KKN-PPM UGM Magazine| PESISIR BOALEMO: A Glimpse of Us

Aktivitas

What’s In

Cerita Kami

Vakansi

Cur-Col

Galeri

PesisiR BoaLemO KKN-PPM UGM Magazine

Issue August 2022

Foto oleh Prabandaru Wahyuaji

A Glimpse of Us

Karya Kami

Redaktur Penaggung Jawab Muhammad Sulaiman, S.T., M.T., D.Eng. Editor Afifatul Millah N.A.H. Artistik Fachrial Ayub Afifatul Millah N.A.H. Fotografer Prabandaru Wahyuaji Galuh Sekar Ardanariswari Afifatul Millah N.A.H

EDITORIAL EDITORIAL

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan wilayah yang ditetapkan oleh NKRI untuk menyelenggarakan fungsi dan tujuan ekonomi nasional karena memiliki potensi geostrategis dan ekonomi yang tinggi. Agenda utama pengembangan KEK Teluk Tomini adalah pengembangan ekonomi berbasis potensi desa. Namun, dalam tiga tahun terakhir, belum ada lagi program berarti untuk mengoptimalisasi potensi. Ini disebabkan karena pandemi COVID-19 yang mengharuskan pemerintah mengalokasikan dana infrastuktur ke kesehatan masyarakat. Selain itu, paradigma pembangunan Indonesia secara umum masih berfokus pada pulau Jawa dan Sumatera.

Merespon hal itu, Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pesisir Boalemo (2022-GO001) hadir untuk menginisiasi pembangunan desa berbasis kearifan lokal di Provinsi Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kecamatan Tilamuta, tepatnya di Desa Pentadu Timur, Desa Pentadu Barat, dan Desa Bajo. Pelaksanaan KKN ini dilakukan secara kolaboratif bersama dengan Universitas Negeri Gorontalo yang sebelumnya telah melakukan penandatanganan MOU kerja sama pada 31 Januari 2022 di Rektorat UGM. Bagi kami, selain sebagai program pengabdian mahasiswa, KKN adalah ajang aktualisasi diri dalam menerapkan ilmu dan melatih empati. Implementasi KKN tercermin pada pelaksanaan program kerja yang telah disesuaikan dengan potensi lokasi sasaran. Perpaduan antara mahasiswa dari latar belakang yang beragam serta partisipasi aktif dari masyarakat kemudian menciptakan harmonisasi sehingga mampu menghasilkan solusi yang inovatif dan berkelanjutan.

Lewat edisi “Pesisir Boalemo: A Glimpse of Us” ini, kami mengajak Anda menengok cerita program-program kerja yang telah kami lakukan dalam rubrik Aktivitas. Anda juga akan disajikan ulasan kekayaan wisata dan keindahan alam Boalemo dalam “Vakansi” dan ikut merasakan pengalaman KKN tak terlupakan lewat “Cerita Kami”. Selamat membaca!

Editor, Afifatul Millah

Redaktur Pelaksana Zahra Aulia Yasmin Jasmine Aulia Subagdja Yasmin Shafitri Zein Syafatasya Nabila Zees Maylisa Fitriani Fachrial Ayub S. N. Fauzan Ali Ramadhan Ferdiansyah Lasena Prabandaru Wahyuaji Windi Nuari Rakhmawati Galuh Sekar Ardhanariswari Hazza' Hammam Nawwaruddin kkn.ugm.pesisirboalemo@gmail.com

Peta Tiga Desa Lokasi KKN Pesisir Boalemo

Ini adalah salah satu kapal nelayan yang kami masuki. Kapal ini bisa bermuatan 20 awak kapal.

Satu kapal bisa mengangkut berton-ton ikan.

Jenis ikan yang ditangkap biasanya ikan Cakalang dan Tuna. Ikan-ikan itu kemudian disimpan di peti penyimpanan yang berada di bagian bawah kapal.

Kapal ini biasa melaut selama 2-3 hari, tergantung cuaca dan hasil tangkapan hari itu. Kapal ini tidak dimiliki oleh nelayan melainkan dimiliki oleh seorang saudagar ikan. Biasanya awak kapal akan dijatah satu ember penuh berisi ikan cakalang. Jika seorang awak sudah dianggap senior, ia bisa mendapatkan dua hingga tiga ember ikan.

Nyala Tilamuta di

Teks oleh Afifatul Millah

­ ­

­

­

Cafe apung di Pentadu Barat

menyajikanmakanan khas pesisir: seafood.

Di pagi hari, Tilamuta menawarkan sarapan sederhana: nasi kuning cakalang gurih ditemani pedasnya sambal dan sedikit gorengan di halaman rumah dan kursi-kursi plastik. Dihargai lima ribuan saja, kami sudah puas menampung energi untuk menyusuri perkampungan.

BIOPORI,

Lubang Resapan Penyelamat Lingkungan Lestari Teks oleh Windi Nuari Rakhmawati

Genangan air hingga banjir menjadi permasalahan warga di beberapa daerah di tanah air terutama ketika musih penghujan tiba. Pembangunan permukiman dan prasarana jalan mengakibatkan air dibuang melalui saluran drainase dan tidak meresap ke dalam tanah. Teknologi alternatif dan sederhana untuk penyerapan air hujan dan sebagai penyedia air bersih dikenal sebagai lubang biopori. Lubang biopori menggunakan pipa yang ditanam tegak lurus di bawah tanah. Lubang biopori dikembangkan dengan prinsip ekohidrologis yaitu memperbaiki kondisi dan fungsi hidrologis ekosistem tanah.

Pengaplikasian teknologi ini dapat dilakukan pada kawasan kedap air maupun persawahan dan perbukitan.

Setelah tim mahasiswa KKN-PPM UGM Unit GO001 Boalemo tiba dilokasi Desa Pentadu Timur untuk melakukan observasi, ditemukan beberapa fakta kondisi lingkungan diantaranya terjadi genangan di halaman rumah warga. Melihat hal tersebut, kami berdiskusi dengan masyarakat terkait penyebab dan solusi apa yang sudah dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan genangan air terutama pada saat musim penghujan tiba. Genangan air ini dapat menjadi satu permasalahan serius jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan bahaya seperti dampak bagi kesehatan berupa demam berdarah dimana jentik-jentik nyamuk hidup di genangan air. Untuk mengatasi permasalahan ini, kami merekomendasikan pemasangan biopori pada beberapa titik lokasi dan memberikan edukasi kepada masyarakat.

Pertama, program ini dimulai dengan survei untuk menentukan lokasi yang sesuai. Tepat dimana Pentadu Timur diguyur hujan lebat selama satu hari, genangan air pun muncul. Dari situ, kami bergegas untuk melakukan survei lokasi genangan air. Fokus awal kami melakukan survei ke Dusun I. Genangan air yang ditemukan ada sekitar 16 titik pada beberapa rumah dan fasilitas umum seperti masjid. Setelah

itu, kami berdiskusi dengan tim kami dan meminta izin pemasangan biopori kepada pemilik rumah bahwasanya rumah yang ditempati terdapat genangan air.

Kegiatan pemasangan biopori ini didukung oleh pemerintah desa serta bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Boalemo dan Dinas PUPR. Sebelum pelaksanaan kegiatan pemasangan biopori, diadakan sosialisasi guna memberikan edukasi kepada masyarakat. Sosialisasi ini melibatkan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Boalemo sebagai pengisi materi tentang biopori. Pada sosialisasi tersebut dijelaskan pula alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan biopori. Setelah sosialisasi dilanjutkan dengan pemasangan biopori secara simbolis pada halaman masjid Ar-Ridha Dusun I Desa Pentadu Timur. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 28 Juli 2022 yang dihadiri oleh Kepala Desa Pentadu Timur beserta perangkat desa dan masyarakat setempat.

Pembuatan lubang biopori ini dilakukan oleh tim kami mulai dari pengadaan alat dan bahan seperti pipa PVC, bor tanah, bor listrik dan sampah organik. Pembuatan biopori ini dimulai dengan beberapah tahapan. Pertama, memotong pipa yang panjangnya sesuai dengan hasil survei tinggi muka air tanah. Setelah itu, pipa dilubangi pada sisinya dengan jarak tertentu menggunakan bor listrik.

Setelah pipa jadi, kami kemudian membuat lubang tegak lurus pada tanah dengan bor tanah. Lubang yang sudah siap kemudian dimasukkan pipa ke dalamnya. Lubang tersebut kemudia diisi dengan sampah organik yang bertujuan agar tanah menjadi subur. Terakhir, lubang ditutup menggunakan tutup pipa atau kawat.

Pemasangan biopori yang tidak membutuhkan biaya besar tetapi dapat memberikan efektivitas dan dampak jauh lebih besar untuk keberlanjutan lingkungan yang lestari. Ayo peduli lingkungan bersama biopori!

Menanam Kebaikan Si Hijau Kecil Mangrove Teks oleh Galuh Sekar Ardhanariswari

angrove merupakan vegetasi hutan yang berada di antara garis pasang surut yang bisa tumbuh di pantai karang yang lapisan atasnya ditutupi oleh lapisan tipis pasir, lumpur, ataupun pantai berlumpur. Mangrove memiliki peran yang cukup penting di dalam suatu ekosistem terutama di wilayah pesisir karena memiliki fungsi sebagai penahan ombak dan pencegah terjadinya abrasi. Wilayah pesisir memiliki ancaman terjadinya abrasi yaitu pengikisan tanah pada daerah pesisir pantai yang diakibatkan oleh ombak dan arus laut. Ancaman abrasi ini mulai mengintai di salah satu wilayah pesisir di Desa Pentadu Timur, Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo. Fakta adanya ancaman abrasi bisa terlihat dari beberapa bagian pesisir di Desa Pentadu Timur mulai jarang terlihat adanya mangrove atau kerapatan mangrove mulai berkurang dan ada beberapa mangrove yang rusak.

Melihat fakta tersebut membuat kami, mahasiswa KKN-PPM UGM Pesisir Boalemo, melaksanakan program kerja penanaman mangrove di Desa Pentadu Timur. Penanaman mangrove ini dilakukan sebagai salah satu langkah untuk menanggulangi bencana abrasi dan sebagai bentuk peduli lingkungan yakni dengan menjaga kelestarian mangrove. Dalam pelaksanaan penanaman mangrove, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan seperti kesediaan bibit yang disesuaikan dengan jenis mangrove yang ditemukan di wilayah pesisir Desa Pentadu Timur dan pemberian jarak tanam antar bibit mangrove yang ditanam. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah jarak pasang surut untuk dapat menentukan waktu yang tepat untuk penanaman mangrove.

