Dialog Bulan Puasa 11

Page 1


DIALOG BULAN PUASA

11

Keterangan :

Selaku Pak Kyai oleh : Haji Bakri Wahid, B.A. Daeng Naba oleh : Syamsul Marlin, B.A. 1


ZIARAH KE KUBUR MENYAMBUT LN RAMADHAN DG. NABA : Assalamu Alaikum PAK KYAI : Waalaikummussalam .. kenapa Dg. Naba terlambat DG. NABA : Tidak terlambat, saya diluar Pak Kyai PAK KYAI : O, diluar, kenapa saya tadi tidak lihat DG. NABA : Sejak tadi saya sudah ada di luar. Ini PAK KYAI : surat2 ini, banyak saya lihat surat2. Saya duduk2 di luar sana baca2 ini. Ada surat lagi dari Umar Yunus Jl. Langgau Ujung Pandang. Kemudian lagi dari Peni S. Jl. Nusantara 514 Ujung Pandang. Dari Peni Pak Kyai, bukan Pelni. Ini lagi Pak Kyai dari Jumadi Tiro, alamat Jl. Serigala No. 96 Ujung Pandang. Surat anda sudah diterima. Kemudian dari Rusly Abubaera.. ini rajin sekali ini orang bersurat Pak Kyai kita sampai hafal namanya Rusly Aburaera. PAK KYAI : Ia.. karena banyak suratnya masuk DG. NABA : Ia .. dari U. pandang Asrama Mattoanging. Ini lagi dari Abd. Waris Jln. Cenderawasih Lr. 7 No. 9 Ujung Pandang. Kemudian lagi dari Abd. Rajab Syam Jl. Layya Ujung Pandang. Kalau ini dari Hasyim, anggota Jamaa Nurul Haerat Layang selatan di Ujung Pandang. (Sebelah Utara RII). Ini lagi dari Dodi Heriyansah, L.A.J. Jln. Kalimantan Ujung Pandang. 2


PAK KYAI : Bukan jalin ya ? DG. NABA : Jalan, bukan jalin Pak Kyai. Inimi kalau sudah makan sahur begini Pak Kyai ‌ PAK KYAI : Mungkin karena dingin barang kali DG. NABA : Ia. Ini lagi dari Suddin di Ujung Pandang Tello Baru. Ini empelopnya panjang Pak Kyai. Mudah2an Suddinnya juga panjang. Ini lagi dari Rumini Miru di Jln. Veteran ujung Pandang. Selanjutnya dari Abd. Razak Ujung Pandang. Abd. Razak ini Pak Kyai Ujung Pandang. Ini dari Syamsul Aman Bungaya U. Pandang. Kemudian dari Laode Halifah K. Jl. Sembilan No. 22B diujung Pandang. Cocokni Pak Kyai, dulu sudah ada Waode, sekarang sudah ada Laode, cocok toh? PAK KYAI : Cocok DG. NABA : A. a. ada perempuan, ada laki. Ini lagi dari Jln. Belibis No. 14 Ujung Pandang, namanya Landari. Ini lagi Marhabang Dengan. Narang di Pandang2 Sunggu Minasa. Wah dari Sungguminasa. Ini surat kilat dari M. Idrus Said Kompleks Mesjid Jami PU Box 68 Jayapura Irian Jaya. Ini lagi Sabaruddin Hello Jln. Abubakar Lambogo 63 Ujung Pandang. Ini dari Arifin A. Rahman Cenderawasih I Ujung Pandang. Selanjutnya dari Abd. Fattah seorang pencinta siaran sahur pada bulan pauasa jl. Rajawali Ujung Pandang. Yunus Ibrahim Dr. R. Langi 5a/4 Ujung Pandang. Ini Andi Zainuddin S. Jln. Dahlia 306/1 di Ujung Pandang. Selesai surat2 Pak Kyai sampai disitu. Barangkali mungkin besok ada lagi. Untuk hari ini (subuh) ini Pak Kyai, habis 3


itu. Ini pertanyaan dan jawaban surat2 sebagaimana biasa. Pak Kyai, dengan perantaraan sruat ini kiranya Pak Kyai dan Dg. Naba dapat memberikan penjelasan menurut agama Islam atas pertanyaan saya yang tertera di bawah ini. Ada dua pertanyaannya Pak Kyai. Yang pertama, misalnya kita anggap sudah terjawab. Yang kedua, bagaimana pandangan menurut agama Islam terhadap orang Islam yang mengambil ilmu2 Gunung KAWI ATAU TUYUL dan semacamnya. Tolong diberi penjelasan. Atas perhatian Pak Kyai dan Dg. Naba, saya ucapkan Asykuruka Kasirang PAK KYAI : Begini Dg. Naba soal gunung Kawi ambil ilmu, begini Dg. Naba, ilmu apa gerangan yang mereka ambil itu. Ilmu yang diperoleh biasanya melalui guru yang mengajar. Tentu timbul pertanyaan apa kira2 ada guru di G. Kawi? Jangan2 gurunya disana setan, maka dapat ilmu jahat nanti. DG. NABA : Ia, ilmunya ilmu setan PAK KYAI : Kalau Pak Kyai disana, itu dapat ilmu baik. Cuma kita dengar2 juga ini Dg. Naba, ada keyakinan sementara orang yang pergi ke Gunung Kawi, sementara orang ya, artinya mungkin tidak semua orang. DG. NABA : Ia, sebahagian orang, artinya orang yang kesana.. ya tentu begitu. PAK KYAI : Bila sampai sekian kali ke G. Kawi, sama dengan naik Haji.

