Majalah Ventimiglia Edisi 23 Tahun 2014

DAFTAR ISI Daftar Isi 1 Redaksi Menyapa 2 Kita 'Bukan Kebetulan' Katolik-Indonesia

Harga: Rp. 10.000,-

Bapak Uskup Menyapa: 3 Jadilah Pemilih Yang Cedas, Dengarkan Suara Hati Nurani

Design Cover: Rolly Fotografer: Samuel Harpin

Topik Utama: Siapa Yang Akan Kita Pilih? 5 Topik Utama: Surat Gembala KWI 7

Model: Cindy Monica

Topik Utama: Bagaimana Menjadi Pemilih Cerdas? 8 Topik Utama: Golput Bukan Pilihan 10 Topik Utama: Dari Sononya Kita Ini Golput 12 Topik Utama: Apa Kata Caleg Katolik? 14 Topik Utama: Daftar Calon Legislatif Katolik 16 Daerah Pemilihan Kalimantan Selatan Topik Utama: Peta Pemilihan Kal-Sel 17 Topik Utama: Agenda Pemilu 2014 18 Topik Utama: Mengenal Partai Politik 20 Peserta Pemilu 2014 Topik Utama: Resensi Buku Spriritualitas Politik 22

34 Orang Muda: My Valentine Day 36 Colloquium: Pastor Paullinus Yan Olla MSF 38 Lintas Komisi: Estetika dan Keindahan dalam Liturgi 41 Lintas Komisi: Hari Perkawinan Sedunia 42 Lintas Komisi: Pendalaman Iman APP 2014 44 Beranda Keluarga: Keakraban dalam Sakramen Kita

Agenda Keuskupan: Mensinergikan Karya 23 Pelayanan Gereja

46 Anak Misioner: Yohanes Bosco

Surat Gembala Pra Paskah: 24 Budaya Kasih di Tengah Persoalan Bangsa

48 Lintas Paroki Santa Maria: Rekoleksi Umat & Peringatan Hari Anak Misioner

Peraturan Puasa dan Pantang 2014 27

49 Lintas Paroki Bunda Maria: Rekoleksi di Balai Musafir Banjarbaru

Agenda Keuskupan: Perayaan 40 Tahun Imamat 28 Mgr. Dr. Petrus B. Timang Agenda Keuskupan: Kesan & Pesan Sahabat 30 Agenda Keuskupan: Ulang Tahun Uskup, Imam 31 dan Biarawan-Biarawati Amang Pandir: Uyuh Pantang Uyah 32 Kesaksian Awam: Alfonsus Soepedi 33

47 Lintas Paroki Santo Yusup: Jeruk dan Angpao

50 Lintas Paroki Stella Maris: Empat Malam Suster PBHK di Stasi Sebamban 2C 51 Konsultasi Anak/Remaja: Perlukah Bimbingan Belajar di Luar Waktu Sekolah?

52 Opini: Tinjauan Yuridis Statuta Keuskupan Banjarmasin 2013

Susunan Dewan Redaksi Majalah Ventimiglia: Penerbit dan Penanggungjawab: Komisi Komsos Keuskupan Banjarmasin ; Ketua: P. Agustinus Doni Tupen, MSF; Sekretaris: Sri Marganing; Anggota: Anton Djoko Nugroho, Lorensius, Kristianus Lukman, Skolastika Yeni, Victor, Ch. Vaviannurri, B. Laura Sugiharto.

Editor: Anwar Yusran; Layout: Sri Marganing, FX Hariadi, Lorensius, Deto. Fotografer: Samuel Harpin Kontributor : Dionisius Agus Puguh Santosa, Agustinus Setyo Budiyono.

Rekening Bank: BNI Cabang Banjarbaru: No. Rek. 0112680239. Atas nama: Agustinus Doni Tupen Alamat Redaksi: Jl. Brigjend H. Hasan Basri no. 48 Kayutangi Banjarmasin 70124; Telp. 0511-3305733; Fax: 0511-3305633; E-mail: ventimigliabanjarmasin@yahoo.co.id edisi 23 - 2014

1

REDAKSI MENYAPA

Kita 'Bukan Kebetulan' Katolik-Indonesia

Nasrullah, staf pengajar PSP Sosiologi dan Antropologi FKIP Unlam menurunkan tulisan di halaman Aspirasi Harian Banjarmasin Post tanggal 15 Maret 2014 dengan judul menggelitik: “Jika Golput Harus Memilih”. Beliau menyebutkan empat alasan atau sebab mengapa ada Golput (Golongan Putih: golongan yang tidak menggunakan hak pilih). Pertama, pemilu menjadi social memory yang buruk di kalangan pemilih karena merasa dikecewakan.

Kedua, pemilih yang tidak mendapatkan apa-apa setelah menggunakan hak pilih pada pemilu sebelumnya maka pilihannya adalah tidak melakukan apa-apa. Ketiga, Golput disebabkan oleh banyaknya caleg peserta pemilu legislatif yang, tapi sedikit yang benar-benar layak pilih.

Keempat, tren pengerahan massa dalam kampanye tidak berubah…. Sulit menemukan alasan massa yang bertumpu pada kesadaran ideology atau dukungan penuh terhadap caleg tertentu pada saat kampanye.

Menurut Nasrullah, keempat sebab itu datang dari luar dan bukan lahir dari keinginan mereka (Golput) untuk tidak menggunakan hak pilih.

Dalam penelusuran yang panjang mengenai kaitan antara Spiritualitas Kristiani dan Politik, pastor Dr. Paulinus Yan Olla, MSF menemukan simpul iman dan politik. Politik bisa menjadi jalan kesaksian iman dan kesucian. Mereka yang terlibat dalam politik menemukan kesucian di dalam segala kegiatan jika setia menjadikannya sebagai medan keterlibatan iman dan kesaksian hidup (Spiritualitas Politik hal.

174). Politik sebagai medan perwujudan kasih kristiani itulah tema Surat Gembala Prapaskah Uskup Agung Jakarta: “Dipilih untuk Melayani” dapat menjadi inspirasi bagi kita di keuskupan-keuskupan lain. Uskup Agung Jakarta menegaskan bahwa menjadi Katolik bukan suatu “kebetulan”. Kita tidak pernah boleh mengatakan “kebetulan saya juga Katolik”. Kita adalah warga yang terpilih, menjadi warga Gereja yang bangga dengan jati diri sebagai murid-murid Kristus. Dalam konteks tahun politik 2014, Mgr. Ignatius Suharyo berharap, semoga mereka yang terpilih melayani kebaikan bersama dan tidak menggantikan Pancasila dengan mamon (majalah Hidup no. 9 tgl 2 Maret 2014, hal. 15).

Kalau benar bahwa suasana kehidupan politik kita menjadi demikian rupa sehingga sejumlah orang (golput) memutuskan untuk “tidak melakukan apaapa karena toh tidak mendapatkan apa-apa” maka sebaliknya para pemilih cerdas yang menggunakan hak pilihnya, semestinya juga mempunyai alasan-alasan kuat: mengapa mereka memilih seorang wakil rakyat. Surat Gembala KWI Menyambut Pemilu Legislatif 2014 yang ditujukan kepada segenap umat Katolik Indonesia yang berjudul Jadilah Pemilih yang Cerdas dengan Berpegang pada Hati Nurani, menyiratkan harapan dan dorongan para Pemimpin Gereja katolik Indonesia agar segenap umat katolik menggunakan hak pilihnya. Mengapa KWI mendorong Umat Katolik untuk menggunakan hak pilihnya secara cerdas dan sesuai hati nurani?

Keyakinan bahwa kita adalah orang-orang yang terpilih oleh Tuhan di Keuskupan Banjarmasin (Kalimantan Selatan) dan umat Katolik Indonesia, menjadi dasar bagi kita untuk terlibat: di lingkungan atau komunitas dan wilayah, stasi dan paroki serta keuskupan ini. Perayaan Imlek dalam Ekaristi, Perayaan Hari Perkawinan Sedunia, Pendalaman Iman dan berbagai kegiatan APP untuk menyongsong Paskah, Lokakarya mengenai Sinergi Pelayanan Pastoral yang baru saja terlaksana di keuskupan ini, Sosialisasi Pemilu oleh KPU di lingkungan Gereja adalah sederetan peristiwa yang “berbicara” mengenai siapa kita yang kendati “kecil” tetapi tetap diperhitungkan dalam ranah publik untuk melakukan kebaikan (sesuai hati nurani) demi kepentingan umum. (don)

2

edisi 23 - 2014

BAPAK USKUP MENYAPA

gambar oleh KPU

Jadilah Pemilih Yang Cerdas

Dengarkan Suara Hati Nurani!

Kepada para Pastor, Suster, Frater, Bruder, Orang Muda Katolik, Kaum Remaja, Ibu dan Bapak, orang beriman Katolik se-Keuskupan Banjarmasin terkasih,

Salam sejahtera bagi Anda sekalian,

Pada hari Rabu, tanggal 9 April 2014 yang akan datang, bangsa Indonesia akan menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Pusat, Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), baik pada tingkat provinsi maupun pada tingkat kabupaten/kota.

Suatu peristiwa yang besar, bukan saja karena menelan biaya trilyunan rupiah, akan tetapi juga karena peristiwa tersebut sangat menentukan siapa dan seperti apa kualitas orang-orang yang terpilih untuk seluruh rakyat Indonesia di lembaga-lembaga terhormat itu selama 5 tahun ke depan.

ikut menentukan arah dan kebijakan negara Indonesia menuju terwujudnya cita-cita seluruh bangsa, yaitu kesejahteraan bersama untuk seluruh bangsa dan setiap warganya.

Oleh karena itu penting sekali bahwa setiap orang Katolik yang sudah memenuhi persyaratan ikut memilih. Ikut memilih bukan saja menjadi hak setiap warga negara, melainkan juga merupakan sebuah panggilan tugas. Setiap warga bertanggung jawab terhadap calon yang mereka pilih, dimana orang yang dipilih itu adalah orang yang sungguh dapat

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), yang beranggotakan semua Uskup/Pemimpin Gereja setempat, dalam sidang tahunannya bulan November 2013 lalu menunjukkan kepedulian khusus terhadap Pemilu. Untuk itu diterbitkanlah “Surat Gembala KWI Menyambut Pemilu Legislatif 2014” yang ditujukan kepada segenap umat Katolik Indonesia, berjudul “Jadilah Pemilih yang Cerdas dengan Berpegang pada Hati Nurani.” Para Uskup Indonesia mengingatkan sejumlah hal menyangkut Pemilihan Umum (Pemilu) calon legislatif tersebut. Calon yang kita pilih itu akan edisi 23 - 2014

3

BAPAK USKUP MENYAPA diandalkan untuk memperjuangkan kesejahteraan bersama seluruh rakyat Indonesia, tanpa membedakan suku, agama, golongan, dan asal-usulnya.

Maka, umat Katolik hendaklah memilih calon yang secara pribadi – dalam keluarga atau masyarakat, hidupnya baik, jujur, peduli akan sesama (khususnya rakyat kecil), cinta damai, dan kerukunan, serta anti kekerasan – apapun alasan dan bentuknya.

Calon legislatif dari agama atau golongan manapun yang dalam hidup kesehariannya berwawasan sempit, mementingkan kelompoknya saja, dikenal korupsi, dan tidak jujur, serta menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya (misalnya dengan politik uang), tidak layak dipilih!

Dalam masyarakat majemuk Indonesia, terlebih di Provinsi Kalimantan Selatan ini, dibutuhkan calon legislatif di pusat maupun di daerah yang bersedia dan sudah terbukti selama ini ikut mengembangkan semangat toleransi di antara berbagai kelompok suku, agama, golongan. Dia juga terbukti peduli dan berjuang untuk melestarikan lingkungan hidup di manapun.

Selanjutnya calon legislatif perempuan yang memenuhi persyaratan perlu diutamakan untuk menjunjung tinggi kesetaraan martabat antara kaum laki-laki dan perempuan. Kaum perempuan sebagai anggota dewan dapat memberikan sumbangan berarti untuk kemajuan dan kesejahteraan bersama semua anggota masyarakat.

Terdapat 12 partai politik yang ikut serta dalam Pemilu legislatif 2014 ini. Pastikan Anda memilih calon

dari partai yang selama ini dikenal memperjuangkan dan menegakkan empat kesepakatan dasar berbangsa dan bernegara (dikenal sebagai Empat Pilar Kebangsaan), yakni: Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan kemajemukan yang dirangkum dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Hanya dengan empat kesepakatan itu bangsa Indonesia dapat bertahan dan mencapai cita-cita kesejahteraan bersama. Maka calon dari partai yang hanya memperjuangkan kelompoknya sendiri, tidak layak dipilih untuk mewakili seluruh rakyat Indonesia.

Disamping menggunakan hak memilih sebagai warga negara, umat Katolik sesuai kemampuan dan kedudukannya dipanggil pula untuk mengawasi jalannya proses Pemilihan Umum. Mulai dari proses pemilihan sampai perhitungan suara dari tahap pertama sampai akhir. Pastikan proses itu berjalan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, dan damai. Dengan demikian calon terpilih yang dihasilkan semakin berkualitas dan dapat diandalkan untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat selama 5 tahun ke depan.

Kepada orang Katolik yang mengajukan diri sebagai calon legislatif, kami ucapkan selamat berjuang. Anda berjuang dengan azas-azas Katolik akan tetapi bukan untuk orang Katolik saja, melainkan untuk kepentingan seluruh bangsa dan kesejahteraan bersama. Dalam berkampanye, hindarilah politik uang, melainkan tampilkannya integritas pribadi dengan moralitas, spiritualitas, dan intelektualitas yang unggul berdasarkan keyakinan iman Anda. Di dunia politik Anda dipanggil dan diutus menjadi garam dan terang!

Untuk seluruh umat Katolik, baik sebagai pemilih maupun calon legislatif, kami mohonkan berkat dan perlindungan Tuhan. Semoga berkat kuasa RohNya, Anda selalu mampu menjatuhkan pilihan sesuai dengan bisikan hati nurani Anda masing-masing.

Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Banjarmasin, pada Hari Minggu I Prapaskah, 9 Maret 2014 †Mgr. Petrus Boddeng Timang Uskup Keuskupan Banjarmasin

4

gambar oleh KPU

edisi 23 - 2014

TOPIK UTAMA

Siapa Yang Akan Kita Pilih?

gambar oleh

M

enjelang pelaksanaan Pemilu 2014, banyak pertanyaan dari berbagai pihak yang ditujukan kepada Komisi Kerasulan Awam. “Apa saja yang telah dilakukan Komisi Kerawam untuk mendampingi umat dalam menyongsong Pemilu 2014?” Kepada umat dan para pastor di Dekenat Kota Banjarmasin , Romo Ign. Allparis Freeanggono, Pr - Ketua Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) Keuskupan Banjarmasin- menguraikan jawaban atas pertanyaan tersebut dalam Sosialisasi Pemilu yang diadakan di Aula Sasana Sehati, Katedral pada hari Minggu, 2 Maret 2014 .

Hubungan Gereja dan Negara

Pada masa Gereja Purba, hubungan antara Gereja dan Negara, dikaitkan dengan kedahsyatan kekuasaan Roma. Yesus sendiri mati disalib, dibunuh oleh tentara penjajah yang bekerja sama dengan pimpinan bangsaNya. Alasan yang digunakan bersifat politis, yaitu kaum elit merasa terancam popularitas Yesus.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pandangan Yesus tentang para penguasa agak negatif, Dalam Matius 20:25, Yesus mengatakan: “Kamu tahu bahwa penguasa bangsabangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan para pembesar menjalankan kuasa mereka dengan keras.”

Yesus juga memperingatkan murid-murid-Nya bahwa mereka akan mengalami kekejaman dari alat-alat Negara.

Dalam Yohanes 15:20 dinyatakan, “Jikalau mereka telah menganiaya Aku mereka juga akan menganiaya kamu.”

(Yoh. 15:20). Sekalipun demikian, ketika orang bertanya kepada-Nya apakah diperbolehkan membayar pajak,

KPU

Yesus menjawab: “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Tuhan apa yang wajib kamu berikan kepada Tuhan” (Matius 22:21).

Yesus sendiripun membayar pajak kepada Gubernur Pilatus yang mewakili pemerintah Romawi (Matius 17:27). Yesus mengakui bahwa kekuasaan berasal dari Tuhan, “Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap aku jikalau kekuasaan itu tidak diberikan kepadamu dari atas.” (Yohanes 19:11). ‘Dari atas’ itu berarti dari Tuhan dan bukan dari dunia ini.

Dalam menghadapi kekuasaan bangsa Israel maupun penjajah Roma, para rasul mengalami kesulitan yang sama seperti Yesus. Mereka menghadapi ancaman untuk menghentikan penyebaran Kabar Gembira. Petrus atas nama rasul-rasul menyatakan, “Kita harus lebih taat kepada Tuhan daripada kepada manusia” (Kis. 5:29).

Dalam Kitab Suci, gambaran ideal mengenai pemerintahan atau negara adalah: “Kekuasaaan itu berasal dari Tuhan, maka perlawanan dan pemberontakan terhadap kekuasaan yang ada sama dengan memberontak kepada Tuhan dengan segala akibatnya. Sebab pemerintah hanya menindak orangorang jahat, orang yang baik mestinya tidak akan mengalami kesulitan. Tuhan memberikan pedang kepada pemerintah supaya menjadi tangan-Nya untuk menghukum orang jahat, tetapi orang Kristiani tunduk tidak hanya kepada hukuman atau takut kepada hukuman melainkan juga karena dorongan hati nurani mereka, maka ia akan melakukan kewajiban-kewajibannya sebagai Warga Negara dengan rela misalnya membayar pajak dan menghormati pejabat.” edisi 23 - 2014

5

TOPIK UTAMA Pemilu 2014

Menghadapi Pemilu 2014, banyak orang bertanya-tanya siapa nanti caleg maupun presiden atau partai apa yang kita kita pilih, dan seterusnya. Tentu Gereja tidak akan mengatakan pilihlah si A, si B, si C partai si A, si B, si C. Kita harus menjadi seorang pemilih yang cerdas.

Dalam kerangka kesejahteraan umum sebagai tujuan Negara, KWI memberikan sebuah Rangka Pastoral tentang keadilan bagi semua dan menegaskan bahwa politik merupakan tugas luhur untuk mengupayakan dan mewujudkan kesejahteraan bersama. Tugas dan tanggung jawab itu dijalankan dengan berpegang pada prinsip-prinsip hormat kepada martabat manusia, kebebasan, keadilan, solidaritas, subsidiaritas, demokrasi, kesetaraan dan cita rasa tanggung jawab dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Dalam menghadapi Pemilu, kita diajak dan disadarkan untuk berperan aktif dalam hidup berbangsa dan bernegara. Dengan demikian kita diharapkan tidak ‘golput,’ Kita bertanggungjawab dalam menentukan jalannya negara dengan menjadi pemilih yang cerdas.

Dalam Surat Gembala KWI Menyongsong Pemilu 2014 dari KWI, disampaikan beberapa acuan untuk memilih partai dan caleg:

yang berwawasan sempit, mementingkan kelompok dan menghalalkan segala cara untuk mencapai kedudukan. Di sinilah kita berjuang untuk mencari informasi sebenar-benarnya.Dalam memilih, empat pilar kebangsaan harus kita pegang, yaitu Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Partai yang memiliki empat pilar ini layak menjadi pilihan kita.

