Majalah Ventimiglia Edisi 26 Tahun 2014

DAFTAR DAFTAR ISI ISI Harga: Rp. 10.000,Design Cover: FX Hariadi Foto oleh: Antonius DN Model: Dian & Joan

Daftar Isi 1 Redaksi Menyapa Tidur, Mandi dan Makan pun Susah 2 Bapak Uskup Menyapa Menjadi Gereja yang Memancarkan Kasih Allah di Kalimantan Selatan 3 Topik Utama Warta Tak Jemu-Jemu 5 Sentuhan Akhir Ardas 6 Rambut Kepala Pun Terhitung Semua 8 Semangat Baru dalam Melangkah Bersama 10 Dewan Karya Pastoral dan Pusat Pastoral 12 Pendalaman Iman Masa Adven 14 Agenda Keuskupan Tahbisan Diakonat CICM 16 Spontanitas Penuh Syukur 17 Hari Jadi Rumah Retret Ventimiglia 18 Jejak Iman Katekis dari Masa ke Masa 19 Amang Pandir Nigatip Tingking 20 Dinamika Dekenat Ziarah ke Gua Maria Mandam, Dekenat Barat 21 Kesaksian Awam BG Soebagyo 22 Berita KWI Pesan Natal KWI-PGI 2014 23 Mewartakan Sukacita Injil 25 Menyongsong Tahun Hidup Bakti 2015 28 Orang Muda Sakitnya Tuh Di Sini 30 JOMKA 2014 32 Pelatihan Gerakan Aktif Tanpa Kekerasan 34

Lintas Keuskupan 35 Quinquennale 2014 Colloquium 36 Suster Ferdinanda PBHK Anak Misioner 38 Santa Helena Lintas Komisi 39 Aksi Anti Narkoba 40 Peringatan Hari Pangan Sedunia 2014 42 Pelatihan Paralegal 44 Musik Panting di SMP Santa Angela Beranda Keluarga 45 Kebebasan untuk Menikah Lintas Paroki 46 Penerimaan Sakramen Krisma di Paroki Santo Yusup, Kotabaru 47 Pergantian Pengurus WKRI DPC Katedral 48 Pesta Salib Suci 50 Perayaan 75 Tahun Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda 51 Live In Pastor dan Bruder MSF di Banjarbaru Konsultasi Anak/Remaja: 52 Love Me As Who I Am

Susunan Dewan Redaksi Majalah Ventimiglia: Penerbit dan Penanggungjawab: Komisi Komsos Keuskupan Banjarmasin ; Ketua: RD. Ignatius Allparis Freeanggono; Anggota: Antonius Djoko Nugroho, Lorensius, Sri Marganing, Anastasiya Sidik, Victor, Maria Desiana, Ch. Vaviannurri, B. Laura Sugiharto, Franky Sinaga.

Editor: Anwar Yusran; Layout: Sri Marganing, Lorensius, FX. Hariadi; Fotografer: Samuel Harpin Kontributor : Dionisius Agus Puguh Santosa, Agustinus Setyo Budiyono, Clara A.Tiffani, Caecilia MP, Sr. Mikhaella, PRR. Rekening Bank: Bank Mandiri: KCP Banjarmasin Mitra Plaza, No. Rek. 031.005.432.110.7. a/n: PGPM Keuskupan Banjarmasin Alamat Redaksi: Jl. Brigjend H. Hasan Basri no. 48 Kayutangi Banjarmasin 70124; Telp. 0511-3305733; Fax: 0511-3305633; E-mail: ventimigliabanjarmasin@yahoo.co.id edisi 26 - 2014

1

REDAKSI MENYAPA

“Tidur, Mandi, dan Makan pun Susah” Kerja…Kerja….Kerja…!

Ardas tlah tiba…Ardas tlah tiba…

Ibarat membuat rumah, Arah dasar adalah sebuah pondasi rumah. Bentuk rumah nantinya akan mengikuti pondasi tersebut. Soal interior, hiasan maupun pernik-pernik akan menyesuaikan bentuk rumah. Dengan adanya Arah dasar, Keuskupan Banjarmasin bertekad mengembangkan kesadaran bahwa Gereja adalah persekutuan umat Allah yang mau mencoba untuk terus menerus mengetahui, memahami ajaran iman dan kemudian menghayati serta mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan kasih Allah di tengah-tengah masyarakat, terlebih bagi umat Keuskupan Banjarmasin.

Kesadaran bahwa Gereja adalah persekutuan umat Allah ini telah diawali oleh umat di Dekenat Barat (dulu Dekenat Kota) dalam ziarahnya ke Gua Maria Mandam.

Umat di Dekenat Barat, yang biasanya mengadakan ziarah ke Jawa maupun luar negeri, diajak untuk merenungkan lebih dalam lagi makna ziarah sesungguhnya. Mungkin fasilitas ziarah di Mandam tidak seperti tempat-tempat ziarah di Jawa maupun di luar negeri. Mau tidur susah, mandi susah, makan susah, tidak ada tempat “shopping” souvenir, dan sebagainya. Makna ziarah ke Mandam bukan hanya mengunjungi patung Maria di dalam Gua, melainkan menjumpai Bunda Maria yang hidup.

Bunda Maria yang hidup dalam diri saudara-saudara kita di sekitar Gua Maria. Perjumpaan antar umat di Keuskupan Banjarmasin merupakan peristiwa yang saling meneguhkan dan menguatkan satu sama lain. Kesadaran ini merupakan modal berharga dalam melaksanakan Arah Dasar Keuskupan.

Semangat missioner Pater Ventimiglia dalam menaburkan benih-benih iman di Kalimantan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi segenap umat Keuskupan dalam mengembangkan talenta-talenta dan karunia-karunia yang dimiliki. Inilah saatnya bekerja bersama demi mewujudkan cita-citanya menjadi Gereja yang memancarkan kasih

2

edisi 26 - 2014

Allah di Kalimantan Selatan. Melalui Surat Gembala Uskup Keuskupan Banjarmasin, Pendalaman Iman masa Adven serta hasil sidang KWI 2014, umat diajak untuk melakukan refleksi, bergandengan tangan dan menyatukan langkah untuk terus menerus mewartakan sukacita Injil.

Ventimiglia sempat tidak terbit satu kali.

Untuk itu, secara khusus Tim Redaksi memohon maaf yang sebesar-besarnya. Bukan suatu kebetulan…pada persiapan pelaksanaan Ardas, di tahun liturgi baru serta struktur pastoral Keuskupan yang baru, Tim Kerja media Keuskupan ini mendapatkan warna baru dengan kehadiran RD. Ignatius Allparis Freeanggono sebagai Ketua Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) menggantikan RP. Agustinus Doni Tupen MSF yang saat ini telah pindah tugas di Balikpapan. Selain itu, beberapa orang muda juga turut bergabung. Lengkaplah sudah tim kerja Ventimiglia (sepeninggal Romo Doni, redaksi tinggal empat orang).

Kesulitan pencarian berita, proses editing dan layout karena keterbatasan anggota tim akhirnya terjawab, hingga Edisi 26 ini dapat hadir. Saatnya kerja, kerja dan kerja. Seperti perjumpaan dengan umat di Mandam, saatnya begadang lagi, bermalam-malam mengerjakan media ini, tak peduli tidur, makan dan mandi.

Secara khusus, seluruh Pengurus Komisi Komsos, Redaksi dan kontributor Majalah Ventimiglia dan Keuskupan Banjarmasin mengucapkan terima kasih atas kerja keras dan kepemimpinan Romo Doni selama empat tahun ini. Semoga semangat kerja untuk mewartakan kasih Allah bagi umat Keuskupan Banjarmasin melalui media cetak, media penyiaran dan media dunia maya (website) terus menyala dalam jajaran kepengurusan Komisi Komsos yang baru. (all & crew)

Dibacakan pada waktu perayaan Ekaristi/Ibadat Hari Minggu Adven 1, tanggal 29 dan 30 November 2014, di semua Gereja/Kapel Stasi Keuskupan Banjarmasin.

Surat Gembala Masa Adven Uskup Keuskupan Banjarmasin

Menjadi Gereja yang memancarkan kasih Allah di Kalimantan Selatan Para pastor, frater, bruder, suster dan seluruh umat Katolik di Keuskupan Banjarmasin yang terkasih, Salam sejahtera bagi anda sekalian,

Minggu ini kita memasuki masa Adven. Masa penantian untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus di dunia ini sekaligus mempersiapkan kedatanganNya untuk yang kedua kalinya. Kita akan bersama-sama mengisi masa Adven ini dengan berbagai kegiatan yang mendukung persiapan itu. Tahun ini, tema Natal yang telah ditetapkan bersama KWI dan PGI adalah “Berjumpa dengan Allah dalam Keluarga” (bdk. Luk 2:26). Keluarga kita harus menjadi tempat pertemuan dengan Allah.

Di awal tahun liturgi Gereja ini, ada dua hal yang ingin saya kemukakan.

Pertama, mengenai terbitnya Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin. Kedua, tentang penetapan tahun 2015 sebagai Tahun Hidup Bakti. Yang pertama berkaitan dengan Gereja lokal, yaitu Keuskupan kita tercinta, yang kedua berkaitan dengan Gereja Universal.

Pada perayaan 75 tahun Keuskupan Banjarmasin, tahun 2013 yang lalu, kita telah mengadakan Sinode Keuskupan. Kegiatan itu telah dipersiapkan sejak pertengahan tahun 2011 dan melibatkan seluruh unsur yang ada di Keuskupan kita. Hasil-hasil Sinode itu kemudian diperdalam dan dirumuskan menjadi Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin atau biasa disingkat dengan

BAPAK USKUP MENYAPA Ardas Keuskupan Banjarmasin. Perumusan Ardas ini telah melalui beberapa tahapan dan revisi. Dalam waktu dekat Ardas akan hadir di tengah umat.

Saudara-saudari terkasih,

Kehadiran Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin ini perlu disambut dengan gembira dan penuh semangat. Arah Dasar ini, bagi Keuskupan Banjarmasin, merupakan arah pastoral pemberdayaan Gereja yang memuat visi, misi, dan tujuan yang hendak diperjuangkan dalam hidup dan kehadirannya. Ardas Keuskupan Banjarmasin disusun untuk menjadi alat bantu agar gerak kehidupan umat beriman di Keuskupan Banjarmasin semakin terarah. Ardas juga menjadi alat bantu agar arah peziarahan umat dapat terarah, terukur dan terdampingi. Arah Dasar menjadi semacam pedoman akan apa yang hendak dilakukan dan ke mana Keuskupan Banjarmasin akan melangkah serta strategi-strategi apa yang bisa dilakukan untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Adapun cita-cita yang ingin diwujudkan oleh Keuskupan Banjarmasin adalah ingin menjadi Gereja yang memancarkan kasih Allah di Kalimantan Selatan.

Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin bukanlah hasil pemikiran dari sekelompok orang saja. Arah Dasar ini merupakan hasil refleksi seluruh umat Keuskupan Banjarmasin dari segala lapisan dan unsur yang ada di dalamnya, di bawah pimpinan Uskup Keuskupan Banjarmasin. Untuk itu kita semua harus merasa memiliki Ardas tersebut dan menjadi bagian yang aktif dalam mewujudkannya.

Saudara-saudari terkasih,

Paus Fransiskus telah menetapkan tahun 2015 sebagai Tahun Hidup Bakti. Penetapan ini dimaksudkan untuk mengundang kita semua turut merayakan dan mensyukuri Panggilan Hidup Bakti, panggilan hidup membiara. Perayaan ini ditetapkan berkaitan dengan peringatan 50 tahun beberapa dokumen Konsili Vatikan II :

4

•

Dokumen Perfectae Caritatis tentang Hidup Bakti, tanggal 28 Oktober 2015

•

Dokumen Lumen Gentium tentang Gereja, 21 November 2014 edisi 26 - 2014

TOPIK UTAMA •

Warta Tak Jemu-Jemu

Dokumen Ad Gentes tentang kegiatan misioner Gereja, 7 Desember 2015

Tahun Hidup Bakti ini dibuka pada Peringatan Santa Perawan Maria Dipersembahkan kepada Allah, tanggal 21 November 2014. Penutupannya akan dilakukan pada tanggal yang sama di tahun 2015 .

Semoga para Pastor Paroki bekerja sama dengan Ikatan Biarawan Biarawati Keuskupan Banjarmasin (IBBSIN) dan seluruh umat beriman tergerak untuk mengisi Tahun Hidup Bakti itu dengan langkahlangkah konkrit. Perlu dibuat kegiatan-kegiatan untuk menjawab kerinduan Paus Fransiskus yang ingin supaya Gereja menyadari, mewartakan dan merayakan pentingnya hidup bakti. Panggilan hidup yang khas ini merupakan salah satu cara hidup untuk mengalami dan mensyukuri kasih Allah yang tanpa batas kepada manusia. Sekaligus juga suatu cara untuk melayani Gereja dan masyarakat. Menjalani hidup bakti “memberikan kesaksian akan hidup baru dan kekal yang diperoleh berkat penebusan Kristus” (Lumen Gentium, 44) dan sekaligus pewartaan Kabar Gembira tentang betapa indahnya mengikuti Kristus (bdk. Mzm. 84:2).

M

elalui media Ventimiglia tak jemu-jemu perkembangan Sinode ditulis. Peristiwa dan liputan yang tersaji mengerucut kepada pencapaian rumusan Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin. Mau dibawa kemana kita?

Apa yang dicita-citakan Gereja Katolik di Kalimantan Selatan? (lihat artikel sebelumnya: Ardas: Menyatukan Langkah, Ventimiglia No.25/Juli-Agustus 2014)

Arah menyatakan kemana yang dituju. Dasar adalah pokok atau utama yang menjadi landasan. Arah dasar (Ardas) disusun untuk menjadi alat bantu agar gerak kehidupan umat beriman di Keuskupan Banjarmasin ini semakin terarah. Ardas menjadi alat bantu agar arah peziarahan umat dapat terarah, terukur, dan terdampingi.

Dalam Laporan Utama kali ini disajikan sentuhan akhir proses pembahasan mewujudkan Ardas Keuskupan Banjarmasin yang diikuti seluruh perwakilan komponen

Keuskupan dan difasilitasi atas kerja sama antara Kemenag Provinsi Kalsel dan Keuskupan Banjarmasin.

Uskup Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang menegaskan kembali apa yang telah kita capai sejauh ini dan harapan yang perlu kita laksanakan sesudah umat mengetahui Ardas.

Kegiatan konkrit dalam mewujudkan Ardas diuraikan oleh RD Doso melalui perangkat dan sistem kerja baru Keuskupan Banjarmasin yakni Dewan Karya Pastoral dan Pusat Pastoral.

Memasuki masa Adven, Komisi Kateketik sudah mulai membuka jalan bagi umat untuk menggeluti Arah Dasar Keuskupan. Diharapkan umat memahami, menghayati dan memiliki kesadaran untuk menjadikannya sebagai sebuah sikap hidup bersama. (oZo)

Semoga Santa Maria, Bunda Gereja selalu mendoakan Keuskupan kita agar mampu memancarkan Kasih Allah di bumi Kalimantan Selatan ini. Dan teladan Bunda Maria yang mempersembahkan hidupnya untuk karya Allah menjadi inspirasi dan pendorong bagi kita untuk menjawab Panggilan Allah dengan penuh sukacita dan kesetiaan.

Tuhan Yesus memberkati kita selalu.

Diberikan di Banjarmasin, Pada Hari Minggu Biasa yang ke-33 16 November 2014,

† Petrus Boddeng Timang Uskup Keuskupan Banjarmasin

edisi 26 - 2014

5

TOPIK UTAMA

TOPIK UTAMA

Sentuhan Akhir Ardas 15-17 Oktober 2014, bertempat di Hotel Palm-Banjarmasin, Keuskupan Banjarmasin bekerjasama dengan Kementerian Agama Propinsi Kalimantan Selatan, menyelenggarakan pertemuan dengan tema “Internalisasi Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin”.

Hadir dalam pertemuan itu Mgr. Petrus Boddeng Timang, Pr didampingi oleh Vikaris Jenderal dan Ketua DKP, RP. Theodorus Yuliono Prasetyo Adi, MSC, Ketua Tim ARDAS dan Direktur DKP, RD. Antonius Bambang Doso Susanto, utusan Kepala Kantor Kementrian Agama Kalimantan Selatan, HM. Ellias, Pembimas Katolik Banjarmasin, Andreas Nua. Peserta pertemuan terdiri dari anggota tim Ardas, Dewan Harian DKP, Pastor Paroki dan wakil Dewan Paroki se-Keuskupan Banjarmasin serta wakil Komunitas Hidup Bakti Keuskupan Banjarmasin.

Mgr. Timang mengatakan bahwa pertemuan itu merupakan proses lanjutan dari SINODE yang diselenggarakan pada bulan Juli 2013. SINODE sendiri menghasilkan rekomendasi agar Gereja Katolik tidak terpisahkan dari masyarakat Kalimantan Selatan. Orang Katolik yang berdomisili di Kalimantan Selatan sungguh-sungguh menjadi 100% Katolik dan 100% menjadi masyarakat Kalimantan Selatan. Bapak Uskup mengharapkan para peserta pertemuan dapat berproses untuk menginternalisasi Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh umat Katolik di Keuskupan Banjarmasin dan masyarakat Kalimantan Selatan secara universal.

n

aB

n

ida

a

un

yus Pen

ram rog P n

j Ker

a yan ela P g

r

imu

t

er Pes

6

edisi 26 - 2014

eke

iD

ar ad

T nat

Pertemuan ini terjadi bukan dari suatu yang tiba-tiba melainkan dari suatu proses yang panjang dan diawali dari SINODE yang menghasilkan rekomendasi hasil diskusi kelompok dari bidang pewartaan, bidang liturgi,

bidang pelayanan dan bidang persekutuan. Rm. Doso, mengajak peserta pertemuan untuk terlibat lebih dalam memaparkan isi dari buku Ardas mengenai visi dan misi Keuskupan Banjarmasin, strategi Ardas dari keempat bidang, inspirasi Landasan Iman, struktur dan sistem pastoral, pedoman dasar dewan karya pastoral dan pedoman dasar penggembalaan.

Untuk mewujudkan visi dan misi ini, maka masing-masing bidang memiliki strategi-strateginya yang ditemukan dari permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing bidang dalam pelayanan umat. Dalam menjalankan strateginya ini, masing-masing bidang mengarahkan diri pada inspirasi landasan Iman. “….kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis 1:7-8).

Inspirasi landasan iman ini menjadi Roh/spirit/penggerak untuk perjalanan iman umat sampai periodisasi tertentu.

Periodisasi Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin terbagi dalam dua periode,masing-masing periode memiliki jangka waktu lima tahun. Periode I pada tahun 2015 – 2019 dengan tujuan “Umat Allah Keuskupan Banjarmasin dengan bertekun dalam pengajaran dan persekutuan memiliki dasar iman yang kokoh” dan periode II pada tahun 2020 – 2024 dengan tujuan “Umat Allah Keuskupan Banjarmasin didasari oleh imannya menjadi Gereja yang memancarkan kasih Allah di Kalimantan Selatan”.

Periode I dan periode II dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan suatu struktur dan sistem pastoral yang memadai dengan uraian tugas pokok yang jelas sehingga masingmasing bidang dengan strateginya dapat diakomodir lebih efektif dan efisien, hingga umat dapat mengalami pancaran kasih Allah yang berdaya transformatif dan pada umumnya berdampak bagi Masyarakat Kalimanta Selatan.

Pada hari kedua, peserta masuk dalam kelompok bidang pewartaan, pelayanan, liturgi, persekutuan, dan kesaksian untuk membuat program-program kerja komisi-komisi. Suasana antusias dan kegembiraan untuk terlibat masih mewarnai dari tiap peserta. Berdiskusi, mengungkapkan pendapat, berargumentasi serta saling mengkritisi memberi warna tersendiri, dengan harapan program kerja yang dibuat sungguh-sungguh tepat sasaran, berdaya transformatif dan sesuai dengan Ardas Keuskupan Banjarmasin. Hasil diskusi dalam kelompok bidang kemudian dipresentasikan kepada seluruh peserta.

Berbagai tanggapan, kritik, dan pertanyaan informatif menghangatkan suasana di tengah dinginya suhu ruangan.

Hari ketiga. Bidang pelayanan yang belum mempresentasikan programnya, mendapat kesempatan.

Tepat pukul 09.30 WITA, selesailah presentasi program kerja dan tanggapan serta masukkan untuk bidang pelayanan. Pukul 10.00 WITA dilaksanakan pengesahan Ardas, sekaligus penyerahan dokumen personel Dewan Karya Pastoral (DKP), program kerja komisi-komisi dari tiap bidang pelayanan Gereja kepada bapak Uskup Banjarmasin.

Setelah menerima dokumen-dokumen, Mgr. Timang, memberikan sambutan. Dalam sambutannya beliau mengatakan terima kasih atas sentuhan akhir dari segala usaha yang telah diupayakan mulai dari SINODE hingga menghasilkan Ardas dan program kerja dari tiap-tiap komisi. Hal baru dari hasil proses ini adalah terbentuknya Dewan Karya Pastoral Keuskupan. Melalui DKP inilah, banyak pekerjaan dapat menjadi lebih efektif dan terencana selama lima tahun ke depan.

“Wisma Ventimiglia yang berada di jalan Gatot Subroto No.10 Banjarmasin akan menjadi kantor DKP” kata Uskup kelahiran 67 tahun yang lalu itu.

Di akhir acara, Bapak Andreas Nua dalam sambutannya menyampaikan bahwa baru ada 22 Keuskupan yang memiliki Ardas. “Saya ikut bangga karena dari 22 Keuskupan tersebut, Keuskupan Banjarmasin termasuk didalamnya,“ ujarnya. Pertemuan hari ketiga ditutup dengan doa yang dipimpin oleh RP. Amandus, MSC yang mengajak para peserta untuk menyanyikan lagu “Terima kasih Tuhanku” dan mendoakan doa Arah Dasar Keuskupan. (Sr. Ferdinanda, PBHK)

Serah Terima Hasil Pembahasan Program Kerja

edisi 26 - 2014

77

TOPIK UTAMA

TOPIK UTAMA

Rambut Kepala Pun Terhitung Semuanya "Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit. Sungguhpun demikian tak seekorpun dilupakan Allah. Bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya.

