Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Page 1

Edisi 6/Thn. I/Desember 2012

Online

2 0 1 2

Nasib Buku Puisi Temu Sastra Indonesia 2012 Deklarasi Hari Puisi Indonesia Obrolan dan Belajar Bersama Agus R. Sarjono Kunjungan Kopi Sastra ke Sastra Reboan

Putu Wijaya Altruis Jojo

Busuk Rupa

Asrizal Nur Agus R. Sarjono


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

2

Online

WANGI Putu Wijaya, 4 Asrizal Nur, 36

2 0 1 2

TOKOH Putu Wijaya, 16

LEGIT

Deklarasi Hari Puisi Indonesia, 29 Nasib Buku Puisi, 43 Sampul depan: 201221020221 karya Wahyudimalamhari

ULAS Obrolan dan Belajar Bersama Agus R. Sarjono, 20

Online Pemimpin Redaksi-Penanggung Jawab: Presiden Kopi Sastra Wakil Pemimpin Redaksi: Celoteh Jincurichi Pengumpul Naskah: Celoteh Jincurichi, Helmy Fahruroji, Nugraha A. Baesuni Editor: Indri Guli, Sanghitam, Nugraha A. Baesuni. Peliput Berita: Doni Dartafian A., Indra Nugraha, Rahmat Halomoan, Agus Arifin Pemotret: Hady Alvino. Sekretaris: Restu Restiani. Perancang Grafis dan Tata Letak: SangHitam. Ilustrasi Gambar: Wahyudimalamhari, Distribusi: Celoteh Jincurichi, Miftahul Falah, Havid Yazid Al Gifari. Iklan dan Keuangan: Nugraha A. Baesuni, Presiden Kopi Sastra, Qustan Sabar. Surel Redaksi: kopisastra@gmail.com Redaksi Majalah Online terbuka dalam segala bentuk komunikasi berupa tegur sapa, kiriman karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya (regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke kopisastra@gmail.com, atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra


3

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

MEJA REDAKSI LIMUN Temu Sastra Indonesia 2012, 58 Kunjungan Kopi Sastra ke Sastra Reboan, 64 TUNAS Altruis Jojo, 51 Busuk Rupa, 46

9

Ujung Senja Wahyudimalamhari, 67

Te r s e d i a K a l e n d e r eksklusif Kopi Sastra bagi pengirim karya untuk edisi 7 Januari 2013.

Salam sastra dan Budaya, Alhamdulilah, kita masih bisa dipertemukan walau dengan media ini. Tidak terasa tahun 2012 akan berakhir. Kita saat ini berada diujung tahun. Semua pasti memiliki rencana di tahun ini dan semua sudah dicapai, bila belum, semoga di tahun berikutnya rencana tersebut bisa digapai. Pada edisi ini kami memang sebenarnya sengaja untuk menunda tanggal terbit menjadi 2012-2012. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan kesan yang spesial di edisi terakhir tahun 2012 ini yang mungkin tidak akan kita temukan di tahun-tahun berikutnya. Berkaitan dengan isi dari edisi ini, kami hadir dengan 74 halaman. Kami menjatuhkan tema Sastra Mahal. maksudnya adalah segala bentuk sastra yang ternyata dalam bersastra itu memang sangat mahal. Entah dari biaya peralatan apresiasi, biasa penyelenggaran, bahkan dari biaya akomodasi sastrawan. Semoga kita semua bisa menikmati Majalah Online Kopi Sastra edisi 6. Salam sastra dan budaya. Redaksi Majalah Online Kopi Sastra


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

4

Online

Peradilan Rakyat WANGI

Putu Wijaya

Sumber gambar: Google Images

Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.


5

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

"Tapi aku datang tidak sebagai putramu," kata pengacara muda itu, "aku datang ke mari sebagai seorang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di negeri yang sedang kacau ini." Pengacara tua yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung. “Apa yang ingin kamu tentang, anak muda?� Pengacara muda tertegun. "Ayahanda bertanya kepadaku?" "Ya, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu s e b a g a i u j u n g tombak pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini." Pengacara muda itu tersenyum. "Baik, kalau begitu, Anda mengerti maksudku."

“Tentu saja. Aku juga pernah muda seperti kamu. Dan aku juga berani, kalau perlu kurang ajar. Aku pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan perjuangan penegakan keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan cendekiawan yang cemerlang ketika masih di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya. Kamu pasti tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu masih muda. Kamu sudah membaca riwayat hidupku yang belum lama ini ditulis di sebuah kampus di luar negeri bukan? Mereka menyebutku Singa Lapar. Aku memang tidak pernah berhenti memburu pencuri-pencuri keadilan yang bersarang di lembaga-lembaga tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah yang sudah membuat kejahatan menjadi budaya di negeri ini. Kamu bisa banyak belajar dari buku itu."


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

6

Online

Pengacara muda itu tersenyum. Ia mengangkat dagunya, mencoba memandang pejuang keadilan yang kini seperti macan ompong itu, meskipun sisasisa keperkasaannya masih terasa. "Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan itu sendiri." Pengacara tua itu meringis.

"Aku suka kau menyebut dirimu aku dan memanggilku kau. Berarti kita bisa bicara sungguh-sungguh sebagai profesional, Pemburu Keadilan." "Itu semua juga tidak lepas dari hasil gemblenganmu yang tidak kenal ampun!" Pengacara tua itu tertawa. "Kau sudah mulai lagi dengan puji-pujianmu!" potong pengacara tua. Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada kekeliruannya lalu minta maaf. "Tidak apa. Jangan surut. Katakan saja apa yang hendak kamu katakan," sambung pengacara tua menenangkan, sembari mengangkat tangan, menikmati juga pujian itu, "jangan membatasi dirimu sendiri. Jangan membunuh diri dengan diskripsidiskripsi yang akan menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir sajalah sewajarnya bagaikan mata air, bagai suara alam, karena kamu sangat diperlukan oleh bangsamu ini." Pengacara muda diam beberapa lama untuk merumuskan diri. Lalu ia meneruskan ucapannya dengan lebih tenang. "Aku datang kemari ingin mend


7

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

engar suaramu. Aku mau berdialog." “Baik. Mulailah. Berbicaralah sebebas-bebasnya.� "Terima kasih. Begini. Belum lama ini negara menugaskan aku untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. Pihak keluarga pun datang dengan gembira ke rumahku untuk mengungkapkan kebahagiannya, bahwa pada akhirnya negara cukup adil, karena memberikan seorang pembela kelas satu untuk mereka. Tetapi aku tolak mentahmentah. Kenapa? Karena aku yakin, negara tidak benar-benar menugaskan aku untuk membelanya. Negara hanya ingin mempertunjukkan sebuah teater spektakuler, bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini,, sudah ada kebangkitan baru. Penjahat yang paling kejam, sudah diberikan seorang pembela yang perkasa seperti Mike Tyson, itu bukan istilahku, aku

Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan.


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

8

Online

pinjam dari apa yang diobral para pengamat keadilan di koran untuk semua sepak-terjangku, sebab aku selalu berhasil memenangkan semua perkara yang aku tangani. Aku ingin berkata tidak kepada negara, karena pencarian keadilan tak boleh menjadi sebuah teater, tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau perlu dingin danbeku. Tapi negara terus juga mendesak dengan berbagai cara supaya tugas itu aku terima. Di situ aku mulai berpikir. Tak mungkin semua itu tanpa alasan. Lalu aku melakukan investigasi yang mendalam dan kutemukan faktanya. Walhasil, kesimpulanku, negara sudah memainkan sandiwara. Negara ingin menunjukkan kepada rakyat dan dunia, bahwa kejahatan dibela oleh siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara tetap dapat menjebloskan bangsat itu sampai ke titik terakhirnya hukuman tembak mati, walaupun sudah dibela oleh tim pembela seperti aku, maka negara akan mendapatkan kemenangan ganda, karena

kemenangan itu pastilah kemenangan yang telak dan bersih, karena aku yang menjadi jaminannya. Negara hendak menjadikan aku sebagai pecundang. Dan itulah yang aku tentang. Negara harusnya percaya bahwa menegakkan keadilan tidak bisa lain harus dengan keadilan yang bersih, sebagaimana yang sudah Anda lakukan selama ini." Pengacara muda itu berhenti sebentar untuk memberikan waktu pengacara senior itu menyimak. Kemudian ia melanjutkan. "Tapi aku datang kemari bukan untuk minta pertimbanganmu, apakah keputusanku untuk menolak itu tepat atau tidak. Aku datang kemari karena setelah negara menerima baik penolakanku, bajingan itu sendiri datang ke tempat kediamanku dan meminta dengan hormat supaya aku bersedia untuk membelanya." "Lalu kamu terima?" potong pengacara tua itu tiba-tiba. Pengacara muda itu terkejut. Ia menatap pengacara tua itu dengan heran.


