Dialog Bulan Puasa 5

Page 1


DIALOG BULAN PUASA

5

Keterangan :

Selaku Pak Kyai oleh : Haji Bakri Wahid, B.A. Daeng Naba oleh : Syamsul Marlin, B.A. 1


KAITAN POLA HIDUP SEDERHANA DENGAN IBADAH PUASA DG. NABA : Assalamu Alaikum PAK KIAY : Alaikummussalam w.w. Dg. Naba, mari, apa kabar? DG. NABA : Berkeringat saya pagi-pagi ini Pak Kiay PAK KIAY : Kenapa ? DG. NABA : Naik sepeda Pak Kiay PAK KIAY : Kenapa orang bawa motor Dg. Naba masih sepeda DG. NABA : Bagaimana Pak Kiay pagi-pagi begini. Otonya RRI katanya rusak Pak Kiay PAK KIAY : Duduk dulu kalau begitu DG. NABA : Rusak katanya oto, jadi terpaksa daripada telat, tunggu – tunggu tidak datang, lebih baik ambil sepeda. Begini Pak Kiay, rupanya Pak Kiay ini sudah siapkan surat-surat ya ? PAK KIAY : Betul saya lihat-lihat tadi DG. NABA : Begini Pak Kiay, ini ada surat dari atas bungukul Kaltim. Begini Pak Kiay : Dengan hormat bersama ini surat, kami sampaikan kepada Pak Kiay dan Dg. Naba bahwa kami mengajukan beberapa pertanyaan di bawah ini yang berbumi : 1. Saya sedang sembahyang Fardu lalu saya tertelan air liur atau sengaja saya telan. Apakah hukumnya 2


batalkah puasa saya atau sembahyang saya tidak sah ? Itu pertanayan pertama. PAK KIAY : Jawabnya Dg. Naba, orang yang sembahyang dan yang berpuasa, kalau dia menelan air liur dalam sembahyang, sembahyangnya tidak batal, puasanya juga tidak batal. DG. NABA : Keterangannya lebih lanjut, sudah yang lalu. Sekarang kedua, berapa rakaatkah sembahyang tarawih yang biasanya dibawa oleh Pak Kiay dan Dg. Naba ? Coba jelaskan pada kami. PAK KIAY : Saya minta aa, supaya dia menjadi makmum nanti pada Pak Kiay. Nanti disitu akan terang berapa rakaat Pak Kiay mengerjakan sembahyang tarwih pada bulan Ramadhan bersama-sama Dg. Naba makmum. DG. NABA : O‌. begitu. Sekarang begini saja Pak Kiay kalau menurut Dg. Naba. Dg. Naba dulu diundang ke atas bungkul jadi imam, sesudah itu baru Pak Kiay. PAK KIAY : Atau dia datang kemari, Pak Kiay jadi imam, bersama Dg. Naba jadi ma’mum. DG. NABA : Cocok Pak Kiay, Jadi itulah jawaban Pak Kiay dan Dg. Naba terhadap Bapak Thalib Bin Haji Suriah Atas Bungkul Kec. Sebakun Kab. Gulungan Kaltim. Atas perhatian anda, kami ucapkan banyak terima kasih. Ini lagi Pak Kiay dari Uj. Bahmid B. RS. Sekolah Asisten Apoteker Uj. Pandang. Bersama dengan ini saya sampaikan kepada Pak Kiay dan Dg. Naba, bahwa kami adalah pendengar setia acara kuliah Subuh yang Pak Kiay dan Dg. 3


Naba selenggaraan setiap Subuh. Disini kami ingin bertanya kepada Pak Kiay dan Dg. Naba bahwa sudah berapa tahunkan Pak Kiay dan Dg. Naba aktif pada RRI Nusantara I Ujung Padang sebagai penyelenggara kuliah subuh ? Kedua, yang manakah sebenarnya Dg. Tojeng dan Dg. Naba ? mendengar suaranya hampir sama. PAK KIAY : Yang pertama sudah terjawab dengan pertanyaan sebelumnya. Adapun yang kedua, saya persilahkan saja Dg. Naba jawab itu. DG. NABA : Kalau yang mana sebenarnya Dg. Tojeng dan Dg. Naba kalau Dg. Tojeng, Nabami. Kalau Dg. Naba, Tojengmi. Jelasnya, Dg. Naba sekarang, dulu Dg. Tojeng, tapi sekarang dipakai Dg. Naba. Jadi samaji. Sekarang kita lanjutkan Pak Kiay dialog kita yang lalu. Bagaimana benar kaitan Pola hidup sederhana dan ibadah puasa. PAK KIAY : Inilah masalah yang sudah jauh ketinggalan Dg. Naba sebab dulu itu. DG. NABA : Memang begitu Pak Kiay, sebab pertanyaan saya dulu, kan ada erat hubungannya dengan pola hidup sederhana, belum selesai. Waktu Pak Kiay menjelaskan orang kaya memamerkan kekayaan, dan tidak ada sifat dermawannya, akan menimbulkan sifat dengki si miskin. Dengki melahirkan dendam dan fitnah. Pak Kiay telah menjelaskan dendam dan fitnah. Sekarang kita kembali kepada acara pola hidup sederhana. Jadi bagaimana benar kaitan pola hidup sederhana dengan ibadah puasa. 4


PAK KIAY : Baiklah aa, kita kembali kepada pokok acara yaitu puasa dan pola hidup sederhana. Dg. Naba tanyakan bagaimana kaitannya antara ibadah puasa dan pla hidup sederhana. Kalau begitu Dg. Naba perlu benar kita kaji puasa dengan tata caranya. Disitu nanti kita menemukan kaitannya yang jelas. DG. NABA : Bagaimana puasa itu dan bagaimana tata caranya. Supaya kita jelaskan ini. PAK KIAY : Puasa itu ialah menahan unsur-unsur tertentu di dalam diri manusia dalam batas –batas waktu yang tertentu pula. DG. NABA : unsur-unsur tertentu itu, apa contoh-contohnya PAK KIAY : Ia, karena menahan unsur-unsur tertentu. Nah unsur-unsur tertentu iut apa ? diantaranya Dg. Naba, unsur biologie, seperti perut, mulut, faraj. DG. NABA : itu ditahan ? PAK KIAY : Ia, artinya kata menahan makan, menahan minum, menahan campur suami isteri. Yang berikut lagi Dg. Naba unsur mulut seperti kau usul yang lalu. Berbicara qauluzzur itu membawa dosa. Unsur mata dan telinga menahan untuk tidak melhat dan untuk tidak mendengar segala sesuatu yang kotor. Kemudian lagi Dg. Naba, unsur psychologie, menahan untuk tidak marah, untuk tidak keras. Ini Dg. Naba. DG. NABA : Bagaimana pula yang dimaksud dengan cara-cara tertentu. Tadi unsur-unsur tertentu. Sekarang cara-

5


caranya yang tertentu. Bagaimana saja yang dimaksud Pak Kiay PAK KIAY : Ada cara yang tertentu dalam puasa Dg. Naba. Kita sudah dibolehkan berbuka puas setelah tenggelam matahari. Kebolehan itu ada batas dan cara yang tertentu DG. NABA : Kebolehan berbuka, kebolehan minum, kebolehan makan, kebolehan itu, ada batas dan ada cara tertentunya. PAK KIAY : Betul. Cara tertentu pertama, hendaklah makan barang yang manis sesudah itu melaksanakan shalat magrib. Ini cara tertentu Dg. Naba. DG. NABA : Ia, makan manis dulu, artinya jangan makan yang kecut. PAK KIAY : Ia begitu, barulah menjalankan ibadah shalat. Sesudah itu Dg. Naba, barulah kita makan. Kalau nabi menjelaskan jangan makan kalau tidak lapar. Kalau makan jangan kenyang. DG. NABA : O, begitu. Jadi harusnya, makanlah kalau sudah lapar dan berhentilah sebelum kenyang. PAK KIAY : Ini batas tertentu Dg. Naba. Selanjutnya Dg. Naba andaikata tidak bisa berhenti sebelum kenyang nabi memberi penjelasan, bagi tiga perut. FATSSULUTSU LITTHAAMI FATSTSULUTU LISYSYARAASI FATSTSULUTSU LITTANAFFUSI. Sepertiga perutnya diutukkan untuk makanan, sepertiga diperuntukkan perutnya