Penyediaan bibit dibantu oleh Dinas BPDAS Bone Bolango. Total bibit yang kami tanam berjumlah 281 bibit dengan jenis mangrove yang ditanam yaitu Ceriops tagal. Pemilihan jenis Ceriops tagal disesuaikan dengan jenis mangrove yang hidup di sekitar pesisir Desa Pentadu Timur banyak didominasi oleh jenis tersebut. Kegiatan penanaman bibit mangrove ini dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2022 yang dihadiri oleh Kepala Desa Pentadu Timur dan perwakilan Camat Tilamuta.

Penanaman dilakukan serentak oleh masyarakat, mahasiswa, dan perwakilan dinas lingkungan hidup.

Kegiatan penanaman mangrove menjadi salah satu kebaikan yang ditanam untuk berbuah di masa depan nanti. Dari bibit yang kecil bisa menyelamatkan dunia dan manusia, bibit mangrove mampu berkembang tumbuh menjadi suatu pohon dengan akar yang kuat untuk menahan gelombang dan mampu menyimpan karbon yang dapat mengurai pemanasan global.

Aksi kami di Desa Pentadu Timur memiliki harapan agar si kecil hijau yang kami tanam bisa berkembang dan tumbuh kuat seperti akar mangrove yang mampu bertahan dari kerasnya gelombang laut. Penanaman mangrove ini juga diharapkan mampu membangun persepsi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar terutama daerah pesisir.

Pengembangan Pariwisata Desa dengan Masterplan Ekowisata Teks oleh Fauzan Ali Ramadhan

isata Tambatan Hati Pelangi adalah salah satu destinasi wisata yang dimiliki oleh Desa Pentadu Timur, tepatnya berlokasi di Dusun Tambe.

Sebagai kawasan wisata mangrove, Tambatan Hati Pelangi memiliki keunikan dibanding lokasi lainnya. Sejauh mata memandang terdapat hamparan keindahan laut yang memberikan rasa nyaman.

Sayangnya setelah dibangun pada tahun 2017, wisata ini tak lagi dikunjungi wisatawan. Keadaan infrastruktur yang tidak terurus ditambah pandemi COVID-19 membuat wisatawan urung mengunjunginya. Menurut Kepala Desa Pentadu Timur, Thomas Paera, matinya wisata ini dikarenakan alokasi dana yang tidak mencukupi sehingga engelolaan kawasan masih belum optimal. Ada banyak fasilitas yang sudah tidak bisa digunakan, misalnya saluran listrik yang sudah terputus. Bagian paling penting yakni area tracking dermaga juga sudah tidak aman untuk digunakan karena sudah banyak kayu yang lapuk karena termakan usia dan cuaca.

Setelah melalui observasi dan diskusi, tim KKN sub-unit Desa Pentadu Timur memutuskan melakukan beberapa program kolaborasi interdisipliner yang mendukung pengembangan kawasan wisata mangrove ini. Beberapa program di antaranya, (1) inspeksi kualitas bangunan, (2) perencanaan program ekowisata, dan (3) re-design infrastruktur yang kemudian kami kombinasikan menjadi program besar pembuatan “Masterplan Ekowisata Mangrove Tambatan Hati Pelangi”.

Langkah awal yang kami lakukan adalah dengan melakukan observasi dan pengecekan kondisi infrastruktur yang ada di sana. Kami melakukan pengecekan dari material yang ada, pengecekan kondisi kelistrikan, dan juga fasilitas pendukung seperti kamar mandi dan aula. Pengukuran juga kami lakukan untuk mengetahui dimensi-dimensi dari material penyusun dan struktur bangunan di kawasan wisata mangrove ini. Hal ini dilakukan sebagai dasar untuk melakukan desain kawasan dimulai dari kondisi yang sudah ada hingga perencanaan pengembangan kawasan.

Bersamaan dengan pengecekan kondisi awal dan pengukuran lokasi, kami menganalisis masalah dan potensi yang ada di kawasan ini. Dari hasil analisis tersebut kami mengambil kesimpulan bahwa wisata Tambatan Hati Pelangi masih memiliki banyak potensi yang dapat dikembangan.

Pengembangan wisata ini dapat diupayakan dengan membuat paket wisata edukasi, snorkeling, dan yang lainnya. Rencana pengembangan ekowisata mangrove disusun dengan mencari referensi dari kawasan wisata mangrove yang sudah ada di daerah lain. Beberapa hal yang belum ada pada wisata Tambatan Hati Pelangi kemudian kami tambahkan pada perencanaan ekowisata ini.

Selain itu, kami turut membuat rencana penambahan fasilitas. Bisa dilihat pada desain di samping ada tambahan menara pandang dan aula.

Proses visualisasi desain kami susun berdasarkan hasil pengecekan dan juga rencana pengembangan yang baru. Visualisasi 2D disusun menggunakan aplikasi AutoCad dan visualisasi 3D disusun menggunakan SketchUP dan Enscape. Visualisasi ini diharapkan memberikan gambaran bagi para awam yang membaca Masterplan Ekowisata Mangrove Tambatan Hati Pelangi.

Seperti itulah cerita kami dalam mengembangkan kawasan wisata Tambatan Hati Pelangi.

Kami berharap agar destinasi wisata ini dapat menjaring kebermanfaatan, baik bagi Desa Pentadu Timur maupun warga masyarakat sekitar. Kami juga berharap bahwa potensi kawasan wisata ini yang begitu banyaknya dapat dimanfaatkan selebihnya dengan optimal.

Desain Aula dan menara pandang.

Sumber: Masterplan Ekowisata Mangrove Tambatan Hati Pelangi (2022)

Masterplan Ekowisata Mangrove Tambatan Hati Pelangi, Desa Pentadu Timur, dapat dibaca melalui https://issuu.com/kknpesisirboalemo2022.

(Nugget Ikan)

Solusi Pengembangan Ekonomi Istri Nelayan Teks oleh Afifah Rachma A Foto oleh Muhammad Fauzan

entadu Barat merupakan salah satu desa di Kecamatan Tilamuta yang berada tepat di pesisir pantai. Profesi sebagai nelayan pun digandrungi masyarakat sekitar. Hasil tangkapan berupa ikan laut langsung dijual dalam keadaan mentah atau dilakukan pengasapan terlebih dahulu.

Akan tetapi, hasil tangkapan nelayan masih belum banyak variasi pengolahannya. Menyikapi hal tersebut, tim KKN Kolaboratif UNG-UGM mengadakan bimbingan teknis dalam pembuatan olahan nugget yang berbahan dasar ikan dengan sasaran ibu - ibu di Desa Pentadu Barat.

Bimbingan teknis pembuatan nugget ikan dilakukan di Kantor Desa Pentadu Barat.

Kegiatan dihadiri oleh banyak ibu - ibu, baik dari dusun 1, dusun 2, maupun dusun 3.

Tim KKN Kolaboratif UNG-UGM mendampingi secara langsung dari penyampaian materi hingga bimbingan teknis pembuatan nugget ikan. Ibu-ibu yang hadir sangat antusias memerhatikan dan mempraktekkan pembuatan nugget ikan dari awal hingga akhir. Antusiasme tersebut diabadikan oleh salah satu peserta melalui live streaming di laman facebook pribadinya. Hasil nugget yang sudah jadi langsung dibawa pulang oleh ibu-ibu yang hadir. Tidak hanya mengajarkan mengenai pembuatan nugget saja, tetapi juga hingga pengemasan bahkan sosialisasi hak milik merk apabila ingin dilanjutkan menjadi usaha pribadi kedepannya. Pengemasan dilakukan dengan vacuum sealer dan seluruh peserta yang hadir berkesempatan untuk mecoba penggunaan alat tersebut.

“Ilmu baru yang menarik, langsung dibimbing oleh mahasiswa,” ujar salah satu ibu.

Bagi kami mahasiswa, ini menjadi pengalaman yang tidak terlupakan, melihat senyum lebar ibu-ibu menunjukkan antusias dan bahagianya membuat nugget. Diharapkan dari adanya bimbingan teknis pembuatan nugget ikan ini dapat mendorong inovasi baru olahan ikan yang nantinya apabila dikembangkan lebih lanjut dapat menjadi tambahan penghasilan sehingga mampu mendorong perkonomian masyarakat di Desa Pentadu Barat.

(Policy Brief)

Sebuah Usaha untuk Mengatasi Masalah Sampah di Pesisir Tilamuta Teks oleh Yasmin Safitri Zein Foto oleh Prabandaru Wahyuaji

ejauh mata memandang di kawasan Pesisir Pantai Tilamuta terdapat tumpukan sampah.

Sampah-sampah berserakan mulai dari bekas popok, sampah kain bekas pakaian, sampah plastik, sampah botol, bahkan sampah bekas kursi, dan tiang rumah. Bisa dibayangkan bagaimana warga selalu membuang sampah di pesisir pantai. Berangkat dari hal tersebut, kami mencoba membuat kuesioner mengenai tempat pembuangan sampah penduduk. Dari 50 responden, diperoleh hasil 66% dari mereka membuang sampah langsung ke laut.

Setelah itu disusul dengan pembakaran sampah sebesar 20%, pembuangan di darat sebesar 6%, dan 8% sisanya memilih untuk membuang di laut atau dibakar yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Para responden mengaku tidak memiliki pilihan lain selain membuang sampah langsung di laut atau membakarnya. Pembuangan sampah secara langsung ke laut dilakukan oleh masyarakat dengan alasan tidak tersedianya tempat sampah yang memadai. Sementara itu, pembakaran sampah dilakukan oleh masyarakat yang memiliki lahan kosong dengan alasan agar sampah tidak menumpuk karena tidak diangkut. Sebagian responden lainnya membakar sampah organik dan membuang sampah anorganik ke laut. Pengakuan lain yang diperoleh dari masyarakat pesisir adalah sampah yang memenuhi Pesisir Kecamatan Tilamuta tidak hanya berasal dari sampah masyarakat setempat, tetapi juga berasal dari tempat lain yang dibawa oleh arus ombak pada saat angin muson timur berhembus.

