Majalah Online Kopi Sastra Edisi 3

Page 1

Edisi 3/Thn. I/September 2012

Online

LEKRA

SASTRA REBOAN

FORUM LINGKAR PENA

TEATER CERMIN

POLEMIK SASTRA INDONESIA

HB Jassin

Wahyudimalamhari

Wildan Fauzi M.

Muhidin M. Dahlan

Nurgraha A. Baesuni

Max Erwin


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

2

Online

WANGI Muhidin Dahlan, 4 TOKOH HB Jassin, 14

LEGIT Lekra, 20 Sastra Reboan, 26 Ilustrasi sampul depan: Bergerak karya Wahyudimalamhari

ULAS Polemik Sastra Indonesia, 32

KOPI Sastra @kopisastra

REKOMENDASI 44 Online

Pemimpin Redaksi-Penanggung Jawab: Presiden Kopi Sastra Wakil Pemimpin Redaksi: Celoteh Jincurichi Pengumpul Naskah: Celoteh Jincurichi, Helmy Fahruroji, Nugraha A. Baesuni Editor: Indri Guli, Sanghitam, Nugraha A. Baesuni. Peliput Berita: Doni Dartafian A., Indra Nugraha, Rahmat Halomoan, Agus Arifin Pemotret: Hady Alvino. Sekretaris: Restu Restiani. Perancang Grafis dan Tata Letak: SangHitam. Ilustrasi Gambar: Wahyudimalamhari, Distribusi: Celoteh Jincurichi, Miftahul Falah, Havid Yazid Al Gifari. Iklan dan Keuangan: Nugraha A. Baesuni, Presiden Kopi Sastra, Qustan Sabar. Surel Redaksi: kopisastra@gmail.com Redaksi Majalah Online terbuka dalam segala bentuk komunikasi berupa tegur sapa, kiriman karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya (regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke kopisastra@gmail.com, atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra


3

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

MEJA REDAKSI

LIMUN Teater Cermin, 42 TUNAS

Wildan Fauzi Mubarock, 38 Max Erwin, 41 Nugraha A. Baesuni, 58

Ujung Senja Wahyudimalamhari, 50 ACARA Ubud Writer & Reader Festival, 78

Majalah Online Kopi Sastra Edisi 4 akan kami terbitkan pada tanggal 17 Oktober 2012 yang bertepatan dengan ulang tahun ke-4 Kopi Sastra. Pada edisi tersebut, kami akan memberikan edisi spesial untuk semua sahabat Kopi Sastra. Kami juga mengundang kepada sahabat semua untuk mengirimkan karya yang mengulas mengenai Kopi Sastra. Ada hadiah menarik untuk karya terbaik yang terpilih. Silakan kirimkan karya tersebut melalui surel ke kopisastra@gmail.com atau melalui pesan ke https://www.facebook.com/kopisastra

Salam sastra dan Budaya, Alhamdulilah, Majalah Online Kopi Sastra sudah memasuki edisi tiga. Berarti sudah tiga bulan pula kami bersama sahabat semua. Tiga bulan adalah waktu yang masih sangat muda. Kami masih butuh tutunan dari sahabat semua untuk bisa berdiri dan melangkah lebih jauh lagi. Dukungan dari semua pihak akan sangat kami butuhkan, terlebih saran dan kritik agar kami bisa menjadi lebih baik. Pada edisi ini kami akan mengulas sastra dan budaya yang bertemakan mengenai pergerakan. Pergerakan sastra dan budaya di Indonesia memang memberikan hal baru di ranahnya. Benar adanya bahwa sastra dan budaya di Indonesia memang seperti dikelompokkan. Entah itu periodesasi atau pun kelompok/komunitas tertentu yang bergerak di bidangnya. Tapi itu semua bukan berarti sastra dan budaya Indonesia terpisah atau mudah dipisahkan. Mari kita satukan kembali atas nama sastra dan budaya. Salam Sastra dan Budaya Redaksi Majalah Online Kopi Sastra


4

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur Muhidin M. Dahlan

WANGI

Masjid

Tarbiyah Yogyakarta di pagi hari. Kiran baru turun dari bus kota ketika di hamparan halamannya yang luas dan berdebu kulihat perempuan-perempuan berjubah besar berjalan berombongan menuju pelataran masjid. Wajahwajah mereka menunduk seperti sedang menghitung langkah-langkah amalan ibadah. Kawan sepondoknya Rahmi, juga berjalan dengan menundukan wajah ke tanah memandangi debu-debu yang beterbangan dan menempel di serat-serat kaos kaki dan di ujung jubah. Karena berjalan nyaris tanpa suara, ia pun hanya bisa mengikuti suasana yang sama sekali jauh dari lingkungan yang pernah membesarkannya. Sebuah suasana yang tampak asing. Sumber gambar: www.jongjava.com


5

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Kata Rahmi suatu ketika, hidup harus mengikuti cara rasul. Semua gerak-gerik kita harus mengikuti tuntunan beliau: makan, minum,semua-muanya, termasuk dalam berjalan. Kiran mengikuti pengajian yang di tawarkan Rahmi. Ia ingin membersihkan jiwa dari semua kekotoran dunia, dan ia ingin mendekatkan diri sedekat-dekatnya pada Tuhan. Ketekunan beribadah Rahmi tertular pada Kiran, dan mereka mulai berteman lebih dekat lagi. Mereka sering bertukar pendapat tentang Islam. Tetapi semuanya tidak bertahan lama, karena Rahmi sudah tidak di pondok lagi, ia pulang ke Bandung untuk merawat ibunya yang sedang sakit. Kiran merasa sepi sekali berada di pondok, karena sahabat yang selama ini selalu bersama sudah tidak bersamanya lagi dan tak tahu sampai kapan. D e n g a n m e n g i s i kekosongannya, Kiran sering membaca buku mengenai perjalanan Islam,dan sering pula berdiskusi dengan sesama teman pengajian. Sampai akhirnya ia mendapat

penjelasan dari teman diskusinya Dahiri bahwa Islam yang ada di Indonesia sekarang ini tidak murni. Yang murni hanya ada dalam Quran dan Sunah Rasul. Islam itu bukan agama. Islam itu Dien. Dien itu adalah system yang hokum-hukumnya ditata dalam syariat. Dan menurut Dahiri bahwa keislaman di Indonesia belum ada apa-apanya, belum murni, masih berada di fase Mekkah dan Islam yang sah adalah fase Madinah. Dan sekarang Islam Madinah itu belum juga ada dan masih taraf di-usahakan. Islam Madinah adalah Islam Negara. Daulah. Keabsahan beragama dan tegaknya syariat ditentukan oleh apakah kita memiliki daulah atau tidak. Dan ada sekelompok orang yang mempunyai rencana besar untuk mengusahakan berdirinya Daulah Islamiyah Indonesia. Termasuk Dahiri di dalamnya. Kiran pun semakin penasaran dengan ajaran-ajaran Islam dan mencoba mengikuti ajaran Islam yang di jelaskan Dahiri. Kiran mulai mengikuti pembaiatan untuk menjadi anggota


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

6

Online

daulah Islamiyah Indonesia, dan ia mulai menjalani kehidupan sufi setelah hijrah dari Mekah ke Medinah. Kiran meyakini bahwa Islam yang sekarang ia jalani adalah Islam yang benar-benar di hadapanNya. Setiap hari ia puasa dan tidak lagi mengonsumsi nasi dan daging. Suatu hari seorang santri pria yang juga teman sekampusnya Kampus Biru yang bernama mas Sufi membelikan ayam bakar untuk berbuka puasa. Sambil mejalani islam yang dia anut sekarang tidak mainmain ia mempersiapkan diri untuk memasuki ajang dakwah yang sesungguhnya untuk mendakwahi dan mengajak orang lain untuk berhijrah dari paham agama lamanya dan ia mulai dengan orang-orang di sekitar pondok namun setelah tiga bulan ia berdakwah di pondok tapi hasilnya tetap nihil. Maka ia pun memantapkan diri untuk meninggalkan pondok menuju Pos Jemaah. Pos Jemaah itu terletak di sekitar kampusnya tepatnya di Kaliurang. Ia menempatkan

salah satu kamar di pos itu dan sekamar dengan Auliah yang menjadi tentornya dan ia anggap sebagai ibunya sendiri. Hari-harinya di Pos Jemaah dihabiskan untuk membaca. Yang paling ia senangi membaca sebuah dokumen tua tentang sejarah perjuangan umat Islam Indonesia yang disusun oleh Eyang Wirjo. Dokumen itu sangat rahasia dan merupakan bacaan wajib kader Jemaah. Sudah sebulan ia menjadi warga baru di Pos Jemaah. Dan ia merasakan suasana lain, suasana aneh yang sama sekali di luar dugaanya. Kiran beranggapan bahwa semua aktivis Jemaah adalah mereka yang selalu dikatakan oleh Nabi: pada siang hari, mereka seperti singasinga padang pasir dan malamnya seperti rahib yang bermunajat kepada Tuhannya. Tapi anggapan Kiran itu berbenturan dengan kenyataan, para aktivis itu tidak sebagaimana tentara Allah yang hendak menyambut syahid di medan p e r t e m p u r a n .


7

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Ibadah mereka sangat biasa, kelebihanya hanya satu yaitu shalatnya selalu berjamaah. Dan selasai shalat maghrib mereka membaca Quran dan berdialog mendiskusikan pengalaman yang didapatkan di lapangan. Dan para Jemaah diwajibkan infaq setiap minggu minimal 500 ribu, untuk kas perjuangan. Bahkan kita diperbolehkan berbohong, sepanjang itu berkaitan dengan kepentingan islam dan kerahasiaan perjuangan. Bahkan boleh menipu, mencuri, merampok, menjual barang-barang pribadi, Maupin melacur karena ini demi jihad dan bukan untuk foyafoya. Dan Allah Maha Tahu itu semua. Memang sedikit terdengar janggal. Pemandangan sehari hari di Pos Jemaah tidak ada yang mencolok secara spiritual ibadah yang lebih. Para Jemaah hanya khusyuk menonton televisi dan siaran sepak bola hingga larut malam. Ini membuatnya semakin jauh dari tradisi sufi yang dibangun dengan sangat payah. Ia pun tetap merasakan k e s e s a k a n h a t i .

