Pengendalian Termal - Sains Bangunan

KELOMPOK 10 - SAINSBANG D

PENGENDALIAN TERMAL Sains Bangunan

ANISSA NIMAS S 210606110046 QUROTUL AINI DRC 210606110047 JULIA SALSABILA 210606110049

Pengertian Menurut standar 55-1992 ASHRAE (American society of heating, refrigerating and airconditioning engineers), kenyamanan termal (thermal comfort) adalah keadaan pikiran manusia yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan sekitar. Kenyamanan ini dirasakan tubuh bila terdapat keseimbangan termal dimana panas yang dihasilkan tubuh setara dengan pelepasan dan perolehan panas pada tubuh.

Tubuh manusia menghasilkan panas dari hasil metabolisme dan berusaha agar dapat mencapai suhu sekitar 37 °C. Sementara, panas hasil metabolisme hanya sekitar 20% yang digunakan, sisanya sekitar 80% yang tak terpakai dibuang melalui konduksi yang terjadi langsung antarbenda, konveksi melalui udara, dan radiasi melalui proses pelepasan gelombang berbentuk energi elektromagnetik. Sementara evaporasi terkait keseimbangan termal tubuh di sini adalah pelepasan panas tubuh melalui keringat, peluh, dan pernapasan.

Faktor Kenyamanan Termal Dari semua cara pelepasan panas pada tubuh, evaporasi melalui keringat adalah cara yang paling efektif.

Saat suhu udara meningkat, tubuh segera berkeringat. Tetap keringat dapat menguap dan mendinginkan suhu tubuh hanya jika udara masih dapat menampung uap air.

Berarti tingkat kelembapan udara sangat berpengaruh terhadap kenyamanan termal.

Bila tingkat kelembapan udara tinggi maka keringat sulit menguap dan tubuh merasakan ketidaknyamanan termal. B Bila udara kering dan keringat mudah menguap, tubuh masih dapat merasakan kenyamanan termal meskipun suhu udara cukup tinggi.

1

Suhu udara (Air temperature)

2

Kelembapan udara (air humidity)

3

Kecepatan Udara (air speed)

4

Radiasi Thermal (Thermal radiator)

5

Tingkat aktiviitas (personal activity level)

6

Pakaian (clothing)

Faktor lingkungan (eksternal)

Faktor personal (internal)

KELOMPOK 10 - SAINSBANG D

KENYAMANAN TERMAL

Faktor Kenyamanan Termal 1. Suhu udara Penyebab utama terjadinya perubahan dan perbedaan suhu udara adalah perbedaan intensitas radiasi panas matahari yang diterima. Faktor penentu penerimaan intensitas radiasi panas matahari yang berakibat pada suhu udara : Rotasi bumi : Perputaran bumi pada poros/sumbunya mengakibatkan terjadinya siang dan malam serta perubahan sudut jatuh sinar matahari. Sehingga terdapat perbedaan suhu udara.

Revolusi bumi : Peredaran bumi mengelilingi matahari mengakibatkan terjadinya pergantian musim.

Kondisi Langit (Sky Condition) : Kondisi langit (sky condition) Awan di langit, debu, dan gas polusi yang tersebar di angkasa, juga debu dan awan panas hasil aktivitas gunung berapi, dapat menghalangi penerimaan radiasi panas Topografi fan elevasi bumi : Kontur pada bumi yang membentuk dataran dan pegunungan menghasilkan perbedaan elevasi (dihitung dari permukaan laut/dpl). Makin tinggi elevasi maka suhu udara cenderung terukur makin rendah.

Makin panas udara maka tubuh makin memperoleh panas, terutama dengan cara konveksi melalui udara, juga konduksi dan radiasi dari material di sekitarnya. Bila keseimbangan termal tubuh terganggu maka tubuh akan merasakan ketidaknyamanan termal 2, Kelembapan Udara Nilai kelembapan udara adalah indikator banyaknya kandungan uap air di udara. Makin banyak uap airnya maka udara makin lembap. Ada tiga cara pengukuran kelembapan udara, yaitu sebagai berikut : Absolute humidity (AH) adalah jumlah uap air dalam unit massa udara (g/kg) atau unit volume udara (g/m³) Saturation-point humidity (SH) adalah jumlah uap air yang dapat dikandung oleh udara pada suhu tertentu (g/kg, kg/ m³, g/m³).

