Radar Tegal 13 Maret 2010

Page 25

CMYK

SABTU, 13 MARET 2010

METRO SLAWI

10

RADAR TEGAL

YANVERA/RADAR SLAWI

MEGAH- Gedung SDN 01 Bumijawa terlihat megah.

Metode Pembelajaran Perlu Ditambah

YANVERA/RADAR SLAWI

BERI PELAJARAN - Salah seorang guru sedang memberi mata pelajaran yang diujikan untuk UASBN.

Guru Siap Sukseskan UASBN TARGET sukses Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN), yang sudah dibebankan pihak sekolah jauh-jauh hari tidak membuat para guru di lingkungan SDN 01 Bumijawa Kecamatan Bumijawa gentar maupun pasrah. Melainkan merasa senang dan tertantang untuk membuktikan kerja kerasnya selama ini. “Kami senang sekali dengan target ini. Sebab, kami sudah mempersiapkan segala keperluan para siswa jauh-jauh hari dengan cara memberikan tambahan pelajaran maupun lest,” tandas

Wali Kelas 6 SDN 01 Bumijawa Sumarmanto kepada Radar Jumat (12/3) kemarin, usai mengikuti rapat internal sekolah. Menurut Sumarmanto, kesiapan para siswa kelas 6 sudah matang. Sebab, para guru secara bergantian memberikan tambahan pelajaran di luar jam pelajaran rutin. Hal ini, guna membentuk kematangan pemahaman siswa di bidang pelajaran. Selain itu juga untuk mentalitas baja dalam diri para siswa itu sendiri. “Secara persiapan, kami sudah matang.

Walau masih diperlukan penambahan maupun terobosan,” katanya. Hal senada diungkapkan guru wali kelas V Sutardi. Menurutnya, target sukseskan UASBN bukan merupakan sebuah halangan atau beban. Namun menitik beratkan pada kerja keras guru dibidang pemberian kesiapan siswa-siswi. Karena pada dasarnya kecerdasan siswa bisa dibentuk sejak dini, walaupun didasari dari tingakatan daya serap siswa itu sendiri. Akan tetapi, jika semua guru mampu menerapkan me-

tode pembelajaran sesuai keinginan siswa, kemungkinan besar target sukses bukan suatu masalah besar. “Pada dasarnya tujuan siswa-siswi bersekolah hanya untuk memiliki prestasi. Dan kondisi itu sudah dipahami oleh para guru. Sehingga persiapan dari mulai kelas 1 hingga kelas 6 sudah diberikan secara benar. Lantaran lulus UASBN merupakan puncak prestasi sekolah,” tandasnya. Dia menambahkan, kerja keras tanpa henti merupakan tugas pokok sebagai seorang

guru. Maka dari itu, tidak ada kata cukup dalam kamus guru untuk memberikan pemahaman ilmu kepada para siswa-siswi. Artinya, setiap hari harus selalu menciptakan peningkatan kecerdasan dan prestasi anak didik. Sebagai bentuk tanggungjawab besar seorang pahlawan bangsa di bidang pendidikan. “Ditarget atau pun tidak, para guru harus mampu mensukeskan UASBN atau ulang-ulangan pelajaran lainnya. Sebab, itu merupakan indikator keberhasilan seorang guru,” pungkasnya. (k1)

PIALA maupun piagam kejuaraan yang diraih siswa-siswi dalam setiap kejuaraan, bukan merupakan salah satu indikator keberhasilan peningkatan prestasi anak di segala bidang. Tapi itu adalah imbas baiknya. Sebab, makna dari peningkatan prestasi anak sesuai program peningkatan mutu pendidikan lebih mengutamakan hasil prestasi global baik akademi maupun non akademik. Artinya, harus ada keseimbangan prestasi yang bagus diantara keduanya, mulai dari nilai pendidikan dan lainnya sesuai dari potensinya masingmasing anak. “Peningkatan nilai belajar adalah tujuan utamanya. Tetapi akan leih indah lagi kalau di iringi dengan raihan prestasi dibidang lain semacam olah raga, seni dan budaya dan seterusnya,” tutur Ketua Komite SDN 01 Bumijawa Yoso Santoso. Menurut Yoso, disini para guru, kepala sekolah dan pihakpihak terkait yang berkecimpung di dunia pendidikan harus jeli dalam memaknai konsep pembelajaran ini Lantaran disini mengutamakan profesionalitas kerja dalam mendidik para generasi penerus bangsa. “Memfokuskan keseimbangan prestasi anak didik bisa dikata prioritas utama daripada lainnya. Untuk itu, sudah selayaknya terobosan metode pembelajaran yang digulirkan para guru dan kepala sekolah harus mengacu

pada kebutuhan dan keinginan anak-anak didik,” katanya. Memang semua itu, masih kata Yoso, memerlukan kerjasama kompak antara satu sama lainnya. Pasalnya, konsep peningkatan prestasi anak sesuai dari jargon andalan disekolah ini, tidak menitik beratkan pada kepandaian individual guru atau kepala sekolah semata. Namun, menuntut kerja keras bersama-sama untuk satu kesepahaman. “Dari pengamatan saya metode pembelajaran disekolah ini sudah sangat baik. Tapi masih memerlukan kerjasama baik antar semua pihak, termasuk masyarakat sekitar. Guna meningkatkan kembali hasil dari metode tersebut,” tandasnya. Hal senada diungkapkan anggota DPRD Kabupaten Tegal dari FPAN Helmi Amruloh, kalau ditilik dari kaca mata prestasi sekolah tersebut memang layak dikatakan favorit. Sebab, semua guru dan pihak terkait lainnya mampu mengimlementasikan program pemerintah dengan baik. “Saya rasa penerapan metode pembelajaran disekolah itu layah dipertahankan. Walaupun masih dipertajam lagi, tapi setidaknya prestasi anak didiknya patut dijadikan acuan oleh sekolah-sekolah lainnya diwilayah Kecamatan Bumijawa ini,” pungkas Helmi yang merupakan putra terbaik Bumijawa. (k1)

DESANE ENYONG Batik Pengabean Bertahan dengan Keterbatasan Modal

Dikenal Punya Kualitas Unggul DESA Pengabean Kecamatan Dukuhturi yang letak wilayahnya berbatasan langsung dengan Kota Tegal ternyata menyimpan potensi kerajinan unggulan. Batik Pengabean, yang pada era 70-an sempat menjadi kerajinan unggulan, lambat laun mulai terkikis. Bahkan saat ini, nama Batik Pengabean sudah jarang terdengar. Namun demikian, beberapa warga desa tersebut yang masih mempertahankan identitas Jawa masih terus berkreasi untuk tetap memproduksi batik Pengabean. Salah satunya, Sofiyah (70) warga RT 5 RW 2. Meski sudah berusia lanjut, namun semangat untuk melestarikan kerajinan budaya batik pengabean masih terus dilakukan. Bahkan ia kerap mengembangkan corak batik baru, namun tetap berpegang pada kekhasan batik Pengabean. Sofiyah, saat ditemui di kediamannya Jumat (13/ 3) kemarin menceritakan, kerajinan batik Pengabean muncul

sejak puluhan tahun yang lalu. Bahkan ia mulai menekuni kerajinan tersebut sejak tahun 1970an. Pada era tersebut, batik Pengabean menjadi kerajinan tangan yang banyak digemari masyarakat. Hal itu menyebabkan banyak warga Desa Pengabean menggeluti usaha batik. Namun kondisi tersebut ternyata tidak bisa bertahan lama. Diakui Sofiyah, memudarnya penggemar batik Pengabean menyebabkan warga tidak mau lagi untuk membatik. Bahkan hanya tinggal sekitar 12 orang yang masih terus membatik di lingkungan sekitar rumahnya. “Faktor lain yang menyebabkan batik Pengabean punah juga lantaran banyak warga yang kurang ulet dalam membatik,” terangnya. Dikatakan, batik Pengabean memang dikenal memiliki kualitas yang unggul dibandingkan dengan batik dari daerah lain. Tingginya kualitas tersebut, menjadikan batik Pengabean