Kita juga dipanggil untuk mengawasi jalannya Pemilu, supaya Pemilu berjalan dengan LuBer JurDil, (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, Adil). Kita bisa saja terlibat untuk mengawasi di TPS –TPS, dari awal sampai akhir, supaya tidak terjadi kecurangankecurangan. Selain itu, kita juga terpanggil untuk memperjuangkan Pemilu yang aman, damai, dan berkualitas serta tidak ada kekerasan.

KWI juga memberikan penghargaan kepada umat Katolik yang menjadi caleg. Para caleg ini telah memutuskan untuk mempersembahkan diri untuk Ibu Pertiwi dan terjun ke dunia politik. Harapannya, umat Katolik yang menjadi caleg kuat dalam iman, teguh dalam pengharapan, dan dapat menjadi “Garam dan Terang dunia” dengan berpegang pada nilai-nilai luhur kemanusian serta berjuang demi kesejahteraan umum.

Selamat ber-Pemilu 2014, selamat menjadi pemilih yang cerdas dan bertanggung jawab. Tuhan memberkati. (smr)

1. Pilihlah orang yang sungguh-sungguh mengejar kesejahteraan bersama,” Bonum Commune”.

2. Pilihlah orang-orang yang tetap setia dengan Pancasila dan UUD 45. Jadi kalau ada kesempatan bertemu dengan caleg, tanyakan cita-cita, visi maupun misinya. Kalau dijawab, untuk mencapai kesejahteraan bersama dengan segala resikonya, Wah, luar biasa.

Tidak peduli apapun agamanya, karena kalau yang dikejar adalah kesejahteraan bersama, maka kita sebagai orang Katolik ada di dalamnya.

3. Jangan pernah memilih caleg

6

edisi 23 - 2014

Sosialisasi Pemilu 2014 di Katedral

TOPIK UTAMA

Surat Gembala KWI Menyambut Pemilu Legislatif 2014:

“Jadilah Pemilih yang Cerdas dengan Berpegang pada Hari Nurani" Saudara-saudari, segenap umat Katolik Indonesia yang terkasih,

Bangsa kita sedang bersiap diri menyambut Pemilu legislatif untuk memilih DPR, DPD dan DPRD yang akan diselenggarakan tanggal 9 April 2014.

Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, Pemilu menjadi peristiwa penting dan strategis karena merupakan kesempatan memilih calon legislatif dan perwakilan daerah yang akan menjadi wakil rakyat.

Hak dan Panggilan Ikut Serta Pemilu

Warga negara yang telah memenuhi syarat berhak ikut menentukan siapa yang akan mengemban kedaulatan rakyat melalui Pemilu. Mereka yang terpilih akan menempati posisi yang menentukan arah dan kebijakan negeri ini menuju cita-cita bersama, yaitu kesejahteraaan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Karena itu, selain merupakan hak, ikut memilih dalam Pemilu merupakan panggilan sebagai warga negara.

Dengan ikut memilih berarti Anda ambil bagian dalam menentukan arah perjalanan bangsa ke depan. Penting disadari bagi para pemilih untuk tidak saja datang dan memberikan suara, melainkan menentukan pilihannya dengan cerdas dan sesuai dengan hati nurani. Dengan demikian, pemilihan dilakukan tidak asal menggunakan hak pilih, apalagi sekedar ikut-ikutan. Siapa pun calon dan partai apa pun pilihan Anda, hendaknya dipilih dengan keyakinan bahwa calon tersebut dan partainya

akan mewakili rakyat dengan berjuang bersama seluruh komponen masyarakat mewujudkan cita-cita bersama bangsa Indonesia. Pertanyaannya adalah calon legislatif macam apa yang mesti dipilih dan partai mana yang mesti menjadi pilihan kita.

Kriteria Calon Legislatif

Tidak mudah bagi Anda untuk menjatuhkan pilihan atas para calon legislatif. Selain karena banyak jumlahnya, mungkin juga tidak cukup Anda kenal karena tidak pernah bertemu muka. Para calon legislatif yang akan Anda pilih, harus dipastikan bahwa mereka itu memang orang baik, menghayati nilai-nilai agama dengan baik dan jujur, peduli terhadap sesama, berpihak kepada rakyat kecil, cinta damai dan anti kekerasan. Calon legislatif yang jelas-jelas berwawasan sempit, mementingkan kelompok, dikenal tidak jujur, korupsi dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan tidak layak dipilih. Hati-hatilah dengan sikap ramah-tamah dan kebaikan yang ditampilkan calon legislatif hanya ketika berkampanye, seperti membantu secara material atau memberi uang. Hendaklah Anda tidak terjebak atau ikut dalam politik uang yang dilakukan para caleg untuk mendapatkan dukungan suara. Perlulah Anda mencari informasi mengenai para calon yang tidak Anda kenal dengan pelbagai cara. Demi terjaga dan tegaknya bangsa ini, perlulah kita memperhitungkan calon legislatif yang mau berjuang untuk mengembangkan sikap toleran dalam kehidupan antarumat beragama dan peduli edisi 23 - 2014

7

TOPIK UTAMA pada pelestarian lingkungan hidup. Pilihan kepada calon legislatif perempuan yang berkualitas untuk DPR, DPD dan DPRD merupakan salah satu tindakan nyata mengakui kesamaan martabat dalam kehidupan politik antara laki-laki dan perempuan, serta mendukung peran serta perempuan dalam menentukan kebijakan dan mengambil keputusan.

Kriteria Partai Politik

Kita bersyukur atas empat kesepakatan dasar dalam berbangsa dan bernegara yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika. Kita percaya bahwa hanya dengan mewujudkan keempat kesepakatan tersebut, bangsa ini akan mampu mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, dalam memilih partai perlu memperhatikan sikap dan perjuangan mereka dalam menjaga keempat kesepakatan tersebut. Hal yang penting untuk menjadi pertimbangan kita adalah partai yang memiliki calon legislatif dengan kemampuan memadai dan wawasan kebangsaan yang benar. Partai yang memperjuangkan kepentingan kelompoknya apalagi tidak berwawasan kebangsaan, hendaknya tidak dipilih.

Pengawasan atas Jalannya Pemilu

Setiap warga negara diharapkan ikut memantau dan mengawasi proses dan jalannya Pemilu.

Pengawasan itu bukan hanya pada saat penghitungan suara, melainkan selama proses Pemilu berlangsung demi terlaksananya Pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (Luber Jurdil). Kita perlu mendorong dan memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat yang dengan cermat mengikuti dan mengritisi proses jalannya Pemilu.

Hendaknya Anda mengikuti secara cermat proses penghitungan suara bahkan harus terus mengawasi pengumpulan suara dari tingkat Tempat Pemungutan Suara (TPS) sampai ke tingkat kecamatan dan kabupaten agar tidak terjadi rekayasa dan kecurangan.

Pemilu yang Aman dan Damai

Amat penting bagi semua warga masyarakat untuk menjaga Pemilu berjalan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, damai dan berkualitas. Jangan sampai terjadi kekerasan dalam bentuk apapun, baik secara

8

edisi 23 - 2014

terbuka maupun terselubung, karena bila sampai terjadi kekerasan maka damai dan rasa aman tidak akan mudah dipulihkan. Perlu tetap waspada terhadap usaha-usaha memecah belah atau mengadu domba yang dilakukan demi tercapainya suatu target politik. Bila ada sesuatu yang bisa menimbulkan kerawanan, khususnya dalam hal keamanan dan persatuan ini, partisipasi segenap warga masyarakat untuk menangkalnya sangat diharapkan.

Calon Legislatif

Para calon legislatif, kami hargai Anda karena tertarik dan terpanggil terjun dalam dunia politik.

Keputusan Anda untuk mempersembahkan diri kepada Ibu Pertiwi melalui jalan itu akan menjadi kesempatan untuk berkontribusi secara berarti bahkan maksimal bagi tercapainya cita-cita bangsa Indonesia. Karena itu, tetaplah memegang nilai-nilai luhur kemanusiaan, serta tetap berjuang untuk kepentingan umum dengan integritas moral dan spiritualitas yang dalam. Anda dipanggil dan diutus menjadi garam dan terang!

Saudara-saudari terkasih, Ikutlah memilih.

Dengan demikian Anda ikut serta dalam menentukan masa depan bangsa. Sebagai umat beriman, marilah kita mengiringi proses pelaksanaan Pemilu dengan doa memohon berkat Tuhan, semoga Pemilu berlangsung dengan damai dan berkualitas serta menghasilkan wakil-wakil rakyat yang benar-benar memperhatikan rakyat dan berjuang untuk keutuhan Indonesia.

Dengan demikian cita-cita bersama, yaitu kebaikan dan kesejahteraan bersama semakin mewujud nyata.

Semoga Bunda Maria, Ibu segala bangsa, senantiasa melindungi bangsa dan negara kita dengan doa-doanya.

Jakarta, Januari 2014 KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA

Mgr Ignatius Suharyo Ketua

Mgr Johannes Pujasumarta Sekretaris Jenderal

TOPIK UTAMA

Bagaimana Menjadi Pemilih Cerdas?

TAHAPAN

Pendaftaran Pemilih

Pencalonan

Kampanye

Pemungutan Suara

Penghitungan Suara

Penetapan Hasil Pemilu

LAKUKAN

Pastikan nama kita terdaftar sebagai pemilih

Ketahui, Kenali dan Pastikan Pilihanmu dengan mengamati dan meneliti Daftar Calon Sementara dan Daftar Calon Tetap

Catat dan Ingat Janji calon Mengetahui Visi Misi & Program Calon.

Kenali Rekam Jejak Calon

• Pastikan Menerima Undangan • Datang ke TPS • Mencoblos dengan Baik dan Benar:

(surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS ; pemberian suara dalam bentuk tanda coblos dengan menggunakan alat bantu coblos)

• Mengawasi • Siap Menerima Apapun Hasilnya

• Siap Menang, Siap Kalah • Menggunakan Jalur Hukum

JANGAN LAKUKAN

Cuek, Pasrah, Emang Gue Pikirin

Asal Pilih, Pilih Yg Populer, Untunguntungan

SARA Bikin Kerusuhan Tergoda Uang

- Golput - Mencontreng - Mencoblos lebih dari satu kali di tiap surat suara

- Mengganggu - Mencari Kambing Hitam

Tidak Siap Kalah atau Tidak Siap Menang edisi 23 - 2014

9

TOPIK UTAMA

Pemilih adalah Subyek

Dalam demokrasi, rakyat merupakan bagian utama dalam politik dan pemerintahan. Rakyat adalah pusat kekuasaan. Dalam konteks Pemilu, rakyat atau pemilih lebih menentukan dari pada partai atau calon legislatif (caleg) atau presiden atau kepala pemerintahan yang dipilih. Pemilih adalah subyek. Namun, di tengah masyarakat yang baru belajar berdemokrasi, terjadi kecenderungan untuk menjadikan pemilih sebagai obyek oleh partai politik. Pemilih diperlukan dan diperlakukan dengan baik saat partai politik memerlukan dukungan suara. Namun kemudian para pemilih akan dilupakan saat partai politik telah mengantongi kemenangan. Pada kondisi demikian, terjadilah kecenderungan untuk golput karena menganggap bahwa Pemilu adalah hajat para politisi semata. (Disarikan dari Modul Relawan Pemilu).

Kecenderungan golput ini makin menguat akibat rasa pesimis rakyat dengan adanya berita-berita di televisi yang tak henti-hentinya menyiarkan para wakil rakyat yang korupsi, melanggar hukum, bolos

10

edisi 23 - 2014

saat sidang, dan seterusnya. H.M Riza Jihadi, Ketua Divisi Teknis Penyelenggara Pemilu Propinsi Kalimantan Selatan, menyatakan bahwa situasi ini justru merupakan petunjuk dari Tuhan bahwa dari pilihan yang asal-asalan akan menghasilkan wakil yang asal-asalan pula. Pilihan yang bagus dan bertanggung jawab akan membawa bangsa pada masa depan yang lebih baik. Lebih lanjut H.M.Riza mengungkapkan kekecewaannya dengan pernyataan beberapa oknum, “Lebih baik golput� atau “Haram ikut Pemilu.� Pola pikir ini terlalu sempit dalam berbangsa dan bernegara. Kalau ini terjadi, kapan bangsa kita akan maju?

Pilihan menjadi golput jelas memiliki konsekwensi tertentu yang justru sangat merugikan.

Dalam modul Relawan Pemilu, dipaparkan bahwa jumlah golput dari pemilu ke pemilu makin meningkat. Drs. H. Bambang Budiyanto MSi, ketua KPU Kota Banjarmasin, mengatakan bahwa pada Pemilu 2009 Kota Banjarmasin jumlah golput mencapai 37%. Ini mengindikasikan makin menurunnya partisipasi masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.

TOPIK UTAMA Mengenali Calon Legislatif

Sebagai pemilih pemula, Vincencius William Eriyanto dan Anggun Hasian Simanjuntak menyatakan rasa bangga dan senangnya berpartisipasi dalam Pemilu 2014 serta terjun langsung memilih wakil-wakil rakyat. Namun, kedua siswa SMAK Frater Don Bosco itu juga mengungkapkan kebimbangannya, “Bingung milihnya, karena banyak banget caleg-calegnya, aku malah jadi takut salah pilih,” ungkap William. Hal senada diungkapkan Anggun, “Ada perasaan takut karena kurang tahu tentang politik dan takut salah pilih.”

Kebimbangan dalam menentukan pilihan tidak hanya dialami pemilih pemula. Seorang ibu dari Paroki Kelayan pun menyatakan hal yang sama, “Saya tidak tahu akan memilih yang siapa atau partai apa.”

Gerakan pemilih cerdas penting untuk memberikan pemahaman bahwa pemilu merupakan kesempatan emas bagi tiap warga Negara untuk merubah Negara ke arah yang lebih baik dengan memilih wakil rakyat yang berkualitas dan berintegritas.

Untuk memilih, kita perlu mengenali lebih dahulu siapa yang akan kita pilih.

H.M. Riza mengungkapkan bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah mengumumkan namanama calon legislatif. Namun demikian, tetap saja masyarakat belum banyak mengenal. Sejauh ini rakyat hanya mengenal penampakan para calon di sepanjang jalan dalam bentuk baliho, spanduk, poster, dan sebagainya. Sepintas semua punya slogan yang mantap,

seperti: “Pilih Yang Amanah” atau “Dahsyat. Luar Biasa.”

Hal-hal seperti itu perlu dicermati secara kritis dan serius karena yang disampaikan tidak jelas, dimana letak dahsyatnya dan apanya yang luar biasa.

Para caleg yang akan mengikuti Pemilu sudah diverifikasi berdasarkan persyaratan-persyaratan tertentu seperti ijazah, pendidikan, partai, dsb. Ada sebagian orang yang memprotes, kenapa kelakuan seperti si- A, B, atau C bisa lolos. Itu karena UndangUndang Pemilu hanya mengatur persyaratan dan bukan kelakuan, akhlak, perbuatan. Partai politik yang mengusung-lah yang menjadi penyaringnya. Ini juga bisa menjadi gambaran bagaimana kinerja partai itu sendiri.

Menurut Drs. H. Bambang Budiyanto MSi, ketua KPU Kota Banjarmasin, di website KPU hanya ada nama dan alamat para caleg tapi rekam jejaknya tidak ada sehingga agak susah dikenal. Sementara itu KPU tidak mungkin melakukan sosialisasi caleg. Sebagai penyelenggara, KPU hanya memberikan pemahaman pada masyarakat tentang partai dan caleg yang akan ikut Pemilu, kartu suara, TPS, dan sebagainya. Untuk itu rakyat perlu cerdas memilih agar melalui kampanye yang sudah dilakukan berbulan-bulan bisa mengerucut pada satu nama. Memang seharusnya para caleg-lah yang aktif mendatangi para pemilih dan menyampaikan program-programnya. Namun kenyataannya, yang dijumpai para pemilih hanya kalender, kartu nama, kerudung, dan sebagainya. Tidak banyak caleg yang berani melakukan pertemuan secara personal untuk menyampaikan janji-janjinya kalau terpilih.

Sebuah cara yang sederhana diberikan oleh H.M.Riza dalam menentukan pilihan, yakni tidak usah ngotot untuk mengenal semua caleg yang berjumlah lebih dari 600-an orang. Kita bisa memilih para caleg yang sudah kita kenal. Kalau di kalangan atau lingkungan kita sendiri ada yang baik dan dapat diandalkan, kenapa tidak kita pilih? (smr & lala-crew DB)

Drs. H. Bambang Budiyanto MSi

H.M. Riza Jihadi edisi 23 - 2014

11

TOPIK UTAMA

Dari Sononya Kita ini Golput Oleh: Anang YB

D

i media masa, hampir setiap hari, kita disuguhi berita-berita soal pejabat yang korupsi serta sepak terjangnya dalam memperkaya diri. Berita soal penyimpangan yang dilakukan oleh penegak hukum pun tak kalah ‘serunya.’ Polisi dan tentara yang bentrok, jaksa yang korup, hakim yang kongkalingkong dengan Anang YB terdakwa seringkali menghiasi media-media yang kita tonton, kita dengar, maupun yang kita baca.

Tak jarang juga kita disuguhi berita politisi yang di awal kemunculan tampil manis dengan baju gamis dan kata-kata santun, pada akhirnya berurusan dengan meja hijau.

Pada titik ini, kita rakyat jelata menjadi Golput alias Golongan Putus asa. Mimpi indah untuk hidup sejahtera, mimpi untuk dilindungi dan memperoleh rasa aman, mimpi untuk setidaknya mendapat upah standar

12

edisi 23 - 2014

minimal pun menguap. Boro-boro dapat upah, kerja saja tidak karena pemerintah yang semestinya mencetak lapangan kerja justru tak bekerja sesuai amanah.

Golput alias Golongan Putih pun menggelembung di setiap Pemilu dan Pemilukada. Ya, untuk apa memilih wakil rakyat dan pemimpin daerah bila hal itu justru bakal melegalisasi orang-orang-orang dengan gen bawaan yang korup? Itu alasan jutaan orang di barisan Golongan Putih.

Namun, tak mencoblos justru menimbulkan persoalan yang lebih akut dan kronis. Golput yang demikian justru menguntungkan partai abal-abal yang memiliki massa solid untuk menang dan menang lagi.

Mereka berjaya dan menguasai banyak pucuk pimpinan di daerah-daerah! Golput juga berakibat naiknya caleg tak kompeten namun kaya uang untuk melenggang ke gedung dewan. Memilih untuk tidak memilih justru jadi pilihan berbentuk bumerang.

Golongan Punya Tuhan

Sejatinya dari sononya kita ini Golput alias Golongan Punya Tanah air! Negeri ini tak bisa dibiarkan menggelinding tanpa arah, tanpa visi, tanpa cita-cita.

TOPIK UTAMA Seburuk-buruknya Orde Baru, mereka punya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Kini haluan itu amat samar.

Kapal ini berjalan tanpa arah karena tiga kelompok penumpangnya punya tiga sikap yang berbeda. Satu kelompok bertingkah seolah merekalah yang paling berhak mengatur negeri ini, kelompok lain bersikap seolah anak tunggal pewaris kekayaan tanah air, dan … kelompok ketiga—kita menyebutnya Golongan Putih— adalah kumpulan orang-orang yang masa bodoh dengan perjalananan bangsa. Bagi mereka, kapal raksasa ini mau oleng atau bahkan karam sekali pun bukan menjadi urusan mereka. Merekalah yang gemar memvonis kelompok lain sebagai biang keladi atas karut-marutnya Indonesia. Memvonis dari balik kaca kenyamanan mereka, tanpa berbuat, tanpa kontribusi selain pasang muka sinis.