Relative Humidity (RH) adalah perbandingan AH terhadap SH uang meneunjukan potensi penguapan RH = AH/SH X 100, RH adalah cara pengukuran kelembapan udara yang paling umum digunakan.

Kelembapan udara sangat memengaruhi perolehan kenyamanan termal. Makin lembap udara maka makin sukar keringat menguap, sehingga pelepasan panas tubuh pun terhambat 3. Kecepatan Udara Udara bergerak karena dua hal, yaitu perbedaan suhu dan perbedaan tekanan.

Pergerakan udara terjadi dari zona bersuhu lebih dingin atau bertekanan lebih tinggi ke zona bersuhu lebih panas atau bertekanan lebih rendah (tekanan udara menurun bila udara memuai akibat panas).

Berikut contoh pergerakan udara yang terjadi di pantai akibat perbedaan suhu udara antara di daratan dan lautan saat siang dan malam hari

KELOMPOK 10 - SAINSBANG D

KENYAMANAN TERMAL

Faktor Kenyamanan Termal Berikut contoh pergerakan udara yang terjadi di pantai akibat perbedaan suhu udara antara di daratan dan lautan saat siang dan malam hari Arah angin di site diprediksi berdasar kecenderingan yang sering terjadi. Untuk mencapai kenyamanan termal di area tropis lembab, kec udara yang dbutuhkan 0,6 m/det - 1,5 m/det. Jika lebih cepat dari angka tersebut am==maka angin akan terasa begitu kencang.

Di daerah tropis panas lembap, kecepatan gerak udara harus cukup agar udara yang lebih panas dan lebih lembap dapat segera digantikan oleh udara yang lebih dingin dan lebih kering, sehingga tubuh dapat mencapai keseimbangan termal melalui penguapan keringat 4. Radiasi Termal Energi matahari terdiri atas panas dan cahaya yang diradiasikan/dipancarkan melalui angkasa dan menembus atmosfer hingga diterima permukaan bumi, Jumlah radiasi panas yang diterima permukaan bumi hanya sekitar 50% semula karena terjadi peristiwa di atmosfer dan pemantulan oleh permukaan bumi itu sendiri. Faktor perolehan radiasi panas matahari yang memengaruhi peningkatan suhu udara, yaitu sebagai berikut : Jenis material permukaan Setiap material di permukaan bumi memiliki albedo masingmasing. Makin tinggi albedo, berarti kemampuan pantul radiasi yang diterima juga makin tinggi Sudut jatuh sinar matahari terkait waktu Pada suatu lokasi, posisi matahari berubah sepanjang hari. Makin kecil altitude sinar matahari (makin miring), intensitas radiasi panas yang diterima permukaan material pun akan makin kecil. Tetapi, saat sore hari telah terjadi akumulasi sepanjang hari dari energi radiasi panas tersebut, sehingga walaupun sudut jatuh tersebut miring, suhu udara terukur tinggi.

Lokasi di bumi terkait pola lintasan matahari (sunpath), penerimaan radiasi panas matahari dipengaruhi juga oleh lokasi di bumi karena setiap daerah di bumi memiliki pola lintasan matahari (sunpath) yang spesifik.

Orientasi bangunan dan bukaan, walaupun berada di daerah yang sama tidak berarti semua sisi bangunan memperoleh intensitas radiasi panas yang sama.

Pemilihan material permukaan serta orientasi bangunan dan bukaan akan menentukan perolehan radiasi panas matahari yang dapat meningkatkan suhu udara dan memengaruhi perolehan kenyamanan termal

KELOMPOK 10 - SAINSBANG D

KENYAMANAN TERMAL

Kendala Kenyamanan Termal Kenyamanan termal tidak selalu mudah untuk diperoleh. Makin banyak atau makin besar kendala yang ditemui maka makin sukar tercapai. Kendala perolehan kenyamanan termal di setiap zona iklim bersifat spesifik.

Untuk Indonesia dengan iklim tropis basah, kendala utama perolehan kenyamanan termal yaitu : Suhu udara tinggi Ketidaknyamanan termal

Kelembapan udara tinggi Kecepatan udara rendah

Kondisi cuaca yang diperlukan untuk mencapai kenyamanan termal di Indonesia, sebagai berikut.