9

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

"Bagaimana Anda tahu?" Pengacara tua mengelus jenggotnya dan mengangkat matanya melihat ke tempat yang jauh. Sebentar saja, tapi seakan ia sudah mengarungi jarak ribuan kilometer. Sambil menghela napas kemudian ia berkata: "Sebab aku kenal siapa kamu.� Pengacara muda sekarang menarik napas panjang. "Ya aku menerimanya, sebab aku seorang profesional. Sebagai seorang pengacara aku tidak bisa menolak siapa pun orangnya yang meminta agar aku melaksanakan kewajibanku sebagai pembela. Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka yang membutuhkan keahlianku untuk membantu pengadilan menjalankan proses peradilan sehingga tercapai keputusan yang seadil-adilnya." Pengacara tua menganggukanggukkan kepala tanda mengerti. "Jadi itu yang ingin kamu tanyakan?" “Antara lain."

"Kalau begitu kau sudah mendapatkan jawabanku." Pengacara muda tertegun. Ia menatap, mencoba mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati orang tua itu. "Jadi langkahku sudah benar?" Orang tua itu kembali mengelus janggutnya. " J a n g a n d u l u mempersoalkan kebenaran. Tapi kau telah menunjukkan dirimu sebagai profesional. Kau tolak tawaran negara, sebab di balik tawaran itu tidak hanya ada usaha pengejaran pada kebenaran dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau kejar dalam profesimu sebagai ahli hukum, tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan politik. Namun, tawaran yang sama dari seorang penjahat, malah kau terima baik, tak peduli orang itu orang yang pantas ditembak mati, karena sebagai profesional kau tak bisa menolak mereka yang minta tolong agar kamu membelanya dari praktikpraktik pengadilan yang kotor untuk


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

10

Online

menemukan keadilan yang paling tepat. Asal semua itu dilakukannya tanpa ancaman dan tanpa sogokan uang! Kau tidak membelanya karena ketakutan, bukan?� "Tidak! Sama sekali tidak!" "Bukan juga karena uang?!" " B u k a n ! " "Lalu karena apa?" Pengacara muda itu tersenyum. "Karena aku akan membelanya." "Supaya dia menang?" "Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan. Yang ada hanya usaha untuk mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai. Kalah-menang bukan masalah lagi. Upaya untuk mengejar itu yang paling penting. Demi memuliakan proses itulah, aku menerimanya sebagai klienku." Pengacara tua termenung. “Apa jawabanku salah?"

Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut. Y a n g t u a memicingkan matanya dan mulai menembak lagi.


11

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Orang tua itu menggeleng. "Seperti yang kamu katakan tadi, salah atau benar juga tidak menjadi persoalan. Hanya ada kemungkinan kalau kamu membelanya, kamu akan berhasil keluar sebagai pemenang." "Jangan meremehkan jaksajaksa yang diangkat oleh negara. Aku dengar sebuah tim yang sangat tangguh akan diturunkan." "Tapi kamu akan menang." "Perkaranya saja belum mulai, bagaimana bisa tahu aku akan menang." "Sudah bertahun-tahun aku hidup sebagai pengacara. Keputusan sudah bisa dibaca walaupun sidang belum mulai. Bukan karena materi perkara itu, tetapi karena soal-soal sampingan. Kamu terlalu besar untuk kalah saat ini." Pengacara muda itu tertawa kecil. "Itu pujian atau peringatan?" " P u j i a n . " "Asal Anda jujur saja." "Aku jujur." "Betul?" “Betul!"

Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut. Yang tua memicingkan matanya dan mulai menembak lagi. "Tapi kamu menerima membela penjahat itu, bukan karena takut, bukan?� "Bukan! Kenapa mesti takut?!" "Mereka tidak mengancam kamu?" "Mengacam bagaimana?" "Jumlah uang yang terlalu besar, pada akhirnya juga adalah sebuah ancaman. Dia tidak memberikan angka-angka?" "Tidak." Pengacara tua itu terkejut. "Sama sekali tak dibicarakan berapa mereka akan membayarmu?" " T i d a k . " "Wah! Itu tidak profesional!" Pengacara muda itu tertawa. "Aku tak pernah mencari uang dari kesusahan orang!" “Tapi bagaimana kalau dia sampai menang?"


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

12

Online

Pengacara muda itu terdiam. "Bagaimana kalau dia sampai menang?" “Negara akan mendapat pelajaran penting. Jangan mainmain dengan kejahatan!� "Jadi kamu akan memenangkan perkara itu?" Pengacara muda itu tak menjawab. "Berarti ya!" " Ya . A k u a k a n memenangkannya dan aku akan menang!" Orang tua itu terkejut. Ia merebahkan tubuhnya bersandar. Kedua tangannya mengurut dada. Ketika yang muda hendak bicara lagi, ia mengangkat tangannya. "Tak usah kamu ulangi lagi, bahwa kamu melakukan itu bukan karena takut, bukan karena kamu disogok.� “Betul. Ia minta tolong, tanpa ancaman dan tanpa sogokan. Aku tidak takut."

Dan kamu menerima tanpa harapan akan mendapatkan balas jasa atau perlindungan balik kelak kalau kamu perlukan, juga bukan karena kamu ingin memburu publikasi dan bintang-bintang penghargaan dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang benci negaramu, bukan?" "Betul." "Kalau begitu, pulanglah anak muda. Tak perlu kamu bimbang. Keputusanmu sudah tepat. Menegakkan hukum selalu dirongrong oleh berbagai tuduhan, seakan-akan kamu sudah memiliki pamrih di luar dari pengejaran keadilan dan kebenaran. Tetapi semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, kalau kamu mampu terus mendengarkan suara hati nuranimu sebagai penegak hukum yang profesional." Pengacara muda itu ingin menjawab, tetapi pengacara tua tidak memberikan kesempatan.


13

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

"Aku kira tak ada yang perlu dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku bertemu dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia." Pengacara muda itu jadi amat terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang tua itu mengangkat tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. Nampaknya sudah lelah dan kesakitan. "Pulanglah sekarang. Laksanakan tugasmu sebagai seorang p r o f e s i o n a l . " "Tapi..." Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda. "Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam.� Entah karena luluh oleh senyum di bibir wanita yang memiliki

mata yang sangat indah itu, pengacara muda itu tak mampu lagi menolak. Ia memandang sekali lagi orang tua itu dengan segala hormat dan cintanya. Lalu ia mendekatkan mulutnya ke telinga wanita itu, agar suaranya jangan sampai membangunkan orang tua itu dan berbisik. "Katakan kepada ayahanda, bahwa bukti-bukti yang sempat dikumpulkan oleh negara terlalu sedikit dan lemah. Peradilan ini terlalu tergesa-gesa. Aku akan memenangkan perkara ini dan itu berarti akan membebaskan bajingan yang ditakuti dan dikutuk oleh seluruh rakyat di negeri ini untuk terbang lepas kembali seperti burung di udara. Dan semoga itu akan membuat negeri kita ini menjadi lebih dewasa secepatnya. Kalau tidak, kita akan menjadi bangsa yang lalai." Apa yang dibisikkan pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu tertawa terkekeh-kekeh. Ia


14

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi. Rakyat pun marah.. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah. Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu. "Setelah kau datang sebagai seorang pengacara muda yang gemilang dan meminta aku berbicara sebagai profesional, anakku," rintihnya dengan amat sedih, "Aku terus membuka pintu dan mengharapkan kau datang lagi kepadaku sebagai seorang putra. Bukankah sudah aku ingatkan, aku rindu kepada putraku. Lupakah kamu bahwa kamu bukan saja seorang profesional, tetapi juga seorang putra

dari ayahmu. Tak inginkah kau mendengar apa kata seorang ayah kepada putranya, kalau berhadapan dengan sebuah perkara, di mana seorang penjahat besar yang terbebaskan akan menyulut peradilan rakyat seperti bencana yang melanda negeri kita sekarang ini?

Putu Wijaya


15

Edisi 6 / Thn. EdisiI /6Desember / Thn. I / Desember 2012 2012 Online

12 Online

HANYA ANDA YANG MEMILIKI

Kami desain buku, majalah, kalender, dan segala kebutuhan dokumentasi Anda dengan unik dan eksklusif @WRdesignArt


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

16

Online

PUTU WIJAYA SAKIT TOKOH

Sumber gambar: Google Images

Laki-laki yang dikenal dengan nama Putu Wijaya ini memiliki nama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Lahir di Puri Anom Tabanan, Tabanan, Bali, 11 April 1944 Putu Wijaya adalah seorang sastrawan yang dikenal serba bisa. Ia penulis drama, cerpen, esai, novel dan juga skenario film dan sinetron.