Karena itu jangan takut sebab kalian lebih berharga daripada banyak burung pipit."

Berikut adalah hasil kompilasi Renungan dan Sambutan Mgr. Petrus Boddeng Timang dalam Pembahasan Ardas, 17-19 Oktober 2014.

Apa kesan Mgr. Timang akan Pembahasan Ardas itu?

Bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya, pasti termasuk yang sudah lama rontok. Inilah suatu jaminan dari Yesus, bagaimana Allah begitu peduli akan kasih kita. Dan itulah juga keyakinan yang begitu kuat dari Ignatius dari Antiokhia. Beliau menjadi Katolik pada usia yang sudah cukup dewasa dan akhirnya diangkat menjadi Uskup di kota itu.

Ignatius menolak ketika dipaksa mengingkari imannya, hingga dihukum mati. Banyak orang membujuk dia. “Bapak Uskup, anda sudah tua, untuk apa menyia-nyiakan hidupmu dan membiarkan dirimu menjadi makanan binatang buas." Lalu apa kata Ignatius?

"Sudah sekian lama Yesus itu setia kepadaku, masakan pada usia yang sudah uzur ini aku mau mengkhianati Dia?”

Begitu juga ketika umat di Roma tahu, Uskup itu dihukum mati dan akan menjadi mangsa binatang buas di Colloseum.

Mereka pun berupaya membebaskannya. Lalu Ignasius menulis surat. “Janganlah kalian menghalangi aku, aku mau menjadi gandum Kristus, dan biarlah gigi-gigi binatang buas itu menjadi bagaikan gilingan gandum, supaya aku menjadi gandum yang murni bagi Kristus." Suatu ungkapan iman yang luar biasa didalamnya.

Sudah berhari-hari lamanya kita semua yang mewakili umat berkumpul, meninggalkan pekerjaan dan banyak urusan lainnya. Diskusi sampai jauh malam, sampai mengantuk-mengantuk, dan apa yang berdebat dengan sangat alot, kadang hampir kehilangan fokus, karena orang sudah mulai meditasi (mengantuk). Tapi semua bertahan, kita bukannya digiling oleh gigi-gigi binatang buas, amit-amit mudahan itu tidak terjadi, kita biarkan diri ini digiling oleh kantuk atau oleh dinginnya AC di ruangan ini.

8

edisi 26 - 2014

Apa harapan dari Pembahasan Ardas ini?

Suatu cita-cita yang luhur, yang indah, yang kadang-kadang mungkin banyak yang berpikir apa benar ya, mana kita sanggup, mana kita mampu, apalagi ketika program kerja yang disusun setiap komisi anggaran dananya tidak sedikit dan waktunya sangat padat. Namun Yesus memberi peneguhan kepada kita untuk tidak takut akan rintangan-rintangan yang bersifat manusiawi, karena rencana Allah demi keselamatan manusia itu jauh lebih unggul, daripada apa yang manusia dapat bayangkan.

Melalui pertemuan dalam rangka sinode dan tindak lanjut sinode itu, kita ambil bagian dalam pengorbanan Kristus, dengan satu tujuan, yaitu supaya kemuliaan Allah semakin nyata, dan keselamatan kita sendiri, pribadi demi pribadi, keselamatan umat manusia itu semakin terwujud, kita percaya setiap rambut kepala kita pun dihitung oleh para malaikat di surga. Pengorbanan sekecil apapun sangat berharga. Bukan untuk mendapat point di surga, tapi supaya kita semakin terlibat dalam kehidupan Kristus yang menyayangi dan memanggil kita.

untuk mengikuti suatu kegiatan. Pengalaman kita selama ini, acara-acara rutin saja sudah menghabiskan waktu, tenaga dan biaya. Belum lagi acara-acara rutin Gereja maupun nasional. Semuanya menjadi kurang efektif.

Setelah ini, apa yang membentuk wajah baru Keuskupan?

Acara rutin yang tidak boleh dilewatkan. Ada program kerja yang harus dijalankan sesuai Arah Dasar Keuskupan. Rasanya tidak ada lagi waktu, tenaga, dan dana. Tapi kita percaya, kalau ini dikehendaki Tuhan, maka demi hadirnya kerajaan Allah untuk transformasi umat kita, itu pasti akan terlaksana.

Yang sama sekali baru adalah hadirnya Dewan Karya Pastoral (DKP). Di samping lembaga kepemimpinan keuskupan, dekenat dan kuria, Kita berharap dengan DKP ini bnyak pekerjaan akan lebih sinkron, akan lebih fokus selama lima tahun kedepan.

Apa yang kita hasilkan dalam pertemuan Pembahasan Arah Dasar Keuskupan ini, kita persembahkan kepada umat dan masyarakat Kalsel. Semoga apa yang kita usahakan merupakan suatu kabar gembira bagi semua lapisan umat, mulai dari kota sampai di pelosok Pegunungan Meratus, di perkebunan sawit, di mana masih banyak umat kita masih hidup dalam tahap yang paling rendah dan paling memprihatinkan. Semoga Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin ini nantinya sungguh merupakan pegangan yang memberikan harapan untuk hari esok yang semakin baik.

Nantinya, alamat surat semua komisi adalah Wisma Ventimiglia, Jalan Gatot Subroto No. 10.

Banjarmasin. Dulu Mgr. Prajasuta, MSF menempatkan Wisma itu sebagai rumah pembinaan iman. Maka dengan ditetapkannya DKP, akan tepat jika Pusat Pastoral berada di sana. Jadi permintaan dari pihak Komisi Komsos mengenai ruang kerja, mudahan bisa terwujud pula di tempat itu. Di sana lebih strategis, karena saya tahu, selama ini, kalau tiba waktunya mereka menyiapkan rekaman untuk siaran televisi, radio, apalagi menerbitkan majalah Ventimiglia itu kadang-kadang mereka berkemah bermalam-malam lamanya di seminari MSF Banjarbaru. Begitu juga bagi komisi-komisi lainnya, Wisma Ventimiglia akan menjadi tempat karya dan pelayanan bagi semua umat.

Apa yang akan dilakukan selanjutnya?

Ucapan Terima Kasih dari Bapak Uskup

Meski tim DKP sudah dibentuk, para Ketua Bidang dan Direktur Pusat Pastoral (DPP) sudah terpilih.

Tapi personalia masing-masing komisi belum lengkap.

Disamping itu semuanya juga harus segera mendapat SK, agar dapat bergerak maksimal sesuai tugasnya masingmasing.

• Terimakasih atas kehadiran semua pihak, yang telah bekerja keras mewakili seluruh umat, biarawan/i, para imam baik pastor paroki, para deken dan perangkat Kuria Keuskupan yang telah memberikan sentuhan akhir Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin.

Kita juga harus menyinkronkan program-program kerja. Selama ini, ada banyak kegiatan. Kita perlu mengatur supaya semua itu disesuaikan waktunya, sehingga tidak membebani siapa saja, khususnya para DKP, Pastor Paroki, Kelompok Kategorial yang mesti mengirim anggotanya,

• Kementrian Agama Kalimantan Selatan, dalam hal itu melalui Pembimas Katolik yang telah memfasilitasi terselenggaranya acara ini selama tiga hari. (lrn)

• Panitia Sinode dan Tim Ardas Keuskupan Banjarmasin

edisi 26 - 2014

9

TOPIK UTAMA

TOPIK UTAMA

Arah Dasar Keuskupan: Semangat Baru dalam Melangkah Bersama Ditemui Ventimiglia secara terpisah, beberapa peserta Internalisasi Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin mengungkapkan tanggapan dan harapannya terhadap karya pelayanan yang ditangani dengan ditetapkannya Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin

RP. Antonius Wahyuliana, CM

(Ketua Bidang Pelayanan-DKP, Pastor Paroki Batulicin)

RP. Jacques Gross, CM: (Pastor Rekan Paroki Batulicin)

Bergembira Menjadi Pewarta Kabar Baik

Saya menyambut positif adanya Arah Dasar bagi Keuskupan Banjarmasin. Arah Dasar ini akan menjadi acuan kita dalam merencanakan suatu kegiatan dalam mengembangkan kemajuan umat dan masyarakat tanpa terlalu banyak bahan dan rapat-rapat.

Saya sangat senang Bapa Uskup menegaskan mengenai advokasi bagi penduduk asli (Dayak dan Banjar)

serta buruh sawit. Di samping itu tentunya semua hal tentang katekese dan Kitab Suci juga perlu kita kembangkan. Oleh karena itu, seluruh komponen keuskupan hendaknya bekerja dengan lebih tekun dan dalam semangat ensiklik Sri Paus Fransiskus: Evangelii Gaudium, yaitu bergembira menjadi pewarta Kabar Baik dan memperhatikan yang terpinggirkan.

Gereja yang Hadir untuk Pelayanan Umat Bidang Pelayanan merupakan salah satu dari empat bidang sendi Gereja. Bidang Pelayanan menyangkut bidang yang sangat konkret tidak terlalu banyak teori. Misinya adalah bagaimana Gereja sungguhsungguh hadir untuk pelayanan umat. Oleh karena itu diharapkan program-program yang dibuat merupakan program konkret. Misalnya: Pertama. program Pengembangan Sosial Ekonomi diwujudkan dengan memberikan bantuan bagi saudara saudari kita yang berkekurangan, entah itu dalam bentuk, pendidikan maupun pemberian modal.

Yang kedua. Masalah pendampingan bagi saudara-saudari kita yang terpinggirkan. Di kota, hal ini tidak terlalu dirasakan. Namun, di paroki-paroki luar kota, pendampingan sangat dibutuhkan oleh kaum buruh sawit dan penduduk asli yang tanahnya tergusur. Di sana program-program yang digarap oleh Komisi JPIC (Justice and Peace = Keadilan dan Perdamaian) sangat diperlukan. Oleh karena itu program-program tersebut harus diperhatikan dan

10

edisi 26 - 2014

didukung, baik dalam bentuk pendanaan, fasilitas maupun bentuk lainnya.

Yang ketiga. Bidang kesehatan itu sungguh luar biasa panggilannya. Namun, sekarang belum ada tim yang secara khusus menangani. Harapannya, Tim Kesehatan Tingkat Keuskupan dapat mengkoordinir solidaritas para dokter di kota untuk terjun langsung ke daerah-daerah guna membantu saudara-saudara kita yang sangat membutuhkan. Misalnya dengan pemeriksaan kesehatan dan pemberian bantuan obatobatan. Sesungguhnya dalam melaksanaan kegiatan ini, kita perlu membangun solidaritas dan kepedulian.

Orang-orang yang mampu membantu yang tidak mampu. Bagi saya, hal yang utama dari Bidang Pelayanan ini adalah suatu tindakan yang konkrit dan bukan sebuah wacana. Tindakan itu harus bisa dirasakan sampai ke umat yang paling bawah.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam bidang pelayanan adalah personil. Diharapkan personil di bidang Pelayanan tidak sekedar ditempatkan, tetapi merupakan orang-orang yang sungguh-sungguh mau terlibat. Saya khawatir kalau personilnya menerima tugas dengan setengah-setengah, maka hasilnya menjadi tidak maksimal

Fr. Gideon Maurits, Pr.

Semangat Pasca Sinode Saya merasakan ada suatu semangat yang luar biasa dalam diri segenap umat Keuskupan Banjarmasin pasca sinode tahun 2013. Hal ini yang diteruskan dalam pembahasan Arah Dasar dan pembentukan Dewan Karya Pastoral. Para peserta sungguh-sungguh bersemangat dalam perencanaan program kerja komisi-komisi per bidang dari Dewan Karya Pastoral. Hal yang kiranya perlu diperhatikan sungguh adalah penyusunan waktu pelaksanaan kegiatan. Program tingkat keuskupan penting, akan tetapi masih ada level dekenat dan paroki, bahkan stasi. Maka itu mohon dipikirkan agar apa yang telah direncanakan bisa diwujudkan dalam koordinasi yang baik dengan dekenat dan paroki. Perlu pula dipikirkan dalam pelaksanaan program bahwa setiap paroki memiliki kekhasan masing-masing, dan ini yang memerlukan kerelaan untuk berkorban lebih banyak guna mendekati mereka dalam suatu pendekatan baru.

Fr. Andreas Setyo I., Pr.

Menjadi Garam & Terang di bumi Banua Sinode Keuskupan Banjarmasin dan penentuan Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin yang baru saja dilakukan merupakan sesuatu yang luar biasa bagi Keuskupan Banjarmasin. Dengan ini semua kita dapat menentukan arah gerak Keuskupan Banjarmasin ke depannya. Maka dari itu, dari hasil yang memuaskan ini hendaknya diimbangi pula dengan hasil kerja yang memuaskan. Acuan dari hasil yang memuaskan adalah jika seluruh umat Keuskupan Banjarmasin sudah dapat menghayati imannya secara mendalam dan dapat terlibat di dalam tugas pewartaan, atau dengan kata lain dapat menjadi garam dan terang dunia di bumi Banua ini

edisi 26 - 2014

11 11

TOPIK UTAMA

TOPIK UTAMA

Dewan Karya Pastoral (DKP) dan Pusat Pastoral (PUSPAS)

penelitian karya pastoral di Keuskupan Banjarmasin.

Idealnya, Pusat Pastoral juga menjadi tempat pertemuan dan pelatihan pastoral bagi umat Keuskupan Banjarmasin.

Jadi DKP dan Pusat Pastoral dibentuk untuk mendukung dan mengusahakan agar Ardas Keuskupan Banjarmasin bisa diwujudkan.

Oleh: RD Antonius B. Doso Susanto Apakah ada bedanya dengan struktur organisasi keuskupan sebelumnya?

Mengapa DKP & Puspas dibentuk?

Pembentukan DKP dan Pusat Pastoral tidak bisa dipisahkan dengan penetapan Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin. Untuk menerangkan kedua hal itu baik kalau kita sejenak menengok ke belakang, terlebih atas apa yang terjadi di Keuskupan Banjarmasin tiga tahun terakhir ini. Dalam rangka peringatan 75 tahun, Keuskupan Banjarmasin mengadakan Sinode di bulan Juli 2013. Kegiatan ini diawali dengan kegiatan sensus umat, Pra-Sinode, pembagian angket/kuesioner dll. Sinode menghasilkan beberapa poin penting untuk menanggapi persoalan yang sedang dihadapi oleh Keuskupan sekaligus juga menjadi langkah-langkah untuk perbaikan diri dalam menjalankan tugas perutusannya di bumi Kalimantan Selatan. Apa yang telah dihasilkan dalam Sinode itu kemudian didalami dan dirumuskan dalam bentuk Arah Dasar (Ardas) Keuskupan Banjarmasin yang di antaranya memuat: Visi, Misi, dan Strategi Keuskupan Banjarmasin.

Untuk bisa mewujudkan apa yang sudah digariskan dalam Ardas Keuskupan Banjarmasin itulah kemudian dibentuk Dewan Karya Pastoral (DKP) dan Pusat Pastoral (Puspas).

DKP adalah dewan yang dibentuk untuk membantu Uskup dalam karya pastoralnya. Dewan ini dibentuk untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan pastoral yang ada di Keuskupan Banjarmasin. Dewan ini bertugas untuk menterjemahkan apa yang terumus dalam Ardas Keuskupan Banjarmasin ke dalam kegiatan-kegiatan konkrit sehingga apa yg menjadi cita-cita atau visi Keuskupan bisa terwujud. Dewan ini juga akan menjadi semacam lembaga utk penelitian dan pengembangan karya Pastoral di Keuskupan Banjarmasin.

Pusat Pastoral adalah tempat yang akan dipakai sebagai kantor dari Dewan Karya Pastoral yang dipimpin oleh seorang direktur. Yang berkantor di tempat ini adalah Dewan Harian beserta komisi-komisi yang ada di DKP. Pusat Pastoral juga menjadi tempat pengembangan dan

Struktur dalam Dewan Karya Pastoral yang ada sekarang merupakan penyempurnaan dari yang sudah pernah diterapkan di Keuskupan Banjarmasin.

Dewan Karya Pastoral diketuai oleh Vikaris Jenderal Keuskupan Banjarmasin (ex officio). Di bawah Vikjen ada Direktur Pusat Pastoral yang menjadi pelaksana harian Pusat Pastoral. Direktur Pusat Pastoral didampingi oleh Bendahara dan Sekretaris Pusat Pastoral. Direktur Pusat Pastoral mengkoordinir pelaksanaan karya pastoral keuskupan yang dibagi menjadi 4 bidang, yaitu: Pewartaan, Liturgi, Pelayanan, dan Persekutuan. Masingmasing bidang ada ketuanya. Ke atas, para ketua bidang bertanggungjawab kepada Direktur Pusat Pastoral, sedang ke bawah harus mengkoordinir komisi-komisi yang ada di bawah koordinasinya. Dalam struktur DKP yang sekarang ada 12 komisi (Tidak semua memakai nama komisi, ada yang memakai nama Delegatus). Para ketua komisi

Dalam perjalanan sejarah karya penggembalaannya, Keuskupan Banjarmasin, pernah menerapkan berbagai struktur dan metode pastoral. Struktur Dewan Karya Pastoral yang diterapkan sekarang ada kesamaannya juga dengan struktur yang telah dipakai sebelumnya. Pada jaman Mgr Prajasuta, keuskupan Banjarmasin pernah membagi karya Pastoralnya menjadi 3 bidang. Pembagian persisnya saya tidak terlalu ingat.

SISTEM PASTORAL KEUSKUPAN BANJARMASIN Setiap bidang menangani beberapa komisi. Pada waktu Mgr Prajasuta memasuki masa pensiun dan digantikan oleh Mgr Petrus Boddeng Timang, struktur organisasi untuk menangani karya pastoral pun berubah. Pembagian ke dalam 3 bidang diganti dengan pembentukan komisi-komisi yang semuanya di bawah koordinasi Vikaris Jenderal (Vikjen).

Dewan Harian Dewan Karya Pastoral

Personil Dewan Harian - Dewan Karya Pastoral ki-ka: RP. F. Teddy K. Aer MSF, Sr. Ferdinanda, PBHK, RD. Antonius B. Doso S., RP. Antonius Wahyuliana CM, Sesuandi, RD. Yohanes Susilohadi

12

edisi 26 - 2014

Direktur Pusat Pastoral: RD. Antonius Bambang Doso Susanto Sekretaris: Sr. Ferdinanda Widya Permanasari, PBHK Bendahara: Sesuandi Ketua Bidang Pewartaan: RD. Antonius Bambang Doso Susanto Ketua Bidang Liturgi: RD. Yohanes Susilohadi Ketua Bidang Pelayanan: RP. Antonius Wahyuliana CM Ketua Bidang Persekutuan: RP. Fabianus Teddy Kananites Aer MSF edisi 26 - 2014

13

TOPIK UTAMA

TOPIK UTAMA

Pendalaman Iman Masa Adven 2014:

bertanggungjawab kepada ketua bidangnya.

Dewan Karya Pastoral ini terdiri atas Dewan Harian dan Dewan Pleno. Dewan Harian terdiri dari Ketua, direktur Pusat Pastoral, sekretaris, bendahara dan para ketua komisi. Dewan Pleno terdiri dari Dewan Harian ditambah para ketua komisi.

Berjumpa dengan Allah dalam Keluarga! (bdk. Luk 2: 26)

Struktur yang seperti ini bukan untuk membuat pelaksanaan karya pastoral menjadi terlalu birokratis.

Tujuannya adalah agar koordinasi dan pengawasannya menjadi semakin jelas. Diharapkan juga supaya programprogram kerja pun bisa dilaksanakan dengan baik karena penanggung jawabnya jelas.

Bagaimana DKP menjamin bahwa program-program kerja terlaksana dengan baik?

Struktur DKP telah menunjukkan jalur komando dan koordinasi yang jelas, diharapkan sistem yang ada bisa bekerja dengan baik. Untuk menjamin bahwa programprogram kerja bisa terlaksana dengan baik ada beberapa hal yang telah, sedang dan akan dilakukan. Yang telah dilakukan adalah pembuatan rancangan tugas masingmasing (job description) dan jalur koordinasinya. Yang sedang dikerjakan sekarang adalah menentukan personalia yang tepat dan penggodokan program kerja. Yang akan dilakukan di kemudian hari agar program kerja dapat terlaksana dengan baik adalah adanya pertemuan untuk perencanaan dan pertemuan untuk evaluasi. Dengan caracara tersebut, program kerja tidak sekedar ditulis dan direncanakan tetapi juga dilaksanakan dan dievaluasi.

T Komisi Keluarga berkaitan dengan ME, CFC, St. Monika.

Komisi Kepemudaan mendampingi KMK dan Gamakasi.

Prinsip pendampingan di sini bukan berarti ketua komisi yang bersangkutan otomatis menjadi moderator kelompok kategorial yang ada di bawah pendampingannya.

Bapa Uskup memiliki kewenangan sepenuhnya untuk menentukan moderator dari kelompok-kelompok kategorial yang ada di Keuskupan Banjarmasin.

Apa yang harus segera dikerjakan setelah tersusunnya Ardas?

Bagaimana kedudukan Kelompok Kategorial dalam Sistem Pastoral?

Apa yang telah dirumuskan dalam Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin bukanlah hasil kerja sekelompok orang saja. Itu merupakan buah refleksi bersama seluruh warga Keuskupan Banjarmasin. Ardas ini diperuntukkan bagi kita semua dan yang harus melaksanakan pun adalah kita semua sesuai dengan peran dan kedudukannya masingmasing.

Dalam struktur DKP, kelompok-kelompok kategorial justru mendapatkan kejelasan statusnya. Secara umum di berbagai Keuskupan-keuskupan kelompokkelompok kategorial itu digolongkan menjadi dua, yaitu yang bersifat devosional dan yang berkaitan dengan persekutuan. Di Keuskupan Banjarmasin, kelompokkelompok kategorial koordinasinya di bawah komisi yang bersangkutan dengan kharisma/kekhasan mereka.

