10 minute read

Twitter: Penyaluran Emosi Melalui Diksi

Beragam jenis media sosial telah tersedia di abad 21 ini. Kemunculannya memiliki fungsi masing-masing dan tujuan tersendiri. WhatsApp sebagai media berkomunikasi daring, YouTube berisi ribuan video, TikTok dengan kontennya yang selalu viral, serta Twitter aplikasi yang berisi cuitan para penggunanya. Media sosial tersebut memiliki fungsi dan bentuk penyajiannya masing-masing. Media sosial sekarang ini tak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga kebutuhan. Sekolah, bekerja, dan banyak aspekaspek penting dalam hidup ini yang bergantung pada media sosial. Memang media sosial tak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Hal ini membawa dampak positif jika fungsi-fungsi dari sosial media dimanfaatkan semaksimal mungkin, aplikasi Twitter misalnya. Aplikasi yang muncul pada paruh tahun 2006 ini masih eksis hingga sekarang. Di sisi lain banyak media sosial baru yang muncul dan disambut hangat oleh masyarakat. Lalu mengapa Twitter yang “hanya” berisi cuitan orang-orang masih tetap populer hingga kini? Ketika kita pertama kali membuka aplikasi Twitter, jajaran rapi tulisanlah yang akan kita lihat. Ribuan orang menulis di sana setiap harinya, dengan isi dan tujuan yang berbeda-beda tentunya. Mulai dari keluh kesah kehidupan, berbagi informasi kepada pengguna lain, bahkan menulis cerita panjang yang dapat dibaca oleh seluruh pengguna Twitter. Dari berbagai tulisan yang lahir di media Twitter ini, tak sedikit yang hadir menjadi sebuah buku fisik yang akan kita temukan di banyak toko buku. Fitur utas pada aplikasi ini memungkinkan penggunanya untuk menulis cerita tanpa ada batasan kata, tulisan ataupun cerita dapat terus bersambung hingga tulisan tersebut dikehendaki untuk selesai. Dapat dilihat bahwa ini merupakan salah satu bentuk penerapan dari cybersastra yang mana memanfaatkan suatu media untuk menulis. Tidak hanya menggunakan pensil dan kertas yang bersifat konvensional, tetapi juga memanfaatkan media sosial yang akan mudah diakses oleh banyak orang. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa tak ada keterbatasan dalam menulis, kita dapat menulis di mana saja dan melalui platform apapun. Dari fitur utas itu pula muncul jenis tulisan baru yakni Alternative Universe atau kerap disingkat menjadi AU. Tulisan ini merupakan tulisan fiksi dan biasanya tokoh atau kejadian yang terdapat dalam AU terinspirasi dari tokoh dan kejadian nyata. Tak sedikit AU yang telah diterbitkan menjadi buku dan tentu saja memiliki banyak peminat. Selain dari Alternative Universe, fitur utas Twitter telah menghasilkan novel dari tulisan penggunanya. Sebagai contoh cerita “KKN di Desa Penari” sempat menjadi tren, tidak hanya bagi para pengguna Twitter, tetapi juga pada masyarakat umum. Hal ini dikarenakan ketenarannya pada platform tersebut yang mengakibatkan tulisan tersebut dibukukan, dan tak lama diproduksi juga sebuah film berdasarkan cerita tersebut. Pemanfaatan media Twitter sebagai tempat untuk menulis karya sastra di atas sebenarnya telah didahului oleh fiksi mini. Fiksi mini merupakan salah satu jenis karya sastra yang berkembang di media Twitter. Memang platform ini menjadi tempat yang paling tepat bagi fiksi mini. Sebelumnya, penulisan kata pada media Twitter masih terbatas sehingga tulisan yang dapat diunggah masih terbatas. Fiksi mini menjadi jenis tulisan yang paling tepat untuk dituliskan di media tersebut. Muncullah komunitas fiksi mini sehingga jenis tulisan ini dapat berkembang dan menjadi awal pemanfaatan Twitter sebagai media menulis sastra. Kemudian kini pemanfaatan media Twitter menjadi lebih luas dan menjadi sangat maksimal. Terbukti dari yang awalnya hanyalah sebuah fiksi mini, kini tulisan di Twitter dapat diterbitkan menjadi sebuah novel, yang mana novel memiliki jumlah kata yang tentunya jauh lebih banyak daripada fiksi mini. Kini pengguna Twitter tak memiliki batasan untuk menuangkan pemikirannya ke dalam kata-kata di media tersebut. Menulis menjadi salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk menyalurkan pemikiran dan juga emosi yang sedang dirasakan. Dengan tidak terbatasnya pemanfaatan media Twitter, pengungkapan pemikiran dan emosi juga dapat dilakukan secara bebas melalui platform tersebut. Jika menulis dapat digunakan sebagai media penyaluran emosi, maka Twitter adalah media yang tepat untuk digunakan menulis. Bukan menulis sebagai suatu kegiatan serius, tetapi menulis sebagai penyalur emosi yang mana dapat ditulis kapanpun ketika sedang merasakan emosi tersebut. Tidak peduli di manapun tempatnya, ketika kita ingin menyalurkan rasa bahagia, rasa sedih, rasa haru, ataupun rasa marah, Twitter adalah tempat yang tepat.