Kita sebagai pemilik tanah air tak bisa hanya menonton dari balik kaca karena tanah air ini sah milik kita semua.

Keputusasaan Jangan pula diperparah dengan kehilangan akal apalagi kehilangan pegangan. Karena kita adalah Golput, Golongan Punya Tuhan. Dia sudah mengambil risiko menciptakan kita, kelompok manusia yang banyak bandelnya dan terkadang bebal, tapi tetap dia rawat, jaga dan diberi janji kehidupan yang amat baik.

Dari segala yang baik yang dijanjikan TUHAN kepada kaum Israel, tidak ada yang tidak dipenuhi; semuanya terpenuhi (Yosua 21:45). Dan, janji penyertaan Tuhan mestinya tidak monopoli untuk kaum Israel sematamata. Kita pun sudah dipilih untuk dibuat berjaya.

Dante Alighieri (1265-1321), seorang penulis Italia yang dianggap sebagai salah satu penulis penting dari Abad Pertengahan menyurat lewat naskahnya, “… dalam masa berbahaya tidak ada dosa yang lebih besar daripada tetap diam.” Kata-kata itu termuat dalam karya berjudul Divine Comedy yang terdiri dari kumpulan bait (ayat) yang menggabungkan kiasan dan hal nyata untuk mencapai jalan spiritual yang benar melalui penebusan dan kenaikan ke surga. Jelas itu kalimat yang cerdas walaupun diucapkan di abad ke-13. Tidak ada perubahan yang bakal terjadi ketika orang-orang di dalamnya bersikap masa bodoh, tak peduli, tutup telinga dan melipat tangan di dada.

dan masa bodoh dengan praktik rasis di negaranya?

Tembok Berlin pun bisa runtuh dan membuat semua orang tercengang bahkan mereka yang paling optimis sekalipun?

Kita juga punya Romo Mangun yang kematiannya ditangisi karena berbagai alasan, salah satunya karena tak banyak lagi orang Katolik yang ridho memikirkan negeri ini setulus perjuangan Romo Mangun. "Beliau adalah kawan sejati. Saya tahu beliau adalah orang yang baik dan selalu mempunyai itikad yang dalam keadaan apa pun membantu orang. … Kita akan melanjutkan perjuangannya," kata Habibie, presiden kala itu, dalam pidato singkat di depan peti jenazah Romo Mangun yang dibaringkan di depan altar gereja. Benarlah, kalau mau negeri ini bisa lebih sempurna, kita memang harus melanjutkan perjuangan pendahulu kita.

Pilih yang Punya Talenta

Kita tidak hanya punya wakil-wakil rakyat yang cantik jelita namun akhirnya masuk bui. Anggota dewan juga bukan hanya kaum pria berjas mahal dan berambut klimis bermulut manis tapi nasibnya juga tragis di tangan KPK. Optimislah. Kita adalah bangsa yang Golput alias Golongan Punya Talenta.

Sekian ribu caleg dan juga calon presiden muncul dalam bulan-bulan terakhir ini. Ada yang pamer wajah di televisi, media sosial, media cetak, termasuk juga dengan memajang poster di tiang listrik dan pohon-pohon peneduh di pinggir jalan. Bangsa yang optimis adalah bangsa yang masih menyisakan harapan bahwa di antara pilihan buruk masih ada yang tidak terlalu buruk.

Ada talenta yang terselip di masing-masing kontestan.

Dan, Anda pun punya talenta untuk bisa menerawang, menyelidik, dan berikhtiar agar pilihan Anda itu bisa menjadi wakil ataupun pemimpin Anda kelak.

Memilih dan tidak memilih adalah hak. Memang sih, tapi memperjuangkan Indonesia agar lebih sempurna tentunya lebih dari sekadar hak, itu adalah kewajiban.

Jadi, kita bersepakat untuk tidak menjadi Golongan Putih? *Anang YB, penulis

Apa jadinya Afrika Selatan jika Nelson Mandela memilih cari makan dan mengurusi keluarga saja edisi 23 - 2014

13

TOPIK UTAMA

Apa Kata Caleg Katolik?

Komisi Kerawam Keuskupan Banjarmasin mendata calon legislatif Katolik.

Ditambah data yang dihimpun Majalah Ventimiglia, total 12 orang. Majalah Ventimiglia mewawancarai 4 orang dari 12 caleg itu memberikan tambahan wawasan pembaca Ventimiglia. Mereka adalah:

Antun Joko Susmana

1. Antun Joko Susmana (Caleg DPR RI Dapil Kalsel 1 No. 5; PDIP) 2. Willy Sebastian (Caleg DPRD Provinsi Dapil Kalsel 1 Kota Banjarmasin No. 1;PKPI) 3. Gerardus Wedo, SH (Caleg DPRD Kota Banjarmasin Dapil 2 Kecamatan Banjarmasin Barat No.10; Gerindra).

4. Marlinda Taufan (Caleg DPRD Kota Banjarbaru Dapil 1 No.5; PDIP)

Yang menarik, tiga dari empat caleg ini pernah maju sebagai calon legislatif pada pesta demokrasi yang lalu. Mereka tetap semangat untuk maju nyaleg di 2014.

Apa latar belakang dan motivasi mereka?

Marlinda Taufan, aktivis WKRI Cabang Banjarbaru, mengaku, ia maju karena ingin memperjuangkan aspirasi kaum perempuan untuk perbaikan ekonomi keluarga dan pendidikan anak-anak. Menurutnya pintu masuk ke perbaikan ekonomi keluarga adalah peningkatan SDM kaum wanita (ibu-ibu) dan melalui kaum wanita (ibu-ibu), pendidikan anak akan diperjuangkan. AJ Susmana, domisili asal Paroki Fransiskus Asisi Tebet Jakarta Selatan, ditugaskan partai menjadi caleg untuk DPR RI di Dapil Kalimantan Selatan I (meliputi 8 kabupaten: Banjar, Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong). Sesuai tugas utama partainya, ia ingin memperjuangkan kedaulatan politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di lapangan kebudayaan. Ia mengunjungi daerah-daerah yang diwakilinya yang kaya sumber daya alam energi batu bara dapat menikmati listrik secara merata.

14

Willy Sebastian, aktivis KTM dan warga Paroki Kelayan, sampai pada kesadaran ingin mendobrak zona ‘takut atau buat apa berpolitik’ khususnya bagi kalangan Kristen, Katolik, atau Budha, apalagi kalangan WNI keturunan Tionghoa.

“Saya harus memberi contoh,” begitu ungkapnya. ”Iman tanpa perbuatan adalah mati merupakan firman Tuhan yang saya suka dan menjadi pegangan. Kita harus berani maju dengan segala resiko, jangan terpaku pada zona nyaman. Dengan kesadaran itu saya ingin memberikan diri saya dan mengutamakan

edisi 23 - 2014

Willy Sebastian

Gerardus Wedo

Marlinda Taufan

TOPIK UTAMA kepentingan bangsa dan Negara di atas semua kepentingan.”

Senada dengan Willy, Gerardus Wedo, penggiat Paroki Katedral menyampaikan alasannya, ”Saya memutuskan bergabung dengan salah satu kontestan partai politik, ingin memperjuangkan orang Katolik punya andil, mengambil bagian dalam memperjuangkan kehidupan berbangsa dan bernegara di Keuskupan Banjarmasin, lebih khusus lagi di kota Banjarmasin.”

Bagaimana peluang untuk terpilih?

Komentar mereka bervariasi dari yang melihat tipisnya peluang sampai dengan optimis terpilih. AJ Sukmana mengatakan,”Saya untuk terpilih hampir tidak ada dilihat dari berbagai segi. Tetapi juga tidak berarti, tidak ada jalan untuk dipilih. Saya bekerja dengan gembira dan mengalir saja sambil terus memaksimalkan berbagai jaringan yang ada dan mendukung saya, semoga sampai.”

Willy Sebastian masih menimbang, ”Terus terang peluang sayaa 50:50, dengan kondisi masyarakat kita yang pragmatis dalam menyikapi kehidupan berbangsa dan bernegara. Akan tetapi modal fifty-fifty tersebut akan bisa berhasil dibarengi dengan usaha kita dalam melakukan pendekatan-pendekatan yang konstruktif.

Selain itu kita menularkan pengetahuan untuk apa masyarakat memilih wakil-wakilnya.”

Optimisme ditunjukkan Gerardus Wedo, ”Saya optimis bisa duduk. Berdasar UU No. 8 Tahun 2012, untuk 1 dapil di Kota Banjarmasin perlu 7.000 suara untuk dapat 1 kursi.”

Strategi apa yang dikembangkan?

Umumnya para caleg langsung mendatangi para pemilih, terutama dalam kelompok-kelompok yang ada. Pengenalan caleg semakin dimudahkan karena aktivitasnya di berbagai kegiatan Gereja, kategorial, ormas, partai, lembaga pemerintah dan kemasyarakatan serta bisnis.

Willy memiliki strategi, ”Saya masuk lewat paguyuban-paguyuban dan membagikan kartu nama saya, menghadiri pertemuan-pertemuan dengan masyarakat. Untuk umat Katolik, dan kalangan WNI keturunan Tionghoa mungkin posisi saya ada sedikit

keuntungan karena saya ‘agak dikenal’ mereka, tetapi bagi saudara kita umat Muslim ini agak sulit, perlu usaha.

Hasilnya Tuhan yang menentukan.”

AJ Sukmana menerapkan strategi pengenalan Daerah Pemilihan terlebih dahulu baru terjun ke lapangan, ”Saya berusaha untuk mengerti kondisi objektif masyarakat Kalimantan Selatan. Saya bertanyatanya kepada teman-teman dari Kalsel: visi dan misi apa yang harus saya bawa ke Dapil atau konstituen. Hingga akhirnya sampai pada kesimpulan perlunya Keadilan Energi, Pendidikan dan Kesetaraan. Visi dan misi inilah yang saya bawa ke konstituen. Keadilan Energi jelas diperlukan untuk Kalimantan Selatan yang kaya sumber energi, Pendidikan diutamakan. Kesetaraan: baik antara lelaki dan perempuan maupun dalam soal beragama dan berkeyakinan.”

Marlinda mengaku langsung mengunjungi anggota masyarakat di rumah mereka di daerah pemilihannya. Ia juga menggunakan kesempatan bertemu dengan masyarakat di saat-saat mereka sedang mengadakan pertemuan seperti kebaktian di Gereja dan hadir dalam yasinan kaum muslim di kampung-kampung. Dalam kunjungan itu, Marlinda menyampaikan visi misinya dan membagikan kartu agar calon-calon pemilih mengenalnya. Ketika ditanya, apakah mempunyai ‘Tim Sukses’, Marlinda mengatakan bahwa ia tidak menggunakan ‘Tim Sukses’. Sekarang ini, tidak lagi memakai sistem nomor urut tetapi suara terbanyak.

Gerardus Wedo mengaku telah melakukan banyak kegiatan sebagai resep dikenal masyarakat melalui unjuk kerja, ”Kalau dihitung-hitung, program kerrja saya selama ini bisa dikatakan pro rakyat. Untuk warga masyarakat Banjarmasin, di Kelurahan Basirih, Pelambuan, ada beberapa kelurahan, banyak massa bisa saya rekrut melalui program sosial. Contoh kongkrit saya bisa bantu orang untuk melakukan pengobatan gratis, sunatan gratis, dan bingkisan seperti sembako.”

Pesan untuk para pemilih (Katolik)

Para caleg sepakat dan menghimbau agar menjadi PEMILIH YANG CERDAS. Gunakan hak suara anda dan carilah kader yang mampu dan telah dikenal. Mereka juga mewanti-wanti untuk tidak mengorbankan suara dan masa depan bangsa demi iming-iming materi. (oZo)

edisi 23 - 2014

15

TOPIK UTAMA

Daftar Calon Legislatif Katolik Daerah Pemilihan Kalimantan Selatan

Catatan: Daftar Caleg di atas adalah data yang berhasil dihimpun oleh Komisi Kerawam dan Majalah Ventimiglia.

Ada kemungkinan masih ada caleg-caleg Katolik yang belum tertulis karena tidak adanya informasi yang diperoleh Komisi Kerawam dan Majalah Ventimiglia.

16

edisi 23 - 2014

TOPIK UTAMA

Peta Pemilihan Kalimantan Selatan

edisi 23 - 2014

17

18

edisi 23 - 2014

Pe m un gu ta n Su ar a/ Pe m ilu

if

6 April - 8 April 2014

11 Januari - 5 April 2014

L I U M E P A

Le gi st at

g

an

aT en

as

M

ny e

E

D N

pa

am

nK

aa

an

ks

Pe la

Pe m i da ngg lu 2 Pr n P al 9 014 es id em Ap aka en ilu ril n da Pr 20 dila n esi 14 ks W de y a an ak il P n p ng aka re ada aka n d sid t n u en ang me a k . ga m ali l 9 ilih yai Ju pa tu li 2 ra Pe 01 an mi g l 4 ya go u Le ng ta gi ak de slat an wa if m n l pad em eg a ilih isla tif ta

AG

TOPIK UTAMA

Au Pe Re Ka dit ng ka m Da pa n p h Tin itu itu ny a Na gk ng las e sio at an i H Pe n Na Su as M al ne em da ta sio ara il en n P pa na uh en n H l i A et as a m p il P ba an e ng Pa mi Pe ne Ba rta lu s ta ta i P eca s ( o ra Te pan PT lit rp P ilih er 3% ik o ) Ti le de ngk han ng at K an Na urs Ka sio i da bu na n Pe pa l s Ca m un te am lon n/ p gu Ko ai ta ta n d Pi an lp P re er s ( hi Pe tu m ng ilu an Pr Su es a id ra Pe en ) An ngu gg ca RI ot pa ,D a n PR Te Su D rpi mp Pr lih a ov D h Ka insi PR- dan bu , d RI, Ja pa an DP nj te DP D i n/ R Ko D ta

Juli - Oktober 2014

9 Juli 2014

11 Mei - 18 Mei 2014

7 Mei - 9 Mei 2014

26 April - 6 Mei 2014

25 April - 25 Mei 2014

9 April 2014

TOPIK UTAMA

edisi 23 - 2014

19

TOPIK UTAMA 1. Partai Nasional Demokrat (Partai NasDem) Partai NasDem adalah sebuah partai politik dengan ideologi Pancasila yang baru diresmikan di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara pada tanggal 26 Juli 2011.

Partai ini didukung oleh Surya Paloh yang merupakan pendiri organisasi bernama sama yaitu Nasional Demokrat.

2. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Partai yang berideologi Pancasila ini dideklarasikan di Jakarta, 23 Juli 1998 oleh para kiai Nadhlatul Ulama. PKB digagas sebagai wadah aspirasi politik NU dan tercatat mengikuti Pemilu mulai tahun 1999, dan kemudian tahun 2004 dan 2009.

15. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) PKPI (dulu Partai Keadilan dan Persatuan) berdiri pada 15 Januari 1999 dan bermula dengan dibentuknya Gerakan Keadilan dan Persatuan Bangsa (GKPB) pada tahun 1998 yang dikoordinasikan oleh Ir. Siswono Yudhohusodo, Ir. Sarwono Kusumaatmadja, David Napitupulu dan Tatto S. Pradjamanggala, SH. Partai yang berideologi Pancasila ini tercatat sudah tiga kali mengikuti pemilu, 1999, 2004, dan 2009.

14. Partai Bulan Bintang (PBB) Partai Bulan Bintang (PBB) adalah sebuah partai politik yang berasaskan Islam dan berdiri pada tanggal 17 Juli 1998 di Jakarta.

Partai Bulan Bintang didirikan dan didukung oleh ormas-ormas Islam tingkat Nasional.

Mengenal Partai Politik Peserta Pemilu 2014

13. Partai Aceh (PA) Partai Lokal Aceh

12. Partai Nasional Aceh (PNA) Partai Lokal Aceh

11. Partai Damai Aceh (PDA) Partai Lokal Aceh

10. Partai Hati Nurani Rakyat (Partai Hanura) Partai Hanura dirintis oleh mantan Panglima TNI Wiranto dan resmi didirikan pada 14 November 2006. Pemilu 2009 adalah perhelatan politik akbar pertama yang diikuti oleh partai yang berideologi Pancasila ini dan berhasil mendapat jatah 18 kursi di parlemen setelah meraih 3,9 juta suara (3,8 persen) nasional.

20

edisi 23 - 2014

9. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) PPP yang berideologi Islam ini dideklarasikan pada tanggal 5 Januari 1973 sebagai gabungan empat partai keagamaan, yaitu Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Serikat Islam Indonesia (PSII), Pertidan Parmusi, yang ditujukan untuk menyederhanakan sistem kepartaian di Indonesia. PPP sudah mengikuti Pemilu sebanyak delapan kali, yaitu 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, dan 2009.

TOPIK UTAMA 3. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) PKS didirikan di Jakarta pada 20 April 2002 dengan ideologi Islam dan Pancasila. Sebelumnya bernama Partai Keadilan (PK) yang merupakan partai politik berbasis Islam di Indonesia.

4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) terbentuk setelah peristiwa 27 Juli 1996 yang merupakan puncak perpecahan kubu Megawati Soekarnoputri dengan Soerjadi, Ketua umum versi Kongres di Medan. Sebelumnya, partai ini bernama Partai Demokrasi Indonesia. PDIP memiliki ideologi Marhaenisme.

5. Partai Golongan Karya (Partai Golkar) Partai Golkar merupakan salah satu partai tua yang muncul pada masa Orde Baru.

Partai yang memiliki ideologi Pancasila ini didirikan pada 20 Oktober 1964.

Golkar mulai ikut serta dalam Pemilu 1971 dan berhasil memenangkan Pemilu itu. Kemudian kembali menang berturut-turut dalam Pemilu berikutnya, yakni pada 1982, 1987, 1992, dan 1997. Dalam Pemilu 1999, perolehan suara Partai Golkar kalah dengan PDIP

6. Partai Gerakan Indonesia Raya (Partai Gerindra) Partai Gerindra dideklarasikan pada Februari 2008 dengan ideologi Pancasila.

Pembentukan partai berlambang kepala garuda emas ini pertama kali dibicarakan oleh dua orang kaum intelektual, Fadli Zon dan Hashim Djojohadikusumo, pada November 2007.

7. Partai Demokrat (PD) 8. Partai Amanat Nasional (PAN) PAN didirikan pada tanggal 23 Agustus 1998 dengan ideologi Pancasila. Kelahiran PAN dibidani oleh Majelis Amanat Rakyat (MARA), salah satu organisasi gerakan reformasi pada era pemerintahan Soeharto, PPSK Muhamadiyah, dan Kelompok Tebet. PAN memiliki asas "Akhlak Politik Berlandaskan Agama yang Membawa Rahmat bagi Sekalian Alam".

Partai yang berideologi Pancasila ini didirikan atas inisiatif Susilo Bambang Yudhoyono yang terilhami oleh kekalahannya pada pemilihan calon wakil Presiden dalam Sidang MPR tahun 2001.

