AKASIA Vol. XII: Pariwisata di Masa Pandemi

Page 6

FEATURE

Quality tourism : solusi pariwisata di masa pandemi S

aya sebenarnya termasuk tipe orang yang tidak mudah tertarik untuk mencoba sesuatu yang baru. Termasuk mengikuti kegiatan melihat burung. Memang benar terdengar aneh sekali kegiatan ini. Saya pun pada mulanya meragukan kegiatan yang akhir-akhir ini mulai saya gemari. Selain karena ini merupakan kegiatan yang menurut saya terdengar membosankan, “melihat burung” nampaknya sudah sering saya lakukan sehari-hari. Entah di Pasar Pasty ataupun di Pasar Pleret. Heuheuheu..

Pada suatu siang setelah kelas yang sangat mengasyikkan – obviously-, saya melangkahkan kaki menuju warung makan ramah dompet favorit saya untuk mengganjal perut yang sedari tadi meronta-ronta. Ditemani beberapa kawan, kami menerobos teriknya Jalan Agro yang terletak di utara Fakultas Kehutanan. Menyusuri pinggir Selokan Mataram, akhirnya kami sampai di Warung Santai. Seperti biasa setelah selesai makan kami ngobrol ngalor ngidul. Di sela obrolan, salah satu kawan saya yang menjadi anggota kelompok studi KP3 Burung mengajak saya untuk mengikuti kegiatan pengamatan yang akan mereka lakukan pada hari Minggu di Jatimulyo. Walaupun saya sempat ragu namun pada akhirnya saya mengiyakan ajakan kawan saya. Tiba hari minggu ternyata kami agak kesiangan. Namun hal tersebut tidak mengurangi semangat kami untuk melakukan pengamatan. Karena jalan yang akan kami lewati lumayan

terjal, saya memutuskan untuk nebeng motor Win tahun 1992 milik kawan saya daripada mengendarai motor Grand tahun 1997 saya. Walaupun sama-sama motor tua dengan cc yang sama pula, tapi motor Win terkenal lebih tangguh. Bahkan dahulu motor ini menjadi kendaraan operasional hampir semua pegawai negeri. Sebelum berangkat tidak lupa kami berdoa, berharap perjalanan kami aman, nyaman, dan selamat sampai lokasi pengamatan. Namun entah karena doa kami yang kurang khusyu’ atau mungkin karena doa kami tertahan awan yang mendung. Baru sepuluh menit perjalanan, koordinator kami mengalami insiden kecelakaan dengan seorang ibu - ibu . Gubrakkk. Belum juga sampai Ringroad Barat dia harus jatuh tersungkur setelah menabrak ban belakang motor bebek ibuk tersebut. Dengan kondisi dengkul yang mlocot, badan pegel - pegel, dan perut keroncongan akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Setelah kurang lebih satu jam perjalanan, akhirnya kami sampai di lokasi pengamatan. Ternyata kedatangan kami sudah ditunggu oleh Kelompok Studi Biologi Atmajaya. Mereka sudah lebih dulu datang karena pada malam harinya menginap untuk melakukan pengamatan herpetofauna. Tanpa berlama-lama kami langsung menyiapkan peralatan lalu memulai pengamatan. Kesan pertama setelah mencoba kegiatan yang akhir - akhir ini baru saya keketahui dinamakan birdwatching ini tenyata sangat menyenangkan. Selain effort lebih yang harus dikeluarkan karena sepanjang kegiatan harus ndangak

02 | FEATURE


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook

Articles inside

Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
AKASIA Vol. XII: Pariwisata di Masa Pandemi by FORESTATION FKT UGM - Issuu