24 LAPSUS
Peluncuran Buku
50 TAHUN FAUZI BAHAR
JUMAT, 24 AGUSTUS 2012 M 6 SYAWAL 1433 H
“Mengabdi Dalam Guncangan Bencana’’ BERBUKA DENGAN 5.000 ANAK YATIM
GUBERNUR SUMBAR PROF. IRWAN PRAYITNO
Fauzi Bahar Sosok Positif dan Peduli Agama GUBERNUR Sumbar Prof. Irwan Prayitno menilai sosok Walikota Padang dua periode itu, meskipun tidak memiliki latar belakang pendidikan dan pekerjaan di bidang agama, namun DR. H. Fauzi Bahar MSi adalah sosok dan pemimpin yang sangat peduli terhadap agama Islam. Keseriusannya dalam mensyiarkan agama Islam ia perlihatkan dengan menggulirkan sejumlah program progam keagamaan. Seperti asmaul husna, mewajibkan siswi muslim memakai jilbab, pemberdayaan potensi zakat umat, perang dengan segala bentuk maksiat dan judi toto gelap, beras genggam, Pesantren Ramadan, subuh mubarakah, pemberdayaan Majelis Taklim/ kelompok pengajian, dan lain-lain. Dia sangat serius dalam melaksanakan programnya tersebut. Sebagai seorang pemimpin, ia adalah orang yang tegas. Jika ia telah memutuskan sesuatu, maka hal itu tak boleh gagal dan tak boleh ada yang menghalangi. Sikap itu sangat dipahami oleh seluruh stafnya di Pemerintah Kota Padang. Mungkin ini merupakan sebuah nilai positif yang ia peroleh dari latar belakangnya sebagai anggota ABRI/ TNI. Kata Gubernur, hal lain yang menarik dari seorang Fauzi Bahar adalah, ia sangat sportif. Sikap sportif dan satria itu ia buktikan saat pemilihan Gubernur (Pilkada) Sumatera Barat Tahun 2010. Menjelang dan sampai saat pemilihan, sebagai sesama kandidat kami bersaing secara ketat. Namun begitu ia tahu bahwa saya (Irwan Prayitno- red) adalah pemenang, ia langsung menelpon saya dan secara sportif mengucapkan selamat, kata gubenur dalam buku itu. “Selamat Pak Gub, sebagai bawahan saya siap mendukung dan menjalankan tugas,” ujarnya melalui telpon waktu itu. Ia adalah kandidat pertama yang mengucapkan selamat. Apa yang diucapkan Fauzi Bahar itu tak sekedar omong kosong dan janji-janji belaka, tetapi ia buktikan secara nyata dalam tugas-tugas kepemerintahan. Sebagai walikota, ia adalah sorang yang loyal kepada gubernur (atasan). Jika ada hal-hal sesuai tugas dan wewenang yang harus dikerjakan dan dikoordinasikan, Fauzi Bahar melaksanakannya secara baik dan serius. “Siap Pak Gub,” begitu ia selalu menjawab secara cepat dan tegas, jika ada masalah atau pekerjaan yang harus dilaksanakan. Namun, seperti kata pepatah, tak ada gading yang retak - tak ada manusia yang sempurna. Dari sekian banyak kelebihannya, sebagai seorang manusia tentu saja ada kelemahan dan keterbatasan seorang Fauzi Bahar. “Namun hal itu merupakan sebuah keniscayaan dan merupakan hal yang wajar. Sebagai manusia, tugas kita adalah memperbaiki kelemahan kelemahan maupun kesalahan-kesalahan yang kita perbuat, dari waktu ke waktu. Kemudian mengoptimalkan segenap potensi dan keunggulan yang kita miliki,” ujar Irwan Prayitno.