Suhu udara 24 °C <T< 26°C Kelembapan udara 40% < RH < 60% Kecepatan udara 0,6 m/det < v < 1,5 m/ det

Antisipasi kendala termal baik teknik pasif maupun teknik aktif atas kendala termal di Indonesia meliputi: (lihat Gambar 2.9): Reduce solar-heat gain (mengurangi perolehan panas dari radiasi matahari) Increase passive-cooling effect (tingkatkan efek pendinginan secara pasif) Optimize natural-ventilation system (pengoptimalan sistem penghawaan alami

High air temperature

Reduce solar heat gain

High air humidity

Increase passive cooling effect

Low air velocity

Optimixe natural ventilation system

Teknik pasif dan/ atau teknik aktif

Dengan teknik pasif melalui desain yang tepat dari bangunan dan lingkungan, dapat dilakukan strategi pengendalian termal, dimana iklim pada bangunan dan site dimodifikasi menjadi iklim mikro yang menunjang kenyamanan termal

KELOMPOK 10 - SAINSBANG D

KENYAMANAN TERMAL

SHADE & FILTER Shade adalah strategi pengendalian termal dengan menggunakan komponen bangunan yang berfungsi sebagai pembayang sinar matahari (sun shader), sifatnya masif & tanpa lubang Filter adalah strategi pengendalian termal dengan menggunakan komponen bangunan yang berfungsi sebagai penyaring sinar matahari (sun filter), sifatnya transparan & berlubang Strategi shade & filter : Shading devices

Recessed sun spaces

Transitional spaces

Secondary skin

Double glass

Absorbing & reflective glass

Low-e glass

Pemilihan kaca

Shading Devices Shading devices meliputi sirip penangkal sinar matahari (SPSM), bidang dinding, atap balkon, atap lebar, kisi-kisi (louvre), dan automated blinds.

Pertimbangan dimensi shading devices didasarkan pada kebutuhan: Pembayangan

1

2

View

3

Estetika

SPSM Sirip yang terintegrasi dengan desain bukaan cahaya, biasanya berupa dinding tambahan yang berada di sekitar bukaan fasad

1

Horizontal devices efektif untuk sinar matahari dengan altitude tinggi (10:00-14:00) pada fasad timur dan barat

Tipe SPSM: 1

Horizontal Devices

2

Vertical Devices

3

Eggcrate Devices 2 Vertical devices

efektif untuk sinar matahari dengan altitude rendah (08:00-10:00 dan 14:00-16:00) pada fasad utara dan selatan

3 Eggcrate devices

efektif untuk semua altitude sinar matahari

KELOMPOK 10 - SAINSBANG D

STRATEGI PENGENDALIAN TERMAL

SHADE & FILTER Kisi-kisi (louvre)

Automated blinds

Sirip-sirip pendek yang disusun rpat dengan sudut kemiringan tertentu dengan tujuan memfilter penerimaan radiasi panas matahari

Louvre yang bersifat flesksibel, sudut kemiringannya dapat berubah otomatis menggunkan mesin sesuai degan arah sudut sinar matahari.

menghindari terjadinya penumpukan udara panas didaerah yang terbayangi

Recessed sun spaces Recessed sun space adalah suatu bidang subtract pada lantai bangunan untuk memperoleh pembayangan optimal terhadap matahari di depan bukaan udara yang biasanya berupa balkon pada tiap lantai.

Pertimbangan dimensi recessed sun spaces didasarkan pada kebutuhan: 1

Pembayangan

2

View

3

Estetika

Transitional spaces Transitional spaces adalah subtract pada bangunan dengan dimensi yang besar, sebagai pembayang dan ruang transisi udara sebelum masuk ke bangunan.

Pertimbangan dimensi transitional spaces didasarkan pada kebutuhan: 1

Pembayangan

2

Estetika

Biasanya transitinal spaces dimanfaatkan sebagai taman (skycourt)

transitional space

KELOMPOK 10 - SAINSBANG D

STRATEGI PENGENDALIAN TERMAL

STRATEGI PENGENDALIAN TERMAL Secondary skin

Double Glass

Secondary skin adalah selubung bangunan yang berfungsi sebagai filter penerimaan radiasi matahari.

Double glass adalah kaca ganda yang difungsikan sebagai filter transmisi radiasi matahari yang masuk ke dalam bangunan (mentransmisikan sebagian kecil).

Pertimbangan pengadaan secondary skin didasarkan pada kebutuhan: Pembayangan

1

2

KELOMPOK 10 - SAINSBANG D

SHADE & FILTER

View

secondary skin

Tebal total double glass 24mm (clear glass 1 (6 mm), spacer (12 mm), (clear glass 2 (6 mm)) dapat mereduksi energi listrik hingga 35,5%

Absorbing & Reflective Glass Spesifikasi absorbing glass dan relfective glass meliputi beberapa kemampuan: 1

Karakteristik energi (radiasi panas & radiasi cahaya) Absorbsi ( ,%) : kemampuan serap Reflektans ( ,%) : kemampuan pantul Transmitans ( τ ,%) : kemampuan transmisi Solar factor (%) Transmisi UV (%)

2

Karakteristik cahaya (radiasi cahaya) Reflektans (%) : kemampuan pantul Transmitans (%) : kemampuan transmisi

3

Perolehan panas relatif (kcal/m2hr atau Btu/ft2hr)

4

Koefisien peneduh (SC)

rumus:

+ +τ =1

Kemampuan absorbing glass & reflective glass ditentukan oleh: 2 Warna kaca 1 Ketebalan kaca semakin tebal -> absorbsi tinggi, transmitans rendah semakin tebal -> solar factor, relative heat gain, SC makin rendah

semakin gelap -> transmitans rendah

absorbsi

tinggi,

semakin tebal -> solar factor, relative heat gain, SC makin rendah

SHADE & FILTER Low-e glass Low-emissivity glass adalah kaca dengan kemampuan material untuk melepas energi panas dengan cara radiasi antara 0-1 (emvisitas rendah), sehingga mampu memfilter radiasi matahari Noted : 0 -> reflektor mutlak 1 -> menyerap seluruh energi panas Low-e glass memantulkan sebagian besar gelombang panjang yang mengandung solar heat & UV light, mentransmisikan visible light, memantulkan sebagian besar energi panas agar tidak keluar bangunan.

Kualitas low-e glass ditentukan oleh: 1

Kualitas coating jumlah layer & komposisi metal (perak, tin-okside, nikel-krom)

2

Letak coating coating metal khusus pada salah satu permukaan kacanya, maka perlu untuk memposisikan coating metal yang sesuai fungsi

3

Jenis spacer spacer dapat sebagai insulasi termal, gas yang umum digunakan adalah udara kering atau gas argon untuk mecegah heat loss

4

Jenis kaca jenis kaca menentukan kemampuan spesifik terkait radiasi

Pemilihan kaca Pertimbangan pemilihan kaca: 1

Kemampuan kaca melalui selectivity Selectivity : light transmittance/solar factor semakin besar nilainya maka makin efektif, energi cahaya>>energi panas

2

Perolehan kenyamanan termal dan efek silau

3

Energi operasional bangunan terkait kenyamanan termal

4

View, ekonomi, estetika, dan maintenance

KELOMPOK 10 - SAINSBANG D

STRATEGI PENGENDALIAN TERMAL

INSULASI TERMAL Insulasi termal adalah strategi pengendalian termal melalui penggunaan material yang mampu mereduksi perpindahan panas. Material memiliki kemampuan konduksi panas rendah dan kemampuan memantulkan radiasi Kemampuan insulasi termal material ditentukan oleh: 1

Konduktivitas panas (λ) dipengaruhi oleh kerapatan massa (>> makin mudah menghantarkan panas). Makin tinggi konduktivitas panas, maka makin mudah menghantarkan panas

2

Kerapatan massa/density (ρ) ρ = jumlah massa per volume suatu material

3

Transmitans panas (U) dipengaruhi oleh waktu, makin tinggi transmitans panas maka makin mudah menghantarkan panas, makin mudah meningkatkan suhu dalam ruang

4

Kapasitas panas spesifik jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu. makin tinggi kapasitas panas sepesifik mka makin lama material memanas yang dapat menghambat perpindahan panas masuk ke bangunan

Strategi insulasi termal Insulative wall

Thermal mass

Roof thermal insulation

Insulative wall Pengendalian termal menggunakan material bangunan dengan konduktivitas dan transmitans panas yang rendah -> memiliki kemampuan insulasi panas dan mereduksi perpindahan panas Pertimbangan pemilihan material insulative wall: 1

kerapatan massa makin kecil -> sulit menghantarkan panas

2

warna & tekstur makin terang & halus tekstur -> makin memantulkan cahaya

konduktivitas tinggi, insulasi termal rendah : logam konduktivitas sedang, insulasi termal sedang : beton, batu alam, batu bata, semen, kaca, & keramik. konduktivitas rendah. insulasi termal tinggi : kayu, pvc, glass wool, mineral wool, rock wool, bitumen, fiberglass, & gypsum board material tumbuhan >> insulasi termal lebih bai dari beton & batu bata

KELOMPOK 10 - SAINSBANG D

STRATEGI PENGENDALIAN TERMAL

INSULASI TERMAL Thermal mass Pengendalian termal menggunakan material dinding bangunan dengan kerapatan yang tinggi dan kapasitas panas spesifik tinggi -> kemampuan menghambat perpindahan panas masuk ke bangunan.

Pertimbangan pemilihan material thermal mass: 1

kerapatan massa makin rapat -> menyimpan panas

2

mudah

ketebalan makin tebal -> banyak panas yang disimpan & makin lama perpindahan panasnya

Thermall mass cenderung tepat digunakan di iklim arid yang mengalami perbedaan ekstrem antara suhu siang dan malam. Siang hari menyimpan panas dan malam hari melepas panas. Adapun material yang berpotensi digunakan sebagai thermal mass di Indonesia adalah beton (struktur shear wall) dan batu alam (selubung dinding bangunan)

Roof thermal insulation Penggunaan material yang berfungsi sebagai insulasi terma;, sehingga dapat mereduksi perpindahan pnas ke ruang di bawah atap. Pemilihan berdasarkan sumber panas.

Material insulasi termal atap: 1

Glass wool dan rock wool cenderung diterapkan pada iklim dingin thermal conductivity rendah-> cocok digunakan bila sumber panas berasal dari dalam berupa lembaran dengan ketebalan 5 cm, 7,5 cm, dan 10 cm pemasangan disisipkan di rangka atap

2

Alumunium foil digunakan di iklim panas emissicity rendah, reflektivitas tinggi -> cocok bila sumber panas dari luar berupa lembaran tipis dengan ketebalan 0,2 mm. reduksi lebih efektif jika diberi bantalan udara ddengan tebal 4mm/8mm pemasangan disisipkan di rangka atap

3

Aspal (bitumen) dan serat kayu digunakan di iklim panas memiliki konduktivitas rendah>insulasi termal baik

4

Styrofoam digunakan di iklim panas konduktivitas rendah->insulasi termal baik panel komposit yang diperkuat wiremesh dan dilapisi beton pada permukaan luarnya

Dari strategi insulasi termal, pemilihan material di iklim panas mengutamakan tumbuhan dan batu bata untuk dinding insulasi Batasi beton dan batu alam untuk massa termal Tambahkan insulasi atap menggunakan alumunium foil atau penutup atap dengan konduksitivtas rendah

KELOMPOK 10 - SAINSBANG D

STRATEGI PENGENDALIAN TERMAL

ZONE Zone merupakan strategi pengendalian termal melalui pengaturan orientasi bangunan terkait penerimaan radiasi panas matahari dan alokasi zona bangunan yang dapat digunakan sebagai buffer / penahan radiasi panas matahari.

Strategi zone : Building orientation

Core zone

Building orientation Pengendalian termal dengan cara perencanaan alokasi bukaan cahaya dan udara yang berpotensi dalam penerimaan radiasi panas matahari ke dalam bangunan.

Pertimbangan strategi building orientation : Sudut jatuh sinar matahari Tergantung pada sunpath

Arah angin Potensi penghawaan alami

Noted : Indonesia merupakan iklim tropis, untuk peletakan bukaaN lebih baik diletakkan pada fasad utara dan selatan.

Core Zone Pengendalian termal dengan cara perencanaan alokasi core bangunan menjadi buffer/penahan penerima radiasi matahari.