Sejak hari pertama kami sampai di Tilamuta, kami sangat jarang melihat tempat sampah. Terkadang kami sampai bingung harus membuangnya ke mana hingga harus mengantonginya sampai pondokan. Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan Tempat Penampungan Sampah Reuse, Reuse, dan Recycle di Desa Bajo, Desa Pentadu Barat, dan Pentadu Timur tidak beroperasi sebagaimana mestinya. Sistem pengangkutan sampah juga beum dilakukan secara menyeluruh. Pengangkutan sampah di wilayah Kecamatan Tilamuta tidak sampai memasuki area pesisir. Proses pengangkutan sampah hanya dilakukan jika ada acara tertentu saja.

Berdasarkan hasil observasi tersebut, kami berpikir untuk membuat sebuah program kerja yang dapat membantu mengatasi masalah sampah. Kami melakukan pembersihan sampah secara langsung di pesisir pantai bersama teman-teman UNG. Namun, usaha tersebut tentu tidak dapat menghilangkan sampah begitu saja karena pasti keesokan harinya akan muncul lagi. Oleh karena itu, kami membuat sebuah program kerja berupa Policy Brief atau saran kebijakan dengan sasaran pemerintah setempat. Harapannya adalah agar Pemerintah Kabupaten Boalemo dapat mengambil langkah serius untuk menghadapi permasalahan sampah.

Policy brief yang kami buat berisi kajian atas permasalahan sampah yang berpengaruh terhadap berbagai sektor. Selain melakukan observasi langsung di lapangan, kami juga melakukan kajian interdisipliner terkait pengaruh dan dampak sampah di pesisir pantai untuk kesehatan hewan, ekosistem laut, pariwisata, dan kesehatan manusia. Kajian pustaka dilakukan oleh masing-masing dari kami sesuai dengan bidang keilmuan di bangku kuliah. Kami juga melakukan kajian pembuangan sampah dari perspektif hukum. Di bagian akhir kami mencantumkan rekomendasi kebijakan, baik rekomendasi dari perspektif hukum, rekomendasi fasilitas pengelolaan sampah, hingga rekomendasi lokasi TPS.

Sebelum dilakukan audiensi dengan bupati Boalemo, dilakukan assessment oleh mitra bestari terhadap policy brief yang telah kami buat. Mitra bestari yang terlibat dalam hal ini adalah Andika Putra, S.H. M.H., LL.M. dosen hukum lingkungan UGM, Prof. Dr. Fenty U. Puluhulawa, SH. M.Hum dekan Fakultas Hukum UNG, dan drh. Asrieana S. Dunggio dokter hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gorontalo.

Assessment dilakukan dengan mengisi lembar scoresheet sesuai dengan skor yang tersedia. Hasil policy brief yang telah direview oleh mitra bestari kemudian diserahkan kepada pihak Pemerintah Kabupaten Boalemo sekaligus audiensi langsung kepada Bupati Boalemo. Audiensi dilakukan pada tanggal 11 Agustus 2022 di rumah dinas Bupati Boalemo, yaitu Dr. Hendriwan, M. Si. Acara audiensi bejalan lancar dan mendapat sambutan yang baik oleh pihak bupati. Bahkan pihak pemerintah mengatakan akan menindaklanjuti rekomendasi kami mengenai pengadaan tempat sampah dan angkutan sampah di wilayah Pesisir Tilamuta.

“Policy Brief (Saran Kebijakan) atas Permasalahan Sampah di Pesisir Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo dari Perspektif Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Hewan, Lingkungan, Pariwisata, dan Hukum” merupakan salah satu program kerja utama dari Sub-unit Pentadu Barat. Pembuatan policy brief ini menjadi salah satu bentuk kontribusi pengabdian kami dalam membenahi permasalah yang ada di kawasan pesisir Tilamuta.

Output yang diharapkan dari kajian ini adalah dapat menjadi bahan referensi bagi pemerintah daerah dalam melihat akar permasalahan, keadaan pada status quo, serta rekomendasi di masa depan.

TAK ADA LAHAN PERTANIAN?

TAK MASALAH!!

esa Bajo sangatlah kaya dengan perikanan dan kelautannya.

Banyak jenis ikan yang ditangkap dan dibudidaya di sana. Masyarakat yang mayoritasnya menyantap ikan laut segar, tidak harus khawatir dengan kekurangan protein dan omega 3 nya, namun hal itu akan percuma jika tidak mengonsumsi vitamin, mineral, zat besi, serat, dan lainnya. Lalu, bagaimanakah cara supaya zat-zat tesrsebut terpenuhi? Jawabannya adalah dengan mengonsumsi sayuran.

Masalah kesehatan yang sering dijumpai oleh Masyarakat Desa Bajo adalah stunting. Stunting merupakan penyakit yang dialami oleh anak - anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi.

Stunting mengakibatkan anak - anak tidak tumbuh dengan optimal. Kekurangan gizi yang dimaksud adalah kekurangan asupan vitamin dan mineral. Sayuran hadir untuk menyediakan zat-zat tersebut. Dengan mengonsumsi sayuran secara rutin, masyarakat Desa Bajo dapat terhindar dari penyakit stunting tersebut. Namun, apa yang mengakibatkan masyarakat kurang makan sayuran?

Jarak pasar dan tidak adanya lahan pertanian menjadi penyebabnya.

Desa Bajo secara umum berada di atas laut. Desa yang letaknya di paling ujung Tilamuta itu tidak memiliki lahan/daratan untuk menanam sayuran sehingga masyarakat Desa Bajo harus membeli sayuran di pasar. Ada dua pasar yang dapat dikunjungi masyarakat Desa Bajo, yaitu Pasar Selasa dan pasar yang ada di Kota Tilamuta. Pasar Selasa merupakan pasar yang hanya ada di setiap hari Selasa saja. Pasar ini menyediakan beberapa jenis sayuran seperti tomat dan kangkung, namun harga yang dijual di pasar tersebut cukup mahal.

Pasar yang berada di Kota Tilamuta, letaknya cukup jauh (sekitar 20 - 30 menit jika mengendarai motor). Jarak ini akan menambah biaya pengeluaran jika masyarakat menggunakan bentor (becak motor).

Maka dari itu, masyarakat Desa Bajo hanya memiliki dua pilihan jika mau mengonsumsi sayuran, yaitu beli dengan harga yang cukup mahal atau belanja di tempat yang cukup jauh. Untuk memecahkan masalah tersebut, aparat Desa Bajo berencana untuk membuat hidroponik.

Hidroponik merupakan salah satu metode dalam budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan hara nutrisi bagi tanaman. Kelebihan dari menaman dengan hidroponik adalah (1) dapat menggunakan produk daur ulang seperti botol dan gelas plasti bekas, (2) pengengdalian hama yang sangat mudah, (3) kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih besar, (4) efisien dalam penggunaan air, dan (5) tidak perlu menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Semua kelebihan dari bercocok tanam hidroponik inilah yang mengakibatkan cara ini sangat cocok untuk diterapkan di Desa Bajo.

Aparat Desa Bajo telah mempersiapkan program untuk membuat hidroponik. Mahasiswa KKN PPM UGM Pesisir Boalemo pun turut hadir membantu mensosialisasikan metode hidroponik ini dengan harapan dapat menarik minat masyarakat untuk bercocok tanam dengan cara hidroponik dan juga menyukseskan program aparat desa.

Teks oleh Fachrial Ayub Surya Nugraha Foto oleh Prabandaru Wahyuaji

Sosialisasi ini dilaksanakan pada hari senin, 8 Agustus 2022 dan dihadiri oleh warga dan aparat desa di aula kantor desa. Pada saat sosialisasi, masyarakat dikenalkan dengan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat hidroponik. Jenis hidroponik yang dikenalkan kepada masyarakat adalah jenis hidroponik jenis wick, jenis ini merupakan jenis hidroponik pasih, yang dimana jenis air pada jenis ini tidak bergerak.

Diperkenalkannya hidoponik jenis ini dikarenakan biaya untuk membuat dan menjaganya tidak besar. Pada sosialisasi ini hidroponik yang diperkenalkan ini terbuat dari styrofoam, botol bekas, gelas plastik bekas dan kain flannel bekas. Jenis tanaman hidroponik yang ditanam juga cukup beragam pada sosialisasi kali ini, yaitu cabai, salada dan sawi. Terlihat saat pemaparan, warga antusias mengikuti kegiatan hingga akhir. Selain itu pada sosialisasi ini, juga diberikan skema untuk membuat hidroponik jenis pipa atau hidroponik air bergerak kepada aparat desa. Diharapkan setelah sosialisasi tersebut, masyarakat mampu menerapkan metode hidroponik ini di rumah masing-masing dan memenuhi gizi yang selama ini dibutuhkan.

Regenerasi Kontau Suku Bajo Tilamuta Foto dan Teks oleh Prabandaru Wahyuaji

uara alat musik mulai sahut-sahutan berirama dari salah satu rumah warga di Dusun Beringin 2, Desa Bajo, Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo.

Mendapati irama itu seperti pemecah kesunyian malam hari di desa pesisir pantai selatan Boalemo. Bersamaan dengan itu, secercah harapan bertumpu pada generasi muda Desa Bajo yang didapati sedang berlatih iringan musik untuk Kontau.

Mereka ialah beberapa anak laki-laki seusia sebaya Sekolah Dasar. Di samping kewajibannya menuntut ilmu pengetahuan di bangku sekolah, besar harapan generasi tua yang diwariskan kepada mereka akan kelestarian salah satu warisan budaya Suku Bajo, Kontau.

Kontau merupakan salah satu warisan budaya Suku Bajo berupa tarian. Tarian Kontau dilakukan secara berpasangan yang kemudian antar penari akan saling “adu silat” saat musik pengiring mulai dimainkan. Disebut demikian bukan berarti tanpa sebab, gerakan tarian ini secara umum akan terlihat seperti sepasang petarung yang sedang beradu kemampuan bela diri. Tak hanya itu, ternyata setiap gerakan mengandung arti tersendiri sehingga gerakan yang dilakukan tidak terkesan sembarangan. Oleh karena itu, beberapa pemain Kontau merupakan orang dewasa dari Suku Bajo yang berpengalaman.