Selanjutnya, Vence Rumangkang yang dibantu oleh Sutan Bhatoegana berupaya mengumpulkan orang-orang untuk merealisasikan pembentukan sebuah partai politik hingga akhirnya pada tanggal 10 September 2001, Partai Demokrat didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI.

edisi 23 - 2014

21 21

TOPIK UTAMA

RESENSI BUKU: Spiritualitas Politik

Politik: Sebuah Jalan Kesucian Penobatan Thomas More sebagai orang kudus dapat menjadi salah satu contoh pengakuan Gereja akan politik sebagai jalan kesucian. Melalui hidupnya, wajah politik yang kotor mendapat makna rohani. Pengakuan Gereja atas integritas kehidupan berpolitik Santo Thomas More (1478-1553) menjadi alasan bagi Paus Yohanes Paulus II untuk mengangkatnya sebagai pelindung para pejabat pemerintahan dan politikus Katolik pada tahun 200 (hal. 68). Kendati demikian, sampai hari ini, masih saja sebagian besar orang beranggapan bahwa politik itu kotor. Mgr. I. Suharyo, Ketua KWI dalam sambutan tertulis di awal buku ini mengatakan: “Sebenarnya yang kotor bukanlah politik, karena memang benar, politik itu suci. Yang kotor adalah bermain-main politik atau yang biasa diistilahkan dengan politicking.” (hal. xii).

Judul: Spritualitas Politik Kesucian Politik dalam Perspektif Kristiani Penulis: Dr. Paulinus Yan Olla, MSF Penerbit: PT. Gramedia Pustaka

Buku ini lahir dari keprihatinan bahwa negeri sebesar Indonesia yang kaya akan nilai-nilai kerohanian seperti tidak berdaya menampilkan sebuah bentuk berpolitik secara beradab. Maka pertanyaan besar dan mendasar yang dibahas dalam bukunya ini adalah” “Apakah hidup rohani/spiritualitas mempunyai pengaruh terhadap kehidupan politik?

Kalau jawabannya ya, manakah bentuk konkret sumbangan spiritualitas di ranahh sosial-politik?

Pertanyaan pokok ini dan sejumlah pertanyaan lain mendorong pastor Dr. Paulinus Yan Olla, MSF yang mendalami studi “Spiritualitas” di Roma menegaskan bahwa spiritualitas politik Kristiani penting bagi kehidupan publik bangsa. Penulis menyusun alur bukunya dalam empat bab. Bab 1 memaparkan bagaimana spiritualitas Kristiani dapat menjadi jalan kesucian di bidang sosial-politik. Bab 2 membahas

22

edisi 23 - 2014

ajaran Gereja bahwa politik yang seringkali dianggap “kotor” dapat menjadi medan keterlibatan publik. Bab 3 adalah bagian yang lebih praktis di mana penulis menunjukkan secara tidak langsung cara-cara berpolitik Gereja. Di dalam bab ini dibahas misalnya peran-peran yang politik yang berbeda-beda dari setiap anggota Gereja serta relasi Gereja dengan partai politik. Bab 4 berisi panduan untuk menghayati spiritualitas politik.

Penulis akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa politik dapat dihayati dalam spiritualitas Kristiani sebagai jalan kesucian.

Bolehkah Gereja Berpolitik?

Pada bagian mengenai “Takhta Suci Vatikan dan Diplomasi Internasional”, penulis memperlihatkan peran Takhta Suci dalam dunia politik sebagai kekuatan moral dan rohani. Menurut penulis, pada tahun 2012 tercatat 179 negara yang mengadakan relasi diplomatik penuh dengan Vatikan. Indonesia mengadakan hubungan diplomatik secara penuh dengan Takhta Suci tanggal 13 maret 1950 (hal.131-132). Vatikan mempunyai status sebagai pengamat di PBB dan di berbagai organisasi dunia lainnya. Peran moral dan rohani di ranahh politik internasional itu mengalir dari Gereja yang terlibat dalam kehidupan manusia. Penulis menegaskan bahwa hanya dengan memahami misi rohani dan moral Takhta Suci (Vatikan), kita dapat memahami segala keterlibatan Takhta Suci di ranah internasional (hal. 141).

Bagaimana seorang anggota Gereja menghayati dan mewujudkan spiritualitas politik? Bagi mereka yang secara langsung aktif dalam organisasi sosial - politik, maupun anggota umat kristiani dan para pemimpinnya yang terpanggil untuk terlibat di ranah publik, buku ini patut dijadikan referensi dalam membuat keputusan dan bertindak demi kepentingan publik. (don).

AGENDA KEUSKUPAN

Pengelolaan Paroki Berdasarkan Kerangka Pikir Logis Liputan Hari Studi Keuskupan Banjarmasin

S

ebagai sebuah organisasi yang berorientasi pada pelayanan umat, dewan Paroki akan berhadapan dengan isue serta masalah riil yang saling terkait satu sama lain. Kondisi itulah yang memicu kita untuk mencari jalan penyelesaian sebagai jalan keluar yang terbaik dan dapat diterima oleh semua pihak terkait.

Sangat diperlukan kerjasama yang baik di antara semua lintas fungsi yang ada seperti seksi kepemudaan, seksi pengembangan sosial ekonomi, seksi keadilan dan perdamaian, seksi liturgi dan sebagainya maupun keterlibatan organisasi kategorial di dalam paroki maupun organisasi lain di luar struktur paroki.

Untuk itu Keuskupan Banjarmasin mengundang Bapak Ditto Santoso, seorang Katolik yang memiliki pengalaman sebagai pekerja maupun relawan di bidang pengembangan masyarakat. Bapa Ditto Santoso memberikan pelatihan pengelolaan program pelayanan kemanusiaan dengan pendekatan kerangka pikir logis (logical framework approach/LFA) yaitu pendekatan yang menyasar pada pemecahan masalah serta membangun pola kerja terintegrasi di antara beberapa fungsi di dalam organisasi. Acara ini berlangsung dari tanggal 19 - 21 Februari 2014 di aula paroki Veteran Banjarmasin. Hadir 46 peserta yakni para pastor dari sembilan paroki beserta perwakilan pengurus Dewan Pastoral Paroki.

Pendekatan kerangka pikir logis ini memiliki kelebihan dalam menyasar pada pemecahan masalah serta membangun pola kerja terintegrasi di antara beberapa fungsi di dalam organisasi. Metode yang digunakan selama pelatihan berlangsung ialah presentasi (individu, kelompok besar/kecil), diskusi (kelompok besar/kecil), studi kasus, permainan, dan tanya jawab.

Semua itu dilaksanakan dalam suatu atmosfer yang serius, santai, dan partisipatif.

Secara umum peserta sangat bersemangat dalam kegiatan ini. Dalam sambutan pembukaan, bapak Uskup berharap agar setelah pelatihan ini, semua elemen dalam keuskupan bisa mensinergikan semua pelayanan sehingga bisa berjalan bersama. Bapak Ditto berharap bahwa para peserta mengambil sejumlah hal yang baik seperti analisis pohon masalah, deskripsi pemangku kepentingan, analisis pohon tujuan dan sebagainya dan menerapkan itu dalam pelaksanaan kerja dewan paroki.

Romo Vikjen sebagai penanggungjawab utama dalam kegiatan hari studi ini mengucapkan terima kasih kepada para peserta dan secara khusus kepada fasilitator yang juga rekan kerja di Karina KWI, seraya berharap bahwa sumbangan pola pikir ini bisa dikembangkan di parokiparoki Keuskupan Banjarmasin.

(Andreas LKA/Fr. Gideon)

edisi 23 - 2014

23

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2014 Mgr Petrus Boddeng Timang Uskup Keuskupan Banjarmasin

Budaya Kasih di Tengah Persoalan Bangsa Kepada Para Pastor, Suster, Bruder, Frater, Para Remaja, Kaum muda, Saudara-saudari, Ibu dan Bapak, orang beriman Katolik Se keuskupan Banjarmasin yang terkasih!

Salam sejahtera bagi anda sekalian, 1. Hari Rabu tanggal 5 Maret 2014 yang akan datang adalah Rabu Abu. Pada hari itu Gereja memulai masa Prapaskah, dikenal juga sebagai “Retret Agung” yang akan berlansung selama 40 hari dan ditutup secara meriah pada hari Minggu Paskah tanggal 20 april 2014.

Bacaan-bacaan Misa pada hari Minggu biasa ke VIII ini sungguh indah dan sangat sesuai untuk menpersiapkan kita memasuki masa Prapaskah yang penuh rahmat itu. Nabi Yesaya dalam bacaan pertama (Yes 49:14-15) membesarkan hati umat Israel yang sedang mengalami frustrasi berat sepulang dari negeri pembuangan, semuanya serba sulit, kehidupan semakin berat. Yesaya menegaskan bahwa Allah tak pernah melupakan siapapun di bumi ini, apalagi umat pilihan-Nya! Rasul Paulus dalam bacaan ke 2 ( I Kor 4:1-5) mengingatkan umat bahwa hanya Allah yang berhak menilai, menghakimi apalagi menghukum manusia. Allah saja yang dapat menjatuhkan penilaian yang benar dan adil atas manusia. Manusia yang pengetahuannya sangat terbatas tentang sesamanya tidak mempunyai kemampuan untuk menilai sesama secara benar, seimbang dan adil. Masih dalam suasana Kotbah di Bukit (Mat 5-7) Yesus menegaskan dalam Injil (Mat 6:24 – 34) bahwa kebahagiaan diperoleh hanya dengan mengutamakan kehendak Allah, siap menyambut datangnya Kerajaan Allah di dunia ini dan mempercayakan segala sesuatunya kepada kasih setia-Nya. Saudara-saudari terkasih Pendalaman Iman masa Prapaskah masih sekitar tema besar 2012-2016 “Mewujudkan Hidup Sejahtera”. Untuk tahun 2014 ini tema yang diangkat adalah Bangkit dan Bergeraklah! Belajarlah Sepanjang Hidup demi Keutuhan Ciptaan. Hidup sejahtera adalah hidup dalam kepenuhan dan kelimpahan.

Bukan pertama-tama dalam hal barang-barang duniawi melainkan dalam keselarasan dengan kehendak Allah. Setiap orang Katolik perlu terus menerus belajar untuk menjadi semakin peka terhadap kehendak Allah, terbuka hatinya untuk menyambut pemerintahan Allah dalam hidupnya, mengutamakan Allah dalam setiap pilihannya dari saat ke saat. Itulah inti kotbah Yesus di Bukit

AGENDA KEUSKUPAN yang setiap kali kita doakan dalam Doa Bapa Kami, “Datanglah Kerajaan-MU, Jadilah kehendak-Mu di bumi” (Mat 6:10).

2. Hasil sidang Sinode Keuskupan Banjarmasin ( 16-19 Juli 2013) sedang diperkenalkan kepada segenap lapisan umat melalui berbagai cara dan kegiatan.

Sinode Keuskupan yang dipersiapkan selama 2 tahun itu sampai pada kesepakatan bahwa Gereja Katolik Kalimantan Selatan Keuskupan Banjarmasin bertekad menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Kalimantan Selatan. Umat Katolik harus berani tampil di tengah masyarakat Kalimantan Selatan sebagai kelompok yang ikut memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan dan meringankan beban masyarakat. Janganlah terjadi umat Katolik entah sebagai perseorangan maupun kelompok justru menambah beban masyarakat yang berakibat timbulnya antipati, ketidaksukaan bahkan kebencian terhadap Gereja Katolik. Umat Katolik sebagai perorangan maupun segi kelompok perlu terus menerus belajar hidup bersesama dengan semua orang sebagai tetangga, di RT, di kantor (tempat kerja dan dimanapun). Dengan demikian siapapun orang Katolik itu, apapun pekerjaan tugas atau fungsinya di manapun dia berada di Kalimantan Selatan ini, dia tetap memancarkan kasih Allah yang tidak membeda-bedakan orang. Kekatolikan kita nampak bukan dari simbol-simbol lahiriah ( gedung Gereja, tata ibadat, kalung rosario, salib dan semacamnya) melainkan dari buah-buah kasih yang menjadi berkat bagi orang lain” Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” ( Mat 7:16.20)

a. Korban penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba di negeri kita sudah sampai pada tingkat yang sangat mencemaskan dan patut membuat anak-anak bangsa yang berkemauan baik menjadi geram. Betapa tidak! Penyebaran dan pemakaian narkoba sudah menjangkau segala lapisan masyarakat, yang berada dan miskin, yang berpendidikan dan tidak bersekolah, para pejabat dan eksekutip maupun rakyat kecil. Pihak yang paling menderita dan dirugikan adalah pemakai.

Mereka membutuhkan pengertian, penerimaan, sapaan dan kasih dari sesamanya. Khususnya dari keluarga yang juga ikut menderita (secara batin, sosial dan material!) akibat kejatuhan masuk dalam jurang penyalahgunaan narkoba.

Siapapun juga mereka, jangan kita jauhi apalagi menghukum mereka. Ulurkan tangan kasih, buka hati penuh pengertian bagi mereka sebagai pribadi yang patut dan berhak dikasihi karena Allah mengasihi mereka! Mereka yang menjadi pengedar dan lebih-lebih penghasil narkoba juga perlu dikasihi dengan mendoakan mereka agar mereka meninggalkan jalan sesat itu. Demi alasan keuntungan materi mereka menyesatkan dan menghancurkan hidup banyak orang. “Memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya” (Mat 18:7). Fenomena penyalahgunaan narkoba menjadi tanda bahwa budaya kasih penuh kehangatan, keterbukaan dan keakraban sudah di gusur pergi oleh egoisme yang dingin, serakah dan membunuh.

Saudara-saudara terkasih, 3. Sidang Tahunan Konferensi Wali Gereja Indonesia ( KWI) bulan November 2013 yang lalu menelorkan dua ( 2 ) dokumen untuk menyapa umat Katolik se Indonesia.

Kedua dokumen itu sudah disebarkan ke tengahtengah umat melalui para Pastor Paroki. edisi 23 - 2014

25

AGENDA KEUSKUPAN b.

Menjadi pemilih yang aktif dan cerdas.

Pada tanggal 9 April yang akan datang bangsa kita melaksanakan kegiatan 5 tahunan pemilihan anggota DPR Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan DPD. Memilih itu bukan saja hak melainkan juga kewajiban bagi setiap warga negara untuk memilih wakil-wakilnya. Sebagai warga Negara yang bertanggungjawab, orang Katolik wajib mendatangi TPS pada saat pencoblosan dan menentukan calon pilihannya. Tidak dibenarkan orang Katolik tidak mempergunakan haknya untuk memilih ( golput ). Hak pilih tersebut merupakan amanat masyarakat, termasuk kita umat Katolik, untuk memperjuangkan kesejahteraan bersama selama 5 tahun ke depan. Alangkah tidak bijaksana membiarkan orang lain memilihkan kita, calon yang boleh jadi sangat tidak pantas untuk mewakili rakyat. Oleh karena itu, pergunakanlah hak pilih anda dan pilihlah partai, calon pemimpin yang jelas-jelas membela Pancasila, Konstitusi, kemajemukan dalam Bhineka Tunggal Ika dan

NKRI. Cermatilah juga rekam jejak calon dan partai tersebut dari pengalaman selama ini.

4.

Kita dipanggil untuk menyebarkan budaya kasih dalam masyarakat kita yang sarat masalah dan tantangan saat ini mulai dari keluarga dan lingkungan kita masing-masing. Untuk mengisi masa Prapaskah, diselenggarakan pendalaman tema APP di kelompokkelompok umat. Semoga masa Prapaskah ini sekaligus menyegarkan kembali pengalaman akan kasih Allah, saat kita menyadari betapa Allah Bapa Surgawi sangat mengasihi dan peduli akan kita satu per satu; saat ia membebaskan kita dari segala kecemasan dan kekuatiran, dan membuat kita siap menjadi agenagen penyebar kasih di manapun kita berada dengan semangat pertobatan yang ikhlas dan kerelaan berbagi dengan tulus dan sukarela. Aksi Puasa Pembangunan merupakan ungkapan nyata dari semangat berbagi yang berlandaskan kasih itu.

Selamat menjalani masa Prapaskah yang penuh rahmat dan berkat ini. Tuhan Yesus memberkati.

Diberikan di Banjarmasin Pada Hari Orang Sakit Sedunia 11 Februari 2014

Mgr.Petrus Boddeng Timang Uskup Keuskupan Banjarmasin

26

edisi 23 - 2014

AGENDA KEUSKUPAN

Peraturan Puasa dan Pantang 2014 1. Hari Puasa tahun 2014 ini jatuh pada hari Rabu Abu tanggal 5 Maret, dan Jumat Agung tanggal 18 April. Hari Pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama masa Prapaskah sampai dengan Jumat Agung. Batas waktu menunaikan kewajiban menerima komuni kudus pada masa Paskah adalah pada Hari Raya Tritunggal Mahakudus tanggal 15 Juni 2014.

2. Yang wajib berpuasa ialah semua orang Katolik yang berumur 18 tahun sampai awal tahun ke-60. Yang wajib berpantang ialah semua orang Katolik yang berumur genap 14 tahun ke atas.

3. Puasa dalam arti yuridis, berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang dalam arti yuridis, berarti memilih tidak makan daging atau ikan atau garam, atau tidak jajan atau merokok.

Karena peraturan puasa dan pantang cukup ringan, maka kami menganjurkan agar secara pribadi atau bersama-sama, misalnya oleh seluruh keluarga, atau seluruh lingkungan, atau seluruh wilayah, menetapkan cara puasa dan pantang lebih berat, yang dirasakan lebih sesuai dengan semangat tobat dan matiraga yang ingin dinyatakan. Tentu saja ketetapan yang dibuat sendiri tidak mengikat dengan sanksi dosa.

4. Dalam kelompok juga diusahakan agar setiap orang beriman kristiani baik secara pribadi maupun bersama-sama mengusahakan pembaharuan hidup rohani, misalnya dengan rekoleksi, retret, latihan rohani, ibadat jalan salib, meditasi, penerimaan Sakramen Tobat, dan sebagainya.

5. Salah satu ungkapan tobat bersama dalam masa Prapaskah ialah Aksi Puasa Pembangunan atau APP, yang mempunyai nilai dan dampak pembaharuan pribadi, serta mempunyai nilai dan dampak peningkatan solidaritas antar warga pada tingkat Paroki, Keuskupan dan Nasional.

edisi 23 - 2014

27

AGENDA KEUSKUPAN

Perayaan 40 Tahun Imamat Mgr. Dr. Petrus B. Timang Perayaan Ekaristi

Umat yang hadir memenuhi Gereja Keluarga Kudus, Katedral

“Perjalanan hidup saya bagaikan aliran sungai yang tidak dapat ditahan dan bermuara di lautan.

Memang benar kalau dalam Majalah Ventimiglia (edisi khusus 40 imamat Mgr. Dr. Petrus B. Timang – red) perjalanan imamat saya digambarkan sebagai petugas pemadam kebakaran, yang harus selalu siap diutus kemana saja. Saat ini saya bersyukur atas umat dan para imam yang hadir, baik dari Banjarmasin, Makassar, Jakarta dan Yogyakarta. Saya berterima kasih atas pelayanan petugas koor yang meriah, petugas liturgi dan misdinar. Dalam perjalanan imamat saya, saya belajar dari para senior dan sahabat saya: • Pastor Gross, CM: seorang misionaris sejati yang dalam usia tidak muda lagi telah menaklukan pegunungan Meratus.

• Pastor Josef Mohr, MSF: seorang imam dari Jerman yang telah berkeliling dan melayani umat Kalimantan Tengah, sekarang menjadi dosen Seminari Johaninum.

Bapak Uskup saat homili

• Pastor Clement Scheurs, CICM: telah 58 tahun menjadi imam, merupakan guru saya di Seminari Menengah.

• Romo Riawinarta Pr.: telah 41 tahun menjadi imam dan merupakan kakak kelas sewaktu di Seminari Tinggi di Yogyakarta. Seorang musikus dan saat ini berkarya di Paroki Jetis Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang.