•Dwitya Fina Khoirunnisa. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas B angkatan 2021.

Advertisement

Bersuara dan Berekspresi Berekspresi Melalui

Tulisan: Sebuah Sudut Pandang

Menulis sebagai media pemikiran dan pengekspresian diri adalah sebuah proses yang kuat dan bermakna bagi saya. Sudut pandang pribadi ini menekankan pentingnya menulis sebagai alat untuk menjelajahi pikiran, merumuskan ide, dan menyampaikan perasaan yang mendalam. Bagi saya, menulis bukan sekadar tugas atau kegiatan rutin, melainkan sebuah kebutuhan yang mendalam dalam menjelajahi dan mengungkapkan diri. Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital ini, menulis telah menjadi sarana utama untuk berkomunikasi dan berbagi pemikiran. Namun, penting untuk mengakui bahwa menulis adalah lebih dari sekadar alat komunikasi eksternal. Menulis juga memberi kita kesempatan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri, merenung, dan memperdalam pemahaman kita tentang dunia dan diri kita sendiri.

Dalam dunia yang seringkali penuh kebisingan dan keheningan di waktu yang sama, menulis memberi saya kesempatan untuk mendapatkan kedamaian batin. Saat saya menyatukan pikiran dan kata-kata, saya bisa mengekspresikan diri dengan jujur dan autentik. Pikiran-pikiran yang berputar-putar dalam benak saya mendapatkan bentuk dan substansi ketika saya menuangkannya dalam tulisan. Menulis membantu saya mengatasi kekacauan dan kebingungan, mengorganisir pemikiran saya menjadi kesatuan yang lebih terstruktur dan lebih dapat dimengerti. Hal ini memberi saya rasa lega dan kepuasan pribadi yang tidak tergantikan.

Saat saya duduk dengan pena dan kertas, atau di depan komputer dengan jari-jari menghentak keyboard, saya dapat melibatkan pikiran saya dalam proses pemikiran yang terstruktur. Menulis memungkinkan saya untuk mempertimbangkan dan merenungkan ide-ide dengan lebih hati-hati, memilah-milah argumen, dan menyusun urutan pikiran dengan cermat. Ini memungkinkan saya untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang topik yang sedang saya eksplorasi. Saya dapat menggali lebih dalam, mengidentifikasi hubungan antara gagasan-gagasan, dan mengembangkan pandangan yang lebih matang. Dalam proses ini, menulis menjadi alat yang kuat dalam merangsang pemikiran kritis dan refleksi diri.