6


untuk air, sepertiga perutnya diuntukkan untuk nafas. DG. NABA : O. begini, jadi perut dibagi tiga. Sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, sepertiga untuk nafas. Ukurannya sudah itu Pak Kiay. Bagaimana ukurannya. PAK KIAY : Bagaimana ukurannya, tandanya perutnya sudah berisi nasi sepertiga, berisi air sepertiga, kalau di mendidih naik ke atas berbunyi itu tanda cukup sepertiga. Itu hanya boleh dihabiskan nasi sepiring, tidak boleh tambah baru. Kalau diambil tambah baru Dg. Naba, tempat bernafas sudah dikurangi itu. DG. NABA : biar kita makan di rumah orang musti begitu Pak Kiay ? PAK KIAY : Ia DG. NABA : Jadi ditunggu itu bunyi PAK KIAY : Kemungkinan juga ada orang yang tidak mau berbunyi Pak Kiay karena ada macet makaniknya. Jadi jangan dia tidak berhenti makan kalau tidak bunyi tapi dia terasa kenyang, harus berhenti. DG. NABA : O, io, baik Pak Kiay. Selanjutnya ? ini Pak Kiay PAK KIAY : A. a. itu penjelasan nabi, kata Nabi : NAHNU QAUMUN LA-NA’KULU HATTA ALAJU’A, WAIDSA AKALNA LA-NASYBA’ Kami kata nabi, satu kaum. Kami tidak makan kalau tidak lapar. Jadi kalau lapar baru makan. Dan kalau kami makan, kami tidak kenyang. 7


DG. NABA : O, Ie. Kalau memang kenyang, itu bahaya Pak Kiay. Apalagi kalau sudah sembahyang magrib, hantam makan sekenyang-kenyangnya, ee tidak bisa bergerak di tempat tidur. PAK KIAY : Ia banyak bahayanya. Oleh sebab itu puasa tidak membuat sakti. Di waktu berbuka orang banyak sakit, sakit kepala karena terlalu kenyang makannya DG. NABA : O, ia ada lagi sakitnya Pak Kiay. Sakitnya cari tiang atau cari dinding, cari kursi. Saya belum mengerti benar dimana kaitan ibadah puas dengan pla hidup sederhana. Jadi masih kurang jelas. PAK KIAY : Begini, Dg. Naba belum dapat melihat kaitannya secara terang. Mari kita simpulkan. Pertama Dg. Naba, puasa telah mengurangi makan pada sebahagian besar waktu yang biasa kita makan ialah siang hari. Siang hari itu merupakan waktu makan yang panjang waktunya. Sekarang sudah dikurangi dengan tidak kita makan mulai dari terbit fajar sampai tenggelamnya matahari. Yang kedua Dg. Naba, kalau makan, tidak boleh kenyang. Jadi jangan makna kata nabi, kalau tidak lapar. Lantas karena nabi bilang kalau makan jangan kenyang rupanya kurang dapat dilaksanakan, maka kalau terpaksa tempulah dibagi tiga, yaitu sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air, ini Dg. Naba, sudah jelas mengurangi atau menyederhanakan dari segi makan. Sesudah itu Dg. Naba, kita disuruh lagi bersedekah, berzakat dengan harta yang ada. Maka itu menggambarkan kita mempunyai hidup yang sederhana. Maka sudah 8


dikurangi, waktunya sudah dikurangi, dengan demikian Dg. Naba, tergambarlah kehidupan yang harmonis antara si kaya dan si miskin si kaya tidak memamerkan kekayaannya, si miskin tertanggulangi kemiskinannya. Inilah yang membawa pola Ketahanan Nasional di bidang sosial ekonomi di samping tergambar pola hidup sederhana dengan jalan melalui ibadah puasa asa. DG. NABA : Betul-betul Pak Kiay. Jadi kalau begitu Pak Kiay saya telah dapat memahami dan membuat kesimpulan bahwa orang yang berpuasa terciptalah hidup sederhana. Sederhana pada makanan, akan sederhana dalam berbelanja. Baik belanja seharihari, belanja ruah tangga itulah kesimpulan menurut saya Pak Kiay PAK KIAY : Sudah benar Dg. Naba. Dan itulah puas yang memberikan ciri-ciri tanda sampainya manusiakpd derajat taqwa. DG. NABA : O, ia. Ia., itulah ciri-cirinya orang-orang yang berpuasa sampai kepada derajat Taqwa. Tetapi saya kembali bertanya bagaimana orang berpuasa yang belanja rumah tangganya lebih besar dari sebelum bulan puasa, malah berlipat ganda. Kalau biasa tidak makan jangan sekarang makan jangan bulan puasa. PAK KIAY : Makan ayam, karena orang diluar Sulawesi, tidak mengerti makan jangang. Begini Dg. Naba, itulah pertanda puasa yang tidak kepada taqwa, puasa yang tidak dapat menahan nafsu dan mengendalikan nafsu menurut petunjuk Tuhan. 9


Jangan bakhil kata Tuhan, jangan boros. Itu menurut surat ayat (29) yang lalu. Makanlah tetapi jangan berlebih-lebihan baik melebihkan jumlah banyaknya yang dimakan, maupun melebihi jumlah jenis warna makanan menurut surat Al’Araf (1) dan hadist Tabrani yang lalu. Jadi ini ketentuan. Orang yang melewati ketentuan ini, gambaran tidak sampai kepada derajat taqwa Dg. Naba. DG. NABA : Saya sarankan Pak Kiay, saya terbalik. Saya suka sekali kalau datang bulan Ramadhan orang berbelanja belanja rumah tangga lebih besar daripada sebelum bulan puasa. Saya setuju. PAK KIAY : Kenapa Dg. Naba ? DG. NABA : Karena orang itu bertetangga dengan Dg. Naba, lantas Dg. Naba dikasih. PAK KIAY : Jadi Dg. Naba dikasih. Jadi orangnya korban, untuk Dg. Naba. Ini tidak benar Dg. Naba. Jadi orang harus tetap sederhana. DG. NABA : Sekarang begini Pak Kiay. Sekarang timbul pula pertanyaan dari Dg. Naba, apakah hidup sederhana tidak akan membuat orang jadi pemalas. Kemalasan, akan menghambat pembangunan. PAK KIAY : Sederhana makanan, sederhana pakaian, akhirnya orang tidak mau kerja, jadi pemalas. Sedang orang pemalas itu menghambat pembangunan. Begini Dg. Naba. Pola hidup sederhana, tidak akan menjadikan orang menjadi pemalas. Tuntunantuntunan agama Islam, ada tiga yang dapat saya 10


kemukakan sama Dg. Naba. Pertama, agama Islam menyuruh kita untuk tuntut dunia seakan-akan kita akan hidup selama-lamanya. Dan beramal untuk akhirat seakan-akan kita akan mati besok. Ini Dg. Naba diamalkan oleh orang Islam, pasti tidak akan jadi pemalas. DG. NABA : Ia, jadi bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selama-lamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan besok kamu mati. PAK KIAY : Yang kedua lagi Dg. Naba, kemalasan itu membawa kepada kemiskinan. Nah kemiskinan itu akan dekat kepada kekafiran. Nabi katakan, An Aroos Qala s.a.w. KADAL FAKRU AYYAKUNA KUFRAN RAWAAHU AL BAIHAQIJ. Adalah kemiskinan itu dekat kepada kekafiran. Jadi jelas orang Islam tidak mau jadi kafir, dekat dari kafir tidak mau. Janganlah dikatakan kafir, tidak mau, mendekati kekafiran dia tidak mau. Kalau tidak mau dikatakan mendekati kekafiran, berarti tidak mau miskin. Kalau tidak mau miskin, hari kerja keras. DG. NABA : Ia, kalau sudah kerja keras, harus hidup sederhana. Yang ketiga apalagi Pak Kiay PAK KIAY : Yang ketiga Dg. Naba, itu ad pernah nasehat nabi kepada Said bin Abi Waakas. Beliau di waktu itu hampir meninggal dunia, sudah keras. Tapi orang kaya beliau ini, mempunyai seorang anak putri. Di waktu itu beliau mau mensedekahkan seperdua hartanya, seperdua untuk anaknya dan itu sudah 11


cukup untuk seumur hidup. Nabi mencegah. Karena nabi mencegah, dia minta sepertiga. Nabi katakan, itu boleh. Oleh sebab itu nabi memberikan fatwa begini : agar engkau meninggalkan anakmu dalam kecukupan itu lebih baik daripada anakmu jadi pengemis setelah engkau tak ada di dunia ini. DG. NABA : O, jadi sepertiga untuk ditinggalkan boleh … PAK KIAY : Sepertiga yang diambil untuk disedekahkan. Nah dua pertiga jatuh kepada anak perempuannya itu. Padahal maunya terbalik. Duapertiga untuk disedekahkan, sepertiga untuk anaknya. Nabi tidak izinkan, akhirnya sepertiga yang disedekahkan. DG. NABA : O… begitu. Bagaimana bunyi peringatan itu Pak Kiay PAK KIAY : Itu hadistnya tidak usah saya bacakan, tetapi adalagi Al Qur'an yang memberikan penjelasan lebih jauh. Bunyi ayatnya begini : WALYAKHSYALLA DZIENA LAUT ARAKUU MIN HALFIHIM DZURRIYYATAN DHI AAFAA KHAAFUU ALAIHIM, FALYATTAQILLAAHA WAQ UULUU QAULAN SADIEDA”. Hendaklah kamu takut mennggalkan orang-orang yang di belakang kamu, anak-anak cucu yang lemah-lemah. Lemah-lemah disini dapat diterjemahkan Dg. Naba, lemah dalam bidang ekonomi. Takutlah kamu kepada Allah dan ucapkanlah kata yang benar. Ini Dg. Naba.

12


DG. NABA : O. o. begitu. Jadi takutlah kamu nanti meninggalkan anak cucu yang lemah ekonominya. Maka dengan demikian pemalas. PAK KIAY : Tidak akan mungkin lagi, dari orang-orang yang menjalankan agama Islam dengan sebaik-baiknya. Karena begitu banyak dorongan-dorongan untuk ktia bkj. Dorongan untuk diri-sendiri, dorongan untuk keturunan, dorongan untuk bersedekah seperti yang dikemukakan oleh Said bin Abi Wakas tadi, dengan dasar Ibu Dg. Naba tidak mungkin orang Islam jadi pemalas. Kalau dia pemalas, mungkin dia tidak menjalankan ajaran Islam yang sesempurna. DG. NABA : Jadi kalau sesungguhnya, tidak bisa malas. Kalau orang malas, artinya tidak sesungguhnya. Baik Pak Kiay, sudah waktu, si disini saja Pak Kiay saya permisi dulu. Assalamu Alaikum PAK KIAY : Alaikummussalam w.w.

13


PEMINDAHAN DARAH ORANG YANG BERBEDA AGAMA PAK KIAY : Asssalamu Alaikum DG. NABA : Alaikummussalam w.w. PAK KIAY : sudah lama Dg. Naba DG. NABA : Ia, saya baca-baca ini surat Pak Kiay, banyak lagi yang datang Pak Kiay PAK KIAY : coba dari mana-mana DG. NABA : Ini Pak Kiay dari Abd. Rahman Syarif Lasangka dari Uj. Pandang. Ada lagi ini dari Abubakar M. Yacub Uj. Pandang. Ini kartu pos, M. Hasan Zainuddin Pekalongan Jawa Tengah. Kemudian ini lagi dari Uj. Pandang, Burhanuddin, qside. Dan selanjutnya M. Ali Ashar. Uj. Pandang, pencinta siaran sahur. Ini lagi Pak Kiay Alimuddin Dg. Ma’puji dari Luwu Malili. Selanjutnya dari Abd. Rahman Syarif Lasangka lagi Uj. Pandang (Ini surat kedua). Ini Saharuddin Kab. Luwu. Ad lagi ini dari Sdr. Kaharuddin M. dari Rappang. Ini lagi dari sulra Kendari, Muh. Syarif Dengan. Laila. Kemudian ini dari M. Ronggawaseli Ternate Maluku Utara. Ini M. Hamzah Saidin,Kab. Takalar. Muh. Basrin Hamsah Uj. Pandang Jl. Belibis. Nuraedah Bahyus Irjaya. Surat anda sudah diterima, sudah sampai di tangan Dg. Naba, skrg suratnya, belum diberikan sama Pak Kiay. Selanjutnya Kamaluddin M. Di Ambon. Skomdak 20 Maluku. Sahardi Tandelau Samarinda. 14


Kemudian dari Syahruddin Kab. Mamuju. Yang ini, Yasinmonowarta Biak Irjaya. Kemudian Hasan Sandiri Uj. Pandang. Kemudian M. Sultan M.S. Manipi SInjai Barat. Kemudian Lase’da Irjaya (Sorong). Kemudian dari Sdr. M. Alim Bahri Kab. Gowa. Kemudian M. Ali Ashar Uj. Pandang (sudah dua kali suratnya). Kemudian dari Hasidin Mamente Uj. Pandang. Ini lagi Baso Al Bin Pampang, dari Kab. Luwu Kec. Wara Luwu Palopo. Selanjutnya dari Sudirman Fasla (dulu ada juga ini) Uj. Pandang. Kemudian dari A. Zainuddin S. Uj. Pandang. Husni Jl. Soma Opu Uj. Pandang. Masih ada satu lagi Pak Kiay dari Syahruddin Rasjid Jl. Rusa UP. Begitu surat yang diterima Pak Kiay, barangkali besok ada lagi. Ini Pak Kiay pertanyaan dari Biak. Dari Yasin Monowarfa, dari Biak Irian Jaya. 1. Masalah donor darah yang berlainan agama. Misalnya si A. Beragama Islam, sedangkan si B. bukan agama Islam. Sekali waktu si A mendapat kecelakaan yang mengakibatkan kekurangan darha. Sedangkan darah yang akan diberikan, adalah darah B. padahal lain agama 2. Bagaimana pandangan menurut agama dalam hal tersebut di atas. Dengan ini kami minta penjelasan dari Bapak dan atas perhatian Bapak sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih. PAK KIAY : Jadi donor darah ini apakah boleh pemindahan darah sedangkan agamanya berlainan. Perpindahan darah Dg. Naba, karena berlainan agama, tidak terlarang. Yang tidak boleh, pemindahan masalah keyakinan. 15