• Pastor Matheus Bakolu, Pr.: Sahabat sejak kelas 1 di Seminari Menengah. Ditahbiskan 1 bulan lebih dahulu dari saya.

Berkat Penutup

28

edisi 23 - 2014

• Pastor Frans Arring, Pr. : adik kelas, sudah 38 tahun menjadi imam.”

AGENDA KEUSKUPAN

Penyerahan kenang-kenangan kepada Pastor Clement Scheurs, CICM

Ungkapan syukur dan perkenalan beberapa imam tamu menjadi pembuka homili Bapak Uskup Petrus Boddeng Timang dalam perayaan ekaristi 40 tahun imamat beliau yang diadakan pada hari Senin, 13 Januari 2014 pukul 18.00 Wita di Gereja Keluarga Kudus, Katedral Banjarmasin.

Sebelum mengutip pernyataan Beata ibu Teresa, “Tidak semua orang dapat melakukan halhal yang besar, tapi kita bisa melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar,� Bapak Uskup meminta para sahabat untuk memberikan kesan dan pesan.

Tari Banjar persembahan kaum muda

Bapak Uskup memotong Tumpeng, didampingi Vikjen RP. Yuliono MSC dan ketua Panitia, Bp. Jono Purwadi

Ramah Tamah

Setelah Perayaan Ekaristi, perayaan 40 Imamat Mgr. Petrus Timang dilanjutkan dengan acara ramah tamah di Aula Sasana Sehati.

Berbagai hiburan dipersembahkan oleh umat dan biarawan-biarawati. Sebelum santap malam bersama, Bapak Uskup melakukan pemotongan tumpeng dan kue yang kemudian diserahkan pada para senior dan sahabat Bapak Uskup yang hadir saat itu. (smr)

Hiburan persembahan suster-suster SPC

edisi 23 - 2014

29

AGENDA KEUSKUPAN

Kesan & Pesan Sahabat (disampaikan dalam homili)

Pastor Clement Scheurs, CICM: Pada tahun 1959, dari Ujung Pandang (sekarang Makassar), saya sering mengunjungi Malakiri, tempat kelahiran Mgr. Petrus Timang. Untuk menuju tempat tersebut, saya naik sepeda dan harus melalui jalanan berlumpur, menyeberangi sungai dan melintasi gunung-gunung.

Saya bersyukur, di tempat seperti itu saya menemukan orang Toraja yang telah menciptakan ratusan imam melalui karyanya di seminari. Ini penting supaya Gereja terus berkembang. Saya juga bersyukur karena dari Tana Toraja telah lahir dua orang uskup, yaitu: Mgr. John Liku Ada (Uskup Keuskupan Agung Makassar) dan Mgr. Petrus Timang. Bahkan sekarang di KWI, Mgr. Timang menjadi ‘bos’ saya di Komisi Teologi.

Pesan saya, agar umat mencintai imamnya. Bagi imam, agar imam setia berdoa Brevier, Misa dan Rosario. Hal ini harus dilakukan.

Romo Matheus Yosep Riawinarta, Pr:

Pastor Matheus Bakolu, Pr.:

Saya pernah bersama Mgr. Timang di Seminari Tinggi. Saya kakak kelas beliau.

Pengalaman kebersamaan di seminari sungguh menyenangkan karena satu sama lain saling mendukung sehingga orang menjadi kerasan tinggal di situ. Saya terkesan dengan Mgr. Timang, saat beliau sudah menjadi Uskup, beliau mau hadir dalam misa di lingkungan karena menganggap orang yang dikenal itu sebagai saudara.

Mgr. Timang adalah seorang yang periang di kelas, rendah hati, suka menolong. Kalau ada teman-teman yang kesulitan pelajaran, maka beliau pasti bersedia membantu.

40 tahun imamat merupakan rahmat Tuhan yang selalu menggerakkan, mengawani dan mendukung imamat saya. Jadi perayaan 40 tahun merupakan perayaan syukur atas rahmat Tuhan. Kiranya syukur ini tetap dilanjutkan agar Tuhan mendukung perjalanan monsinyur.

30

edisi 23 - 2014

Saat Vatikan meminta dukungan untuk Romo Piet menjadi uskup, saya mendukung secara penuh. Saya kira dukungan untuk menjadi Uskup Sulawesi Tenggara yang saat itu pendiriannya sudah menjadi wacana. Ternyata di kemudian hari, beliau ditugaskan untuk menjadi uskup Banjarmasin.

Tak mungkin dukungan itu saya cabut. Saya bahkan bersyukur, teman saya sejak 1 SMP menjadi uskup.

AGENDA KEUSKUPAN

Pastor Frans Arring, Pr. Tiga bulan setelah ditahbiskan saya ditugaskan di Mamasa. Perjalanan ke sana hanya dapat ditempuh dengan naik kuda, itupun harus menginap. Saat saya di Mamasa, beliau pernah mengunjungi saya bersama dua orang seminaris dengan membawa oleh-oleh. Perhatian itu sangat berarti bagi saya.

Saya menaruh hormat pada monsinyur karena beliau adalah guru dan tutor bahasa Latin saya. Saya meneladani beliau dalam hal kesediaannya untuk diutus kemanapun Tuhan memanggil.

Ulang Tahun Uskup, Imam & Biarawan-Biarawati APRIL 01 – 1967 : RP. J. Gros, CM (Imamat) 03 – 1969 : Sr. M. Rikhardia,SND 1957 : Sr. Yosephine,PK 07 – 1966 : Sr. Lidia,SSpS 08 – 1971 : Sr. Yuventia Sihotang SCMM 10 – 1967 : Sr. Emilia Meilitina,SFD 14 – 1986 : Fr. John Mark Barroga CICM 15 – 1961 : P. Yustinus Sigit, Pr 1967 : Sr. M. Mikhaela, PRR 20 – 1978 : P. Matius Pawai, CICM 22 - 1990 : Sr. Averlin Lahagu SCMM 29 – 1967 ; Sr. Katarina Suharti, ALMA

MEI 02 – 1978 : P. Silvasius,CP 1978 : Sr. Bernadette Ganut, Ssps 03 – 1968 : Sr. M. Challista,SPM 05 – 1982 : Sr. M. Xaveria,PRR 10 - 2010 : P. P. Wastono,MSC (Imamat) 11 – 1969 : P.A. Bambang Doso, Pr 1985 : Fr. Mayolus Tepa Tiro, MSF 16 – 1977 : Sr. Stefani,SFD 19 – 1955 : P. Stanis,CM 22 – 1944 : Sr. Mary Wilfrid, SPC 1971 : P.Ig. Supardi, Pr 26 – 1967 : P. Agust. Doni Tupen, MSF 27 –1967 : P. FA. Susilo N., CP 31- 1961: Sr. M. Regina Djogo,SPC

edisi 23 - 2014

31

AMANG PANDIR

Uyuh Pantang Uyah

Arba pagi, nampak keluarga Amang Pandir bajalan batis bulikan dari gareja. Maklum Arba sapisial gasan urang Katulik, ngarannya Arba Habu alias Rabu Abu. Kaning buhannya hirang dihabui. “Supan kaning ulun rigat nah,” ujar Galuh handak mahapus habu. Abah wan mamanya langsung haja manangati Galuh,”Nak, itu tanda taubat, biar haja hilang sorangan,” nasihat Amang Pandir pina bijaksana. Galuh masih haja gerunum-gerunum, ”Cuba Abah minta dihabui samuhaan…” eh untung Abah wan mamanya kada mendengar gerunumannya, bisa batal pantang wan puasa bubuhannya!

Imbah sampai di rumah, Amang Pandir mengajak dudukan Acil Bungas wan Galuh. “Ingatakanlah Ma, puasa kita makan sakali haja kanyang, pantang setiap juma’at. Aku handak pantang makan daging wan ruku.”

“Huuu….., dasar abah ni mamilih nang nyamannya haja, sudah ampih meruku wan kita gin jarang-jarang jua makan daging,”protes Galuh.

“Akhaayaa…i-ihlah, bujur Galuh, hehehe, kalu kaya itu aku bapantang nang sipatnya kukatujui, pantang kada minum kupi wan pantang ruhaninya kada bulih sarik,” ujar Amang Pandir mantap.

Acil Bungas tasanyum mandangar janji lakinya,” Ayu ja Abahnya-ai, aku umpat jua, sama lawan pian.”

Acil Bungas lalu mengulah gangan asam gasan makan sore kaina. Parak tuntung mamasak hape Acil Bungas badaring. Astaga….. talunjak Acil Bungas kaingatan bajanjian lawan Ci’ Lina handak ka Pasar Lima bacari perlengkapan dapur pasturan. “Hallu, maap ulun kada ingat Ci’ai, hadang satumat, ulun segera ke wadah pian!” Kumpur badadas dimatii. Acil Bungas habut banar, Iaju baganti baju, maklum kada biasanya Acil Bungas kada ingat pabila bajanjian.

Sampai di muka tawing Acil Bungas hanyar kaingatan gangan asam balum dibari uyah! Sidin manguciaki amang Pandir wan Galuh,” Oiii Abahnya…

Oiii Galuh siapa nang mandangar? Tulung pang gangan asam dibari uyah 2 sendok lah!.......” Kadada nang manyahut,”…dasar jua bubuhannya neeh,” gerunum Acil

32

edisi 23 - 2014

Bungas bukah ke wadah Taci Lina.

Menjelang sore keluarga Amang pandir sudah rapi simpun bahampar tikar parsiapan makan sore.

Lauk sederhana, karupuk wan sambal acan, Acil Bungas maambil gangan asam nang hanyar dipanasi. Dasar taliur Amang Pandir wan Galuh malihat gangan nang masih bakukus.

“Eeeee…jangan barabut lah!...hadang dulu…

Mama baluman maicipi gangannya!” Dijumputnya sendok makan, mata Amang Pandir wan Galuh maumpati gerakan sendok….sampai masuk ke muntung Acil Bungas…mata sidin bakijim-kijim satumat, langsung haja disamburakan: bwuaaahhh…Asiiiiiiiiiin!

Takajut banar Acil Bungas, ”Padahal aku mambari 2 senduk garam haja tadi, asinnya liwar banar!”

Amang Pandir wan Galuh bapandangan.

Ujar Amang Pandir, ”Aku tadi di kamar mandi, mandangar Umanya manyuruh mambari 2 senduk uyah, kubari-ai 2 senduk sabalum tulak bagawi.”

Galuh pulang bapandir bagimit, ”Ulun tadi basisimpun kamar wayah Mama manyuruh mambari 2 senduk uyah, ulun bari-ai 2 senduk sabalum tulak kuliah.”

“Akhaaayaaa…JADINYA 6 SENDOK UYAAAH!!” kuciak Acil Bungas.

“Sabar Ma…sabar Ma…ingat pantang wan puasa,”hibur Amang Pandir.

“Sabar nang kaya apa Abahnya!,” basusungut Acil Bungas.

“Kaya ini haja, hari ini kita manambah pantang, yaitu pantang uyah, jadi gangan asam kada usah dimakan sabab asin,” akal-akalan Amang Pandir

“Jadi…kita makan apa Bah?,”tanya Galuh

“Kita makan nasi, kerupuk wan sambal acan, nyaman banar!” ujar Amang Pandir basamangat.

Lalu ae suasana makan jadi rami : “ kriuk…krak… kriuk..kriuk …huahh..huahh…hsshh..pedessss…..” (oZo)

KESAKSIAN AWAM

Alfonsus Soepedi

Setelah Dibaptis Langsung Jadi Ketua Mudika S

osok bapak Alfonsus Soepedi banyak dikenal oleh umat Katolik khususnya di Paroki St. Yusup Kotabaru dan umumnya di Keuskupan Banjarmasin. Dalam wawancaranya dengan kontributor majalah Ventimiglia, beliau mengatakan bahwa beliau menjadi Katolik sekitar tahun 1976 ketika dibaptis di Paroki Veteran Banjarmasin. Semenjak dibaptis, Alfon (begitu panggilan akrabnya) langsung aktif di Kring bahkan ditunjuk langsung sebagai Ketua Kring dan Ketua Mudika. Sebagai orang muda Alfon tidak segan untuk bergabung dan berkumpul dengan umat di Kring, dia aktif doa bersama di Asrama.

Kurang lebih pada tahun 1980 Alfon pindah ke Kotabaru yang waktu itu belum menjadi paroki.

Namun memang di Kotabaru sudah ada Pastor yang menetap, dan tinggal di rumah yang saat ini menjadi tempat berdoa (gereja). Jumlah umat Katolik dan kepala Keluarga saat itu masih sedikit. Alfon yang masih muda ini setelah di Kotabaru juga langsung diberi tanggung jawab sebagai Ketua Yayasan Pangudiluhur.

Setelah Suster Santa Perawan Maria datang maka ada pelimpahan kepada Yayasan Dharma Putri. Pada Th 1985 barulah Santa Maria diurus perijinannya. Alfon terlibat dalam proses perijinan, kendati mengalami beberapa tantangan dan halangan. Kendala pokok adalah bahwa masyarakat menolak keberadaan Yayasan milik Katolik.

Walau tidak berhasil semangat Alfon tidak kendur.

Aktivitas Alfon cukup banyak, selain sebagai Pensiunan PNS Pemda, dia aktif di berbagai hal diantaranya: Sebagai Pengurus DPP St. Yusup Kotabaru, bahkan dalam beberapa Periode, sebagai Pengurus Kopdit Saijaan Sejahtera (sebagai Wakil Ketua). Bahkan

k ntu

u uan

us

ns Alfo

ant nb a k h yu era eny . Raha m Gg ika ket ran di ) n ketika ka ana i (k n keba d e menjadi a p Soe korb

ketua, Alfon pernah mendapat penghargaan dari Presiden dalam rangka Bhakti Koperasi. Di tengah-tengah kesibukannya masih juga menyempatkan diri dalam kegiatan sosial lainnya misalnya terlibat dalam berbagai kegiatan olahraga diantaranya; Tenis Lapangan, Bola Voly, Bulu Tangkis bahkan Tenis Meja.

Alfon berasal dari keluarga Muslim. Dia tertarik menjadi Katolik karena melihat orang Katolik yang hidupnya berdasar Kasih: orang Katolik hidup harmonis.

Walau ada tantangan dari pihak keluarga, Alfon tetap bersikukuh untuk mengikuti Yesus yang adalah Kasih.

Dalam perjalanan menjadi Katolik banyak tantangan yang dihadapi terutama untuk pendidikan anak. “Kami tidak pernah memaksa anak-anak untuk ikut kemauan kami. Kami beri kebebasan, kami hanya berikan teladan hidup. Dan Puji Tuhan anak-anak kuat dalam berpegang dalam imannya,� demikian ungkapnya.

(Agus Setyo Budiyono) edisi 23 - 2014

33

ORANG MUDA

My Valentine Day By: Bernadetta Laura Sugiharto, S.Psi

Hulooow.. Sobat mudaaaa!

Sueerr seneng banget bisa nongol lagi di segmen ini. Lebih hepinya lagi kali ini kita ngomongin soal valentine. Hmm... belum juga mulai udah mulai bau cinta aja yah hehehe...

Eeiit... tapi jombloer pasti manyun tuh.. Santai my brosis (brother sista). Yang namanya valentine itu milik semua orang kalee. Nggak ada tuh istilahnya kaum jomblo mendadak jadi kaum marginal seketika valday dikuasai para couple.

34

pelakon yang melaksanakannya dengan cara dan motif yang salah. Toh kita tau bahwa, setiap hari peringatan pasti memiliki makna khusus dan baik. Tapi tenang, kalo kita ambil sisi positifnya pasti valday bakal berkesan dan nggak akan segitu miringnya.

Nah trus untuk menjadi positif kan suliiiiitt banget.. Gimana dunk? Caranya dengan tau fakta-fakta benar tentang valday itu sendiri sob. Yuuk kita langsung aja tancap gas bahasnya. “Asal-Usul� Valentine

Nggak jarang ya kita menemui beberapa pasangan heboh merayakan hari peringatan yang satu ini, bahkan ada yang sampai pesta pora di club malam cuma buat hura-hura karena ada tawaran paket murah di perayaan ini. Jelas ini korban promosi beberapa penyedia hiburan untuk menarik pelanggan. Parahnya ada aja yang foya-foya sembari menikmati narkoba di tengah pesta ini. Selain itu sering kali valday menjadi alasan bagi kaum muda untuk nunjukin cinta dengan cara yang salah, misalnya making love sembari menikmati paket harga khusus di beberapa penginapan mulai kelas menengah sampai kelas bintang lima. Seiring berjalannya waktu dan pergeseran pola pikir di dunia, free sex menjadi alasan untuk membuktikan cinta, karena itu nggak jarang valday dirasa nggak pas kalo nggak menjalankan hal yang satu itu. Padahal jelas ini bukan cara tepat untuk nunjukin cinta dan menikmati suasana romantis.

Kalo ditelaah dari asal mula munculnya valday itu sendiri, ada beberapa versi nih. Ada yang bilang Februari merupakan musim kawin bagi beberapa hewan dan terutama unggas, sehingga dibeberapa daerah memunculkan pemandangan penuh kasih sayang.

Di lain versi ada yang menyebutkan pertengahan Januari dan Februari adalah bulan Gamelion menurut kepercayaan Yunani Kuno, bulan ini dipercaya sebagai bulan pernikahan antara dewa Zeus dan Hera. Sementara versi ketiga menyebutkan bahwa tanggal 14 Februari sebenarnya merupakan tanggal pemenggalan kepala St. Valentine atas alasan telah berani memberikan pemberkatan nikah di tengah hebohnya larangan menikah oleh Kaisar Claudius pada abad ke III. Sang Kaisar melarang karena menginginkan agar pemuda yang tidak menikah bisa fokus mengikut militer, sehingga pasukan militernya jaman itu akan bertambah kuat dan besar.

Nah cuma karena banyak kasus-kasus itu bertebaran di berbagai belahan dunia, orang-orang berasumsi negatif pada peringatan ini. Ada aja yang bilang ini perayaan sesat dari kaum kafir. Kalo hari or perayaannya sih nggak salah yah, yang salah sebenarnya

Nah sobat muda, kalo diamati dari sejarah ini kita bisa melihat bahwa sebenarnya asal mula Valentine menggambarkan suatu kesucian cinta. Pernikahan hewan menyimbolkan bahwa cinta adalah hal alami yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk berbagi kasih semua

edisi 23 - 2014

ORANG MUDA makhluk. Sedangkan di dua versi lainnya menyebutkan cinta dinyatakan berada dalam kesakralnya dalam sebuah pernikahan. Apalagi bila dilihat dari sejarah Valentine versi ketiga tadi. Cinta di sini menggambarkan kesakralan yang teramat diperjuangkan di tengah kebengisan untuk menentang cinta. Itu berarti pada dasarnya valday ingin mengingatkan kita bahwa arti cinta adalah sesuatu yang sakral, sejati, dan perlu diperjuangkan segala kebaikannya.

Sebenarnya valday adalah satu hari yang menjadi alarm untuk selalu mengingatkan kita jangan lupa untuk memberi cinta bagi orang terkasih yang memerlukan perhatian kita. Tentunya akan sangat baik jika kita selalu ingat memberi cinta dan perhatian tiap hari.