Tidak hanya itu, menulis juga merupakan cara untuk mengekspresikan perasaan dan emosi dengan lebih baik. Kadang-kadang, terdapat kekacauan dalam diri saya yang sulit diungkapkan dengan kata-kata secara lisan. Namun melalui tulisan, saya dapat mentransformasikan perasaan yang rumit menjadi kata-kata yang terstruktur dan berarti. Dalam keheningan tulisan, saya merasa aman untuk menggali kedalaman emosi, menjelajahi rasa sakit, kegembiraan, kebingungan, dan kesedihan. Menulis memberi saya kebebasan untuk merangkai kalimatkalimat yang indah dan mengalir, mewakili perasaan yang terpendam dan memberikan suara kepada pengalaman pribadi yang mungkin sulit diungkapkan dengan cara lain. Hal ini memungkinkan saya untuk berhubungan dengan diri saya sendiri dan dengan pembaca secara lebih intim, menciptakan kedalaman empati dan pemahaman. Selain itu, menulis memberikan saya ruang untuk mengeksplorasi kreativitas dan imajinasi saya. Saat saya merangkai kata-kata menjadi kalimat, dan kalimatkalimat menjadi paragraf, dunia baru terbentuk di depan mata saya. Saya dapat menciptakan karakter, tempat, dan cerita yang menghidupkan imajinasi saya.

Menulis memungkinkan saya untuk melarikan diri dari kenyataan sejenak dan memasuki dunia fantasi. yang penuh dengan keajaiban dan petualangan. Ini adalah momen ketika saya dapat mengungkapkan kreativitas saya dengan bebas, mengeksplorasi batas-batas imajinasi saya, dan menyampaikan pesan-pesan yang mungkin sulit dipahami melalui bentuk ekspresi lainnya.

Menulis memberi saya kesempatan untuk menemukan dan mengasah identitas kreatif saya, serta mengekspresikan apa yang ada di dalam hati dan pikiran saya dengan cara yang unik dan penuh warna. Selain sebagai alat untuk mengeksplorasi pikiran, menulis juga memberi saya kepuasan pribadi yang mendalam. Saat saya menyelesaikan sebuah tulisan, saya merasakan kegembiraan dan kebanggaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Menulis memberi saya perasaan pencapaian, bahwa saya telah mengubah ide dan pemikiran menjadi karya nyata yang dapat dibagikan dan dilihat oleh orang lain. Rasanya luar biasa saat tulisan saya dapat memberikan inspirasi, membawa perubahan, atau sekadar menghasilkan reaksi positif pada pembaca.

Kesadaran bahwa kata-kata saya memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan memberikan dampak pada orang lain merupakan hadiah yang luar biasa. Menulis sebagai media pemikiran dan pengekspresian diri memberikan saya kebebasan untuk memperdalam pemahaman, menjelajahi emosi, mengasah kreativitas, dan merasakan kepuasan pribadi yang mendalam. Menulis bukan hanya sebuah kegiatan rutin, tetapi juga merupakan perjalanan yang penuh keajaiban dan penemuan diri. Melalui menulis, saya menemukan siapa saya sebenarnya, apa yang saya pikirkan, dan bagaimana saya merasakan dunia di sekitar saya. Dalam keheningan tulisan, saya menemukan kebebasan untuk menjadi diri saya yang sejati dan memberikan suara kepada pengalaman dan pikiran yang ingin saya ungkapkan.

•Ibnu Syahid Ismail. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas C angkatan 2022.

Judul Buku : Gadis Pantai

Pengarang : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit : Hasta Mitra

Tahun terbit : 2000

Editor : Joesoef Isak

Tebal : 231 halaman

Gadis Pantai merupakan novel atau roman karya

Pramoedya Ananta Toer dengan mengangkat tema perempuan dengan pernikahan dini dan masyarakat feodal Jawa. Novel ini menggambarkan konflik sosial yang terjadi antara masyarakat pribumi maupun pemerintah kolonial Belanda, serta keberadaan kelas sosial dalam masyarakat pada masa itu. Pramoedya berhasil menyajikan sebuah karya sastra yang kaya akan makna dan dapat membuka mata kita akan sejarah bangsa kita sendiri. Secara keseluruhan, Gadis Pantai menjadi novel yang sangat menginspirasi dan patut untuk dibaca oleh siapa saja. Novel ini juga berhasil menggambarkan dengan baik kekuatan perjuangan seorang wanita dan makna dari sebuah cinta yang terus berjuang melawan segala bentuk rintangan.