DG. NABA : O, ia, ia. Jadi yang menjadi masalah ialah masalah keyakinan, bukan masalah darah. Darah itu sama saja, tetapi keyakinan tidak sama. PAK KIAY : Jadi agamanya berlainan, berarti keyakinan yang berbeda. Adapun darahnya karena darah si A cocok dengan darah si B yang sakit, hanya agamanya berlainan, boleh pemindahan darah. DG. NABA : Tapi Dg. Naba tambahkan, perlu diperiksa goo darahnya Pak Kiay. Jadi tidak asal dpindah saja. Tapi tidak menghalangi berlainan agama. PAK KIAY : ia, boleh saja DG. NABA : Terima kasih Pak Kiay. Ini lagi dari Baturu 21 Agustus 75 masalah sudah lama sekali. Ini dari Sdri. Asli Lani. Inilah jawaban surat anda dari Pak Kiay. Pertanyaannya dulu, sahkan puasa apabila kita tidak melakukan shalat tarwih. PAK KIAY : Jawabnya singkat saja Dg. Naba. Dia mengerjakan shalat puasa, tapi tidak shalat tarwih, apakah sah puasanya, jawabnya sah. Tetapi baru sempurna dihapuskan Allah segala dosa-dosanya jika a ia melakukan ibadah puas sekaligus dengan melakukan shalat tarwih. DG. NABA : B. Bolehkah kita melakukan shalat tarwih hanya 9 rakaat saja ? yaitu 8 rakaat tarwih tamah 1 rakaat wirit ? ini Singkatnya saja pertanyaan saya ambil Pak Kiay. PAK KIAY : Jawabnya Dg. Naba, begini, sekiranya kesempatan waktu, maka kita boleh witir satu rakaat karena 16


kalau dibikin tiga rakaat, mungkin masuk waktu subuh. Sedangkan witir itu harus sebelum masuk waktu subuh. Untuk itu dapat dilakukan witir satu rakaat, jadi jumlah rakaatnya 9. DG. NABA : Dengan kata lain, kalau kesempitan waktu. Kalau begitu kalau tidak kesempitan waktu, tidak boleh. Jadi sebaiknya jangan begitu. C. lagi, pada waktu buka puasa, dimanakah waktu yang paling tepat ? apakah kita berbuka pada waktu persis tenggelamnya matahari, atau liwat sedikit. PAK KIAY : Kalau tadi keringat keluar, ini keringat masuk DG. NABA : Artinya Pak Kiay, kalau keringat masuk, berarti orangnya sakit. PAK KIAY : Jadi masuk angin DG. NABA : Ia, g. bolehkah orang memanah ikan dengan berselam masuk ke dalam air di dalam keadaan berpuasa ? PAK KIAY : Jawabnya Dg. Naba, menyelam, memanah ikan di dalam air, tidaklah membatalkan puasa. Asal jangan menyelam sambil minum air. DG. NABA : O, ia, ia.. dengan kata lain minum ari sambil menyelam dilarang. Tetapi menyelam memanah ikan, boleh. Selesai ini Pak Kiay. Demikian Sdri. Asli jawaban kali ada lagi surat anda yang lain. Dan selanjutnya yang lain Pak Kiay, lain kali lagi. PAK KIAY : Ini saja dulu Dg. Naba ?

17


DG. NABA : Ia, itu saja dulu Pak Kiay. Begini, ini yang lalu tentang Remaja. PAK KIAY : O.. puasa kaitannya d pembinaan remaja. Apanya Dg. Naba mau tanyakan. DG. NABA : Apakah pada masa remaja, semacam itu (semacam yang lalu Pak Kiay saya sudah kemukakan) sudah diwajibkan puasa. PAK KIAY : O, ya karena ada perobahan-perobahan tubuhnya ini, perobahan mental. DG. NABA : a, perobahan-perobahan macam-macam ‌ PAK KIAY : Jawabnya begini Dg. Naba. Sebaiknya begitu matahari tenggelam, kita berbuka. Jangan diliwatkan. Kalau liwat sedikit-dikit, itu biasa. Tapi dalam Hadist Nabi, Layasaluhumma Ibhi Maajril Fitra. Senantiasa ummat saya dalam kebaikan sekiranya mereka segera berbuka. Aritnya tenggelam matahari, dia berbuka. Liwa sedikit itu tidak ada soal, boleh. DG. NABA : Ia, liwat sedikit boleh, artinya kurang sedikit juga boleh ? PAK KIAY : Tidak boleh kurang sedikit DG. NABA : Tidak boleh. Begini lagi, bolehkah atau boleh sajakah kita mengidam-idamkan sesuatu makanan yang kita ingini pada siang hari waktu ktia puasa, sehingga mengakibatkan tertelan air liur. PAK KIAY : Begini, karena dibayang-bayangkan makanan, akibatnya air liur tertetesan, akhirnya dia telah 18


untuk tidak jatuh. Jawabnya menelan air liur tidak salah. Jadi mengidam-idamakan makanan atau dengan kata lain menghayal-hayalkan makan yang enak, itu rupanya dorongan-dorongan setan yang selalu bisik-bisik sama dia, itu Dg. Naba, tidak usah menghayal-hayalkan ganti itu hayalan dengan membaca Al Qur'an. DG. NABA : F. Lagi, benarkah bagi seseorang pekerja berat (dimaksudkan adalah orang petani) dalam menggarap kebunnya yang mana sudah terlampau banyak peluhnya (keringatnya), memakruhkan puasanya. Jadi ini orang bekerja Pak Kiay, sudah banyak keringatnya keluar, apakah keringat keluar itu memakruhkan puasa ? PAK KIAY : Jawabnya tidak . sebab keringat keluar itu tidaklah membatalkan puasa atau memakruhkannya. DG. NABA : Kalau keringat masuk Pak Kiay ? PAK KIAY : begini aa, bahwa pada remaja sudah memang diwajibkan menjalankan ibadah puasa. Malah sebelum masa remaja, sudah diperintahkan menjalankan ibadah puas, sebagai latihan untuk pembiasan aba. DG. NABA : O, begitu, artinya masa kanak2, sudah harus dibiasakan mengerjakan ibahda puasa. Soalnya sekarang Pak Kiay, pada umur berapa diperintahkan berpuasa. PAK KIAY : Di dalam menjalankan puasa, tidak secara tidak secara konkrit dari Nabi mengenai umur, berbeda dengan ibadah shalat Dg. Naba. 19


DG. NABA : O begitu, kalau di dalam ibadah puasa, tidak ada perintah Nabi secara konkrit. Kalau ibadah shalat, sudah ditentukan umur dimulai menjalankan shalat. Tentu begitu. PAK KIAY : betul Dg. Naba DG. NABA : Umur berapa ? PAK KIAY : O, ya, di dalam hadist riwayat Tarmisyi, berbunyi begini : Muruu aoladakum fissahalaa, wahum abanaum abanaum sab’in, wadriuhum alaiha, wahum abanaum asri, wa farriku bainahum filmadaji. Artinya, suruh anakmu sembahyang dalam usia 7 tahun, pukul mereka bila meninggalkan sembahyang dalam usia 10 tahun. Pisah2kan mereka di tempat tidur. DG. NABA : Pisah-pisahkan mereka di tempat tidur, artinya ini bagaimana Pak Kiay. PAK KIAY : Artinya jangan mereka setempat tidur antara anak yang sudah usia 10 tahun dengan ibunyakah, dengan saudaranya yang perempuan, begitu. PAK KIAY : Betul Dg. Naba. Kalau mendidik, membiasakan sesuatu yang baik untuk diulang-ulang sampai tertanam jadi sifat pada diir anak didik. Sedangkan mengajar, memberikan se-mata2 pengetahuan. Bersifat yang baik itu harus pula dicontohkan oleh guru kepada murid itu Dg. Naba. DG. NABA : Ia, pantas ada orang bilang kalau guru kencing berdiri, murid kencing berlari.

20


PAK KIAY : Ya ada kebenaran demikian Dg. Naba. Inilah salah satu faktor daripada kenakalan anak2 remaja jika guru tidak dapat memberikan percontohan yang baik. DG. NABA : Itu saja itu ? tidak ada faktor lain lagi Pak Kiay ? PAK KIAY : tentu ada. DG. NABA : Apa lagi Pak Kiay ? PAK KIAY : Faktor kelima yang menjadi sebab kenakalan anak2, adalah faktor masyarakat Dg. Naba. DG. NABA : Faktor maya, maksud Pak Kiay bagaimana ? PAK KIAY : Begini Dg. Naba, bila didalam suatu masyarakat banyak contoh2 yang kurang baik,‌ DG. NABA : Ia, kalau Dg. Naba, dalam masyarakat banyak contoh2 tidak baik, bukan kurang baik, tidak baik memang. PAK KIAY : Banyak yang tidak baik. Ini pangkal Dg. Naba, pangkal terciptanya kenakalan anak2. Karena di dalam masyarakat, tidak dapat diberikan contoh baik, tapi contoh yang tidak baik. Apalagi Dg. Naba bila ada kesempatan bagi anak2 remaja untuk meniru contoh2 yang tidak baik itu tadi, itu bahaya. DG. NABA : Antara lain contoh yang tidak baik dan yang baik bagaimana Pak Kiay ? PAK KIAY : Begini Dg. Naba DG. NABA : Umpaanya ini ? 21


PAK KIAY : Saya lanjutkan dulu Dg. Naba. Ada kesempatan bagi remaja meniru contoh2 yang tidak baik. Apalagi remaja yang datang dari keluarga yang memang tidak ada perhatian dari orang tua membinanya atau dengan kata lain dari keluarga yang kurang terbina, segeralah contoh2 tadi, dia ikut dan dia jadi pengedar yang buruk itu ke tengah2 masyarakat. DG. NABA : Ya betul, betul. Nah sekarang apa contoh yang tidak baik Pak Kiay ? Dengan kata lain apa contoh yang buruk itu. PAK KIAY : Contoh2 Dg. Naba yang dalam keadaan tidak baik, banyak saja. Tapi yang ktia ambil yang dapatlah kita lihat se-hari2. Antara lain film cabul, poster2 yang terpampang di muak umum dengan adegan2 ciuman dan sebagainya. Bacaan2 cabul, tablet2 perangsang, yang sangat menarik bagi remaja yang gondang jiwanya sebagai tempat pelarian Dg. Naba. DG. NABA : Kalau begitu Pak Kiay, contoh2 yang Pak Kiay buat, yang Pak Kiay kemukakan, umumnya di filem cabul itu, bukan remaja Pak Kiay, tetapi yang tua2. PAK KIAY : Walaupun Dg. Naba filem2 cabul itu diatasi umur yaitu 17 tahun ke atas, Tetapi kadang-kadang yang 17 tahun ke atas itu, kurang terjaga, kurang tertib. Tetapi kadang-kadang masih dapat lolos nonton, ini disini Dg. Naba. Begitu juga persoalan ini tentu bukan lagi persoalan masyarakat tok, tetapi semua

22


yang berkompeten dalam persoalan ini tentu ikut serta. DG. NABA : Memang Pak Kiay, seharusnya integrasi semua Pak Kiay. Pak Kiay kasih penerangan baik2, tetapi orang lain merusak, bagaimana bisa. PAK KIAY : Itulah Dg. Naba‌ DG. NABA : Ia Dg. Naba bilang begini yang lain bilang begini, ah rusak, tidak cocok Pak Kiay.. . kalau begitu Pak Kiay begini. Soal remaja bukan semata2 soal orang tua. Dan soal remaja, bukan hanya soal remaja tetapi soal orang tua juga. PAK KIAY : Itu satu sama lain mempunyai kaitan. Disamping orang tua, terlibat guru. Dismaying guru, terlibat masyarakat, itu otomatis‌ PAK KIAY : Memang benar demikian Dg. Naba. Soal orang tua, soal masyarakat dengan kata lain soal pemerintah. Karena itu Dg. Naba di dalam Undang2 Pendidikan No. 5 tahun 1950 disebut ada tiga pusat pendidikan. DG. NABA : Ia ada tiga pusat pendidikan PAK KIAY : Ia yang di dalam kalimatnya, disitu dinyatakan, membentuk manusia susila, yang cakap, percaya kepada diri sendiri, bertanggung jawab kepada masyarakat. DG. NABA :

A. a‌ tujuan pendidikan disitu dikatakan, membentuk manusia susila, artinya yang tidak susila perlu disingkirkan. 23


PAK KIAY : Ia, yang tidak susila, harus disingkirkan, perlu dibentuk manusia susila. DG. NABA : Lalu cakap, percaya kepada diri sendiri, bertanggung jawab kepada masyarakat. Kalau begitu tiga tujuan pendidikan, mana yang tiga itu. Itu tadi kan tujuannya Pak Kiay ? PAK KIAY : Dg. Naba, tadi ktia sudah kemukakan di atas. Ketiga pusat pendidikan itu ialah : rumah tangga, sekolah, masyarakat DG. NABA : O, ia, ia, sekolah, artinya anak-anak dididik di sekolah, di rumah tangga. PAK KIAY : Tapi saut sama ain Dg. Naba merupakan kaitan kesatuan yang tidak dipisah-pisahkan Dg. Naba. DG. NABA : Artinya ketiganya itu saling berhubungan PAK KIAY : Betul Dg. Naba DG. NABA : A. apa isi dan tujuan pendidikan di rumah tangga Pak Kiay sebaiknya. PAK KIAY : Tidak sudah ditunjukkan tujuan pendidikan menurut negara kita. Sekarang isi dan tujuan pendidikan rumah tangga itu apa. Sebenarnya Dg. Naba, is dan tujuan pendidikan rumah tangga itu, dapat disimpulkan kepada tiga pula. Pertama isi pendidikan itu ialah pemantapan iman, dan menjauhkan kemusyrikan. Itu harus dididik di rumah tangga. Yang kedua Dg. Naba, melaksanakan ibadah. Jadi pendidikan di rumah tangga, dimulai dengan menjalankan ibadah. Daya yang ketiga, Dg. Naba, ialah pembentukan 24


kebiasaannya yang baik atau dengan istilah akhlakul karima. Ini isi pendidikan rumah tangga. DG. NABA : O, ia. Jadi tiga. Yang pertama pemantapan iman, dan menjauhkan kemusyrikan. Yang kedua, menjalankan ibadah, dan yang ketiga menjalankan akhlak yang baik. PAK KIAY : Betul Dg. Naba DG. NABA : A. a. ia. Tapi kurang Pak Kiay, yaitu dimana letaknya hormat sama orang tua PAK KIAY : Itu akhlak. DG. NABA : Hormat kepada guru PAK KIAY : Akhlak.. DG. NABA : A. a. .. disitu ? PAK KIAY : Pokoknya Dg. Naba bisa bercerita apa ditanya terjawab pada soal yang tiga itu. Itu isi pendidikan rumah tangga Dg. Naba. Supaya anak tidak jadi anak nakal. DG. NABA : Bagaimana cara yang ditepuh dalam pematangan iman ? PAK KIAY : Ini Dg. Naba bertanya bagaimana cara yang ditempuh oleh rumah tangga di dalam pemantapan dan mematangkan iman seorang anak di rumah tangga. Begini Dg. Naba. Contoh-contoh pendidikan ruah tangga, itu telah digambarkan oleh Allah s.w.t. di dalam Al Qur'an. Seperti surat Lukman ayat 12 dan banyak lagi ayat-ayat lain seperti surat Yusuf, surat Ibrahim dan sebagainya. 25