Sebagai contoh, komisi peribadatan mendampingi BPK, KTM, Legio Maria. Komisi Sosial Ekonomi mendampingi ibu-ibu AIC. Komisi HAK dan Kerawam mendampingi kelompok Pemuda Katolik, WKRI, PMKRI, PUKAT.

Menyadari itu semua, maka langkah pertama yang harus segera dilakukan adalah bagaimana membuat Ardas ini diketahui, dipahami, dan dihayati oleh seluruh komponen yang ada di Keuskupan Banjarmasin. Ardas harus menjadi semangat hidup dan tujuan seluruh umat Katolik di Keuskupan Banjarmasin. Untuk itu perlu dilakukan konsientisasi atau penyadaran kepada seluruh warga Keuskupan Banjarmasin mengenai Ardas. Hendaknya seluruh umat memiliki buku Ardas dan mempelajarinya, baik secara pribadi maupun secara berkelompok sehingga Ardas sungguh menjadi bagian dan gerak hidup seluruh komponen yang ada di Keuskupan Banjarmasin.**

14

edisi 26 - 2014

ema dari Pendalaman Iman Masa Adven mengacu kepada tema nasional namun penjabaran materi pertemuan telah disusun oleh Komisi Kateketik Keuskupan Banjarmasin untuk memberikan permenungan bersama kilas balik perjalanan umat Keuskupan Banjarmasin menemukan dan menentukan cita-cita yang ingin dicapai. Keuskupan mendapatkan kado yang indah berupa kehadiran Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin.

Umat diajak berefleksi kembali melalui proses PraSinode, Sinode Keuskupan, hingga perumusan Ardas Keuskupan Banjarmasin dimana Allah berkenan hadir dan membimbing kita.

Ada empat pertemuan dan sebaiknya umat mengadakan pertemuan mingguan menjelang Natal serta dilaksanakan berurutan dengan mengandaikan hadir bersama dalam komunitas. Pertemuan 1 dan 2 mengacu kepada kegiatan pra sinode dengan semangat pembaharuan. Pertemuan 3 penekanan pada Arah Dasar.

Pertemuan 4 mendalami Visi Keuskupan Banjarmasin.

Pertemuan 1. Gereja yang Hidup (Yohanes 2:13-22)

Peserta disadarkan menjadi anggota Gereja yang hidup. Praktek hidup seperti apa adanya atau merasa sudah nyaman dengan kebiasaan yang ada sering mengakibatkan kita menjadi tidak peka untuk suatu perbaikan, puas dengan apa yang ada bahkan tidak jarang malah menjadi merosot mutunya. Kita tidak mau lagi seperti itu, tidak juga hanya mengkritik namun mengusahakan ke arah peningkatan kualitas mutu hidup dalam bentuk gerakan di dalam keluarga, komunitas, paroki dan keuskupan dalam latar belakang kegiatan Pra-Sinode, mulai dari tingkat komunitas, Paroki,hingga Dekenat.

Pertemuan 2. Gereja yang Bersekutu (Kisah Para

Rasul 15: 1-21)

Peserta disadarkan untuk terlibat dalam persekutuan hidup menggereja. Ilustrasi Sinode dalam

bahan bacaan pertemuan mencerminkan langkah bersama yang ditempuh oleh umat Keuskupan Banjarmasin.

Akhirnya Sinode menghasilkan beberapa hasil yang penting untuk dipakai dalam usaha perbaikan dan pembangunan Keuskupan Banjarmasin. Proses dari tingkatan terkecil hingga tingkatan Keuskupan untuk duduk bersama, bersekutu dan menemukan kehendak Allah atas situasi dan persoalan hidup bersama itu menunjukkan aspek Gereja yang bersekutu dan setia kepada kehendak Allah.

Pertemuan 3. Gereja yang Berziarah (Matius 16:21-28)

Peserta disadarkan untuk berjalan bersama dalam menanggapi panggilan Allah. Diharapkan bahwa rumusan Arah Dasar Keuskupan sungguh bisa diterapkan dan diwujudkan sehingga bukan hanya rumusan indah semata. Semua diundang untuk terlibat dan memperjuangkannya. Setiap perjuangan menuntut sikap tegas, kesetiaan juga pengorbanan.

Pertemuan 4. Gereja yang Bercita-cita (Wahyu 21: 1-8) Peserta disadarkan untuk memancarkan kasih Allah di Kalimantan Selatan.Kita semua yang menjadi warga Keuskupan Banjarmasin diundang untuk menjadi pelaku dan bekerja sama guna mewujudkan visi atau cita-cita Keuskupan Banjarmasin. Semoga Gereja Kristus semakin menjadi tempat bagi semua orang yang mencari keselamatan dan kedamaian. (oZo)

edisi 26 - 2014

15

AGENDA KEUSKUPAN

AGENDA KEUSKUPAN

Tahbisan Diakonat Frater CICM Di Paroki Pelaihari:

Enam Tahun Tahbisan Uskup Mgr. Petrus Boddeng Timang

Spontanitas Penuh Syukur

Hendaklah Kamu Berbau Domba dan Beraroma Gembala

M

inggu, (7/9/2014), bertempat di Gereja St. Theresia Pelaihari berlangsung Perayaan Ekaristi Tahbisan Diakonat Fr. John Mark Dacumos Barroga, CICM dan Fr. Mervin Piolo Quiros, CICM oleh Uskup Keuskupan Banjarmasin Mgr. Petrus Boddeng Timang.

Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Provinsial CICM Asia Pastor Silvester Asa, CICM beserta rombongan. Perayaan Ekaristi dipersembahkan oleh Mgr. Petrus Timang selaku konselebran utama, didampingi oleh Pastor Franz Kornelius Liman, CICM dan 10 orang imam.

Dalam homolinya, Mgr. Timang menjelaskan bahwa langkah terakhir yang harus ditempuh sebelum seseorang menerima tahbisan imamat adalah tahbisan diakonat. Diakonat sendiri mempunyai makna pelayanan.

“Bapa Suci Paus Fransiskus dalam seruan apostoliknya yang pertama berjudul Evangelii Gaudium (Sukacita Injil) mengulas perihal tugas pelayanan Gereja khususnya pelayanan para imam. Beliau mengingatkan supaya Gereja berani keluar dari dirinya dan jangan puas menjadi Katolik di dalam saja,” kata Uskup Keuskupan Banjarmasin kepada semua yang hadir.

Mgr. Timang menasehati kedua diakon agar menjadi diakon yang ”berbau domba” yaitu bergumul dengan umat dan masyarakat, seraya membawa mereka semua menuju hadirat Allah. “Hendaknya Anda berbau domba dan beraroma gembala dan siap melayani umat 24 jam,” ujarnya mengutip pesan Bapa Suci Paus Fransiskus.

16

edisi 26 - 2014

Pastor Silvester Asa, CICM selaku Provinsial CICM Asia dalam sambutannya usai tahbisan diakon berkisah tentang percakapan yang pernah terjadi antara para konfraternya dengan 2 orang diakon yang menerima tahbisan kali ini. “Kami di Indonesia bukan diutus untuk mencari orang Filipina, melainkan diutus untuk orang Indonesia,” ujarnya menirukan pernyataan kedua diakon tersebut. Menurut Pastor Silvester, ungkapan itu adalah pernyataan misioner yang tulus sebagai orang misionaris. ”Bagi saya ini penting, karena pada akhirnya mereka bisa membumi di sini,” tambahnya.

Diakon John Mark yang sejak Juni 2013 yang lalu menjalani masa TOP di Paroki Santa Theresia Pelaihari, dalam bahasa Indonesia yang fasih mengucapkan terimakasih kepada para pastor CICM di Paroki Pelaihari selama menjalani masa TOP.

Sementara itu dalam bahasa Indonesia berdialek Filipina, Diakon Mervin Piolo berkata, “Mungkin panggilanku ini tidak akan bertahan tanpa dukungan dari orang-orang terhadap kami. Dan kami akan buktikan bahwa kami akan menjadi gembala yang baik!”

Prosesi perayaan tahbisan diakon pada hari itu disemarakkan dengan koor dari Stasi Gunung Batu dan Sungai Riam dan tarian Dayak. Dalam acara ramah tamah hadir pula jajaran Muspida Tingkat II Kabupaten Tanah Laut. [reported & foto by: Dionisius Agus Puguh Santosa]

Mgr Timang bersama Komka Katedral

Oktober 2014 malam, di halaman Wisma Immaculata Keuskupan Banjarmasin, digelar perayaan ulang tahun tahbisan uskup ke-6 Mgr. Petrus Boddeng Timang. Sekitar 80-an orang yang terdiri dari para imam, suster, frater dan kaum awam ikut serta berdoa dan bersyukur bersama dalam acara spontanitas malam itu. Lagu pembuka berjudul “Hari Ini Kurasa Bahagia” dibawakan oleh KOMKA Katedral Banjarmasin dengan iringan permainan alat musik secara live.

27

“Saya bangga dan surprise untuk kebersamaan dan kemeriahan ini,” ucap Mgr. Timang kepada semua yang hadir dalam sambutan singkatnya. Secara khusus, Uskup yang pada tanggal 7 Juli silam genap berusia 67 tahun ini menyapa umat Wilayah St. Lukas Paroki Katedral “Keluarga Kudus” Banjarmasin; tempat dimana Wisma Immaculata berada.

Sembari mengajak semua yang hadir bernostalgia, Uskup yang masih tampak enerjik ini mengaku bahwa sebelum ditunjuk sebagai Uskup Keuskupan Banjarmasin, dirinya seringkali mengunjungi berbagai tempat maupun kota di wilayah Indonesia, kecuali Kalimantan Selatan.

Mgr. Timang ke Banjarmasin untuk berjumpa dengan Mgr.F.X. Prajasuta, MSF, para biarawan, biarawati dan tokoh-tokoh umat di Keuskupan Banjarmasin sekaligus untuk mendiskusikan momen tahbisan uskup. “Sambutan umat di Keuskupan Banjarmasin sangat baik sekali dan luar biasa. Hal itulah yang menguatkan saya sesaat sebelum menerima tahbisan sebagai uskup; bahkan sampai saat ini.

Terima kasih atas dukungan dari umat sekalian.”

Suasana malam itu terasa begitu semarak manakala Mgr. Timang menyanyikan sebuah lagu Toraja berjudul “Tondok Toraya.” Kepada kontributor VENTIMIGLIA, Uskup yang selalu ramah dan murah senyum ini bertutur bahwa dua kata pertama dalam bahasa Toraja, yaitu ‘marendeng mrampa’ bermakna lestari dan terberkati.

“Dulu lagu ini kami hafalkan saat saya masih duduk di Sekolah Rakyat. Dan lagu ini selalu membangkitkan kerinduan kami pada Tana Toraja.” Mgr. Timang berujar meskipun telah berada di tempat yang jauh sekalipun, rasa rindunya akan kampung halaman tercinta akan tetap berkobar. [reported by: Dionisius Agus Puguh Santosa]

Tanggal 18 Juni 2008 adalah kunjungan perdana edisi 26 - 2014

17

JEJAK IMAN

AGENDA KEUSKUPAN AGENDA KEUSKUPAN

15 iglia e r Ventimiglia i k tim e t a P d r e a n n J o i s ri et Ve i a M H etr at g R n a ah m m e Ru

M

e

S a b m ni

Menandai Hari Jadi ke-15 Rumah Retret “Ventimiglia” di Jl. Gatot Subroto, Banjarmasin, Pengurus Rumah Retret, RD. M. Sapta Margana bersama sustersuster PBHK berinisiatif memperkenalkan Rumah Retret tersebut kepada umat di Keuskupan Banjarmasin.

Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Senin, 24 November 2014 tersebut, sekaligus sebagai upaya Sosialisasi Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin.

Pengajaran oleh RD. Sapta Margana

Ramah Tamah & Santap Bersama

Acara diawali dengan pengajaran oleh RD. M. Sapta Margana. Dengan mengambil tema “Semangat Misioner Ventimiglia Menjiwai Umat Katolik Keuskupan Banjarmasin demi Memancarkan Kasih Allah bagi Masyarakat Kalimantan Selatan”, RD. Sapta mengajak umat untuk menimba semangat missioner Pater Ventimiglia.

Setelah pengajaran, acara dilanjutkan dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Mgr. Petrus Boddeng Timang. Di hadapan sekitar 100 orang yang hadir, Mgr. Petrus Timang menegaskan harapannya agar Wisma Ventimiglia dapat menjadi tempat untuk pengembangan iman umat Keuskupan Banjarmasin.

Semangat missioner Pater Ventimiglia dapat menjadi teladan bagi Keuskupan Banjarmasin dalam melaksanakan Arah Dasar untuk menjadikan Gereja yang memancarkan kasih Allah di Kalimantan Selatan.

Perayaan Hari Jadi diakhiri dengan ramah tamah dan santap malam bersama. (smr)

Mulai 1 Desember 2014, Wisma Ventimiglia akan menjadi Pusat Pastoral Keuskupan Banjarmasin dan dikelola oleh Keuskupan Banjarmasin. Suster-suster PBHK akan pindah ke Jl. Cempaka, Banjarmasin.

18

edisi 26 - 2014

Katekis dari Masa ke Masa Siapa itu para Katekis? Paus Fransiskus memberikan ilustrasi yang indah dalam homilinya pada Hari Katekis dalam Tahun Iman, 29 September 2013: Katekis adalah seorang Kristen yang penuh perhatian, yang dibimbing oleh memori akan Allah di dalam seluruh kehidupannya dan yang mampu membangkitkan memori itu dalam hati orang lain. Hal ini tidak mudah! Ini melibatkan seluruh keberadaan kita!

Dalam catatan para misionaris sebelum Perang Dunia II, kata “katekis” hampir tidak pernah dijumpai.

Maka tak heran jika para pastor kala itu harus banyak berturne. Lebih-lebih dengan luasnya daerah yang harus dilayani, meliputi Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur (lebih dari 400.000 km2). Mereka harus selalu mengadakan perjalanan dari satu stasi ke stasi yang lain untuk mengajar dan mengadakan perayaan sakramen. Tak ketinggalan juga memberikan obat-obatan bagi penduduk di pedalaman karena sebelum tahun 1950-an, perawatan medis hampir tidak dikenal di pedalaman.

Saat pendudukan Jepang di Indonesia (19421945) banyak misionaris yang meninggal, sakit dan harus kembali ke negaranya. Saat itu kebutuhan akan katekis mulai dirasakan. Apalagi pada akhir tahun 1950, Pemerintah Indonesia melarang tenaga missioner dari luar negeri masuk ke Indonesia.

Bapak Uskup bersama suster-suster dan umat

Seiring gagasan baru mengenai Gereja yang dikemukakan dalam Konsili Vatikan II, yaitu: “Gereja adalah Umat Allah” maka umat mulai mengambil bagian dan bertanggung jawab terhadap perkembangan Gereja.

Gagasan ini mengurai persoalan yang dihadapi Gereja di Kalimantan. Sedikitnya jumlah pastor dibanding jumlah penduduk yang tersebar di daerah yang luas, sulitnya transportasi, banyaknya bahasa daerah yang tidak dikuasai oleh para pastor memerlukan peranan dari kaum awam dalam mengajar katekismus serta memimpin umat dalam berdoa dan beribadat. Awalnya, para katekis tidak dididik secara khusus. Hingga pada tahun 1952, di Tenggarong Kaltim dibuka kursus pendidikan katekis. Mereka dididik untuk memenuhi standar bekerja secara profesional namun hanya bertahan sampai tahun 1955.

Promotor dari pendidikan katekis di Keuskupan Agung Samarinda dan Keuskupan Banjarmasin adalah Pater M.Coomans MSF Pater M. Coomans, MSF. Ia berusaha membangun Gereja dari “bawah.”

Pater Coomans telah belajar misiologi pada Universitas Katolik di Nijmegen. Pada tahun 1964, di pedalaman Kaltim, ia mendalami bahasa Indonesia, adat suku Dayak dan belajar mengenali berbagai macam masalah misi. Sekitar tahun 1970-an, Pater Coomans mengadakan kursus-kursus dan menerbitkan majalah bulanan serta menyusun buku kotbah dan buku doa yang sangat praktis bagi para katekis. Tahun 1975, ia menerbitkan buku “Kumpulan Upacara Ibadat.” Untuk meningkatkan kualitas para katekis, maka beberapa pemuda dan pemudi di Keuskupan Samarinda dan Banjarmasin dikirim ke Jawa untuk mengikuti kursus kateketik.

Pada tahun 1985 di Palangkaraya dibuka oleh Uskup Keuskupan Banjarmasin sebuah Sekolah Katekis yang bernama Sekolah Tinggi Pastoral (STIPAS) Tahasak Danum Pambelum yang artinya Sumur Air Hidup. Pada tahun 1994 di Keuskupan Banjarmasin, Keuskupan Agung Samarinda dan Keuskupan Palangkaraya telah berkarya 299 katekis purna waktu. Jumlah katekis terus berkembang. Tahun 2012 kelompok katekis yang digaji Keuskupan Palangkaraya/paroki 26 orang dan kelompok suka rela/PNS sebanyak 240 orang. Sementara itu, tahun 2014 ini Keuskupan Banjarmasin memiliki 1 orang katekis yang digaji Keuskupan serta 31 orang katekis PNS.

Tak dapat disangkal bahwa pelayanan katekis maupun biarawati sangat diperlukan di daerah pedalaman yang jarang dikunjungi pastor membantu gereja dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan keimanan serta kehidupan menggereja umat. (smr) (Sumber: kronik Mgr. Demarteau dan berbagai sumber)

edisi 26 - 2014

19

AMANG PANDIR

p i t a Nig

g n i k Ting

K

ada biasanya Acil Bungas bulik baurganisasi pina manggarunum, kada taherani lagi Amang Pandir nang duduk di ruang tamu. Rajin kalu takumpul lawan kakawalan ibu-ibu pasti bakesah macam-macam. Dari cagaran bakti susial sampay mangganti taplak meja makan romo, dari trend politik sampay mode baju nang hanyar.

Amang Pandir badadas maandak majalah Venti nang dibacanya, “Oii Umanya, ada apa gerang? Pina muha kusam kurang kasih sayang…”

Acil Bungas manyahut sekenanya, ”Kada tahu kapala basamut, gara-gara bini kawan Abah.…itu tu bini Ipin, pintarnya usul ini usul itu…sampai waktunya eee ulun jua nang ketuyukan gawiannya! Koler aku kalu kaya ini tarustarusan, ampih umpat urganisasi…!”

Amang Pandir tanganga, maharitakan bininya kalu mahamuk. Inya lalu manggayai bininya, ”Umanya, ikam tatap bungas musi lagi sarik…kasini duduk, kita bakisahan” Acil Bungas baduduk wan bekesah, “Begini Abahnya ai, bini Ipin manyanggupi mancari juri lomba masak, ee parak harinya bapadah kada kawa, lalu ae ulun diminta pangurus nang mancari juri! Ulun tadi kada kawa manahan sarik.”

Amang Pandir bapadah lawan bininya, ”Umanya, apa jua nang dijalak, ikam lawan kakawalan sabarataan besasarikan? Kadada gunanya, mambari supan haja, kaya itukah nang bapadah murid Yesus?”

Acil Bungas pina tasadar, supan jua basasarikan, ”Imbah pang, nang kaya apa jua ulun nih?” Dasar Amang Pandir pintar bapandir habis tu baparak ke wadah talipun.

Ditalipuninya Ipin, ”Pin, apa habar ikam? Lawas kam lah kada bajalan ka rumahku? Minggu siang kaina, tangah hari lah, kuhadangi ikam di rumah…., biniku handak maulah gangan waluh, ampal jagung wan cacapan… Jangan kada datang lah ikam…hahaha.”

“Uma pian nih, sampai kaya itunya mausahakan buhan kami babaikan?” Acil Bungas batakun.

“Jangankan buhan kam badadua, pimpinan diwan nang bacakutan gin kawa aku damaikan,” ujar Amang Pandir.

20

edisi 26 - 2014

“Huuuu sumbung banar pian nih,” balas Acil Bungas.

Minggu siang, Ipin wan bininya mandatangi undangan Amang Pandir. Bini Ipin masih talihat canggung. “Lakasi naikan ka rumah, kita baduduk sambil bamakanan!”

Amang Pandir beajakan kakawalnya masuk ka dalam rumah. Imbah baduduk, buhannya bakesah macam-macam, musi Acil Bungas wan bini Ipin masih canggung.

“Ini nah dirasai ampal jagung sapisial!” ujar Acil Bungas manawari bini Ipin. Nyaman pinanya nih, pikir bini Ipin.

Diambilnya sabuting, langsung diigut. Baluman habis setengah buting, timbul parut bini Ipin tarasa malilit wan mual! Langsung ai inya bukah ka pinggir banyu. Bini Ipin tamuak-muak! Ampal jagung diluakakannya. Ipin langsung manyasah wan maingkuti bininya. Amang Pandir wan Acil Bungas bingung, diambilnya banyu hangat gasan bini Ipin.

Takajut banar Amang Pandir wan bininya malihat kalakuan bini Ipin. Gelas nang diunjuk Acil Bungas kada disambut.

Bini Ipin malahan mambawai bulik lakinya. Pikir bini Ipin, “Kada puaskah Acil Bungas manyariki aku? Maka aku handak diracunnya lawan ampal jagung ulahannya!”

Sakit hati banar Acil Bungas ditinggalakan bulik tamunya.

Acil Bungas bukah masuk ka kamar wan manutup lawang.

Amang Pandir cangang, kada tahu apa nang harus digawi.

DINAMIKA DEKENAT

Ziarah ke Gua Maria Manikam Damai, Mandam Sesuai anjuran Bapa Uskup agar umat Keuskupan Banjarmasin berziarah ke Gua Maria Manikam Damai, maka umat tiga paroki di Dekenat Barat melakukan ziarah pada kesempatan yang berbeda.

Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda, Kelayan 22-23 November 2014 Peserta: 72 orang, menginap di rumah umat dan pendopo Kegiatan: Jalan Salib, Misa malam, Santap malam bersama, Penyerahan bantuan pembangunan gedung gereja, rekreasi ke pantai Angsana

Api Unggun

Penyerahan bantuan

Peserta ziarah

Sore harinya Amang Pandir dikajutakan suara hape nang bardaring…”Ui, Ipin manalipun Umanya! Ditarima kada?” Mandangar pertanyaan itu Acil Bungas makin sarik, "Terserah pian ja, aku kada peduli” Akhirnya telepon diterima Amang Pandir, “Hallo, apa mau ikam Pin, masih haja wani manalipun?” Dari seberang talipun, Ipin manjawab, ”Iya Mang, ini kami dari doktor.”

Paroki Keluarga Kudus, Katedral 24-26 Oktober 2014

Peserta ziarah

Paroki Hati Yesus Yang Mahakudus, Veteran, 25-26 Mei 2014 Peserta ziarah

“Nah, iya am! Jadi nang kaya apa bini ikam? Keracunan makanan kah?”

“Kada Mang-ai, inya ‘keracunan’-ku, biniku rupanya hamil muda! Mulai mabok jar…”

“Akhaayaaaa…”

“Kami mohon dimaapakan seribu maap kalu terjadi salah paham,” Ipin manutup pandiran. (oZo)

Tari-tarian

edisi 26 - 2014

21

KESAKSIAN AWAM

berita KWI

Bonifacius Gandhi Soebagyo (alm)

Selamat Jalan Sang Maestro Musik

Pesan Natal Bersama KWI-PGI Tahun 2014

Berjumpa dengan Allah dalam Keluarga “Mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu” (Luk 2:16)

oleh: Lorensius

D Didoa Ibuku namaku disebut, didoa ibuku dengar ada namaku disebut Penggalan lirik lagu itulah kenanganku dengan alm. BG. Soebagyo.

BG Soebagyo (alm) Ketika itu, aku kelas 3 SD. Dia kebetulan ada di sekolahku, SD Marsudi Wiyata (sekarang SD Angela). Kupikir dia ada urusan dengan kepala sekolah, tak disangka maestro musik itu masuk ke ruangan kelas. Kami sedang menunggu, guru yang biasa mengajar musik. Kami semua kaget, apalagi kawan-kawanku tidak banyak yang tahu siapa dia. “Hari ini Bapak yang ajari kalian, ayo siapkan pianikanya, ” ujar pria yang hingga akhir hidupnya sudah mengaransemen lebih dari 30 lagu itu.

Dengan cekatan dia menuliskan lirik dan not lagu di papan tulis. Ya, dengan lagu “Di doa Ibuku namaku disebut” itulah kami berlatih. Dia mengajari kami tempo musik. Saat ada yang salah, dengan sabar dia mengajari kami. Hari itu aku bahagia sekali. Akhirnya tercapai juga mimpiku belajar dengan BG. Soebagyo. Sebelum hari itu, aku selalu melihatnya setiap hari Sabtu dan Minggu di Paroki Katedral. Dengan baju batik, dia berdiri di depan Aula Sasana Sehati, menatap Gua Maria Katedral. Posisi yang selalu sama saat aku bertemu dengannya. Ibukulah

22

edisi 26 - 2014

Misa Requiem di Gereja Katedral

yang memperhatikan ketika diriku mengamatinya. “Itu Pak Bagyo, beliau hebat main musik. Anak-anaknya juga," ujarnya. Akupun akhirnya ingin sekali diajari oleh Pak Bagyo. Rasanya akan hebat jika aku bisa belajar dari pria yang membawa kontingen ke Pesparawi Jakarta, Semarang, Manado, Surabaya dan Palangkaraya itu.

2 Nopember, pukul 18.40 Wita yang lalu, pria kelahiran 6 Januari 1932 itu wafat. Dia memang sudah sering sakit, sejak jatuh dari motor pada tahun 2009, menyusul beberapa kali jatuh dari tempat tidur dan kamar mandi. Keuskupan Banjarmasin kehilangan maestro musik terbaiknya. Aku begitu sedih mendengar kepergiannya.

Walau hanya satu kali, namun dia sudah mengajariku untuk terus berani bermimpi, seperti lagu ciptaannya “Doa Seorang Bocah”. Dengan semangat itulah aku terus belajar musik, hingga puncaknya aku dipercaya menjadi pemain keyboard dan anggota koor. Setelah kepergiannya baru aku tahu pula, BG. Soebagyo adalah pencipta lagu Mars Jalesveva Jayamahe, Mars TNI AL. Atas karyanya itu pula dia mendapat penghargaan dari Kepala Staf AL Laksamana Sudomo tahun 1976. Gereja belum banyak menggunakan karya-karyanya.

Semasa hidup dia menciptakan banyak lagu rohani, lagu daerah dan nasional. Kini walapun dia telah tiada, karya-karya itu masih tersimpan rapi. Mudah-mudahan semangat, cinta dan kasih yang dia persembahkan lewat musik dapat menginspirasi kita semua. Terima kasih atas pelajaran tempo musik 17 tahun yang lalu itu. Aku akan mengenangmu mahaguruku. Selamat jalan Bonifacius Gandhi Soebagyo. ***

alam perayaan Natal tahun ini, kami mengajak seluruh umat Kristiani untuk menyadari kehadiran Allah di dalam keluarga dan bagaimana keluarga berperan penting dalam sejarah keselamatan. Putera Allah menjadi manusia. Dialah Sang Imanuel; Tuhan menyertai kita. Ia hadir di dunia dan terlahir sebagai Yesus dalam keluarga yang dibangun oleh pasangan saleh Maria dan Yusuf.

Melalui keluarga kudus tersebut, Allah mengutus Putera Tunggal-Nya ke dalam dunia yang begitu dikasihiNya. Ia datang semata-mata untuk menyelamatkan manusia dari kekuasaan dosa. Setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa, tetapi akan memperoleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16-17).

Natal: Kelahiran Putera Allah dalam Keluarga

Kelahiran Yesus menguduskan keluarga Maria dan Yusuf dan menjadikannya sumber sukacita yang mengantar orang berjumpa dengan Allah. Gembala datang bergegas menjumpai keluarga Maria, Yusuf, dan Yesus yang terbaring dalam palungan.

Perjumpaan itu menyebabkan mereka pulang sebagai kawanan yang memuliakan Allah (Luk 2: 20).

Orang-orang Majus dari Timur sampai pada Yesus dengan bimbingan bintang, tetapi pulang dengan jalan yang ditunjukkan Allah dalam mimpi (Mat 2: 12).

Perjumpaan dengan Yesus menyebabkan orientasi hidup para gembala dan Majus berubah. Mereka kini memuji Allah dan mengikuti jalan-Nya.

Natal merupakan sukacita bagi keluarga karena Sumber Sukacita memilih hadir di dunia melalui keluarga. Sang Putera Allah menerima dan menjalani kehidupan seorang manusia dalam suatu keluarga. Melalui keluarga itu pula, Ia tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang taat pada Allah sampai mati di kayu salib. Di situlah Allah yang

selalu beserta kita turut merasakan kelemahan-kelemahan kita dan kepahitan akibat dosa walaupun ia tidak berdosa (bdk. Ibr. 4:15).

Keluarga sebagai Tanda Kehadiran Allah

Allah telah mempersatukan suami-istri dalam ikatan perkawinan untuk membangun keluarga kudus.

Mereka dipanggil untuk menjadi tanda kehadiran Allah bagi satu sama lain dalam ikatan setia dan bagi anakanaknya dalam hubungan kasih. Keluarga merekapun menjadi tanda kehadiran Allah bagi sesama.

Berkat perkawinan Kristen, Yesus, yang dahulu hadir dalam keluarga Maria dan Yusuf, kini hadir juga dalam keluarga kita masing-masing. Allah yang bertahta di surga tetap hadir dalam keluarga dan menyertai para orangtua dan anak-anak sepanjang hidup.

Dalam keluarga, sebaiknya Firman Tuhan dibacakan dan doa diajarkan. Sebagai tanggapan atas Firman-Nya, seluruh anggota keluarga bersama-sama menyampaikan doa kepada Allah, baik yang berupa pujian, ucapan syukur, tobat, maupun permohonan. Dengan demikian, keluarga bukan hanya menjadi rumah pendidikan, tetapi juga sekolah doa dan iman bagi anak-anak.

Dalam Perjanjian Lama kita melihat bagaimana Allah yang tinggal di surga hadir dalam dunia manusia. Kita juga mengetahui bahwa lokasi yang dipergunakan untuk beribadah disebut tempat kudus karena Allah pernah hadir dan menyatakan diri di tempat itu untuk menjumpai manusia.

Karena Sang Imanuel lahir dalam suatu keluarga, keluargapun menjadi tempat suci. Di situlah Allah hadir. Keluarga menjadi ”bait suci”, yaitu tempat pertemuan manusia dengan Allah. edisi 26 - 2014

23

berita KWI

berita KWI

Tantangan Keluarga Masa Kini

Perubahan cepat dan perkembangan dahsyat dalam berbagai bidang bukan hanya memberi manfaat, tetapi juga membawa akibat buruk pada kehidupan keluarga. Kita jumpai banyak masalah keluarga yang masih perlu diselesaikan, seperti kemiskinan, pendidikan anak, kesehatan, rumah yang layak, kekerasan dalam rumah tangga, ketagihan pada minuman dan obat-obatan terlarang, serta penggunaan alat komunikasi yang tidak bijaksana.

Apalagi ada produk hukum dan praktek bisnis yang tidak mendukung kehidupan seperti pengguguran, pelacuran, dan perdagangan manusia. Permasalahanpermasalahan tersebut mudah menyebabkan konflik dalam keluarga. Sementara itu, banyak orang cenderung mencari selamat sendiri; makin mudah menjadi egois dan individualis.

Dalam keadaan tersebut, keluhuran dan kekudusan keluarga mendapat tantangan serius. Nilai-nilai luhur yang mengekspresikan hubungan cinta kasih, kesetiaan, dan tanggungjawab bisa luntur. Saat-saat kudus untuk beribadat dan merenungkan Sabda Allah mungkin pudar.

Kehadiran Allah bisa jadi sulit dirasakan. Waktu-waktu bersama untuk makan, berbicara, dan berekreasipun menjadi langka. Pada saat itu, sukacita keluarga yang menjadi dasar bagi perkembangan pribadi, kehidupan menggereja, dan bermasyarakat tak mudah dialami lagi.

Natal: Undangan Berjumpa dengan Allah dalam Keluarga

Natal adalah saat yang mengingatkan kita akan kehadiran Allah melalui Yesus dalam keluarga. Natal adalah kesempatan untuk memahami betapa luhurnya keluarga dan bernilai- nya hidup sebagai keluarga karena di situlah Tuhan yang dicari dan dipuji hadir. Keluarga sepatutnya menjadi bait suci di mana kesalahan diampuni dan luka-luka disembuhkan.

Natal menyadarkan kita akan kekudusan keluarga. Keluarga sepantasnya menjadi tempat di mana orang saling menguduskan dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan dan saling mengasihi dengan cara peduli satu sama lain. Para anggotanya hendaknya saling mengajar dengan cara berbagi pengetahuan dan pengalaman yang menyelamatkan. Mereka sepatutnya saling menggembalakan dengan memberi teladan yang baik, benar, dan santun.

24

edisi 26 - 2014

Natal mendorong kita untuk meneruskan sukacita keluarga sebagai rumah bagi setiap orang yang sehatisejiwa berjalan menuju Allah, saling berbagi satu sama lain hingga merekapun mengalami kesejahteraan lahir dan batin. Natal mengundang keluarga kita untuk menjadi oase yang menyejukkan, di mana Sang Juru Selamat lahir.

Di situlah sepantasnya para anggota keluarga bertemu dengan Tuhan yang bersabda: �Datanglah kepadaKu, kamu yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.� (Mat 11: 29) Dalam keluarga di mana Yesus hadir, yang letih disegarkan, yang lemah dikuatkan, yang sedih mendapat penghiburan, dan yang putus asa diberi harapan.

Kami bersyukur atas perjuangan banyak orang untuk membangun keluarga Kristiani sejati, di mana Allah dijumpai. Kami berdoa bagi keluarga yang mengalami kesulitan supaya diberi kekuatan untuk membuka diri agar Yesus pun lahir dan hadir dalam keluarga mereka.

Marilah kita menghadirkan Allah dan menjadikan keluarga kita sebagai tempat layak untuk kelahiran Sang JuruSelamat. Di situlah keluarga kita menjadi rahmat dan berkat bagi setiap orang; kabar sukacita bagi dunia.

Selamat Natal 2014 dan Tahun Baru 2015

Jakarta, November 2014, atas nama Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia, Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe Ketua Umum Pdt. Gomar Gultom Sekretaris Umum

Pesan Sidang Tahunan 2014 KWI

Mewartakan Sukacita Injil SAUDARI-saudara seiman yang terkasih, Sukacita Injil, Seruan Apostolik Paus Fransiskus, 24 November 2013, ditujukan kepada para waligereja, imam dan diakon, kaum religius serta umat beriman. Dengan penuh sukacita kami, para waligereja Indonesia menyambut seruan apostolik tersebut, mempelajarinya, membuka hati, budi dan pikiran untuk memahaminya. Kami merasa berkewajiban meneruskannya kepada seluruh umat, agar hati kita berkobar untuk mewartakan sukacita Injil kepada Indonesia dewasa ini.

Agar Injil dapat kita wartakan secara tepat, kita perlu mengenal kenyataan Indonesia dewasa ini yang dari waktu ke waktu mengalami perubahan-perubahan semakin cepat, yang mencengangkan dan sekaligus mencemaskan. Dalam terang Injil kita ingin mengalami hati yang penuh sukacita karena perjumpaan dengan Kristus. Berkat daya Roh Kudus kita ingin menerima kasih Allah sebagai Bapa bagi semua. Sukacita Injil mewarnai cara baru menjadi Gereja Katolik Indonesia.

Saudari-saudara seiman yang terkasih,

Konferensi Waligereja Indonesia Mgr. Ignatius Suharyo Ketua Mgr. Johannes Pujasumarta Sekretaris Jenderal

Perubahan-perubahan semakin cepat Kita sedang menyaksikan perubahan-perubahan semakin cepat karena arus globalisasi yang melanda Indonesia.

Perubahan-perubahan tersebut berdampak pada kenyataan Indonesia.

Kita bersyukur atas kemajemukan budaya yang merupakan anugerah hidup bersama sebagai bangsa. Keanekragaman suku, agama, ras, dan golongan tumbuh dalam semangat bhineka tunggal ika. Perjuangan bersama sebagai bangsa merekatkan perbedaan menuju persatuan bangsa berlandaskan Pancasila. Perkembangan sikap saling menghormati demi kebaikan bersama ditempuh melintasi perubahan-perubahan zaman yang dari waktu ke waktu semakin cepat karena arus globalisasi.

Kita berprihatin karena arus globalisasi yang ditandai oleh komunikasi lintas batas negara dan budaya menggoncangkan tata nilai dan hubungan antar manusia.

Batas-batas wilayah dan batas-batas budaya yang menjadi dasar jatidiri suatu bangsa menjadi kabur. Komunikasi dan pertukaran informasi yang semakin mudah dan cepat menawarkan banyak pilihan. Ketidakpastian menggantikan nilai-nilai luhur yang dipegang sebagai warisan leluhur.

Hati manusia dipenuhi dengan ketamakan. Orang mencari kepuasan diri dan menganggap sesama sebagai saingan.

Pola hubungan antar manusia sebagai pribadi berubah menjadi pola hubungan untung rugi, yang merendahkan martabat pribadi manusia.

Dalam hubungan antar manusia yang tidak bermartabat itu orang yang tidak memiliki kemampuan akan tertinggal, tersingkir dan tidak berdaya. Akibatnya, terjadilah ketergantungan ekonomi, kesenjangan sosial, ketidakseimbangan antara alam, manusia dan tradisi.

Pertumbuhan ekonomi yang memakmurkan rakyat mengubah masyarakat menjadi konsumeris. Hadirnya penanam-penanam modal di daerah-daerah pedalaman, yang semestinya menumbuhkan semangat kerja, justru menimbulkan berbagai pertikaian dan kecemburuan sosial. Kemajuan teknologi komunikasi yang memberi peluang kerjasama malah menjadikan masyarakat semakin egois dan menutup diri. Pembangunan yang seharusnya menyejahterakan seluruh rakyat mengakibatkan kerenggangan hubungan antar manusia dan kerusakan lingkungan hidup.

Kerinduan untuk bersaudara, yang berakar pada kemanusiaan terdalam, dan bertumbuh dari keluarga sulit berkembang karena menyempitnya rasa setiakawan.

Orang cenderung menghindari tanggungjawab dan mementingkan diri sendiri atau kelompok. Kemanusiaan mengalami kerusakan karena hubungan antarsuku menumpulkan hati nurani. Hubungan antarumat beragama edisi 26 - 2014

25

berita KWI

berita KWI

seringkali memudarkan cita-cita membangun persaudaraan sejati. Kesenjangan ekonomi-sosial yang makin lebar mengakibatkan orang kecil, lemah, miskin, tersingkir semakin tidak diperhitungkan. Manusia menciptakan berhala baru, yaitu uang, dan dengan begitu Allah disingkirkan, dan hidup manusia menjadi kosong dari pengalaman rohani.

Saudari-saudara seiman yang terkasih, Penuh sukacita karena perjumpaan dengan Kristus Di tengah-tengah segala perubahan yang kita saksikan, kita temukan ada yang tetap sama, tidak berubah, yaitu Yesus Kristus. “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” (Ibrani 13:8) Pada-Nya kita belajar berdoa kepada Bapa, “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga” (Mat. 6:10). Kita berdoa, agar Kerajaan Allah datang, dan kehendak-Nya terjadi di bumi Indonesia seperti di surga. “Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Roma 14: 17).

Mengawali seruan apostoliknya Bapa Suci menyatakan, bahwa “sukacita Injil memenuhi hati dan hidup semua orang yang menjumpai Yesus” (EG. 1). Di dalam perjumpaan dengan Yesus, Sang Putra, dan dalam perjumpaan kita sebagai saudara, kita mengalami Allah, Bapa yang maharahim, suatu pengalaman rohani yang menjadi daya kekuatan bagi kita untuk mewartakan sukacita Injil kepada semua bangsa.

Dengan penuh syukur dan sukacita kita terima amanat perutusan Tuhan, “…. pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus (Mat. 28:19). Agar Kerajaan Allah hadir secara nyata, dan Injil Kerajaan Allah tetap diwartakan, Kristus mendirikan Gereja-Nya, himpunan orang beriman Kristiani berkat baptisan air. Baptisan air tersebut menjadikan seseorang anggota Gereja, tubuh Kristus. Kita berdoa dan bersyukur, karena rahmat-Nya Gereja tumbuh, berakar, mekar dan berbuah di bumi Indonesia. Kristus membaptis dengan Roh Kudus (bdk.

Mrk. 1: 8), Roh Kudus mengubah manusia lama yang dikuasai dosa menjadi manusia baru “Roh Kudus dapat dikatakan memiliki kreativitas tak terbatas, tepat untuk pikiran ilahi, yang tahu bagaimana melonggarkan simpul-simpul permasalahan manusia, bahkan yang paling rumit dan sulit

26

edisi 26 - 2014

dipahami” (EG. 178) Karena daya Roh Kudus itulah yang berbeda menjadi tidak berlawanan, melainkan terpadu saling melengkapi, yang jauh tidak menjadi terpisah, melainkan menjadi dekat, yang asing menjadi saling mengenal satu sama lain sebagai saudara. Karya Roh Kudus itu kita kenali dalam peristiwa-peristiwa hidup yang mempersatukan banyak suku yang berbeda, aneka budaya dan beragam bahasa untuk membangun persaudaraan sejati, karena kesediaan melaksanakan kehendak Allah.

Yesus Kristus melaksanakan kehendak Allah, Bapa-Nya, secara tuntas dengan bersedia menapaki jalan salib menuju kematiaan-Nya di Golgota. Di puncak Golgota itulah diakui, bahwa Yesus Kristus sungguh Anak Allah. Karena itu, meskipun dibunuh Ia tetap hidup.

Allah yang Mahakudus memanggil semua orang kepada kekudusan. Panggilan kepada kekudusan adalah panggilan yang mempersatukan manusia dengan Allah, dengan sesama dan dengan semua makhluk, bukan memisahkan dan menceraiberaikannya. Pengalaman manusia akan Yang Kudus membangun dalam hati setiap orang sikap kasih dan hormat kepada Allah, yang menjadi dasar bagi sikap kasih dan hormat kita kepada sesama dan semua makhluk.

Di bumi Indonesia yang majemuk beriman berarti beriman dalam kebersamaan dengan yang lain, yang berbeda agama, suku, ras dan golongan. Dialog antaragama memerlukan “sikap terbuka terhadap kebenaran dan terhadap kasih” (EG. 250) Karena itu, membangun persaudaraan sejati tidak cukup dengan sikap toleran, suatu sikap sekedar menerima yang lain karena ada. Lebih daripada sikap toleran dibutuhkan sikap kasih seorang akan yang lain, dan hormat menghormati untuk mewujudkan persaudaraan sejati antar sesama manusia dan semua makhluk, di mana Alllah menjadi Bapa bagi semua.

Allah Bapa mengangkat kita menjadi saluran kasih untuk menjumpai sesama kita terutama yang jatuh menjadi korban-korban terluka di pinggiran jalan salib kehidupan manusia. Mereka adalah kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan yang terlupakan, yang menjadi korban tatanan sistim politik, ekonomi, budaya, dan komunikasi yang tidak adil. Setiap orang beriman kristiani diutus untuk mewartakan sukacita Injil dengan hadir di dalam dunia, dan mengubahnya dari dalam laksana ragi dengan nilai-nilai Injil.

