6 minute read

GEOWISATA GUNUNGKIDUL

GEOWISATA

GEOWISATA GUNUNGKIDUL

Advertisement

Geowisata (Geoturism) berasal dari kata “geo” yang artinya bumi dan “tourism” yang artinya wisata. Geowisata merupakan suatu jenis pariwisata berkelanjutan dan bersifat konservasi berkaitan dengan jenis-jenis sumber daya alam (bentuk bentang alam, batuan/fosil, struktur geologi, dan sejarah kebumian) suatu wilayah dalam rangka mengembangkan wawasan dan pemahaman proses fenomena yang terjadi di alam (Ilmu Geogra, 2017). Di Indonesia sendiri banyak daerah Geowisata yang hampir tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu daerah geowisata yang ada di Indonesia terletak di Pulau Jawa tepatnya berapa di daerah selatan Jawa bagian tengah, yaitu daerah Kabupaten Gunungkidul.

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibu Kota Wonosari yang terletak 39 km sebelah tenggara Kota Yogyakarta (Pemkab Gunungkidul, 2018). Kabupaten Gunungkidul mempunyai beragam potensi perekonomian mulai dari pertanian, perikanan dan peternakan, hutan, ora dan fauna, industri, tambang serta potensi pariwisata. Potensi sumberdaya alam tambang di Kabupaten Gunungkidul termasuk ke dalam golongan C yang berupa: Pasir Kuarsa, Batu Kapur, Batu Apung, Kalsit hingga Zeolit. Kaabupaten Gunungkidul memiliki panjang pantai yang cukup luas dan panjang. Panjang garis pantainya membentang sekitar 65 Km dari Kecamatan Purwosari hingga Kecamatan Girisubo dan langsung berbatasa dengan Samudera Hindia. Oleh sebab itu sumberdaya laut Kabupaten Gunungkidul pun relatif cukup melimpah.

GEOWISATA

Regional Tektonik

Regional tektonik di daerah Gunung kidul berdasarkan rekonstruksi Hall tahun 2012 (Rahardjo, Dkk., 2004) yaitu semenjak awal Yura Atas, lempeng Sundaland mulai terpisah dari Kontinen Induk Gondwana. Selanjutnya, pada akhir Kapur Bawah - awal Kapur Atas, lempeng mikro asal Gondwana tersebut bertumbukan dan bergabung dengan Sundaland. Saat itu Pulau Jawa berada dalam kondisi tepian benua pasif (passive margin) hingga awal Eosen. Pada Eosen Tengah mulai terjadi proses pemekaran di Samudera Hindia yang berlangsung di selatan Benua Australia, menyebabkan subduksi di Palung Sunda. Hal tersebut menyebabkan terbentuknya cekungancekungan pada Pulau Jawa. Pada Eosen Atas, sedimentasi syn-rift terhenti akibat peristiwa transgresi global dan pemekaran pada Selat Makassar terhenti. Lalu pada akhir Oligosen Bawah proses penunjaman Palung Sunda mulai membentuk busur gunungapi (volcanic arc), yang berada di Zona Pegunungan Selatan. Dan di akhir Miosen Awal, slab kerak samudera Albian-Turonian telah habis tersubduksi Palung Sunda. Akibatnya segmen slab yang baru menyubduksi palung sunda dan menyebabkan palung sunda memiliki sudut penunjaman yang lebih landai. Peristiwa ini menyebabkan berakhirnya periode puncak volkanisme Pegunungan Selatan. Selanjutnya pada awal Pleistosen kolisi Timor dengan Busur Volkanik Sunda mulai terjadi. Hal ini memicu pengangkatan regional di Pulau Jawa. Pegunungan Selatan mengalami pengangkatan paling intensif. Pengangkatan Pegunungan Selatan ini kemudian diimbangi secara isostatis oleh pembentukan Zona Depresi Solo.

GEOWISATA

Stratigra Regional

Stratigra regional daerah Yogyakarta terbagi menjadi dua macam yaitu Stratigra Pegunungan Selatan Bagian Barat dan Stratigra Pegunungan Selatan Bagian Timur. Penamaan satuan litostratigra Pegunungan Selatan telah banyak dikemukakan oleh beberapa peneliti yang membedakan stratigra wilayah bagian barat (Parangtritis – Wonosari) dan wilayah bagian timur (Wonosari – Pacitan). Urutan stratigra Pegunungan Selatan bagian barat telah diteliti antara lain oleh Bothe (1929), van Bemmelen (1949), Sumarso dan Ismoyowa (1975), Sartono (1964), Nahrowi, dkk (1978) dan Suyoto (2009) serta Wartono dan Surono dengan perubahan (1994).

Gambar 1. Dimodikasi dari Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan Bagian Barat dari Beberapa Penulis

Referensi Samodra, H., Gafoer, S., & Tjokrosapoetro, S. (1990). Tatanan Stratigrafi dan Tektonik Pegunungan Selatan Jawa Timur Antara

Pacitan–Ponorogo. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Surono, S. (2009). Litostratigrafi Pegunungan Selatan Bagian Timur Daerah Istimewa Yogyakarta Dan Jawa Tengah. Jurnal Geologi Dan Sumberdaya Mineral, 19(3), 209-221.