17

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Dalam catatan perkembangan seni dan sastra, nama Putu Wijaya tidak bisa dikesampingkan apalagi disingkirkan. Ia memang dikenal sebagai dramawan, karena keseriusannya di dunia teater sangat hebat dan prestasinya menakjubkan. Lebih hebatnya lagi, meski terkenal sebagai dramawan, Putu Wijaya tidak kalah produktif dalam menciptakan karya sastra di luar naskah drama dan film. Hingga kini, karyanya sudah berjumlah ratusan. Sayangnya, seniman serba bisa ini sejak September terbaring di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Kabar terakhir ia menginap di kamar 417 rumah sakit tersebut. Ya, seniman Putu Wijaya mengalami pendarahan di otak.


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

18

Online

Kabar terakhir memang menyebutkan bahwa Putu Wijaya sudah mengalami kemajuan dalam penyembuhan penyakitnya. Sebulan setelah terbaring lemah di rumah sakit karena pendarahan di otak, sutradara film Perawan Desa itu semakin membaik tanpa harus menjalani operasi. Hal ini diamini Sang istri, Dewi Pramowati. Pada masa-masa perawatannya, Putu Wijaya memang mengalami kendala dalam biaya pengobatan. Pernah beberapa kali proses operasi yang direncanakan sebelumnya harus berubah-ubah jadwal, karena kurang biaya pengobatan. Syukur bahwa banyak sahabat dan orang-orang yang mengenal beliau bersedia membantu, diantaranya Hatta Rajasa, Jero Wacik, dan Goenawan Muhammad. Redaksi Kopi Sastra memang belum mendapatkan kabar terbaru ketika Majalah Online Kopi Sastra edisi 6 diluncurkan, namun kita tentu mengharapkan yang terbaik untuk seniman kebanggaan kita itu. Amin.


Online

Mengucapkan

Selamat Natal dan Tahun Baru 2013


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

20

Online

ULAS

OBROLAN DAN BELAJAR BERSAMA AGUS R. SARJONO

Banyak dari kita telah mengenal nama Agus R. Sarjono. Ia adalah penyair dan esais nusantara yang sudah dikenal pecinta sastra Indonesia, bahkan dunia. Lelaki berusia 50 tahun ini sangat dikagumi sejak sukses meluncurkan buku kumpulan puisi berjudul Suatu Cerita dari Negeri Angin. Kesuksesan itu ditandai dengan dicetak ulang buku tersebut serta diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing. Sebelum itu, terdapat pula buku Kenduri Cinta yang diterbitkan lebih dahulu yang juga dicetak ulang. Selain itu, Agus R. Sarjono sangat dikenal dengan puisinya yang berjudul Sajak Palsu. Puisinya ini sering menjadi puisi wajib dalam event atau lomba membaca puisi.


21

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Seperti pementasan pada umumnya, apa yang kita lihat saat ini mengenai pementasan karya s a s t r a membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Pada akhir bulan November, tepatnya ketika acara Kongres Bahasa dan Sastra Indonesia yang diadakan di Universitas Pakuan, kami berkesempatan mewawancarai Bapak Agus R. Sarjono yang pada acara itu hadir sebagai pembicara. Wawancara kami dengan beliau berlangsung sangat santai dan sederhana. Wawancara yang kami lakukan ini tentu berhubungan dengan tema majalah online bulan ini, yaitu 'mahal'. Kami mulai meminta pendapatnya mengenai kemasan dunia sastra. Ya, tepatnya mengenai sisi budget dalam kemasan tersebut. Seperti pementasan pada umumnya, apa yang kita lihat saat ini mengenai pementasan karya sastra membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pementasan baca puisi misalnya, dalam penyelenggaraannya dibutuhkan biaya yang cukup besar, paling tidak untuk menyewa tempat, perangkat audio, serta biaya mencetak undangan. Pandangan ini berdasarkan pengalaman kami menonton pementasan di wilayah Jabodetabek.


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Kenyataan ini setidaknya memberikan pertanyaan, seberapa jauhkah dampak yang dihasilkan dari pementasan megah terhadap kecintaan masyarakat pada puisi? Salah satu pementasan yang membutuhkan biaya cukup besar yaitu pementasan konser puisi multimedia yang tengah digencarkan penyair Asrizal Nur. Dalam pelaksanaannya, minimal Asrizal Nur membutuhkan stage yang dilengkapi tata lampu baik, perangkat infokus yang baik, serta perangkat audio yang hebat. Bila salah satu di antara hal wajib tadi tak terpenuhi, maka gagalnya pementasan telah siap menyambut. Belum lagi perangkat properti yang beragam serta pemeran-pemeran pendukung bila dibutuhkan. Hal ini tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

22


23

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Menanggapi hipotesis tentang ke'mahal'an tersebut, Agus R. Sarjono justru memanggapi dengan ringan. Menurutnya bukanlah suatu yang harus dipermasalahkan apabila penyelenggaraan pementasan (dalam hal ini pembacaan puisi) dibuat begitu megah atau tanpa modal sedikit pun. Menurutnya, dalam berseni tidak ada batasan, karena itulah pementasan membaca puisi pun tidak memiliki keharusan dibuat semiskin mungkin maupun semegah mungkin, yang penting bagus. Lho, kok yang penting bagus? Ya, tentu saja! Yang paling penting adalah keseriusan dalam pementasan tersebut. Bila pementasan digarap dengan serius, tentu saja pementasan tersebut akan bagus dan bisa dinikmati penonton. Lebih lanjut Agus R. Sarjono menganalogikan bahwa cara menikmati pementasan baca puisi sama halnya seperti menikmati keindahan alam atau seni-seni lain, yakni bisa dinikmati dalam berbagai cara, bergantung selera masing-masing. Karena itu pula Agus R. Sarjono tak peduli bagaimana penyelenggaraan pentas membaca puisi, adakah itu harus mewah ataukah kumuh, yang paling penting yaitu dapat memikat penonton.

24


25

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Seakan berlawanan dengan pementasan yang dilaksanakan dengan megah, di masyarakat justru masih beredar anggapan bahwa sastrawan adalah orang-orang berpenghasilan sangat minim. Masih banyak orang yang beranggapan bahwa sastrawan adalah orang-orang yang kere dan menyedihkan. Menanggapi hal ini, Agus R. Sarjono yakin bahwa hal ini hanya mitos, atau malah hanya sekedar gosip yang terlalu lama beredar. Pada dasarnya aktivitas pementasan puisi dengan kegiatan sastra pada umumnya memang berbeda. Kegiatan membaca puisi lebih mengarah pada pementasan, komunikasi dua arah. Sementara kegiatan sastra lainnya lebih mengarah pada komunikasi satu arah. Menurutnya sastra tidak memiliki hubungan langsung dengan kesejahteraan ekonomi si penyair. Adakah itu berupa sastra tulisan, maupun sastra lisan. Menurut Agus R. Sarjono masyarakat sekarang sudah sangat cerdas, begitu pula penulis, ̶ tentu termasuk diantaranya penyair. Dalam sastra tulis misalnya, kecerdasan bangsa ini ini bisa dilihat dari banyaknya penulis-penulis muda yang produktif. Dari tangan penulispenulis tersebut lahirlah banyak karya dengan beragam gaya. Bukan itu saja, keragaman karya itu pun diimbangi dengan kekayaan isi di dalamnya serta keseriusan dalam pengerjaannya. Novel misalnya, dulu novel hanya berkisar antara 60-120 halaman, tapi sekarang para sastrawan muda menulis novel sudah dengan ratusan halaman. Hampir jarang ditemukan novel yang kurang dari 160 halaman.