Kita umat Kristiani dipangil untuk memperhatikan mereka yang lemah di bumi, untuk melindungi dunia yang rapuh di mana kita hidup, dan semua orang di dalamnya (Bdk. EG.

209-216). Pengalaman pendampingan terhadap mereka yang lemah, yang tersisih, seperti orangtua tunggal, penderita HIV/AIDS, pengungsi, korban penyalahgunaan narkoba, anak jalanan, orang miskin dan yang terabaikan membuka kesadaran kita, bahwa dalam perubahanperubahan yang begitu menggoncangkan itu masih ada orang yang menghargai perbedaan dan kesetaraan antarsesama manusia. Mereka itu digerakkan oleh keyakinan bahwa setiap pribadi adalah jauh lebih berharga daripada seluruh dunia. Sikap yang perlu ditumbuhkan dalam kemanusiaan kita adalah menghormati, menghargai dan membuka ruang perjumpaan.

Saudari-saudara seiman yang terkasih, Cara baru menjadi Gereja Katolik Indonesia Faham Gereja menurut Konsili Vatikan II, yaitu Gereja sebagai sakramen keselamatan dan persekutuan, diwujudkan dalam gereja setempat di Indonesia dengan mengembang-kan jati dirinya sebagai persekutuan komunitas-komunitas murid-murid Kristus yang menghadirkan Kerajaan Allah. Agar kehadiran Gereja menjadi sukacita bagi warganya dan masyarakat, Gereja Katolik tetap melanjutkan upayanya untuk mencari dan melaksanakan cara baru menjadi Gereja Katolik Indonesia.

Gereja sebagai persekutuan komunitas-komunitas umat beriman lahir dari persekutuan Tritunggal Mahakudus.

Oleh sebab itu, hendaklah Gereja masuk ke dalam misteri persekutuan dengan Allah, mengalami dan merasakan perjumpaan pribadi dengan Allah sendiri melalui doa, kontemplasi, dan sakramen-sakramen terutama Ekaristi, sumber dan puncak hidup beriman, serta sakramen tobat.

Perjumpaan dan persekutuan pribadi dengan Allah dan dengan yang lain menjadi sumber sukacita sejati yang menjiwai dan mendorong Gereja untuk mewartakan kabar sukacita kepada segala bangsa. Kabar sukacita yang diwartakan hendaklah bertumbuh dari Kristus sendiri yang berbicara dan menyapa manusia melalui Kitab Suci.

Persekutuan dengan Allah mendorong Gereja untuk keluar dari dirinya sendiri, melewati lorong-lorong kehidupan untuk merangkul semua orang, dan menjumpai mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan yang terabaikan.

Kepada siapa pun yang dijumpai, Gereja diutus untuk membawa cintakasih dan kegembiraan, perdamaian dan keadilan, persatuan dan persaudaraan sejati. Pintu Gereja terbuka untuk siapa saja, Gereja adalah rumah bagi semua orang. Di dalam Gereja Kristus tidak ada orang asing,

karena semua orang adalah saudara.

Dalam menjalankan perutusannya untuk mencari dan menjumpai orang lain dan dunia sekitarnya Gereja berupaya menampilkan wajah Allah yang maharahim dan berbe-laskasih, peka terhadap bimbingan Roh Kudus untuk selalu menyadari misteri ilahi di tengah segala kenyatan dan peristiwa yang terjadi. Roh Kudus menjadi daya kekuatan bagi kita untuk memantapkan iman, meneguhkan harapan akan masa depan yang lebih baik, dan memancarkan kasih yang mempererat tali persaudaraan antar semua orang, di mana Allah menjadi segala bagi semua.

Agar dapat melaksanakan perutusan tersebut, Gereja harus bersedia membarui diri terus-menerus dalam bimbingan Roh Kudus, dan membenahi tata organisasinya. Gereja menjadi bermakna bagi dunia dewasa ini dan tidak kehilangan kredibilitasnya. Kehadiran dan pelayanan Gereja semakin berbuah sukacita bagi siapa saja dan apa saja. Pembaruan diri Gereja semakin berdampak, bila para gembala menjadi teladan dalam pelayanan bagi seluruh umat. Keteladanan para pemimpin yang sederhana membangkitkan harapan akan kehidupan yang lebih bermutu. Pendidikan nilai dan suara hati yang dilakukan sejak dini mewujud dalam Gereja yang merangkul setiap perbedaan demi persaudaraan sejati.

Saudari-saudara seiman yang terkasih, Seruan Apostolik “Sukacita Injil” kami harapkan menjadi bahan pembelajaran yang berkelanjutan bagi kami sendiri para waligereja, para imam dan diakon, kaum religius serta umat beriman untuk mencecap kesegaran dari Injil, sumber suka cita bagi kita yang menjadi saksi Kristus pada zaman sekarang ini Kita bersyukur bersama Maria, bunda evangelisasi, yang telah menerima kabar sukacita dari malaikat Tuhan, dan mewartakan kabar sukacita itu pertama-tama kepada Elisabeth, dan selanjutnya kepada Gereja dan melalui Gereja kepada seluruh dunia. Sesuai dengan teladannya marilah kita semua bertekun dan setia menapaki jalan salib kehidupan, dan secara kreatif mengembangkan cara baru menjadi Gereja Katolik Indonesia, sehingga Gereja menjadi sukacita bagi dunia. Terpujilah Yesus Kristus kini dan sepanjang masa!

Jakarta, 5 November 2014 Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr. Ignatius Suharyo Mgr. Johannes Pujasumarta Ketua Sekretaris edisi 26 - 2014

27

berita KWI

berita KWI

Pesan KWI Menyongsong Tahun Hidup Bakti 2015

Betapa Indah Panggilan-Mu, Tuhan! (bdk Mzm 84:2) Saudara-saudari Umat Beriman, para Imam, Frater, Bruder dan Suster yang terkasih,

Dalam pertemuan dengan para Pemimpin Umum Tarekat Religius di Roma pada tanggal 27-29 November 2013, Paus Fransiskus mencanangkan tahun 2015 sebagai Tahun Hidup Bakti. Pada tahun yang sama Gereja memperingati 50 tahun dua dokumen penting Konsili Vatikan II, yaitu Perfectae Caritatis (Dekret Tentang Hidup Bakti) dan Lumen Gentium (Konstitusi Dogmatis Tentang Umat Allah). Kedua Dokumen ini secara khusus berbicara tentang hidup bakti. Kita juga mengenang dengan rasa syukur Dokumen Konsili Ad Gentes yang berbicara tentang peran khusus komunitas hidup bakti dalam perutusan Gereja. Tahun Hidup Bakti akan dibuka secara resmi pada tanggal 21 November 2014 dan akan ditutup pada tanggal 21 November 2015. Pada tanggal 21 November itu diperingati Santa Perawan Maria Dipersembahkan Kepada Allah. Sepanjang tahun itu seluruh umat diajak untuk berdoa dan merenungkan makna hidup bakti bagi hidup dan tugas perutusan Gereja. Hidup Bakti dipahami sebagai hidup yang dipersembahkan kepada Allah dengan kesetiaan mengikuti dan melaksanakan nasihat-nasihat Injil dalam ketaatan, kemurnian dan kemiskinan. Hidup Bakti merupakan tanda nyata dari cita-cita kesempurnaan hidup kristiani yang ditawarkan Allah kepada seluruh umat beriman.

Makna dan Tujuan Tahun Hidup Bakti

Pencanangan Tahun Hidup Bakti patutlah disyukuri sebagai ajakan kepada seluruh Gereja untuk semakin menyelami makna dan pentingnya pilihan hidup bakti sebagai salah satu bentuk panggilan khusus untuk hidup dan karya pelayanan Gereja. Lebih jauh pencanangan itu dimaksudkan untuk mengobarkan semangat dan cinta putra-putri Gereja agar semakin terbuka, lapang hati dan dengan keberanian iman menjawab panggilan Allah.

Tahun Hidup Bakti patutlah dijadikan kesempatan untuk merenung dan membaharui komitmen kesetiaan kepada

28

edisi 26 - 2014

Tuhan, kepada pelayanan Gereja, kepada pemikiran dan cita-cita dasar pendiri tarekat masing-masing, dan kepada masyarakat pada zaman ini, meskipun ditemui banyak kesulitan dan tantangan. Kesempatan ini sungguh tepat untuk merenungkan kembali bagaimana seluruh umat beriman, khususnya kaum muda, dipanggil Allah untuk mempersembahkan seluruh hidup melalui penghayatan akan nasihat-nasihat Injil demi kemuliaan Allah dan keselamatan sesama serta keutuhan alam ciptaan. Tokoh iman yang patut dijadikan suri-teladan dalam kehidupan demikian adalah Bunda Maria, yang sungguh berserahdiri secara total kepada Allah dengan menyimpan segala perkara iman dalam hatinya dan merenungkannya.

Tujuan mulia dari pencanangan Tahun Hidup Bakti: Pertama, untuk “mengenang dengan penuh syukur masa lalu”. Kendatipun turut mengalami tantangan dari krisis yang melanda dunia dan Gereja, para pemeluk hidup bakti tetap berusaha hidup di dalam pengharapan.

Gereja bersyukur karena hidup dan pelayanan tarekattarekat hidup bakti tidak didasarkan semata-mata atas kekuatan manusia, tetapi terlebih atas iman dan harapan kepada Allah. “Karena kami mempunyai pengharapan yang demikian, maka kami berani bertindak dengan penuh keberanian” (2Kor 3:12). Diteguhkan oleh sabda Kristus, para pemeluk hidup bakti memperoleh keyakinan untuk turut berucap: “Di dalam Dia, tidak ada yang dapat merampas harapan kita” (bdk. Yoh 16 :22).

Kedua, untuk “merangkul masa depan dengan harapan”.

Pengharapan ini tidak dapat menjauhkan hidup umat beriman dari semangat untuk tetap menjalani hidup yang telah dianugerahkan Allah. Para pemeluk hidup bakti tetap berusaha mengarahkan pandangan kepada Kristus yang hidup mulia dalam kemuliaan surgawi. Ketiga, untuk mendorong para religius khususnya agar “menjalani hidup hari ini dengan penuh semangat.” Semangat hidup dengan penghayatan nilai Injili berhubungan dengan “hidup dalam kasih, persahabatan sejati, dan persatuan yang mendalam.” Tahun Hidup Bakti 2015 akan terpusat pada pewartaan Injil, dengan maksud membantu umat beriman makin memahami makna “indahnya mengikuti Kristus” yang terungkap melalui berbagai bentuk panggilan hidup membiara.

Pemeluk Hidup Bakti dan Peranannya dalam Gereja

Dalam setiap zaman ada pria dan wanita yang karena taat kepada panggilan Bapa dan dorongan Roh Kudus, berani mengikuti Kristus dan mengabdikan diri kepada Allah, dengan memusatkan perhatian pada perkaraperkara Tuhan (bdk. 1 Kor 7:34). Meneladani semangat hidup apostolik, mereka bercita-cita meninggalkan segala sesuatu, agar dengan bantuan Roh Kudus dan kebebasan pribadi melayani Allah dan umat beriman melalui penghayatan hidup bakti. Dengan cara hidup yang khusus, para pemeluk hidup bakti turut-serta menjadikan misteri Allah tetap bersinar dan misi Gereja terlaksana dengan cara yang khas. Itulah makna hidup mereka demi pelayanan umat dan pembaharuan masyarakat.

Hidup Bakti adalah suatu cara hidup khusus bagi mereka yang mengalami sapaan pribadi oleh Allah dan menanggapinya secara khas. Sapaan ini pada hakekatnya adalah sapaan kasih, yang menjadikan seorang religius menjadi teguh, bersemangat dan senantiasa gembira dalam menghayati hidup baktinya. Karena cinta yang diperoleh dari perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus itulah para pemeluk hidup bakti mengalami sentuhan rohani dan terdorong untuk menjadi nabi yang siap menjadi pendengar dan pelaku sabda (bdk. Luk 10: 25-37), dan akhirnya mendorong mereka menghayati panggilan hidup mistik, yang nyata dalam hidup doa yang mendalam, serta pada kepekaaan terhadap tanda-tanda zaman.

Harapan ke Depan

Konferensi Pimpinan Tinggi Antar Religius Indonesia (KOPTARI) sebagai lembaga yang menaungi tarekat-tarekat religius Indonesia telah merencanakan sejumlah hal untuk mengisi Tahun Hidup Bakti. Tema yang dipilih adalah “Mensyukuri dan Memberi Kesaksian tentang Keindahan Mengikuti Kristus sebagai Religius”. Ucapan yukur dan kesaksian itu diungkapkan dan diwujudkan dalam berbagai kegiatan.

Dalam kerjasama dengan Gereja setempat, Tahun Hidup Bakti dapat dilaksanakan dengan berbagai kegiatan untuk mengembangkan rasa syukur dan kesadaran iman atas keluhuran panggilan Allah dalam Gereja. Seluruh umat beriman, bukan hanya para pemeluk hidup bakti kami himbau dengan sangat agar berusaha menanamkan rasa syukur dan kagum atas panggilan suci dengan berpedomankan Sabda Tuhan: “Betapa indah panggilanMu, Tuhan!” Usahakan agar kesaksian hidup Injili dan sukacita sebagai orang-orang yang menjalani panggilan hidup bakti selalu terwujud dalam hidup dan pelayanan sebagai bentuk nyata kesaksian atas cinta kasih Allah.

Keuskupan-keuskupan, paroki-paroki, dan terutama keluarga-keluarga Katolik diharapkan selalu membina kerjasama dengan sekolah-sekolah dan terusmenerus mendorong orang muda katolik dan putra-putri Gereja untuk turut berusaha menumbuh-kembangkan rasa cinta atas panggilan hidup bakti. Jadikanlah keluargakeluarga sebagai lahan persemaian benih panggilan melalui doa, keteladanan iman dan kepekaan atas panggilan Allah.

Kiranya doa Bunda Allah yang termanis Perawan Maria, yang hidupnya merupakan suri teladan bagi semua orang, para pemeluk hidup bakti dari hari ke hari akan makin berkembang dan membuahkan hasil penyelamatan yang makin berlimpah.

Jakarta, 21 November 2014 KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA, Mgr. Ignatius Suharyo

Ketua

Mgr. Johannes Pujasumarta Sekretaris

edisi 26 - 2014

29

ORANG MUDA

i!

S ak i

t

u h T di a y n

Sin

ORANG MUDA

Written by: Laura Sugiharto, S.Psi

Sobat mudaaaa...! Balik lagi nih di segmen khusus anak muda yang satu ini. Semoga kalian seneng ya. Yang nulis aja girang hehe.. Apalagi pas muncul ide nulis judul itu ckckc.. Dangdut banget. Hayoo yang lagi baca mau ngapain? Goyang dangdutnya entar dulu, kita ngobrol dulu di sini yee..

Well, ada yang bisa nebak nggak kita mau bahas apa’an? Yang pasti bukan tentang goyang dangdut ya hahaha... Yupz, kita mau bahas masalah yang sedikit menjurus ke arah yang bisa bikin orang galau. Apalagi yang sering galau anak muda. Gawat donk kalo masih muda udah sering galau. Karena bikin sakitnya tuh di sini (tunjuk jidat atau jantung.. suka-suka deeh.. Bebaaas..) haha.. Tidak bisa dipungkiri sebagai kaum muda kita sering dihadapankan pada banyak pilihan, dan tujuan dalam hidup. Semua ingin dicapai, semangat yang masih menuntut untuk bereksplorasi dan menjadi yang terbaik.

Sekilas sih nggak ada yang salah ya Sob, tapi kalo nggak hati-hati panjang efeknya.

Oleh karena terlalu banyak atau terlalu sedikitnya pilihan pada kaum muda dapat menyebabkan

30 30

edisi 26 - 2014 edisi 26 - 2014

mudah diserang galau. Seseorang pernah mengutarakan bahwa dirinya kerap bingung memilih antara apa yang diinginkan hati atau pikirannya. Kalau dianalisa, sebenarnya antara perasaan dan pikiran itu berada di area yang sama. Keduanya berada dalam otak, dan dua-duanya dikendalikan oleh kognitif. Tapi yang menjadi pembeda adalah perasaan lebih banyak menggunakan sisi emosi, sedangkan pikiran lebih mengacu pada alur logika yang lebih mempertimbangkan baik dan buruknya sesuatu yang dipilih, dan kadang apa yang sesuai logika tidak selamanya memberikan kepuasan. Hal itu dikarenakan dorongan untuk memuaskan kesenangan dari pada pemenuhan kebaikan untuk banyak hal menjadi terasa lebih menuntut.

Masih bingung sob? Yuuk maree kita lanjutin.

Dalam keseharian kita, ada banyak keinginan baik itu yang sifatnya searah atau tidak jarang saling bertentangan satu sama lain sehingga memunculkan ketegangan bagi si pemilik keinginan. Biasanya keinginan-keinginan itu dipengaruhi oleh emosi (perasaan sedih, senang, takut, perasaan bersalah, jijik, dan kecewa), norma yang berlaku dalam lingkungan hidup, tren, tujuan hidup,

dan level konformitas (suatu perilaku yang disepakati dalam suatu kelompok sosial). Biasanya sesuatu yang menyenangkan seperti kenyamanan, terpenuhi kebutuhan akan kemewahan, bermalas-malasan, perasaan dimanja, dan segala sesuatu yang tidak menuntut kerja keras akan jauh lebih menuntut untuk dipenuhi. Sementara sesuatu yang baik untuk orang banyak, tidak membedakan golongan, kerja keras, dan segala kebaikan lain yang sifatnya universal dan untuk jangka panjang lebih tidak disukai. Namun dalam hidup setiap hari kita lebih dituntut melakukan yang hal yang kedua itu. Itulah kenapa sering terjadi pertentangan dan ketegangan pada diri kita.

saya, tapi saya bangga mendapatkan nilai itu dengan cara sportif. Ada kalanya orang berteman dengan saya agar diberi contekan, tapi sayangnya saya anti memberi hal seperti itu. Bagi saya jika mereka minta diajari, saya lebih terbuka. Namun seorang teman saya mengatakan bahwa sejak ia berteman dengan saya, ia merasa lebih nyaman dan termotivasi untuk sama rajinnya dengan saya, padahal saya tidak pernah mengatakan apapun padanya. Nah itu artinya kesungguhan, dan kebaikan perilaku kita akan menular dengan sendirinya pada orang-orang di sekitar kita. Segala yang baik akan selalu baik, dan kelak akan disadari oleh orang di sekitar kita.

Namun seperti bahasan kita di artikelartikel terdahulu, tingkat kedewasaan kita terletak pada kemampuan kita mengendalikan diri, dan lebih mengarahkan diri pada hal yang baik secara adil antara orang lain dan diri kita sendiri. Memang sih prakteknya pasti sulitnya luar biasa. Tapi nggak ada salahnya kok untuk kita laksanakan. Agar ujung dari tindakan dan pilihan kita itu tidak melukai siapapun. Jadi nggak ada tuh pihak yang bakal bilang, “sakitnya tuh di sini” hahaha...

So¸ sebelum memutuskan sesuatu kita perlu ambil waktu sesaat untuk menentukan pilihan yang tepat.

Fokuskan pilihan pada kebaikan jangka panjang dan adil untuk banyak pihak. Contohnya, sebelum memutuskan bolos sekolah/kuliah, pikirin dulu yang bakal rugi siapa aja. Apa yang bisa didapatkan dengan tindakan itu.

Memang ketika memutuskan tidak bolos kita akan kusut aja bawa’annya. Seolah-olah hidup ini nggak ada indahindahnya. Tapi lulus lebih cepat dan cepat jadi konglomerat kan kita juga yang untung, udah gitu bonyok juga ikutan seneng. Happily ever after deh. Itu contohnyaaa... bagaimana dengan sobat muda? Hehehe... Habis gitu, beri lampu kuning atau bahkan merah aja sekalian untuk keinginan yang lebih banyak mengemukakan keinginan yang bersifat emosional semata. Misal: uang sekolah dikorupsi buat nge-net. Itu sih jelas segera memberi kita kesenangan bahkan kepuasan. Tapi gila aja pas ditagih sekolah ancamannya broo.. dicabik-cabik bonyok, belum lagi skorsing. Alamaaaak jaam.. sadis. Sekali lagi itu cuma contoh ya sob.. Jangan ditiru adegan ini. Jika keluhan berlanjut, segera hubung Pastor terdekat untuk ngaku dosa hahahha... Yang ketiga, semua tindakan kita hendaknya fokus pada niat pelayanan. Dijamin deh kalo yang ini dilakukan, hidup kita terasa lebih bermakna. Daripada jelek-jelekin kelompok lain kan supeeer nggak enak.

“Sakitnya tuh di sini...” ckckck. Kalo kata-kata yang satu itu muncul bisa gawat kuadrat. Gimana nggak coba, kita cuma nambahin musuh dan perpecahan. Nggak ada bagusbagusnya.. sueer deh.

Kita ambil satu contoh mudah yang biasa sobat muda sering temui di lingkungan terdekat kita, misalnya kelompok sobat muda Katolik yang satu dengan dari golongan lainnya sering saling menonjolkan keunggulan masing-masing. Emang sih semangat muda masih menggebu-gebu untuk menjadi yang superior, tapi semangat muda itu akan jauh lebih bermakna jika perkataan dan tindakan mengarah pada pertumbuhan dan kebaikan secara menyeluruh. Kayaknya lebih enak didenger kalo yang dikenal dari kaum muda Katolik adalah semangat kebersamaan, tindakan nyata dalam perilaku menolong dan pelayanan yang positif tanpa embel-embel menjadi yang super daripada yang lain. Kadang pernah juga muncul keluhan dan kecemburuan, “Kenapa cuma kita yang kerja keras dan dia/ mereka nggak?” Untuk fenomena yang satu ini, solusinya adalah kita harus menujukan semangat kita yang luar biasa dan penuh kesungguhan pada mereka.