GEOWISATA

KARST GUNUNG KIDUL

Karst Gunung Sewu merupakan salah satu kawasan dengan bentang alam unik yang ditetapkan sebagai bentukan alam warisan dunia (World International Heritages). Menurut Rifai, dkk. (2011) dalam Tyas, Dewi Nilam., dkk. (2016) kawasan karst Gunung Sewu meliputi sebagian wilayah Kabupaten Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan yang diperkirakan berjumlah lebih dari 40.000 bukit. Berdasarkan website Kabupaten Gunungkidul (www.gunungkidulkab.go.id) perbukitan karst Gunung Sewu yang berada di Kabupaten Gunungkidul terbentang pada zona selatan kaupaten dengan total luas wilayah sebesar 1.485,36 km2 . Daerah Perbukitan Karst Gunung Sewu memiliki kekayaan alam berupa bahan tambang galian golongan C.

GEOWISATA

GEOWISATA

a. Wisata pantai karst mempunyai kelebihan berupa pasir putih dan bukit-bukit yang berada di pinggir pantai dengan keindahan yang sangat indah, kawasan pantai di Pegunungan Selatan sebagian telah dikembangkan dan telah menarik banyak minat wisatawan. Wisata ini dapat juga dikembangkan menjadi wisata minat khusus tentang petualangan, seperti susur pantai saat surut.

b. Wisata Susur Gua/Sungai Bawah Tanah khusus, yaitu susur gua bawah tanah. Di daerah pegunungan selatan banyak ditemukan gua karst, gua karst mempunyai banyak potensi baik dari segi ornamen gua maupun ora fauna yang terdapat pada gua tersebut.

c. Wisata Pantai Karst Gua merupakan kenampakan endokarst yang dapat dikembangkan menjadi wisata minat Wisata Panorama Bukit Karst Bukit karst atau karren merupakan fenomena bentuk lahan yang mempunyai ciri dan karakteristik yang lain dari bukit non-karst. Bukit Karst di Gunung Sewu telah terbentuk sangat lama, sehingga telah nampak bukit-bukit karst yang membulat dan tampak indah.

d. Wisata Panjat Tebing Panjat tebing merupakan wisata dengan minat khusus yang dapat di kembangkan pada tebing-tebing di kawasan Pegunungan Selatan. Wisata panjat tebing yang telah dikembangkan di

Pegunungan Selatan adalah di Pantai Siung.

e. Wisata Lembah Karst Bentuk lahan karst selain bukit karst adalah lembah karst. Lembah karst dapat juga dikembangkan menjadi obyek wisata. Kawasan lembah karst Ngingrong Desa Mulo, Kecamatan

Wonosari merupakan potensi wisata yang perlu dikembangkan. Kawasan ini mempunyai daya tarik tersendiri, terutama dalam wisata minat khusus, yaitu petualangan susur gua. Selain itu kawasan ini dapat pula dijadikan satu paket wisata dengan pantai Baron, sebagai tempat perhentian awal atau obyek wisata antara.

TRIVIA

REPORTASE

PIT PERHIMAGI 2019 OLEH : JASON

Persatuan Himpunan Mahasiswa Geologi Indonesia (PERHIMAGI) adalah Organisasi sosial akademis yang beranggotakan himpunan-himpunan mahasiswa geologi di seluruh Indonesia, yang bersifat mandiri, non-prot dan non-politas, dan bertujuan untuk memberikan kontribusi yang nyata dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu kebumian pada mahasiswa geologi khususnya dan masyarakat pada umumnya. Proses perjalanan organisasi ini tentu saja tidak selalu mulus, terdapat perbedaan pendapat yang cukup sering terjadi di dalam tubuh FORHIMAGI, beberapa institusi yang merupakan anggota merasakan perlunya pembenahan di dalam tubuh FORHIMAGI yang dirasa tidak mempunyai tujuan dan bentuk yang tidak jelas. Masalah ini kian berlarut, dan puncaknya terjadi ketika terdapat insiden delegasi HMTG FT-UGM melakukan walk out pada FORHIMAGI V di Universitas Trisakti, Jakarta, pada tanggal 7 februari 2005.

Setelah mengalami proses pembenahan yang cukup panjang pada FORHIMAGI VIII di Universitas Hasanudin, Makassar, dideklarasikan berdirinya Persatuan Himpunan Mahasiswa Geologi Indonesia atau disingkat PERHIMAGI dengan format yang sama namun memiliki sebuah sistem baru yang lebih jelas, dan tujuan yang lebih terarah hingga saat ini. “Sekarang atau tidak sama sekali” itulah ungkapan yang ada di pikiran saya ketika akhirnya mengambil keputusan untuk mengajukan diri sebagai delegasi HMTG Mahandraga di helatan akbar tahunan yang bertajuk PIT PERHIMAGI 2019 di Palembang, dan Lampung. Minggu, 21 April 2019. Perjalanan ini resmi dimulai, saya akan menuju Palembang bersama rekan saya Pingkan. Setibanya kami di Palembang, kami dijemput dan langsung menuju venue pelaksanaan MUNASA (Musyawarah Nasional), yang merupakan salah satu agenda penting dari rangkaian acara PIT PERHIMAGI, dalam MUNASA ini terdapat beberapa pokok bahasan yang akan dirapatkan selama 4 hari ke depan, PIT PERHIMAGI 2019 ini dihadiri oleh 28 institusi dari seluruh Indonesia.

This article is from: