di yang melahirkan peradaban mu­lia, ter­ masuk di antaranya tentang keindah­ an dan ketenteraman hi­dup. Dari perspektif itu, maka pem­ berantasan pungli seyogianya tidak hanya lewat pengawasan dan pe­ nindakan semata, tetapi juga yang pa­ling mendasar ialah mendandani

aspek hulunya, yakni pada watak setiap insannya.

Ijrapa yang Papa Syahdan, rakyat Giripura dilanda ketakutan luar biasa. Itu bukan karena adanya ancaman atau intimi­ dasi dari pasukan (negara) musuh, melainkan akibat perilaku kanibal rajanya sendiri. Prabu Baka, sang raja itu, mewajibkan rakyatnya secara bergiliran menyerah­ kan upeti kepadanya. Upeti itu bukan benda berharga atau bahan makanan produk pertanian dan perkebunan,

melainkan berujud manusia. Setiap kepala keluarga, sesuai dengan gilirannya masing-masing, harus menyerahkan persembahan manusia kepada sang raja. Dikisahkan, setiap tiga hari sekali, Baka, yang berwadak yaksa, mesti me­ nyantap menu daging orang. Konon, setelah menelannya, Baka merasa perkasa dan kesaktiannya terpelihara. Inilah yang menjadikannya terus keta­ gihan melalap daging rakyatnya. Akibat perilaku menggiriskan itu, banyak warga Giripura yang ter­paksa melarikan diri ke dusundu­sun negara tetangga. Mereka ke­takutan dan tidak bersedia antre jadi “kudap­an” sang raja.

BERSAMBUNG I Hlm.2

Kerja dan Kesehatan pada Usia Tua PENELITIAN terbaru di The University of Jyvaskyla di Finlandia menemukan bahwa ketidakseimbangan pola hidup antara bekerja dan istirahat memengaruhi kese­ hatan seseorang di kemudian hari. Hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Age and Ageing ini menyoroti pola hidup orang-orang modern yang cende­ rung mengabaikan keseimbangan hidup dan kesehatan karena tingginya tekanan, baik sosial maupun ekonomi. Bahkan dengan mengurangi waktu beristirahat dan sebaliknya banyak bekerja. “Penelitian ini menunjukkan bahwa buruknya keseimbangan hidup antara kerja dan istirahat pada usia muda memiliki kon­ sekuensi negatif di kemudian hari,” tulis para peneliti dalam jurnal tersebut. Hal ini memperkuat beberapa studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa jam kerja yang panjang berakibat negatif pada kesehatan seseorang, dengan efek buruk pada kesehatan jantung dan mental. (MI/R4)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Lampung Post Minggu, 30 Oktober 2016 by Lampung Post - Issuu