Haluan 24 Februari 2013

Page 21

KESEHATAN

MINGGU, 24 FEBRUARI 2013 M/ 13 RABIUL AKHIR 1433 H

21

>>>>>>>Tips Keamanan Pangan BEBERAPA tips keamanan pangan berikut ini harus Anda ingat dan terapkan. Tidak peduli apakah Anda hanya mengambil pangan organik saja atau campuran antara organik dan konvensional. * Pilih berbagai makanan dari berbagai sumber Cara ini akan memberikan anda campuran nutrisi yang lebih baik dan mengurangi kemungkinan Anda terkena pestisida tunggal. * Beli buah-buahan dan sayuran di musimnya apabila memungkinkan Untuk mendapatkan produk segar, tanyakan kepada penjual makanan di pasar, musim buah atau sayuran jenis apa yang dalam waktu dekat akan berlansung. * Baca label makanan dengan hati-hati Jangan karena sudah membeli sebuah produk organik, lantas Anda tidak memeriksa label nutrisi yang tertera pada makanan. Beberapa produk organik mungkin masih memiliki kandungan tinggi gula, lemak garam, atau kalori. * Cuci dan gosok buah-buahan segar dan sayuran secara menyeluruh dengan air mengalir Mencuci membantu menghilangkan kotoran, bakteri dan jejak bahan kimia dari permukaan buah dan sayuran. Tidak semua residu pestisida dapat dihilangkan dengan mencuci. Sebagai gantinya Anda dapat mengupas buah dan sayuran, tetapi dengan mengupasnya berarti Anda akan kehilangan beberapa serat dan nutrisi. Kiat Pintar Belanja Pangan Organik Sayur, buah, juga daging ayam dan telur organik, lebih sehat karena seluruh prosesnya tanpa bahan-bahan kimia, terutama pestisida. Masalahnya, harga sayur, buah, serta daging dan telur organik lebih mahal dibandingkan dengan jenis yang biasa. Untuk menyiasatinya, Nici Andronicus, pemilik Organicus Kitchen & Pantry di Australia, memberikan kiat-kiat berikut ini: 1. Coba sedikit. Untuk awal, beli pengan organik sedikit saja. Bila suka, Anda bisa membelinya dalam porsi lebih banyak saat belanja lagi. 2. Pilih yang lokal. Biasanya pangan organik impor harganya lebih mahal. Sudah banyak pertanian di beberapa daerah, misalnya Puncak, yang memasok sayur dan buah organik. 3. Beli tergantung musim. Meski pasokannya ada terus sepanjang tahun, saat sedang musim, harga buah tertentu biasanya lebih murah. Anda bisa mendapat keuntungan lebih dari sini. 4. Pertimbangkan nilai gizinya. Pilih pangan yang mengandung nilai gizi tinggi. Daripada daging misalnya, pilih lentil atau kacang panjang organik yang juga bisa menjadi sumber protein, selain lebih ekonomis. 5. Jangan lupa bawa catatan. Buat daftar kebutuhan yang harus dibeli, sehingga Anda tidak tergoda untuk membeli jenis yang tidak Anda butuhkan. (h/mayoclinic/GHS/est)

Gizi Pangan Organik dan Non-organik Sama Saja Beberapa tahun belakangan ini, keberadaan pangan organik semakin diminati. Mereka yang memilih pangan organik umumnya beralasan bahwa makanan ini lebih aman dan bergizi ketimbang pangan konvensional. Lantas, apakah benar pangan organik lebih aman dan bergizi ketimbang pangan konvensional? Jawabannya belum pasti. Sebuah riset terbaru yang dilakukan sejak 50 tahun terakhir telah mengamati tentang kandungan gizi dari makanan organik dan konvensional. Para peneliti menyimpulkan bahwa makanan yang diproduksi secara organik dan konvensional mempunyai nilai kandungan gizi yang sebanding. Meski begitu, penelitian di bidang ini masih terus berlangsung dan para peneliti masih mencari tahu apakah benar ada perbedaan terkait nilai gizi antara kedua pangan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang

untuk memilih makanan organik. Beberapa orang memilih makanan organik karena mereka lebih menyukai rasai. Namun yang lain memilih organik karena mengkhawatirkan beberapa hal berikut: * Pestisida Petani konvensional menggunakan pestisida untuk melindungi tanaman mereka dari serangga dan penyakit. Ketika petani menyemprot pestisida, zat berbahaya tersebut bukan tidak mungkin akan mengkontaminasi makanan. Beberapa orang membeli makanan organik untuk membatasi paparan mereka terhadap bahan kimia tersebut. * Bahan tambahan Peraturan dalam pembuatan pangan organik melarang atau sangat membatasi penggunaan bahan pangan tambahan (zat yang digunakan selama pemrosesan, namun tidak ditambahkan langsung ke makanan). Sementara itu, fortifikasi sangat umum digunakan pada makanan non-organik, termasuk pengawet, pemanis buatan, pewarna dan perasa, dan monosodium glutamat. * Lingkungan Beberapa orang membeli makanan organik karena alasan lingkungan. Praktek pertanian organik dirancang untuk memberikan manfaat terhadap lingkungan dengan mengurangi

polusi, konservasi air dan memperbaiki kualitas tanah. Apakah ada kerugian untuk membeli organik? Jika dibandingkan dengan pangan konvensional, untuk mendapatkan makanan organik Anda butuh merogok kocek lebih mahal. Ini disebabkan karena buah dan sayuran organik tidak menggunakan dengan lilin atau pengawet, sehingga mereka dapat rusak lebih cepat. Selain itu, beberapa produk organik mungkin terlihat kurang sempurna dengan bentuknya yang aneh, warna atau ukuran yang lebih kecil dan bervariasi. Namun, makanan organik harus memenuhi kualitas dan standar keselamatan yang sebanding dengan pangan konvensional. Sama Gizinya Menurut ahli, pada dasarnya kandungan vitamin dan nutrisi produk organik sama saja dengan yang non-organik. “Orang memilih membeli produk organik karena berbagai alasan tapi terutama karena ingin sehat. Cukup banyak pasien yang bertanya adakah alasan kesehatan untuk mengonsumsi produk organik,” kata Dr.Crystal Smith-Spangler dari Universitas Stanford, yang melakukan penelitian. Untuk menjawab pertanyaan

tersebut, Smith-Spangler dan timnya menganalisa 200 penelitian yang membandingkan kesehatan orang yang rutin mengonsumsi produk organik dan makanan konvensional, serta mengetahui kandungan nutrisi dalam produk organik itu sendiri. Produk organik dan nonorganik yang diteliti termasuk sayuran, buah-buahan, daging, susu, telur, daging unggas, serta padi-padian. Kebanyakan penelitian tidak dengan spesifik menyebutkan standar apa saja yang terdapat dalam makanan organik, yang membuat harga produk tersebut dua kali lipat dari produk konvensional. Sementara itu menurut standar Departemen Pertanian Amerika Serikat, pertanian organik harus menghindari penggunaan pestisida dan penyubur tanaman sintetis, hormon, dan antibiotik. Peternakan organik juga harus bisa menyediakan rumput saat menggembalakan ternaknya. Sebaliknya dengan pertanian dan peternakan konvensional yang sering memakai pestisida untuk membunuh hama dan memakai campuran antibiotik dalam pakan ternak untuk meningkatkan berat badan dan mencegah ternak terkena penya-

kit. Dari analisa yang dilakukan Smith-Spangler, ditemukan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan jumlah vitamin dalam produk organik dan non-organik, baik produk hewani atau nabati. Perbedaan nutrisi sedikit berbeda pada susu organik dan daging ayam organik yang mengandung lebih banyak asam lemak omega-3. Tetapi itu pun hanya sedikit penelitian yang menemukannya. Tetapi perbedaan signifikan adalah jumlah residu pestisida dalam makanan. Hampir seluruh makanan non-organik mengandung residu pestisida, sedangkan pada contoh produk organik hanya 7 persen dari seluruh contoh. Selain itu daging ayam dan daging babi organik mengandung bakteri yang resisten antibiotik 33 persen lebih sedikit. Meskipun belum diketahui apakah ada pengaruh residu pestisida dalam makanan terhadap kesehatan, tetapi menurut peneliti konsumen sebaiknya lebih waspada. “Jadilah konsumen yang cerdas dengan memilih makanan yang tidak mengandung pestisida,” kata Chensheng Lu, yang mempelajari mengenai lingkungan dan kesehatan di Harvard School of Public Health. (h/kcm)

