


i sebuah desa yang permai, Amin selalu menemani Kakek Hasan bekerja di sawah. Ia sangat suka melihat hamparan hijau yang luas seperti permadani alami.






Keesokan harinya, sebuah perusahaan
datang ke desa. Mereka ingin membeli tanah sawah untuk membangun pabrik besar.




Malam itu, di beranda rumah mereka yang sederhana, Amin berkata pelan, “Kalau tanah ini dijual, kita masih bisa ke sawah bersama?” Kakek Hasan tersenyum kecil dan menggeleng.


Pagi harinya, Kakek Hasan memanggil Pak Lurah. “Saya tidak akan menjual tanah ini,” katanya. “Saya wakafkan untuk warga desa.”


Dengan tanah wakaf itu, warga membangun sekolah kecil dan sebuah
mushola. Desa menjadi lebih hidup dan bermanfaat untuk anak-anak.


Amin tumbuh dewasa dan menjadi guru di sekolah itu. Ia mengajar dengan penuh semangat, mengikuti jejak kebaikan Kakek Hasan.