Simbol boneka, sebenarnya adalah benda yang sering kali dimiliki anak-anak. Tidak jarang kita liat seorang anak selalu membawa bonekanya ke manamana termasuk dalam tidur sekalipun. Nah itu artinya, boneka menyimbolkan kepolosan cinta yang sering kita pahami sebagai tulus. Sebenarnya cinta adalah sesuatu yang polos namun sangat berarti. Sesuatu yang berarti itu akan baik dan selalu ada bersama kita jika kita selalu membiarkannya tetap tinggal di dekat kita, dengan selalu merawatnya. Cinta akan dipandang mainan bagi pribadi yang hatinya tidak baik, namun jika pibadi yang tulus, ia akan mengerti dan menjaga ketulusan itu selalu menjadi komposisi utama cinta.

Simbol-simbol Valentine

Selain benda-benda simple itu, tidak jarang orang memberikan cicin berlian. Berlian sejatinya merupakan benda yang sangat berharga, memiliki cahaya berkilau, jernih, dan bersejarah karena dapat diberikan dari generasi ke generasi. Benda ini dapat mencapai kemurniannya tersebut melalui proses tambang sampai pengolahannya hingga terlihat sangat jernih. Perlu kecermatan yang dalam untuk mengerti keasliannya. Jelas sekali berlian memberikan filosofis yang sangat dalam jika dihubungkan dengan cinta sejati. Lagi-lagi dari simbol ini, cinta sejati ditekankan pada proses bersama, jatuh bangun bersama, saling melengkapi, hingga kemurniannya terlihat. Cinta dalam hal ini disimbolkan sebagai sesuatu yang bercahaya seiring berjalannya waktu dan kebersamaan yang positif.

Cinta bukan sesuatu yang bisa dibuktikan secara instan apalagi dalam sekejap mata.

Sementara kalo ditelaah dari simbol Valentine, hari peringatan ini juga membawa kita pada pengertian cinta yang lebih filosofis. Adapun simbol cokelat Valentine ingin menyampaikan bahwa cinta itu ibarat cokelat.

Awal mulanya cokelat berasal dari buah cokelat yang pahit, namun seiring proses pembuatannya cokelat yang dicampurkan gula, susu dan komposisi lainnya, akhirnya bisa dinikmati dalam rasa manis yang membawa setiap orang yang memakannya merasa relaks dan bahagia.

Nah dari sini kita diajari filosofi bahwa cinta adalah sebuah proses panjang, dimana kebaikan cinta dan kesejatiannya hanya dapat diperoleh melalui tahap saling mengasihi, menghormati, saling mendukung, dan kesediaan untuk saling menjaga satu sama lain. Hingga akhirnya cinta mencapai level kesejatian dan terasa manis untuk dimiliki bersama. Itu artinya cinta BUKAN sesuatu yang dangkal dan hanya bisa dibuktikannya dengan making love. Justru kalo pasangan kita minta bukti cinta dengan hal yang satu itu, bisa dilihat bahwa sesungguhnya dia punya MODUS tersembunyi yang tidak baik dari kita.

Simbol Valentine lainnya yaitu bunga Mawar.

Seperti kita tahu Mawar itu wujudnya indah, tidak bisa ditemukan di sembarang tempat, perlu pemeliharaan yang cermat dan rumit. Bahkan untuk memetiknya, kita harus berhati-hati agar tidak terkena durinya. Bila dihubungkan dengan cinta, berarti cinta adalah sesuatu yang indah, tidak bisa kita raih tanpa proses yang hatihati. Itu berarti cinta yang sungguh-sungguh indah perlu segala bentuk kecermatan, pemeliharaan yang telaten dan ketulusan.

Dari keseluruhan pembahasan kita tersebut kita bisa melihat bahwa valday adalah satu hari yang membuat kita ngeh pentingnya nunjukin cinta, dan perlunya memahami cinta melalui filosofi benda-benda yang sering tampil dalam moment ini. Tentu saja yang terpenting dalam merayakannya bukan hadiahnya atau acaranya, tapi lebih pada makna yang dihadirkannya.

Moment ini menghadiahi kita pengertian bahwa kedewasaan, pemahaman akan cinta yang benar adalah bagian terbaik menjadi manusia yang bahagia.

Karena hakekatnya Tuhan menghadirkan cinta untuk kebahagiaan sejati, yang bukan hanya untuk sesaat ini, tapi selamanya.

Okeh deh sob, segitu dulu ngobrolin valdaynya yah. Semoga kita makin bisa memaknai moment ini dengan baik, dan nggak ikutan arus untuk bilang ini haram ya....**** edisi 23 - 2014

35

COLLOQUIUM (WAWANHATI)

Pastor Paulinus Yan Olla MSF

Persahabatan dan Persaudaraan Lintas Batas Pastor Paulinus Yan Olla MSF pada akhir tahun 2013 kembali dari Roma ke Indonesia setelah kurang lebih 13 tahun tinggal di Roma untuk studi dan kemudian bekerja di Jeneralat MSF. Saat ini beliau menjadi Dosen di STFT Widya Sasana Malang dan tinggal di biara MSF “Sacra Familia� Malang.

Ketika studi di Roma, apa saja tantangan yang pastor alami?

Kongregasi MSF memerlukan tenaga pendidik (formator) terutama di bidang rohani.

Maka pada tahun 2000 saya diutus oleh Propinsi MSF Kalimantan u n t u k mendalami bidang Teologi Spiritual.

Kendala utama adalah bahasa dan penyesuaian diri di lingkungan yang baru.

Perjuangan menguasai bahasa itu agak menegangkan.

Penyesuaian lain yang tak kalah menantang adalah penyesuaian diri dengan cara makan, berpakaian dan bersosialisasi. Cuaca dingin di musim dingin, makanan baru yang harus dicoba dan seterusnya menjadikan tahun-tahun pertama kehidupan di Roma seakan selalu ditandai kejutan. Gaya hidup dan pengalaman rohani berubah. Luapan umat di setiap hari Minggu seperti di Indonesia tidak dapat dialami setiap minggu. Misa dihadiri hanya sebatas teman satu Collegio, tanpa umat dan lagu-lagu meriah. Suasana misa sering menjadi kering dan tidak menyejukkan hati.

36

edisi 23 - 2014

Apa kiat-kiat Pastor sehingga bisa menyelesaikan studi (pada waktunya)?

Untuk menyelesaikan studi tepat pada waktunya diperlukan perencanaan dan disiplin diri. Jika mahasiswa lalai menggunakan waktunya maka studinya biasa menjadi lama karena hari efektif untuk belajar benarbenar terbatas. Misalnya dalam setahun ada total 4 bulan untuk liburan, tidak termasuk liburan akhir pekan.

Rinciannya: Liburan Paskah dan Natal masing-masing dua minggu dan liburan besar setiap tahun 3 bulan dimulai dari akhir Juni sampai dengan awal Oktober.

Saya selalu menggunakan liburan tiga bulan untuk kursus bahasa misalnya, kursus bahasa Inggris di Irlandia, bahasa Perancis di kota Lyon-Perancis, bahasa Jerman di Mainz-Jerman dan bahasa Spanyol di pusat persiapan misionaris ke Amerika Latin di Italia. Saya menjalani studi sambil bekerja di Jenderalat MSF sejak saya terpilih menjadi anggota Dewan Jenderal MSF pada tahun kedua masa studi saya. Hanya dengan disiplin diri yang tinggi dan pengelolaan waktu yang cermat saya dapat melakukan berbagai tugas yang berbeda itu secara bersamaan.

Selain studi, apa yang menjadi tugas pokok Pastor di Jenderalat MSF Roma?

Tugas pokok dalam periode pertama, adalah meneruskan kuliah dan saat bersamaan membantu Jenderalat dalam komunikasi dengan semua wilayah Propinsi MSF yang menggunakan bahasa Inggris dan Perancis. Periode kedua saya menjalankan tugas utama sebagai Sekretaris Jenderal. Tugas-tugas utama itu tidak

COLLOQUIUM (WAWANHATI) mencakup kunjungan ke MSF di berbagai benua. Saya menjalani tugas itu selama dua periode yang dimulai sejak tahun 2001 sampai dengan Kapitel Umum MSF di akhir tahun 2013. Jadi secara umum saya bertugas selama 12 tahun di Jenderalat atau 13 tahun seluruh keberadaan saya di Roma jika dihitung tahun pertama masa studi.

Apa suka-dukanya bertugas di Jenderalat MSF Roma?

Hal pertama yang menggembirakan adalah adanya kesempatan yang luas untuk mengenal MSF dalam skala dunia. Selain pengenalan pribadi, ada juga pengenalan geografis dan pengenalan masalahmasalah Kongregasi, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan Kongregasi MSF.

Hal kedua, di Jenderalat saya bersama Dewan Jenderal harus mengadakan animasi dan memimpin Kongregasi. Jenderalat merupakan instansi tertinggi, tempat dibahas dan diselesaikan berbagai persoalan yang menyangkut hidup anggota MSF di berbagai negara di dunia. Ada kesempatan belajar berdialog dan menyelesaikan berbagai persoalan dalam semangat kerja sama dengan Vatikan.

Kunjungan ke berbagai penjuru dunia memberi banyak pengalaman positif tetapi juga tantangan.

Positifnya adalah semakin lama semakin terbentuk sikap terbuka untuk menerima realitas perbedaan bukan sebagai ancaman tapi sebagai kekayaan dalam hidup iman maupun Kongregasi. Tantangan dihadapi pada tahun-tahun terakhir masa kepemimpinan kami.

Tempat-tempat yang dikunjungi terasa seakan “tidak baru” dan tidak amat menarik seperti dulu. Mungkin karena mulai ada rasa jenuh.

Kata orang Roma adalah “pusat dunia”. Bagaimana pastor melihat kenyataan ini dari dekat?

Di Roma kita mendapat keistimewaan merasakan “kekatolikan” atau universalitas Gereja tidak hanya dalam maknanya yang abstrak. Melubernya peziarah ke Roma memberi dorongan kepada mereka yang pesimis untuk merasakan bahwa Gereja tidak mati. Gereja hidup dan di dalamnya banyak orang menemukan kebahagiaan sebagai orang Kristiani. Kehadiran banyak orang di Roma, menguatkan iman bahwa banyak orang yang masih bangga menjadi Katolik. Hadirnya berbagai orang

di Roma memperlihatkan adanya kesatuan dalam iman yang hidup.

Apa yang terjadi di Roma dapat bermanfaat bagi Gereja Indonesia. Melalui penghayatan imannya yang berdimensi terbuka akan pluralitas, Gereja Indonesia dapat menjadi model keterbukaan bagi adanya perbedaan di Indonesia. Bangsa kita masih sering terjebak dalam intoleransi dan kekerasan berbau sektarian. Gereja Indonesia perlu menghindarkan diri untuk tidak terjebak dalam mentalitas sektarian yang merebak. Kategori “putera daerah” dalam kepemimpinan tidak sesuai dengan semangat “kekatolikan” dalam iman Kristiani. Bagi Gereja pluralitas etnis, suku, bahasa dan kebangsaan merupakan kekayaan. Pluralitas justru menampakkan kekayaan yang sumbernya berasal dari Allah sendiri.

Apa harapan Pastor untuk keuskupan Banjarmasin dan majalah Ventimiglia?

Keuskupan Banjarmasin bagi saya merupakan sebuah komunitas yang dalam istilah romo Mangun Wijaya (alm) merupakan sebuah “komunitas diaspora”.

Sebuah komunitas kecil umat beriman. Maka harapan saya adalah: semoga melalui majalah Ventimiglia, umat dibantu menjalani hidupnya sebagai saksi di tengah masyarakat. Dalam situasi sebagai kawanan kecil, langkah awal evangelisasi menurut Santo Charles de Foucauld adalah “menghayati iman Kristiani sedemikian baik” sehingga orang-orang yang tidak seiman mulai bertanya, “mengapa orang-orang Kristiani itu hidup begitu baik?” . Semoga akhirnya di Banjarmasin pun orang dapat bertanya, “mengapa umat di keuskupan ini hidup begitu baik?”. Dinantikan sumbangan Ventimiglia di bidang itu! ***

BIODATA Nama : PAULINUS YAN OLLA MSF Lahir : Seoam-Timor Barat, 22 Juni 1963 Alamat : Skolastikat MSF, Jl Esberg T2 NO. 5 Malang Pendidikan: 1979-1983 : SMA Seminari Lalian Atambua 1983-1984 : Novisiat MSF Salatiga 1984-1993 : Filsafat-Teologi Yogyakarta 2000-2004 : Prog. Doktoral di Pontificio Istituto di Spiritualita 2005 : Kursus Counseling di Kent, Inggris 2002-2003 : Kursus Terapi mental dan Couching Cognitif, Roma edisi 23 - 2014

37

LINTAS KOMISI

Estetika dan Keindahan dalam Liturgi (Wawancara dengan Romo Matheus Yosep Riawinarta, Pr)

Kehadiran Romo Riawinarta dalam Perayaan 40 Tahun Imamat Mgr. Petrus Boddeng Timang telah menjadi berkah bagi umat keuskupan untuk menjawab salah satu keprihatinan yang ditemukan dalam Sinode Keuskupan Banjarmasin yakni perayaan Ekaristi hendaknya dipersiapkan dengan baik. Romo Riawinarta adalah pastor kapelan Paroki Jetis Yogyakarta, menjabat anggota komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang, dan aktif mengajar musik di Seminari Menengah Mertoyudan. Kemampuan teknik musik dan vokal didalami di sekolah musik selama empat tahun di Wina, Austria. Saat ini beliau aktif memberikan pembinaan musik liturgi di parokiparoki di Keuskupan Agung Semarang. Berikut petikan wawancara Ventimiglia dengan Romo Riawinarta di Pastoran Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa NodaKelayan Banjarmasin:

Mengapa umat perlu menyadari peran musik dan koor dalam ekaristi?

Kita perlu melihat tata perayaan Ekaristi sebelum dan sesudah Konsili Vatikan II. Sebelum Konsili Vatikan II, perayaan Ekaristi ditekankan pada misterinya. Karena sifatnya misteri, umat tidak banyak terlibat sehingga tidak dituntut pengetahuan. Pada saat misa, umat berdoa Rosario, yang bernyanyi hanyalah kelompok koor. Umat menyahut saat aklamasi dan ikut menyanyi Pater Noster (Bapa Kami).

Setelah Konsili Vatikan II, Ekaristi menjadi perayaan bersama.

Umat diundang dan harus terlibat, termasuk terlibat dalam bernyanyi.

Dalam pelaksanaan di banyak keuskupan, hal ini tidak diperhatikan dan dibiarkan tanpa kendali. Seharusnya semua berpartisipasi menurut bagiannya masing-masing. Contohnya, lagu Tuhan Kasihanilah Kami didahului koor, kemudian baru umat. Demikian juga, pada lagu Kemuliaan, kalau di buku Madah Bakti tertulis K, maka yang menyanyikan adalah Koor, umat menyanyikan pada bagian U. Hal ini dilakukan supaya ada koreksi dari koor terhadap nyanyian umat.

Mengapa dalam perayaan di Gereja perlu ada nyanyian?

38

edisi 23 - 2014

LINTAS KOMISI

Ini berkaitan dengan estetika dan keindahan.

Sama dengan jawaban atas pertanyaan, mengapa Gereja memakai bunga dan hiasan-hiasan? Untuk keindahan. Kita menghadap Tuhan dengan keindahan yang diciptakan manusia. Maka tak heran, beberapa gedung gereja Eropa dibangun dengan segala kemewahan seperti patung berlapis emas, ukiran di dinding, plafon dengan lukisan yang indah, dan sebagainya. Ini merupakan simbol pemberian yang terbaik bagi Tuhan.

Estetika dan keindahan dalam liturgi diciptakan untuk mewujudkan kemeriahan perayaan. Liturgi yang agung adalah liturgi yang meriah. Keindahan itu perlu kita wujudkan untuk menghormati yang kita rayakan. Saat akan mengikuti misa, umumnya umat telah memiliki kesadaran untuk berpakaian dan berpenampilan yang pantas. Namun kesadaran menyiapkan diri untuk bernyanyi dengan baik jarang dilakukan. Kesadaran dan pola pikir inilah yang perlu ditanamkan dan dialami umat secara bersama-sama.

Siapa yang bertanggung jawab terhadap penyadaran ini?

Pihak Gereja lah (=pimpinan gereja) yang seharusnya mengendalikan. Umat dan petugas perlu dibimbing agar dua pihak ini dapat bernyanyi dengan baik menurut bagiannya masing-masing. Pihak yang paling susah disiapkan adalah umat. Tidak mungkin mengajari seluruh umat menyanyi tapi harus dimulai dari petugas koornya.

Saat suatu lagu dinyanyikan secara tidak benar oleh kelompok koor seperti terlalu lambat atau terlalu rendah mengambil nada dasar, jangan salahkan dirigennya. Pengurus liturgi paroki perlu turun tangan untuk memperbaiki. Jangan hanya dikeluhkan saja tanpa memberikan pembinaan. Jangan juga buru-buru menyalahkan kelompok koor tersebut tanpa melihat apakah kelompok tersebut memiliki pelatih atau tidak. Kita tidak bisa mengharapkan segala sesuatu akan menjadi baik dengan sendirinya.

Bagaimana memulainya?

Kalau liturgi dalam ekaristi akan diperbaiki, seharusnya diperbaiki seluruhnya termasuk cara bernyanyi umat. Kenyataannya, umat jarang memiliki kemampuan membaca not dan ini harus dimulai dengan belajar.

Beberapa paroki yang memiliki koor paroki, seringkali kualitasnya terlalu jauh dibandingkan koor komunitas sehingga saat koor paroki bertugas, umat cenderung menjadi penonton. Ini tidak direstui.

Seharusnya seluruh umat ikut berpartisipasi aktif dan jangan sampai dikucilkan. Untuk itu koor komunitas perlu dibina. Dengan pembinaan koor komunitas, maka akan banyak orang yang menjadi penyangga liturgi meski sedang tidak bertugas. Koor komunitas perlu berlatih rutin, jangan hanya kalau akan bertugas.

Untuk mereka bisa dipilihkan lagu-lagu yang tidak terlalu sukar dan diberikan pendampingan.

Yang terpenting dari semua itu adalah perubahan mindset atau pola pikir. Kita mau sungguhsungguh melaksanakan peribadatan yang indah untuk Tuhan. Ada sebagian orang yang berpendapat, “Ini sudah mendingan, ada yang tugas koor� atau “Seperti ini saja sudah cukup, tidak perlu repot-repot berlatih.�

Pola pikir minimalis seperti itu sangat menghambat kemajuan dalam berliturgi.

Adakah rambu-rambu untuk pemilihan lagu dalam ekaristi?

Liturgi yang bagus harus mengajak umat terlibat.

Di regio Jawa, sudah dipilah-pilah, mana lagu-lagu yang liturgis dan mana yang bukan. Lagu liturgis itu adalah lagu yang direncanakan memang untuk liturgi dan harus jelas

edisi 23 - 2014

39

LINTAS KOMISI peruntukannya, seperti pembukaan, persembahan, komuni dan seterusnya. Misalnya, Lagu “Berbahagia� yang biasa dinyanyikan dalam perkawinan itu bukan lagu liturgis, Itu lagu opera. Demikian juga lagu “Di Doa Ibuku� itu bukan lagu liturgis karena tidak ada unsur vertikal dengan Tuhan.

Simbolisasi dalam Gereja Katolik juga perlu diperhatikan dan jangan dikhianati. Misalnya selama masa Pra Paskah, lagu-lagu yang dinyanyikan bukan lagu gembira. Organ juga harus dihemat. Ini untuk apa?

Ini merupakan simbol bahwa pada masa ini merupakan masa puasa. Bukan cuma perkara tidak makan saja, tapi puasa mata dan puasa telinga juga harus dilakukan.