DG. NABA : Na sekarang Pak Kiay perlu diterangkan azas-azas pendidikan Lukman di rumah tangga itu. PAK KIAY : Azas-azasnya, DG. NABA : Ia, bunyi ayatnya itu bagaimana PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Di dalam surat itu, azas-azas pendidikan Lukman terhadap anaknya di rumah tangga. DG. NABA : Ini Lukman, siapa ini Pak Kiay ? PAK KIAY : Ini Lukman Hakim, tersebut di dalam Al Qur'an DG. NABA : O, yang masuk namanya dalam Al Qur'an. PAK KIAY : Betul DG. NABA : O, bulan Lukman yang dekat sana itu. PAK KIAY : Bukan Lukman pegawai itu, tetapi yang tersebut dalam Al Qur'an. Di dalam ayat itu berbunyi begini: Wa ideqaala luqmaanu libnihi nahua yaidhuhu, yaa bunayya laatusyirik bilah, innasysyirka lachulmun adhim. Suatu ketika berkata Lukman kepada anaknya DG. NABA : Atau saja anaknya ? PAK KIAY : Disebutkan disini anaknya saja. Apakah satu atau dua,. Sekarang apa yang dilakukan oleh Lukman ? Wahua Yaidhuhu Ia mengajarnya, menasehatinya. Diantaranya, Ya Buyayya : Hai anakku, jangan kau persekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah dengan sesuatu, adalah sesuatu kezaliman yang amat besar. 26


DG. NABA : Inilah dasar-dasar pengajaran Lukman di rumah tangganya. PAK KIAY : Ia. Jadi pada ayat ini dapat kita tarik bahwa pengajran (azas) pendidikan rumah tangga mengajar anaknya tentang iman, dan menjauhkan Tuhan dipersekutukan dengan sesuatu. DG. NABA : Saya belum dapat memahami apa yang sesungguhnya isi di pendidikan rumah tangga dari ayat tersebut. PAK KIAY : begini Dg. Naba. Kalau itu belum dapat Dg. Naba fahami, baiklah saya berikan keterangan yang lebih jauh. Pertama, bahwa pendidikan di rumah tangga dalam pemantapan iman menurut ayat ini Dg. Naba, ialah pengajaran, nasehat, penjelasan tentang iman kepada ke Esaan Allah. Jadi dimantapkan ini. Harus diyakinkan bahwa Allah itu Maha Esa, Esa zatnya. Esa sifatnya, Esa Af alnya atau perbuatannya. Ini diberikan penjelasan-penjelasan. Yang kedua lagi, kemudian pemantapan iman itu dijalankan melalui ibadah. Semuanya itu dilakukan oleh orang tua di rumah tangga terhadap anaknya. Jadi disuruh anak sembahyang, dia sendiri sembahyang. Supaya realisasi dari pada Iman tadi, dapat dibuktiakan melalui ibadah. DG. NABA : Jadi kalau begitu Pak Kiay, kalau mendidik anak bersembahyang, orang tua sembahyang PAK KIAY : Betul DG. NABA : Jadi kalau begitu orang tua tidak sembahyang, otomatis anak tidak sembahyang. 27


Pak Kiay

: Ia, sulit

DG. NABA : O, ia.. ia.. jadi tidak boleh hanya menyuruh saja. PAK KIAY : Betul. Itu sudah kita jelaskan tadi, menaruh itik masuk air, cocok. Tetapi menyuruh kambing masuk sungai, itu susah. Jadi diikat lehernya, terjun dulu baru jadi. Begitu Dg. Naba‌ DG. NABA : Begitu pula mendidik sembahyang. Kalau bagi Pak Kiay nanti saja kita lanjutkan. Assalamu Alaikum PAK KIAY : Alaikummussalam.

28


HAID DAN PUASA PAK KIAY : Ah.. segar-segar perasaan Pak Kiay hari ini, eh e e mana Dg. Naba ini belum datang juga, baiklah saya bacakan surat-surat masuk. Yang pertama Dg. Naba sudah pernah bacakan. Yang kedua, ialah pertanyaan dari Sdr. Muh. Yahya TDK, Moncobalang Gowa. Aiklah saya bacakan pertanyaannya. Biasa saya mendengar dari orang ataukah dari insan yang akan meninggal dunia, bahwa sebelum sakratul maut datang, atau sebelum nyawanya dicabut, lebih dahulu ada tanda-tanda alamat yang dibawa langsung dari guru tarekatnya. Bila tanda alamat sudah datang, maka ia sudah memastikan bahwa ia akan meninggal dunia. Karena apa yang dipelajari dari guru, sudah ada. Mohon adfis. Adapun tanda-tanda dari guru itu, tidak bisa kita berpegangi, karena persoalan ini adalah persoalan agama. Agama, bukan ajaran guru, Agama adalah ajaran dari Allah dan Rasul. Jadi ajaran dari Allah dan Rasul itu, berhak dipegang. Kalau ada ketentuan dari Allah dan Rasul ,itulah yang kita pegang. Sdr. Muh. Yahya TDK, di dalam Hadist dinyatakan : innanafse lan tufaariqidduniya hatta tara mag dahu til jannati au tumar. Sesungguhnya nyawa sebelum dipisahkan dari badannya, akan diperlihatkan kepadanya tempatnya di surga atau di neraka. Jadi berdasarkan hadist itu, seseorang yang berada sebelum nyawanya dicabut, dari badannya, maka diperlihatkan tempatnya dahulu, surga tempatnya atau neraka. Barulah sesudah itu 29


nyawanya dicabut. Antara tanda ini, ada jarak yang panjang ada jarak yang pendek. Jadi inilah satu tanda yang akan datang kepada orang-orang yang akan mati. Itulah tanda yang datang dari Hadist, yang penjelasannya dari Rasulullah. Adapun tandatanda dari guru tarekat, umpamanya, belum dapat kita benarkan sebelum dia mengemukakan dasarnya dari Al Qur'an atau Hadist. Sebab agama dua pendapat. Ada yang mewajibkan hukum hitan ada pula yang memandang hukumnya cuma sunat. Diantara ulama2 besar yang memandang hukum hitan itu wajib, baik laki2 atau terhadap wanita. Imam Syu’bi Aou Sa’bi, Imam Malik, Imam Syafii termasuk Imam Achmad. DG. NABA : Hambali tidak ? PAK KIAY : Betul Imam Achmad bin Hambali. Malah ada satu penetapan dari Imam Malik dan Imam Achmad, begini : “ Ma lam Yah;tatim Lam-tajus Imamatuhu, Faltu’bal Sahadatuhu”. Itu bukan hadist, tetapi pendapat beliau2 itu. DG. NABA : Artinya Pak Kiay bagaimana PAK KIAY : Siapa2 yang tidak dihitan, tidak sah imamannya atau Imamnya kalau dia jadi imam, dan tidak diterima sahadatnya. Itu penetapan beliau tadi, tetapi ini bukan hadist. DG. NABA : ia, sekarang yang kedua Pak Kiay. PAK KIAY : Yang kedua Dg. Naba, hitan itu sunat hukumnya menurut pendapat Imam Abuhanipa. Ini Dg. Naba sampai terjadi pendapat yang berbeda-beda itu, 30


karena memang ada membuka masalah itu. DG. NABA

beberapa

hadist

yang

: ia, bagaimana bunyi hadistnya Pak Kiay.

PAK KIAY : Diantaranya Hadist Imam Achmad dan Abu Daud berbunyi begini : “Angka Sahri wal qufri Wachtatin”. Artinya, cukurlah oleh engkau rambut Jahiliyah, dan berhitanlah engkau. DG. NABA : Cukurlah rambut Jahiliyah ? dan berhitanlah engkau PAK KIAY : itu hadist yang pertama. Hadist yang kedua “Man aslama Falyahtatim” Artinya, siapa2 yang masuk Islam, hendaklah dihitan. Dan hadist yang ketiga, “Alhitanu sunnah firjali, mukramatun finnisa’i. hadist riwayat Achmad dan Baihaki. DG. NABA :

Artinya Pak Kiay ?