Perlahan-lahan ibadahnya pun mulai banyak yang tertinggal, biasanya berpuasa dan rajin shalat sunnah,menjadi tidak sama sekali. Imannya pun semakin goyah dan ia memutuskan untuk berdakwah kembali di kampungnya Wonosari sebelah timur Yogyakarta. Disana ia mulai berdakwah di masjid tengah kampung kepada warga kampung terutama pemuda-pemudinya untuk menjadi Jemaah. Ia menjelaskan bahwa Islam yang dianut olehnya sekarang ialah benar. Dan dakwahnya melahirkan penasaran para pemudapemudi di kampung. Selesai berdakwah banyak para pemudapemudi yang ingin mengikuti ajaran Islam Jemaah. Keluarganya pun mengikuti jejak Kiran menganut ajaran Jemaah. Keluarga dan kawankawan di kampung, mengikuti pembaiatan memasuki Islam Jemaah. Mereka berjumlah 16 orang, 8 akhwat 8 ikhwan. Tetapi tidak semua warga kampung setuju dengan ajaran Jemaah karena dianggapnya sesat oleh mereka dan Kiran dilaporkan kepolisi. Peristiwa itu Kiran pindah tempat tinggal di kosan.


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

8

Online

Empat bulan lamanya Kiran bersembunyi di kosan. Setelah mendapatkan informasi bahwa keadaan betul-betul aman dan ia pun kembali ke Pos Jemaah. Tetapi setelah kembali ia merasakan berat hati untuk berdakwah. Ditambah manghadapi stigma buruk dari masyarakat atas institusi Jemaah. Iman Kiran kembali goyah dan kosong. Akhirnya setelah Kiran dan para ukhti Jemaah yang berada di Pos membahas tentang kejanggalan yang ada di Pos Jemaah mereka memutuskan untuk pergi dari Pos tersebut secara diam-diam. Dan Kiran pun pergi menuju tempat kos yang baru. Selama enam bulan menempati tempat kos yang baru, Kiran tidak pernah menghubungi para Jemaah yang lainnya. Dan ia pun tidak mempunyai kegiatan kegiatan apapun, ia mulai membuka diri dengan pergaulan luar. Dalam lubuk hatinya, ia merasa sangat kecewa karena Islam yang selama ini ia cari untuk benar-benar mensucikan diri dan mendekatkan diri pada Allah,

ternyata pada akhirnya berbuahkan kekecewaan pada Kiran. Ia mulai menyimpang dari ajaran agama, yang biasanya beribadah menjadi tidak sama sekali. Dan yang lebih parah lagi, ia mulai melakukan perbuatan yang semestinya tidak dilakukan, seperti merokok dan mengonsumsi narkoba. Dan ia mulai membuka diri untuk pria. Pria yang pertama ia kenal bernama Daarul, ia ketua DKM Kampus Biru. Berteman dengan Daarul ia merasa terlahir kembali dan memiliki semangat baru untuk mendapatkan Islam kembali yang selama ini ia cari. Karena ia memberi nasehat agar Kiran kembali kejalan yang benar. Akhirnya Daarul dan Kiran menjalin hubungan, mereka berpacaran. Setelah menjalin hubungan selama kurang lebih enam bulan, mala petaka pun terjadi tepatnya pada malam pergantian tahun, saat mereka merayakannya di daerah pantai Yogya. Saat itu sudah larut malam mereka berdua membuka kamar losmen untuk bermalam karena hujan besar dan tidak


9

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

memungkinkan untuk pulang. Di dalam kamar losmen mereka tidur berpisah dan entah mengapa hal yang amat sangat diinginkan terjadi, mereka berdua berhubungan intim. Sedikit penyesalan berkecamuk di hati Kiran, namun Daarul meyakinkannya. Dan Kiran pun merasa tenang. Tetapi tidak selamanya hubungan mereka berjalan lancar, terjadi kesalah pahaman antara Daarul dan Kiran. Yang berujung pisahnya hubungan mereka berdua. Karena Kiran terlihat jalan berdua dengan seorang pria yang tidak jauh adalah teman Kiran sendiri, tetapi Daarul salah memahami. Tanpa pikir panjang, Daarul pun memutuskan hubungan dengan Kiran. Padahal saat itu Kiran sedang telat datang bulan berarti Kiran tengah mengandung anak Daarul buah dari hubungan terlarang mereka. Belum sempat Kiran menjelaskan bahwa ia tengah hamil, Daarul pergi begitu saja meninggalkan Kiran, dan tidak meningggalkan jejak sama sekali.

Daarul hilang begitu saja. Kiran berusaha mencari informasi tentang keberadaan Daarul, tapi semuanya sis-sia. Kiran pun menemukan jalan buntu, hati dan pikiranya di selimuti kegalauan. Laki-laki yang semestinya bertanggung jawab atas kehamilannya hilang tanpa jejak. A k h i r n y a K i r a n b e n a r- b e n a r menemukan jalan yang akan ia tempuh. Kiran melakukan aborsi di dokter kandungan. Peristiwa itu membuatnya semakin lengkap menjadi perempuan yang hancur. Inilah puncak kehancuran seorang Nidah Kirani yang bercita-cita menegakkan Negara dengan Syariat Islam, tetapi berawal dari mendalami Islam pula Nidah Kirani terperosok kedalam kenistaan. Tetapi Kiran tidak ingin selamanya terpuruk, ia mencoba bangkit kembali. Ia luka karena lelaki, dan Kiran pun mencoba menutupi lukanya kembali dengan menjalin hubungan dengan lelaki. Kiran pun menjalani hubungan dari lelaki satu ke lelaki yang lainnya, dan Kiran pun


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

10

Online

tidak sepenuhnya menjalin hubungan serius dengan para lelaki tersebut. Kiran hanya mencari kehangatan dan melampiaskan rasa kecewanya yang dulu. Setiap ada pria yang mengajaknya untuk serius, tetapi Kiran hanya mempermainkannya saja, karena Kiran merasa trauma dengan semua itu. Nama seorang Nidah Kirani yang dulu harum namanya karena ia seorang gadis pintar yang berjilbab besar dan taat beribadah, tetapi sekarang harum namanya bukan karena hal itu, melainkan ia terkenal sebagai perempuan yang suka mempermainkan dan gonta-ganti lelaki. Kiran pun sudah terbiasa dengan semua itu. Ia juga sering turun naik mobil dan keluar masuk losmen. Dan entah berapa lelaki yang menjadi pelampiasannya Kiran. Kehidupan sehari-harinya hanya dipenuhi petualangan seks saja. Dalam jiwa yang hampa, ia tergelincir dan terguling dalam gigir-gigir kesunyian yang membuatnya hampir-hampir gila. Lalu datang kabar yang membuatnya semakin terpukul,

bahwa Bapaknya sedang koma di Jakarta. Dan Kiran diminta untuk datang ke Jakarta menemui Bapaknya yang sedang dirawat di rumah sakit. Dan Kiran pun berangkat ke Jakarta menggunakan bus. Sesampainya di rumah sakit, ia tak kuasa menahan tangis melihat Bapaknya yang terbaring di ICU. Kiran hanya bisa menangisi keadaan Bapaknya. Tidak lama Kiran berada di Jakarta, ia kembali ke Yogya dengan penuh derita. Ia bingung akan kemana, sedangkan kedua kakaknya berada jauh di Amerika, pulang ke wonosari hanya ada rumah kosong yang tak berpenghuni, belum lagi masyarakat sekitar yang sudah menaruh antipati kepada Kiran setelah peristiwa dakwah Jemaah. Kiran memutuskan untuk tetap di Yogya melanjutkan kuliahnya walaupun dengan keadaan kembang-kempis. Dalam penderitaan yang sudah memuncak, Kiran menginginkan maut segera datang merenggut. Di kamar kosan yang hanya sepetak, Kiran mencoba menuliskan kegalauan hatinya di secarik kertas. Ia mempersiapkan dan


11

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

memasrahkan diri sepenuhnya diatas pembaringan sembari menelan 30 butir pil-pil dan menenggak 5 botol fanta. Kiran pun tak sadarkan diri selama tiga hari-tiga malam berada di rumah sakit. Ia pun telah terlewat dari maut yang di undangnya sendiri. Setelah sadar, ia menghindari kesendirian dan menjauhkan diri dari kesepian. Ia mencari kesibukan, karena bila tidak ia bisa kosong kembali alias absurd tiap hari. Setiap malam Kiran selalu menghabiskan malam di Malioboro sambil bercengkrama dengan para anak jalanan. Dari situ Kiran merasa damai, hidup tanpa beban dan mendapatkan sedikit kekuatan untuk bisa meneruskan hidup. Di jalanan Malioboro pulalah Kiran mengenal seorang pemuda bernama Didi Eka Tanjung. Proses perkenalannya sangat sederhana lewat jasa seorang anak jalanan. Kiran dan Didi pun cinta pada pandangan pertama, Kiran merasa damai bersama Didi. Tetapi setelah hubungan mereka berjalan cukup lama, ternyata Didi tipe lelaki y a n g p o s e s i f .

Bahkan teramat posesifnya, Didi memaksa Kiran untuk nikah dengannya. Namun Kiran tidak menginginkan menikah dengan Didi. Tapi Didi pun tetap memaksa Kiran untuk menikah dengannya. Didi pun mengancam Kiran, bila tidak menikah dengannya ia akan membongkar rahasia pada keluarga Kiran di kampung bahwa kehidupan Kiran selama di Yogya terlibat dalam pergaulan free-sex. Kiran pun tidak ingin rahasianya terbongkar, dan ia pun menerima tawaran Didi untuk menikah dengannya. Didi pun langsung melamar Kiran ke keluarganya di kampung. Keluarga Kiran pun menerima lamaran itu. Tapi pernikahan itu gagal, ketika Kiran menemui Fuad Kumala teman kampusnya. Kiran pun melarikan diri dari Didi, dan bersembunyi di rumah Fuad. Tapi ternyata yang selama ini Kiran khawatirkan terjadi juga. Didi menceritakan aib Kiran pada keluarga Wonosari, ia menceritakan bahwa Kiran yang anak bungsu mereka bukan lagi aktivis Islam yang salihat,


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

12

Online

melainkan telah berganti stasus menjadi perempuan jalang yang suka berpindah dari satu pelukan lelaki ke pelukan lelaki yang lain, dari losmen satu ke losmen yang lain. Keluarga Kiran sangat terpukul dengan semua itu. Tanpa sengaja Kiran bertemu dengan Didi di salah satu tempat. Dan Kiran cepat-cepat menghindari Didi, namun Kiran tidak bisa lepas dari Didi. Didi pun menculik Kiran semalaman di rumahnya. Dan semalaman pulalah Kiran diperkosa Didi, tanpa senyum, tanpa rasa, tanpa cinta, semuanya dingin. Belum juga tenang setelah Kiran mengalami peristiwa semalam, ia menginjakkan kaki di rumah kakaknya. Kakaknya memberitahukan bahwa Bapak sudah meninggal dunia pada dini hari. Kiran hanya bisa menatap kosong, matanya panas dan digenangi air mata. Kiran hanya bisa mendoakan Bapaknya dengan aia mata yang terus mengalir. Tidak ingin terlalu terpuruk dalam kesedihan yang hanya bisa di sesali. Kiran kembali ke kampusnya untuk mengurusi skripsi yang selama i n i t e r t e t e r .