Semua yang cemerlang, yang mengenyangkan dan yang gemerincing diredupkan semua. Oleh karena itu selama masa Pra-Paskah salib ditutup, patung-patung disembunyikan dan hiasan gereja hanya berupa daundaun. Hiasan bunga baru muncul saat Kamis Putih, kemudian Jumatnya tidak ada lagi. Pada Malam Paskah barulah bunga-bunga ditampilkan dengan indah sebagai simbol kemenangan Kristus.

40

edisi 23 - 2014

Tentu sulit mengumpulkan banyak umat untuk mengikuti pembinaan koor. Dalam pengalaman Romo, adakah hal-hal praktis yang bisa dilakukan?

Beberapa paroki yang saya bina memulainya dengan lomba koor antar lingkungan (komunitas-red).

Kelompok koor sudah mempersiapkan diri setengah tahun sebelumnya lomba. Beberapa bulan sebelum lomba mereka diminta bernyanyi di depan orang-orang yang nanti akan menjadi juri sekaligus diberikan koor klinik. Ini yang dinamakan lomba koor untuk pembinaan.

Apalagi dua bulan menjelang hari-H, dilakukan pembetulan-pembetulan terhadap kelompok tersebut.

Dengan demikian ada peningkatan kemampuan dari peserta lomba. Lomba untuk pembinaan itu omong kosong tanpa ada pembekalan-pembekalan. Tanpa pembekalan dan pendasaran umum, hanya akan terjadi persaingan karena start-nya tidak sama. (smr/oZo)

LINTAS KOMISI

Perayaan Hari Perkawinan Sedunia 2014

Semua Orang Lahir dari Perkawinan

Banyak terjadi pemahaman yang keliru tentang perayaan hari Valentine yang jatuh pada setiap tanggal 14 Februari. Pergeseran nilai-nilai budaya mengakibatkan budaya perayaan hari Velentine lebih berfokus pada cinta kasih yang bersifat eros atau badaniah yang bersifat negatif. Keprihatinan itu mendorong para pejabat gubernur di Amerika untuk memproklamirkan perayaan Hari Valentine menjadi Hari Perkawinan Sedunia pada tahun 1982. Pada tahun 1983, Bapa Suci Johanes Paulus II memberikan berkat apostolic bagi Hari Perkawinan Sedunia. Sejak itu setiap minggu kedua di bulan Februari, di seluruh dunia dirayakan Hari Perkawinan Sedunia.

Perayaan ini merupakan sebuah bentuk penghargaan bagi para pasangan suami dan istri sebagai pemimpin keluarga dan sel terkecil dari masyarakat. Di dalamnya terkandung indahnya nilai kesetiaan, pengorbanan dan kegembiraan suami dan istri dalam kehidupan perkawinan mereka setiap hari.

selaku ketua Komisi keluarga, serta RP. FA Susilo CP, RD Simon, RP. Supri CM dan RD Johan Susilohadi. Dalam homilinya, Bapak Uskup mengajak umat yang hadir untuk memahami sejarah dan makna Hari Perkawinan Sedunia serta mensosialisasikan di parokinya masingmasing mengingat pada perayaan tersebut semua pastor paroki berhalangan hadir. Perayaan Hari Perkawinan Sedunia merupakan perayaan bagi semua umat, imam, biarawan/biarawati karena semua orang lahir dari sebuah perkawinan. Sesuai bacaan Injil pada hari itu tentang penyembuhan orang yang tuli dan gagap oleh Yesus, Bapak Uskup mengajak umat membuka mata, telinga dan hati untuk mengalami cinta Allah. Dunia seringkali menjadikan manusia buta, bisu dan tuli, namun dalam keluarga, setiap orang bisa mendapatkan cinta dan kehangatan. Benih kasih yang diucapkan dalam janji perkawinan inilah yang harus selalu diperjuangkan dan saat ini dirayakan.

Perayaan Hari Perkawinan Sedunia di Keuskupan Banjarmasin diadakan pada hari Jumat, 14 Februari 2014 di Aula Sasana Sehati, Katedral, Banjarmasin. Perayaan yang diikuti sekitar 500 orang dan dihadiri oleh pengurus LK3 tersebut diselenggarakan dalam Perayaan Ekaristi, pentas budaya Banjar serta Lomba Fashion Show untuk anak-anak.

Usai perayaan ekaristi, dengan iringan musik panting, umat disuguhi tarian Baksa Kembang dilanjutkan dengan Bapantun Banjar oleh Maria Roeslie, penulis buku Antologi Pantun Banjar. Setelah itu keluwesan dan kepolosan anak-anak ditampilkan dalam Lomba Fashion Show. Pada kesempatan tersebut diberikan juga penghargaan bagi pasangan suami istri yang pada tahun 2014 ini merayakan Hari Ulang Tahun Perkawinan yang ke-10, 25, 50 dan 60. (smr)

.

Perayaan ekaristi dipimpin oleh Bapak Uskup Petrus Timang didampingi RP. FX Sumantoro MSF

edisi 23 - 2014

41

LINTAS KOMISI

Pendalaman Iman APP 2014

Belajarlah Sepanjang Hidup Demi Keutuhan Ciptaan P

RAPASKAH adalah masa persiapan Paskah; masa dimana kita umat beriman menjawab dan mensyukuri kasih Allah dengan pertobatan lewat laku pantang dan puasa. Oleh karena itu masa ini disebut juga masa pertobatan. Selama masa pertobatan ini kita diajak melihat dan merefleksikan kembali hidup kita dalam relasi dengan Allah, sesama, diri sendiri dan alam semesta; seperti apa wujud relasi kita tersebut saat ini dan bagaimana kedepannya supaya relasi itu menjadi lebih baik, terus berkembang dan menghasilkan buah berlimpah.

Sejalan dengan Aksi Puasa Pembangunan (APP) Nasional 2012-2016 yang mengambil tema umum MEWUJUDKAN HIDUP SEJAHTERA, Keuskupan Banjarmasin dalam Pendalaman Iman APP 2014 mengolah tema Bangkit dan Bergeraklah!

BELAJARLAH SEPANJANG HIDUP DEMI KEUTUHAN CIPTAAN. Dengan mendalami tema tersebut diharapkan umat menyadari dan mengambil tindakan nyata untuk belajar sepanjang hidup. Belajar merupakan salah satu langkah dalam mewujudkan hidup sejahtera yang kita cita-citakan.

Adapun tema untuk setiap pertemuan Pendalaman Iman APP 2014 adalah sbb:

42

edisi 23 - 2014

Pertemuan I: Hidup Adalah Proses Belajar Belajar sepanjang hidup merupakan hakekat setiap manusia dan tuntutan bagi setiap murid Kristus.

Yesus bahkan mengajak kita murid-murid-Nya untuk menjadi sempurna seperti Bapa di Surga sempurna adanya (Matius 5:48). Artinya: terus belajar sampai menjadi sempurna. Pada pertemuan ini diharapkan umat menyadari bahwa belajar adalah bagian dari hidup manusia dan setiap orang perlu belajar terus menerus sehingga umat terdorong untuk menjadi lebih baik dalam hidupnya dan semakin giat belajar untuk mencapai Kerajaan Surga.

Pertemuan II: Belajar Dari Alam Umat perlu menyadari pentingnya belajar dari alam, dan kemudian merefleksikan situasi dirinya: apakah dia masih meneruskan kebiasaan untuk melihat tandatanda alam, peka pada alam sekitarnya dan belajar dari padanya. Pada pertemuan ini diharapkan umat menyadari bahwa kekayaan alam tidak hanya berupa materi yang dieksploitasi tetapi juga berupa nilai-nilai hidup yang dapat diteladani. Dengan demikian umat hendaknya belajar terus menerus dari alam sekitarnya serta semakin mencintai alam/lingkungan hidup dimana dia tinggal.

LINTAS KOMISI Pertemuan III: Belajar dari Sosial Budaya Budaya adalah hasil budi dan daya manusia yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang atau masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu berbicara tentang budaya berarti pula berbicara tentang suatu masyarakat.

Tema “Belajar dari Sosial Budaya� menyatukan antara pembelajaran atas nilai-nilai yang terkandung di dalam setiap budaya dengan pembelajaran tentang masyarakatnya sehingga dari pertemuan ini diharapkan umat terbuka untuk belajar dari budaya di sekitarnya serta semakin peka dan terlibat dalam sosial masyarakat setempat.

Pertemuan IV: Belajar Demi Keutuhan Ciptaan Keterkaitan manusia dengan sesama dan ciptaan yang

2012 2013 2014 2015 2016

lain menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh setiap orang tidak bisa melulu hanya untuk kepentingan dirinya sendiri atau dirinya dengan salah satu unsur alam, melainkan untuk kepentingan seluruh alam ciptaan. Hanya dengan alam ciptaan yang utuh dan harmonis, manusia sendiri dapat bertahan hidup dan mengembangkan hidupnya. Dalam hal ini manusia menjadi pelaku utama untuk terwujudnya keutuhan ciptaan. Oleh karena itu dalam pertemuan ini umat diajak untuk peka pada persoalan sosial budaya dan alam di sekitar serta bergerak memperjuangkan keutuhan ciptaan.

Pendalaman Iman dibuat untuk empat kali pertemuan saja karena minggu kelima dalam masa PraPaskah dimaksudkan untuk diisi dengan pertobatan. (smr)

Panggilan Hidup dan Tanggungjawab Menghargai Kerja Belajar Sepanjang Hidup Pola Hidup Sehat dan Berkecukupan Hidup Pantang Menyerah

Hidup sejahtera adalah hidup dalam kelimpahan.

Bukan pertama-tama kelimpahan dalam hal barang-barang duniawi, tetapi bagaimana menempatkan dan mengarahkan barang-barang duniawi itu menjadi sarana menuju kepada hidup ilahi.

edisi 23 - 2014

43

BERANDA KELUARGA

Keakraban dalam Sakramen Kita Keakraban (intimacy) erat hubungannya dengan kesucian, dengan rencana Tuhan. Bila kita bicara mengenai keakraban, maka akan erat dengan pengertian suasana dekat, persahabatan, keakraban dan dalam suasana personal atau pribadi.

Satu daging

Penolong istimewa

Kejadian 2:24: "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging".

Apa yang diinginkan Tuhan terhadap setiap suami istri adalah menjadi “satu daging” satu terhadap yang lain, mengalami kedekatan, kesatuan, suasana intim. Inilah kehendak-Nya mengenai perkawinan kita. Untuk itu Dia menempatkan perkawinan di tempat teratas sehingga umat manusia bisa mengalami keakraban sebagai pengganti kesepian. Tetapi mengapa? Situasi seperti apa yang membuat Tuhan melakukan hal ini?

Enam kali Tuhan menciptakan segala sesuatunya dan selalu dikatakan-Nya sebagai “baik adanya”. Saat menciptakan Adam, Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia (Kejadian 2:18). Mengapa tidak baik? Adam sendirian! Adam mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan Tuhan, bagaimana dapat kesepian kalau mempunyai hubungan dekat dengan Tuhan? Jawaban satu-satunya yang mungkin adalah Tuhan telah mengatakan bahwa Adam sendirian. Ini berarti Tuhan menciptakan Adam agar mempunyai kebutuhan yang akan dipenuhi-Nya secara tidak langsung, tetapi melalui makhluk lain.

Bagaimana situasi ketika Adam ditempatkan dalam Taman Firdaus saat diciptakan-Nya. Apa yang dimilikinya? Apakah ada masalah? Tidak ada masalah, Adam mempunyai lingkungan yang sempurna, tidak ada polusi, tidak ada pajak, tidak ada bom, tidak ada masalah atau tekanan-tekanan, tidak ada dosa, semuanya sempurna (Kejadian 1:31: Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik).

Adam juga mempunyai posisi yang mulia, dia berada di puncak dunia! Ingat, Tuhan telah menempatkannya diatas semuanya (Kejadian 1:28).

44

edisi 23 - 2014

Suatu konsep yang indah! Bahwa manusia pertama dibuat oleh Tuhan untuk membutuhkan seseorang sebagai tambahan bagi Tuhan-seseorang seperti dia dengan daging dan darah! Tuhan menciptakannya dengan cara-Nya. Kebutuhan Adam akan orang lain sudah ada disana sebelum dia berbuat dosa.

Adam tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dia tergantung pada Tuhan untuk memenuhi kebutuhannya dengan

BERANDA KELUARGA menciptakan perempuan. Lalu, "Karenanya seorang lakilaki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya, bersatu dengan istrinya, dan dari dua menjadi satu". Tuhan merencanakan bagi kita keakraban dengan Dia dan keakraban satu terhadap yang lain dalam perkawinan, dalam keluarga dan Gereja. Dia menciptakan kita untuk membutuhkan relasi seperti ini.

Tiga dimensi

Tuhan menciptakan kita dalam 3 dimensi yaitu: dimensi pertama adalah roh. Hal ini membuat kita tertuju kepada Allah dan mencari keakraban rohani.

Dimensi kedua adalah jiwa, termasuk didalamnya pikiran kita, emosi kita, keinginan kita, yang bisa menciptakan persahabatan. Ini membuat kita mencari keakraban emosional. Dimensi ketiga adalah fisik, termasuk tubuh kita, indra dan kehangatan (passion) yang membuat kita menuju kepada keakraban fisik.

Inilah 3 bidang yang dikehendaki Tuhan untuk kita pelihara dan kembangkan bersama pasangan.

Ada istilah Tri Marga Perkawinan yaitu dialog (keakraban emosional), bermesraan (keakraban fisik) dan doa pasangan (keakraban rohani). Kita mengalami keakraban emosional saat kita dapat men-sharing-kan perasaan-perasaan kita satu terhadap yang lain dan pasangan kita menghargainya dan peka untuk mengerti dan menguatkan. Bila kita menghargai apa yang disharingkan pasangan dan kita bisa memperhatikan sepenuhnya saat mendengarkannya. Keakraban fisik adalah saat kita menunjukkan tanda-tanda cinta kasih secara fisik. Saat jabat tangan, pelukan, ciuman dan sentuhan satu sama lain merupakan cara yang lembut dan menyenangkan, santai dan dinikmati setiap saat.

Pergi misa bersama, berdoa bersama dan doa pasangan membantu kita mencapai keakraban rohani. Ada banyak hal lain yang harus kita lakukan. Kita perlu tumbuh dalam iman kita bersama. Kita perlu belajar bersama memahami Kitab Suci. Kita perlu sharing bersama mengenai apa yang kita imani.

Bila Tuhan menginginkan kita berkembang dalam 3 keakraban tadi, lalu mana yang paling penting? Apa yang akan terjadi bila satu pasangan memprioritaskan satu bidang dan menelantarkan 2 bidang yang lain? Mereka akan mengalami sesuatu yang hilang dalam keakrabannya, dan keakraban mereka tidak lengkap.

Selalu dipupuk

Ada pasangan-pasangan yang mesranya bukan main, selalu bergandeng tangan. Mungkin ada yang berpikir relasi seksualnya pasti sempurna. Kita semua tahu kalau kemampuan sexualitas akan berakhir suatu saat. Lalu bagaimana dengan pasangan inI? Akankah keakraban berakhir saat kemampuan seks mereka berakhir? Ada pasangan lain yang mengatakan bahwa setelah sekian lama, mereka kini seperti kakak adik.

Demikian dekatnya mereka seperti sahabat dan berpikir kalau mereka tidak lagi membutuhkan relasi seksual.

Mereka lupa keakraban saat muda.

Ada lagi pasangan lain yang keduanya selalu terlibat dalam kegiatan-kegiatan Gereja. Mereka sangat aktif dalam Kerasulan Kitab Suci. Tidak ada waktu lagi untuk bergembira bersama, dan tidak ada lagi rekreasi.

Mereka mungkin selalu berdua bersama di Gereja, dan perbincangan mereka mengenai karya Tuhan. Mungkin hal ini menjadi alasan untuk tidak terlalu dekat secara emosional. Dalih mereka “pasti Tuhan amat berkenan pada kita�. Bahkan kita bisa demikian terpikat dalam berusaha mencapai keakraban emosional melalui perasaan-perasaan dalam dialog; kita bisa mengabaikan 2 bidang lain yaitu keakraban fisik dan rohani.

Tuhan menginginkan kita berkembang dalam ketiganya, tidak ditetapkan mana yang lebih penting diantaranya. Ketiganya memiliki kepentingan seimbang.

Ketiganya harus dilakukan secara bersamaan. Sejak Tuhan menginginkan kita menjadi satu, Dia mau kita mengalami kesatuan kita melalui 3 dimensi ini. (YenyenChang Hwa) edisi 23 - 2014

45

ANAK MISIONER

Santo Yohanes Bosco

Suatu pagi, ketika bersiap-siap di sakristi untuk misa pagi, imam muda Don Bosco yang berumur 26 tahun, tiba-tiba seorang anak gelandangan mendatangi dia. Don Bosco memberi perhatian kepadanya. Anak gelandangan itu sangat terkesan dan berjanji untuk datang kembali.

Beberapa hari kemudian, ia kembali membawa temanteman gelandangan lain. Wajah-wajahnya lesu, perut lapar, dan kadang kurang sopan dan kasar kata-katanya.

Tetapi Don Bosco tetap menerima mereka. Sejak saat itu ratusan anak muda berkumpul setiap hari di kapel dan pada malam hari mereka menuntut ilmu di sekolah yang dibuka khusus untuk mereka. Ia bahkan mengumpulkan 1. 000 orang pemuda dari keluarga-keluarga miskin.

Siapa sebenarnya Santo Don Bosco itu ya?

Santo Yohannes Bosco atau lebih akrab kita sebut Don Bosco lahir di desa Becchi dekat Castelnuovo, Italia pada tanggal 16 Agustus 1815. Ia adalah anak bungsu dari pasangan Francesco Bosco dan Margeret Occhiena.

Ia punya dua kakak laki-laki: Antonio dan Giuseppe. Ketika baru dilahirkan, penduduk wilayah pedesaan Piedmont sedang mengalami kelaparan, karena perang Napoleon dan karena bencana kekeringan yang melanda daerah itu pada tahun 1817. Ayah Don Bosco meninggal waktu ia masih sangat kecil. Namun demikian Don Bosco tumbuh menjadi seorang yang dewasa dan dapat menyelesaikan studinya dengan baik, kemudian memutuskan menjadi imam.

Bapa, Guru dan Sahabat Kaum Muda

Imam muda Yohanes Bosco ingin menjadi bapak, sahabat dan guru bagi anak-anak yang diasuhnya.

Karena itu dijuluki 'Bapa, Guru dan Sahabat Kaum Muda'. Ia mendirikan Serikat Salesian yang khusus untuk melayani kaum muda. Nama tersebut diambil dari nama Santo Fransiskus dari Sales, supaya mereka meneladani kebaikan hati dan kelemahlembutannya. Kini Serikan Sakesian tersebar di seluruh dunia dan mengelola berbagai lembaga pendidikan khusus, antara lain di bidang pertukangan.

46

Yohanes

Bosco

merupakan

edisi 23 - 2014

satu-satunya

Santo Yohanes Bosco, pelindung kaum muda (gambar: Wulan)

Orang Kudus (Santo) yang mempunyai hampir 20 orang pengikut berusia muda (kurang dari 20 tahun) yang diakui oleh Gereja dan sedang menjalani proses untuk menjadi orang kudus. Tidak heran jika Gereja pun mengangkatnya sebagai Pelindung Kaum Muda.

Seorang pengikutnya berusia muda yang sudah menjadi orang kudus yakni St. Dominikus Savio yang wafat pada usia 15 tahun, salah seorang murid yang mendapat pengajaran langsung dari Yohanes Bosco.

Dalam usia 72 tahun, karena keletihan dengan kerjanya yang tak kunjung habis, Don Bosco meninggal pada tanggal 31 Januari 1888 di Turin. Dia diumumkan sebagai venerabel oleh Paus Pius X pada 1907, yang bahagia (beato) oleh Paus Pius XI pada 1929, dan dikanonisasi (menjadi santo) oleh Pius XI pada 1 April 1934. *Yen* (Sumber: Ensiklopedi Orang Kudus, Cipta Loka Caraka, cetakan ke-15 tahun 2002 dan Orang Kudus Sepanjang Tahun, Obor, cetakan ke-7 tahun 2004).

LINTAS PAROKI

“Ekaristi Imlek� di Paroki Santo Yusup, Kotabaru:

Jeruk dan Angpao

Umat paroki St. Yusuf Kotabaru merayakan Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah pada tangga 2 Februari 2014 dalam Ekaristi yang bernuansa Tionghoa, sekaligus syukur atas Tahun Baru Imlek 2565 (Tahun kuda kayu) yang sebenarnya jatuh pada hari Jumat, 31 Januari 2014. Atas ide umat Tionghoa juga acara ini di mohonkan untuk dirayakan pada hari minggu kepada Pastor Paroki.

oleh Umat Katolik etnis Tionghoa: mulai dari Lektor, dirigent, sampai pada pembawa persembahan adalah anak-anak Tionghoa. Sementara itu, Pastor Sigit dalam homilinya menyinggung soal Angpao yang ternyata setelah dirunut lebih jauh oleh Cik Amay dijelaskan bahwa Angpao bermakna tanda kasih Orang tua kepada sang anak yang masih menjadi tanggungjawabnya dan agar anak tidak jauh dari orang tuanya.

Panitia Pelaksana yang diketuai oleh Bp. Sundrio Cieputra, berharap supaya Tahun Baru Imlek bisa dirayakan bersama umat pada hari Minggu dan bukan pada hari Jumat bertepatan dengan tahun baru 2565 karena umat Katolik etnis Tionghoa sedang merayakannya di keluarga masing-masing.

Dalam perayaan ekaristi ini juga dibagikan buah jeruk khas Tahun Baru Imlek, juga Angpao yang merupakan hasil jerih payah kerja yang dibagikan kepada anak-anak. Dalam penutup Sr. Moniq mengungkapkan ucapan terima kasihnya mewakili umat Tionghoa Kotabaru kepada Pastor dan seluruh umat dan mengundang Pastor dan umat untuk menikmati hidangan makan siang bersama di Aula Gereja.

Perayaan Ekaristi meriah ini diiringi oleh paduan suara yang beranggotakan umat Katolik Tionghoa Kotabaru. Beberapa lagu berbahasa Mandarin yang dinyanyikan dalam Perayaan Ekaristi ini menambah kuatnya kesan Imlek. Para petugas liturgi juga disiapkan

Umat yang mengikuti Perayaan Ekaristi Imlek di Gereja

(Agustinus Setyo Budiyono)

RD Sigit dan RP Silvasius, CP edisi 23 - 2014

47

LINTAS PAROKI

Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda

Rekoleksi Umat

Dalam Sinode Keuskupan Banjarmasin 2013 umat menyadari akan kurangnya pengetahuan, pemahaman, penghayatan iman Katolik serta ajaran Gereja. Sebagai tindak lanjut atas permasalahan tersebut, maka Paroki Santa Perawan Maria YTTN mengisi rangkaian perayaan 75 Tahun Paroki salah satunya dengan mengadakan rekoleksi umat.

Rekoleksi Umat di Wilayah Anna

Rekoleksi umat diadakan di tiap-tiap wilayah sepanjang bulan Maret 2014. Waktu dan tempat pelaksanaan diserahkan sepenuhnya pada masing-masing wilayah. Wilayah bisa mengambil tempat di salah satu rumah umat maupun di aula gereja. Lama rekoleksi kurang lebih 3 jam. Dalam pelaksanaannya akan diadakan absensi dan nantinya ada evaluasi. Umat yang tidak bisa ikut rekoleksi saat di wilayahnya, bisa ikut di wilayah lainnya.

‘Bawalah Yesus kepada Sesama’

Lomba Outbond Sekami, Hari Anak Misioner Sedunia ke–171

Hari Anak Misioner Sedunia ke171 yang jatuh tgl 5 Januari 2014 dirayakan tanggal 26 Januari 2014 dengan maksud ada persiapan yang cukup bagi panitia untuk untuk mengemas dalam bentuk lomba outbond Antar Wilayah. Penyelenggara kegiatan adalah Bidang Pewartaan Seksi Bina Iman Anak dan Sekami dan Panitia Pelaksana sepenuhnya dipegang oleh Kaum Muda Paroki.

Tema kegiatan adalah ‘Bawalah Yesus kepada Sesama’ dengan tujuan menanamkan semangat beriman, berbagi dan bermisi bagi anak dan mengaktifkan Sekami di tingkat komunitas, wilayah maupun paroki.

Di akhir kegiatan peserta diberi permenungan oleh Rm. Sapta melalui permainan

Tanggapan dari anak-anak peserta sangat positif karena komentar seperti gamenya seru dan unik, bisa belajar bekerja sama dan sabar, mendapat banyak teman, lebih mudah mengenal Yesus, mengesankan karena mendapat pesan-pesan tertentu. (ozo)

48

edisi 23 - 2014

LINTAS PAROKI

Paroki Bunda Maria Banjarbaru

Rekoleksi di Balai Musafir Banjarbaru

“Dalam hitungan detik, setiap kelompok silahkan berbaris dari usia termuda ke usia tertua… ya!!!” Maka semua peserta rekoleksi berhamburan ingin menjadi tercepat dalam permainan itu. Itulah bagian dari rekoleksi bertema ‘AKU SEKARANG DAN AKU NANTI’.

Sebanyak 33 siswa-siswi SMA/SMK se-Paroki Banjarbaru, yang selama ini dibimbing oleh Ibu Veronica Nurhayati, Guru Agama dari SMAN1 Banjarbaru. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Minggu 16 Februari 2014 pukul 08.00 – 14.00 WITA, di Balai Musafir milik Kongregasi MSF di Banjarbaru. Rekoleksi ini dibimbing oleh Bapak Didik Purwanto dari Bimas Katolik Banjarbaru.

Kegiatan dimulai dengan pembagian kelompok sharing, dilanjutkan dengan doa Taise sebagai doa pembuka. Beberapa pesan menarik dan penting dari rekoleksi ini. Pertama, peserta diajak untuk menyadari bahwaTuhan selalu ada bersama mereka di saat suka dan duka. Tuhan membimbing mereka melalui banyak cara, misalnya melalui orang tua, dan teman. Kedua, peserta diajak untuk menyadari bahwa orang tua berperan penting dalam kehidupann mereka. Orang tua selalu mendukung apa pun cita-cita mereka. Orang tua selalu ada untuk mereka. Orang tua selalu mengkhawatirkan

tentang perkembangan mereka. Di balik segala larangannya, orang tua punya maksud yang baik. Ketiga, peserta juga diajak untuk belajar agar dapat meraih citacitanya.

Kegiatan rekoleksi ini ditutup dengan doa Taise. Setelah mengikuti rekoleksi ini peserta membuat perjanjian dengan diri masing-masing untuk menjadi lebih baik, agar dapat mencapai cita-cita dan impiannya.

Semua peserta merasa tersentuh ketika menyanyikan lagu Jesus, remember me when you come into Your Kingdom yang diulang berkali-kali sambil mengingat kebaikan Tuhan. Semua pulang dengan membawa semangat baru untuk senantiasa membaharui diri.

Rekoleksi ini merupakan kegiatan mandiri.

Setiap siswa mengumpulkan dana setiap minggu selama sebulan untuk kegiatan ini. Ternyata ada ibu (orangtua siswa) yang tersentuh dengan semangat para siswa-siswi Katolik se-Paroki Banjarbaru ini, sehingga mau menjadi donatur. Terimakasih Ibu! (Penulis: Agatha Febri)

edisi 23 - 2014

49

LINTAS PAROKI

K H B P r e t C s 2 u S ban m la bam a M Se t a asi p Em i St d

S t a s i Sebamban 2C adalah salah satu dari beberapa stasi Paroki Stella Maris Sungai Danau yang umatnya sebagian besar adalah pendatang.

Kunjungan pastor ke stasi ini kadang hanya 1 kali dalam 1 bulan. Namun umat stasi 2C tetap mengadakan Ibadat Sabda setiap hari minggu walaupun tidak ada kunjungan dari Pastor maupun Suster. Selain itu doa keluarga dilaksanakan setiap rabu malam di rumahrumah umat secara bergiliran.

Hari Selasa sore tanggal 18 Februari 2014, Sr. M. Editha Meluk, PBHK dan Sr. M Jeviana Dearaujo PBHK mengunjungi stasi Sebamban 2C. Sr. Edit dan Sr. Jevi mereka lansung mengunjungi beberapa rumah umat untuk bersilahturahmi dan bekenalan. Malam hari Suster mengajak umat untuk hadir di gereja, berdoa bersama dan membicarakan rencana beberapa hari ke depan, perkenalan dan menjalin keakraban dengan umat.

Hari Rabu 19 Februari 2014 suster-suster melanjutkan kunjungannya. Sore hari pertemuan dengan anak-anak. Sr. Jevi mengajak anak-anak untuk berdoa dan bermain bersama. Malam hari dilanjutkan dengan pendalaman iman di rumah Bapak Agustinus

50

edisi 23 - 2014

Toa yang dipimpin oleh Sr. Editha.

Hari Kamis 20 Februari 2014 Sr. Editha dan Sr. Jevi tetap berkeliling dari satu rumah ke rumah umat yang lain. Sore harinya anak-anak datang ke gereja bercengkerama dengan suster, berdoa dan bernyayi. Anak-anak juga diajak untuk membersihkan lingkungan gereja. Malam hari dilanjutkan dengan pendalaman iman serta sharing khusus mengenai panggilan. Pada malam itu Sr. Editha menjelaskan struktur dan tugas masing-masing pengurus Gereja.

Hari Jumat 21 Februari 2014, suster-suster dari pagi sampai siang tetap mengujungi umat dari rumah ke rumah. Pada siang disaksikan oleh 2 orang suster, Gereja Stasi 2C mendapat bantuan dari donatur berupa 1 buah piano, 1 Set kursi, 6 buah kipas angin, da 1 set sound system. Sumbangan ini serahkan oleh Bapak Agustinus Toa kepada Ketua Umat 2C yaitu Ibu Tresia Tresiana. Sore hari suster memberikan pendalaman iman bagi anak-anak. Pukul 18.00 diadakan Ibadat Sabda dan Adorasi singkat namun berkesan bagi umat yang jarang mengikuti Adorasi seperti ini. Setelah Ibadat Sabda dan Adorasi, acara dilanjutkan dengan santap malam nasi bungkus bersama-sama di teras gereja yang dipersiapkan ibu-ibu. Walau hanya dengan nasi bungkus namun suasana hangat dan akrab sangat terasa malam itu. Bahkan anak-anak muda mengajak suster-suster bermusik setelah makan malam.

Keesokan harinya, Sabtu 22 Februari 2014 sekitar pukul 11.30 wita Sr. Editha dan Sr. Jevi diantar dengan Truk untuk pulang lagi ke Asam-Asam. Suster diberi kenangan-kenangan berupa bibit pohon kelapa, pisang dan sayur-sayuran dan sepasang ayam kampung untuk dipelihara (yen)

KONSULTASI ANAK/REMAJA

Perlukah Bimbingan Belajar di Luar Waktu Sekolah?

Oleh: Laura Sugiharto, S.Psi. Pertanyaan: Anak saya sudah kelas 6. Seperti yang kita ketahui bahwa anak kelas 6 wajib ikut pelajaran tambahan setelah jam pulang sekolah di sekolah setiap Senin hingga Kamis. Karena itu anak saya harus pulang dari sekolah setiap hari Senin sampai Kamis itu pukul setengah empat sore. Nah biasanya les di sekolah hanya seminggu dua kali, sedangkan sore di hari lainnya ikut bimbingan belajar atau les di tempat lain lagi. Namun semenjak ada tambahan belajar ini, dia jadi mengeluh minta les di luar tadi dihentikan karena sudah terlalu lelah. Namun saya merasa berat karena kemampuan bahasa Inggris dan matematikanya masih kurang baik. Saya ingin menanyakan bagaimana caranya untuk mengatasi situasi ini?

(Ratna, Banjarmasin)

Jawaban:

Ibu Ratna, terima kasih telah mengajukan pertanyaan yang sangat baik ini. Untuk mendapat solusi yang terbaik dan tepat sasaran, ada baiknya jika pertama kenali dulu gaya belajar anak. Apakah anak yang bersangkutan tipe anak yang biasa belajar rutin setiap hari, baik secara mandiri atau didampingi orangtua di rumah, atau justru tipe anak yang jarang belajar rutin malah hanya belajar saat les. Lalu apa tipe anak yang cukup mengamati sudah paham atau tipe anak yang sangat tergantung untuk mendapatkan penjelasan dari guru? Apa penyebab anak tidak menguasai materi? Apa karena kurang kuat memahami konsep dasar materi yang dipelajari atau karena tidak suka materi tersebut karena alasan personal (misal pelajaran dianggap membosankan)?

Untuk tipe anak yang biasa belajar rutin, mandiri dan sekali mengamati konsep materi yang dipelajari sudah mengerti, sebaiknya orangtua cukup membelikan buku pelajaran yang menyajikan contoh soal beserta bahasannya yang cukup ringkas dan mudah dipahami anak. Sehingga anak bisa belajar sendiri secara lebih santai tapi serius, karena mereka tidak dibuat tegang dengan situasi les yang membuatnya merasa terbebani.

memerlukan penjelasan guru, maka untuk mengurangi rasa lelah karena les di luar rumah lagi, maka sebaiknya orangtua memberikan anak les di rumah saja. Namun les yang diberikan sebaiknya lebih pada penanaman langsung konsep dasar materi yang dipelajari tanpa bertele-tele dan banyak soal. Karena dengan anggapan latihan soal sudah diperkaya saat pelajaran tambahan di sekolah setiap hari, pekerjaan sekolah, dan pekerjaan rumah. Jadi fungsi les di sini sebagai upaya menanamkan konsep dasar materi dan juga mengulangi penjelasan secara singkat untuk materi atau soal yang dipelajari di sekolah. Jadi les tidak berlangsung terlalu lama dan anak dapat istirahat.

Sementara untuk alasan anak tidak bisa pelajaran tertentu karena tidak suka, anak perlu diberi alasan dan motivasi untuk lebih giat belajar materi pelajaran tersebut. Misalnya dengan memberikan penjelasan bahwa pelajaran tersebut selalu bermanfaat di kemudian hari, apapun cita-cita yang ingin dicapainya. Dalam hal ini buku pelajaran bukan sesuatu yang harus ditakuti atau dibenci.

Demikian saran dari saya. Semoga bermanfaat dan sukses untuk anak Anda.

Bagi anak tipe belajar saat les saja, dan sangat edisi 23 - 2014

51

OPINI

Tinjauan Yuridis Statuta Keuskupan Banjarmasin 2013 Oleh: Thomas Reddy Mountana

H

ukum adalah sebuah sistem yuridis yang diciptakan untuk mengorganisir aspek-aspek sosisal manusia dalam kehidupan bersama. Hukum tidak diperlukan di tempat dimana tidak ada manusia atau tidak ada relasi dan interaksi sosial antara manusia. Selanjutnya karakter dari setiap system yuridis bergantung pada hakikat dan karakteristik masyarakat yang hendak diatur oleh system tersebut. Sejauh mana Gereja yang didirikan oleh Kristus di dunia ini memiliki dimensi dan struktur sosial sehingga sungguh-sungguh membutuhkan hukum?

Hukum tidak dimaksudkan sekedar untuk mengatur perilaku umat, melainkan menjadi struktur sosial Gereja itu sendiri. Hukum berfungsi merestrukturisasi Gereja umat Allah. Itu berarti hukum bisa menentukan dan melengkapi lebih lanjut struktur dan organisasi Gereja, dengan menciptakan situasi atau entitas yuridis di dalamnya, misalnya figur dan jabatan Paus, kolegium para uskup, vikaris jenderal atau vikaris yudisial.

Struktur yuridis Gereja mencakup tiga unsur: 1. Unsur konstitutif fundamental, yakni ikatan-ikatan yang menyatukan umat beriman ke dalam Gereja dan ikatan dengan hierarki.

2. Unsur-unsur organisatoris, misalnya jabatan-jabatan gerejawi.

3. Norma untuk mengatur perilaku serta mengembangkan aktivitas umat beriman dan hierarki.

Menurut Kanon 331 Paus atau Uskup Gereja Roma mewarisi secara tetap tugas yang diberikan oleh Tuhan Yesus hanya kepada Petrus, yang menduduki tempat pertama di antara para rasul dan harus diteruskan kepada para penggantinya. Ia sekaligus adalah kepala kolegium para uskup, wakil Kristus dan Gembala Gereja Universal di dunia ini. Karena itu berdasarkan tugasnya dalam Gereja ia mempunyai kuasa berdasarkan jabatan (potestas ordinaria), yang sifatnya tertinggi, penuh, langsung dan universal, yang selalu dapat dijalankan dengan bebas. Kuasa tertinggi yang dimiliki Paus

52

edisi 23 - 2014

menyangkut ketiga fungsi dari kuasa kepemimpinan, yakni kuasa legislatif, eksekutif dan yudisial.

Pembaharuan Kitab Hukum Kanonik yang berlaku sejak tahun 1917 dimulai secara resmi dan dengan intensif setelah tanggal 8 Desember 1965 akhirnya diundangkan Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 25 Januari 1983. Kitab Hukum Kanonik yang terdiri dari 1752 kanon, didestinasikan untuk Gereja Katolik Latin saja.

Statuta Keuskupan Banjarmasin 2013 mempunyai dasar-dasar yuridis yaitu uskup diosesan bertugas memimpin Gereja partikular yang dipercayakan kepadanya dengan kuasa legislatif, eksekutif dan yudisial menurut norma hukum (Kan 391 § 1). Dengan kuasa legislatifnya seorang uskup diosesan dapat menciptakan norma-norma untuk keuskupannya, atau untuk melengkapi undang-undang universal.

Produk legislatif uskup diosesan disebut undangundang partikular, yang diatur dalam Kan 8 § 2 mengenai cara dan bentuk promulgasinya (Kan 7 menegaskan bahwa UU mulai ada pada saat diundang-undangkan).

Hukum Gereja perlu terus menerus diperbaharui.

Sebagai persekutuan kaum beriman kristiani yang bersifat ilahi namun sekaligus duniawi, Gereja belum mencapai kepenuhan dan kesempurnaannya. Gereja belum lengkap dan belum paripurna dalam mewujudkan Kerajaan Allah. Karena itu, Gereja harus bertumbuh kembang terus menerus sampai akhir zaman.

Hukum menjadi sarana spesifik dalam proses tersebut. Hukum mengikat, mempersiapkan dan mengarahkan komunitas umat beriman untuk terus berupaya menggapai kesempurnaan itu. Gereja itu bukan saja realitas ilahi melainkan juga manusiawi.

Karena itu ia membutuhkan tatanan dan pengaturan dalam menghadirkan Kerajaan Allah. *** Sumber: Dokumen Konsili, Sumber Hukum, Kitab Hukum Kanonik, Dokumen Takhta Apostolik