PAK KIAY : Hitan itu sunnah pada laki2, dan kemuliaan bagi wanita. DG. NABA

: A.A.A. kalau wanita disunnat mulia, kalau tidak disunnat, tidak mulia.

PAK KIAY : Tidak apa2, sebagai penghormatan saja. Nah bertolak dari hadist itu, rupanya Syafii, Syu’bii Ausyai, Maliki dan Hambali berpegang dengan dua hadist tadi. Sehingga beliau memandang wajib hukum hitan. Tetapi Imam Abu Hanifah, berpegang pada hadist yang kedua, hitan itu Cuma sunnah. DG. NABA : Sunnah bagi laki2 dan penghormatan bagi wanita. 31


PAK KIAY : Begitu, oleh karena itu beliau juga dizaman Rasulullah banyak orang2 Rumawi masuk Islam Nabi tidak perintahkan untuk sekaligus dihitan. Nah sekarang Dg. Naba terhadap pertanyaan Martinus, Delopes D.G. Rola, kalau kita berpegang dengan Abu Hanifa, tentu saudara punya puasa sudah syah. Karena hukum sunat itu Cuma sunnah se-mata2. Tetapi kita juga lebih baik memegang yang paling baik. DG. NABA : Ya tentu begitu, cocok itu Pak Kiay PAK KIAY : Ya.. tentu yang paling biak diusahakan kelak, bagaimana supaya bisa dilaksanakan kalau kita mencari yang paling baik. DG. NABA : Itu yang paling baik, memang seharusnya begitu, yang paling baik yang dicari Pak Kiay. Yang paling baik ialah disunat. Artinya tidak usah sekarang, kapan ada kesempatan. PAK KIAY : Btl Dg. Naba. DG. NABA : Cocokmi Pak Kiay. Tiga pertanyaan terjawab sekaligus. Atas perhatian anda bertiga, kami ucapkan banyak terima kasih. Juga Dg. Naba mengucapkan terima kasih pada Pak Kiay. Terima kasih Pak Kiay. PAK KIAY : sama-sama DG. NABA : Sekarang lanjutan yang lalu Pak Kiay. Tentang binatang yang disembelih. Itu binatang disembelih dengan membaca Bismillah. Kenapa bisa haram Pak Kiay. 32


PAK KIAY : Ia padahal sudah dibaca Bismillah ini ? DG. NABA : Ya.. kan ayatnya menyatakan apa yang disembelih selain nama Allah. Nah itu sudah disembelih dengan Bismillah artinya halalmi. PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Walaupun dibaca Bismillah Dg. Naba, tetapi maksud penyembelihan bukan yang dikehendaki Allah. Yang penting dan ikut menentukan hukum Dg. Naba, ialah caranya dan tujuannya. Karena ditanya Dg. Naba, kenapa Dg. Naba menyembelih kerbau ? DG. NABA : karena kepalanya mau ditanam. PAK KIAY : O begitu ? itu jawabnya toh ? Dg. Naba menyembelih kerbau karena kepalanya mau ditanam. DG. NABA : Ya kalau hubungannya dengan itu, kalau tidak dengan itu, lain kali bicaranya itu. PAK KIAY : Ini masalahnya karena menanam kepala kerbau. Ini kita tanya. Tadi Dg. Naba menyembelih kerbau, kenapa ? jawabnya, kepalanya mau ditanam. Jadi tidak akan ada penyembelian kalau tidak akan kita tanam kepala kerbau. Itu begitu kesimpulannya. DG. NABA :

Ia begitu.

PAK KIAY : sekarang, untuk apa ditanamkan kepala kerbau ? DG. NABA : Untuk makhluk2 halus yang ada di wilayah kita supaya dia tidak marah sama orang-orang yang lalu lintas begitu maksud Dg. Naba. 33


PAK KIAY : O, begitu. Sekarang Dg. Naba, kalau makhluk alus di tempat itu marah, mau apa dia, kenapa ? DG. NABA : Nanti diganggunya kita. PAK KIAY : O ya, ya. Kalau di mengganggu apa akibatnya. DG. NABA : Dia bisa bikin sakit2, pekerja2 nanti, atau bangunan bangunan atasnya itu tidak selamat. PAK KIAY : O begitu. Jadi gangguannya nanti ialah bisa bikin sakit, pekerjaan atau mengganggu bagi keselamatan bangunan. Tentu timbul pertanyaan lagi. DG. NABA : ia apa pertanyaannya ? PAK KIAY : Apakah ada yang lebih berkuasa bikin sakit selain Allah ? DG. NABA : Kalau dihubungkan dengan iman, tidak ada Pak Kiay PAK KIAY : Tidak ada, disinilah nampak kemusyrikan. Itu Dg. Naba, yang dimaksud sembelian bukan karena Allah. Kalau bukan karena makhluk2 alus, dia tidak menyembelih. Makhluk2 yang dikhayalkan, mempunyai kekuasaan. Sembelian semacam itu Dg. Naba. Walaupun dibaca Bismillah, tidak membawa sah binatang yang disembelih. Sama saja binatang yang dicuri kemudian disembelih, dibaca Bismillah tetapi tidak sah Dg. Naba, karena caranya, tujuannnya turut menentukan hukum. DG. NABA : Kalau begitu Pak Kiay keterangan Pak Kiay, ini Dg. Naba agak berpikir sedikit Pak Kiay mengenai 34


pertanyaan ini. Pertanyaan Muh. Idris dari Bara2 dan Takalar sudah terjawab. Kan dulu ada pertanyaannya itu Pak Kiay. PAK KIAY : Bagaimana pertanyaannya. DG. NABA : Ini pertanyaan dari M. Idris. Apakah termasuk orang yang menyembelih binatang karena Allah tetapi yang punya binatang tadi, niatnya untuk berhala. Dan apakah keduanya mendapat dosa ?Itu pertanyaan yang dahulu. PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Pertanyaan d sdr. M. Idris dari Bone2 Takalar, penyembelihan yang diniatkan untuk berhala, itu sudah sama dengan yang diatas tadi. Kalau di atas tadi, makhluk halus. Disini berhala. Jadi hukumnya sama Dg. Naba. DG. NABA : sama ya. PAK KIAY : sama DG. NABA : Apakah termasuk musyrik orang yang menyembelih binatang dengan nama Allah tetapi diperuntukkan kepada berhala. PAK KIAY : memang begitu Dg. Naba, sudah benar itu. DG. NABA : jadi sudah benar itu. PAK KIAY : Jadi termasuklah kepada hukum musyrik orang2 yang melakukan menyembelian terhadap berhala atau diuntukkan terhadap makhluk2 halus, jelas Dg. Naba dilarag. Oleh agama. DG. NABA : jadi dilarang yang begitu itu. 35