Inilah modal utama Kiran untuk menembus cita-cita yang masih menggantung untuk menguasai politik internasional. Dengan kekuasaan ia beranggapan bahwa ia mampu menundukan semua lelaki yang seenaknya memainkan perempuan. Urusan skripsi mempertemukan Kiran dengan salah satu dosen yang menjadi pembimbing skripsinya, Pratomo Adhiprasodjo yang berusia 48 tahun. Saat bimbingan pertama dimulai, bukan hanya satu kali Kiran di bentak olehnya, tapi berkali-kali dibentaknya. Namun Kiran menyingkirkan rasa takut itu, ia akan menjalankan prosedur seorang Nidah Kirani untuk menaklukkan semua pria termasuk dosen pembimbingnya demi menuntaskan skripsinya. Dengan basa-basi dan rayuan yang mengalir Kiran pun berhasil meluluhkan Pak Tomo. Kiran mengambil jalan pintas demi terselesaikan skripsinya. Kiran pun menyanggupi ajakan Pak Tomo untuk check-in di salah satu losmen. Waktu masih tersisa banyak di losmen itu, setelah puas menyalurkan nafsu


13

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

birahinya, Pak Tomo memulai perbincangan denagn Kiran. Pak Tomo pun menawarkan pekerjaan yang di luar pikiran Kiran. Ia menawarkan Kiran untuk menjadi pelacur yang tidak hanya memuaskan lelaki yang haus akan seks, tetapi juga busa mendapatkan bayaran yang menggiurkan. Kiran pun ingin mencoba tawaran yang menggiurkan itu. Pak Tomo mulai mengenalkan Kiran dengan para pejabat-pejabat daerah, bahkan Kiran pun mendapatkan job dari pejabat pemerintah. Kiran menikmatinya saja. Sambil semuanya Kiran jalani, skripsinya pun selesai. Dan ia mulai siding dan mendapatkan hasil yang selama ini ia tunggu. Kiran bisa lulus dengan hasil yang memuaskan untuknya dan bisa mengikuti wisuda kelulusan. Setelah itu pula Kiran mulai menjauhi kehidupan yang selama ini menemaninya. Kiran akan memulai semuanya dengan kehidupan yang sungguh-sunggih bersih dari kemunafikan dan kenistaan. Kiran mulai mendekatkan diri kembali kepada Tuhannya. Pagi

yang baru telah datang seperti sediakala dan Kiran menemukan kembali hidupnya.

Muhidin M Dahlan adalah seorang penulis yang berani berikrar bahwa menulis adalah pilihan hidup. Gagal kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta dan Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga di kota yang sama membuatnya harus mengganti orientasi hidupnya. Akhirnya keterampilan menulis artikel maupun resensi buku di sejumlah media massa membuatnya bisa untuk mempertahankan hidup atau untuk sekadar membeli buku.


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

14

Online

H.B. JASSIN TOKOH

Berbicara

tentang sastra indonesia, tentu kita pernah mendengar istilah periodisasi. Di dalamnya terdapat perkembangan, masalah, serta kekhasan karya sastra pada setiap periodenya. Dari periodisasi tersebut, kita tahu istilah Angkatan Pujangga Lama, pujangga baru, Angkatan'45, atau angkatan reformasi. Dari periodisasi tersebut kita pula bisa mengetahui sastrawan beserta karya-karyanya. Banyak manfaat dari pemeriodisasian ini, dan orang yang mencetuskan periodisasi sastra Indonesia itu adalah H.B. Jassin. Ya, H.B. Jassin, nama yang tahun lalu menjadi perbincangan media karena pusat dokumentasi sastra miliknya yang sudah dispesialkan semenjak masa pemerintahan Ali Sadikin menjadi Gubernur DKI Jakarta ini sudah tidak mendapatkan dukungan penuh dari Gubernur DKI Jakarta sekarang. Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta yang menetapkan pusat dokumentasi sastra Indonesia terbesar di seluruh dunia hanya mendapat anggaran Rp50 juta per tahun telah menuai kegeraman di kalangan sastrawan dan ilmuwan yang peduli dengan warisan literasi yang tak ternilai harganya itu.


15

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Bernama lengkap Hans Bague Jassin, ia lahir 13 Juli 1917 di Gorontalo, Sulawesi Utara. H.B. Jassin menyelesaikan pendidikan dasarnya di HIS Balikpapan, lalu ikut ayahnya pindah ke Pangkalan Brandan, Sumatera Utara, dan menyelesaikan pendidikan menengahnya (HBS) di sana. Pada saat itu ia sudah mulai menulis dan karya-karyanya di muat di beberapa majalah. Sejak saat itulah ia serius dalam dunia kepengarangan. Setelah kembali ke Gorontalo, ia sempat bekerja sukarela di kantor Asisten Residen Gorontalo selama beberapa waktu, kemudian menerima tawaran Sutan Takdir Alisjahbana untuk bekerja di badan penerbitan Balai Pustaka tahun 1940. Pekerjaan itu adalah tawaran langsung dari Sutan Takdir setelah mengetahui kemampuan Jassin.

Di Balai Pustaka, mulamula ia duduk dalam sidang pengarang redaksi buku di bawah bimbingan Armijn Pane pada tahun 1940-1942 dan kemudian menjadi redaktur majalah Panji Pustaka tahun 1942-1945. Setelah Panji Pustaka diganti menjadi Panca Raya, ia menjabat wakil pemimpin redaksi di tahun 1943 sampai dengan 21 Juli 1947 ia keluar dari Balai Pustaka.


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

16

Online

Setelah keluar dari Balai Pustaka, H.B Jassin secara terusmenerus bekerja dalam lingkungan majalah sastra-budaya. Ia menjadi redaktur majalah Mimbar Indonesia ditahun 1947-1966, majalah Zenith ditahun 1951-1954, majalah Bahasa dan Budaya ditahun 1952-1963, majalah Kisah tahun 1953-1956, majalah Seni tahun 1955 dan majalah Sastra di tahun 1961-1964 dan tahun 1967-1969. Ketekunan H.B. Jassin dalam dunia sastra pada akhirnya mengantarkan ia menjadi kritikus sastra paling dikenal di Indonesia. Kritik sastra yang dikembangkan H.B. Jassin umumnya bersifat edukatif dan apresiatif, serta lebih mementingkan kepekaan dan perasaan daripada teori ilmiah sastra. Besarnya pengaruh H.B. Jassin terhadap lingkungan sastra Indonesia, sehingga pernah membuatnya dijuluki "Paus Sastra Indonesia".

Ada beberapa peristiwa kontroversi sastra pernah melibatkan H.B. Jassin. Diantaranya yaitu pada tahun 1956, ketika ia membela Chairil Anwar yang dituduh plagiat. Melalui bukunya yang berjudul "Chairil Anwar Penyair Angkatan 45", H.B. Jassin menyampaikan analisis dan kritik yang jempolan untuk membela Chairil Anwar.


17

Edisi 3 / Thn. I / September 2012

Kontroversi lainnya yaitu ketika peristiwa Manifesto Kebudayaan (Manikebu) tahun 1963. H.B. Jassin merupakan salah satu penanda tangan manifest tersebut. Hal itu telah membuatnya dikecam sebagai anti-Soekarno oleh kalangan Lekra dan membuatnya dipecat dari Lembaga Bahasa dan staf pengajar Universitas Indonesia (UI). Demikian pula ketika ia memuat cerpen "Langit Makin Mendung" karya Ki Panji Kusmin di Majalah Sastra tahun 1971. Karena menolak mengungkapkan nama asli pengarang cerpen yang isinya dianggap "menghina Tuhan" tersebut, H.B. Jassin dijatuhi hukuman penjara satu tahun. H.B. Jassin terbilang bukan orang yang ahli berdebat atau ahli berbicara di depan umum. Ia adalah orang yang berpikir lalu menuliskannya. Seringkali saat diajak berdebat di depan forum resmi, ia tidak meladeninya. Karena itu pula pada banyak kesempatan pada beberapa kali simposium sastrabudaya, konggres, konferensi, seminar, dia selalu menolak untuk berbicara.

Online

H.B. Jassin meninggal pada usia 83 tahun, Sabtu dini hari, 11 Maret 2000 saat dirawat akibat penyakit stroke di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Sebagai penghormatan, ia dimakamkan dalam upacara kehormatan militer "Apel Persada" di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta. Banyak yang ia tinggalkan setelah ajal menjemputnya, tapi ada satu hal yang paling berharga untuk bangsa Indonesia, yaitu ketekunan dan kesetiaan. Ketekunan dan kesetiaan H.B. Jassin dalam sastra telah melahirkan Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, yang hingga kini menjadi acuan kepustakaan sastra nasional.