Pertimbangan strategi Core Zone : Arah datang radiasi panas matahari Core disisi timur atau barat bangunan Fungsi Core berisi ruang service

Barat Core Service (lift)

Timur

KELOMPOK 10 - SAINSBANG D

STRATEGI PENGENDALIAN TERMAL

GREEN Green merupakan strategi pengendalian termal menggunakan vegetasi melalui desain lanskap dan pengadaan vegetasi pada bangunan. Vegetasi mampu membentuk iklim mikro melalui efek pembayangan, insulasi termal dan pendinginan udara secara pasif, dimana uap air hasil respirasi tumbuhan saat menguap diambil panas dari udara.

Strategi zone : Landscape

Green roof dan Skycourt

Greenwall

Landscape Landscape menurut strategi pengendalian termal dibatasi pada pemilihan dan penataan vegetasi pada site, agar terbentuk iklim mikro guna menunjang kenyamanan termal.

Pertimbangan strategi pemilihan dan penataan vegetasi : Optimasi pembayangan Vegetasi yang memberikan pembayangan secara optimal pada fasad yang membutuhkan bayangan (memiliki pohon besar, daun lebat, dan kanopi lebar sangat cocok)

Alokasi Vegetasi Titik tumbuh vegetasi ditata agar tidak mengganggu sistem penghawaan alami, bila ada potensi penghawaan alami maka jarak vegetasi tidak terlalu rapat.

Jika angin kencang vegetasi dapat menjadi buffer/penahan untuk menurunkan kecepatan angin.

Bentuk Kanopi Pohon

A : Piramid

D : Air Mancur (fountain)

G : Berlajur (columnar

B : Mahkota (full-crowned)

E : Menyebar (spreading)

H : Cucuran (weeping)

C : Jambangan/vas bunga

F : Berlapis (layering)

KELOMPOK 10 - SAINSBANG D

STRATEGI PENGENDALIAN TERMAL

GREEN Green Roof dan Skycourt Atap Hijau (green roof) merupakan strategi pengendalian termal dengan cara pengadaan vegetasi diatap agar diperoleh insulasi termal terhadap radiasi panas matahari dan terbentuk iklim mikro pada bangunan.

Traditional Roof

Green Roof

Pertimbangan strategi Green Roof : Jenis Taman Jenis taman intensif (intensive garden) atau taman ekstensif (extensive garden) tergantung pemilihan vegetasi.

Teknis Struktur bangunan (terkait beban dari vegetasi, media tanam, dan air), sisterm waterproof, sistem irigasi, dan sistem drainase.

Intensive Garden untuk vegetasi keras seperti pohon tinggi besar. Sehingga dibutuhkan media tanam yang tebal dan berat (hingga 1.5 m). Pilih vegetasi dengan akar serabut agar akar tidak terlalu dalam.

Extensive Garden untuk vegetasi lunak seperti semak, perdu, dan rumput.

Sehingga tidak dibutuhkan media tanam yang tebal dan berat (15 cm).

Green Roof dapat memperoleh insulasi termal yang efektif dari 100% panas yang diterima, sebanyak 87% panas dapat ditahan agar tidak masuk ke dalam bangunan.

Kemampuan insulasi termal dipengaruhi oleh : Ketebalan media tanam

Jenis vegatasi

KELOMPOK 10 - SAINSBANG D

STRATEGI PENGENDALIAN TERMAL

GREEN Green Roof dan Skycourt Taman Gantung (sky court) merupakan strategi pengendalian termal dengan cara pengadaan vegetasi di recessed sun spaces agar diperloeh passive colling dan terbentuk iklim mikro pada bangunan.

Pertimbangan strategi Skycourt : Jenis Vegetasi Jenis vegetasi yang tepat sesuai dengan ruang yang tersedia.

Teknis Struktur bangunan (terkait beban dari vegetasi, media taman, dan air), sistem waterproof, sistem irigasi, dan sistem drainase.

Green Wall Dinding Hijau (green wall) merupakan strategi pengendalian termal dengan cara pengadaan vegetasi di fasad atau dinding bangunan agar memperoleh insulasi termal dan passive cooling sehingga terbentuk iklim mikro pada bangunan yang berfungsi sebagai sistem penghawaan alami.