Wilayah Desa Bajo Tilamuta yang dihuni oleh Suku Bajo membuat kehidupan masyarakat menjadi dekat dengan adat budaya. Dalam kehidupan sehari-hari, adat menjadi suatu pokok penting yang melatarbelakanginya. Sebut saja dalam kegiatan lamaran, pernikahan, ataupun acara penyambutan tamu kehormatan dari luar, tarian Kontau memiliki tempat tersendiri untuk ditampilkan pada saat-saat seperti itu. Sebagai pembuka iring-iringan keluarga mempelai laki-laki yang berangkat menuju kediaman mempelai perempuan, tarian Kontau kemudian ditarikan.Sebagai pembuka iring-iringan keluarga mempelai laki-laki yang berangkat menuju kediaman mempelai perempuan, tarian Kontau kemudian ditarikan.

Terkadang rombongan akan berhenti untuk menampilkan tarian Kontau di beberapa pemberhentian sebelum sampai di kediaman mempelai perempuan. Ketika sampai di kediaman mempelai perempuan, para penari Kontau dari pihak laki-laki akan menghadapi penari dari pihak mempelai perempuan. Hal itu membuatnya menjadi sajian yang sarat makna ketika hari penting pernikahan. Hal serupa juga ditemui ketika Kontau dihadirkan dalam penyambutan tamu kehormatan dari luar daerah yang mengunjungi Desa Bajo. Sebelum sampai ke tempat yang disediakan, rombongan tamu akan berjalan dengan diiringi tarian Kontau, berjalan menuju tempat yang disediakan.

Tarian Kontau menjadi bagian penting di setiap acara-acara di Desa Bajo. Oleh karenanya, upaya regenerasi budaya tarian tersebut penting untuk dilakukan. Terlebih perkembangan kehidupan masyarakat modern yang kian pesat masuk menjadi tantangan tersendiri bagi eksisnya jati diri budaya bangsa. Untuk itu, upaya pelatihan adat kontau pada anak-anak selaku generasi penerus budaya Suku Bajo kemudian dilakukan. Pelatihan ini dilakukan dalam beberapa tahapan. Pertama, anak-anak mulai diajarkan untuk berlatih alat musik pengiring tarian Kontau terlebih dahulu.

Kegiatan tersebut dilakukan waktu malam hari atas inisiasi mandiri salah satu warga Desa Bajo dan pemain Kontau, Om Beni.

Rizki, salah satu generasi muda yang belajar Kontau merasa bahwa Kontau itu keren dan indah. Kecintaan akan budaya sendiri seperti itu sangat bagus untuk kelestarian budaya. Dengan generasi penerus yang mencintai budayanya maka rasa peduli akan kelestarian budaya akan semakin besar. Hal itu sesuai dengan harapan generasi tua atas warisan budaya kepada generasi penerus sehingga kelestarian kontau di Desa Bajo, Tilamuta dapat terjaga di masa mendatang.

KEINDAHAN YANG TERSEMBUNYI DARI DESA BAJO

Teks oleh Zahra Aulia Yasmine Foto oleh Prabandaru Wahyuaji

Desa Bajo merupakan desa yang sangat unik. Hal tersebut dikarenakan hampir seluruh wilayahnya berada di atas laut. Budaya yang ada juga sangat berbeda dengan wilayah disekitarnya karena Karena lokasinya yang berada di atas laut dan memiliki budaya yang kental, Desa Bajo sangat cocok untuk dijadikan lokasi wisata terutama wisata bahari dan wisata budaya. Selain itu warga juga dapat membuat rumahnya untuk dijadikan lokasi homestay agar wisatawan dapat merasakan atmosfer budaya lebih dekat. Warga di Desa Bajo sangat ramah dengan pengunjung serta banyak anak-anak kecil yang dapat menemani pengunjung berputar-putar di desa.

Wilayah Desa Bajo tak hanya ada di satu pulau namun ada beberapa pulau lain yang dapat dikunjungi. Pulau-pulau tersebut dapat dilihat dari pulau utama. Kedepannya pemerintah desa akan membangun struktur dan infrastruktur yang lebih memadai untuk menunjang wisata yang ada. Pulau dapat diseberangi menggunakan perahu milik nelayan hanya dengan membayar satu jerigen bensin serta uang jasa untuk pengendara. Gelombang air laut sangat tenang dan hampir tidak ada ombak, sehingga anak-anak dapat bermain di tepi pantai. Sepanjang bibir pantai terhampar pasir putih yang luas dan indah untuk dipandang. Air laut juga tidak terlalu dalam serta banyak terumbu karang di bawahnya, sangat indah untuk menyelam.

Terdapat hiburan yang dapat dilihat di Desa Bajo yakni balapan perahu mini. Balapan perahu mini biasa dilakukan pada sore hari, semua orang yang dapat mengikutinya. Pelaksanaan balapan perahu mini terdapat aktivitas terselubung didalamnya yakni taruhan. Taruhan yang dilakukan mulai dari lima ribu rupiah berlaku dengan kelipatannya.

Terdapat rencana pembangunan cafe di tengah laut yang harapannya dapat menarik orang-orang untuk datang mengunjungi Desa Bajo. Pemandangan yang dapat dilihat dari lokasi perencanaan cafe sangat indah yakni laut dan pulau-pulau kecil yang ada di sekitar Desa Bajo.Terdapat spot-spot yang dapat digunakan untuk melihat keindahan matahari terbit maupun tenggelam. Terdapat lokasi yang sering dikunjungi untuk melihat matahari tenggelam yaitu di Puncak Bajo. Puncak Bajo sering dikunjungi untuk melihat pemandangan dari pegunungan yang ada di Sulawesi serta keindahan laut, di sore hari tempat ini merupakan spot strategis untuk melihat sunset atau matahari tenggelam.

Potensi-potensi yang ada di Desa Bajo terutama potensi wisata baiknya dimanfaatkan lebih baik lagi agar dapat membantu pendapatan di sana.

Pemetaan potensi wisata dilakukan untuk menetapkan dan mengetahui lokasi-lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan kedepannya. Selain itu, tujuan lainnya adalah agar dapat mengetahui persebaran lokasi potensi wisata yang ada di Desa Bajo. Potensi wisata yang ada diharapkan dapat membangun taraf ekonomi masyarakat Desa Bajo.

Pantai Ratu,

Surga Tersembunyi di Balik Ladang Jagung Teks oleh Afifatul Millah, Jasmine Aulia S, dan Galuh Sekar A

Hamparan pasir pantai putih lembut dan birunya laut serasa berada di surga dunia milik pribadi.

Pagi hari itu, kami diajak oleh Kak Uva, salah satu warga Desa Pentadu Timur, untuk jalan-jalan. Tak ada bayangan pasti mengenai destinasi wisata yang kami tuju. Yang kami tahu hanyalah kami akan dibawa ke Desa Tenilo. Kami diemput menggunakan mobil bak terbuka. Rombongan menyusuri jalanan berkelok. Sesampainya di sana, kami bersama kepala dusun 2 Pentadu Timur, Kak Uva dan ibunya, memutuskan menyambangi Pantai Ratu.

Pantai Ratu terletak di Desa Tenilo, Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo, lokasinya tepat di laut Teluk Tomini. Perjalanan yang harus kami tempuh yaitu sejauh 21,3 km, atau setara 30 menit perjalanan darat. Perjalanan kami terasa singkat karena dimanjakan oleh pemandangan lahan jagung yang tersaji di kiri kanan hingga bukit-bukit hijau dan sejumput keindahan air terjun yang dapat terlihat dari seberang jalan.

Selama perjalanan menjadi cerita yang akan kami ingat, bersama-sama menikmati waktu dengan canda dan tawa, terutama sebagian dari kami menjadi pengalaman pertama menaiki mobil bak untuk menyusur jalanan tanah sempit nan berlumpur. Sempat terpikir untuk putar balik karena kondisi jalan yang cukup menyulitkan, namun perasaan “sayang sekali sudah cukup jauh berjalan” mengurungkan niat kami. Perjalanan kami lanjutkan sambil ditemani pemandangan ladang jagung yang cukup tinggi di kanan kiri dan teriknya matahari.

“Wow!!” sebuah reaksi yang kami keluarkan ketika akhirnya kami dapat melihat suatu perbedaan yang sangat kontras antara warna pasir yang seputih salju dan air sebiru safir yang sangat memanjakan mata dari kejauhan.

Tak ada kata atau kalimat lain yang dapat mendeskripsikan keindahan salah satu sisi bumi yang kami lihat saat itu. Tanpa berpikir panjang, begitu mobil bak yang kami tumpangi berhenti, kami bergegas berlari ke arah pantai untuk merasakan secara langsung keindahan dunia yang sudah seperti surga. Langkah kaki kami disambut dengan pasir putih selembut sutra dan air sebening kristal setinggi betis kami.

Sungguh, tak ada yang dapat kami lakukan selain merasa kagum akan keindahan Pantai Ratu dan mengabadikannya dalam kamera. Benar-benar Surganya dunia, kami rasa kalimat tersebut mampu mendeskripsikan tempat ini. Mungkin akan terkesan sedikit melebih-lebihkan tapi kalimat apalagi yang pantas untuk menggambarkan keindahan gabungan antara pasir putih nan halus, dengan air yang tenang, ditambah hamparan bukit-bukit yang menghiasi di sisi kanan pantai ini. Pantai Ratu, sebuah Surga tersembunyi di balik ladang jagung.

Foto oleh Afifatul Millah

HARAPAN DATANG DALAM BENTUK PULAU Teks oleh Syafa Tasya Nabila Zees Foto oleh Prabandaru Wahyuaji

ulau Asiangi yang kemudian lebih dikenal dengan julukan Pulau Harapan merupakan pulau yang letaknya hanya beberapa ratus meter dari kediaman Suku Bajo di Tilamuta. Setelah dijelaskan dan mendengar cerita dari masyarakat setempat utamanya dari Pak Kepala Desa Suku Bajo, Kami akhirnya paham bahwa sebagaimana julukannya sebagai Pulau Harapan, julukan ini mengandung makna mendalam, dimana pulau ini memikul sejuta harapan baru milik masyarakat Suku Bajo di Tilamuta, untuk nantinya menjadi kediaman baru yang ditempati mereka dan untuk memulai kehidupan baru dengan segala harapannya di Pulau Harapan itu.