4


DG. NABA : A. A. A. kalau sudah berkali-kali pergi ke G. Kawi, sama artinya satu kali pergi haji. PAK KYAI : Ya, ‌ DG. NABA : Kalau begitu, lebih baik naik Haji, berkali2 PAK KYAI : Saya kira Dg. Naba, kalau, bisa diartikan dua. Kalau dari keyakinan, itu sudah salah. Kalau dari segi biaya kalau orang Ujung Pandang kesana berkali-kali dengan naik plane mungkin ongkosnya sama dengan naik haji. Kalau itu pengertiannya, mungkin ada kebenarannya. Tapi kalau keyakinankeyakinan pada pahala, ini sudah keyakinan salah. Yang kedua Dg. Naba, ada juga sementara keyakinan mereka siap-siap ke g. Kawi, rezekinya bertambah-tambah terus. DG. NABA : Ya‌ siapa-siapa yang pergi ke gunung Kawi rezekinya bertambah-tamah terus. PAK KYAI : Ini semuanya Dg. Naba, keyakinan semacam ini, bertentangan dengan keyakinan agama Islam. DG. NABA : Ia, oleh sebab itu kita harapkan yang yakin akan agama Islam, tinggalkan keyakinan-keyakinan yang semacam ini supaya keyakinannya baik. Jangan dicampur keyakinan Islam dengan keyakinan Gunung Kawi. DG. NABA : Jadi itulah jawabnya Pak Kyai terhadap Malik Yasin BS lagi Pak Kyai .. saya batuk-batuk masuk angin Pak Kyai. PAK KYAI : Masuk angin ya ? tidak masuk nasi ? 5


DG. NABA : Sudah, oleh karena itu keluar angin. Ini lagi M. Munsir Rewa. Ini pertanyaannya “Saya melihat dimana –mana daerah dimana kuburan-kuburan ramai dikunjungi orang untuk disiarahi. Utamanya di waktu hendak memasuki bulan Ramadhan dan waktu akan lebaran nanti. Apakah ada perintah dalam agama Islam yang demikian Pak Kyai ? dan bagaimana hukumnya. Mohon jawab dengan jelas. Saya ada harapan sama orang ini Pak Kyai, supaya kupingnya dipasang baik-baik. PAK KYAI : Supaya dengar jawaban Pak Kyai. DG. NABA : Ia sebab dia bilang mohon penjelasan dengan jelas. PAK KYAI : J adi memohon juga‌ DG. NABA : Mohon juga telinganya dipasang baik-baik PAK KYAI : O ya, jangan tidur sahur. Begini. Perintah menziarahi kubur yang dikaitkan dengan kedatangan Ramadhan atau dengan berakhirnya Ramadhan, tidak ada satu perintah yang menyuruh kita demikian, tidak ada. Dg. Naba yang dikaitkan dengan waktu-waktu tertentu, tidak. Jadi sembarang saja boleh. Adapun kebiasaan masyarakat disini setiap mau masuk puasa, setiap mau lebaran disiarahi kuburan, itu merupakan suatu kebiasaan adat istiadat saja. DG. NABA

: Kebiasaan yang timbul di ada saja.

PAK KYAI : Tidak ada kaitan perintah agama kalau mau lebaran datangilah kuburan orang tuamu, tidak ada hadistnya. Malah hadistnya berbunyi begini : 6


KUNTUN NAHAITUKUM ANZIKAARATIL KUBUURI „ALAA ASUURUHAA. Dulu kata Nabi, Tuhan melarang saya menziarahi kubur, Sekarang menziarahi kubur boleh. Jadi tidak tentukan oleh Nabi Ramadhannya. Begitu. DG. NABA : Itulah jawabnya Pak Kyai terhadap pertanyaan anda. Nah sekarang lagi Pak Daeng di Studio. Ini pertanyaannya. PAK KYAI : Siapa tadi namanya ? DG. NABA : Namanya, Fahruddin A.M. ini pertanyaan nomor tiga Pak Kyai mengenai makanan. Apakah sah atau tidak kalau orang memakai minyak goreng yang sudah dipakai menggoreng babi lalu dipakainya pula menggoreng kambing dan lainlain sebagainya. Apakah haram bagi ummat Islam ataukah tidak. Jikalau tidak, kiranya dijelaskan pada Pak Daeng. PAK KYAI : Begini Dg. Naba. Minyak yang sudah digorengkan ke kambing, bagaimana hukumnya. Jawabnya tidak boleh. Oleh karena minyak yang telah dipakai menggoreng babi, itu baru sudah ken najis babinya. Barang yang sudah bernajis apalagi yang sudah bersatu dengan babi itu sendiri atau najis yang ada pada minyak itu yang kena kepada kambing, maka kambingnya juga yang haram dimakan, karena minyak goreng itu. DG. NABA :

O‌ ia ‌ ia. Jadi sekarang timbul tanda tanya bagaimana kalau kita tidak tahu, bahwa itu minyak sudah pernah digorengkan babi, tapi kita tidak tahu, kita pakai menggoreng. 7


PAK KYAI : Kalau soal tidak tahu Dg. Naba, tidak jadi persoalan lagi. Karena tidak tahunnya. Allah tidak menghukum kita berdosa apa yang kita tidak tahu. DG. NABA : O ya.. tapi saya rasa berdosa juga Pak Kyai PAK KYAI : Kenapa ? DG. NABA : Kalau pura-pura tidak tahu PAK KYAI : O. ya, betul DG. NABA : Ini lagi Pak Kyai. Ini dari orang yang bernama Idris Junaid. Pertanyaannya, satu apakah zakat fitrah itu wajib terhadap orang yang hidupnya sangat melarat dimana penghasilannya tidak sesuai dengan banyaknya tanggungannya atau tidak mampu. Yang kedua apakah diperbolehkan atau diharuskan kepada anaknya kalau kebetulan ada yang mampu tetapi dirantau atau di daerah lain misalnya di Jaya Pura. Ketiga, boleh zakat fitrah itu dibayar oleh anaknya dimana daerah dia berada atau di Jaya Pura umpamanya Ujung Pandang ini. PAK KYAI : Soal yang pertama, tidak usah kita berikan penjelasan Dg. Naba. DG. NABA : Perlu itu yang pertama PAK KYAI : Bagi yang tidak mampu, wajib menerima zakat. Yang kedua Dg. Naba, anak wajib menjain kehidupan orang tuanya, termasuk pakaian, termasuk makannya juga, termasuk zakat fitrah orang tuanya, harus dia jamin. Persoalan membayar anak dia tinggal di Irian Jaya bolehkah dibayarkannya disana ? Jawabnya boleh. Kalau 8


mau membayarkan orang tuannya, kirim saja uang kepada orang tuanya kemari, nanti orang tuanya yang bayarkan disini. DG. NABA : Ya, ada pos, ada bank bisa jalan kesana. Lalu yang ketiga ? PAK KYAI : Yang ketiga sudah terjawab, itu soal pembayaran. DG. NABA : O ya, ya, sudah terjawab semua ? Demikianlah Sdr. Muh. Idris Junaid jawaban secara ringkas dari Pak Kyai terhadap pertanyaan anda. Tambah lagi satu surat Pak Kyai ‌ PAK KYAI : Boleh .. DG. NABA

: Ini tidak ada pertanyaannya Pak Kyai, terpaksa dibaca keseluruhannya ini, tapi tulisannya bagus Pak Kyai.