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Kemudian, mengenai keseriusan pengerjaan tulisan. Berdasarkan begitu banyaknya karya yang terbit serta banyak diantaranya diterbitkan dengan cara independen, tentu saja hal ini menandakan bahwa pengerjaannya sangat serius. Padahal, kita tahu bahwa dalam menerbitkan sebuah buku secara independen dibutuhkan biaya bernilai jutaan. Kalau banyak sastrawan menghabiskan jutaan rupiahnya demi sebuah buku, apakah itu berarti sastrawan adalah golongan miskin? Lalu bagaimana dengan pementasan pembacaan puisi? Tentu tidak jauh berbeda. Bila kita memandang sesuatu dari sudut harga, tentu pertimbangan ekonomi sangat berlaku. Namun, berkaca dari fenomena banyaknya buku berbau sastra yang tampil ke permukaan, kita semakin yakin bahwa generasi anak negeri saat ini adalah generasi yang sudah cerdas. Berkaca pula dari banyaknya kegiatan pementasan baca puisi yang diselenggarakan dengan megah, apalagi gratis, kita pun mengerti bahwa kebanyakan orang setuju, bahwa pada hakikatnya karya ̶ termasuk sastra- adalah untuk dinikmati, bukan untuk diperdepatkan, apalagi hanya soal harga. Sepele bukan! Ya, seperti itulah kira-kira inti dari obrolan kami bersama Bapak Agus R. Sarjono, penyair yang sudah kami anggap guru penting. Semoga obrolan kami bermanfaat. (NAB)

26



k ap bra i S ge g en M

Kami siap menerbitkan karya Anda sesuai dengan keinginan Anda Karena sastra itu untuk dinikmati bukan untuk diperdebatkan

Kami juga promosikan buku Anda di Majalan Online Kopi Sastra

Online


29

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Deklarasi Hari Puisi Indonesia LEGIT

Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri, bersama sekitar 40 penyair dari seluruh Tanah Air, siap mendeklarasikan Hari Puisi Indonesia. Deklarasi Hari Puisi Nasional ini merupakan puncak dari serangkaian acara Pertemuan Penyair Indonesia (PPI) I yang diadakan di Anjungan Idrus Tintin Pekanbaru, Riau, pada 22 November 2012.


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Sesuai hasil kesepakatan Tim Perumus, tangglal 26 Juli dipilih sebagai Hari. Yakni hari lahir penyair Chairil Anwar, peletak tonggak utama tradisi puisi modern Indonesia. Sekitar 40 penyair Indonesia hadir dalam PPI ini, antara lain John Waromi (Papua), D Kemalawati (Aceh), Asrizal Nur (Jakarta), Acep Zamzam Noor (Bandung), Rahman Arge (Makassar), Micky Hidayat (Banjarmasin), Hanna Fransisca (Singkawang), Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Fakhrunnas MA Jabbar (Pekanbaru), Anwar Putra Bayu (Palembang), Pranita Dewi (Denpasar), Suminto A Sayuti (Yogyakarta), Bambang Widiatmoko (Jakarta), dan Sosiawan Leak (Solo). Deklarasi Hari Puisi Indonesia, berisi antara lain Indonesia dilahirkan oleh puisi yang ditulis secara bersama-sama oleh para pemuda dari berbagai wilayah tanah air. Puisi pendek itu adalah Sumpah Pemuda. Ia memberi dampak yang panjang dan luas bagi imajinasi dan kesadaran rakyat nusantara. "Hari Puisi sebagai momentum bertemu penyair dan merayakan puisi guna memuliakan puisi," kata Rida K. Liamsi.

30


31

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Para penyair yang diundang untuk mendeklarasikan Hari Puisi terbatas untuk mewakili provinsi/daerah. "Ini hanya soal anggaran untuk mengundang sebanyak penyair," kata Isbedy pula. Dengan adanya Hari Puisi kita berharap dapat menempakan puisi untuk dihormati. Sutardji menegaskan, bangsa yang besar adalah yang menghormati jasa-jasa pahlawannya. Tetapi, kata Sutardji lagi, kenapa tidak pada saat ini kita ikrarkan bahwa bangsa yang besar ialah bangsa yang berbudaya. Gubernur Riau Rusli Zainal menyambut Deklarasi Hari Puisi yang dibacakan Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri, didampingi para penyair Indonesia, di Anjungan Seni Idrus Tintin, Pekanbaru. Sambutan hangat Gubernur Riau itu, akan ditindaklanjuti dengan mewajibkan kepala daerah seRiau agar merayakan Hari Puisi yang ditetapkan 26 Juli mengacu tanggal kelahiran Chairil Anwar.


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

"Menariknya lagi, Gubernur Riau Rusli Zainal juga membacakan puisi 'Cintaku Jauh di Pulau' karya Chairil Anwar sebagai bukti ia menyambut positif penetapan Hari Puisi. Dia membaca untuk penutup pada saat pukul 23.00 WIB," kata Isbedy pula. Rida K Liamsi, salah satu inisiator-koseptor Hari Puisi mengharapkan, adanya Hari Puisi maka kita bisa memuliakan dan menghargai puisi di Indonesia. Hari Puisi ditetapkan pada 26 Juli mengacu kelahiran Chairil Anwar. "Chairil adalah penyair fenomenal, dikenal dari Aceh hingga Papua. Itu sebab dasar pilihan tanggal Hari Puisi," kata Isbedy menyampaikan hasil Musyawarah Penyair Indonesia di Hotel Grand Elite Pekanbaru itu pula. Mulai tahun depan, perayaan Hari Puisi akan dilaksanakan serentak di kabupaten/kota di Provinsi Riau. "Gubernur Riau sangat berharap momentum deklarasi di bumi Melayu ini didengar pemerintah pusat,lalu ditetapkan pada 26 Juli," kata Isbedy lagi. Para penyair yang tampil pada Malam Puisi dan menandatangani deklarasi antara lain D Kemalawati (Aceh), Hasan Albanna (Sumatera Utara), Fakhrunnas MA Jabar (Riau), Hasan Aspahani (Kepri), Anwar Putra Bayu (Sumatera Selatan), Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Bambang Widiatmoko, Jamal D Rahman (Jakarta), Pranita Dewi (Bali), Micky Hidayat (Kalses), John Manaru (Papua) dan lain-lain.

32


33

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Hargai Budaya Penyair Sutardji Calzoum Bachri menegaskan bahwa bangsa yang besar harus menghargai kebudayaan, dan bukan hanya menghargai para pahlawan. Pernyataan Presiden Penyair Indonesia dilontarkan saat Musyawarah Penyair di Pekanbaru, Riau, Kamis (22/11). Kegiatan serangkaian Malam Puisi dan Deklarasi Hari Puisi Indonesia. Menurut Sutardji, Hari Puisi diperlukan oleh bangsa ini. "Namun soal tanggal dan bulan, silakan saja," kata dia. Kelahiran Chairil Anwar sebagai Hari Puisi Indonesia karena kepenyairan Chairil sudah dikenal hingga Papua, dan ia merupakan tonggak perpuisian Indonesia. Meskipun soal tanggal ini mengundang perdebatan dalam Musyawarah Penyair Indonesia, namun mayoritas peserta menyetujui 26 Juli sebagai Hari Puisi Indonesia. "Kalau egois ke-Riau-an, saya lebih setuju hari lahirnya Sutardji atau Raja Ali Haji. Tapi kita bicara keIndonesian, maka sangatlah pas jika ditetapkan tanggal kelahiran Chairil," kata Marhalim Zaini, penyair asal Riau.


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

34


Pasang Aksimu!

Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini hanya Rp250.000,-/satu halaman penuh untuk edisi Januari 2012 silakan hubungi: 08567360301 (Wahyu) Atau pindai kode batang ini 085781187826 (Nunu)


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

WANGI Asrizal Nur

Kuda

Hentak tenaga melesat di rimba darahku meringkik garang berlari di sabana nadiku lapar rumput langit menggeliat dalam risau julang aku terbang meninggalkan kandangdiamku kudaku tak kuda bendi tutup mata mata buta luka lecut kusir tak kuda kepang ditunggang akal hilang sana sini seruduk orang tak kuda pacuan taruhan orang ber-uang gila angguk tepuk riang

36


37

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

tak kuda kebun binatang dielus senang disuap makan badan terkekang tak kuda liar puntangpanting memacu bayang larilari letih sendiri aish kuda... kudaku kuda sembrani kuda para nabi kuda larilah kencang rakit jembatan walau di rahang jurang aish kuda.. hentak tenaga hentak sepak tinggalkan jejak di tiap tapak sentak riak gasak jebak Aish kuda‌‌ kuda larilah kuda hentak tenaga melesat ke awang puncak dengus nafas merdeka


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Asrizal Nur

Matahari Hati Ketika zaman musim kelam orang –orang bungkus hati dengan selimut buram pada musim ini jalan bersimpang kelam selalu jebak tapak sama musim gelap uji besar cahaya hati bila redup, gelap tipu pandang selamatkan hati nyalakan jadi matahari tuntun ragam musim matahari hati pembeda mana terang mana kelam

Jakarta, Agustus 2005

38


39

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Asrizal Nur

Tikus Api Di negeri tikus api sulit beda mana tikus mana kelinci pencuri dan orang suci di negeri tikus api sang pemburu menembak hati sendiri Depok, Oktober 2005