Novel Gadis Pantai, menunjukkan adanya batasan yang jelas dan kuat antara laki-laki dan perempuan, antara kelas bangsawan dan rakyat jelata, serta antara orang kaya dan miskin. Alur cerita menggambarkan dengan jelas pemisahan antara rakyat di pesisir pantai dengan kaum priyayi yang merupakan kelas atas di kota. Perspektif yang disajikan dalam novel ini menggambarkan pandangan masyarakat kota yang dianggap memiliki adab yang tinggi, sedangkan masyarakat desa dianggap sebagai masyarakat yang tidak beradab. Terdapat pula pemisah- an antara tuan kelas atas dengan budak atau kelas bawah. Melalui perjalanan hidup tokoh Gadis Pantai, Pramoedya menggambarkan kerasnya realitas sosial yang dialami oleh kaum miskin pada masa itu, terutama perempuan. Novel Gadis Pantai menyajikan perbedaan-perbedaan yang sangat tajam dalam masyarakat kolonial di Indonesia pada masa itu, di mana batas-batas kelas sosial, ekonomi, gender, dan budaya sangat kuat dan mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Novel ini juga memberikan pandangan yang kritis terhadap sistem sosial-politik pada masa itu. Kehidupan Gadis Pantai yang polos hingga menjadi korban pernikahan dini oleh seorang Bendoro ini membuat pembaca mengerti bagaimana sikap gupuh, aruh, suguh kepada orang yang dihormati pada masa itu. Pada mulanya, Gadis Pantai tidak menyadari bahwa orang tuanya memiliki rencana untuk membawanya ke kota dan menjodohkannya dengan seorang pejabat di sana. Ketika ia tiba di kediaman Bendoro, Gadis Pantai terkejut melihat sebuah rumah yang begitu luas, sesuatu yang belum pernah ia temui di desanya. Kehidupan barunya dimulai. Dengan ditemani seorang bujang yang bertugas sebagai penuntun dan mengarahkan apa yang harus dilakukan oleh Gadis Pantai setelah tinggal di rumah bendoro atau suaminya itu. Di kediaman Bendoro, si Gadis Pantai diajari banyak hal, termasuk mengaji, menjahit, dan tata krama untuk bersikap dan berperilaku di rumah Bendoro. Namun, ketika ia melahirkan anak dari Bendoro, ia tiba-tiba diceraikan tanpa alasan yang jelas. Buku ini tidak hanya bercerita tentang percintaan, melainkan juga mengekspos kekejaman dan kurangnya empati dalam sistem feodalisme Jawa pada masa itu. Tergambar dengan jelas bahwa Gadis Pantai memiliki rasa hormat dan kagum yang besar terhadap Bendoro, yang terlihat dari interaksi mereka. Namun, Gadis Pantai sangat ingin tahu lebih banyak tentang suaminya yang juga menjadi majikannya. Dialog-dialog antara mereka menggambarkan betapa Gadis Pantai merendahkan diri dan tunduk pada Bendoro.

Dalam novel ini, terlihat perkembangan karakter si Gadis Pantai yang awalnya polos dan tidak tahu apa-apa, serta takut kepada Bendoronya. Namun, kemudian ia mulai merasakan rasa kasih sayang dan hormat pada Bendoro yang juga suaminya sehingga ia sepenuhnya menyerahkan hidupnya padanya. Namun, setelah menyadari keburukan dari orang-orang kelas atas dan bahwa Bendoro sebenarnya bukanlah lelaki yang baik, Gadis Pantai bahkan mulai menjadi wanita yang pemberani. Ia menunjukkan keberanian untuk memperjuangkan kebenaran dan martabat manusia di tengah ketidakadilan sosial yang melingkupinya. Novel ini menunjukkan penggambaran karakter yang kuat dan terstruktur dengan baik pada si Gadis Pantai sebagai tokoh utama yang berani dan tidak bergantung pada takdir semata.

Novel ini juga mengangkat tentang berbagai bentuk kekerasan yang dialami oleh perempuan dan menyajikan perbedaan pandangan antara orang kota dan orang kampung yang tergambar dengan jelas. Ada kisah tentang seorang pekerja rodi yang disiksa karena kelelahan, dan ada pula kisah tentang seorang perempuan yang merasa dirinya pantas direndahkan dan bahkan dapat dipukuli, yang pada masa itu dianggap sebagai hal yang wajar. Novel ini juga mengandung makna dan pesan penting tentang memanusiakan manusia.

•Hanifah Lutfhiana. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas B angkatan 2021.

Judul Cerpen : Pelajaran Mengarang

Nama : Seno Gumira Ajidarma

Penerbit : PT. Kompas Media

Nusantara

Tebal Buku : 822 halaman

Cerpen yang diresensikan : Halaman 432-438

Sinopsis Cerpen

Pelajaran Mengarang merupakan salah satu cerpen yang ditulis oleh Seno Gumira Ajidarma yang menceritakan kehidupan masyarakat perkotaan dari sisi lain. Cerpen ini mengisahkan kehidupan sebuah keluarga yang broken home, dimana Sandra adalah seorang anak pelacur yang tidak tahu siapa ayah sebenarnya. Dalam cerita, Sandra merupakan murid kelas lima yang membenci pelajaran mengarang.

Saat pelajaran mengarang berlangsung, Bu Guru Tati memberikan tiga pilihan judul karangan. Terlihat semua murid sedang mengerjakan karangannya, hanya Sandra yang terdiam merenung. Dia sangat membenci pelajaran ini karena dia benar-benar harus mengarang, karena dalam kenyataannya dia memang tidak mengalami kejadian yang sesuai dengan ketiga judul yang diberikan bu Guru Tati. Ketika dia berpikir keluarga bahagia, yang muncul hanya kondisi rumah yang penuh dengan botol minuman yang berserakan dimana-mana, tumpahan bir berceceran di atas kasur, bantal-bantal tak bersarung, sejumlah manusia yang mendengkur, terlihat tidak ada kehidupan bahagia sama sekali.

Kemudian Sandra mulai memikirkan salah-satu judul karangan yaitu tentang Ibu. Sandra melihat seorang wanita yang cantik. Seorang wanita yang selalu merokok, sering mengeluarkan kata-kata kasar, selalu bangun siang, yang kalau makan selalu pakai tangan dan kaki kanannya selalu naik keatas kursi. Akan tetapi, Sandra tahu bahwa wanita itu menyayanginya. Setiap hari minggu wanita itu mengajaknya jalan-jalan ke plaza, sebelum tidur wanita itu membacakan sebuah cerita dari sebuah buku berbahasa inggris dengan gambar-gambar berwarna. Dari sinilah, Sandra membenci Bu Guru Tati dan pelajaran mengarang, Sebab Sandra tidak tahu harus menuliskan seperti apa karangan itu dan akhirnya ia hanya menulis sepenggal kalimat yang berbunyi Ibuku Seorang Pelacur.

Kelebihan Cerpen

Tidak sama dengan cerpen lainnya dalam kumpulan cerpen Seno Gumira Ajidarma, cerpen ini ditulis dengan bahasa yang sederhana, santai, dan tidak begitu berat sehingga bisa membuat para pembaca merasakan relate dengan kondisi tokoh yang disajikan dalam cerpen tersebut. Kemudian permasalahan yang diambil sesuai dengan judul sehingga pembaca tidak perlu berimajinasi berlebihan. Ditambah lagi dengan jalan cerita atau alur cerita yang lebih segar serta menarik sehingga membuat pembaca tidak mudah bosan karena dari awal hingga akhir cerita yang disajikan banyak terdapat kejutan.

Kekurangan Cerpen

Akan tetapi, cerpen ini juga memiliki kekurangan. Diantaranya hanya cocok dibaca untuk anak remaja ke atas, ada beberapa pemilihan kata yang sulit dimengerti karena menggunakan bahasa sehari-hari dalam suatu daerah, dan masih ada penggunaan kata yang tidak baku yang sesuai dengan kamus besar Bahasa Indonesia.

•Ashetria Noviska Ramadhani. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas C angkatan 2021

This article is from: