TBM Bulletin : Indonesia dan Batu Bara, Bom Waktu Afghanistan

Page 1

Cover ntar disini ya gengs pake yang di potosop

Designed by: • Nurhadid K.55 • Edra Abhista. K.61


#BreakingDownBarriers

Indonesia dan Batubara: Pemasok Energi atau Kantung Pemerintah? When it comes to global warming, coal is the gorilla in the room - Jeff Goodell

B

atu bara telah menjadi tulang punggung energi di Indonesia. Ketergantungan Indonesia akan batu bara terhadap total sumber energi hingga sekarang masih lebih dari 60%. Kementerian ESDM mencatat penggunaan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik meningkat pesat dalam kurun waktu 5-6 tahun terakhir. Menteri ESDM, Arifin Tasrif, di Komisi V DPR memaparkan bahwa persentase pengguna batu bara meningkat, yakni dari 30,14 persen pada 2015 lalu menjadi 38,04 persen. Hal tersebut memicu pertanyaan terkait apa yang menyebabkan penggunaan batu bara di Indonesia terus meningkat? Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), alasan Indonesia masih mengandalkan batu bara untuk bahan bakar pembangkit listrik karena saat ini pemerintah masih mengejar rasio elektrifikasi. Batu bara merupakan bahan bakar yang cocok untuk melakukan hal tersebut karena harganya yang relatif murah dan dapat mudah untuk disimpan. Ketergantungan pada batu bara inilah yang membuat banyak orang tergiur untuk bergabung dalam lingkup bisnis batu bara, termasuk sejumlah pejabat publik di Indonesia. Siapa sajakah aktor-aktor politik yang terlibat dalam bisnis batu bara tersebut? Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, menjadi nama salah satu pejabat publik yang memiliki bisnis perusahaan batu bara. Luhut yang membawahi sektor pertambangan dan energi merupakan pemegang saham PT Toba Sejahtra, 01 | THINK BEYOND MECHANICAL

perusahaan ini memiliki sejumlah anak perusahaan yang terlibat dalam pertambangan batu bara dan PLTU. Beberapa politicallyexposed persons (PEPs) lainnya terhubungkan dengan kelompok bisnis ini, termasuk anggota keluarga Luhut, mantan menteri serta pejabat tinggi lainnya, dan pensiunan jenderal. Selain Luhut, terdapat beberapa nama pengusaha batu bara yang sempat diamanahkan memegang jabatan di pemerintahan, seperti Sandiaga Uno, Prabowo Subianto, dan Aburizal Bakrie. Nama-nama tersebut hanyalah sebagian kecil dari banyaknya nama pejabat publik yang terlibat dalam bisnis emas hitam ini. Pengusaha batu bara yang sempat memegang jabatan publik kerap kali disinggung dalam pembahasan isu masalah lingkungan serta dalam proses pemilihan, seperti yang terjadi pada pemilihan presiden tahun 2019. Lantas, mengapa pengusaha batu bara yang memegang jabatan publik seringkali dipermasalahkan? Batu bara merupakan bahan bakar yang dapat diandalkan dalam memasok energi karena sifatnya yang tidak terpengaruh oleh faktor cuaca, kemampuan untuk disimpan, dan harganya yang relatif murah. Namun,

Pembangkit Listrik Batubara


menyalahgunakan dan membuat kebijakan serta izin yang mendukung keberlangsungan bisnis batu bara mereka. Akibatnya, kebijakan hanya akan menguntungkan pemilik perusahaan batu-bara dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, sedangkan permasalahan lingkungan yang timbul akan diabaikan. Salah satu contoh dari permasalahan yang dihasilkan oleh tambang batu bara adalah fly ash dan bottom ash, yaitu hasil produk sisa material-material yang terbang dan terendapkan. Fly ash dan bottom ash yang dihasilkan dapat menyebabkan polusi udara dan dampak negatif pada kesehatan pada daerah sekitar tambang batu bara. Elit politik dalam jaringan bisnis batu bara

keunggulannya tersebut juga menimbulkan dampak pada lingkungan. Produk sampingan batu bara menyebabkan banyak polusi dan berkontribusi terhadap pemanasan global. Selain itu, penambangan batu bara juga merusak lingkungan dan komunitas di sekitarnya. Erosi tanah dan pencemaran air menjadi salah satu bentuk kerusakan yang timbul akibat penambangan batu bara. Perusahaan batu bara seringkali mengklaim bahwa mereka membawa kekayaan ke wilayah tersebut, kenyataannya adalah perkembangan batubara justru membawa jejak kerusakan lingkungan sementara masyarakat lokal hanya menikmati sedikit manfaat ekonomi. Tidak hanya merusak lingkungan dan komunitas di sekitarnya, batu bara juga menimbulkan dampak pada perekonomian dan sistem politik. Banyaknya pejabat dan elit politik yang terjun ke dalam bisnis batu bara dapat mendorong munculnya konflik kepentingan dan korupsi politik. Kebutuhan terhadap modal yang besar, keterkaitan erat dengan peraturan pemerintah, adanya royalti dan pajak serta ketergantungan terhadap infrastruktur pemerintah untuk mengirimkan batu bara ke pasar menjadikan sektor ini rawan terpapar korupsi politik. Pengusaha batu bara yang menduduki jabatan di pemerintahan memungkinkan mereka untuk

Kondisi tersebut seakan terbukti dengan disahkannya RUU Minerba yang dianggap sebagai produk gagal. UU Minerba baru itu dinilai gagal menghadirkan pasal-pasal yang membela kepentingan masyarakat atau yang bisa menjadi kontrol bagi kerakusan pengusaha yang cenderung mengeruk bahan tambang tanpa mempedulikan kelestarian lingkungan. Beberapa pasal di dalamnya menuai kontroversi dan dinilai merupakan aturan yang mendukung oligarki serta hasil kongkalikong para pemegang kekuasaan. Salah satu pasal revisi UU Minerba yang menuai kontroversi adalah pasal 4 ayat 2 mengenai penguasaan mineral dan batu bara yang sepenuhnya dikelola oleh pemerintah pusat. Pasal ini merivisi UU sebelumnya dimana pemerintah daerah juga diberikan wewenang dalam penguasaan kelola mineral dan batu bara. Bentuk pengelolaan ini dinilai bertentangan dengan substansi otonomi daerah.

Karangan bunga penolakan RUU Minerba

September 2021 | 02


#BreakingDownBarriers Provinsi Kalimantan Timur pun menjadi saksi praktek korupsi politik yang dilakukan oleh oligarki. Kalimantan Timur merupakan salah satu pusat industri batu bara di Indonesia di mana terdapat banyak lubang tambang yang ditelantarkan. Lumbang tambang tersebut seharusnya direstorasi dan ditanami kembali, namun banyak perusahaan yang mengabaikan hal tersebut. Menurut catatan Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) hingga bulan September 2020, lubang-lubang bekas galian tambang batu bara di Kalimantan Timur telah menelan 39 korban. Dengan korban yang paling baru merupakan 2 murid smp yang tenggelam di daerah lubang bekas tambang Danau Biru karena insiden merakit. Tanggung jawab akan reklamasi bekas galian dan ganti rugi pada korban dapat perusahaan batu bara hiraukan karena mereka memiliki kekuasaan dan koneksi terhadap pemerintah.

Tambang batu bara di Kalimantan Timur

Pemerintah selalu mengatakan akan mengurangi porsi penggunaan batu bara dan mulai beralih ke arah energi baru terbarukan. Pemerintah bahkan membuat terget porsi penggunaan energi baru terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025. Faktanya, target tersebut sangat jauh dengan realita yang ada saat ini. Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengatakan sepanjang tahun 2020 porsi bauran EBT hanya bertambah 2,36 persen menjadi 11,51% dari target 13,4%. Hal ini pun menimbulkan pertanyaan mengenai apakah energi baru terbarukan hanya menjadi omong kosong belaka yang dibahas setiap kampanye pemilihan demi menarik simpati rakyat? 03 | THINK BEYOND MECHANICAL

Dan mengapa target penggunaan energi baru terbarukan di Indonesia dari tahun ke tahun jarang tercapai? Tanpa disadari, batu bara telah memainkan peran besar di negeri ini. Uang hasil penambangan batu bara telah menjadi sumber pendanaan kampanye sejumlah pejabat di Indonesia. Uang tersebut bukanlah cumacuma, tentu ada imbalan lain yang harus diberikan oleh pejabat yang didukung bagi para pemberi dana, salah satunya seperti mempermudah penerbitan izin usaha pertambangan. Adanya hubungan timbal balik antara pejabat dan pemberi dana yang merupakan pemilik perusahaan batu bara inilah yang mempersulit berkembangnya energi baru terbarukan di Indonesia. Para pejabat pemilik perusahaan batu bara ini tentu enggan untuk melepas aset yang menjadi keuntungan mereka demi beralih ke energi baru terbarukan. Para pejabat yang memiliki kuasa ini dapat dengan mudah membuat kebijakan yang mendukung kelangsungan industri batu bara. Akibatnya, energi baru terbarukan hanya akan bergerak di tempat dan target yang ingin dicapai hanya akan menjadi angan-angan saja. Melihat fakta yang ada, sebagai pemegang kekuasaan, pemerintah telah gagal untuk melepaskan diri dari kepentingan beberapa orang dan cenderung mengabaikan kesejahteraan rakyat serta permasalahan lingkungan. Presiden Joko Widodo diminta tegas dalam mengurusi masalah batu bara baik dalam mengurangi porsi penggunaan maupun dalam mengatur kebijakan lingkungan akibat batu bara. Jika kondisi tersebut tetap dibiarkan, maka keuntungan yang tidak sebanding dengan kerusakan lingkunganlah yang akan didapat. Jangan hanya menjadikan permasalahan batu bara dan energi terbarukan sebagai ajang untuk memikat rakyat untuk memilih dalam pemilihan. Perlu disadari bahwa aktor politik pengelola batu bara ini tidak hanya telah merusak lingkungan, tetapi juga merusak negeri ini.


Bom Waktu Afghanistan

Taliban fighters patrol the streets of Kabul

15 Agustus 2021 Dunia digemparkan oleh jatuhnya pemerintahan presiden Ashraf Ghani di Afghanistan ke tangan pemberontak Taliban. Setelah tentara Amerika dan sekutunya meninggalkan negara tersebut, Taliban bergerak cepat mengambil kota-kota penting di Afghanistan hingga pada akhirnya mengepung dan menaklukan ibu kota Kabul. Perang antara Taliban dan pemerintah Afghanistan telah berlangsung selama dua puluh tahun. Jatuhnya Kabul dan menyerahnya presiden Ashraf Ghani menandakan akhir dari perang saudara ini dengan kemenangan pihak Taliban. Lalu, siapakah Taliban, bagaimana gerakan mereka bisa menjatuhkan pemerintahan sah di Afghanistan dan apa dampak kemenangannya bagi Afghanistan dan dunia?

Sejarah Taliban dapat ditarik ke belakang pada invasi Uni Soviet ke Afghanistan pada tahun 1979-1992 sebagai bentuk dukungan Uni Soviet pada kelompok komunis di Afghanistan. Presiden Pakistan pada saat itu, Muhammad Zia-ul-Haq khawatir tentara Uni Soviet akan memasuki kawasan negaranya. Oleh karena itu, dia meminta bantuan kepada Saudi Arabia dan Amerika untuk mendanai mujahidin Afghanistan dalam melawan Uni Soviet (Kronstadt, 2010). Sekitar 90.000 warga Afghanistan, termasuk pendiri Taliban Mohammed Umar, dilatih oleh intelijen Pakistan, Saudi Arabia dan Amerika. Pelatihan militer ini disebut oleh Hillenbrand (2015) sebagai asal muasal dari Taliban karena hampir semua pemimpin awal Taliban merupakan veteran perang antara Uni Soviet dan Afghanistan. Pada tanggal 14 April 1988, pihak-pihak representatif dari Uni Soviet, Amerika Serikat, Afghanistan, dan Pakistan menandatangani persetujuan yang meminta pengunduran pasukan Uni Soviet dari Afghanistan. Selain itu, pihak Amerika Serikat juga

September 2021 | 04


#BreakingDownBarriers menyetujui pengakhiran dari kerjasama militer mereka dengan pasukan anti-Soviet asal Afghanistan, serta Afghanistan dan Pakistan menyetujui untuk tidak mengganggu dalam urusan negara masing-masing.

Signing of a non-aggression pact between Afghanistan and the USSR

Setelah invasi Uni Soviet, terjadi perang saudara di Afghanistan untuk memperebutkan kekuasaan di negara itu dari tahun 1992-1996. Pada tahun 1994, Muhammad Omar bersama dengan 50 muridnya membentuk sebuah gerakan bernama Taliban. Taliban berasal dari kata Talib yang berarti murid. Kata ini digunakan karena anggota Taliban kebanyakan merupakan murid-murid agama Islam yang meyakini hukum Islam yang ketat merupakan hal yang harus diterapkan negara untuk mencapai keamanan dan kesejahteraan (Ogata, 2005). Omar membentuk gerakan ini atas kekecewaannya pada hukum di Afghanistan yang tidak menggunakan hukum Islam setelah runtuhnya komunisme. Hanya dalam waktu beberapa bulan saja Taliban terus berkembang hingga memiliki 15.000 pengikut dari kelompok Sunni Deobandi dan pengungsi Afghanistan. Kelompok ini percaya bahwa kekacauan di Afghanistan akan berakhir apabila hukum Islam diterapkan oleh pemerintah. Bagi Amerika Serikat, berdirinya Taliban merupakan sebuah ironi. Gerakan mujahidin ini pada mulanya dibuat oleh Amerika untuk melawan kependudukan Uni Soviet di Afghanistan. Namun, setelahnya Taliban menjadi salah satu musuh Amerika atas dukungan mereka kepada Al-Qaeda, tersangka utama kejadian 9/11, yang membuat keduanya ber05 | THINK BEYOND MECHANICAL

perang selama 20 tahun (2001-2021). Dalam bukunya, van Linchosten dan Kuehn (2012) bahkan menyebut Taliban sebagai ‘An Enemy We Created’ untuk menunjukan bahwa Amerika lah yang membuat musuhnya sendiri. Stephens dan Ottaway (2002) mencatat Amerika berupaya untuk mendukung pemberontakan anti-Soviet di Afghanistan dengan diam-diam menyediakan buku sekolah yang mempromosikan ajaran Islam militan dan menyertakan gambar senjata dan tentara dalam upaya untuk menanamkan kebencian pada penjajah asing (Uni Soviet) pada anak-anak Afghanistan. Pada tahun 2001 setelah kejadian 9/11 Amerika Serikat melancarkan invasi ke Afghanistan dan menjatuhkan rezim Taliban yang berkuasa sejak tahun 1996-2001 di sana. Dari tahun 2001-2021, Amerika Serikat dan sekutunya berperang melawan pemberontak Taliban dan ikut mengamankan pemerintahan demokratis di Afghanistan. Namun, pada tahun 2021 pemerintahan Joe Biden memutuskan untuk menarik pasukan Amerika dari Afghanistan. Hal ini memberikan kesempatan kepada Taliban untuk melakukan serangan balik. Reuteurs (2021) melaporkan pada Juli 2021 Taliban berhasil menguasai lebih dari setengah distrik di Afghanistan. Hal ini terus berlanjut hingga pada pertengahan Agustus dimana Taliban berhasil menaklukan ibu kota Kabul dan menguasai Istana Presiden di Kabul. Presiden Ashraf Ghani sendiri melarikan diri ke Tajikistan pada tanggal 15 Agustus 2021 (Al Jazeera, 2021). Sejauh ini, Amerika telah menginvestasi dana sebesar 300 miliar dolar AS, dengan total kematian sebanyak 6.500 jiwa dari pihak A.S dan 167.000 jiwa dari pihak Afghanistan.


Taliban merupakan salah satu gerakan ekstrimis terbesar di dunia. Selama pemerintahan rezim Taliban di tahun 1996-2001 terdapat banyak kebijakan rezim yang melanggar hak asasi manusia warganya, seperti pelarangan perempuan untuk bekerja kecuali di sektor medis, diskriminasi kepada umat Hindu dan Sikh hingga pelarangan hiburan dan aktivitas rekresional seperti televisi, musik dan sinema (Rashid, 2010). Selain itu, Taliban juga melindungi Al-Qaeda organisasi yang mendalangi peristiwa 9/11. Oleh karena itu, kemenangannya di Afghanistan menimbulkan banyak kekhawatiran dari berbagai pihak, baik dari dalam negeri maupun dunia internasional. Di dalam negeri Afghanistan, ribuan warga mengungsi setelah Taliban menguasai negaranya. PBB menyebutkan ada sekitar 390 ribu warga Afghanistan yang telah mengungsi dan mencari perlindungan yang aman paska penguasaan Afghanistan oleh Taliban (Republika, 2021). Selain itu, banyak warga yang menjejali bandara agar bisa melarikan diri ke luar negeri (Kompas, 2021). Hal ini menunjukan ketakutan warga Afghanistan terhadap pemerintahan Taliban di negerinya. Meskipun begitu, Taliban berupaya meredam ketakutan warganya dengan menyatakan akan menjamin hak asasi warganya yang sudah mereka nikmati selama 20 tahun terakhir (Tempo, 2021). Di luar negeri, banyak negara Barat yang khawatir akan tumbuhnya ekstrimisme dan terorisme setelah kemenangan Taliban. Swami (2021) menyebutkan bahwa kemenangan Taliban bisa menjadi inspirasi bagi ekstrimis di negara lain. Mengenai hal ini, pemerintah Inggris melalui menteri pertahanannya mengingatkan bahwa kebangkitan Taliban akan menjadi tempat berkembang biak bagi para ekstrimis yang bisa mengancam keamanan dunia. Di sisi lain, kekuatan regional Iran China Russia dan Pakistan menyambut rezim baru Taliban di Afghanistan sebagai bentuk tujuan mereka untuk mengusir Amerika Serikat dari wilayah tersebut. Russia bahkan menyebutkan tidak akan mengevakuasi kedutaannya di Afghanistan hal yang menunjukan bahwa

Russia mulai menciptakan hubungan baik dengan rezim Taliban. Setelah ini semua terjadi, apa yang akan terjadi kepada Afghanistan pada masa depan di bawah pemerintahan Taliban? Salah satu peristiwa baru-baru ini yang penting untuk diperhatikan adalah interaksi antara China dan Afghanistan, dengan juru bicara Taliban memberikan pernyataan yang ditujukan kepada “Negara Panda”, mempersilakan mereka untuk berkontribusi dalam pembangunan ulang Afghanistan, selain deklarasi itu, telah dilaporkan bahwa pihak dari Beijing juga sudah mulai berpartisipasi dalam pembangunan jalan raya Peshawar-Kabul. Hubungan ini memiliki 2 ‘akhir’ umum, yaitu: 1. Afghanistan dalam kontrol Taliban menjadi negara yang pada akhirnya tidak terlalu menonjol dalam rencana besarnya. 2. Taliban menjadi negara kuat. Menurut laporan dari tahun 2014, wilayah Afghanistan mungkin memiliki mineral langka yang hampir berharga 1 biliun dolar A.S. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Taliban merupakan kelompok ekstrimis Islam yang ingin memberlakukan hukum Islam di Afghanistan. Kelahirannya berkaitan dengan kepentingan Amerika Serikat untuk mengusir kekuatan Uni Soviet di negara tersebut. Namun, Taliban menjadi boomerang bagi Amerika Serikat setelah keterlibatannya melindungi Al-Qaeda yang bertanggung jawab atas peristiwa 9/11. Hal ini menyeret Amerika Serikat untuk berperang melawan Taliban selama 20 tahun. Ditariknya tentara Amerika dari Afghanistan memberi kesempatan untuk Taliban untuk menjatuhkan pemerintahan Afghanistan dan menciptakan rezim baru. Kemenangan ini menimbulkan banyak kekhawatiran dari warga Afghanistan dan dunia internasional. Apakah kekhawatiran tersebut terbukti atau tidak hanya waktu yang bisa menjawabnya.