PAK KYAI : Bacalah .. DG. NABA : Dengan sruat ini kami ingin menyampaikan sebuah pertanyaan kepada Pak Kyai bersama dengan Dg. Naba tentang masalah zakat fitrah. Menurut banyak faham dari para Mubaliq bahwa puasa seseorang yang berpuasa itu, puasanya masih tergantung diantara langit dan bumi selama zakat fitrahnya belum dibayar. Dalam hal ini kami ingin tanyakan bagaimana tentang anak-anak yang belum wajib puasa kalau menurut faham di atas, maka yang dikhawatirkan tergantung – gantung itu, untuk tidak si kepada Tuhan. Bagaimana pendapat Pak Kyai dan Dg. Naba. Ini pertanayan dari A.S. Taha. Dari Sorong Irian Jaya. 9


PAK KYAI : Begini Dg. Naba, zakat fitri yang tidak dibayar tergantung pahala puasanya. Apakah ini memang ada dalilnya ? Mengenai dalil Dg. Naba tadi kada satu hadist yang menyebut tentang tergantung semacam itu. Kalau masalah tergantung, ada yang disebut dalam hadist yang begini maksudnya. NAFSUL MUâ€&#x;MINIM MUALLAKATUM BIDAINI. Itu ada artinya nyawa seoran muâ€&#x;minim tergantung disebabkan utangnya tidak tebayar. Itu ada haist yang begitu. DG. NABA : O. ya, jadi kalau ada orang mati, utang belum terbayar, tergantung nyawanya. PAK KYAI : Betul, betul. Kalau disini, dia bicarakan tentang pahala yang tergantung. Jadi kita belum menemukan dalil. Tetapi jelas hadist berbunyi begini : Zakatul Fitri Tuâ€&#x;ratallissai minallashi warafasi, itu jelas. Artinya : zakat fitri itu menjadikan orang yang berpuasa akan bersih ibadah puasanya dari kata-kata yang loga dan katakata yang percuma. Jadi itulah yang dimaksudkan oleh hadist itu. Nah sekarang Dg. Naba, yang ditanyakan bagaimana anak-anak tidak puasa, tentu tadi kwjb mengeluarkan zakat fitranya karena pahala puasanya tidak akan tergantung karena dia sendiri tidak puasa. Begini, itulah akibat dari pada petua yang demikian mungkin. Tetapi hadist yang tadi juga mengatakan zakat fitri itu membersihkan orang dari kata-kata yang tidak senonoh. Bagaimana yang tidak puasa ? jawabannya bagi yang tidak puasa, baginya bukan membersihkan puasanya, tetapi membersihkan jiwanya. Atau kata lain membayarkan kewajiban semata-mata. Bagi 10


yang berpuasa, mempunyai dua efek. Efek pertama, terbayar kewajiban. Eek yang kedua, bersih jiwanya dengan puasanya, dan segala macam kotoran. Bagi yang tidak puasa seperti anak-anak, tinggal satu efek yang dia terima ialah terbayar kewajiban. Begitu Dg. Naba. DG. NABA : Bagaimana yang bukan anak-anak tidak juga puasa. PAK KYAI : Lantas dia bayar zakat fitrah ? DG. NABA : Ia PAK KYAI : Ia kena satu efek saja, bersihlah jiwanya atau terbayar kewajibannya. Tetapi soal puas menjadi tuntutan hukum yang harus dia terima kelak. DG. NABA : cocok ini Pak Kyai. Habis waktu Pak Kiay ? PAK KYAI : Barang kali. DG. NABA : O, ya, sekarang kita lanjutkan lagi yang lain. Jawaban surat tunggu lagi. Ini yang lalu kita bicara tentang pembinaan pendidikan anak-anak di ruah tangga Pak Kyai oleh Lukman. Sekarang Pak Kyai dulu sudah menjelaskan bahwa anak-anak itu harus dibiasakan di rumah tangga berbuat yang baik, dan bahkan harus ditumbuhkan di dalam dada anak, berbuat jahat itu berdosa, berbuat baik itu berpahala. Sekarang apa lagi contoh pendidikan di rumah tangga oleh Lukman itu Pak Kyai PAK KYAI : Contoh pendidikan yang ketiga, dalam rangka pembinaan remaja, berakhlak yang mulia dilakukan oleh Lukman, ialah mendidik anak 11


bersifat sumber berarakan firman Allah di dalam Al Qur'an kata Lukman : “WASHBIR‟ALA MAA ASHABAKA INNAZALIKA MIN ASMIL UMUUR”. DG. NABA : Artinya Pak Kyai ? PAK KYAI : Hai anakku, berlaku sabarlah engkau apa yang menimpa engkau, yang demikian itu adalah pekerjaan yang sangat dicita-citakan. DG. NABA : O, ya. Apa pengertian sabar disini Pak Kyai ? PAK KYAI : Sekarang Dg. Naba minta pengertian sabar itu apa ? Kalau saya berikan definisi secara singkat, begini Dg. Naba. Sabar ialah tahan menderita sesuatu yang tidak disenanginya untuk mentaati ketetapan Allah, serta menyerah kepadanya dengan dada lapang dan penuh kerendahan. Itulah, sedikit agak panjang definisinya. DG. NABA : Bagaimana cara yang ditunjukkan yang harus kita tempuh menanamkan sifat sabar itu di rumah tangga, terutama anak-anak kita dan isteri kita Pak Kyai. PAK KYAI : Ia supaya isteri kita jangan selalu marah, selalu ngomel. Apalagi ini mau lebaran belum bisa dibelikan ini, itu. DG. NABA : Ia, kue belum dibikin, kanrejawanya belum ada. PAK KYAI : Begini menanamkan sifat sabar. Ada beberapa mungkin cara yang ditempuh. DG. NABA : Ia, satu Pak Kyai sebagaimana ? 12