BUYA MASOED ADIBIN
PELUNCURAN Buku Biografi “50 Tahun Fauzi Bahar Mengabdi Dalam Guncangan Bencana” di Masjid Raya Sumbar Jalan Khatib Sulaiman Padang, Kamis (16/8) mendapat perhatian luas dari masyarakat Kota Padang dan Sumbar umumnya. Sejumlah tokoh masyarakat, tokoh pers, mantan pejabat, cendekiawan, pimpinan perbankan, perguruan tinggi, OKP, tokoh agama, Kepala SKPD, anggota DPRD, Muspida, Parpol, GOW, generasi muda dan berbagai elemen masyarakat hadir menyaksikan lounching buku bertepatan di hari ulang tahunnya ke-50, tanggal 16 Agustus 2012, tiga hari menjelang lebaran Idul Fitri 1433 tersebut. Acara disemarakkan dengan buka bersama dan pemberian zakat kepada
BUKU Biografi ‘’50 Tahun Fauzi Bahar Mengabdi Dalam Guncangan Bencana”
WALIKOTA Fauzi Bahar bersama istri Ny. Mutia Fauzi dan anak-anaknya didampingi Ustad Arifin Ilham membagikan paket lebaran kepada 5.000 anak yatim saat acara lounching. 5.000 anak yatim se- Kota Padang dan pengajian agama. Buku setebal 366 halaman tersebut disunting oleh penulis handal Makmur Hendrik, yang terkenal dengan Cerbungnya ‘’Giring- giring Perak dan Tikam Samurai’’, dengan anggota tim antara lain, Khairul Jasmi, Alwi Karmena, Ali Basar, Hasrul Piliang, Richardi Akbar, Bustam, Dita Maretha Rissi, Yurizal, Irwan Rais. Sedangkan kontributor Bambang Sulistio, J.E Syawaldi Ch, Yoserizal dan Bidang Humas Pemko Padang. Dicetak oleh PT Grafika Jaya Sumbar. “31 Agustus 2012 dilakukan bedah buku, di Palanta Rumah Walikota Padang, dengan dihadiri tokoh nasional/ Sumbar, kalangan pers, para kepala daerah, perguruan tinggi, birokrat, dan semua
tokoh local dengan berbagai disiplin ilmu,” kata Kabid Humas Pemko Padang Richardi Akbar, S. Sos kepada pers, kemarin. Walikota Padang Fauzi Bahar dilahirkan di Kelurahan Ikua Koto Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, 50 tahun lalu (16 Agustus 1962 – 16 Agustus 2012). Dari pasangan orang tua, Baharudin Amin (Wali Bahar) seorang petani, dan Nurjanah Umar seorang guru agama Sekolah Dasar di Ikua Koto. Tanggal 5 November 1989, Fauzi Bahar mempersunting Hj. Dra. Mutiawat,i gadis kelahiran Tanjung Pinang Kepulauan Riau, yang merupakan adik kelasnya di Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Padang yang sekarang bernama Universitas Negeri Padang (UNP). Pasa-
ngan ini dikarunia tiga orang anak masing-masing M. Fautiaz (Mahasiswa UI), M. Fauq (SMA 1 Padang) dan Faziwa Tiara Salsabila (SD Pertiwi 2 Padang). Menurut sang Penyunting Makmur Hendrik, ‘’Mengabdi dalam Guncangan Bencana” ini adalah biografi yang menuturkan tentang dua episode kehidupan Fauzi Bahar. Episode pertama kisah dari masa kecil sampai menjadi Anggota Pasukan Katak TNI-AL. Episode kedua kisah ketika mulai memasuki pusaran arus politik saat mencalonkan diri sebagai Walikota Padang, sampai sekitar setahun sebelum dia mengakhiri jabatannya yang kedua. Kehidupannya penuh warna. Baik sebelum maupun setelah dia menjadi walikota selama 9 tahun (saat biografi ini ditulis jabatannya masih
tersisa setahun lagi). Sebelum menjadi walikota, warna kehidupannya didominasi oleh kemiskinan, namun santunnya kepada ayah bundanya luar biasa. Kegigihannya dalam upaya mencapai citacitanya juga luar biasa. Pusaran politik dalam kehidupannya, yang menjadi bahagian episode kedua kehidupan Fauzi dimulai justru sebelum dia mencalonkan diri menjadi walikota. Dia mencalonkan diri pada tahun 2003, ketika republik ini tengah dijungkirbalikkan oleh gelegak reformasi. Masa itu ABRI adalah gabungan TNI dan Polri. Salah satu “tujuan utama” reformasi adalah menyingkirkan ABRI dari lingkaran “kehidupan sipil”. Tapi Fauzi bisa melalui dinamika itu dengan baik, jelas Makmur Hendrik puas.
