Paper Show 3 2017

Page 1

PERAN JARINGAN SOSIAL PADA KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA YANG BUNUH DIRI Amira Budi Mutiara Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

ABSTRAK. Kematian, khususnya jika disebabkan oleh tindakan bunuh diri, merupakan peristiwa yang memilukan. Ironisnya, bunuh diri itu sendiri rentan dilakukan oleh remaja yang memang memiliki banyak perubahan dalam hidupnya, seperti ketidaksiapan menghadapi tanggung jawab yang semakin berat, masalah di sekolah, dan masalah keluarga. Bunuh dirinya seorang remaja ini tentu memiliki suatu dampak terhadap orang-orang di sekitarnya, terutama keluarga, sebuah unit sosial terkecil dan terdekat bagi anak. Bagaimana dampak tersebut dan bagaimana keluarga ini kemudian melakukan coping ketika menghadapi kematian anaknya tersebut merupakan urgensi untuk melakukan penelitian ini.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan pada suatu keluarga yang salah satu anak remajanya meninggal karena bunuh diri. Dari hasil penelitian ini, terlihat bahwa jaringan sosial memegang peranan yang penting dalam proses coping keluarga yang mengalami peristiwa bunuh dirinya seorang anak. KATA KUNCI: Bunuh diri, coping, jaringan sosial, keluarga.

A.PENDAHULUAN Kematian salah satu anggota keluarga merupakan peristiwa yang memilukan. Kematian seorang anak bisa dibilang merupakan jenis kehilangan yang paling sulit untuk dialami seseorang, terutama jika penyebab kematian tersebut adalah bunuh diri (Middleton, Raphael, Burnett, & Martinek dalam Ilanit Tal Young, 2012). Orang tua yang kehilangan anak karena bunuh diri bisa sangat menderita oleh perasaan bersalah dan tanggung jawab (Maple, Edwards, Plummer, & Minichiello, 2009). Dalam peristiwa ini, orang tua mengalami perasaan bersalah, malu, dan syok yang lebih tinggi dibandingkan anggota keluarga yang lain (Reed dalam Ilanit Tal Young, 2012). Menurut CDC dan NHTSA (dalam Papalia & Martorell, 20XX), bunuh diri menempati peringkat ke-empat dalam penyebab utama kematian anak usia 15-19 tahun di U.S.

Diperkirakan mereka yang masih berusia muda namun sudah memiliki keinginan atau telah melakukan usaha bunuh diri cenderung memiliki riwayat penyakit emosional (Papalia & Martorell, 20XX). Dalam bukunya, Papalia dan Martorell juga menyebutkan bahwa mereka kemungkinan memiliki masalah di sekolah, mendapatkan perlakuan yang tidak baik di masa kanak-kanak, dan mengalami gangguan dalam hubungan dengan orang lain. Mereka juga cenderung mengasihani diri sendiri, merasa tidak memiliki harapan, dan memiliki kontrol impuls yang buruk serta toleransi yang rendah terhadap frutrasi dan stres. Di Indonesia sendiri, menurut Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, bunuh diri merupakan satu dari tiga penyebab utama kematian pada kelompok umur 15 hingga 44 tahun, dan nomor dua untuk kelompok 10 hingga 24 tahun (Windratie, 2016). Komisi Nasional

KELOMPOK STUDI MAHASISWA EKA PRASETYA UNIVERSITAS INDONESIA

1


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Paper Show 3 2017 by Kelompok Studi Mahasiswa UI - Issuu