PAK KYAI : Diantaranya Dg. Naba, dengan menyuruh anak menjalankan ibadah puasa sudah merupakan suatu acara menamakan sifat sabar pada anak2 di rumah tangga. Lah karena bukan main udara panas, ia haus, ia mencoba menahan menderita sesuai dengan hadist tadi. DG. NABA : O, ya, ya, sabar.. PAK KYAI : Tahan dia menderita yang tidak dia senangi untuk mentaati ketetapan Allah disitu menyerah diri menurut kerendahan Allah. DG. NABA : Betul-betul Pak Kyai. Ah skrg yang kedua Pak Kyai. PAK KYAI : Yang kedua Dg. Naba, mungkin ml perintah, dilakukannya secara berulang-ulang dan disiplin. Melakukan pekerjaanya seperti mengaji, belajar, membersihkan kamarnya, mencuci pakaiannya, itu suatu pekerjaan yang sebenarnya ia tidak senangi. Tetapi demi mentaati peritnah kedua orang tuanya, karena berulang-ulangnya, tertanamlah sifat kesabaran nanti Dg. Naba, diantara dua ini. DG. NABA : Yang ketiga ? PAK KYAI : Yang ketiga, kemungkinan kita tempuh jalan, boleh semuanya ditempuh sekaligus, tetapi juga boleh salah satu diantaranya sesuai dengan situasinya. Menjelaskan kepada anak perlunya sifat sabar bila kekurangan belanja, mungkin pergi ke sekolah tidak cukup uang. DG. NABA : Bukan anak saja itu Pak Kyai 13


PAK KYAI : Termasuk isteri, mau belanja, mau beli baju, tapi uang kurang, diberikan penjelasan. Tidak ada ikan waktu makan, jangan berontak, belum ada uang pembeli buku jangan marah. Kemudian Dg. Naba bila ada uang untuk pembeli pakaian seragam di sekolah dan sebagainya, ini diberikan penjelasan kepada anak-anak. DG. NABA : betul, betul Pak Kyai PAK KYAI : Betul ya ? Cara yang keempat ialah ceritakan kepada anak kesabaran yang membawa hasil yang baik. Seperti kesabaran Nabi Muhammad di dalam perjuangan sampai beliau berhasil, kesabaran Imam Syafii sehingga menjadi ulama terbesar dan sebagainya. Karena itu Dg. Naba, Lukman memantapkan pendidikan kesabaran itu di rumah tangga. Karena orang bersabar berhasil karena kesabarannya. DG. NABA : Memang begitu Pak Kyai. Anak tinggal di rumah kita tinggal di rumah. Ku di rumah situasinya sering ada yang kurang lalu kita tidak sabar, bisa cekcok. Kalau kita cekcok, hilang keharmonisan di dalam rumah tangga. O. o. betul Pak Kyai. PAK KIAY : Ia, oleh sebab itu diperlukan kesabaran rumah tangga. Kesabaran isteri, kesabaran suami, kesabaran anak terutama semenjak dari anak-anak sudah dilatih bersifat sabar. DG. NABA : Dalam hal ini hendaknya kita orang tua tahu hendaknya menceritakan kesabaran Nabi Muhammad, kesabaran Imam Syafii, kesabaran dari pada sahabat-sahabat yang lain. 14


PAK KIAY : Betul Dg. Naba DG. NABA : Bagaimana kalau orang tuanya tidak bisa cerita Pak Kiay PAK KIAY : Kalau orang tuanya tidak bisa cerita, sebaiknya anak itu di suruh ke mesjid, disuruh belajar supaya ia dapat mendengar cerita dari guru-gurunya yang pandai. DG. NABA : O o. salah Pak Kiay PAK KIAY : Bagaimana yang benar ? DG. NABA : Yang benarnya, Dg. Naba dan Pak Kiay yang dipanggil PAK KIAY : Untuk bercerita .. DG. NABA : O, begitu Pak Kiay PAK KIAY : Ya boleh jugalah.. DG. NABA : Tentu begitu. Lalu sesudah itu kita minum teh, makan kue,. Begini lagi Pak Kiay. Apabila pendidikan yang dilakukan Lukman di rumah tangganya. PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Pendidikan yang keempat yang diterapkan oleh Lukman kepada anaknya di dalam membina remaja supaya berakhlak yang baik, membiasakan anaknay berbicara secara berhadaphadapan. DG. NABA : O, ia, kalau bicara jangan ekornya dihadapkan sama orang. 15


PAK KIAY : Guna pipinya. Di dalam firman Allah sudah dikatakan DG. NABA : Sd ada itu ? PAK KIAY : Ia DG. NABA : Bunyinya Pak Kiay PAK KIAY : Kata Lukman “Walatu” syair Haddaka Linnas”. Walatu‟ syair Haddaka linnas. DG. NABA : Apa artinya Pak Kiay PAK KIAY : Hai anakku, jangan kau hadapkan pipimu berbicara kepada manusia DG. NABA : Artinya kalau kita berbicara, kita berhadapan dengan dia. Jangan belakangnya dihadapkan. PAK KIAY : Betul DG. NABA : O , ya, ya, betul Pak Kiay. Kita bisa tersinggung Pak Kiay PAK KIAY : Betul, tanda orang tidak sopan itu. DG. NABA : Ia, kita orang tua lalu anak diajar bicara, yang dihadapkan, belakangnya sama kita, atau pipinya dia miring. Lebih baik tempeleng satu kali. PAK KIAY : Ia tidak sopan DG. NABA : Ia tidak sopan sekali. Jadi oleh karena itu ada tuntutan Lukman, kalau diajak orang bicara, hadapkanlah mukamu baik-baik. Ini lagi Pak Kiay. Bagaimana kalau orang itu juling Pak Kiay.. 16