Kami sendiri terhitung sering mengunjungi Pulau Harapan selama periode KKN Berlangsung, sebanyak 4 kali Kami mengunjungi pulau tersebut dengan segala kegiatan seru yang Kami lakukan. Dimulai dari membersihkan pulau, berenang di air laut yang begitu jernih, mencari bia-bia untuk lauk makanan, mengobrol di sore hari bersama dosen pembimbing lapangan Kami yakni Pak Sulaiman sambil melihat sunrise bersama, hingga pernah hujan-hujanan di Pulau tersebut. Untuk mengingat kembali saja terasa begitu menyenangkan, membayangkan kembali masa-masa KKN yang begitu seru Kami lakukan apalagi di Pulau Harapan yang begitu cantik dan mempesona.

Dari sisi keindahan alam sendiri, pulau yang dapat ditempuh dalam waktu yang begitu singkat sekitar 15 menit dengan naik perahu dari Desa Bajo ini menyimpan potensi pariwisata yang begitu melimpah.

Air laut yang begitu jernih dan biru dengan kekayaan laut yang begitu banyak, hingga pasir pulau yang putih memukau dan kondisi tanah yang sangat baik menjadi segudang potensi yang dimiliki oleh Pulau Harapan atau Pulau Asiangi ini.

Tentu Kami sangat merekomendasikan untuk pergi ke Pulau Harapan yang sekarang sedang dalam proses pembangunan, untuk dibangun sebagai kediaman baru Suku Bajo dan tempat pariwisata yang sangat mempesona ini. Percayalah, tidak akan menyesal dan rasa terpukau yang memuncak adalah sensasi perasaan yang akan didapatkan nanti jika mengunjungi Pulau Harapan ini!

PESONA HIU PAUS BOTUBARANI Salah satu daya tarik Provinsi Gorontalo adalah kemunculan Hiu Paus (Rhincodon typus) yang ada di Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango.

Selain di Gorontalo, Hiu Paus juga tersebar di perairan Teluk Cendrawasih (Papua), Talisayan (Kalimantan Timur), Probolinggo (Jawa Timur). Waktu terbaik untuk melihat Hiu Paus adalah pukul 9-10 pagi.

Dalam foto ini terlihat Hiu Paus Betina bernama Sherly.

Untuk memanggilnya, pemandu wisata/nelayan menyebar udang di sekitar perahu. Tak lama kemudian, Sherly akan muncul ke permukaan dan menghampiri perahu kami.

Menurut nelayan setempat, banyak turis domestik maupun turis mancanegara datang untuk melihat Hiu Paus di Botubarani.

Turis domestik hanya perlu membayar 20 ribuan saja untuk berinteraksi dengan Hiu Paus selama 30 menit. Satu perahu dapat menampung empat orang ditambah satu nelayan.

Hiu paus memilki panjang tubuh 3-8 meter dengan corak tutul putih pada tubuh bagian atas. Hiu paus memiliki kepala gepeng dan mulut yang besar. Meskipun terlihat menakutkan, Hiu Paus terbilang jinak. Hiu paus hanya memakan plankton, cumi-cumi, atau jenis ikan kecil. Pengunjung dapat menyentuh bagian kepalanya tanpa takut tergigit.

Pohutu Moponika: Merawat Budaya Lewat Adat Pernikahan

Teks oleh Jasmine Aulia S.

elaksanaan adat di Gorontalo secara umum memiliki sedikit perbedaan, didasarkan pada pembagian wilayah adat Suwawa, Hulondhalo, Limutu, Bungalo/Boalemo, dan Atinggola. Meskipun antar wilayah memiliki perbedaan, semuanya masih berlandaskan falsafah “Aadati hula-hula to Sara', Sara' hula-hula to Kuru'ani”. Falsafah yang dalam Bahasa Indonesia berarti adat bersendikan ‘syara’, syara bersendikan Kitabullah yang memiliki makna masyarakat dalam melakukan adatnya masih berdasarkan kepada nilai-nilai Islam khususnya Al-Quran.

Salah satu penerapan nilai keislaman dan budaya daerah Gorontalo adalah melalui upacara adat pernikahan atau biasa disebut Pohutu Moponika.

Pohutu Moponika ini terbagi menjadi beberapa rangkaian acara seperti Mongilalo, Molenilo, Moduulohupa, Baalanga, Tolobalango, Dutu, Dilonggato, Mopotilantahu, Akaji, Mopopiipidu, Modelo, Mopotuluhu, Mopo’a / Mopelu, dan Mohama.

Tolobalango Tolobalango

Beberapa rangkaian acara dilakukan secara terbuka seperti Tolobalango. Tolobalango sendiri merupakan acara peminangan atau sebagai tahap menghubungkan keluarga pihak wanita dengan pihak pria dan dihadiri oleh keluarga dekat baik dari pihak wanita maupun pihak pria. Acara ini juga biasanya dihadiri oleh pemimpin daerah seperti kepala desa atau lurah.

“Bismillahirrahmanirrahim, toduwolo.” Menjadi sebuah jawaban dari juru bicara pihak wanita atas kalimat “Owolialo olando wolo mongowutatondo adati lo tolobalango tanu mapoliyio mayi,” yang dilontarkan utusan pihak pria sebagai tanda dapat dimulainya Tolobalango sebagai salah satu rangkaian penting acara

Pohutu Moponika di Boalemo. Acara Tolobalango ini diakhiri dengan kalimat yang disampaikan oleh juru bicara pihak wanita. “Utoliya lo bunggudu monguli moting’udu dila bou polondulolo bo olamiyatiya olo debo donggo woluo uwungguliyolo ode mengdulaa lo taa maa bilinggoto polu utiya wolu haya’o lo pitolo bo maapuwolo tanu tombulu donggo popotolimoolo,” atau dalam Bahasa Indonesia artinya, “Utusan yang datang sudah dapat balik kembali, bukan maksud menyuruh pulang. Akan tetapi, kami juga masih memiliki hal yang perlu disampaikan kepada keluarga yang diwakili. Seperti hal-hal yang telah disepakati dan besarnya biaya yang akan diadakan.”

Dutu Dutu

Biasanya acara Tolobalango juga dibarengi dengan pengantaran hantaran pernikahan atau dalam Bahasa adat di Boalemo disebut Dutu. Hantaran pernikahan diberikan oleh pihak pria kepada pihak wanita. Acara ini dihadiri oleh pemangku adat, keluarga dan juga pemimpin daerah, dan dilakukan beberapa hari sebelum akad, atau beberapa jam sebelum akad dilakukan.

Acara Dutu biasanya dilakukan sesuai ketentuan-ketentuan adat yang berlaku atau sesuai pembahasan saat Tolobalango. Untuk daerah Boalemo, acara ini biasanya diakhiri dengan kalimat, “Tuanku, tuanku, tuanku sudah sempurnalah tata upacara adat dalam rangka hantaran adat harta pernikahan di mahligai tuan-tuanku. Tuan beserta para saudara tuanku untuk beristirahat dan mandilah Tuanku.”

Akaji Akaji Masuklah kepada rangkaian utama dalam adat Pohutu Moponika yakni Akaji, atau adat nikah. Tak ada perbedaan yang signifikan dalam melakukan adat nikah, mengingat adat nikah ini masih berlandaskan pada Al-Quran. Namun, ada beberapa proses yang membedakan, di mana dalam melakukan adat nikah di Boalemo biasanya ada beberapa prosesi sebelum dan setelah melakukan akad nikah. Pelaksanaan prosesi adat akad nikah ini terhitung sejak calon mempelai pria berwudhu dan berganti pakaian akad di kediamannya. Begitu sampai di kediaman calon mempelai wanita, biasanya sebelum memasuki gapura rumah, akan dijemput oleh Baate atau pemangku adat untuk memasuki Tambibala sebagai tempat persidangan adat atau tempat khusus yang dibuat sebagai tempat acara akad, sembari diiringi oleh sayiya la’o (lagu sanjungan sementara berjalan) dan handalo (genderang). Kemudian calon mempelai pria

dipersilakan duduk bersila dalam Tambibala. Prosesi pun dilanjutkan dengan akad nikah dengan pengucapan ta’liqul talaaq dan dilanjutkan pembatalan wudhu oleh pengantin pria terhadap pengantin wanita. Setelah itu akan terdengar sajak-sajak yang dibacakan salah satunya saat mempersilahkan kedua pengantin untuk duduk bersanding, “…Semoga panjang umur hidup sehat dan sejahtera, maaf dipersilahkan untuk duduk pada pelaminan nan indah”. Pembacaan sajak ini oleh Baate atau pemangku adat sebagai tanda berakhirnya rangkaian acara akad serta sebagai tanda dipersilahkannya kedua mempelai untuk duduk bersanding di pelaminan. Setelah bersanding di pelaminan akan dilanjutkan dengan pembacaan Palebohu, yakni nasihat adat dalam perkawinan oleh Baate dan menjadi penutup pada rangkaian adat pernikahan.

Bocil Pesisir @bocil_pesisir22 · Aug 17, 2022 Setelah torang tinggal 50 hari di Gorontalo, torang jadi tahu bahasa Gorontalo, eh! Apa jo kosa katanya? Cekidot!!

Watiya Torang Dorang Monga Hemongola?

Wololo habari?

Ati olo...

Maapu Odu’olo Toduwolo

8K

5K

: saya : kami : mereka : makan : sedang apa? : apa kabar? : kasiannya... : maaf : terima kasih : silakan

6K

2K

Teks oleh Ferdiansyah Lasena, Supir Viar Paling Bisa Diandalkan

iar sebenarnya merk vendor otomotif asli Indonesia tetapi kami mengasosiasikan kata Viar (vi’ar) dengan kendaraan roda tiga bertenaga motor. Bagi sebagian orang, Viar mungkin kendaraan untuk mengangkut barang, tetapi bagi kami, Viar merupakan satu kata berjuta kenangan apalagi bagi saya sebagai driver utama Viar di KKN-PPM UGM unit Pesisir Boalemo.