PAK KIAY : Jadi Dg. Naba, tahayyul2 semacam itulah jangan sampai termakan oleh anak2 di rumah tangga. Oleh sebab itu Dg. Naba, harus diberikan penjelasan bahwa iman harus bersih dari bentuk tahayul, hurafat. Karena tahayyul dan hurafat bertentangna dengan iman. Bagi Dg. Naba. DG. NABA : Nah, dulu Pak Kiay menerangkan bahwa pendidikan rumah tangga ialah kemantapan iman, menjauhkan pintu2 kemusyrikan antara lain tahayyul dan hurafat. Tentang nujum, tentang asima, sihir, Pak Kiay telah menjelaskan tahayyul, walaupun atau contoh, tapi saya cukup mengerti. Sekarang yang menjadi masalah yang ingin saya ketahui nujum, ramalan2 tenung, itu apa ? PAK KIAY : O. o. begitu, jadi mengenai tahayyul dan hurafat Dg. Naba, sudah puas, sudah cukup. Jadi tidak usah dijelaskan tahayyul binatang lain lagi ? DG. NABA : Ia cukup ini. Sekarang yang menjadi, tentang nujum, tentang ramalan, tentang tenung. Pak Kiay PAK KIAY : Nah begini Dg. Naba, di dalam memantapkan iman anak2 agar menjadi mu’min yang sempurna, harus jauh dari kepercayaan tenung nujum, ramalan. Nah sekarang Dg. Naba tanya, nujum, tenung, ramalan, batas pengertian itu apa ? DG. NABA : Ya, itu yang ditanay Pak Kiay PAK KIAY : Batas pengertiannya, begini Dg. Naba, tenung, nujum atau ramalan alah memberitakan sesuatu masalah yang tidak atau dilarang oleh agama 36


memberitakan, serta masih itu tidak dibawa jangkauan ilmu dan akal manusia itulah. DG. NABA : jadi apakah ada larangan agama memberitakan masalah gaib. PAK KIAY : Memang Dg. Naba, karena itu ada satu firman Allah dalam surat Jin ayat 26. DG. NABA : Ya bagaimana bunyinay Pak Kiay ? PAK KIAY : Bunyi firman Tuhan begini : “Alimul gaibi, Fala Yusiru Ala gaibihi ahada Illah manir Tadanirrasuli. Artinya, Allah yang tahu masalah gaib. Maka tidak diberi tahukan gaibnya sesuatu itu kepada seorang, kecuali orang yang diridoi oleh Allah sendiri dari pada Rasul2-Nya saja. Jadi masalah gaib, hanya Allah bukan kepada Rasul, kepada manusia lain yang bukan Rasul, Allah tidak membukakan persoalan yang gaib. DG. NABA : Mana macam2 gaib itu Pak Kiay ? PAK KIAY : Sekarang Dg. Naba bertanya, mana yang termasuk macam2 yang gaib di dalam Al Qur'an dikatakan : Innalaha Indahu Ilmusha. Termasuk masalah gaib yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu manusia. Kalau tidak ada keterangan dari Tuhan kita tidak akan tahu ialah tentang kapan dari hari kiamat, tidak bisa diketahui dan diramalkan oleh manusia itu. DG. NABA : Ia, kapan hari kiamat, tidak bisa ditentukan, sekian tahun, sekian ribu tahun, sekian juta tahun, tidak

37


bisa manusia ramalkan. Kalau ada ramalan begitu, tidak betul. PAK KIAY : Yang kedua Dg. Naba, dalam Al Qur'an juga dikatakan WAMA Tadhrina psun maataksibun gada. DG. NABA : Artinya ? PAK KIAY : Kamu atau diri manusia tidak akan tahu apa yang akan dikerjakannya besok pagi. Yang kedua Dg. Naba, didalam Al Qur'an dikatakan �Wama tadhir nafsi ma ta’sibun qada. DG. NABA : Artinya Pak Kiay ? PAK KIAY : Kamu atau diri manusia tidak tau apa yang akan dikerjakannya besok pagi dia membikin rencana, tapi dia tidak bisa tahu apakah rencana itu bisa atau tidak. DG. NABA : O, ya itu yang dimaksud Pak Kiay, rencana di tangan kita, tapi ketentuan di tangan Tuhan. PAK KIAY : Betul Dg. Naba, tetapi itu sering2 juga salah2 Sengaja rapatnya ditunda baru dia bilang rencana di tangan kita, ketentuan di tangan Tuhan. Padahal dia sendiri putuskan ditunda rapatnya. Ini salah memperalatkan kalimat yang tujuannya tidak tepat. Berdasarkan ayat ini pula Dg. Naba termasuk masalah nasib dan rezeki. Manusia tidak bisa meramalkan bagaimana nasib seseorang, akan kaya atau tidak, tidak bisa diramalkan.

38


DG. NABA : O. begitu Pak Kiay ? Kita tidak tahu nasib seseorang, akankah dia, akan miskinkan dia selama2nya, tidak bisa. PAK KIAY : Tidak bisa. DG. NABA : Lalu ? PAK KIAY : Oleh sebab itu Dg. Naba, biasa orang mengatakan kalau si A kawin dengan si A nasibnya baik. DG. NABA

: Bukan si A dengan si A Pak Kiay

PAK KIAY : Si A kawin dengan si B atau si Achm DG. NABA : A.a.ie, kelegaan jiwa Ia, kelegaan jiwa,tidak akan terjadi tindakan-tindakan yang menyimpang atau kenakalan, tidak Akan membawa pelarian kepada morvin, narkotika dan sebagainya Dg. Naba DG. NABA : nah begini, sekarang saya sudah dapat mengambil kesimpulan ibadat puasa kaitannya Dengan pembiasan remaja, ialah: 1. Mengikuti suara hati menurut yang dikehendaki Allah. 2. Dapat menahan dan mengendalikan nafsu menurut yang dikehendaki Allah. 3. Dapat mengembalikan segala persoalanpersoalan yang sulit kepada Tuhan dengan mohon hidayat Tuhan sendiri. Jadi jiwa pemuda diisi dengan jiwa keimanan . Sekarang pertanyaan saya Pak Kiay , apakah tidak menyuruh anaknya sadakah, dan lain-lain kebaikan tidak disuruh.

39


PAK KIAY : Begini Dg. Naba, pasti berdosa orang tua yang tidak menyuruh anaknya beribadah. Karena Allah memerintahkan agar anak/isterinya diperintahkan bershalat, dan ibadah lain. Firman Allah : Wa’nur ah laka bishalati, Washabir alaiha : Suruhlah keluarga engkau menjalkan shalat, dan sabarlah engkau atas kelakuan-kelakuannya. Jadi meninggalkan apa yang diperintahkan Allah dan Rasulnya, tentu akan berdosa Dg. Naba. DG. NABA : O. ada perintah Tuhan, wa’mur : Suru anakmu sembahyang. Kalau tidak disuruh, salah kita. PAK KIAY : Ie, jelas DG. NABA : Ia. Ia. A… apakah ada akibat – akibatnya di dunia Pak Kiay ? Kalau kita tidak suruh anak kita sembahyang. PAK KIAY : Kalau tidak menjalankan perintah Allah, pasti ada akibat bahaya di Akhirat. Sekarang apakah di dunia juga menimbulkan akibat-akibat kalau tidak menjalankan perintah Tuhan Rasulnya, benar Dg. Naba. DG. NABA : Benar ada, bagaimana akibatnya. PAK KIAY : Di dunia akan menerima akibat buruk, di akhirat akan mendapat azap. DG. NABA : Ia, di dunia akan menerima akibat buruk di akhirat mendapat azab. Apakah akibat buruknya di dunia. PAK KIAY : Akibat buruknya, begini Dg. Naba. Anak, isteri yang tidak mengenal Tuhan Dg. Naba, itu tidak akan dapat hatinya ditundukkan kepada kodrat 40


Allah. Dengan kata lain Dg. Naba, tidak terbentuknya suatu kebiasaan yang baik, menurut yang dikehendaki Allah. Ini berbahaya Dg. Naba. Bahayanya di dunia, kalau di a miskin atau ditimpa musibah, biasanya orang yang semacam ini kehilangan pegangan, cepat jadi gila. Kalau ditimpa nikmat, juga berbahaya. DG. NABA : Kalau ditimpa nikmat, berbahaya juga. PAK KIAY : Terjadilah kesombongan sebagaimana karung. DG. NABA : O. ia. Ia. Kalau ditimpa musibah, putus asa, jiwanya goncang, akhirnya penyakit jiwa. Kalau diberi nikmat yang banyak, akhirnya congkak. Baiklah Pak Kiay saya rasa waktunya telah selesai, Assalamu Alaikum. PAK KIAY : Wa’ Alaikummussalam w.w.

41



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.