PAK KIAY : Jadi orang juling ? DG. NABA : Ia .. PAK KIAY : Wah ini memang susah Dg. Naba. Kalau dia juling dia menghadap kemari, tetapi yang dilawan bicara, disana karena julingnya. DG. NABA : Ia‌ dia menghadap kesana, padahal matanya kemari. PAK KIAY : Ia ‌ itu bukan karena tidak hormat, bukan karena tidak sopan, tetapi keadaan jasmani yang tidak mengizinkan Dg. Naba. Kalau dia hadapkan pipinya, maka tidak kena oleh pandangan matanya. DG. NABA : O, ia‌ kalau dia menghadap kepada kita, matanya tidak mengarah sama kita. Jadi bagaimana cara menerapkan pendidikan ini Pak Kiay PAK KIAY : Cara mentrapkan pendidikan ini Dg. Naba setiap anak, jangan diperintahkan sesuatu perintah sebelum dipanggil berhadap-hadapan dengan kita. DG. NABA : Bagaimana ? PAK KIAY : Kalau anak mau disuruh Hei beli minyak, beli bawang, berhadap-hadapan dulu baru diturunkan perintah. Mulanya dipanggil saja, mari disini dulu. Sesudah berhadap-hadapan baru dikasih perintah. Jangan sambil lari, di dikasih perintah. Berarti kita mendidik bersikap tidak hormat itu anak. DG. NABA : O, ya betul-betul Pak Kiay. Belum datang, sudah diperintah. 17


PAK KIAY : Begitu juga, kalau menanyakan sesuatu kepadanya, jangan diberikan pertanyaan-pertanyaan sambil dia lari. Panggil dulu berhadapan, baru diberikan pertanyaan. Jangan dia sambil lari, bagaimana itu tadi ? Dia terus lari juga sambil menjawab “Ia sudah”. Itu namanya kita mengajar anak bersikap tidak hormat. DG. NABA : O, ya, a, jadi seajarnay kalau begitu, peneterapannya hendaknay dengan cara, baik Pak Kiay. PAK KIAY : Betul Dg. Naba… DG. NABA : Baik Pak Kiay .. sudah waktu, kita mau ke mesjid\ PAK KIAY : Baiklah… DG. NABA : Sampai disini saja dulu… PAK KIAY : Ya sampai disini saja dulu DG. NABA : Jadi kita sama-sama ? PAK KIAY : Baik DG. NABA : Assalamu Alaikum PAK KIAY : Wa alaikummussalam w.w.

18


MAKAN DI RUMAH ORANG KEMATIAN DG. NABA : Assalamu Alaikum PAK KIAY : Wa alaikummussalam w.w. mr Dg. Naba DG. NABA : Saya bawa surat-surat lagi Pak Kiay PAK KIAY : Saya kira kue DG. NABA : tidak ada kue Pak Kiay PAK KIAY : tidak ada kue ? DG. NABA : Kalau tidak ada, disini ada. Ada (ada disini ?) PAK KIAY : ada DG. NABA : Alhamdulillah PAK KIAY : Silakan, mau minum kopi ? DG. NABA : tidak suka minum kopi Pak Kiay PAK KIAY : minum apa ? DG. NABA : Minum susu panas Pak Kiay PAK KIAY : ah itu yang mengenyangkan DG. NABA : Saya bacakan dulu Pak Kiay surat-surat yang diterima ini. Ini dari Abdurarahim. Jln. Gagak Mariso. Kemudian dari saya, kawan Dg. Naba di negeri Butong Sulawesi Tenggara�.

19


PAK KIAY : Ada Paleng temannya Dg. Naba di Sulawesi Tenggara, namanya tidak tahu. DG. NABA : Ya Pak Kiay. Di Palu ada, di Butong ada, Jadi Pallu Butung. In lagi dari Asriani Hani Gani Jln. Cenderawasih depan pabrik gelas Ujung Pandang (Bag Selatan Kota Pak Kiay). Sekarang Syamsuddin Runtu di utara kota, Karuwisi Rk 3 Ujung Pandang. A.H. Ruddin Jln. Abubakar Lambogo UP. Ini dari R.H. Edy Said Jln. Abubakar Lambogo P. 2x Ini dari Amir H.K. Jln. Sunu NO. 88 Ujung Pandang. Ini tulisannya baikbaik Pak Kiay, senang Dg. Naba kalau baik-baik, artinya yang tidak baik tidak senang. In lagi aky, Harun Iskandar Kana Jln. Abubakar Lambogo 148 Ujung Pandang. A. Muttalib Kantor Pos Ujung Pandang. Ini rajin juga bersruat, sudah dua kali – tiga kali. Ini lagi Pak Kiay dari Pong Husain Ujung Pandang. Ini Muhammad D. Bulungan Tanjung Solor Kalimantan Timur. Ini dari Kalimantan. Ini dari Ani Aris M. Lingk. Kasbid Desa Biala Gantarang Kindang Bulkumbag. Ini lagi dari M.A. Kassab Pomalaa. Tetapi anehnya tidak pakai perangko. PAK KIAY : Dia antar sendiri DG. NABA : dia antar sendiri, termasuk orang rajin. In lagi dari penghuni asrama IMPPAK Kolaka Jln. S. Posso. Tidak disebut juga namanya Pak Kiay. Sekarang Barani Bulukumba. Dari Yayasan Dana Kesejahteraan Tunanetra Jln. Sederhana No. 9 Bandung (Dahlia Tambari). Sekarang di Baco Jln. Banda 118 Ujung Pandang. Selanjutnya Muh. 20


Taris Jln. Jos Soedarso 238 UP. Selanjutnya lagi Wahidin Musa Jl. Pongtiku No. 14 A. No. 3 Ujung Pandang. Ini lagi Pak Kiay diketik suratnya. Dari Ny. Maknun di Ujung Pandang. Ibrahim Sinde Tumbilahan Indar Giri Hilir. Untuk Pak Kiay dan Nyanaba. Rupanya ini bukan orang Sulawesi Selatan Pak Kiay. Utobile Naba Tumbilaan Ind. Hir. , yahsuratnay sudah diterima. Selanjutnya Ibrahim Sinde lagi. Nyanaba juga Pak Kiay itu kepada Pak Kiay. PAK KIAY : Itu Pak Kiay juga. DG. NABA : Ini kepada Pak Kiay juga dengan perantaraan Janaba, RRI Nusantara I Ujung Pandang. Jadi dua suratnya Pak Kiay, orangnya sama dari Ibrahim Sinde Tumbilahan Inhir Ridar Dg. Naba tahu yang begitu Pak Kiay potongan-potongannya. Ini lagi Pak Kiay Kartu pos juga dari Sarus Ujung Pandang Jln. B. Pamai. Ini lagi Pak Kiay dari Andi SUwardi S. Jln. A. Yani Sanggau Kapuas. Kalimantan Barat. Ini dari Kalimatnan, jauh Pak Kiay. PAK KIAY : Ya tapi orang dari sini juga. DG. NABA : Kira-kira, tapi belum dibaca PAK KIAY : Namanya Andi. DG. NABA : Oh ya. Kemudian M. Usman Saguni Jln. Kandea Ujung Pandang. Si pengirim Ismail Bandu di Sinjai Tengah. A. Pallawangau Kampung Tumapua Pengkep. Dari Hamzah D alamat Limbung Kabupaten Gowa. Sekarang pengirim dari B. Lahuddin M. Alamat Laccu Laccu Bontotongnga 21