Ada kalanya perkataan tidak lebih kuat dari contoh nyata yang berpusat dari diri kita sendiri. Dengan kita membuat diri kita bertumbuh ke arah yang lebih positif, maka dunia di sekitar kita juga akan mengikuti kita. Cepat atau lambat, itu pasti terjadi. Saya beri contoh kecil lagi.

Sewaktu sekolah, banyak teman saya hobi menyontek.

Meskipun terkadang nilai mereka lebih baik daripada

Nah, ngobrol kita sekarang segitu dulu yah..

Yang mau lanjutin goyang dangdut silaahken, tapi encok dan sejenisnya ditanggung peserta. Hahahha.. God bless you.*** edisi 26 - 2014

edisi 26 - 2014

31 31

ORANG MUDA

ORANG MUDA

Jambore Orang Muda Katolik 2014 :

Bertemu, Berbagi dan Bergembira Jomka .. Jomka .. Jomka .. Jomka oweooooo .. oweoooo ..

Yel-yel inilah yang terus terdengar sepanjang kegiatan Jambore Orang Muda Katolik (Jomka) 2014 di Aula SMA Frater Don Bosco Banjarmasin.

Jomka 2014 yang bertemakan “Orang Muda Katolik Menyandang Citra Positif dan Mampu Menjadi Terang dan Garam Dunia Ditengah Masyarakat Kalimantan Selatan” ini diselenggarakan pada tanggal 23-26 Oktober 2014. Dengan konsep yang berbeda dari Jomka pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu dengan 90% Edukasi KatekeseTotal peserta yang berpartisipasi yaitu sebanyak 282 orang dari delapan paroki. Paroki Santo Yusup Kotabaru tidak mengirimkan perwakilan pada Jomka kali ini.

24 Oktober 2014, para peserta mendapatkan dua buah materi. Pada sesi pertama peserta mendapatkan materi Edukasi Katekese tentang

ang ia Y skup r a an M ak U eraw a Bap P a m t San ersa roki Noda b a P en anpa ting T Kon dung “Ekaristi”. n a k r Te

M a t e r i ini dibawakan oleh Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI, RD Yohanes Dwi Harsanto yang akrab di panggil Rm. Santo dengan sangat menarik.

Peserta diminta untuk saling sharing tentang pengalaman pribadi dalam ekaristi. Misalnya tentang perasaan jenuh dalam mengikuti perayaan ekaristi, atau saat-saat yang paling bersemangat dalam mengikuti perayaan ekaristi dan saling berbagi bagaimana cara menghadapinya.

Dalam sesi ini diharapkan agar masing-masing pribadi dapat menguatkan satu sama lain dalam hal perayaan ekaristi.

Kemudian materi kedua dibawakan oleh RD Antonius Bambang Doso Susanto tentang “Spiritualitas Misionaris”. Materi ini bertujuan untuk menyadarkan orang muda katolik akan panggilan hidup bermasyarakat, dan tidak menutup diri akan masalah-masalah sosial.

Orang muda katolik diharapkan mau ikut bermisi seperti para misionaris, walaupun tidak sepenuhnya seperti para

Para Penari dalam Perayaan Ekaristi

32

edisi 26 - 2014

misionaris yang pergi ke tempat-tempat yang jauh tetapi dimulai dengan lingkungan sekitar yang membutuhkan kepedulian.

Jomka kali ini juga diisi dengan pertandingan persahabatan bola voly, lomba lector, koor dan mazmur.

Hari ketiga tanggal 25 Oktober 2014 dimulai dengan sesi edukasi katekese yang ketiga yaitu tentang “Keterlibatan Orang Muda Katolik di Masyarakat. 100% Katolik, 100% Indonesia” yang dibawakan kembali oleh Rm. Santo. Inti dari materi ini adalah menyadarkan orang muda katolik untuk bergerak melibatkan diri dalam kegembiraan dan harapan serta duka dan kecemasan masyarakat Indonesia khususnya yang lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Sikap ideal ini harus diusahakan secara pribadi maupun bersama pada segala jenjang. Kita mesti bekerjasama dengan semua pihak yang berkehendak baik untuk mewujudkan masyarakat yang makin bermartabat, adil dan sejahtera bersama.

Puncak jomka dikemas dalam acara pentas seni dari masing-masing paroki. Peserta pun menampilkan beraneka ragam budaya. Pada malam itu juga diumumkan para pemenang dan pembagian hadiah lomba-lomba yang telah di selenggarakan selama beberapa hari sebelumnya.

Pemenang lomba lektor dimenangkan oleh Komka Banjarbaru, juara dua dari Komka Kelayan, dan juara tiga oleh Komka pelaihari. Lomba Mazmur dimenangkan oleh Komka Banjarbaru, Komka Pelaihari sebagai juara kedua dan juara ketiga diraih Komka Katedral. Kemudian pertandingan volley persahabatan dimenangkan oleh Komka Kelayan, disusul Komka Banjarbaru juara dua, dan Komka Katedral juara ketiga. Setelah selesai acara pentas seni, pada peserta pun langsung berjoget ria melepaskan rasa bahagia mereka di malam terakhir Jomka itu.

Semua peserta sangat antusias dalam mengikuti Jomka kali ini, seperti Regina Yolanda R M dari Paroki Ave Maria Tanjung. Menurutnya meski menempuh perjalanan cukup jauh sekitar enam jam, dia bersama kawan-kawannya tetap semangat. “Kami tetap senang bisa ikut Jomka. Bisa ketemu, ngumpul, sharing

dan berbagi cerita dengan kaum muda dari paroki lain,” ujarnya.

Beberapa peserta memang sempat mengeluh karena jenuh dengan rangkaian acara yang ada. Namun, semua itu tidak menjadi halangan bagi mereka untuk terus mengikuti rangkaian acara. Banyak pula peserta Jomka yang merindukan games out bond. “Kalau ngaak ada out bond, rasanya kurang greget jamborenya, “ ujar salah seorang peserta yang tidak mau disebutkan namanya

Minggu (26/10) Misa penutupan dipersembahkan oleh Mgr. Petrus Boddeng Timang yang kebetulan pada hari itu merayakan pesta enam tahun Imamat sebagai Uskup di Keuskupan Banjarmasin. Maka lengkaplah sudah kebahagiaan selama di Jomka, mulai dari saling bertemu dengan sesama komka, saling berbagi pengalaman dalam tiap sesi materi dan saling bergembira. (Anastasia Sally / sya / lrn)

a uar

nS

a adu aP

b

Lom

edisi 26 - 2014

33

ORANG MUDA

LINTAS KEUSKUPAN

Pelatihan Gerakan Aktif Tanpa Kekerasan

OMK Menjadi Pemimpin Masa Depan

K

omisi Kepemudaan Keuskupan Agung Samarinda melaksanakan Pelatihan Pendidikan Dasar Gerakan Aktif Tanpa Kekerasan ( GATK ) di Paroki St. Lukas, 23-26 Oktober 2014. Diikuti oleh 19 Orang Muda Katolik (OMK) tediri dari 16 orang Kevikepan Pantai Keuskupan Agung Samarinda, 2 orang Keuskupan Banjarmasin dan 1 orang dari Keuskupan Palangkaraya, sebagian besar mahasiswa.

Pelatihan ini merupakan salah satu fokus program kerja Komisi Kepemudaan KA Samarinda bekerja sama dengan GerakanAktif Tanpa Kekerasan Indonesia (GATKI) KWI yakni kaderisasi OMK secara berkesinambungan dan berjenjang. Tujuannya untuk mempersiapkan pemimpinpemimpin Katolik bagi gereja dan masyarakat Indonesia.

Quinquennale 2014

Bahagianya Jadi "Imam Balita"

Latar Belakang GATK didasari oleh surat-surat Gembala KWI yang menyerukan keprihatinan terhadap situasi sosial, tatanan moral dan etika, keadilan dan mengajak masyarakat untuk tekun dalam pengharapan.

Para Wali Gereja Indonesia mengajak membangun habitus baru dengan mengupayakan budaya tandingan (alternatif) yakni Gerakan Aktif Tanpa Kekerasan. Diharapkan OMK menghayati nilai kepedulian dan solidaritas terhadap sesama, terlebih korban kekerasan dan ketidakadilan.

Menjadi kader Gereja dan Murid Yesus yang setia dan aktif, mewartakan Kabar Gembira Kerajaan Allah dan membela kehidupan dengan pola pikir dan pola rasa yang baru. GATK bisa dilakukan melalui dialog, aksi persuasif, gerakan nonkooperatif, aksi langsung dan jaringan solidaritas.

Pelatih GATKI adalah RP. Teddy Aer, MSF, RD. PC. Siswantoko, RP. Vitus Hari, SVD dan RP. Yohanes Kopong Tuan, MSF. Pelatihan dasar GATK dan evaluasi tindak lanjut dilaksanakan Tahun 2015. Keuskupan Banjarmasin menjadi tuan rumah dan pelaksananya. (uyi)

Peserta Quinquennale 2014 dan Pendamping

P

rogram on going formation imam-imam muda (imam balita) di empat keuskupan di Provinsi Gerejawi Samarinda (KASRI, K. Banjarmasin, K. Palangkaraya dan K. Tanjung Selor) dilaksanakan di Wisma OMI Gunung Belah Kotamadya Tarakan pada tanggal 20-20 Agustus 2014. Dua narasumber: Pastor Silvester Susianto Budi, MSF dan Pastor Fransiskus Iwan Yamrewav, MSF, 25 imam muda aneka tarekat dan imam siosesan yang berkarya di empat keuskupan ini mengadakan studi bersama kasus-kasus perkawinan Katolik.

Acara bina lanjut imam-imam muda ini merupakan acara rutin tahunan yang diadakan berkat kerjasama antara Kongregasi MSF Propinsi Kalimantan dan para Uskup di empat keuskupan dalam wilayah Provinsi Gerejawi Samarinda. Secara bergantian tiap-tiap keuskupan menjadi “tuan rumah” untuk memfasilitasi tempat pertemuan dan tempat-tempat budaya atau rekreasi yang dapat dikunjungi. Tahun 2014, Keuskupan Tanjung Selor mendapat giliran sebagai “tuan rumah”. Maka pertemuan bina lanjut yang biada disebut Quinquennale

34

edisi 26 - 2014

ini diadakan di kota Tarakan.

Selain studi kasus-kasus perkawinan Katolik selama 4 hari (20-23 Agustus), para imam muda juga menyempatkan diri untuk mengunjungi Seminari Menengah Santo Yosef Tarakan, milik keuskupan Tanjung Selor pada hari Minggu tanggal 24 Agustus setelah perayaan Ekaristi bersama umat. Sore hari, para imam muda mengadakan acara olah raga bersama para siswa seminari. Untuk melengkapi acara bina lanjut ini, para imam muda mengadakan wisata bersama selama dua hari di Pulau Derawan. Wisata ini diawali dengan perjalanan dengan Speedboat selama tiga jam dari Tarakan menuju pulau Derawan. Beberapa pulau kecil lainnya selain Derawan dikunjungi dalam kesempatan ini.

Studi kasus perkawinan Katolik, kunjungan ke Seminari Menengah Santo Yosef Tarakan dan Wisata ke pulau Derawan, telah menjadi hari-hari yang bahagia bagi para imam muda. Senangnya melihat imam-imam bahagia seperti ini. (don).

edisi 26 - 2014

35

COLLOQUIUM (WAWANHATI)

COLLOQUIUM (WAWANHATI)

Sr. Ferdinanda Widya Permanasari, PBHK

Setiap Peristiwa adalah Rahmat

Hadir di K e u s k u p a n Banjarmasin pada saat Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin akan dijalankan dan memerlukan personil untuk mengawal, membuat Uskup Keuskupan Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang, menyebutnya sebagai malaikat. Tugas-tugas Kesekretariatan serta Ketua Komisi Karya Kepausan Indonesia (KKI) harus ditanganinya.

Kepada Ventimiglia, suster yang memiliki motto “Hidup bukan untuk sukses tetapi untuk setia” ini mengungkapkan penugasan yang dia terima serta menceritakan kisah panggilannya.

Bisakah diceritakan latar belakang keluarga suster?

Kami lima bersaudara, saya anak ketiga. Bapak dan ibu saya aktif dalam kegiatan-kegiatan dan pelayanan di lingkungan maupun gereja. Sebelum pensiun, bapak saya adalah prodiakon. Sejak kecil, saya dan saudara-saudara saya dididik untuk beriman Katolik secara benar. Sebagai contoh, setiap kali ke gereja kami tidak pernah dibiasakan membawa makanan. Bahkan satu jam sebelum misa, kami sekeluarga sudah tidak makan dan minum. Di gereja pun, bapak dan ibu selalu mengajak kami duduk di barisan kedua dari depan. Setelah dewasa, saya baru menyadari, rupanya bapak dan ibu ingin mengajarkan kepada kami bagaimana berliturgi ekaristi dengan benar.

Bagaimana didikan dalam keluarga itu bisa menumbuhkan panggilan?

Benar kata orang bahwa keluarga adalah seminari kecil. Panggilan saya ditumbuhkan dari kebiasaan-kebiasaan di dalam keluarga serta teladan yang diberikan oleh orang tua. Hal-hal kecil yang dilakukan orang tua seperti

36

edisi 26 - 2014

memberikan berkat restu di dahi saat akan berangkat dan pulang sekolah menjadi sangat berarti bagi kami. Kami juga dibiasakan berdoa bersama dalam keluarga.

Dalam mengikuti kegiatan dan pelayanan di lingkungan maupun paroki, bapak dan ibu selalu mengajak saya dan saudara-saudara saya.

Dari situ saya mengamati dan kemudian tertarik untuk ambil bagian dalam pelayanan di gereja.

Bagaimana mulanya tergerak menanggapi panggilanNya?

Keinginan menjadi suster muncul di kelas 1 SMP, saat saya diajar agama oleh seorang suster OP (Ordo Pengkotbah / Dominikanes). Dalam berelasi dengannya, saya merasa senang, damai dan nyaman. Saya lalu berpikir, kalau jadi suster, hidup saya akan menjadi damai dan menyenangkan karena bisa dekat dengan Tuhan, dekat dengan anak-anak serta bisa mengajar. Setiap pagi, sebelum masuk kelas, saya ikut berdoa bersama sustersuster OP yang biaranya terletak di dalam lingkungan sekolah. Bahkan kemudian, secara rutin saya mengikuti rekoleksi panggilan mereka yang diadakan setiap bulan di minggu pertama.

Setelah lulus SMP?

Di SMA, keinginan menjadi suster tidak muncul lagi karena banyak kegiatan yang saya ikuti dan saya memiliki banyak teman. Namun anehnya, rekoleksi panggilan suster-suster OP tetap saya ikuti.

Setelah lulus SMA, bapak menginginkan saya melanjutkan kuliah. Namun saya menolak karena ingin

berkerja. Saya kemudian bekerja di sebuah perusahaan multinasional. Jika keluar kota dan menginap, saya selalu mendatangi susteran atau biara. Saat itu keinginan untuk menjadi suster muncul kembali.

Suatu hari, saya mengutarakan keinginan menjadi suster kepada kakak perempuan saya. Ternyata kakak saya memiliki keinginan yang sama. Saat itu kami sepakat untuk tidak mengambil kongregasi yang sama. Kakak saya memberikan brosur kongregasi PBHK dan mengusulkan agar saya memilih PBHK. Kakak saya sendiri ingin mengambil kongregasi RGS. Bagaimana reaksi bapak dan ibu?

Saat saya minta ijin untuk bergabung dengan kongregasi PBHK di Purworejo, Bapak tidak yakin dengan niat saya. Setelah masa pembinaan saya jalani, tibalah saatnya bagi saya untuk mengucapkan kaul profesi bersama beberapa rekan. Undangan sudah tersebar dan nama saya termasuk di dalamnya. Orang tua sudah datang untuk mengikuti pengucapan kaul profesi saya. Namun ternyata menjelang hari-H, saya memutuskan untuk menjalani pembinaan di luar biara dahulu dan tidak jadi mengucapkan kaul profesi. (Anggaran Dasar Kongregasi mengizinkanred). Akhirnya saya ikut Bapak dan Ibu pulang ke Cirebon.

Saat itu Bapak sangat terpukul. Mungkin Bapak malu karena anaknya gagal jadi suster. Beliau hanya mengatakan, “Inilah yang saya takutkan waktu kamu menyampaikan keinginanmu menjadi suster.”

Selama di rumah bersama Bapak dan Ibu, saya tetap beraktivitas seperti biasa dan mencoba tetap tenang bersama mereka. Sebulan sekali saya ke kongregasi untuk mengikuti rekoleksi. Saya merasa bersyukur karena Romo Paroki mengerti situasi yang saya hadapi dan melibatkan saya dalam berbagai kegiatan di gereja. Akhirnya setelah 9 bulan, provincial mengajak saya untuk kembali dan menjalani persiapan kaul profesi.

Setelah pengucapan kaul profesi, penugasan apa yang diberikan oleh kongregasi kepada suster?

Saya diminta kursus berkaitan dengan kesekretariatan. Waktu itu saya mencoba menjelaskan bahwa itu bukan bidang saya. Namun, kongregasi tetap meminta saya untuk mencoba dulu dan membenahi pengarsipan kongregasi. Saya jalani kursus dan tugas kesekretariatan dengan sungguh-sungguh dan akhirnya kongregasi tahu bahwa saya kurang bisa berkembang secara maksimal di bidang itu.

Kemudian mereka menawarkan kembali kepada saya untuk studi. Saya meminta studi kateketik untuk pastoral dan mengajar agama. Permintaan saya dikabulkan dan diarahkan studi IPPAK (Ilmu Pendidikan Pengetahuan Agama Katolik) di Universitas Sanata Darma, Yogyakarta.

Saya menjadi bersemangat karena “passion” atau minat dan kegairahannya di situ.

Setelah lulus kuliah, saya ditugaskan untuk mendampingi retret anak-anak SD sampai SMA di Jakarta.

Selepas itu, saya ditugaskan mengelola dan menjadi pendamping retret di rumah retret PBHK di RR BHK Parakan-Temanggung.

Setelah rumah retret PBHK dapat dibenahi, kongregasi mengutus saya bergabung dengan PBHK yang ada di Keuskupan Banjarmasin. Waktu itu saya pikir akan menjadi pendamping retret juga. Ternyata perkiraan tersebut keliru. Saat bertemu Bapak Uskup Petrus Timang, beliau mengatakan, “Kalau begitu, saya mendapatkan malaikat ini. Romo Doso mendapat rekan kerja karena Keuskupan akan mengadakan pembenahan sistem dan akan membentuk Dewan Karya Pastoral Keuskupan.”

Apa yang memberikan peneguhan dalam karya dan pelayanan Suster?

Saya mengalami dicintai Tuhan. Peristiwa demi peristiwa adalah rahmat.

Kesulitankesulitan dan perasaan-perasaan tidak nyaman selalu akan berlalu. Ada kemuliaan Tuhan di balik itu semua.

Menutup perbincangan ini Sr. Fedinanda membagikan semangat untuk pembaca Ventimiglia, ”Gereja yang dewasa, tidak lagi mengatakan aku belum layak untuk terlibat tetapi ikut berpikir dan terlibat demi kemajuan pengembangan iman umat.” (smr/oZo)

edisi 26 - 2014

37

ANAK MISIONER

LINTAS KOMISI

Santa Helena

Santa Helena berasal dari keluarga pengusaha penginapan di Drepanum, dekat kota Izmit, Turki. Ia lahir pada tahun 250 di kota Bitynia, Asia Kecil, dan ia meninggal dunia di tahun 330. Saat dibaptis menjadi Katolik pada usia yang sudah tua. Sebagai anak dari keluarga pengusaha penginapan, Santa Helena membantu orang tuanya dengan melayani para tamu di penginapan keluarganya. Suatu hari, seorang Jendral Romawi yang bernama Konstantinus Klorus singgah menginap di penginapan Helena, dan sang jendral pun jatuh cinta kepada Helena. Kemudian, Sang Jendral dan Helena pun menikah ditahun 270.

Setelah empat tahun menikah, mereka dikarunia seorang putera bernama Konstantinus Agung. Pada tahun 306 suami Helena meninggal di Eboracum (York) dalam suatu perjalanan Britania atau yang kita kenal sekarang sebagai neraga Inggris. Setelah ayahnya meninggal, Konstantinus Agung diangkat sebagai Kaisar Romawi Barat menggantikan ayahnya. Ditahun 310, ada terdapat lima kaisar di Kekaisaran Romawi yang saling bersaing, yaitu: Konstantinus, Maxentius, Licinius, Galerius dan Maximinus. Tetapi setelah Kaisar Galerius meninggal dunia, kekaisaran terpecah menjadi empat bagian, dan Kaisar Konstantinus pun memerintah di Gaul (Perancis), Britania (Inggris) dan Raetia (Swiss).

Pada tahun 312, Kaisar Maxentius menyerang Kaisar Konstantinus. Sebelum peperangan dengan Kaisar Maxentius, Konstantinus mengalami suatu penglihatan ajaib. Dimana dalam penglihatan itu, ia melihat sebuah salib dengan pancaran cahaya yang berkilau di langit dengan tulisan “Tuiti Nika” yang artinya “Dalam tanda ini engkau akan menang!”. Dan Konstantinus pun menjadi yakin bahwa Tuhan berkehendak agar dia dan pasukkannya bertempur dengan memakai tandi salib itu. Kemudian Konstantinus segera memerintahkan pasukannya berperang dibawah naungan dari Salib Suci tersebut.

Berkat penyertaan Tuhan dan keyakinan Konstantinus, ia pun menang atas Kaisar Maxentius, dan ia pun memasuki kota Roma dengan kemenangannya. Konstantinus dan pasukannya sangat dielu-elukan oleh seluruh umat Kristen yang selama ini dianiaya pada pemerintahan Kaisar Maxentius. Berkat kemenangan ini, Kaisar Konstantius memberikan kebebasan kepada umat Kristen, dan bahkan

38

edisi 26 - 2014

ia membuat agama Kristen diakui sebagai agama di Roma.