Pertimbangan strategi Green Wall : Jenis Vegetasi

Teknis

Strategi Green Wall : Fasad Hijau Berupa dinding fasad yang langsung dirambati oleh vegetasi. Akar vegetasi tetap dibawah tanah, dinding dapat rusak karena lembab.

Living Wall / Biowalls Berupa dinding modular, umumnya terbuat dari vertical greenering module (vgm) berbahan plastik polypropylene lengkap dengan geotextile, sistem irigasi, dan media tanam, disusun vertikal.

KELOMPOK 10 - SAINSBANG D

STRATEGI PENGENDALIAN TERMAL

GREEN Green Roof dan Skycourt Taman Gantung (sky court) merupakan strategi pengendalian termal dengan cara pengadaan vegetasi di recessed sun spaces agar diperloeh passive colling dan terbentuk iklim mikro pada bangunan.

Pertimbangan strategi Skycourt : Jenis Vegetasi Jenis vegetasi yang tepat sesuai dengan ruang yang tersedia.

Teknis Struktur bangunan (terkait beban dari vegetasi, media taman, dan air), sistem waterproof, sistem irigasi, dan sistem drainase.

Green Wall Dinding Hijau (green wall) merupakan strategi pengendalian termal dengan cara pengadaan vegetasi di fasad atau dinding bangunan agar memperoleh insulasi termal dan passive cooling sehingga terbentuk iklim mikro pada bangunan yang berfungsi sebagai sistem penghawaan alami.

Pertimbangan strategi Green Wall : Jenis Vegetasi

Teknis

Strategi Green Wall : Fasad Hijau Berupa dinding fasad yang langsung dirambati oleh vegetasi. Akar vegetasi tetap dibawah tanah, dinding dapat rusak karena lembab.

Living Wall / Biowalls Berupa dinding modular, umumnya terbuat dari vertical greenering module (vgm) berbahan plastik polypropylene lengkap dengan geotextile, sistem irigasi, dan media tanam, disusun vertikal.

KELOMPOK 10 - SAINSBANG D

STRATEGI PENGENDALIAN TERMAL

COLLING EFFECT Cooling Effect merupakan strategi pengendalian termal melalui efek pendinginan, dalam hal ini udara didinginkan secara pasif tanpa bantuan alat mekanis oleh proses uap air.

Karena kandungan uap air pada udara menjadi bertambah (terjadi peningkatan kelembapan udara) maka agar tidak menghambay perolehan kenyamanan termal strategi ini membutuhkan sistem ventilasi yang baik.

Dari strategi cooling effect, pastikan sistem ventilasi/sirkulasi udara berjalan baik agar udara yang bertambah lembab oleh uap air tidak menghambat perolehan kenyamanan termal.

Pengadaan air kolam untuk colling effect

SECONDARY SKIN Secondary Skin merupakan kulit/selubung bangunan kedua sebagai filer penerimaan radiasi panas matahari. Secondary skin langsung menempel pada facade tetapi memiliki jarak pemasangan tertentu.

Pertimbangan dalam secondary skin : Kenyamanan Termal Tergantung berapa banyak lubang yang ada masih dapat meneruskan radiasi panas matahari Kemudahan Konstruksi Konstruksi bergantung pada material yang digunakan Estetika dan kebutuhan view Bersifat subyektif Durability/daya tahan Karena terekspose maka harus tahan terhadap perubahan cuaca Teknis pemasangan dalam secondary skin : Terdapat ruang antara dinding secondary skin dan dingding facade bangunan dengan jarak min. 40-60 cm.

Bila berupa papan/batang/bilah, beri celah minimal 3 cm.

Apapun jenis material yg digunakan, bagian atas dan bawah ruang antara dinding facade dan secondary skin diusahakan terbuka

KELOMPOK 10 - SAINSBANG D

STRATEGI PENGENDALIAN TERMAL

SECONDARY SKIN JENIS MATERIAL Secondary skin papan kayu

Secondary skin batang bambu

Secondary skin batang aluminium

Secondary skin batang besi hollow

Secondary skin batang baja ringan

Secondary skin panel metal

Secondary skin frosted glass

Secondary skin vegetasi

KELOMPOK 10 - SAINSBANG D

STRATEGI PENGENDALIAN TERMAL