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

18

Online

Sejak tahun 1940, H.B Jassin telah mulai membina sebuah perpustakaan pribadi. Pengalaman admisitrasi selama ia magang di kantor Asisten Residen di Gorontalo sangat berguna bagi pendokumentasian buku. Pada 30 Mei 1970, lahirlah Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin (PDS H.B. Jassin). PDS ini, sekurang-kurangnya masih menyimpan dengan baik 30 ribu buku, majalah sastra, guntungan surat kabar, dan catatan-datatan pribadi pengarang-pengarang Indonesia. Sejak akhir September 1982 s/d sekarang bangunan itu berdiri dan menempati areal seluas 90 meter persegi dalam komplek Taman Ismail Marzuki, jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat. Keseriusan, ketekunan, dan kesetiaan H.B. Jassin dalam mendokumentasikan karya sastra ini adalah hal yang sangat langka. Sulit bagi kita menemukan pribadi sesetia H.B. Jassin dalam sastra. Penyair Sapardi Djoko Damono menilai, dewasa ini banyak orang sekaliber H.B. Jassin, bahkan melebihinya. Tetapi orang yang setia pada sastra seperti Pak Jassin tidak ada lagi. Selama 60 tahun hanya itu pekerjaannya. PDS H.B. Jassin adalah warisan sangat berharga bagi kita, bangsa Indonesia. Kita tentu harus menjaganya. (NAB dari berbagai sumber)

RIWAYAT SINGKAT Nama : Hans Bague Jassin Lahir : Gorontalo, 31 Juli 1917 Wafat : 11 Maret 2000 Pendidikan : SD, Gorontalo (1932), HBS Medan (1939), Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1957), pernah kuliah di Universitas Yale, Amerika Serikat (1959), Doctor Honoris Causa dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1975), menguasai bahasa Inggris, Belanda, perancis dan Jerman


19

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Profesi : Sekretaris redaksi Pujanggan Baru (1940-1942). Penasehat Balai Pustaka (1940-1952), Gapura (1949-1951), Gunung Agung (1953-1970), Nusantara (1963-1967), Pustaka Jaya (1971-1972), dan Yayasan I d a y u ( 1 9 7 4 - 1 9 9 2 ) . Redaksi penyusun Daftar Pustaka Bahasa dan Kesusastran Indonesia (19691972). Redaksi penyusun buku dr. Irene Hilgers-Hesse (editor), Perlenim Reisfeld (1972). Redaksi penyusun Almanak sastra Indonesia I Daftar Pustaka (1972). Penasehat Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1973-1982). Prestasi : Tokoh Pembukuan Nasional (2 Mei 1996) Penghargaan dari pengurus pusat IKAPI atas jasa-jasanya kepada perbukuan di Indonesia (17 Oktober 2000) Karya Tulis : Tifa Penyair dan Daerahnya (1952), Kesusastraan Indonesia Modern Dalam Kritik dan Esei I-IV (1954), Heboh Sastra 1968 (1970), Sastra Indonesia Sebagai Warga Sastra Dunia (1983), Pengarang Indonesia dan Dunianya (1983), Surat-Surat 1943-1983 (1984), Sastra Indonesia dan Perjuangan Bangsa (1993), Koran dan Sastra Indonesia (1994), Darah Laut : Kumpulan Cerpen dan Puisi (1997), Omong-Omong HB. Jassin (1997)


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

20

Online

LEMBAGA KEBUDAYAAN RAKYAT (LEKRA) LEGIT

Sumber gambar : www.pandebaik.com

Ketika kita baca sejarah perkembangan sastra Indonesia dengan beragam prestasi dan masalahnya, kita pasti menemukan Lekra di dalamnya, sebuah lembaga yang dianggap kontroversial karena memiliki hubungan keluarga dengan PKI. Namun, dibalik itu Lekra memiliki segudang sastrawan dan seniman jempolan serta karyanya yang fenomenal.


21

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang didirikan pada 17 Agustus 1950 di Jakarta, adalah sebuah gerakan kebudayaan yang nasional dan kerakyatan. Di dalam tubuh Lekra memang ada orang-orang yang jadi anggota PKI, tetapi yang sebagian lainnya, bukan. Lekra didirikan dan bekerja untuk kepentingan yang nasional dan kerakyatan dalam ranah kebudayaan. Sebagaimana terlihat pada Mukaddimahnya yang berseru “…menolak sifat anti-kemanusiaan dan anti-sosial dari kebudajaan bukan rakjat…”, Lekra tidak mengazaskan kegiatannya pada pandangan kelas dan atau MarxismeLeninisme. Juga organisasi yang mengatur kegiatannya tidak berbau Leninisme sedikitpun. Bahwa ada karya di lingkungan Lekra yang dialamatkan langsung kepada kepentingan Partai Komunis Indonesia, itu sudah tentu menjadi tangungjawab pencipta karya tersebut, yang mungkin saja anggota PKI.

Tanggungjawab Lekra, ia berada di lingkup selama karya itu tidak anti Rakyat dan tidak anti Revolusi Agustus 45, atau seperti yang dinyatakan dalam Mukaddimahnya, “Lekra menyetujui setiap aliran bentuk dan gaya, selama ia setia pada kebenaran, keadilan dan kemajuan, dan selama ia mengusahakan keindahan artistik yang setinggi-tingginya” dan “Lekra mengulurkan tangan kepada organisasi kebudayaan yang lain dari aliran atau keyakinan apapun untuk bekerjasama dalam pengabdian ini.”


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

22

Online

Adapun PKI, ia sebuah partai politik. Dan politik, adalah sebuah pembidangan teoritis. Seni, sastra, ilmu dan kebudayaan juga demikian. Adalah ilmu yang mengkategorisasikannya demikian. Demi memudahkan kita memahami kenyataan. Yang sungguh luar biasa rumitnya. Ia hidup dan berubah. Ia kimiawi. Maka itu diperlukan batasan pengertian. Karakterisasi dan kategorisasi. Dari keterangan ini, kita bisa paham kenapa banyak seniman dan sastrawan Lekra yang menolak disangkutpautkan dengan PKI, apalagi tersangka PKI. Sederhananya karena mereka menganggap ideologi mereka dalam berseni dan bersastra yang mengatasnamakan dan demi kepentingan masyarakat dan budaya Indonesia sejalan dengan visi misi Lekra, tidak dengan PKI—karena ranahnya memang berbeda, antara lembaga kesenian dan partai politik.

Mari kita singgah sebentar pada yang elementer. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata politik sehubungan dengan ilmu adalah, pengetahuan mengenai kenegaraan, seperti sistem dan dasardasar pemerintahan. Arti kedua ialah, segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat, dsb.) mengenai pemerintahan negara. Arti ketiga, kebijaksanaan, cara bertindak. Imam Ghazali merumuskan: “segala yang menyangkut negara adalah

politik�. Sekarang lihatlah bagaimana pengertian politik itu bekerja dalam kenyataannya, pada sebuah masalah saja. Dalam hal ini masalah Lekra dan PKI, dua buah organisasi yang kait mengait dalam kerjasama tapi ternyata juga tentang menentang. Mari kita lihat, salah satu pertentangannya yang laten dan yang fatal ternyata.


23

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Nyoto yang Anggota Sekretariat Pimpinan Pusat Lekra adalah juga Wakil Ketua II CC PKI, ikut serta menolak gagasan mem-PKI-kan Lekra itu. Saya dapat mengerti akibat-akibat yang dapat timbul dari penolakan itu. Anda mungkin tahu atau ingat, PKI di tahun itu sedang bugarbugarnya. Dan Lekra berhasil menentang penguasaan PKI secara organik atas dirinya, sampai (katakanlah) 1 Oktober 1965. Proses itu bukan tanpa taruhan. Apa yang kemudiannya dikenal sebagai “Konferensi Sastra dan Seni PKI” adalah bagian dari pertentangan dan pertarungan antara Lekra dan PKI. Konferensi yang juga telah terang-terangan memperbedakan Lekra dengan PKI di bidang kebudayaan.

D a r i “ keterangan ini, kita bisa paham kenapa banyak seniman dan sastrawan Lekra yang menolak disangkutpautkan dengan PKI, apalagi tersangka PKI.

Kira-kira menjelang akhir tahun 64, sebuah gagasan PKI disampaikan kepada sementara anggota Pimpinan Pusat Lekra. Gagasan itu menghendaki agar Lekra dijadikan organisasi PKI yang juga punya anggota non-PKI. Jika Lekra setuju pada gagasan yang praktis mem-PKI-kan Lekra, maka hal itu akan diumumkan secara formal. Tapi Lekra telah menolak gagasan itu. Bukan tanpa alasan. Alasannya amat sehat, demokratis dan sudah tentu demi kepentingannya sebagai organisasi kebudayaan yang tujuantujuannya telah disimpulkan di dalam « Mukaddimah » organisasinya.


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

24

Online

Dalam buku “Lekra Tak Membakar Buku” karya Muhidin M Dahlan dan Rhoma Dwi Aria Yuliantri disebutkan, “Menyebut Lekra bersih sama sekali dari pengaruh PKI adalah kesalahan fatal, tetapi menyebutnya menginduk kepada PKI juga keliru. Lebih tepat hubungan itu adalah hubungan kekeluargaan ideologi..(hal 63). Selain itu terungkap pula bahwa Pramoedya Ananta Toer bukanlah komunis. Hal ini terungkap ketika PKI hendak melakukan “pemerahan total” pada Lekra melalui konggres KSSR . “..bahkan Nyoto yang pendiri Lekra pun menolak “pemerahan total“ Lekra dengan pertimbangan hengkangnya tenaga-tenaga potensial Lekra yang non-Komunis seperti Pramoedya Ananta Toer, Utuy Tatang Sontani, dan sebagainya.” (hal 62).

Ironisnya malah terjadi di tahun-tahun sesudah 65. Banyak orang (seperti) mem-PKI-kan Lekra. Dan kita tentu tahu bahwa mem-PKIkan Lekra adalah sebuah perbuatan yang murni politik. Yang kandungan manipulasinya bisa luar biasa besarnya. Lalu, adakah prestasi di bidang sastra yang telah dicapai Lekra? Tentunya banyak, yakni karya-karya dari seniman dan sastrawannya. Yang paling fenomenal tentu Pramudya Ananta Toer yang meraih banyak penghargaan nasional maupun internasional. Puncaknya yaitu ketika namanya masuk nalam nominasi peraih nobel sastra (yang sampai sekarang belum dapat dicapai oleh sastrawan di luar Lekra). Apa yang membuat Pramudya Ananta Toer dan kawan-kawan Lekra bisa bertahan dari serangan di luar kelompok mereka dan bisa tetap menghasilkan karya yang hebat? Jawabannya adalah semangat berkarya. (NAB)


Pasang Aksimu!

Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini hanya Rp. 40.000,- /satu halaman penuh untuk edisi Oktober 2012 silakan hubungi: 08567360301 (Wahyu) 085781187826 (Nunu)



27

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

SASTRA REBOAN

Pada edisi kedua, Majalah Online Kopi Sastra mengulas kegiatan Sastra Reboan ke-51. Di edisi ini kami akan mengulas lebih dalam apa itu Sastra Reboan. Ulasan ini kami buat berdasarkan wawancara kami dengan sang pimpinan gerakan sastra malam hari ini, Zay Lawanglangit.