Berawal dari kemurahan hati Kepala Desa Pentadu Timur yaitu Ayahanda Thomas Paera yang meminjamkan Viar sebagai fasilitas demi kelancaran program KKN. Berbekal nekat, saya memberanikan diri untuk mengendarainya. Ketika saya meminta izin untuk meminjam Viar, Ayah Thomas bertanya, “boleh ngana uti?” (kamu bisa?) dengan percaya diri saya menjawab “iya boleh, Ayah. Saya paham cara ba bawa ini”. Saya percaya diri karena saya bisa menyetir mobil dan motor. Saya pikir mengendarai Viar tinggal penyesuaian saja. Ya meskipun saya berani menjawab saya bisa mengendarainya, aslinya, sih, saya menonton tutorial di YouTube dulu, hehe.

Sejak malam itu, Viar pun selalu parkir di pondokan kami tepatnya di Sub-Unit Pentadu Timur di kediaman rumah Pak Simbo bersama istri. Setiap melaksanakan program kerja (proker), kami selalu ditemani Viar. Bagi kami, Viar sangat membantu melancarkan proker kami karena fleksibilitasnya yang bisa mengangkut sampai 12 orang dan juga mampu mengangkut perlengkapan untuk kegiatan proker KKN kami. Pada 2 minggu awal KKN kami hampir rutin melakukan sosialisasi dan mengajar secara bergantian di SD 02 Tilamuta. Dengan adanya viar kami sangat dipermudah menuju tempat mengajar. Bahkan terkadang saat pulang, ada beberapa siswa yang turut ikut naik Viar yang kebetulan rumahnya searah dengan pondokan kami.

Viar tak pernah absen menemani kami menyusuri jalanan Tilamuta. Suatu saat, kami pernah menuju kantor-kantor dinas untuk melakukan koordinasi proker yang akan kami jalankan menggunakan Viar. Tiap kali ditanya orang dinas, “Kalian kesini naik apa?”, dengan bangga kami menjawab, “naik Viar!”. Mereka pun bertanya apakah kami tidak malu naik kendaraan yang sebenarnya untuk mengangkut sampah. Dengan percaya diri kami menjawab, “tidak malu kok!”.

Bukannya malu, kami malah senang karena dengan Viar, kami bisa pergi bersama-sama. Kami semua, termasuk dari sub unit Pentadu Barat dan Bajo, tidak ada satupun yang tidak pernah menaiki Viar.

Viar sudah menjadi identitas kami. Setiap kali kami lewat, gerombolan anak-anak di sana langsung mengenali kami dan serempak berseru, “KKS! KKS! KKS!”. KKS atau Kuliah Kerja Siswa merupakan sebutan yang sudah melekat untuk mahasiswa KKN karena memang kampus sebelumnya yang melakukan KKN disana membawa istilah KKS. Senang rasanya setiap kali lewat disapa oleh anak-anak. Kami serasa artis karena memang kehadiran mahasiswa KKN di daerah sangat dinanti-nantikan.

Viar yang tiap putaran rodanya memiliki kenangan dengan warna merahnya yang mencolok juga menemani kami saat senggang. Saat tak ada kegiatan, jalan-jalan bersama Viar solusinya.

Mau makan atau jajan ke tempat yang lumayan jauh dari pondokan? Kami tinggal melompat ke dalam baknya dan siap meluncur ke warung mas Jo, warung nasi goreng favorit kami. Daaan, yang paling berkesan adalah kami selalu menyerukan,“indomar*t nggak, siiih?”. Serempak kami pasti menjawab, “gasssss!!”. Setiap hari kami pasti jajan dan belanja kebutuhan di sana. Bahkan ke tempat tersebut bisa jadi healing karena suasana didalamnya serasa berada di tengah kota.

Saya sering ditanya sama teman-teman, “kamu nggak capek apa, Sen, tiap hari bawa Viar ke sana kemari?”. Jujur kalau dibilang capek, ya capek. Viar itu makin banyak bebannya otomatis makin berat mengendalikan kemudinya. Tapi rasa capek itu yang bikin saya senang; senang karena tenagaku bisa berguna untuk teman-temanku; senang karena tenaga dan ilmuku bisa berguna dalam pengabdian di tanah kelahiran bapakku.

Sekarang kami semua sudah kembali ke kampus dan rata-rata sudah sibuk dengan kegiatan studi masing-masing, ada yang skripsi/tugas akhir, ada juga yang sedang magang. Jujur terkadang rindu dengan suasana KKN dan pastinya mengemudikan Viar. Saya ingat ketika hendak pulang, saya sempat mengelus Viar sambil dalam hati berterima kasih kepadanya. Berkatnya, banyak proker yang dipermudah.

Secarik Cerita KKN

Teks oleh Hazza Hammam Nawwaruddin Foto oleh Afifah Rachma A Banyak mengadopsi dari tulisan tangan Ahmad Zulkarnaen

encoba mengabdi di Desa Pentadu Barat, Pesisir Kabupaten Boalemo menyadarkan saya bahwa jas almamater yang kami kenakan benar benar dari rajutan karung goni. Pencampuran klaster-klaster membuat kami ingin menciptakan hal-hal besar dengan menggabungkan berbagai disiplin ilmu. Kami berpikiran idealis, memiliki mimpi yang besar dengan berpijak pada teori-teori yang telah kami pelajari sebelumnya.

Namun, dua bulan kurang berada di sana, saya katakan, itu tidaklah penting.

Kami selalu ditekankan untuk saling membantu oleh dosen pembimbing lapangan. Mahasiswa KKN tidak boleh berjuang sendiri. Warga tidak boleh berjuang sendiri. Warga harus ikut serta. Mahasiswa KKN harus ikut serta. Setibanya di desa, kami langsung disambut oleh warga di sebuah kantor desa. Lalu seorang ibu, Ibu Ala namanya, datang menghampiri dan menawarkan kepada kami untuk tinggal bersama di rumahnya.

Alhamdulillah, kami bisa mendapatkan sebuah tempat tinggal yang begitu nyaman sampai-sampai kami tidak merasakan kekurangan sesuatu apapun ketika berada di perantauan. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat kepada keluarga yang amat baik itu.

Percakapan dengan warga Pentadu Barat sangat menyenangkan, lebih menyenangkan dari bercakap dengan orang-orang di pusat peradaban Jawa. Namun hal yang ingin saya tolak dari mereka adalah paradigma bahwa mereka merasa berada dalam posisi yang lebih rendah dari kami – warga dan mahasiswa Jogja. Mereka selalu mengagung-agungkan aspek tersebut.

Sekasar-kasarnya orang Jawa masih tidak ada apa apanya dibanding orang timur pesisir pantai seperti kami ini, kata mereka. Yang ingin saya katakan adalah bahwa siapapun yang memberikan dogma seperti itu, itu dogma yang salah.

Kearifan dalam kesederhanaan mereka tidak dapat tergantikan oleh dogma yang mengangkat kaum tertentu. Terlebih lagi, nyatanya sebagai manusia kita juga tetap dapat hidup baik meski tanpa ilmu di perguruan tinggi, sehingga menjadi hal yang lucu jika kita merasa lebih tinggi karena berilmu.

Selain warga, dipertemukan dengan Zuhair, Daffa, Yasmin, Ojan, Ipeh, Tasya, dan Mbak Fio sebagai rekan sub unit bagi saya merupakan hal yang tak terduga. Orang-orang yang mungkin tidak akan saya jadikan teman karib jika boleh memilih. Orang bilang pergaulan itu like dissolve like, yang serupa pasti akan berbaur dengan yang serupa. Ternyata tidak selalu demikian. Kami berbeda. Amat berbeda bisa dibilang. Namun nyatanya percakapan awal kami bisa berjalan cukup lancar. Lebih-lebih, cerita bisa berhambur ke segala arah. Lucunya, seringkali dari cerita itu merambah apa yang kita pegang sebagai privasi, sehingga saya kerap merasa terlalu banyak menjelaskan tentang diri saya, duh!

Saling membantu program kerja terasa sangat menyenangkan. Mulanya saya menganggap itu yang erat menyatukan kami sebagai satu kesatuan sub unit. Namun, saya merasa ada sesuatu yang kurang. Tidak salah, hanya kurang saja. Membantu orang yang baru saja kenal terasa berbeda dengan membantu orang yang sudah dikenal baik. Kalau begitu, menjadi hal yang agak kurang jika kita “hanya” membantu.

Yang pada akhirnya, menyadarkan saya bahwa yang penting bukan seberapa besar kita ingin saling membantu. Namun, seberapa besar kita ingin saling memiliki. Menjadikan orang lain adalah bagian dari diri kita dan kita adalah bagian dari orang lain.

Saling memiliki inilah yang membuat program-program kami dapat berjalan mulus.

Program-program pertanian dan peternakan, kesehatan, dan perencanaan perbaikan desa tampak mudah karena yang mengikat kami bukanlah hanya saling membantu, tetapi juga saling memiliki.

Saya menemukannya dalam perjumpaan bersama Kuliah Kerja Nyata Pesisir Boalemo 2022. Dapatkah pembaca sampai di perasaan yang sama, yang mungkin didapat dari jalan petualangan yang berbeda?

Rindu yang riuh dalam sepi yang arif

SEJUTA CERITA DI NEGERI IKAN BATU

udulnya memang “Sejuta Cerita di Negeri Ikan Batu”, tetapi ceritanya nggak nyampe sejuta kok, hanya saja ada sejuta kenangan yang tidak akan terlupakan dari torang Sub Unit Bajo. Kami adalah 9 manusia mental punk yang alhamdulillahnya mendapatkan desa bajo untuk kegiatan pengabdian selama masa KKN. Torang terdiri dari te kordes Tyo, Andrew, Ramski, Ayub Hitachi, Hasnawiyun, Aca Botox, Ara Aruy, Mama Hay, dan saya sendiri (HAYOO TEBAK AKU SIAPA).

Mulai dari cerita pondokan pertama yang kebanjiran saat musim penghujan, tiada hari tanpa nasi ikan suwir, mencoba berinteraksi dengan masyarakat sekitar yang saat awal-awal kami datang masih malu-malu tapi saat kami pulang semuanya seakan berat melepaskan, dan masih banyak cerita seru yang kami alami di Bajo.

Satu hal yang kami punya di Bajo, yaitu kebersamaan dan motor Mio S punya Te Ijah ART Aca kesayangan kami itu (selama motornya kita bawa ke Bajo, Te Ijah harus ngangkot kalo ke pasar maap Te Ijah wkwk).

Kisah lima puluh hari terasa singkat, mungkin jika diminta menulis semuanya akan jadi series drama yang genrenya horror, komedi, dan famili menjadi satu.