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Asrizal Nur

Revolusi Tikus Api Mulanya cuil ompong mainan kucing tidur asah gigi pisau pada dengkur cakar kucing mengendap maling taring tak ada yang tau giginya disembilu hari cakar kucing dingilu mimpi patahkan taring tikus peluh letih tak ada yang mau tau hardik kucing tinggal lenguh cicit tikus makin riuh taring runcing kian sembilu tak ada yang perlu tau tikus jelma jadi api bakar : dapur buku palu waktu ketika pondasi rumah jadi abu siapa mampu jadi pemburu ? Depok, Oktober 2005

40


41

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Sumber gambar: Google Images

Dengan menunggang Kuda (judul puisi Asrizal Nur), dia bertolak ke Jakarta pada tahun 1995 meninggalkan Pekanbaru, Riau. Sebuah asa merecuprecup di hatinya. Sebab, bekal ilmu seni budaya melayu yang ditimba sejak tahun 1990, hendak dipahat di ibu kota. Sesampai di Jakarta, dia tak ke lain hati. Dalam berbagai kegiatan budaya yang diikuti dan digelar dibungkusnya dengan kemelayuannya hingga akhirnya pada tahun 2000 Asrizal Nur mewakili Indonesia acara budaya tingkat Asia Tenggara (ILO) di Swiss. Tak berhenti di situ, di tahun yang sama ia menampilkan seniman Riau secara kolektif di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Tapak berikut pada tahun 2000 juga, Asrizal kembali merasuk pikiran Jakarta dengan budaya Melayu dengan Gong Melayu I se-Asia Tenggara.


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Tak puas dengan kegiatan tersebut, Asrizal Nur kembali membawa wajah melayu Riau ke Jakarta dengan menggelar Festival Kesenian Riau TIM pada tahun 2002. Tahun 2004, Asrizal Nur membawa tim kesenian Bengkalis untuk tampil keliling Eropa. Di tahun berikutnya, menampilkan pembacaan puisi tunggal Rida K. Liamsi di TIM. Ditahun 2006, ia menggelar Festival Sastra Negeri Kata-kata dan menyelengara jalan bersama penyair dengan bupati dan wali kota melayu se-Indonesia. Tahun 2007, Asrizal Nur menggelar pekan Presiden Penyair, Sutardji Calzoum Bachri. Dari berbagai kegiatan tersebut, Asrizal Nur dinobatkan sebagai penerima Anugerah Sagang kategori seniman/budayawan serantau. Baginya, Anugerah Sagang ini sangat berarti pada dirinya meskipun dia sebagai seniman tidak berharap anugerah kecuali berkarya dan kreatifitas. “Saya sangat berterima kasih kepada panitia, ternyata saya ada. Apa yang saya perbuat terhadap budaya melayu, ternyata ada yang memperhatikannya. Jelas, anugerah ini semakin memicu saya untuk berbuat lebih banyak lagi,� katanya. Dalam pandangan Asrizal Nur, Anugerah Sagang adalah sebuah apresiasi seni budaya yang luar biasa dan mendapat respon terhadap orang-orang kreatif yang berjuang pada budaya. Hanya saja, anugerah ini perlu dikumandangkan hingga tingkat internasional. Sebab masih banyak seniman di luar Riau yang belum tahu anugerah ini. Padahal salah satu katagorinya ada untuk seniman serantau. Sumber biografi : tamanismailmarzuki.com

42


Nasib Buku Puisi LEGIT


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Kawan, sering kita jumpai buku-buku kumpulan puisi yang baru terbit di toko buku. Banyak di antaranya merupakan karya penulis baru. Lalu, bagaimanakah nasib buku-buku tersebut? Apakah akan tinggal berlama-lama di atas rak? Kita tentu berharap itu tidak terjadi. Hal itu tentu tidak bagus. Apalagi, bila buku-buku puisi bernasib di bak obralan dengan harga bantingan. Masa setelah reformasi 1998, mungkin adalah masa buruk bagi perpuisian di Indonesia. Fakta membuktikan, banyak buku-buku puisi berakhir di obralan lima ribu rupiah. Lebih banyak lagi ditemukan buku-buku puisi yang hilang dari daftar kerja redaksi penerbit dan distributor setelah cetakan pertamanya. Tegasnya, jarang ada buku puisi yang dicetak ulang, tak peduli seberapa terkenal penulisnya. Kenyataan ini dapat kita jadikan indikator perkembangan pencinta puisi di negeri kita. Yang pertama, mungkin fakta ini adalah tanda bahwa pencinta puisi di negara kita masih sangat sedikit. Yang kedua, mungkin kualitas puisi kurang menarik minat masyarakat. Ketiga, mungkin pergerakan perpuisian belum memanggil hati masyarakat Indonesia. Tiga hal itu memang cukup untuk dijadikan simpulan mengenai pandangan terhadap perkembangan puisi serta masyarakat pembacanya.

44


45

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Buku antologi puisi memang nampak seperti mengalami degresi, namun terlalu sembrono bila kita mengatakan bahwa perpuisian Indonesia merosot, apalagi payah. Mengenai buku puisi yang dicetak ulang, buku karya Agus R. Sarjono bisa kita jadikan alasan. Paling tidak, dua buku terdahulunya telah mengalami masa cetak ulang. Ketika Agus R. Sarjono meluncurkan buku antologi puisi Kenduri Cinta pada (1994;1996) dan Suatu Cerita dari Negeri Angin (2001;2003), pada masa itu jarang ditemukan buku sastra yang dicetak ulang (sama seperti sekarang), terutama puisi. Terlebih lagi, dua buku tersebut terbit pada masa prareformasi dan pascareformasi, di mana masa-masa itu merupakan masa sulit bagi dompet rakyat Indonesia. Jangankan untuk membeli buku puisi, untuk membeli kebutuhan sehari-hari saja sulit. Namun, kenyataan ekonomi pada saat itu ternyata bukan penyebab kurangnya minat pembaca terhadap buku puisi. Ekonomi yang sulit memang dialami oleh kita semua, tapi ekonomi yang baik pun tidak menjamin buku puisi laku di pasaran. Faktanya, hingga sekarang ekonomi masyarakat sedikit lebih baik dari tahun 1998, penjualan buku-buku antologi puisi belum menunjukkan peningkatan yang pesat.


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Lalu, mengapa buku-buku Agus R. Sarjono kala itu laris manis? Alasannya, bisa banyak kemungkinan. Alasan paling realistis tentunya buku tersebut berisi puisi-puisi yang menentramkan hati pembacanya. Bisa jadi, kekuatan puisi-puisi di dalamnya membuat para pembaca melupakan masa-masa sulit yang masih mereka rasakan. Seperti halnya genre sastra lain, poin penting dalam buku puisi adalah tema atau ide yang disajikan. Bila tema dalam puisi tersebut dirasakan dengan baik oleh pembaca, tentu pembaca akan puas. Hal inilah yang mungkin tersedia dalam buku-buku puisi Agus R. Sarjono hingga membuat buku-buku tersebut laku di pasaran. Mengapa saya hanya mengatakan 'mungkin'? Karena saya tidak ingin menghakimi. Menurut saya, alangkah lebih baik bila kita baca dulu puisi-puisi di dalamnya. Bukan hanya puisi Agus R. Sarjono tentunya, melainkan puisi siapapun yang telah tampil di publik. Kemudian, kita resapi maknanya, pelajari pesannya, lalu kita simpulkan sendiri, tentang bagian mana saja dari puisi yang kita baca itu terasa nikmat dan bermanfaat.(NAB) Dari berbagai sumber

46


47

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Pasang Aksimu!

Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini hanya Rp250.000,-/satu halaman penuh untuk edisi Januari 2012 silakan hubungi: 08567360301 (Wahyu) Atau pindai kode batang ini 085781187826 (Nunu)


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

48

Online

TUNAS Busuk Rupa

Yang Bahagia Lalu Terbuang aku melempar dahaga ke atas sofa memasukkannya ke dalam karung beserta airmata

kau membuangnya jauh-jauh sekali di tengah gerusan waktu mungkin sudah mati

Busuk Rupa

Es Krim kau lucuti angkuhku dengan bibirmu bergumul mesra di pusaran rasa baru kita masih saling gigit di ruang tutur waktu


49

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Busuk Rupa

Pesan Ibu yang Gemar Menonton Infotainment Kepada Anak Lelakinya Nak, jangan suka mempermainkan wanita!

Busuk Rupa

Tuhan Tidak Pernah Ada Di Hari Selasa matahari belum hangatkan bumi semua sepi aku libur dulu.