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

28

Online

30 April 2008 adalah malam perdana bagi Sastra Reboan, sebuah wadah bagi para pecinta sastra untuk berdiskusi. Berlokasi di warung apresiasi Bulungan, Jakarta, Sastra Reboan dilaksanakan hari Rabu terakhir setiap bulan. Hingga kini, telah lebih dari 50 diskusi di hari Rabu dilewati komunitas tersebut. Awal mula diadakan Sastra Reboan adalah bentuk kepedulian atas keterbatasannya panggung sastra bagi para pemula, terutama bagi mereka yang serius dalam dunia sastra tapi belum mendapat ruang untuk menyelinap pada megahya TIM atau Utan Kayu (Salihara). Apalagi, kala itu TIM dan Utan Kayu seakan menguasai panggung sastra, khususnya wilayah Jabodetabek. Setelah mendapat keluhan serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya beberapa orang yang memiliki visi kuat dalam bersastra, serta memandang realita keterpusatan panggung sastra itu mengadakan sebuah panggung kecil, forum diskusi sastra bernama Sastra Reboan. Kala itu namanama Zay Lawanglangit, Yo Sugianto, Ilenk Rembulan, dan Yonathan Rahardjo adalah penggagas awal kegiatan ini. Kemudian diikuti Budhi Setyawan, Sahlul Fuad, Nina Yuliana, Dino Umakmuk, dan Gita Pratama yang ikut menjadi pengurus tetap kegiatan ini.


29

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Hingga kini, di usianya yang telah lebih dari 4 tahun, Sastra Reboan masih tetap eksis dalam rutinitas serta visinya. Dengan digawangi oleh Zay Lawanglangit sebagai ketua, Setyo Bardono dan Ilenk Rembulan sebagai wakil ketua, Sastra Reboan tetap aktif tanpa sekali pun bolong atau libur diskusi. Apalagi dengan adanya Kirana Kejora, Binhad Nurrohmat, dan Khudori Husnan yang juga telah menjadi pengurus aktif kegiatan ini. Patut diacungi dua jempol sekaligus karena ternyata kegiatan ini bukan hanya eksis, tapi juga mandiri. Kemandirian itu bisa dilihat dengan setiap acara yang tidak memungut biaya apapun dari pengunjung. Bahkan, pengunjung yang hadir bisa mendapatkan Kopi gratis!!! Wah‌. Setelah ditelusuri lebi lanjut, ternyata acara ini diselenggarakan pengurus secara swadaya oleh anggota atau donator perseorangan tanpa sponsor khusus. Kemauan semacam ini sangatlah langka, mengingat sebuah acara diskusi umum atau pentas sastra harus memakan biaya cukup besar agar dapat terselenggara (paling tidak untuk menyiapkan air putih atau kopi, iya toh!).

“Bukan tidak mau mendapat donator atau sponsor dari pihak luar apalagi pemerintah, hanya saja kami belum mendapat tawaran itu� ucap Zay Lawanglangit ketika t i m K o p i s a s t r a mempertanyakan seputar sponsorship. Meresapi ungkapan itu, tentu kita merasa miris bercampur salut. Dan inilah yang disebut keseriusan serta ketulusan berbuat. Selalu ada ikhlas di dalamnya, meski dari luar nampak 'berdarahdarah' (Mengutip istilah Dika, salah satu pemilik Kedai Kopi Ijo @Kedaikojo).



UNDANGAN MENULIS

Majalah Online Kopi Sastra Edisi 4 akan kami terbitkan pada tanggal 17 Oktober 2012 yang bertepatan dengan ulang tahun ke-4 Kopi Sastra. Pada edisi tersebut, kami akan memberikan edisi spesial untuk semua sahabat Kopi Sastra. Kami juga mengundang kepada sahabat semua untuk mengirimkan karya yang mengulas mengenai Kopi Sastra. Tersedia hadiah menarik untuk karya terbaik yang terpilih. Silakan kirimkan karya tersebut melalui surel ke kopisastra@gmail.com atau melalui pesan ke https://www.facebook.com/kopisastra


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

32

Online

POLEMIK SASTRA INDONESIA

Sumber gambar: jurnallangkah.files.wordpress.com

Wahyudimalamhari Saya mengulas hal ini tidak bermaksud untuk memihak kubu mana pun, melainkan hanya untuk mengulas salah satu fenomena sastra di Indonesia. Halhal yang terkait pun tidak untuk diperdebatkan atau untuk memanaskan kembali perang ini.

Ada hal unik di dunia sastra Indonesia. Selain fenomena-fenomena komunitas atau organisasi yang maju pesar melalui karya dan anggotanya, hadir pula fenomena Perang Sastra. Sebuah polemik yang dihadirkan oleh komunitas yang bergerak karena merasa adanya arogansi dari komunitas atau organisasi lain. Ya, apa benar, perang yang di maksud adalah Perang Sastra antara Boemipoetra dengan Teater Utan Kayu.


33

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Boemipoetra beranggapan bahwa kondisi Sastra Indonesia saat ini menggambarkan gejala dominasi sebuah komunitas dan azas yang dianutnya terhadap komunitaskomunitas sastra lainnya. Komunitas sastra yang dimaksud Boemipoetra adalah Teater Utan Kayu (TUK) dan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Boemipoetra merasa kondisi tersebut meresahkan komunitas-komunitas sastra yang ada di Indonesia karena kontra-produktif dan destruktif bagi perkembangan Sastra Indonesia yang sehat, setara, dan bermartabat dalam pluralisme ideologi dan estetika. Kondisi tersebut membuat B o e m i p o e t r a b e rg e r a k u n t u k menentang TUK dan DKJ. Bahkan, mereka membuat sebuah manifesto yang (1) Menolak arogansi dan dominasi sebuah komunitas atas komunitas lainnya; (2) Menolak eksploitasi seksual sebagai standar estetika; (3) Menolak bantuan asing yang memperalat keindonesiaan kebudayaan kita.

Boemipoetra juga menilai Dewan Kesenia Jakarta adalah cabang dari TUK. Pada edisi JanuariFebruari 2009, Boemipoetra menyebut DKJ sebagai komunitas yang mandul, karena keberadaan Marco Kusumawijaya sebagai Ketua DKJ kurang diakui oleh seniman Jakarta. Selain itu pengurusnya juga “terasing� dengan komunitasnya sendiri. Dalam hal pembagian dana, Boemipoetra mencatat bahwa acara Pekan Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri yang diselenggarakan di TIM tidak mendapatkan bantuan dana sepeser pun. Sementara Utan Kayu International Literary Biennale mendapat bantuan dana Rp 40 juta.


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

34

Online

Selain Teater Utan Kayu (TUK) dan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), ada pula sastrawan Indonesia yang menjadi sasaran, yaitu Goenawan Mohamad. Pada rubrik Titik Toedjoe jurnal Boemipoetra, ada tiga edisi yang editorialnya khusus menyerang pribadi Goenawan Mohamad, yakni “GM Antek Amerika” yang ditulis Negarawan Sastra pada edisi kedua 8/07, “GM Itu Sampah!” yang ditulis Wowok Hesti Prabowo pada edisi

November-Desember 2007, dan “Goendoel Monyet” yang ditulis Babat Hutan Kayu pada edisi November-Desember 2008. Mengapa Goenawan Muhamad menjadi sasaran Boemipoetra? Boemipoetra menyebut Goenawan Muhamad yang selama ini dianggap sebagai budayawan ternyata seorang pecundang bangsa, penipu rakyat, dan pelacur budaya.

Boemipoetra mencoba membuktikan hal tersebut pada edisi kedua jurnal Boemipoetra. Berikut saya paparkan bukti-bukti yang dimaksud yang saya kutip langsung di Jurnal Boemipoetra edisi 2 yang ditulis oleh Negarawan Satra. Pertama, GM selama ini mencitrakan dirinya sebagai seorang yang prodemokrasi. Ia jago bicara soal demokrasi. Tapi kenyataannya perilakuknya sangat anti demokrasi! Contoh kongkretnya adalah kasus DKJ. Nyaris hampir semua pengurus DKJ adalah orang-orang KUK yang dipilih dengan cara amat tidak demokratis! Kedua, GM selama ini seolah-olah mencitrakan dirinya prorakyat. Benarkah? Ternyata itu bohong. Buktinya ia dan antek-anteknya secara nyata mengiklankan dirinya mendukung kenaikan BBM melalui iklan sehalaman penuh di berbagai koran nasional. Mereka dibiayai Freedom Institut milik keluarga Bakrie yang kini menenggelamkan Sidoarjo dengan lumpur Lapindo. Buntut kenaikan BBM itu membuat rakyat menjerit menderita hinngga kini, itulah bukti GM mencekik leher rakyat sambil berdansa! Ah.....


35

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Ketiga, selama ini GM seolah-olah menghargai keberagaman, nyatanya sebaliknya! Ia dan antek-anteknya memaksakan keseragaman pikiran dan nilainilai barat yang diimpornya ke dalam kebudayaan Indonesia. Termasuk upayanya menyeragamkan warna kesusastraan Indonesia dengan sastra kelaminnya. Keempat, GM secara nyata-nyata dan penuh kesengajaan merusak kebudayaan Indonesia dengan dalih liberalisme, padahal liberalisme hanya akan melahirkan kolonialisme. Dan GM telah membangun pintu gerbang bagi penjajah! GM antek Amerika tulen! Bagi orang Indonesia yang menjadi antek penjajah berarti pecundang dan pengkhianat bangsa!

“

Boemipoetra menyebut Goenawan Muhamad yang selama ini dianggap sebagai budayawan ternyata seorang pecundang bangsa, penipu rakyat, dan pelacur budaya.

“


Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Bukti-bukti itu entah benar atau hanya pemikiran si penulis. Akan tetapi tulisan tersebut terlihat sangat memojokkan Goenawan Muhamad. Negarawan Sastra sudah pasti adalah nama pena dari seseorang. Entah siapa dia, tetapi banyak yang berpendapat bahwa Negarawan Sastra adalah Wowok Hesti Prabowo karena dialah yang menulis beberapa editorial jurnal Boemipoetra yang memang ditujukan untuk Goenawan Muhamad. Sementara itu, Goenawan Muhamad sebagai orang yang dituju terlihat seperti tidak menghiraukan hujatan tersebut. Goenawan Mohamad lebih meluangkan waktu untuk sibuk dengan berbagai pekerjaan yang berkaitan dengan sastra dan kesenian pada umumnya. Hal itulah yang menjadikan Goenawan Mohamad tak sempat untuk berpolemik. Polemik sastra yang ditimbulkan ini memang seperti polemik yang pasif, karena hanya satu pihak saja yang gencar mengumandangkan. Sementara pihak yang diserang hanya menganggap hal tersebut tidak lebih penting dari kesibukan pribadinya.