Kisah ini dimulai dari pondokan kami yang ada di atas laut. Sungguh pengalaman yang tidak akan terlupakan!

Bangun tidur melihat pemandangan Teluk Tomini dan iringan perahu warga Bajo yang pulang melaut. TAPI ADA SATU HAL YANG TIDAK AKAN TERLUPAKAN. Setiap kami tidur, lemak tubuh berasa rontok karena pondokan kami selalu ditabrak septic tank warga yang lepas dan tersangkut di pondasi pondokan kami.

Getarannya terasa seperti jatuh cinta, eh, maksud kami seperti gempa. Itu baru tidur malam. Tidur siang kami pun selalu diiringi mimpi anak-anak Bajo yang selalu berlarian kesana kemari dan tertawa (sudah seperti lirik lagu aja, nih!) di teras pondokan kami.

Karena pondokan kami adalah rumah panggung dari kayu, jadilah tiap siang kami mendengar suara “gedebak-gedebuk” larian kaki dan iringan sapaan anak anak bajo yang ramah pada kami, “HALO KKS! KKS! KKS!”. Kami berasa artis dadakan karena setiap kami melaksanakan proker, anak-anak Bajo selalu menemani dan mengiringi setiap kegiatan kami.

Senin sampai minggu selama 50 hari kami melakukan apa saja? apakah hanya “tura-turu” seperti nama Whatsapp grup kami? (BTW NAMA WAG KAMI BAJO TURA TURU), tentu saja tidak, bestie! Selain melaksanakan proker, kami juga diberi kesempatan untuk menjelajahi pulau-pulau yang ada di Bajo, nih. Ada satu pulau yang membuat kami terpesona akan keindahannya. Masyarakat Bajo menyebutnya Pulau Harapan atau jika dicari di Google Maps nama dari Pulau ini adalah Asiangi. Airnya masih jernih, jadi tak heran kalau sebagian dari kami suka berenang di pantai saat mengunjungi pulau. Bahkan DPL kami juga beberapa kali datang ke pulau ini untuk membuktikan keindahannya.

Selain berkeliling pulau, kami Sub Unit Bajo juga melakukan pembersihan Pulau Harapan dari sampah dan membantu Ayahanda (panggilan kepala Desa Bajo). Setelah bersih-bersih kami diajak mencari Bia-Bia bersama dengan anak-anak kecil dan pemuda Bajo. Asli, walaupun tanpa bumbu, rasa daging siput laut ini jika dibakar manis dan kenyal seperti jelly.

Nah, biasanya tiap hari Minggu kita pasti capek banget karena habis bersih-bersih Pulau Harapan. Ada satu cerita dimana kami ingin self-reward dengan party makan bakso di Warung Emut Wae yang lokasinya ada di Desa Pentadu Barat. Kami berangkat dengan penuh kebahagian, naik bentor diiringi khayalan makan bakso hangat-hangat.

Sampai di warungnya, astaga ramai sekali kondisinya! Jadilah kami mengantre. Berangkat jam 19.00 WITA, kami selesai makan jam 21.00 WITA. Benar-benar bakso dinikmati dengan khidmat karena jarang-jarang kami makan bakso selama KKN. Pas mau pulang, kondisi sudah malam dan akhirnya kami memutuskan buat jalan kaki. Padahal jalan dari warung ke pondokan kami kalau di cek di peta mencapai 2,1 km. Tapi, kami nekat malam itu. Lebih ekstrem-nya lagi, kami melalui Jalan Lobster yang oleh masyarakat Bajo dikenal memiliki nilai mistis tersendiri (waktu itu kami tidak tau ceirta ini), dan kami bersembilan jalan kaki menyusuri jalan yang sepi nan gelap tiada lampu itu. Tidak ada perasaan takut ataupun resah, yang ada adalah perasaan lapar kembali saat kami sampai di pondokan, hehe. Bakso kami hilang akibat nekat maraton dari Warung Emut Wae ke pondokan di dermaga (sayang banget sama bakso 21 ribuku!).

Self-reward kita tidak hanya makan bakso di Warung Emut Wae dan maraton saat pulang saja, lho. Kita juga berkesempatan mencoba sensasi makan di restoran atas laut yang ada di

belakang pondokan Sub Unit Pentadu Barat. Nah, restoran yang kali ini look-nya enak banget karena langsung berada di atas laut dan penuh lampu jadi kelihatan terang dibanding tempat lainnya. Nggak cuma sekali, sepertinya kita makan di situ lebih dari tiga kali. Tapi yang paling berkesan adalah saat terakhir kali kami makan di tempat itu. Lima orang makan menu kerapu bakar, cumi tepung, ikan kuah asam, pisang goroho (ini pisang digoreng tanpa tepung dan makannya dicocol dengan sambal pedas Gorontalo), dan primadona kita tumis kangkung. Semua menu itu berhasil membuat perut kami membesar dan kami terkena kanker (kantong kering) karena kaget melihat bill yang mencapai kurang lebih 800 ribu hanya untuk sekali makan. Niat awal pengen self-reward berujung bakal puasa sampai pulang ke Jawa nih.

Satu hal lagi yang paling teringat bagiku adalah saat papaku menelponku dan menanyakan, “Dek, kamu dan teman-temanmu di sana makannya gimana? masak sendiri apa beli?”.

Aku pun menjawab kalo terkadang kami membeli dan kadang juga masak-masak sendiri. Ada beberapa kali kami masak dengan cara-cara punk yang tidak dilakukan sub unit atau mungkin unit KKN lainnya.Kami hanya mengandalkan mug atau teko listrik punya Ramski, mulai dari membuat minuman hangat, memanaskan air, sampai masak mie instan kami lakukan semuanya dalam mug listrik itu.

“KERE-ATIFIVITAS” kami tidak hanya berhenti disitu. Saat kami sudah punya kompor dan alat masak lainnya, jiwa masterchef kami pun keluar.

Pernah sekali kami membuat cireng dengan bahan nasi basi yang dicampur sagu. Menu andalan ini kami buat berdasarkan pengalaman Mama Hay yang pernah ikut masterchef tingkat Tilamuta (UPSS, BERCANDAAA).

Mungkin kalian bertanya-tanya gimana rasanya masakan kami yang satu itu.

Aku tidak berbohong, tapi rasanya benar benar enak, renyah, dan tidak ada rasa basinya sama sekali. Sungguh jika masakan kami masuk galeri Masterchef Indonesia sepertinya kami akan menjadi juara! Cireng nasi basi dan sagu itu benar-benar enak, bahkan Daffa dan Ipeh (dari Sub Unit Pentadu Barat) yang saat itu berkunjung dan kami suguhi cireng itu pun menyanjung makanan kami yang satu ini (mereka belum tahu aja kalau bahannya dari nasi basi, tapi saat mereka tahu, mereka juga cuek, sih, hehe).

Kalian tau juga, kan,kalau Bajo potensi perikanannya besar banget?

Alhamdulillahnya, kami selama di Bajo bisa merasakan kekayaan lautnya itu menjadi olahan yang menarik, mulai dari lobster goreng, cumi pedas manis, gurita goreng tepung buatan Ara, batagor ikan tuna Bu Fitria tercinta, hingga abon cakalang yang lezat buatan Bu Fitria juga. Hal yang paling berkesan adalah saat kami harus pulang kembali ke Jogja. H-2 dan H-1 kepulangan kami, banyak warga Bajo yang mengundang kami untuk makanmakan perpisahan. Kami disuguhi berbagai masakan seafood khas Boalemo, aneka sayur, kue, dan tak lupa minumnya air Boneva air kebanggaan tim KKN Pesisir Boalemo, hehe.

Saking banyaknya yang mengundang kami makanmakan, kami baru bisa packing barang-barang kepulangan jam 1 malam.

Hari menghitung hari tak terasa pengabdian kami di Desa Bajo telah menginjak hari ke 50, bahkan lebih karena kami pulang H+3 upacara penarikan.Aku pribadi sangat senang karena akan cepat bertemu dengan orang terkasih di Jogja, tapi aku juga sedikit galau karena tidak akan ada lagi suara nyebelin Aca, panggilan KKS dari anak Bajo, dan jokes Hasnawiyun. Salah satu hal terberat bagi kami juga adalah meninggalkan keramahan warga Bajo yang selama ini kami rasakan. Salah satunya adalah Bu Fitria. Bu Fitria dan suaminya, Om Candra, merupakan sosok sederhana namun hatinya seperti surga. Bu Fitria dan Om Candra sering memasakkan kami makanan khas Gorontalo dam Bajo. Mulai dari abon ikan cakalang, siomay, batagor cakalang, binte biluhuta, sampai ilabulo. SEMUANYA TIDAK ADA TANDINGANNYA, BENAR-BENAR UENAK!! Bu Fitria juga sempat beberapa kali memasakkan kami ayam geprek untuk mengobati rasa kangen kami akan masakan anak kosan. Akan tetapi geprek Bu Fitria ini berbeda dengan geprek biasanya, lho. Geprek spesial Bu Fitria ini memakai minyak kampung atau minyak VCO. Aroma minyak kampung yang dicampur dengan sambal benar-benar wangi dan menggoda. Bahkan aku yang makan satu porsi, menjadi kalap dan pernah makan hingga tiga porsi (satu kali nambah dan satu kali makan sambal sisa punya Ayub, hihi). H-1 malam kepulangan Bu Fitria dan Om Candra mengunjungi pondokan kami dan sempat terjadi hal yang dramatis sekali. Bu Fitria terharu karena kami berikan hadiah mesin penghalus daging yang selama ini diimpi-impikannya. Hadiah yang mungkin bagi beberapa orang adalah barang yang murah dan tidak seberapa tapi bagi Bu Fitria itu adalah hal terluar biasa yang pernah diterimanya dari orang asing seperti kami.