Busuk rupa adalah sarjana sastra yang gemar memasak. Kini dia memiliki restauran masakan jepang dengan nam Ababil Sushi.


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

50


51

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

1:40:27:25 Altruis Jojo Untuk Ginest Ratnawiati, Pelangi Api dan Poetri Mimpi

Kuberlari kau terdiam, kumenangis kau tersenyum.. “Halo, De. Assalamualaikum.” “Waalaikumsalam.” “Dede, lagi dimana?” “Lagi di kosan, Kak.” “Jadi ketemu enggak? Kakak di kampus nih.” “Emang 'udah gak ujan ya, Kak?” “Udah reda.” “Oh gitu. Ya 'udah, kalo gitu aku siap-siap dulu ya, Kak.” “Oke. Nanti kalo udah siap, kabari Kakak ya?” “Oke.” Tuuuut.. Tuuuut.. Tuuuut.. ***


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

52

Online

Tadi sore, Kota Hujan muram. Langitnya hitam, seolah akan ada badai yang siap menghentikan segala peran, meleburkan segenap perasaan. Tapi, Tuhan ternyata selalu memberikan banyak kejutan. Terbukti bahwa langit yang hitam tidak melahirkan badai seperti apa yang telah aku perkirakan, melainkan hujan yang tidak terlalu besar dan itu pun hanya sebentar. Langit tetap hitam. Malam telah turun di Kota Hujan. Malam yang akan mempertemukan aku dengan seorang perempuan. Seorang perempuan yang belum cukup lama aku kenal. Namanya, Ginest Ratnawiati. Sebelum aku mengetahui namanya yang asli, aku hanya menyebutnya dengan Pelangi Api. Semoga saja ia tidak marah ketika namanya kuganti. A k u s e r i n g memperhatikannya diam-diam, jika ia sedang duduk di bangku taman bersama teman kuliahnya. Ia adalah

pemilik senyuman yang indah. Bibirnya merah, tentunya tanpa balutan lipstick. Wajahnya cerah, dan matanya sungguh indah. Kerudung merah muda yang selalu ia kenakan pun benar-benar pas dengan kulit wajahnya yang putih, bersih, dan halus. Dan aku yakin, setiap mata yang memandang pun sepertinya akan merasa tergetar dan terpesona. Tidak lupa, aku pun sering memperhatikan bagaimana ia berbicara. Menurutku ini adalah hal yang paling penting—karena berbicara menggunakan bahasa, dan bahasa seseorang biasanya mencerminkan pikirannya. Aku selalu menemukan suatu keindahan yang lain ketika sedang memperhatikannya berbicara. Sungguh ia benar-benar berbeda. Ia adalah seorang perempuan yang sangat sulit aku lukiskan. Jika di dalam kamus bahasa ada satu kata yang bisa untuk mewakili dirinya, mungkin hanya kata ajaiblah yang paling tepat. Aku pun seolah tersihir.


53

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Secara tidak sadar aku mulai berani menyimpan sebuah rasa. Sebuah rasa yang kebanyakan orang menyebutnya dengan cinta. Tapi, apa benar ini cinta? Entahlah! Untuk sementara sebut saja begitu. *** “Kak, ketemu dmn?” Sender: Pelangi Api 085720844xxx Sent: 27-Sept-2012 19:25:29 “Di depan kosan kamu aja.” Sender: Altruis Jojo 08567295xxx Sent: 27-Sept-2012 19:25:47 “Oke. Aku udah di depan kosan, Kak.” Sender: Pelangi Api 085720844xxx Sent: 27-Sept-2012 19:26:21 “Oke. Kakak otw.” Sender: Altruis Jojo 08567295xxx Sent: 27-Sept-2012 19:26:35 ***

Aku tidak ingin menyianyiakan kesempatan yang telah Tuhan berikan. Bagiku ini seperti mimpi, karena semuanya berjalan sangat cepat dan mudah. Aku sering memperhatikannya diam-diam, jika ia sedang duduk di bangku taman bersama teman kuliahnya. Kemudian aku mencari segala informasi tentang dirinya. Setelah itu, kami pun akhirnya berkenalan di situs jejaring sosial. Dan begitulah. Semuanya berjalan seperti mimpi. Aku melihatnya kemudian langsung jatuh cinta. Sebetulnya aku bukanlah seseorang yang mudah jatuh cinta. Tapi, cinta terkadang memang tidak masuk akal. Pernah aku mencoba untuk menghilangkan perasaanperasaanku, tapi aku selalu cepat menyerah. Cinta seolah menjadi ruang yang tak terduga. Betapa pun penuhnya cintaku terhadap Poetri Mimpi, ternyata masih saja tersisa ruang kosong untuk cinta dari sosok Pelangi Api. ***


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

54

Online

Tidak lebih dari tiga menit aku sudah sampai di depan kosannya. Ketika aku sampai, ia memang benarbenar sudah menunggu dipintu gerbang. “Hai, De.” aku menyapa. Ia hanya membalas dengan sebuah senyuman. Senyuman yang selama ini selalu membuat aku tergetar dan terpesona. Senyuman dari bibir yang indah. Senyuman yang membuat aku tak bisa menang dari perasaan. Senyuman dari bibir yang merah. Senyuman dari seorang perempuan yang sangat sulit aku lukiskan! “Mau ngambil arah yang mana, Kak?” Ia mendesis. Ini adalah kali pertama aku mendengar dengan telinga telanjang, suaranya seperti alunan lagu rindu yang terbawa angin. Sangat dingin. Sedingin es yang ada di kutub dingin. Membuat lidahku kelu. Membuat aku seolah menjadi beku. “Kak, naik sekarang?” ia kembali bicara perlahan.

Jantungku berdebar, benarbenar kencang. Aku pernah beberapa kali bertemu dengan seorang perempuan, tapi seingatku tidak pernah kalau sampai sekaku ini. Ia benar-benar ajaib! “Kita ambil arah yang terdekat aja, De.” Kataku dengan pelan. Akhirnya, kami meluncur ke sebuah tempat yang sebelumnya telah kami sepakati. Sebetulnya yang menentukan tempat untuk bertemu adalah ia. Tapi aku pun langsung menyatakan setuju, karena apalah arti dari sebuah tempat pertemuan jika bertemu dengannya pun aku sudah sangat bahagia. *** Kamu mau pesen apa, De?” “Hhmm. Aku durian polos aja, Kak.” “Minumnya?” “Cokelat panas. Kalau, Kakak?” “Kakak mau ngeliatin kamu makan aja.”


55

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

“Hehe. Ada-ada aja, Si Kakak!” Seorang pelayan menghampiri kami. Tangan kirinya memegang buku kecil untuk mencatat pesanan. Dengan sopan, ia pun mulai bicara..“Ada yang bisa saya bantu?” “Ya, saya mau pesan surabi durian polos dua, cokelat panas satu, sama Cappuccino satu.” “Saya ulang kembali ya, dua surabi durian-polos, satu coklatpanas, satu Cappuccino. Ada lagi yang mau dipesan mas?” “Hmm. Itu saja dulu.” “Baiklah, silakan tunggu sebentar!” *** Waktu meleleh, seperti surabi durian yang sudah ada di hadapan kami. Tiga puluh menit bukanlah waktu yang sebentar untuk membuat surabi. Tapi, tempat ini memang sedang ramai sekali, jadi siapa pun yang memesan harus sabar menanti.

“Kamu suka banget surabi durian ya?” “Iya Kak, aku suka banget. Eh, Kakak suka surabi, kan?” “Iya, Kakak juga suka.” “Oia, cerpennya mana, Kak?” “Belum selesai, masih dalam proses.” “Beresin atuh, Kak. Aku pengen baca.” “Iya, nanti kalo sudah beres, Kakak kasih tahu.” “Aku pengen jadi pembaca yang pertama ya, Kak.” “Tenang aja, kamu pasti jadi pembaca yang pertama kok.” “Eh, kemaren katanya uda dapet dua halaman? Mana atuh pengen baca?” “Mau? Ntar aja deh, 'kan baru sepotong.” “Iya, mau, gak apa-apa sepotong juga.” “Tapi Kakak malu!” “Ih, malu kenapa sih, Kak?” “Kamu kan tokoh dalam cerita Kakak.” “Iya, terus kenapa?”


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

56

Online

Aku tak menjawab. Maka kukeluarkanlah selembar kertas dari saku kemejaku. Selembar kertas tersebut berisi potongan ceritaku yang belum selesai. Ia pun mulai membaca. Sesaat kemudian. Ia mulai tersenyum. Ia mulai tertawa. Tawa yang lepas. Entah kenapa ia bisa sebahagia itu, padahal, seingatku, aku tidak menulis halhal yang lucu. Begitulah. Malam ini ia tertawa lepas-bebas. Malam ini ia tertawa keraskeras. Sampai ia pun harus menahan rasa sakit diperutnya karena tawanya berlebihan. Lantas, aku pun menertawakannya. “hahahahahahahahahahahaha hahahahahaha!” Kami seolah sudah kenal lama. Kami tertawa banyak-banyak. Padahal ini adalah pertemuan kami yang pertama. Tawa kami menyatu. Benar-benar menjadi satu. Tapi, tawa kami pun akhirnya terhenti ketika ponsel ia berdering.

Ia ditelepon seseorang. Seseorang yang entahlah siapa. Ia pun mulai mengobrol. Mengobrol tentang entahlah. Yang aku tahu, saat ini ia sedang tidak berkata jujur kepada seseorang yang entahlah tersebut. Itu terbukti ketika ia mengatakan: “Aku lagi makan surabi sama temen-temen”. Dari kalimat tersebut aku pun paham, bahwa seseorang yang entahlah itu ternyata mempunyai pengaruh besar untuk ia. Tapi, kenapa ia tidak bicara jujur? Kenapa ia tidak mengatakan: “Aku lagi makan surabi sama seorang laki-laki.”? Kenapa seseorang yang entahlah itu tidak diberi tahu keadaan yang sebenarnya? Apakah seseorang yang entahlah itu tak pernah mengajari ia tentang sebuah kejujuran? Entahlah! Lagipula itu bukan urusanku. “Kakak, maaf ya lama, bete ya?” “Nggak, santai aja.” “Bentar lagi pulang ya, Kak. Takut gerbangnya dikunci.” “Iya.”


57

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Malam semakin menyudutkanku, memaksa untuk segera mengantarkan ia pulang. Sebetulnya aku masih ingin berbincangbincang, tapi saat ini aku tak punya satu alasan pun untuk membuat ia tetap tinggal. Langit masih tetap hitam. Jalanan masih basah dan dingin k e t i k a a k u mengantarkannya pulang. *** Sampailah kami pada titik di mana kami harus berpisah. Sesaat setelah ia mengatakan “Dagh”, akhirnya ia pun bergegas meninggalkan aku sendiri dalam resah. Masih di depan pintu gerbang kosan yang basah, lantas aku pun mengirimkan pesan pendek kepadanya.

“1:40:27.25 Aku bersamamu. Makasih banyak ya.” Sender: Altruis Jojo 08567295xxx Sent: 27-Sept-2012 21:10:47

“Hahahaha. Sedetail itu? Sama2 kk. Makasih juga yaaah.” Sender: Pelangi Api 085720844xxx Sent: 27-Sept-2012 21:12:12 *** Di dalam perjalanan pulang. Di sebuah rumah makan aku melihat seorang laki-laki dan perempuan. Mereka duduk saling berhadapan. Yang perempuan, ia terlihat sangat santai ketika mencicipi makanannya. Sementara yang lakilaki, ia terlihat sangat sibuk dengan telepon selulernya. Sepertinya laki-laki itu sedang mengirim pesan pendek kepada seseorang yang entahlah. Raut wajahnya begitu gelisah. “Sayang, kamu jangan pulang malemmalem. Aku baru mau makan nih sama tementemen.” Apakah mungkin laki-laki itu mengirimkan sebuah pesan pendek seperti itu? Entahlah! Tapi menurutku bisa saja. #Kota Muram, 30 September 2012


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

58

Online

Temu Sastra Indonesia 2012 LIMUN

Putu Wijaya

Di penghujung akhir tahun 2012, Kopi Sastra mendapat banyak undangan kegiatan kesusastraan. Mulai dari Sastra Reboan, Kongres Asosiasi Pengajar bahasa Indonesia, hingga Temu Sastra Indonesaia 2012. Acara yang disebutkan terakhir akan kami ulas pada bagian ini.


59

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Konferensi Temu Sastra Indonesia 2012 dilakukan Jumat sampai Minggu, 7-9 berakhir di Hotel Kaisar, Jakarta. Acara ini diadakan di tujuh kota antara lain Lebak, Malamg, Padang, Banjarmasin, Palu, Kupang, dan Jakarta, Temu Sastra Indonesia 2012 oleh Bale Sastra bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam melancarkan kegiatan tersebut. Direncanakan dari Kemendikbud akan memberikan sambutan dalam pembukaannya, seperti dikatakan Chavchay Syaifullah, Ketua panitia Konferensi Jakarta itu. Chavchay menambahkan, dalam Konferensi Jakarta para sastrawan dan pecinta sastra berkumpul untuk merefleksikan ulang perjalanan Temu Sastra Indonesia 2012. Kemudian, acara tersebut diisi dengan membacakan karya-karya sastra berupa puisi dan cerpen. Ada pula yang memusikalisasi puisi dengan berbagai warna music. Dalam temu sastra ini, selain akan merumuskan Temu Sastra Indonesia 2013, baik pada tataran topik

seminar maupun kota tempat berlangsung, Konferensi Jakarta akan menjadi kesempatan melakukan penjelajahan awal wacana yang akan dibicarakan pada Temu Sastra Indonesia 2013 mendatang. Tema yang akan diangkat dalam acara Konfersi Jakarta atau Temu Sastra Indonesia untuk penjelajahan awal yaitu: "Sastra dan Karakter Bangsa" dan "Sastra dan Kesadaran Sejarah". Temu Sastra Indonesia 2012 diselenggarakan untuk menguatkan potensi sastrawan dan apresiasi masyarakat di penjuru tanah air terhadap karya sastra, ujar Chavchay yang mewakili Radhar Panca Dahana dari Bale Sastra dan penanggungjawab seluruh kegiatan sastra. Dia menyatakan, dalam pertemuan ini juga akan akan diteruskan kegiatan serupa pada tahuntahun yang akan datang, baik soal tempat atau daerah penyelengaraan, juga tema yang mungkin dapat ditetapkan.


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

60

Online

Temu Sastra Indonesia 2012 diisi pula pembacaan cerpen A Badri QT (Depok), pembacaan puisi di antaranya oleh penyair Asrizal Noer (Depok) Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Hilda Rumambi (Palu), Ragil Supriyatno (Kupang), Viddy AD (Lamongan) Fathin Hamama. Sabtu (8/12), digelar seminar dengan tema Sastra dan Karakter Bangsa. Pembicaranya, yaitu Fakhrunnas MA Jabbar (Riau), Achmad Syubbanuddin Alwy (Cirebon). Sesi berikutnya dengan tema Sastra dan Kesadaran Sejarah, menghadirkan pembicara yakni Saut Situmorang (Yogyakarta) dan Damhuri Muhammad (Jakarta). Acara dilanjutkan pada malam hari dengan pembacaan karya sastra oleh para penggiat sastra, antara lain penyair Anwar Putra Bayu (Palembang), Ali Syamsuddin Arsy (Banjarmasin), Esha Tegar Putra (Padang), Tarmizi Rumah Hitam (Batam), Ibnu VS Megananda (Banten), pembacaan cerpen oleh Sunlie Thomas Alexander (Yogyakarta), dan musikalisasi puisi Rempah.

Chavchay menyatakan kembali, kegiatan ini pada akhirnya akan dirumuskan pada rapat pleno sekaligus untuk menentukan kota tempat bagi Temu Sastra 2013. Temu Sastra Indonesia 2012 diisi pula pembacaan cerpen A Badri QT (Depok), pembacaan puisi di antaranya oleh penyair Asrizal Noer (Depok) Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Hilda Rumambi (Palu), Ragil Supriyatno (Kupang), Viddy AD (Lamongan) Fathin Hamama. Sabtu (8/12), digelar seminar dengan tema Sastra dan Karakter Bangsa. Pembicaranya, yaitu Fakhrunnas MA Jabbar (Riau), Achmad Syubbanuddin Alwy (Cirebon). Sesi berikutnya dengan tema Sastra dan Kesadaran Sejarah, menghadirkan pembicara yakni Saut Situmorang (Yogyakarta) dan Damhuri Muhammad (Jakarta). Acara dilanjutkan pada malam hari dengan pembacaan karya sastra oleh para penggiat sastra, antara lain penyair Anwar Putra Bayu (Palembang), Ali Syamsuddin Arsy (Banjarmasin),