“Pemimpin yang Aneh” SEMENTARA Tokoh Masyarakat yang juga ulama besar di Sumbar Buya Mas’oed Abidin, menilai Fauzi Bahar ‘Pemimpin Yang Aneh’’. Keanehannya yaitu seorang komandan pasukan katak bisa memimpin orang, seperti menjadi walikota. Juga Fauzi Bahar mau belajar kepada siapa saja dan suka bertanya sebelum meluncurkan berbagai program yang diinginkan demi meraih kemajuan kota itu. Keanehan yang paling berat yaitu, dia seorang ilmuan olahraga, tetapi bisa meraih gelar doctor saat menjadi walikota. Malahan disertasinya bukan tentang olahraga, tetapi masalah keagamaan, seperti Pesantren Ramadan dan yang lainnya. “Memang aneh. Tapi itulah Fauzi Bahar,” ujar Buya Mas’oed Abidin. USTAD kondang, Arifin Ilham beserta tokoh masyarakat turut hadir dihadapan 5.000 anak yatim saat acara launching.
REKTOR UNAND DR. WERRY DARTA TAIFUR
Pererat Kerukunan dan Kebersamaan BEGITU juga halnya tokoh adat, pers, perguruan tinggi dan tokoh lintas agama, seperti tokoh agama nasrani, hindu, budha dan yang lainnya memberikan nilai positif. Karena nilai- nilai kebersamaan antar pemeluk agama semasa kepemimpinan Fauzi Bahar semakin berkembang dan tidak ada yang merasa dikucilkan. Sumber Daya Manusia (SDM) semakin meningkat, yang dimulai dengan pemahaman nilai nilai agama sejak dini kepada generasi muda, ujar Rektor Unand Dr. Werry Darta Taiful.
MENDAGRI GAMAWAN FAUZI/ MANTAN PANGARMABAR LAKS. MADYA (PURN) DJOKO SUMARYONO
WALIKOTA Fauzi Bahar berdialog dengan seorang peserta pesantren Ramadan saat kunjungan safari Ramadan 1433 H Pemko Padang pada salah satu mesjid di Kota Padang.
Pemimpin Bertanggungjawab MENDAGRI RI H. Gamawan Fauzi senada dengan Mantan Panglima Armada RI Kawasan Barat Laksamana Madya (Purn) Djoko Sumaryono menilai, Fauzi Bahar salah seorang yang memahami dan melaksanakan salah satu amanah Allah SWT, ‘’Man Jadda Wajadda’’. Yang artinya, barang siapa bersungguhsungguh ia akan berhasil. Fauzi sosok yang ulet, dianamis, serta santun dan patuh kepada kedua orangtuanya dalam suka dan duka. Patut ditauladani. Kata Djoko Sumaryono, Fauzi orang yang bertanggungjawab, seperti dalam bencana besar dan berbagai permasalahan yang muncul ia tetap konsisten melaksanakan roda pemerintahan dan melaksanakan berbagai terobosan dan inovasi. Fauzi Bahar orang yang ‘’Tidak Lupa Kacang dengan Kulit’’. Ia tetap menjaga hubungan baik dengan almamaternya jajaran TNI AL. Sebagai seorang mantan pasukan katak Fauzi memegang teguh semboyan ‘’Than hana wigna than sirna’’, maksudnya tidak ada rintangan yang tidak dapat dilewati, ungkap jendral itu. Beda dengan kabupaten/ kota lainnya di Sumbar, selama kepemimpinannya yang memasuki sepuluh tahun, Padang penuh dengan bencana alam , dinamika, dan tantangan. Inilah yang membuat Fauzi Bahar semakin termotivasi untuk selalu melangkah maju dan memberikan yang terbaik bagi kota yang berpenduduk hampir satu juta jiwa itu. Ia selalu tegar, dan badai itu pasti berlalu !!. (h/adv)
WALIKOTA Fauzi Bahar bersama Wakil Walikota Mahyeldi Ansharullah, Sekda Emzalmi saat Lounching Buku Biografi ‘’50 Tahun Fauzi Bahar Mengabdi Dalam Guncangan Bencana’’.
FAUZI Bahar bersama istri Mutia Fauzi Bahar.