Limbung. Ini lagi Pak Kiay si pengirim M. Saat T. yang sedang berlibur di Kota Pare-pare. Itulah surat-surat Pak Kiay yang diterima tadi siang yang disampaikan oleh kawan-kawan dari RRI kepada Dg. Naba. PAK KIAY : Jadi sampai tanggal hari ini ada berapa ? DG. NABA : Sampai tanggal hari ini artinya tanggal 10 Agustus 1977 sd berjumlah 568 lbr. Ini namanya Pak Kiay, suatu perhatian yang luar biasa dari pengikut atau pendengar siaran sahur, kita salut Pak Kiay dan mengucapkan banyak terima kasih. Dan malah ada usul Pak Kiay supaya dialog ini dilanjutkan juga diluar bulan Ramadhan. PAK KIAY : Insya Allah melalui siara pedesaa. DG. NABA : Insya Allah melalui siarna pedesaan. Pendeknya, tidak panjang. Ini pertanyaan lagi Pak Kiay jawaban surat-surat. Sdr. Abdurrahi Makkasing. Luwu Banggai. Saudara bersiap, pertanyaan saudara akan dijawab Pak Kiay. Terlebih dahulu akan dibacakan oleh Dg. Naba. Pertanyaannya begini : Saya pernah mendengar apabila orang ditimpa musibah, misalnya kematian, bila orang yang mengunjungi memakan atau minuman yang dihidangkan oleh pihak yang berduka, maka hal tersebut haram hukumnya. Tetapi kita sebagai manusia yang diharuskan mengakan silaturrahmi atau hubungan sesama manusia, atau jelasnya yang biasa disebut – sebut Hablumminallah. Wa Hab lumm I nanas. Bagaimana seandainya og yang berdua tersebut tersinggung. Sedangkan kita harus 22


ada rasa bersatu dan persatuan. Apalagi jika yang berduka tersebut tergolong orang yang have not. (orang yang kekurangan) Pasti ia tersinggung, jika ada sang pengunjung yang lebih tinggi derajat hidupnya dari pada siberduka yang tidak menyantap hidangan. 1. Apakah benar haramkah itu hukumnya. 2. Jika haram, bagaimana jika yang berduka itu tersinggung sebab bagi orang yang tahu bahwa itu haram, pasti tidak memakannya. Bagaimana efeknya nanti bagi kita sesama manusia, jika orang yang berduka itu tersinggung. PAK KIAY : Itulah pertanyaannya ? DG. NABA : Yah PAK KIAY : Memang pertanyaan saudara Abdurrahim Makkasing, suatu pertanyaan yang saudara tanyakan ini yang agak sulit. DG. NABA : Tidak sulit Pak Kiay, pertanyaannya tidak sulit. PAK KIAY : Ya betul. Pertanyaan tidak sulit, hanya pelaksanaannya yang sulit. Yaitu sulit antara kebiasaan dengan hukum, tetapi tidak apalah kita mau menjelaskan apa yang semestinya Dg. Naba. Yang seharusnya saja kita jelaskan ini, berdasarkan riwayat Imam AKhmat, dari Jabir bin Abdllah Albajali Dikatakan begini. “KUNNAANAUDDUL IJTIMAAI AHLAL MAYYITI WASHNA‟UU THA‟AUMII BA‟DA DAFNIHI ILANNIYAAHA”. Artinaya : adalah kami berkumpul-kumpul, menganggap berkumpulkumpul di ruah keluarga kematian dan membuat makan-makanan sesudah mayat ditanamkan, ituadl 23


suatu pekerjaan yang sama dengan meratap. Jadi Dg. Naba, kesimpulan, makan di rumah orang kematian disepakati oleh para sahabat, dan Tabiin, sama hukumnya dengan meratap. Meratap adalah hukumnya haram, berarti makan juga hukumnya. Disitulah yang saya katakan sulit tadi antara kebiasaan apalagi perasan tersinggung. Sekarang yang perlu kita sama-sama pahami, hendaknya menjalankan ketentuan hukum, jangan hendaknya kita tersinggung, sama mengertilah kita kedudukan hukum. DG. NABA : Ya, yang datang mengerti yang didatangi mengerti, bagi. PAK KIAY : Ya itu yang bagus sehingga persatuan tetap utuh. Jangan sampai tersinggung menyinggung. Kalau sudah singgung- menyinggung, itu sudah berbahaya, persatuan bisa pecah. Inilah kedudukan hukum demikian. DG. NABA : Betul Pak Kiay sekarang lanjutan, Pak Kiay. Ini lain lagi, dari Abd. Halim S. Begini pertanyaannya Pak Kiay. Ada Muballig yang berdakwa, yang mendakwakan norma-norma atau petua-petua dalam melaksanakan ibadah (Ibadah puasa) dengan menyiarkan satu peraturan Ramadhan, datang bulan sewaktu matahari telah condong ke Barat. Orang atau mubaliliq ini berpendapat bahwasanya itu sah dan terhitung sore hari. Bagaimana al tersebut apakah sah atau tidak. Minta dijelaskan dengan dalil ahliq dan nahliq yang membatalkan dan yang memperbolehkan. Hal ini menjadi 24