dijual dengan harga yang cukup tinggi di pasaran. Untuk satu potong kain batik, pihaknya menjual kepada pembeli dengan harga sekitar Rp 300 ribu. “Meskipun mahal, namun sampai saat ini batik Pengabean masih tetap diminati oleh kalangan tertentu, ini lantaran kualitasnya yang sangat bagus,” tutur Sofiyah. Ia mengaku, untuk menentukan motif, pihaknya kerap memilih corak yang menarik dan tidak lekang. Motif tersebut diantaranya, galaran kotak, manggaram, putihan, beras mawur dan jenis motif lainnya. Motif-motif tersebut memang memiliki tingkat kerumitan yang tinggi, sehingga untuk bisa menyelesaikan satu kain batik, Sofiyah membutuhkan waktu kurang lebih dua bulan. Sementara untuk memasarkan batik yang telah selesai dibuat, ia dibantu anak lelakinya. Beberapa batik yang telah jadi selalu dibawa untuk di tawarkan kepada para peja-

bat maupun guru. Bahkan beberapa diantaranya sering di bawa ke luar kota seperti Yokjakarta dan Jakarta. Kasmudi (41), Ketua RT 5 RW 2 menuturkan, pengrajin batik di lingkungan RT-nya hanya tinggal 12 orang. Mereka ratarata hanya mampu membuat satu kain batik per bulannya. Minimnya jumlah produksi kain batik di lingkungannya menjadikan batik khas Pengabean sulit untuk didapat di pasaran. Meski demikian, pihaknya berharap kedepan akan lebih banyak lagi warga yang kembali menekuni kerajinan batik. Disamping itu, untuk bisa mempertahankan kerajinan batik di daerahnya, Pemkab diharap bisa menyalurkan bantuan permodalan bagi para pengrajin. “Harapan kami selaku Ketua RT, semoga kedepan Pemerintah bisa memberikan bantuan bagi para pengrajin, ini agar produksi batik di Desa Pengabean bisa semakin meningkat,”pintanya. (cw3)

HARVIYANTO/RADAR SLAWI

MEMBATIK - Safiyah bersama anaknya terlihat sedang membatik di dapur rumahnya meski kondisi usia makin senja.

Butuh Bantuan Modal KEPALA Desa Pengabean, Farikhi saat ditemui di rumahnya Jumat (13/3) kemarin menyatakan, kerajinan batik khas Pengabean, kini diperhatikan pemkab. Sehingga batik Pengabean mempunyai prospek ke depannya. “Saya berharap batik Pengabean menjadi batik yang benar-benar diperhitungkan di luar daerah, bahkan Indonesia. Apalagi pemkab gencar ikut mempromosikan batik khas Pengabean ini,” tandasnya. Dia juga menyatakan, bahkan beberapa waktu lalu, beberapa pejabat di tingkat kabupaten dan kecamatan datang langsung untuk menyaksikan proses pembuatan batik Pengabean. “Saat kunjungan tersebut, beberapa pejabat sempat mengutarakan kalau kedepan, keberadaan batik Pengabean akan terus diperhatikan, mereka juga akan mengupayakan untuk bisa mencarikan bantuan modal bagi para pengrajin,” tandasnya Farikhi mengaku, untuk saat ini tingkat produksi batik Pengabean memang masih minim. Tiap bulannya hanya mampu menghasilkan sekitar 20 buah kain batik. Hal tersebut lantaran jumlah pengrajin batik di desanya masih sangat sedikit. Dari sekian ribu jiwa warga desanya, hanya 20 orang yang saat ini masih menekuni kerajinan tersebut. Meksi demikian, pihaknya tidak pesimis terhadap kondisi tersebut. Dengan adanya pelatihan-pelatihan yang akan di selenggarakan nanti, kedepan jumlah pengrajin batik di desanya makin meningkat. Disamping pelatihan, kedepan diharapkan pemkab akan bisa mengucurkan bantuan modal kepada para pengrajin. Bantuan tersebut mutlak diperlukan pengrajin untuk bisa meningkatkan produksi bantik. “Memang sampai saat ini pengrajin batik di desa saya

belum pernah mendapatkan bantuan modal dari pemkab. Tidak adanya bantuan tersebut

membuat tingkat produksi batik di desa saya masih sangat minim,” terangnya. (cw3)

YANVERA/RADAR SLAWI

MEMBATIK - Seorang perajin sedang membatik dengan penuh kesabaran dan teliti.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.