36


Sumber gambar: Google Images


Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

TUNAS

Baca Bacalah Baca Bacalah Bacalah Baca Bacalah Baca bacalahbaca Bacabacalah Jibril dan Rasul dalam gua Ayat pertama untuk umat BACA

Wildan Fauzi M.

38


39

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Wildan Fauzi M.

Kita berbahasa asing bergaya Korea sebari bertingkah kemayu ala bencong Berlenggok bagai badut berdandan ala Barat berpakaian ala Jepang berpacaran kelewatan Dan semakin jauh kita melangkah semakin jauh kita lupa siapa kita. Kita semakin jauh semakin jauh dan hilang ditelan zaman.


40

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Wildan Fauzi M. Bunuh saja koruptor Toh mereka kotor . tembak mati juga boleh atau suntik beracun setrum juga asik pancung lebih ajib bunuh saja koruptor toh mereka kotor biar kapok

Wildan Fauzi M. Lahir di Bogor 7 Desember 1984. Aktivitas saat ini adalah sebagai dosen di Universitas Pakuan Bogor.


41

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Max Erwin

Para Pecundang wahai para pecundang tua-muda tunjukkan rupa kalian yang menikam dari belakang wahai para pecundang tua-muda isi lengan kanan dengan satu pedang andai kalian takut lantang di depan kalian beriak di danau berlumut kalian lantang di hutan tak berpenghuni kalian harum di taman bunga yang tandus kalian berstrategi di saat yang lain lengah sungguh kalian tak jantan tua-muda apa yang membuat kalian bersembunyi pecundang? apa kalian kaget menapak dunia nyata? atau kalian buta dewasa karena tahta? terus saja saling sokong dari belakang tutup semua bolong di mulusnya jalan beraspal padahal kalian hanya bisa bersembunyi di balik bokong.

Max Erwin

Lahir di Bogor 6 Agustus beberapa tahun lalu. Mahasiswa tingkat akhir Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Pakuan Bogor.


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

42

Online

LIMUN

TEATER CERMIN

Sumber gambar: Teater Cermin

Akhir

-akhir ini siswa sekolah menengah diidentikkan dengan tawuran. Jangan dulu berpikir negatif tentang siswa sekolah menengah. Tidak semua siswa hanya berpelilaku tidak baik. Contohnya siswa di SMA Negeri 1 Cicurug, Sukabumi. Di SMA ini siswa diajarkan untuk menjadi orang lain dalam seni peran. Bukan diajarkan menjadi orang lain untuk melukai siswa sekolah lainnya.


43

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Di SMA Negeri 1 Cicurug terdapat sebuah program ekstrakurikuler yang bernama Teater Cermin. Teater ini didirikan pada 25 Agustus 2007 oleh Achmad Dayari atau biasa dipanggil Aday yang merupakan pengajar seni di SMA Negeri 1 Cicurug. Tujuan didirikannya teater ini adalah menampung bakat seni peran di SMA Negeri 1 Cicurug dan menciptakan seniman-seniman muda yang berkemampuan baik dibidang seni peran. Tujuan tersebut memang berhasil. Banyak prestasi yang diraih Teater Cermin. Teater Cermin pun sudah diakui oleh pemerintahan Kota Sukabumi sebagai Teater yang mampu mengharumkan nama Kota Sukabumi. Berikut adalah kegiatan dan prestasi yang pernah diraih oleh Teater Cermin: -

-

Juara 1 operet religi Radio Dian FM 2008 Mengadakan Workshop seni peran dengan A. Hamzah Fansuri B, UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Nominator actris terbaik dan musik terbaik dalam Festival Drama bahasa Sunda Teater Sunda Kiwari Bandung 2008 Pentas monolog naskah "BARISAN BARBAR" di Sukabumi, Bogor, dan Surabaya 2009 Pentas Naskah "PEMILU TIKUS" di FSTK Epigonen tingkat JAWA BARAT 2009 Juara 1, director teater terbaik, dan artistic teater terbaik FSTK Teater Epigonen tingkat Jawabarat di Gedung Juang Sukabumi 2010 dengan naskah JAMPE-JAMPE HARUPAT Pentas dalam di Festival drama basa sunda tetaer sunda kiwari di gedung kesenian rumentang siang bandung 2010 Juara pertama, sutradara terbaik, musik terbaik Festival Teater Remaja Jawa Barat di STSI Bandung 2010


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

44

Online

REKOMENDASI Amba anak sulung seorang guru di Kadipura, Jawa Tengah. Ia meninggalkan kota kecilnya, belajar sastra Inggris di UGM dan bertunangan dengan Salwa Munir, seorang dosen ilmu pendidikan yang mencintainya. Pada suatu hari di Kediri, ia bertemu dengan Bhisma Rashad, seorang dokter muda lulusan Universitas Leipzig yang bekerja di sebuah rumah sakit. Percintaan mereka yang intens terputus mendadak di tahun 1965, di tengah ketegangan dan kekerasan politik setelah Peristiwa G30S di Kediri dan Yogya. Bhisma tiba-tiba hilang---ketika Amba hamil.

Buku ini merupakan kumpulan dari 32 kisah pilihan yang dialami oleh penulis sebagai seorang sarjana masbuk, sarjana yang telat lulusnya. Kisah-kisah yang terkandung di dalam buku ini unik, lucu, konyol, dan sekaligus menyentil, memotivasi, dan membuat setiap pembacanya merenungkan kejadiankejadian sederhana yang sebenarnya memiliki maksud yang lebih mendalam.


45

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

FORUM LINGKAR PENA

Berbicara pergerakan sastra di

mengenai Indonesia, pengetahuan kita akan menyebut salah satu organisasi penulis yang fenomenal, yaitu Forum Lingkar Pena. Sebuah organisasi yang bergerakan di bidang kepenulisan. Meski karya tulis yang dihasilkan tidak selalu berkaitan dengan karya sastra, tapi kebanyakan karya yang dihasilkan berupa karya sastra.


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

46

Online

Forum Lingkar pena atau biasa disingkat dengan FLP pada 22 Februari 1997. Helvy Tiana Rosa mengajak A s m a N a d i a , Muthmainnah serta beberapa alumni Fakultas Sastra Universitas Indonesia bertemu di Masjid Ukhuwah Islamiyah, Universitas Indonesia untuk berdiskusi tentang minat membaca dan menulis di kalangan para remaja Indonesia. Diskusi tersebut sampai pada kenyataan semakin mendesaknya kebutuhan masyarakat akan bacaan yang bermutu. Di sisi lain sebenarnya banyak anak muda yang mau berkiprah di bidang penulisan, tetapi potensi mereka kerap tak tersalurkan atau intensitas menulis masih rendah, di antaranya karena tiadanya pembinaan untuk peningkatan kualitas tulisan Gerakan pertama Forum Lingkar Pena hanya dianggotai tiga puluh orang di awal berdirinya. Mereka mengadakan acara rutin pekanan dan bulanan berkaitan tentang penulisan untuk anggota, dengan mengundang beberapa pakar di bidang tersebut dan mengadakan bengkel penulisan kecil-kecilan.


47

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

sumber gambar: unhysakinah.blogspot.com

Kemudian di tahun 1998, penulis asal Kalimantan Timur: Muthi Masfufah, mendirikan Forum Lingkar Pena Wilayah Kalimantan Timur dan berpusat di Bontang. Forum Lingkar Pena wilayah ini memiliki cabang di Samarinda, Balik Papan, Tenggarong dan kemudian Sangata. Inilah kepengurusan wilayah pertama dalam sejarah Forum Lingkar Pena. Pergerakan Forum Lingkar Pena mulai banyak permintaan dari daerah pada tahun 1999 untuk membentuk kepengurusan FLP di tiap provinsi. Hingga saat ini, Forum Lingkar Pena sudah tersebar di hampir semua provinsi di Indonesia. Tidak hanya itu, Forum Lingkar Pena semakin menyebar ke mancanegara: Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Pakistan, Sudan, Mesir, Jepang, Korea, Hongkong, dan di negara lain.


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

48

Online

Majalah Annida, sebuah majalah fiksi islam, turut andil dalam kemajuan Forum Lingkar Pena. Majalah ini sering memuat karya-karya anggota Forum Lingkar Pena juga membuat rubrik khusus berisi info Forum Lingkar Pena dan menjadi sarana merekrut anggota baru. Alhasil, ribuan anggota baru mendaftar menjadi anggota Forum Lingkar Pena melalui majalah Annida. Selain itu, ribuan anggota baru juga terus mendaftarkan diri di setiap wilayah. Bahkan sekarang Forum Lingkar Pena juga mengajak anak-anak untuk menulis dengan membuat Forum Lingkar Pena Kids. Anggota Forum Lingkar Pena--mayoritas Anggota Forum Lingkar Pena adalah perempuan-termasuk penulis yang paling sering menerbitkan karyakaryanya. Tidak hanya itu, selain karya yang dihasilkan memang baik, banyak buku karya anggota Forum Lingkar Pena menjadi buku terlaris. Bahkan Taufiq Ismail, selaku sastrawan Indonesia, menyatakan bahwa “Para anggota Forum Lingkar Pena tidak hanya mampu menulis dengan baik, tetapi juga menerbitkan karya-karya mereka dan... laku. Mereka sangat fenomenal. Forum Lingkar Pena adalah hadiah dari Allah untuk Indonesia.� Koran Tempo memberi julukan tersendiri untuk Forum Lingkar Pena. Forum Lingkar Pena adalah sebuah "Pabrik Penulis Cerita" Hal itu dikemukakan karena banyaknya karya yang dihasilkan dan penulis yang menerbitkan karya. (WHY)


47 Online

Online

Ujung Senja Sedikit ulasan untuk pembelajaran di sekolah

Ulasan

Karangan


50

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

K A R A N G A N Wahyudimalamhari

Menulis adalah budaya manusia, salah satu budaya menulis adalah menulis karya sasta. Karya sastra berasal dari karangan ide si penulis yang dituangkan dalam sebuah tulisan. Karena itu, pada kesempatan ini, saya akan mengulas hal-hal yang berkaitan dengan karangan.

Apa itu Karangan? Karangan adalah bentuk tertulis dari sebuah ide yang dipikirkan seseorang. Karangan juga merupakan hasil pemikiran seseorang mengenai sesuatu. Tarigan (1985: 21) menjelaskan Mengarang itu sesuatu kegiatan menulis. Artinya mengarang menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik itu. Dengan arti lain, karangan adalah hasil dari sebuah pikiran atau gagasan, ide, dan perasaan seseorang yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan yang tersusun teratur sehingga dapat dimengerti oleh pem-baca.


51

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Nilai dalam Mengarang Mengarang juga memiliki nilai yang baik bagi kita. Menurut Gie (1992: 1) dalam buku Pengantar Dunia Karang-Mengarang mengungkapkan enam jenis nilai mengarang, yaitu: 1.

Nilai Kecerdasan Nilai kecerdasan dapat berkembang melalui suatu konsep yang dapat

dilatih melalui kegiatan menulis atau mengarang. Dengan sering mengarang yamg antara lain berupa menghubungkan buah pikiran yang satu dengan yang lain, merencanakan rangka uraian yang sistematis dan logis, serta menimbang-nimbang sesuatu perkatan yang tepat, seseorang akan senantais bertambah daya pikiran, kemampuan khayalan sampai ketingkat kecerdasan. 2.

Nilai Kependidikan Seorang pengarang yang terus mengarang walaupun naskahnya belum

berhasil diterbitkan atau tulisannya berkali-kali ditolak sesungguhnya melatih diri menjadi tabah, ulet, dan tekun sehingga pada suatu hari mencapai keberhasilan. Setelah menjadi pengarang yang berhasil, bilamana seseorang terus menghasilkan karya tulis, ini berarti ia dapat memelihara ketekunan kerja dan senantiasa berusaha memajukan diri. Itu semua merupakn nilai pendidikan yang sukar diperoleh dari bangku sekolah manapun. 3.

Nilai Kejiwaan Bila seseorang yang terus menerus mengaraang pada akhirnya tulisan

itu dapat dimuat dalam majalah terkenal atau diterbitkan sebagai buku oleh penerbit besar, lahirlah pada diri penulisnya kepuasan bati, kegembiraan kalbu, kebanggaan pribadi dan kepercayaan diri. Semua itu dapat menjadi pendorong penulis untuk lebih termotivasi dalam berkarya serta dapat mencapai tingkat kemajuaan yang lebih tinggi.


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

52

Online

Seorang “ yang terus

pengarang mengarang walaupun naskahnya belum berhasil diterbitkan atau tulisannya berkali-kali ditolak sesungguhnya melatih diri menjadi tabah, ulet, dan tekun sehingga pada suatu hari mencapai keberhasilan.

�


53

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

4.

Nilai Kemasyarakatan Seorang pengarang yang telah berhasil dengan karya-

karya tulisan biasanya memperoleh penghargaan dalam masyarakat, paling tidak namanya dikenal oleh para penerbit, pengarang took buku dan lain-lain. Kadang-kadang ia menerima pula surat-surat penghargaan dari orang-orang yang merasa memperoleh banyak manfaat dari tulisannya. 5.

Nilai Keuangan Dalam setiap jerih payah seorang pengarang yang

berhasil akan menerima imbalan jasa yang berupa uang dari pihak yang menerbitkan karyanya. Makin maju suatu Negara, makin cerah masa depan para pengarangnya, karena makin banyak orang yang mau membaca dan mampu membeli bacaan. 6.

Nilai Kefilsafatan Salah satu gagasan besar yang digumuli para ahli piker

sejak dahulu ialah keabadiaan. Jasad orang-oarang arif tidak pernah abadi, tetapi buah-buah pikiran mereka kekal karena diabadikan melalui karangan yang ditulis.


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

54

Online

Jenis-jenis Karangan Karangan terdiri dari beberapa jenis. Menurut Kosasih (2005: 359) jenis-jenis karangan terbagi menjadi dua, yaitu karangan berdasarkan bentuknya dan jenis karangan berdasarkan cara penyajiannya. 1) Jenis Karangan Berdasarkan Bentuk a. Prosa Prosa adalah karangan yang disusun dalam bentuk bebas dan terperinci. Prosa terbagi dalam dua macam, yaitu fiksi (karangan yang disusun dalam bentuk alur yang menekankan aturan sistematika penceritaan) dan non fiksi (karang-an yang menekankan pada aturan sistematika ilmiah, aturan-aturan kelogisan). b. Puisi Puisi adalah karangan yang mengutamakan keindahan bentuk dan bunyi serta kepadatan makna. c. Drama Drama adalah karangan yang berupa dialog sebagai pembentuk alurnya.


55

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

2) Jenis Karangan Berdasarkan Cara Penyajiannya a. Karangan narasi Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan sesuatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolaholah mengalami kejadian yang diceritakan itu. b. Karangan deskripsi Karangan deskripsi adalah karangan yang menggambarkan sebuah objek dengan tujuan agar pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu. c. Karangan eksposisi Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya agar pembaca mendapat informasi dan pengeta-huan yang sejelasjelasnya. d. Karangan persuasi Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca. Karangan ini pun memerlukan data sebagai penunjang. Wahyudimalamhari adalah nama pena dari Wahyudi. Lahir di Bogor, 5 April beberapa tahun lalu. Setelah lulusan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia jurusan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Pakuan Bogor, ia melanjutkan studi di jurusan Administrasi Pendidikan pada universitas yang sama, Saai ini bekerja sebagai guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMK Binantara dan PT. Bintang Pelajar juga mengajar Seni dan Budaya di SMK Annisa.


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

56

Online

Pasang Aksimu!

Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini hanya Rp. 40.000,- /satu halaman penuh untuk edisi Oktober 2012 silakan hubungi: 08567360301 (Wahyu) 085781187826 (Nunu)


57

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Nugraha A. Baesuni

Ditelan Ombak

Sumber gambar: Google Images

Tak seorang pun tahu kemana aku akan pergi. Bayang-bayang raga tak nampak di wajah samudera, lebih tepatnya tak tertarik aku melihat tubuh sendiri. Aku tak sudi menatap laut, takut ada bayangan di sana. Apalagi rembulan begitu menor, karena ia sang penguasa jika tak ada bintang seperti malam ini.


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

58

Online

Di atas perahu milik Bapak, aku berlayar sendiri. Bapak memang punya dua perahu. Biasanya perahu ini dipakai kakak mencari ikan, tapi kakak sedang meriang. Ini baik untukku. Daripada seumur hidup diolok-olok manusia sekampung, masuk tivi, masuk koran, terpampang wajah dan namaku di sana, sebagai seorang yang gagal dan buntu masa depannya. Setelah itu, aku hanya akan menjadi nelayan kumal seperti Bapak dan kakak, tak lagi dihinggapi wewangian yang Ibu susun setiap paginya. Sia-sia semua keringat yang mereka keluarkan agar aku tak berkeringat. Sia-sia semua wangi yang Ibu taruhkan dengan anyir ikan setiap pagi agar aku tak bau anyir. Sia-sia semua. Kubiarkan perahu dibawa angin. Tak peduli di mana singgah, pulau apa, atau bahkan tak singgah sekalipun, kesepian di laut sepi, mengangguk pada ombak mungil, menganga pada ombak besar, hingga biru menelanku. Bila biru tak sampai hati menyakiti, tentu aku akan tetap menyepi. Biar nanti angin dan

mentari esok yang mengunyah tubuh kurus ini, atau biar perut ini memuntahkan sendiri ruh jiwa yang gelap dan mati lampu. Kuambil handphone dari saku celana. Tak ada sinyal. Ini lebih baik. Sebenarnya aku ingin membuang benda mahal ini. Benda ini mengingatkanku pada sekolah yang memualkan. Sudah setahun handphone ini kumiliki, hadiah sebagai siswa paling rajin, tidak pernah terlambat, tidak pernah absen, serta nilai ulangan dan rapor tertinggi. Dulu, aku begitu bangga memiliki ini. Hanya beberapa orang yang memiliki handphone di sekolah dan hanya aku yang diberi langsung oleh sekolah, karena prestasi. Tapi, apa guna prestasi kalau pada akhirnya kita terpuruk dalam kegagalan? Bukankah percuma menjadi juara kelas lima semester berturut-turut, tapi gagal dalam Ujian Nasional! Tidak lulus itu menyakitkan. Orang terbodoh di kelasku lulus, sedang aku tidak. Memalukan. Kuputar musik. Kuputar lagu berbahasa Inggris, bahasa yang


59

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

membuatku tak lulus ujian, sial. Tapi, ini lagu paling nyaman di telingaku akhir-akhir ini, Otherside, Red Hot Chili Papers.

“

K u a m b i l handphone dari saku celana. Tak ada sinyal. Ini lebih baik. Sebenarnya aku ingin membuang benda mahal ini.

“

How long how long will I slide; seberapa jauhkah aku akan terseret? Jauh sekali, sangat jauh, tak terukur jaraknya. Bagai angin topan meniup daun di tanah Los Angeles, terapung ke angkasa, diculik angin samudera, melewati ribuan perahu nelayan, disalip burung-burung camar yang beradu kasih, terus, terus, terus, dan jatuh di depan rumahku, pesisir pantai Pulau Natuna, pulau yang memiliki seorang siswa SMA terbaik di sekolahnya, tapi tak lulus Ujian Nasional dan memutuskan pergi dari manusia-manusia yang tentu hanya bisa mengolok-olok, memberitakan, menggosipkan, tanpa menghibur apalagi menyemangati. Siswa itu pergi jauh dari rumah dengan perahu kayu kecil milik bapaknya, berharap akan dibawa badai dan angin topan jauh dari Natuna.


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

60

Online

“I don't believe it's bad;� ini tidak buruk, aku percaya, ini tidak salah, tidak salah aku menyingkir dari hidup yang menggerogoti batin. Hidup penuh gosip menggigit kuping. Bulan di langit mulai meredup. Cantiknya dikaburkan awan gelap yang datang tak diundang. Awanawan itu merusak harmoni melankolis yang sejak sore tadi menggerayangiku. Perlahan-lahan ia tutup semua cahaya romantis. Ia ganti setiap bayang syahdu menjadi sendu. Melankolis yang kumau lambat laun terkontaminasi tatapan mengancam. Angin kencang meniup tubuhku yang kerempeng. Bulan meredup. Langit menggelap. Sejauh mata melihat, semua air. Tak ada pohon, tak ada tanah. Aku sudah begitu jauh meninggalkan rumah. Ini semakin baik. Wa k t u d i h a n d p h o n e menampakkan 19:37. Angin semakin dingin. Satu persatu air menetasi air. Sebagian sedikit menetas di dahiku yang duduk menatap samudera. Hujan mungkin akan segera turun.

Entah apa maunya, menghujam perahu inikah? Menyusutkan hati inikah? Atau menemani jiwa yang sedang sedih? Rintik air semakin deras membasahi bajuku yang tipis, dan mendamprat kepalaku dengan semangat. Angin berhasil mengerutkan kulitku. Entah kenapa saat dingin seperti ini aku teringat suara lirih Ibu yang sedang mengaji, membaca Al-Quran. Bila usai shalat magrib, biasanya Ibu mengaji. Setelah diselang waktu shalat Isya, Ibu melanjutkan bacaan s a m p a i m a t a n y a b e n a r- b e n a r mengantuk. Pada detik yang sama dengan sekarang, biasanya Ibu masih mengaji. Tapi apa kini ia sedang mengaji? Apa ia tahu kalau anaknya tak ada di rumah? Ibu belum tahu kalau aku tak lulus. Perahu tanpa atap ini mulai digenangi air hujan yang turun sangat deras. Ini bukan perahu cadik. Ini sampan ayahku yang sudah loyo. Sekali saja angin menghembus, tujuh kali perahu ini bergoyang. Tak mungkin kubuang air itu dengan tangan kurus ini.


61

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Ombak semakin besar, semakin bertubi, semakin keras menghantam perahu yang mulai limbung. Tiba-tiba aku teringat pada Ayah. Aku teringat pada kulit hitamnya yang berkilat keringat campur asin setiap hari. Aku teringat pada senyumnya yang semakin tua. Aku teringat saat kecil, bagaimana senangnya aku menyambut ayah pulang dengan perahu penuh ikan. Saat turun dari perahu ia langsung menggendongku lalu memberi isyarat pada kakak untuk membereskan ikan-ikan. 'Ayah ingin menggendong si kurus ini dulu', begitulah matanya berbicara pada kakak. Setelah itu, biasanya ia bertanya, “mau makan apa?� dan aku tak menjawab, aku senang melihat perahu penuh ikan. Di mataku, Ayah lelaki terhebat soal menangkap ikan. Kini, aku merindukannya di tengah lautan. Aku semakin meridukannya saat tak ada manusia lain di sekitar. Hanya aku, perahu, air, angin, dan dingin. Aku rindu mereka, orangorang yang biasa kulihat di rumah. Di ujung sana, ada ombak sangat besar. Sepertinya lebih besar dari rumahku.

Aku dibangunkan kakek. Hidungku perih bukan main. Entah berapa banyak air menyesaki setiap lubang tubuh ini semalam. Kerongkongan ini serasa disayat pisau dan ditusuk-tusuk garpu. Ya, saat bagun, wajah kakek nampak begitu jelas, tapi saat itu tak ada kesan apa-apa. Aku baru sadar kalau lelaki itu benar-benar kakekku setelah ia membantu keluarkan semua air laut dalam perut. Pengasinganku sia-sia. Sudah susah membawa kabur perahu Ayah, susah payah menahan dingin hujan badai, ternyata hanya sampai di pulau Sedanau, hanya diselang seujung rambut lautan dari rumahku. Kupikir awalnya aku akan singgah di Malaysia atau Filipina. Bahkan semalam kusangka akan segera mati. Ombak semalam menghancurkan perahu, membolak-balik tubuhku, dan membuang semua harapan kecil yang terbesit. Ya, semalam aku sudah pasrah. Jujur, keadaan seperti malam itu sangat mengerikan, bagaimana rasanya sendiri dicengkeram sunyi, dirundung ketakutan akan mati, sementara aku tak pernah tahu seperti apa rasanya mati. Aku pasrah.


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

62

Online

Kupikir aku sudah mati, tapi ternyata kesakitan semalam bukanlah kematian. Lalu, kenapa harus kakek yang membangunkanku? Kenapa bukan orang lain? Apa tidak ada tempat lebih jauh yang bisa laut berikan untukku? Mengapa harus di pulau ini? Dan kenapa harus kakek? Kakek menghampirku lagi setelah sejenak pergi. Ia bawakan sebotol air putih. Ia tak bicara apaapa. Ia tahu aku haus. 'Tenanglah kau tidak apa-apa', begitu kira-kira isyaratnya. Matanya yang sayu menatap iba, lurus menghujamku. “Tenangkan dulu dirimu, kakek ke sana dulu.” Kakek pergi ke semak-semak. Ia gali pasir yang nampak seperti kuburan kecil. Seseorang seperti menguburkan sesuatu di sana. Ternyata itu telur-telur penyu yang dikubur oleh induknya. Ya, penyu memang mengubur telurnya sendiri. Kakek memasukkan telur-telur itu ke dalam ember besar. Kusangka kakek mengambil telur-telur itu untuk dijual. Kusangka kakek tidak tahu kalau populasi penyu semakin sedikit.

Penyu sudah menjadi hewan langka sekarang. Tapi apa boleh buat, orang miskin seperti kakek tak pernah peduli pada hal itu. “Mau dijual kemana telurnya kek?” “Dijual? Tidak, Ini mau kakek pindahkan supaya bisa menetas. Kalau tetap di situ nanti dimakan binatang lain atau dimakan penyu lain.” “Kalau sudah menetas?” “Kakek lepaskan ke laut, supaya mereka bisa hidup senang di lautan bebas.” “Kakek tidak menjualnya?” “Buat apa kakek jual?” “Lalu apa untungnya buat kakek?” Kakek hanya tersenyum. “Sia-sia saja dong yang kakek lakukan ini?”


63

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Kakek nampak kaget mendengar kata-kataku barusan. Ia menatap heran. Beberapa saat hanya menatap saja. Kemudian kakek memeluk pundakku dari samping. Sambil menatap samudera pagi menjelang siang, ia mengelus rambut kusutku. “Amir, banyak yang nampak baik tapi buruk sebenarnya. Banyak juga yang nampak sia-sia tapi baik sebenarnya. Kakek tidak tahu menurut sekolah ini baik atau tidak. Kakek tidak sekolah. Kakek hanya merasa kalau penyu pun punya hak untuk hidup. Punya hak untuk menikmati lautan. Kakek senang melihat mereka berenang.”

“Apa ini tugas dari pemerintah buat kakek? Kakek dapat gaji?” “Gaji???” “Apa orang-orang tahu yang kakek lakukan ini?” “Apa bedanya mereka tahu atau tidak?” “Bukankah kakek akan dapat penghargaan karena ini!” “Penghargaan???” “Penghargaan!! Karena melindungi satwa hampir punah!” “ A m i r, i n i b u k a n s o a l penghargaan. Ini soal kehidupan!”


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

64

Online

Wajah kakek lurus memandang samudera. Matanya menatap jauh laut biru yang tak henti berderu.. Kakek mencintai segala yang ada dalam hidupnya, segala hal yang layak dicinta. Dirinya, keluarganya, samudera, pasir pantai, juga telur penyu serta ember yang selalu ia bawa. “Kenapa kamu bisa ada di sini?”, Tanya kakek. Aku diam. “Ceritakan, kenapa kamu pergi dari rumah? Sampai-sampai perahu Bapakmu itu hancur” Aku bisu.

“Kemarin lusa Ibumu ke rumah, jam sepuluh malam. Ia tanya apa kau mampir. Ibumu bilang kau pergi dengan perahu Bapakmu yang sudah reot. Padahal kau belum pernah naik perahu sendiri. Apalagi sore itu hujan sangat deras”.


65

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

“Apa Ibu marah?” “Ibumu menangis.” “Lalu?” “Kakek sarankan Ibumu tak usah cemas. Kau anak pesisir, pasti bisa berkawan dengan laut. Lalu, Ibumu pulang” Mataku berair. “Ada apa sebenarnya?” Aku diam. “Ceritakan!” “Aku tak lulus ujian” “Lalu?” “Aku malu” “Pada siapa?” “Semuanya, kek. Semua orang” “Kenapa harus malu pada orang-orang?” “Aku malu pada Ibu, pada Bapak. Mereka pasti kecewa” “Kamu tidak mau memberikan kebanggaan setelah ini?”


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

66

Online

Aku diam seraya mata tergenang. “Kamu bisa memberi kebanggaan lain. Iya kan!” Kemudian kakek memelukku semakin erat. “Amir, hidup ini tak pernah lepas dari luka dan tanda tanya. Apapun yang terjadi padamu, terimalah dan hadapilah. Itu keharusan kita sebagai manusia”. Dengan disaksikan mentari muda di pundak samudera, air mataku meleleh begitu cepat. Kami menatap laut pagi itu, berdua saja. Aku sayang kakek. Aku juga sayang Ibu Bapak.

Nanggewer, November 2011

Nugraha A. Baesuni Lahir di Bogor, 1990. Mahasiwa Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Pakuan Bogor. Aktif dalam berbagai Organisasi. Karyanya dimuat dalam Antologi Pohon Kopi 1 dan 2.


SELAMAT DATANG BULAN BAHASA


Edisi 3 / Thn. I / September 2012

68

Online

UBUD WRITER & READER FESTIVAL

Festival sastra yang diklaim paling beragam dan diakui se-Asia Tenggara, Ubud Writers and Readers Festival, akan kembali digelar di Bali untuk kali kesembilan pada 3 - 7 Oktober mendatang. Temanya pun sudah ditetapkan, terinspirasi oleh Bumi Manusia selaku novel epik karya sastrawan legendaris Pramoedya Ananta Toer. Layaknya pesan peninggalan sastrawan legendaris ini, panitia festival sampai saat ini telah mengunjungi 25 kota di Indonesia demi menggandeng para penulis mapan yang telah mempublikasikan karyanya maupun menemukan pemikir-pemikir muda yang cemerlang untuk disertakan dalam program acara yang digelar setiap tahun ini. “Tahun ini kami mendatangkan penulis dari segala pelosok nusantara untuk berbagi cerita dengan kalian,� ujar Kadek Purnami, Community Development Manager Ubud Writers and Readers Festival, seperti tercantum pada rilis pers yang diterima Rolling Stone. Sumber : Rollingstone.co.id


L

69

Edisi 3 / Thn. I / September 2012 Online

Kami mengundang semua pembaca Online

untuk memberi kritik dan saran agar kami bisa lebih baik Kami juga mengundang semua pembaca untuk mengirimkan karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya (regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke kopisastra@gmail.com, atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra Sebagai upaya melestarikan Majalah Online Kopi Sastra, kami pun mengundang para pembaca untuk turut serta membantu kami dengan berdonasi kepada Majalah Online Kopi Sastra.

D o n a s i

Klik!



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.