keributan, pertengkaran masyarakat. Begini Pak Kiay, bagaimana pertanyaannya Pak Kiay. PAK KIAY : Saya pahami begini : Wanita sedang menjalankan ibadah puasa. Tiba-tiba kira-kira jam 5 – 15 datang haidnya. Maka menurut muballiq yang dai tidak sebut muballiqnya. Sebaliknya dia bertanya kepada muballighnya, tetapi dia mau tanya sama Pak Kiay. Menurut muballigh itu puasanya akan sah kata muballigh itu karena tinggal beberapa menit lagi puasa sudah akan buka. Yang ditanyakan kepada kita apakah itu betul. Kalau betul mana dalilnya dan kalau tidak betul mana adilnya. Jawabnya : Wanita yang haid walaupun 5 menit akan berbuka puasa, datang haidnya, puasa satu hari itu jadi dihukum batal. Tidak sah puasanya. Adapun hadisnya riwayat Buchari : Dalilnya Hadist nya berbunyi begini : “Kana Yusibuan zalika Anil haaidu pamumaru biqadai shaumi. Falaa nu‟maru biqadhaai shala (Muttafaqum alaih”). Adalah t Isya, bila datang kepada kami, maka puasa kami itu diperintahkan diqada. Jadi apakah 5 menit, apakah setengah jam, apakah satu jam sebelum datangnya berbuka puasa, datang haidnya, jelasnya puasanya batal, dan diperintahkan diqadaa. Lantas Aisyah melanjutkan, kami tidak diperintahkan mengqada sembahyang. Itu menunjukkan bahwa sembahyang tidak boleh diqada. Itulah dalilnya. DG. NABA : Ada lagi ini Pak Kiay. Masalahnya begini: Mengawinkan anak di bulan Ramadhan itu bagaimana Pak Kiay. PAK KIAY : Tidak apa-apa Dg. Naba 25


DG. NABA : Tidak apa-apa, tapi ada orang yang berpendapat karena dihambat oleh dua hari raya katanya. Kalau sesudah hari raya dikawinan bagaimana. PAK KIAY : Tidak ada alasan yang dapat dipegangi larangna itu. DG. NABA : Katanya terjepit anak kita Pak Kiay PAK KIAY : Menjepit dia atau terjepit DG. NABA : Terjepit dia Pak Kiay oleh dua hari raya PAK KIAY : Tidak benar itu Dg. Naba DG. NABA : Oh tidak benar. Ini lagi Pak Kiay dari IPATTI. Pertanyaannya Pak Kiay : Bagaimana hukumnya seekor hewan yang disembelih dalam keadaan buntung. Anaknya yang berada di dalam perutnya halal dimakan atau tidak. Itu pertanyaan Pak Kiay. PAK KIAY : Kita jawab saja dengan suatu hadist Dg. Naba. Hadist riwayat Imam Akhmad memberikan penjelasan begini : “QULNAA YAA RASULULLAH NANHARUN NAAQATA WANAZBAHUL BAQARATA WASYAATA FII BATHINIHAL JAMIINU ANULQIIHI AMNA‟KULU, QAALA KULUUHU INSYI‟TUM FAIN NA ZAKAATAHU ZAKAATU UMMIHI. RAWAAHU AHMAD. “berkatilah kami, tanya seorang sahabat kepada Rasulullah. Dimana kami menyembelih unta, juga ada yang menyembelih sapi, ada juga yang menyembelih kambing, rupa-rupanya di dalam binatang-binatang tadi terdapat anak. Apakah kami 26


buang saja anak itu ataukah boleh kami makan. Itulah pertanyaan sahabat tadi kepada nabi. DG. NABA : Jadi tegasnya Pak Kiay untanya unta betina, sapinya sapi betina kambingnya kambing betina, tentu begitu. PAK KIAY : Ya mereka berkorban, dikorbankan semuanya betina binatangnya. Di dalamnya terdapat anak, atas ditanyakan bagaimana itu dia punya anak apakah dibuang atau kami makan. Jawabnya :Kullu Sittun, kau makanlah kalau kamu suka, kalau tidak buang saja. Sesungguhnya sembelihan anak itu ialah dengan menyembelih ibunya. DG. NABA : Oh begitu. Jadi tegasnya, sembelih ibunya, didapat anak di dalam. Kalau mau makan anaknya, silakan. Kalau tidak mau tidak usah. Habis perkara PAK KIAY : Ya karena dengan menyembelih ibunya, itu anak berarti anak ikut tersembelih. DG. NABA : Ya. Jadi ini lagi Pak Kiay (sambungnya yang lalu yaitu tentang pendidikan anak-anak. Pak Kiay kan sudah bilang jangan berkata kasar. Kalau berbicara dengan orang tua, jangan menghadapka pipi, tetapi hadapkan muka. Adat sopan santun, tata krama. Sekarang apalagi pendidikan akhlak yang dilakukan oleh Lukman itu. PAK KIAY : Pendidikan Lukman yang dilakukan Dg. Naba di rumah tangga, ialah menasehatkan kepada anaknya supaya anaknya berjalan di muka bumi jangan bersikap congkak, tetapi harus berjalan dengan sikap sdn. 27


DG. NABA : Ya,ya, ada dalilnya itu Pak Kiay PAK KIAY : Itu dalilnya Allah di dalam firmanNya : “Walaa “WALAA TAMSYII ARDI MARAHA INNALLAHA LAA YUHIBBU KULLA MUKHTAALIN FAHUUR”. Artinya : jangan kamu berjalan di muka bumi dengan sikap yang congkak, Allah tidak suka kepada orang – orang yang congkak itu. DG. NABA : Oh ya, ya, yang bersikap congkak, Tuhan tidak suka kepada orang congkak. PAK KIAY : Betul Dg. Naba DG. NABA : Artinya Tuhan tidak suka kepada orang gaya congkak. Apa yang dimaksud congkak itu Pak Kiay. PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Saya bisa kemukakan dalam bentuk 4 kemungkinan. Yang pertama yang berjalan kaki. Mana orang yang dikatakan congkak kalau berjalan kaki. Itu orang yang berjalna berjejer sampai 4 sampai 5 orang. Berjejer, jadi bukan berbaris ke belakang ; tetapi berbaris menyamping, sehingga seruangan jalan itu jadi penuh olehnya. Sehingga beca, sepeda, motor, oto yang mau melanggar, sudah sulit karena ada kendaraan yang datang dari muka, sedangkan dia berjalan sudah memenuhi seruangan jalanan, jadi tertutup olehnya. DG. NABA : Tabrak saja Pak Kiay

28


PAK KIAY : Saya kira itu tidak mungkin juga Dg. Naba, karena perikemanusiaan. DG. NABA : Tapi ini orang tidak ada kemanusiaannya. PAK KIAY :

Itulah dia tidak sopan, seakan-akan jalanan dibikin untuk dia sendiri. Sekarang Dg. Naba yang berjalan naik sepeda ada yang congkak.