Bu Fitria dan Om Candra adalah sepersekian ribu potret bentuk keramahan Bajo yang memeluk dan menjadi peneduh kami di kala hujan dan kami harap pelangi nan indah dari yang Kuasa akan menjadi hadiah yang tak terlupakan bagi Bu Fitria dan Om Candra kedepannya. Hanya terimakasih dan untaian doa yang bisa kami haturkan pada yang Kuasa semoga kebaikan Bu Fitria dan Om Candra akan membuahkan hal terbaik pada keduanya. AAMIIN. Cerita di atas hanya 1/1000 kisah kami di Bajo. kalau diteruskan bercerita bisa-bisa majalah ini malah jadi novel.Sekarang kami Tim Bajo Tura-Turu ini sudah kembali ke Pulau Jawa dengan membawa sejuta kenangan dan cerita yang pastinya tidak akan terlupakan. KKN kami Sub Unit Bajo banyak diuji karena susah sinyal, kondisi jauh dari kota, susahnya akses air, dan masih banyak yang lainnya.

Itu semua adalah bagian dari risiko yang tidak seberapa dibandingkan pengalaman yang kami dapatkan. Satu hal yang kami ingat “Sekarung risiko itu lebih baik daripada secuil penyesalan”. Kami mungkin akan lebih menyesal jika tidak mengabdikan diri kami sesuai Tri Dharma perguruan tinggi di Desa Bajo. Begitu banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dari hari pertama, tapi juga banyak tawa, canda, dan kebahagiaan tersembunyi yang kami simpan dalam hati masing-masing. Justru rintangan itulah yang mendewasakan dan memberikan kami arti kehidupan yang sesungguhnya di Tanah Bajo, Boalemo, Gorontalo.

Terimakasih sudah membaca sedikit kisah kami dari Negeri Ikan Batu ini. Aku pribadi tidak pernah menyesal melangkah sejauh ini bersama Tim KKN ini. Aku mungkin kehilangan dan harus merelakan beberapa hal, tetapi terimakasih kalian sudah menjadi penghibur dan penyemangatku. Semoga pengabdian kita selama 50++ hari bermanfaat bagi semuanya dan see you on top TIM KKM PESISIR BOALEMO 2022.

“Hallo KKS! KKS! KKS!” -Anak-anak Bajo

Teks oleh Maylisa Fitriani Foto oleh Prabandaru Wahyuaji

KaryaKami Kami Karya

issuu.com/kknpesisirboalemo2022

Good Aquaculturepractices: Budidaya Ikan Bubara (Caranx ignobilis) di Karamba Jaring Apung (KIA)

Booklet Budaya Pesisir Boalemo Jasmine Aulia Subagdja Yasmin Shafitri Zein Prabandaru Wahyuaji

Maylisa Fitriani

Hikayat Bajo: Kumpulan Foto di Desa Bajo

Pemetaan Potensi Perikanan Desa Bajo Maylisa Fitriani

Prabandaru Wahyuaji

Masterplan Ekowisata Mangrove Tambatan Hati Pelangi Desa Pentadu Timur

Infografis: Pentingnya Minum Susu

Profil Desa Pentadu Barat

Infografis: Cara Penanganan Daging Qurban

Afifah Rachma Adhiyani

Galuh Sekar Ardhanariswari Fauzan Ali Ramadhan Ferdiansyah Lasena

Tim Sub-unit Pentadu Barat

Afifah Rachma Adhiyani

Profil Desa Pentadu Timur

Profil Desa Bajo

Tim Sub-unit Pentadu Timur

Tim Sub-unit Bajo

Kanal YouTube: KKN Pesisir Boalemo

KONTAU

TAMBE

PROFIL DESA BAJO

Dokumenter | 19 menit 33 detik Sub-unit Bajo

Dokumenter | 12 menit 23 detik Sub-unit Pentadu Timur

Profil | 9 menit 20 detik Sub-unit Bajo

issuu:

Media Sosial Kami: @kknpesisirboalemo KKN Pesisir Boalemo kkn.ugm.pesisirboalemo@gmail.com

YouTube:

CURCOL

“Sumpiss bersyukur banget ketemu sama temen-temen semua, kalian semua baik-baik bangett, lope selauttt pokonyaa!!”

- Ara

BOCIL PESISIR

“Terima kasih berkat KKN saya bertemu teman-teman yang punk.”

- Hasna

“Bersyukur bangett bisa ketemu sama temen-temen bocil pesisir, banyak pengalaman, pelajaran, dan momen berbagi yang ga bisa dilupain.

Thanks for filling our 50-days-journey! Terima kasih udah membuat KKN ini jadi ringan dan bermakna :)” - Hayfa

“Thank you for the experience of the lifetime, KKN Pesisir Boalemo. You're one of the best things that have ever happened to me.”

- Fio

“50 hari yang nano-nano alias asem manis pahit semua ada pas KKN. Kalau di film mungkin genrenya horror, komedi, drama plus action masuk kali ya... Mau bilang makasih aja buat temen-temen KKN sudah mau mewarnai 50 hari kemarin biar kek pelangi “ - Tyo

“Semangat Pesismisme.”

- Daffa, Ipeh, Yasmin “Senengg bangettt dapet teman-teman yang sangat mendukungg ga toxiccc, sangatt bersyukurr kenal dan KKN bareng kaliannnnn.”

- Juju

CURCOL

“Makasih banyak buat Pesisir Boalemo telah membuat pengalaman yang tak terlupakan dan telah mewujudkan salah satu imipianku dapat mengabdikan kemampuanku di luar zona nyamanku.”

- Ojan 2

“Kesan selama mengikuti KKN kemarin tuuh bahagiaa banget.

Gak nyangka bisa kenal dan menjalani KKN dengan teman-teman yang super duper luar biasa dalam segi apapun. Bersyukur banget bisa kenal bocil pesisir. Pesan untuk bocil pesisir, sukses yaa kalian semuaa dan jangan lupain kisah KKN kitaa...”

- Tafwan

BOCIL PESISIR

“Jujur senenk begete KKN di Boalemo terkhusus di Bajo yang super keren, selalu kusayang. Meskipun juga banyak hambatan, tantangan, ancaman yang hadir, sebagai anggota tim Bajo yang kokoh n bersahaja, alhamdulillah biza melewati hal tsb. WOW tepuk tangan dulu tipis.

Pesanku buat tim KKN-ku, khususnya Bajo, jangan lupa ingat tuk selalu solat.”

- Aca

“Bersyukur banget bisa berdinamika dan mengabdi bersama.

Bahagia banget sama masyarakat dan Boalemo ” - Ojan 1

“Seru dan se-seneng itu bisa KKN bareng anak-anak Tilamuta, bisa kenal dan ketemu orang orang seperti kalian dan ngerasain 51+ hari tinggal sama orang baru yang kurasa bisa jadi pelajaran buat aku kedepannya.”

- Rama

“Aku bersyukuuuuur banget bisa KKN sama kalian! Seru, kocak, haru, semua campur aduk jadi satu! Terima kasih KKN Pesisir Boalemo... U guys have special part in my heart!!!”

- Afi

“Terimakasih banyak so “KKN Pesisir Boalemo baterima saya untuk ba meninggalkan kenangan yang penuh kesan gabung di tim ini. DPL dan tidak akan terlupa- yang baik dan selalu kan. Banyak sekali ilmu, memonitor nak-anaknya. pengalaman, dan teman Di Pentim juga dapat baru yang saya peroleh orang tua asuh yang so ba anggap torang ini selama 50 hari anak kandung, aparat menjalankan KKN di Desa Pentadu Timur.” desa yang selalu ba bantu torang pe proker - Ikhsan dan pastinya VIAR yang punya banyak kenangan di tiap putaran rodanya.

Semoga torang semua tetap kompak begini.”

- Sena

“KKN yang ditemani manusia-manusia terhebat, terheboh, terasik dan tersolid merupakan pengalaman yang patut untuk disyukuri dan akan menjadi memori yang tidak akan terlupakan.”

- Ayub

“Perjalanan mendewasakan diri bersama dengan manusia-manusia berbagai macam karakter di lokasi nan jauh dari Jawa, berbagai suka, duka pernah dirasa semoga bisa berjumpa lagi di lain waktu. Dan terimakasih untuk teman-teman yang membantu mengatarkan anak-anakku (281 mangrove) akhirnya bisa punya tempat tinggal baru di Boalemo.”

- Galuh

CURCOL

“Petualangan Pesisir Boalemo aku bercerita dengan kisah yang terukir bersama air mata kesedihan dan kebahagiaan, dimulai dari bertiga menjadi dua lima, dari tanah Jawa ke tanah Sulawesi, potret pengabdian dan cengkerama selama 50 hari sangat membekas.

Kenangan KKN ini menjadi sepintas cerita masa perkuliahan yang terkenang hingga nanti ” - Windi

BOCIL PESISIR

“Seru banget! Shoutout to @/bocil.pesisir terkhusus naks pentim yach yang membuat KKN ini super duper mega SERU ABIEZ heheh. Mmmm, sebagai anak ilmu budaya, KKN ini juga jadi wadah buat tau tentang keberagaman masyarakat dan secara ga langsung dapet kesempatan untuk mempelajari budaya yang ada di sini jadi seru pol! Hehehe...”

- Mime

“Aku sempet nyesel milih periode 2, tapi makasi gais kalian udah ngebuktiin kalo itu semua SALAH. Aku nyesel ambil periode 2 tapi AKU GA PERNAH NYESEL KENAL KALIAN. Tim ini udah ngajarin aku arti keikhlasan, merelakan, dan melupakan apa yang memang tidak ditakdirkan untukku. Makasi kalian udah mau diajak nangis, susah, dan ketawa bareng. Sub Unit Bajo big thanks buat kalian. Ayub, Hay, Aca, Ara, Hasna, Ramski, Andrew, Tyo selamat kalian udah punya ruang masing-masing dalam hatiku. BIG LOFF TIM KKN PESISIR BOALEMO PERIODE 2 TAHUN 2022.”

- May

“Alhamdulillah udah selesai menjadi orang caper selama 50 hari dan kadang masih ga percaya kalo KKN udah kelar soalnya masih kerasa momennya (apalagi kalau lagi caper). Paling seru tuu kalo prokernya ada bocil soalnya heboh-heboh yeay!!

Dann btw makasih banyak buat temen-temen caper lainnya yang udh menjalani kkn bersama!!”

- Tasya

“Teman Baru, Keluarga Baru.”

- Hazza

“Senang rasanya bisa berkesempatan bertemu dan berbagi bersama dengan anak-anak di Desa Bajo, Tilamuta, Boalemo, Gorontalo.”

- Andrew

PesisiR BoaLemO

A Glimpse of Us 2022 @kknpesisirboalemo kkn.ugm.pesisirboalemo@gmail.com