September 2021 | 06


#BreakingDownBarriers Referensi

1. Indonesia, G. (2018). Pengaruh Elite Politik Dalam Pusaran Bisnis Batubara. Retrieved 19 July 2021, from https://www.greenpeace.org/indonesia/siaran-pers/1016/pengaruh-elite-politik-dalam-pusaran-bisnis-batubara/ 2. Post, T. (2021). Explainer: New rules in revised Mining Law. Retrieved 19 July 2021, from https://www.thejakartapost.com/ news/2020/05/14/explainer-new-rules-in-revised-mining-law.html 3. Post, T. (2021). Luhut admits owning 6,000ha coal mine in East Kalimantan. Retrieved 19 July 2021, from https://www.thejakartapost. com/news/2019/02/27/luhut-admits-owning6000-ha-coal-mine-in-east-kalimantan.html 4. Indonesia, C. (2021). UU Minerba, Aturan Oligarkis di Era Milenial. Retrieved 19 July 2021, from https://www.cnnindonesia.com/ nasional/20200519132036-13-504886/uu-minerba-aturan-oligarkis-di-era-milenial 5. RI, S. (2021). J.D.I.H. - Undang Undang Dasar 1945 - Dewan Perwakilan Rakyat. Retrieved 19 July 2021, from https://www.dpr. go.id/jdih/uu1945 6. Al Jazeera. (2021). Taliban enters Afghan presidential palace after Ghani flees. Diambil dari https://www.aljazeera.com/ news/2021/8/15/taliban-continues-advances-captures-key-city-of-jalalabad 7. Kronstadt, K. Alan. (2010). Pakistan: Key Current Issues and Developments. Congressional Research Service. 8. Hillenbrand, Carole (2015). Islam: A New Historical Introduction. London: Thames & Hudson 9. Kompas. (2021). Saat 640 Warga Afghanistan Menjejali Pesawat Kargo AS yang Hanya Muat 150 Orang. Diambil dari https://www.kompas.com/global/ read/2021/08/17/104531770/saat-640-warga-afghanistan-menjejali-pesawat-kargo-as-yang-hanya-muat-150?page=all 10. Matinuddin, Kamal. (1999). The Taliban Phenomenon, Afghanistan 1994–1997, Oxford University Press 11. Ogata, Sadako N. (2005). The Turbulent Decade: Confronting the Refugee Crises of the 1990s. W. W. Norton & Company 12. Rashid, Ahmed (2010). Taliban: Militant Islam, Oil and Fundamentalism in Central Asia. Yale University Press 07 | THINK BEYOND MECHANICAL

13. Republika. (2021). PBB: 390 Ribu Warga Afghanistan Mengungsi. Diambil dari https:// www.republika.co.id/berita/qxq14o377/ pbb-390-ribu-warga-afghanistan-mengungsi 14. Reuteurs. (2021). Half of all Afghan district centers under Taliban control - U.S. general. Diambil dari https://www.reuters. com/world/asia-pacific/half-all-afghan-district-centers-under-taliban-control-us-general-2021-07-21/ 15. Swami, Praveen. (2021). What the Taliban victory in Afghanistan means for India and the world, explained. Diambil dari https://www. moneycontrol.com/news/india/what-the-taliban-victory-in-afghanistan-means-for-indiaand-the-world-explained-7341071.html 16. Tempo. (2021). Viral Bandara Diserbu, Taliban Minta Warga Afghanistan Jangan Mengungsi. Diambil dari https://dunia.tempo. co/read/1495552/viral-bandara-diserbu-taliban-minta-warga-afghanistan-jangan-mengungsi 17. Van Linschoten, Alex Strick dan Kuehn, Felix. (2012). An Enemy We Created: The Myth of the Taliban-Al Qaeda Merger in Afghanistan. Oxford University Press

Indonesia dan Batubara: Pemasok Energi atau Kantung Pemerintah? Written by: • Reyhan Husain Wicaksono K.64 Designed by: • Reyhan Husain Wicaksono K.64 • Nurhadid K.55

Bom Waktu Afghanistan Written by: • Gadia Adhikaputra K.57 • Hanif Al-Ghazali K.63 Designed by: • Nurhadid K.55


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.