DG. NABA : Ada ton orang yang naik sepeda congkak ? Bagaimana contohnya orang yang naik sepda congkak Pak Kiay. PAK KIAY : Ada dua kemungkinan juga. Yang pertama seperti tadi berjejer juga, beriring sampai 4-5 orang memenuhi ruangan jalan, bersepeda padahal kendaraan yang lebih cepat mau dahulu terhalang, karena dia mau mengambil ruangan jalan tl banyak. Atau sendiri berjalan juga sifat congkak, yang menari-nari dengan sepedanya yaitu dengan jalan belok-belok, belok kiri, belok kanan, belok kiri seperti layang-layang. Ini juga Dg. Naba kita takut jangan – jangan dia menyambar atau dia disambar oleh kendaraan lian. Ini dipandang sebagai suatu sifat congkak di dalam mengendarai sepeda. DG. NABA : Lalu apa lagi Pak Kiay PAK KIAY : Yang keiga lain, yang naik sepeda motor Dg. Naba DG. NABA : A. a. a. itu saya mau sebut tadi, saya pikir tidak masuk speda motor.

29


PAK KIAY : Masuk Dg. Naba. Yang dikatakan congkak baik sepeda motor, ialah yang berjalan dengan kecepatan tinggi. DG. NABA : Ya. Aa. Ngebut-ngebutan cocok. PAK KIAY : Ya yang ngebut, padahal di dalam kota, sudah diukur maksimum 30 dia hatam 60. Ini dalam kota tidak bisa begitu. Ini gambaran Dg. Naba seakanakan dia hanya mengingat kepentingan dirinya, tidak ingat kepentingan orang lain. Yang sebenarnya Dg. Naba kalau dia ingat kepentingan orang lain, berarti juga ingat kepentingan diri sendiri. Karena dia tentu tidak akan mendapat kecelakaan. Lantas kalau hanya ingat kepentingan diri sendiri, kalau kencang jala, akhirnya tiang listrik yang ditabrak, hancurlah dia. Atau berjalan berjejer seperti yang diterangkan juga oleh Pak A.S. Gani di Televisi gambaran yang lalu, dengan motor berjalan sampai berjejer 4 – 5 sehingga menghalangi jalan lain, atau karena asik berbicara satu sama lain di dalam perjalanan, membawa korban. Itu kata beliau. DG. NABA : Oh ya, jadi yang congkak waktu berjalan kaki, ada yang congkak waktu naik sepeda, ada yang congkak naik motor, ada yang congkak waktu naik oto. PAK KIAY : Nai oto juga ada yang congkak, berjalan dengan kecepatan yang tinggi atau dia menari-nari dengan ototnya. Dia balik kiri, balik kanan, ini juga berbahaya Dg. Naba. Karena itu Dg. Naba, Lukman menasehati anaknya “Waksud fie masita� 30


Hai anakku, bersikap sudah engkau di dalam berjalan. DG. NABA : Jadi kalau begitu ka, kalau ada anak yang congkakcongkak begitu, bt bapaknya yang tidak kash nasehat. PAK KIAY : Barangkali ada kemungkinan tidak dinasehati. Anaknya naik kendaraan seenaknya di dalam kota, dengan kecepatan tinggi, atau di berunding berceritera, satu dua tiga orang berjejer, ini berbahaya. Itu tidak sopan dalam berjalan. DG. NABA : Sekarang Pak Kiay, apalagi nasehat Lukman dalam pendidikan rumah tangga terhadap anak-anaknya. Tadi Pak Kiay WALAA TAMSYII FILARDHIMATAHA. Jangan engkau berjalan di muka bumi dengan lagak yang congkak. PAK KIAY : Betul DG. NABA : Sekarang apa lagi Pak Kiay PAK KIAY : Sekarang yang terakhir yang didikan Lukman kepada anaknya, ialah kalau anaknya berbicara, supaya berbicara dengan lunak lembut. Seperti yang diperingatkan oleh Lukman kepada anaknya “WAGAUD MIN SHANTIKA, INNA ANGKARAL ASWATY LASHAUTUL HAMIR. “Hai anakku, lembut-lembutlah suara engkau. Sungguh suara yang keras itu adalah suara-suara keledai. DG. NABA : Oh lemah lembutlah kalau bersuara, jangan teriakteriak. Jadi kalau teriak-teriak suara keledai. 31


PAK KIAY : Betul itu nasehat Lukman kepada anaknya DG. NABA : Bagaimana cara menterapkan pendidikan semacam begini Pak Kiay PAK KIAY : Begini pertama-tama berbicara sama anak bahwa bersuara keras semacam itu, perbuatan orang-orang yang tidak terdidik, malah itu suara-suara keledai. Kemudian dicontohkan oleh kedua orang tua, bagaimana seharusnya ia berbicara. Jadi dilihat sikap orang tua itu berbicara bagaimana. Janganjangan anak disuruh pelan-pelan, tetapi suara bapaknya, suara ibunya bukan main, suara keledai. DG. NABA : Begini Pak Kiay PAK KIAY : Ya begitu DG. NABA : Sudah waktu Pak Kiay PAK KIAY : Sudah waktu Dg. Naba, baiklah nanti akan kita akhiri dalam persoalan ini Dg. Naba. DG. NABA : Nanti kita sambung Pak Kiay PAK KIAY : Ya tapi masalah lain lagi sebab persoalan rumah tangga saya kira sudah selesai, bahwa dalam rumah tangga hendaklah anak dididik dengan suara lemah lembut, kecuali hatib dimimbar, itu mesti suara keas, karena itu suara Komando. DG. NABA : Tidak, kecuali kalau tidak ada Mirco Pak Kiay, kalau ada micro, tidak usah toh kita berteriakteriak bukan ? PAK KIAY : Artinya berteriak tidak, tapi suaranya harus lebih keras. Sebab Nabi kalau berbicara yaitu merah 32


mukanya seakan-akan memberi komando kepada prajurit. Begitulah nabi berkhotbah. DG. NABA : Ya, besar suaranya, supaya didengar orang. PAK KIAY : Betul Dg. Naba DG. NABA : Baiklah Pak Kiay, sampai disini dulu, saya permisi dulu Pak Kiay. Assalamu alaikum PAK KIAY : Wa alaikummussalam warahmatullahi w.w.

33



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.