Banyak hal baik yang dilakukan Konstantinus kepada umat Kristen, seperti membebaskan umat Kristen yang masih di penjara, menghadiahkan tanah dan mendirikan gereja.

Helena berziarah ke Tanah Suci Yerusalem pada tahun 324. Dalam ziarah ini, ia berniat untuk menemukan salib Yesus. Dan ia pun berhasil menemukan tiga salib berserta paku-pakunya di sebuah sumur di dekat Bukit Golgota. Untuk mengetahui yang mana salib Yesus, Helena meminta bantuan Uskup Makarios. Dan Uskup Makarios meminta seorang wanita yang sakitnya tidak bisa disembuhkan untuk memegang ketiga salib itu. Salib pun dipegang satu per satu, dan saat wanita itu menyentuh salib terakhir ia pun langsung sembuh. Dan itu Helena yakin bahwa salib yang terakhir disentuh itu adalah salib Yesus.

Kemudian Helena meminta kepada putranya untuk mendirikan sebuah gereja diatas Bukit Golgota untuk menyimpan Salib tersebut, ia juga meminta untuk didirikan gereja di Betlehem, tempat kelahiran Yesus, dan di Bukit Zaitun, tempat Yesus mengalami sakratul maut dan diangkat ke surga. Setelah mendirikan banyak gereja, Helena meninggal dunia pada tahun 330 dan dimakamkan di makam keluarga raja di Gereja Apostle. Kemudian pada tahun 849, jasad Helena dipindahkan ke Abbey of Hautvillers dekat Rheims, Perancis. Atas perintah anaknya, Kaisar Konstantinus, Helena mendapat penghormatan diangkat menjadi ratu. Dan kota asal ibunya, Drepanum diubah namanya menjadi Helenapolis. Dan Gereja Katolik memperingati kematian Santa Helena setiap tanggal 28 Agustus. (sya)

Aksi Anti Narkoba

Praktek Pelatihan Training for Trainer

Papan Cita-Cita Peserta Workshop Pembangunan Karakter

S

urat Gembala KWI Tahun 2013 “Jadilah Pembela Kehidupan, Lawanlah Penyalahgunaan Narkoba” mendapatkan respon yang positif dari Pemuda Paroki Ave Maria Tanjung dan kelompok kategorial We Care You (WCU) Keuskupan Banjarmasin yang bergerak di bidang penyuluhan Narkoba.

RP. Amandus Reyaan, MSC, Pastor Paroki Tanjung, menggagas Retret Pemuda Paroki untuk menghadapi bahaya narkoba yang diselenggarakan tanggal 18-20 Juli 2014 di Stasi St.Yosep-Suriyan dengan peserta 120 orang Kaum Muda dari paroki Tanjung termasuk 6 Stasi (Suriyan, Warukin, Muara Uyah, Upau dan Kembang Kuning, Uren dan Hayub). Retret di ujung utara Provinsi Kalsel ini membekali kaum muda tentang masalah narkoba sekaligus ingin melihat sampai seberapa jauh mereka mengetahui paparan narkoba melalui kuesioner.

Marjan Nainggolan dan Sr. M. Mikhaella, PRR mengolah kuesioner menjadi data statistik menjadi informasi yang bisa dibahasakan. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa: •

Kaum muda di stasi – stasi lingkup Paroki Tanjung memiliki informasi tentang narkoba, penggunaan dan peredarannya di sekitar mereka.

•

Peserta retret mengetahui dampak negatif penyalahgunaan narkoba dan punya alasan kuat untuk tidak memakainya karena merugikan masa depan dan merusak kesehatan.

•

Alasan penyalahgunaan narkoba disebabkan oleh pergaulan, untuk kesenangan dan alasan tidak diperhatikan di rumah.

Peredaran dan penyalahgunaan narkoba sudah sampai ke pelosok stasi. Perlu kita wapadai bersama.

Indikasi kuesioner tersebut menunjukkan situasi yang sama dengan kondisi umum di kota-kota lain. Oleh karena itu kegiatan pencegahan (preventif) bahaya narkoba menjadi bidang perhatian WCU Keuskupan Banjarmasin bekerja sama dengan Komunitas St. Petrus Keuskupan Agung Jakarta.

Bertempat di Aula Sasana Bhakti Gereja Veteran Banjarmasin tgl 26-28 September 2014, kedua kelompok ini juga menyelenggarakan Workshop Pembangunan Karakter Anak Muda yang diikuti oleh 28 utusan anak muda SMP dan SMA Katolik dan Kristen di Banjarmasin.

Pelatihan untuk Pelatih (Training For Trainer/TFT) diikuti 24 orang dan diberikan kepada para guru, suster, siswa SMA, mahasiswa dan praktisi yang tertarik di bidang pembangunan karakter anak muda. Materi workshop tentang pengenalan narkoba dan bahayanya, mengenal diri sendiri, kemampuan berkomunikasi, mendengarkan secara aktif, kepercayaan diri, pengambilan keputusan dan usaha mencapai cita-cita. Materi tersebut membangun sikap hidup positif dan menjauhkan diri dari bahaya narkoba.

Hari Minggu 28 September diselenggarakan penyuluhan narkoba untuk orang tua dan umat di Sasana Bhakti lantai 3, namun sayang umat yang hadir sedikit. (oZo) edisi 26 - 2014

39

LINTAS KOMISI

LINTAS KOMISI

Peringatan Hari Pangan Sedunia 2014

Berkreasi dengan Olahan Pangan Lokal Sebagai wujud keterlibatan Gereja di tengah keprihatinan dunia sekarang ini, setiap tanggal 16 Oktober Gereja Katolik ikut memperingati Hari Pangan Sedunia. Menurut data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa, sekitar 12 persen penduduk dunia mengalami kelaparan kronis pada periode 2011-2013. Tuhan menyediakan makanan yang cukup di bumi, tetapi manusia tidak mengelolanya dengan baik. Tuhan menyediakan makanan yang bervariasi dan sehat namun manusia lebih memilih yang enak dan menyenangkan saja.

Pada peringatan Hari Pangan Sedunia 2014, Wanita Katolik RI Dewan Perwakilan Daerah Kalimantan Selatan (WKRI DPD Kalsel) bekerja sama dengan Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Banjarmasin mewujudkan keterlibatannya dalam penyediaan makanan yang bervariasi dan sehat tersebut dengan aneka kegiatan meliputi Sarasehan, Festival Olahan Pangan Lokal dan Lomba Olah Pangan Lokal non beras – non terigu. Kegiatan yang mengambil

tema “Bersama Meningkatkan Kesejahteraan melalui Usaha Pengelolaan Pangan Lokal” tersebut diadakan di halaman Gereja Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda, Banjarmasin pada hari Minggu, 2 November 2014. Rangkaian kegiatan dibuka dengan pemotongan pita oleh Vikjen Keuskupan Banjarmasin, RP. Theodorus Yuliono Prasetyo MSC didampingi RD Antonius Bambang Doso Susanto, RP Frensius Suprijadi CM, Presidium Wanita Katolik RI serta Lurah Kelurahan Pekauman. Muridmurid SMP Santa Angela Banjarmasin turut memeriahkan acara tersebut dengan lagu-lagu dan tarian Banjar.

Kepada Ventimiglia, Ketua Panitia Peringatan Hari Pangan Sedunia 2014, Yuliani, menyatakan bahwa kegiatan tersebut diadakan atas keprihatinan terhadap minimnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan pangan lokal non beras serta keterbatasan kemampuan masyarakat dalam melakukan penganekaragaman olahan pangan lokal non beras. Melalui peringatan Hari Pangan Sedunia 2014 tersebut, WKRI DPD Kalsel berharap tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan pangan lokal non beras serta meningkatnya kreativitas masyarakat dalam melakukan

penganekaragaman olahan pangan lokal non beras.

Dengan penganekaragaman tersebut, diharapkan terciptanya lapangan kerja bagi ibu-ibu sehingga membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga.

Festival Olahan Pangan Lokal diikuti oleh 16 peserta. Dalam festival tersebut dijual aneka makanan, minuman serta barang-barang kerajinan yang terbuat dari bahan lokal.

Sementara itu lomba memasak dari bahanbahan pangan non beras dan non terigu diikuti oleh 32 kelompok dan dimenangkan oleh Komka Paroki Santa Perawan Maria yang menyajikan “Pizza Singkong”. Setelah lomba memasak, 140 peserta mengikuti sarasehan yang menghadirkan narasumber Ibu Kasanovani Angel,SE,MP (Kabid Konsumsi, Mutu dan Keamanan Pangan - Badan Ketahanan Pangan Prov. Kalsel), Bpk. Philip (pelaku kegiatan pertanian dan olah hasil pertanian) serta RP F. Suprijadi, CM. (smr)

1

Keterangan Foto:

2

1. Salah satu kelompok peserta Lomba Memasak 2. Ramah Tamah Vikjen, RP. Yuliono MSC dengan Bapak dan Ibu Lurah Pekauman

Pengguntingan pita oleh Vikjen, RP. Yuliono MSC, menandai Pembukaan Peringatan Hari Pangan Sedunia 2014 di Keuskupan Banjarmasin

40

edisi 26 - 2014

3. Komka Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda menjadi pemenang Lomba Memasak dengan masakan Pizza Singkong - foto bersama Pastor Paroki

3

edisi 26 - 2014

41

LINTAS KOMISI

LINTAS KOMISI

Pelatihan Paralegal:

Menemukan Firdaus Yang Hilang D

Dalam homili pada Perayaan Ekaristi pembuka pelatihan Paralegal, RP. Syamsudin MSF mengingatkan bahwa Kalimantan dulu disebut sebagai firdaus. Firdaus yang seharusnya dijaga, kini telah hilang oleh perusakan, perampasan hak masyarakat dan pembunuhan hewan (orangutan). Di balik alam yang rusak ada korban. Salah satu tugas kita sebagai umat Allah adalah mencari dan membangun kembali Firdaus yang hilang itu. Hal inilah yang melatarbelakangi diadakannya pelatihan Paralegal di Wisma Sikhar Banjarbaru pada 22 sampai 24 Agustus 2014.

Pelatihan yang menghadirkan narasumber: Rm. P.C. Siswantoko, Pr atau Romo Koko dari KKP-PMP KWI, Ari SH dari FAKTA – Forum Warga Kota Jakarta, dan Nurkhoirun dari Komnas HAM tersebut terselenggara atas kerjasama Komisi Keadilan dan Perdamaian (KKP) KWI dan Komisi Keadilan dan Perdamaian (KKP) Keuskupan Banjarmasin.

Dengan terselenggaranya Pelatihan Paralegal, diharapkan dapat membekali masyarakat dengan pengetahuan dasar hukum dan hak asasi manusia yang dapat melindungi haknya dalam melakukan perjuangan yang pro demokrasi dalam penyelesaian kasus-kasus hukum, memberikan keterampilan dalam melakukan advokasi yang berkaitan dengan penerapan norma-norma hukum, serta membentuk jaringan antar Paralegal lintas sektor dan membentuk posko-posko bantuan Hukum, sehingga dapat menjadi ”unit reaksi cepat” atau menjadi pertolongan pertama pada kasus atau kejadian yang mereka hadapi.

kaitannya dengan Firdaus yang hilang? Paralegal berasal dari kata Para dan Legal. Para itu berarti seperti atau menyerupai. Legal berarti tindakan atau berperilaku sebagai penegak hukum. Sejatinya Paralegal menjadi penting untuk menemukan Firdaus masyarakat.

Pemetaan Persoalan

Dalam pelatihan tersebut, Rm. Koko, Pr dan Ari mengajak para peserta untuk memetakan persoalan yang dihadapi oleh tiga Dekenat di Keuskupan Banjarmasin.

Pemetaan masalah mencakup persoalan apa yang ada di sekitar kita dengan pembahasan tentang: masalah lingkungan hidup (sawit, kehutanan, tambang); kekerasan; kasus apa yang terjadi dalam masing-masing Dekenat, kronologi masalah itu terjadi, mencari tahu usaha yang diupayakan untuk menghadapi dan mengatasi masalah tersebut, usaha yang sudah dilakukan terhadap masalah tersebut, mencari tahu pelakunya tindakan perusakan itu, dan siapa korbannya.

Berdasarkan hasil pemetaan, ditemukan beberapa kasus di lapangan dari tiap Dekenat: Dari DEKENAT

TIMUR (Sungai Danau, Batu Licin, Kotabaru & relawan Misi Meratus wilayah Batu Licin diwakili Misi Meratus Ka’ar) ditemukan kasus-kasus penyerobotan lahan, penggusuran tempat tinggal, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), penebangan pohon secara illegal serta pembakaran lahan. Sementara itu, kasus yang ditemukan dari DEKENAT BARAT (Veteran, Katedral, Kelayan) adalah mengenai kebebasan beragama. Namun hal ini bisa diselesaikan berkat silaturahmi dan komunikasi yang baik dari tokoh-tokoh lintas agama.

Adapun kasus yang dihadapi di DEKENAT UTARA (Banjarbaru, Pelaihari & Tanjung dan Misi Meratus wilayah Tanjung diwakili Misi Meratus Uren) adalah perusakan lingkungan, perusakan hutan lindung, perusakan mental dengan meracuni pola pikir yang dipengaruhi kesenangan materi pada penduduk lokal serta hilangnya benda-denda sejarah.

Komitmen untuk Bergerak

Melihat pada kasus-kasus yang terjadi di ketiga Dekenat, maka kondisi tersebut sudah seharusnya dihentikan dan diperbaiki demi kesejahteraan masyarakat dan alam ini. Upaya-upaya yang disarankan pada pelatihan ini berupa upaya hukum dengan berbagai jalur. Pertama perlu adanya komunitas gerakan iman, yaitu Gereja yang bergerak, berkembang dan berbuah dengan cara membangun jaringan dengan organisasi lain maupun organisasi masyarakat dalam bentuk upaya yang terarah, terencana dan terukur. Adapun tolok

ukur atau syarat menentukan masalah strategis berupa fokus perhatian pada kondisi yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak, merupakan kasus yang dikeluhkan bersama. Diperlukan upaya untuk menarik minat warga berpartisipasi dalam gerakan advokasi.

Tanpa pemahaman bersama mengenai HAM secara utuh, beserta alur dalam mengupayakan keadilan tentu permasalahan yang dihadapi tidak dapat diselesaikan. Kita perlu memahami bagan arus advokasi.

Hal itu penting sekali karena dengan begitu kita tahu jalur hukum yang dapat membantu korban untuk menang.

Perlu juga kekuatan media atau pers untuk memenangkan kasus. Kita juga dapat melibatkan LSM yang berjuang secara “sehat.” Perlu pula melibatkan Komnas HAM yang bekerjasama dengan KPK sebagai lembaga super body. Dalam hal ini KPK menjadi penyelidik sekaligus melakukan eksekusi.

Sebagai kelanjutan dari pelatihan ini, masingmasing Dekenat berkomitmen untuk terus dan mau berjuang bersama-sama dalam komisi ini. Sesuai Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin, beberapa komisi akan bergerak bersama komisi lain, paroki-paroki, tarekattarekat yang memiliki misi yang sama. Bekerjasama secara aman dengan organisasi dan jaringan masyarakat yang ada di Kalimantan Selatan. Di akhir acara Romo Koko, Pr. menambahkan bahwa di samping berorientasi pada hasil, juga perlu berkomitmen dalam berproses bersama karena advokasi merupakan sebuah proses. (bls & vic)

Apa itu Paralegal?

Sebelum kita kupas tuntas isi pelatihan ini, ada perlunya kita cari tahu: apa itu Paralegal? Lalu apa

42

edisi 26 - 2014

edisi 26 - 2014

43

BERANDA BERANDA KELUARGA KELUARGA

LINTAS KOMISI

SMP Santa Angela Banjarmasin

Kebebasan untuk Menikah

Ikut Melestarikan Budaya Banjar Saat pembukaan Hari Pangan Sedunia (2/11) di Paroki Kelayan Banjarmasin, sekelompok remaja mencuri perhatian umat yang hadir. Mereka berdandan rupawan dengan baju khas banjar, memainkan musik tradisional panting dan menyanyikan lagu-lagu Banjar. Mereka adalah siswa-siswi SMP Santa Angela yang jatuh hati pada musik panting.

Maria Wiwoho, guru dan pendamping kegiatan seni SMP Santa Angela menjelaskan bahwa kegiatan musik panting sudah dimulai 6 tahun yang lalu. Penampilan kali ini merupakan generasi ketiga sejak kegiatan musik panting diadakan di sekolah Santa Angela. Mereka belajar musik panting sejak setahun yang lalu. Pemain musik dari kelas VII sampai IX dan penyanyi berasal dari kelas VIII. Sekolah mengundang pelatih untuk beberapa kali pertemuan, selanjutnya mereka berlatih mandiri.

Panting adalah alat musik petik sejenis gambus arab atau gitar kecil tanpa fret (sekat). Untuk memainkannya diperlukan perasaan seperti memainkan alat musik biola. Dalam berlatih, mereka memakai cara mengikuti gerak petikan panting dari para pelatih. Potensi pemusik panting di sekolah ini biasanya perempuan, Bella adalah salah satunya. Pada awalnya ia belajar gitar, kemudian diminta memainkan panting dan akhirnya ia mampu menguasainya.

Kelengkapan alat musik panting yang mereka miliki adalah babun (semacam kendang), gong dan guguncai (semacam tamborin).

Untuk latihan rutin biasanya jarang dapat terlaksana karena

44

edisi 26 - 2014

terbentur dengan jadwal pengembangan diri, namun a p a b i l a ada acara penting atau perlombaan mereka akan rutin latihan sehabis pulang sekolah paling tidak tiga minggu sebelum acara itu dilaksanakan. Pada kelompok musik panting ini mereka tidak mempunyai pemain biola yang bisa memainkan lagu-lagu tradisional banjar, ada siswa yang bisa memainkan biola namun sulit untuk menyatukannya dengan lagu-lagu tradisional banjar. Karena bermain biola memerlukan feeling tersendiri agar ahli dalam memainkan biola dengan lagu-lagu Banjar.

Mereka biasa bertugas mengiringi lagu-lagu dari Madah Bakti dengan alat musik panting pada saat misa di Gereja Veteran, dan pernah tampil dua kali di Gereja katedral Banjarmasin. Tak ketinggalan memenuhi berbagai undangan acara pemerintahan. Ibu Walikota Banjarmasin juga mengundang mereka dalam sebuah acara di Grand Palace. Dalam berbagai perlombaan musik panting yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau lembaga budaya, SMP Santa Angela selalu mengirimkan kontingennya. Prestasi mereka meraih juara kedua atau ketiga, ini disebabkan peralatan musik panting yang belum lengkap mereka miliki, seperti biola dan perangkat tetabuhan gamelan, yang biasanya diusung oleh peserta lain.

Dalam wawancara dengan Clairine dan Gisella (keduanya penyanyi), Bella dan kawan-kawan pemusik panting lainnya, dasar mereka berkegiatan ini karena mereka menyukai musik terutama musik tradisional Banjar.

Mereka ingin turut serta melestarikan budaya Banjar dan sekolah mendukung penuh usaha ini! (mer&oZo)

oleh: RD. Antonius Bambang Doso Susanto

k atoli K a j il : Gere ik ham yaan n n a l a p o t t a a kiPer angg maja K rang la t a n re eo aima eorang an s ) g n Bag e s N d ada kah olik? (N jika m meni t a nK lu sebe ng buka ya laki

Jawaban:

Di balik pertanyaan ini ada dua persoalan yang harus dicermati satu persatu dengan bijaksana.

Pertama soal kehamilan di luar perkawinan. Kedua, soal perkawinan antara remaja katolik yang sedang dalam keadaan hamil (situasi konkrit remaja dalam kasus ini) dengan seorang laki-laki yang bukan katolik.

Untuk soal kehamilan di luar nikah. Gereja Katolik mengajarkan kita untuk melindungi kehidupan maka janin tersebut tidak boleh digugurkan. Orang katolik yang berhadapan dengan persoalan seperti ini disarankan untuk tetap menjaga kehidupan yang dianugerahkan Tuhan.

Untuk persoalan kedua, yaitu apakah remaja katolik yang hamil itu harus dinikahkan dengan laki-laki bukan katolik yang telah menghamilinya?

Perkawinan katolik itu mempunyai syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar suatu perkawinan itu bisa sah. Beberapa syarat yang kemungkinan menghalangi perkawinan tersebut, selain beda agama, adalah batasan umur minimal dan soal kebebasan dari kedua mempelai. Batasan umur minimal orang yang mau menikah sah di Gereja Katolik menurut Kitab Hukum Kanonik kanon 1083, artikel 1 adalah 14 tahun untuk wanita dan 16 tahun untuk laki-laki.

Uskup setempat bisa menentukan batasan yang lain.

Syarat lain yang harus dipenuhi adalah kebebasan. Maksudnya, orang yang mau menikah harus mempunyai kebebasan yang cukup untuk bisa mengambil keputusan. Kondisi dalam keadaan hamil seperti dalam pertanyaan di atas itu menimbulkan pertanyaan apakah orang yang bersangkutan sungguh memiliki kebebasan yang penuh untuk mengambil keputusan bahwa dirinya sungguh ingin menikah dan juga bahwa orang itu sungguh ingin menikah dengan laki-laki yang menghamilinya. Untuk memperjelas sikap batin remaja yang hamil di luar nikah tersebut, bisa diajukan pertanyaan: “Apakah saat ini kalau anda tidak dalam kondisi hamil mau menikah dan mau menikah dengan laki-laki itu?� Kebebasan dan kehendak orang yang mau menikah harus diperhatikan.

Gereja katolik tidak memperkenankan orang menikah karena terpaksa, karena diancam, hanya karena malu atau karena ditakut-takuti.

Tanggungjawab terhadap persoalan yang ada, yakni kehamilan di luar nikah seperti kasus di atas, tidak selalu harus diselesaikan dengan perkawinan.

Kesalahan yang ada (hamil sebelum nikah) jangan kemudian menjadi penyebab untuk kesalaan-kesalahan berikut. Apalagi Gereja katolik mengajarkan bahwa perkawinan itu satu kali untuk selamanya dan hanya dengan satu pasangan. ***

edisi 26 - 2014

45

LINTAS PAROKI LINTAS PAROKI

LINTAS PAROKI

Penerimaan Sakramen Krisma di Paroki Santo Yusup Kotabaru

Roh Kudus Menguatkan Umat

Pergantian Pengurus WKRI DPC Katedral Banjarmasin

Ruang rapat Pastoran Paroki Kateral “Keluarga Kudus” Banjarmasin menjadi saksi berlangsungnya serah terima jabatan pengurus WKRI DPC Katedral Banjarmasin periode 2011-2014 kepada kepengurusan yang baru.

Kegiatan serah terima tersebut berlangsung pada hari Jumat, 31 Oktober 2014 yang lalu. Adapun kepengurusan yang baru ini terpilih pada tanggal 12 September 2014. Dari 5 orang calon yang diajukan, akhirnya terpilih Rosma Simbolon sebagai Ketua WKRI DPC Katedral periode 2014-2017 menggantikan Maria Magdalena Kristiani. Sedangkan yang terpilih sebagai Wakil Ketuanya adalah Rezeria Rahartini menggantikan Anastasia Tri Hascaryani.

Serah terima dari pengurus lama kepada pengurus baru

Perayaan Ekaristi Penerimaan Sakramen Krisma

Karya Kebangunan Rohani Katolik

OMK Santo Gabriel Kotabaru

Minggu, 12 Oktober 2014 pagi, 127 umat Paroki Santo Yusup Kotabaru menerimakan sakramen krisma dalam perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Keuskupan Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang didampingi RP. Silvasius CP dan RD. Sigit. Dukungan umat yang besar bagi krismawan dan krismawati (penerima sakramen krisma – red) ditandai dengan begitu banyaknya kehadiran umat. Tidak semua umat tertampung di gedung gereja, sebagian harus duduk di halaman, ruang belajar TKK Yos Sudarso, serta badan jalan di depan gereja.

Sehari sebelum Perayaan Ekaristi Penerimaan Sakramen Krisma, para calon penerima krisma dipersiapkan dengan kegiatan Karya Kebangunan Rohani bertempat di Ballroom lantai 4 Hotel Grand Surya di Jl. Surya Gandamana. Para calon penerima krisma bersama dengan umat yang datang dari stasi-stasi, diantaranya dari Kec. Pulau Laut Barat (Stasi Lontar), Kec. Pulau Laut Timur (Stasi Gunung Aru), Kec. Kelumpang Hilir (Stasi Tarjun, Stasi Batu Ampar dan Stasi PKS), Kec. Kelumpang Selatan (Stasi Batu Mulia).mendapatkan pencerahan dari Kristiawan Hartono, Sekretaris BPK Keuskupan Agung Semarang. Komunitas Pria Sejati Katolik Banjarmasin turut memeriahkan acara yang diikuti oleh 400 peserta tersebut denganmengajak umat bernyanyi, memuji dan memuliakan Tuhan.

Membangun Komitmen dan Kerjasama

Secara khusus, dalam homilinya, Mgr. Petrus Boddeng Timang mengajak umat untuk bersaksi, terlebih bagi para krismawan/wati. Dalam penerimaan sakramen krisma tersebut, para krismawan dan krismawati memperbaharui janji baptis, serta berjanji menolak setan dan segala tipu muslihat.

Setelah perayaan ekaristi berlangsung, dilaksanakan jamuan sederhana bersama Mgr. Timang dengan Krismawan dan Krismawati dan panitia.

46

Acara pelantikan pengurus kali ini dihadiri oleh Pastor Theodorus Yuliono Prasetyo Adi, MSC selaku penasehat rohani, Presidium WKRI DPD Kalimantan Selatan beserta anggotanya, serta Ketua WKRI dari DPC Veteran, Kelayan dan Banjarbaru. (Anastasia Tri Hascaryani)

edisi 26 - 2014

Dalam pencerahannya, Kristiawan mengajak para peserta melihat tugas perutusan Yesus dan para rasul ke dunia. Para calon Krisma diingatkan diigatkan kembali akan tugas dan perutusannya dalam pergumulan di tempat berkarya masing-masing. (Agustinus Setyo Budiono)

Bertempat di Pantai Gedambaan, Sarang Tiung, OMK Santo Gabriel Kotabaru mengadakan Hari Kekerabatan dengan tema “Membangun Komitmen dan Kerjasama” bagi adik-adik Pasca Komuni Pertama dan Putra Putri Altar. Di bawah sinar matahari pagi dan suara deburan ombak, 28 peserta dan panitia diberikan pengajaran oleh dr. Irene dan dr. Amanda (praktisi kesehatan Kotabaru). Dalam pengajaran tersebut, para peserta diajak untuk mengutamakan persamaan kepentingan dan tidak menjadikan kelebihannya menjadi suatu hal yang menimbulkan kesombongan.

penutup, Hasianna Lorenta selaku ketua Panitia acara Hari Kekerabatan menyatakan perasaan senang yang begitu mendalam mengenai kesuksesan acara ini. “Sudah lama anak OMK di Kotabaru tidak mengadakan acara seperti ini” tuturnya. (Sintong@red)

Setelah dr. Irene dan dr. Amanda memberikan materi, acara dilanjutkan dengan sesi outbond. Para peserta diharuskan menyelesaikan 5 permainan yaitu Labirin, Mata Air Yordan, Bom Hiroshima, Cairan Beracun dan Karpet Aladin.

Ditemui sebelum misa

edisi 26 - 2014

47

LINTAS PAROKI

LINTAS PAROKI

RD M. Sapta Margana

Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda

Kebanggaan akan Salib Kristus

Pesta Salib Suci, Ulang Tahun Imamat dan Ulang Tahun PSP Serafim

“Diseumpamakan apakah imamat itu?”, demikian Rm Sapta memulai sharingnya. Dalam sharingnya Rm Sapta mengindentikkan imamat seperti halnya kacamata yang harus difungsikan secara total, tidak hanya sekedar accesorries belaka. Pada tahun-tahun pertama tahbisan imamnya, Romo Sapta melihat imamatnya sebagai sesuatu yang

sangat bernilai. Seiring dengan berjalannya waktu, imamat dihayati sebagai pelayanan kepada umat dengan segala resiko dan kesulitan-kesulitan yang harus dihadapi. Para imam tidak dapat lagi bermegah dalam imamatnya karena Yesus sendiri yang membawa penyelamatan bagi manusia melalui penderitaanNya di kayu Salib. Oleh karena itu kebanggaan dalam imamat adalah kebanggan pada salib Kristus.

Romo Sapta pun mengajak umat untuk turut bangga akan salib Yesus Kristus.

RD Simon Edy Kabul T.S.

Kesetiaan akan Salib Kristus

Pemotongan kue ulang tahun Anggota Paduan Suara "Serafim"

“....Pesta Salib Suci adalah peringatan pencarian dan ditemukannya Salib Kristus oleh St Helena, dan kita sebagai sebagai pengikut Kristus harusnya mengenal Salib tidak hanya sebagai tanda tapi juga sebagai simbol untuk memperdalam iman kita akan Salib...” demikian Romo Doso mengawali Perayaan Ekaristi pada Pesta Salib Suci, 14 September 2014 di Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda. Perayaan ekaristi Minggu pagi tersebut diintensikan sebagai ungkapan syukur atas pesta imamat RD Merdadus Sapta Margana (08 September – 21 th imamat), RD Antonius Bambang Doso Susanto (28 Agustus -17 th imamat) dan RD Simon Edy Kabul Teguh Santoso (18 Agustus -18 th imamat) serta ungkapan syukur atas kehadiran Paduan Suara Paroki (PSP) “Serafim” selama 14 tahun di Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda Banjarmasin.

48

edisi 26 - 2014

Sesudah pembacaan Injil Yohanes (3:13-17), para imam yang merayakan ulang tahun imamat membagikan sharing mereka tentang Panggilan Imamat yang telah mereka jalani. (lihat box sharing Para Imam)

Sesudah Misa, Romo Doso mengundang umat untuk ikut ambil bagian dalam acara ramah tamah di aula Syalom sebagai wujud dukungan umat kepada para imamnya sekaligus rasa syukur dan terima kasih mereka akan panggilan imamat yang telah mereka jalani.

Acara ramah tamah diawali dengan Doa Bersama oleh Bp Suharjo dan dilanjutkan dengan peniupan lilin dan pemotongan kue oleh para Imam yang merayakan ulang tahun imamatnya. Dalam acara tersebut juga diadakan pemotongan tumpeng untuk merayakan ulang tahun PSP Serafim. (Chelsea)

Keinginan menjadi imam berawal saat mengikuti kegiatan misdinar. Ketika dihadapkan pada pilihan sekolah ketika memasuki bangku SMA, Romo Simon memilih masuk ke Seminari Menengah Mertoyudan.

Dalam hidup imamatnya, Romo Simon telah merasakan bahwa setiap lima tahun sekali mengalami masalah yang cukup pelik. “Pada lima tahun pertama saya mengalami penolakan dari masyarakat di Sungai Danau. Lima tahun kedua saya mengalami masalah dengan mata saya. Sedangkan pada lima tahun ketiga masalah yang saya hadapi berkaitan dengan kepindahan saya di

RD Antonius Bambang Doso Susanto

Imamat adalah Pelayanan

“Berbeda dengan Rm Simon, yang menerima tahbisan di depan altar ini 18 tahun yang lalu. Saya tidak bisa melihat lagi tempat saya ditahbiskan 17 tahun yang lalu di paroki ini. Saya menerima tahbisan di Gua Maria di belakang gereja ini. Sekarang tempat itu telah dihancurkan....” demikian Romo

keuskupan. Saya sudah terbiasa kerja di paroki bersama umat, sekarang kerja di kantor. Banyak hal yang perlu saya pelajari. Kini, saya menunggu ada apa dengan lima tahun berikutnya. Meskipun demikian, ada banyak hal yang dapat disyukuri karena bisa menikmati penderitaan itu sebagai salib dalam hidup. Selalu saja ada bantuan dan jalan dari Tuhan ketika masalah menghadang. …..Hari ini Pesta Salib Suci. Salib bukan hanya sebagai tanda tapi terlebih sebagai simbol kesetiaan dan jadikanlah kesetiaan menjadi bagian dalam hidup sebagai orang Katolik”, demikian Romo Simon menutup sharingnya.

Doso membuka sharingnya. Dalam sharingnya Rm Doso menceritakan pengalaman yang tidak menyenangkan di tahun-tahun pertama imamatnya. Ketika itu ada permintaan perminyakan suci dari umat paroki yang lain dan sebelum Rm Doso sampai di Rumah Sakit untuk memberikan Sakramen Minyak Suci, yang bersangkutan telah meninggal dunia. Kenangan tersebut membuka mata Rm Doso bahwa Tuhan telah memanggil dirinya untuk pelayanan. Bagi Rm Doso, Imamat bukanlah suatu kesuksesan melainkan sebuah pelayanan yang harus dihayati. Romo Doso juga menghimbau seluruh umat agar mendidik anak-anaknya untuk bisa melayani orang lain sebagai bentuk dari panggilan Tuhan.

edisi 26 - 2014

49

LINTAS PAROKI

LINTAS PAROKI KONSULTASI ANAK/REMAJA

Perayaan 75 Tahun Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda

Live In Pastor Dan Bruder Topten MSF Di Paroki Bunda Maria Banjarbaru :

Ambil Bagian dalam Sejarah Perkembangan Gereja

Berkobar Bersama Semangat Pater Berthier

Perayaan Ekaristi 75 Tahun Paroki

“Sejarah paroki ini tidak dapat dilepaskan dari keberadaan sekolah yang dikelola suster-suster SFD dan bruder-bruder MTB. Melalui sekolah-sekolah, Injil diwartakan. Tahun 1939, umat perdana cukup ditampung dalam satu bangku dengan panjang 3 meter, kini telah berkembang menjadi sekitar 2200-an orang. Kita juga bersyukur atas para pendahulu yang telah menjadi bagian dari sejarah paroki ini. Bahkan, saat pendudukan Jepang dimana para pastor, suster dan bruder dipaksa lari ke Jawa, umat Katolik di Banjarmasin tetap berkumpul dan melakukan ibadat. Kini, umat paroki yang jumlahnya sangat kecil dibandingkan jumlah seluruh masyarakat Kalimantan Selatan ini bertekad untuk menjalani hidup perutusannya, “Bersama Bunda Maria Menjadi Tanda dan Harapan dalam Hidup Menggereja dan Bermasyarakat,” demikian petikan homili Uskup Keuskupan Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang dalam Perayaan Ekaristi Ulang Tahun ke75 Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda, Banjarmasin. Berkaitan dengan Injil yang dibacakan, Bapak Uskup mengajak umat untuk mengambil bagian dalam sejarah perkembangan gereja, sebagaimana hamba yang mengembangkan talenta yang dipercayakan tuannya.

Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Mgr Petrus Boddeng Timang, didampingi pastor paroki, RD Antonius Bambang Doso Susanto dan Deken Dekenat Barat, RD Allparis Freeanggono pada Minggu pagi, 16 November 2014 tersebut merupakan puncak rangkaian kegiatan ulang tahun paroki yang ke-75. Sukacita umat yang memenuhi gedung

50

edisi 26 - 2014

dan halaman gereja sepanjang Perayaan ekaristi semakin lengkap dengan kehadiran para pastor yang pernah berkarya di paroki, yaitu: Romo Aloysius Suharihadi MSF, Romo Aloysius Darmakusuma MSF, RD. Allparis Freeanggono, Romo Aloysius Lioe Fut Khin MSF serta pastor, biarawan biarawati yang saat ini berkarya di Keuskupan Banjarmasin.

Rangkaian perayaan 75 tahun Paroki telah dimulai sejak perayaan ulang tahunnya yang ke-74. Beberapa kegiatan yang diadakan adalah Rekoleksi Panitia Perayaan 75 Tahun Paroki, Rekoleksi Wilayah dan Kelompok Kategorial, Aneka pertandingan olah raga dan pelayanan liturgi, seminar kesehatan, outbond anak Sekami serta pentas seni dan budaya. Dalam Pentas seni dan Budaya, ditampilkan tarian dari berbagai daerah serta drama kolosal yang mengisahkan suka duka perjalanan paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda. (smr)

Pastor dan Bruder MSF berusia tahbisan di bawah 10 tahun dan pembicara Talk Show, RP. Iwan MSF

S

elama 4 hari berturut-turut (30 Oktober – 2 November 2014), Laskar Muda Berthier yang tergabung dalam barisan TOPTEN MSF mengadakan live in di Paroki Bunda Maria Banjarbaru. Hadir dalam kegiatan rutin ini sebanyak 8 orang imam, 2 orang bruder dan 4 orang frater TOP-er yang dikoordinir oleh Pastor Yohanes Kopong Tuan, MSF. Animasi dan Promosi Panggilan

Sabtu,1 November 2014, para pastor dan bruder MSF yang mempunyai usia tahbisan di bawah 10 tahun (TOPTEN) hadir di SD dan SMP Sanjaya Banjarbaru.

Dalam kelas-kelas yang telah ditentukan, masing-masing kelompok siswa didampingi oleh 2 hingga 3 orang biarawan MSF yang menyampaikan materi “The Seven Habits” dengan diselingi sharing seputar panggilan menjadi pastor, frater, bruder dan suster. Para siswa juga mendapatkan penjelasan mengenai sejarah berdirinya Kongregasi MSF hingga karya pewartaan Injil misionaris MSF masa kini.

Dalam sebuah perbincangan, Pastor Fransiskus Iwan Yamrewav, MSF bertutur bahwa kegiatan TOPTEN menjadi agenda rutin yang diselenggarakan lebih dari sekali setiap tahunnya. Menurut Pastor Iwan, gerakan TOPTEN adalah sebuah bentuk kerasulan integratif.

Bapa Uskup menyerahkan potongan tumpeng pada Ketua Panitia Perayaan 75 Tahun Paroki, Aminus Sarjono

dengan tema: “Pandangan Gereja terhadap Perilaku Penyimpangan Seksualitas,” dengan pembicara Pastor Iwan Yamrewav, MSF. Acara ini dihadiri oleh OMK dari 5 paroki kota (Katedral, Kelayan, Veteran, Banjarbaru dan Pelaihari).

Tinggal Bersama Umat dan Ziarah ke Makam

Para pastor, bruder dan frater MSF selama 4 hari berturut-turut tinggal di rumah-rumah umat dalam lingkup Paroki Bunda Maria Banjarbaru. Kegiatan yang diadakan pun beraneka ragam, diantaranya: katekese, ibadat lingkungan dan lain sebagainya; yang kesemuanya itu bertujuan untuk semakin mengenalkan sekaligus memperdalam iman Kekatolikan umat yang dikunjungi.

Minggu, 2 November 2014, Perayaan Ekaristi di Paroki Bunda Maria Banjarbaru maupun di Stasi St. Yohanes Pemandi Landasan Ulin dipersembahkan oleh para pastor TOPTEN. Siang harinya, rombongan biarawan TOPTEN melakukan ziarah ke makam Katolik di km.24 dan berkunjung ke Taman Makam Katolik St. Yoseph untuk menabur bunga di pusara Mgr. Joannes Groen, Vikaris Apostolik Banjarmasin yang pertama. [reported & foto by: Dionisius Agus Puguh Santosa]

Malam harinya digelar acara MSF Talk Show edisi 26 - 2014

51

KONSULTASI ANAK/REMAJA MISI MERATUS

Love Me as Who I’m Oleh: Laura Sugiharto, S.Psi.

Pertanyaan: Sudah lama saya ingin mengajukan pertanyaan seputar masalah saya dengan anak saya dalam rubrik ini. Saya memiliki anak laki-laki berusia 10 tahun. Ia adalah anak paling kecil dari tiga bersaudara. Kakak-kakaknya sudah SMA dan kuliah, sementara ia masih SD. Sejak kecil anak ini memang sering saya titipkan ke kakek neneknya karena saya harus bekerja dan ayahnya juga bekerja jauh. Setelah pulang kerja, sebisa mungkin saya menjalin komunikasi dan memberikan yang terbaik bagi anak saya tersebut. Namun entah kenapa ia selalu menunjukan sikap tidak suka pada saya. Ia marah-marah walau saya mengatakan sesuatu dengan baik-baik. Ia selalu katakan membenci saya, dan mengatai saya banyak bicara. Jujur, saya sangat menyayangi anak ini, dan sedih sekali ketika ia mengatakan membenci saya. Saya tidak tahu persis kenapa seperti itu, jika ditanya ia tidak mau menjawab. Ia benci kehidupan sekolah dan semua keharusan yang ia harus lakukan. Walau pada faktanya anak ini termasuk anak yang tertib dan memegang janjinya.

Pertanyaan saya, apa yang harus saya lakukan pada anak ini? Agar ia tahu bahwa betapa berharganya dia bagi saya.

(Mila, Banjarmasin) Jawaban:

Saya memahami bagaimana perasaan Anda saat ini.

Melihat anak-anak tumbuh kembang dengan baik menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri bagi orang tua. Memastikan kebaikan yang diterima untuk anak juga menjadi tanggung jawab setiap orangtua. Salah satu wujud kebaikan yang diterima oleh anak adalah mendapatkan kehangatan hubungan antara anak dan orangtua. Jika ada kondisi yang menyebabkan hubungan keduanya renggang, tentu ada hal yang melatarbelakangi. Ada banyak faktor seorang anak bereaksi negatif pada orang di sekitarnya. Adapun hal umum yang biasa terjadi adalah tumbuh perasaan tidak percaya dan merasa diabaikan pada diri anak. Hal inilah yang perlu dicari tahu dan diperbaiki. Dalam rangka

52

edisi 26 25 - 2014

mencari tahu, orangtua tidak bisa memaksa anak. Butuh waktu bagi seorang anak untuk mempercayai s i a p a yang ia ajak bicara, sekalipun itu orangtuanya sendiri. Salah satu cara untuk memahami perasaan dan sudut pandang anak adalah mencoba memahami apa yang ia suka dan tidak suka, bagaimana karakter mendasarnya. Kita bisa coba mendekatinya dengan membicarakan hal-hal yang ia sukai.

Coba bermain bersama, mengobrol seputar hal itu. Jika di tahap awal kita mendapat penolakan, hendaknya jangan buru-buru putus asa atau balik marah. Untuk mempercayai sesuatu, setiap anak butuh waktu yang mungkin tidak sedikit.

Kesungguhan kita mendekati dan memperbaiki keadaan lambat laun akan dimengerti dan diterima oleh anak. Jangan sungkan untuk menunjukan kasih sayang padanya. Tidak melulu dengan barang, tapi bisa dengan waktu bersama yang lebih banyak. Jika orangtua sibuk, anak diberi pengertian dan selalu menghubunginya walau hanya untuk sekedar ‘say hello’. Berhentilah terkesan memerintah, memaksa, atau menghakimi dirinya, karena hal itu membuat anak bisa saja merasa tidak nyaman. Beri kesempatan baginya untuk mengeluarkan argumen, jika argumen itu tepat dan baik maka bisa diterima. Namun jika itu salah, kita bisa memberi pengertian apa kerugiannya. Perlu diingat, segalanya akan menjadi baik begitu ada kerjasama antara anak dan orangtuanya. Hindari sebisa mungkin menyuruh orang lain menasihati anak, padahal jelas permasalah itu hanya terjadi antara anak dan orangtua. Maka perlu ada pembicaraan dari hati ke hati antara kedua pihak ini. Jika dibawa-bawa ke orang lain, anak akan merasa dipermalukan karena masalahnya diceritakan ke orang lain. Kecuali memang sangat mendesak untuk alasan khusus yang sifatnya sangat psikologis, baru diajak ke Psikolog anak.

Ketika anak merasa dicintai seperti apa adanya dia, maka ia akan merasa nyaman berinteraksi dengan orangtua.

Ajak anak untuk memutuskan bersama-sama dengan komunikasi yang lebih santai dan menyenangkan. ***