61

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Sumber gambar: Kopi Sastra

Esha Tegar Putra (Padang), Tarmizi Rumah Hitam (Batam), Ibnu VS Megananda (Banten), pembacaan cerpen oleh Sunlie Thomas Alexander (Yogyakarta), dan musikalisasi puisi Rempah. Chavchay menyatakan kembali, kegiatan ini pada akhirnya akan "Hasil rapat pleno ini nantinya akan diserahkan ke Kemendikbud guna diagendakan tahun mendatang," kata Chavchay Syaifullah Chavchay Syaefullah kepada wartawan menjelaskan, Konferensi Jakarta merupakan momentum penutupan dari rangkaian Temu Sasta Indonesia 2012 yang telah diselenggarakan di 7 kota, yaitu: Lebak, Malang, Padang, Banjarmasin, Palu, Kupang, dan Jakarta. Temu Sastra Indonesia 2012 mengangkat tema ''Estetika Lokal dan Peran Negara dalam Kesusasteraan. (HY, AL, DDA, IN)


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

62

Online

Kunjungan Kopi Sastra ke Sastra Reboan

Bogor, 21 November 2012 – Kopi Sastra menghadiri acara Sastra Reboan ke-54. Sastra Reboan adalah sebuah acara rutin yang diadakan oleh pegiat sastra dari berbagai kalangan, acara ini diadakan setiap hari Rabu malam tiap akhir bulan yang bertempat di Wapres (Warung Apresiasi), Bulungan, Jakarta Selatan. Pada kunjungan tersebut kami hadir sebagai undangan. Kedatangan kami salah satu sebagai pengisi acara musikalisasi puisi dan pembacaan puisi.


63

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Mengenai profil Sastra Reboan, sebenarnya telah kami ulas pada edisi ke-2. Karena itu, kali ini kami akan menyampaikan catatan perjalanan kami yang perdana dalam menghadiri acara hebat tersebut. Awalnya, agak ragu kami mendatangi acara tersebut, apalagi diundang langsung dan diminta mengisi sebagian acara yang disediakan. Alasan keraguan kami tentu karena kualitas serta pengalaman kami yang masih sebesar tahi kuku. Kami yang masih sebesar kencur dalam rutinitas sastra ini harus tampil di antara orang-orang yang sudah hapal betul dengan dunia sastra. Namun, kami mencoba berpikir realistis, bahwa bila tidak sekarang, lalu harus dimulai kapan. Kami memutuskan hanya lima Pohon Kopi yang datang ke Sastra Reboan. Dua di antaranya adalah pengurus Kopi Sastra dan tiga lainnya adalah grup musikalisasi puisi DMinor.


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

64

Online

Perjalanan dari Bogor menuju Wapres Bulungan kami tempuh melalui kendaraan umum. Kami berkumpul di Stasiun Bojonggede pada pukul 17.45 WIB. Setelah beberapa menit menunggu, kereta itu datang. Kami langsung bergegas, kemudian menunggu kereta ekonomi tancap gas. Kami turun di Stasiun Cawang dan mencari kendaraan umum kembali untuk menuju Bulungan. Sesampainya di Wapres Bulungan kami disambut hangat oleh koordinator acara, Ilenk Rembulan, Zay Lawang Langit dan lainnya. Setelah ngobrol santai sejenak dan beristirahat, acara pun dimulai.


65

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Selain bedah buku Wali Sanga karya Dhamar Sasangkha yang diulas oleh Binhad Nurrohmat, Khudori Husnan, dan Bahwan Abdullah, banyak pula acara pengiring lainnya berupa pembacaan puisi dan Musikalisasi puisi. Kopi Sastra sendiri menampilkan Musikalisasi puisi yang dibawakan oleh D-Mino yang beranggotakan Altruis Jojo, Rahmat Halomoan, dan Tresna, sedangkan pembacaan puisi oleh Nugraha Hura-hura. D-Minor membawakan puisi karya Taufik Ismail yang berjudul 'Dengan Puisi Aku' dan puisi karya mereka sendiri yang diaransemen menjadi sebuah lagu. Nugraha Hura-hura membacakan puisi karya-karyanya yang berjudul “Nyanyian Oyon” dan “Orasi Kereta Api”. Khusus puisi “Orasi Kereta Api” adalah sebuah puisi yang inspirasinya berdasarkan kisah pedagang asongan di kereta api kelas ekonomi.


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Banyak hal yang kami dapat setelah menghadiri Sastra Reboan, mulai dari kekompakan sebuah komunitas, keramahan para anggotanya, serta tentunya konsistensi dalam penyelenggaraan acara rutin. Bagi kami, semua hal yang dimiliki oleh Sastra Reboan sudah kompleks hingga memberi wibawa dan luwes dalam tubuhnya. Hal yang patut kami contoh. Terima kasih Sastra Reboan.(HF, NAB, RH)

66


Online

Ujung Senja Sedikit ulasan untuk pembelajaran di sekolah

Ulasan

Mengenal Seni Rupa Terapan Oleh Wahyudimalamhari


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

68

Online

Di edisi lalu saya sudah menjabarkan seni secara umum. Kini, untuk lebih memperdalam pembahasan mengenai seni, saya akan mengulas jenis-jenis seni. Namun pada edisi ini saya hanyha akan memfokuskan untuk mengulas mengenai seni rupa terapan. Jenis seni yang lain akan saya ulas di edisi-edisi berikutnya.


69

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Seni rupa terapan adalah karya seni rupa yang dirancang untuk tujuan fungsional, yaitu untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis (kejiwaan) manusia. Seni rupa terapan memiliki fungsi guna atau pakai. Artinya selain sebagai benda yang bernilai seni (artistik) juga sebagai benda yang indah (estetis) dan dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Seni rupa terapan di indonesia memiliki bentuk yang beragam. Mulai dari rumah adat atau bangunan tradisional, senjata, sampai dengan karya kerajinan. Seni rupa terapan berbeda dengan seni rupa murni. Karena seni rupa terapan bukan hanya mengutamakan keindahan saja, namun juga fungsinya, sehingga hal ini menjadi nilai plus bagi setiap karya yang dihasilkan. Karya seni rupa terapan Nusantara adalah karya seni rupa yang berwujud dua atau tiga dimensi. Seni ini memiliki fungsi tertentu dalam kehidupan sehari-hari yang terdapat di wilayah Nusantara. Karya seni rupa terapan yang terdapat di indonesia sangat beragam dengan aneka jenis, bentuk, fungsi, dan teknik pembuatannya. Salah satu diantaranya yaitu batik yang telah diakui oleh Unesco sebagai warisan bangsa Indonesia.


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

70

Online

Seni rupa terapan adalah hasil karya seni rupa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai fungsi atau manfaat. Fungsi karya seni rupa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi estetis dan fungsi praktis. Fungsi estetis adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia tentang rasa keindahan. Misalnya lukisan, patung,dan benda hias. Fungsi praktis adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia akan benda pakai. Misalnya vas bunga, kursi ukir, dan bingkai foto. Di bawah ini beberapa contoh karya seni rupa terapan yang ada di Indonesia: 1. Arsitektur Candi borobudur merupakan salah satu karya seni rupa terapan jawa tengah yang luar biasa, masih banyak karya seni arsitektur yang lain yang dapat kita lihat di sini. Karya seni rupa Arsitektur di Jawa tengah begitu beragam dan banyak jenisnya, mulai dari masa lampau sampai modern, mungkin kita dapat membedakan arsitektur masa lampau, modern, islam, maupun tradisional. 2. Poster Poster atau plakat adalah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar. Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu poster biasanya dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat. Poster bisa menjadi sarana iklan, pendidikan, propaganda, dan dekorasi. Selain itu bisa pula berupa salinan karya seni terkenal.


71

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

3. Keramik Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat. (Yusuf, 1998:2 4. Baju / Pakaian Baju atau pakaian adat di indonesia sangat beragam ulai dari kebaya, pidie, karo, hingga pakaian adat lainnya. Indonesia memang memiliki banyak provinsi, dan hampir setiap provinsi memiliki pakaian adat masing-masing.h 5. Wayang. Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar. Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).


Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012

72

Online

Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana. Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri, dengan demikian wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang memiliki cerita, gaya dan dalang yang luar biasa. Kadangkala repertoar cerita Panji dan cerita Menak (cerita-cerita Islam) dipentaskan pula. Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu “Mana yang Isi(Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)�. Batik Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motifmotif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009. Dari berbagai sumber


73

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012 Online

Kami mengundang semua pembaca Online

untuk memberi kritik dan saran agar kami bisa lebih baik Kami juga mengundang semua pembaca untuk mengirimkan karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya (regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke kopisastra@gmail.com, atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra Sebagai upaya melestarikan Majalah Online Kopi Sastra, kami pun mengundang para pembaca untuk turut serta membantu kami dengan berdonasi kepada Majalah Online Kopi Sastra.

D o n a s i

Klik!



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.