Ini Dia Mitos-mitos Terkait Bahan Makanan Organik MENGONSUMSI makanan organik secara konsisten diyakini dapat menjadi upaya mempertahankan diri dari ancaman beragam penyakit. Makanan organik dinilai sehat karena pada saat proses penanaman sampai panen tidak mengalami proses kimiawi atau menggunakan bahan sintetik, seperti pestisida, herbisida, pupuk dengan kandungan kimia, penyuntikan hormon atau antibiotik, serta prosesnya tanpa radiasi ionisasi maupun pemodifikasian genetik. Karena itu, proses yang natural tersebut aman untuk dikonsumsi oleh tubuh. Meskipun menyehatkan, sebenarnya tak semua makanan organik menguntungkan. Ada beberapa mitos seputar makanan organik yang harus diluruskan. Dengan memahaminya, Anda dapat menggunakan makanan organik dengan tepat. 1. Organik selalu aman dan baik bagi lingkungan? Organik memang ditanam

di tanah yang tidak terkontaminasi kandungan kimia atau disiram dengan pestisida dan jenis zat kimia lain seperti halnya lahan pertanian biasa. Namun begitu, sejak lahan pertanian organik hanya memproduksi setengah dari produksi pertanian konvensional, penanaman organik menjadi memboroskan lahan dalam penanaman buah dan sayuran. Dennis Avery dari Hudson Institute’s Center for Global Food Issues memperkirakan pertanian sistem modern menghemat hingga 15 juta meter persegi pembukaan hutan dan habitat binatang liar. Jika seluruh dunia harus memilih penanaman organik, kita harus mengorbankan hutan hingga 10 juta mil persegi hutan. 2. Organik lebih banyak mengandung nutrisi? Berbagai studi mengenai makanan organik selalu tidak konsisten. Ada yang menyebut kandungan vitamin C dalam

tomat organik lebih ketimbang tomat biasa; ada juga yang menemukan kadar anti-kanker flavonoids pada jagung dan strawberi organik. Namun riset lainnya menyebutkan bahwa makanan organik tidak memiliki keunggulan lebih dalam hal kandungan nutrisi. Apa yang membuat perbedaan mencolok dalam hal kandungan nutrisinya adalah berapa lama ditanam dan disimpan di rak makanan. Bayam misalnya, bisa kehilangan setengah dari kadar foliatnya dalam selang waktu sepekan. 3. Organik lebih enak rasanya? Tak ada yang bisa mengungkapkannya kecuali dalam sebuah penelitian tentang apel, di mana yang jenis organik memang lebih unggul. Untuk memeroleh raspberries yang rasanya lebih alami atau asammanis, Anda harus membelinya di tempat buah itu ditanam, pada musimnya dan tidak disimpan dalam jangka waktu lama. Kenyataannya, buah atau

sayuran tidak akan lagi dalam kondisi terbaiknya bila sudah melewati penerbangan yang lama atau melewati proses pelapisan. Belum lagi bila harus tersimpan selama seminggu di pasar atau toko. 4. Tak perlu dicuci terlalu bersih seperti makanan biasa. Seluruh produk organik, apakah dibeli dari toko grosir atau petani lokal di dekat rumah Anda, tetap rawan akan kontaminasi bakteri seperti E. coli. Tanah dan sumber pengairan yang terkontaminasi E. coli bisa menempel dan masuk dalam buah atau sayur. Melon, selada, tauge, tomat, bayam, daun bawang, bisa tercemar ketik mereka tumbuh dan dekat dengan tanah. Cara terbaik untuk mengatasinya adalah: Cuci semua produk dengan air yang mengalir. 5. Memakai organik = membantu petani kecil atau perusahaan ramah lingkungan? Perusahaan-perusahaan

>> Editor : Nova Anggraini

raksasa di AS justru berbisnis di sektor organik. General Mills memiliki Cascadian Farms, Kraft berada di belakang Back to Nature dan Boca Burger. Kellogg’s memiliki Morningstar Farms. Tingginya permintaan membuat perusahaan-perusahaan ini mengimpor bahan-bahan organik semurah mungkin dari negara lain. Meski nilai penjualan produk makanan organik di AS melonjak hingga miliaran dollar AS, ironisnya hanya sekitar 16 persen saja yang ditanam di lahan lokal. Dengan CO2 yang dihasilkan dari transportasi, keramahan produk organik bagi lingkungan menjadi dipertanyakan. 6. Organik lebih sehat buat Anda? Makanan organik tidak lagi menyehatkan bila bentuknya sudah menjadi kripik organik, soda organik atau kue organik. Gula dari tebu organik juga tetaplah gula, keripik dari kentang organik juga tetaplah digoreng. (h/webMD)

>> Penata Halaman : Rahmi


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.