Rekomendasi Pengembangan Objek Wisata di Desa Ibun

Desa Ibun, Kecamatan Ibun

Rekomendasi Pengembangan Objek Wisata Melalui Analisis Kualitas Visual

Desa Ibun, Kecamatan Ibun

Rekomendasi Pengembangan Objek Wisata Melalui Analisis Kualitas Visual

Desa Ibun Desa Ibun secara geografis berada di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Desa Ibun memiliki lebih banyak sawah, ladang, dan hutan dibanding permukimannya sehingga jumlah penduduknya pun relatif sedikit. Desa ini bersebelahan dengan Desa Cibeet di sebelah Utara, Desa Laksana di sebelah Timur, Desa Dukuh di sebelah Barat, dan Desa Cisarua, Garut di sebelah Selatan.

Desa Ibun memiliki beberapa objek wisata. Salah satu objek wisata yang ikonik di Desa Ibun adalah Jembatan Cukang Monteng yang menghubungkan Kabupaten Bandung dengan Garut. Jembatan Cukang Monteng juga kerap disebut sebagai Kamojang Hill Bridge dan Jembatan Kuning. Objek wisata lain yang dapat ditemukan di Desa Ibun adalah Curug Madi.

Curug Madi dikenal sebagai keindahan alam yang tersembunyi. Hal ini dikarenakan lokasinya yang sulit untuk diakses.

Untuk menuju Curug Madi, pengunjung harus melewati Tanjakan Monteng dan berjalan kaki melalui jalan setapak. Curug Madi memiliki aliran air yang bersih, debit air tinggi, serta curug yang cukup tinggi dan lebar.

Melalui buku ini, objek wisata di Desa Ibun akan dinilai kualitas visualnya kemudian diberi rekomendasi pengembangan objek wisata berdasarkan kualitas visual.

Key Observation Points (KOPs)

KOPs

Key Observation Point (KOP) merupakan titik pengamatan analisis kualitas visual dilakukan. KOP dipilih pada objek-objek wisata di Desa Ibun yaitu Kamojang Hill Bridge dan Curug Madi. KOP dilakukan pada titik-titik yang dilewati jalan, yaitu di Jalan Cukang Monteng dan Jalan Tanjakan Monteng

Jalan Cukang Monteng Kamojang Hill Bridge

Curug Madi

Jalan Tanjakan Monteng

SQE

Scenic Quality Evaluation (SQE)

Scenic Quality Evaluation (SQE) adalah pengukuran daya tarik visual suatu pemandangan. Dalam penilaian kualitas visual, suatu pemandangan diberi peringkat A, B, atau C. Kelas A mengkombinasikan berbagai elemen yang menonjol dan menakjubkan. Kelas B mengkombinasikan beberapa elemen yang menonjol dan beberapa elemen yang biasa ditemukan di daerah tersebut. Kelas C menunjukkan elemen yang umum ditemukan di daerah tersebut. Penilaian SQE ditentukan menggunakan tujuh faktor kunci, yaitu bentuk lahan, vegetasi, air, warna, pemandangan yang berdekatan, kelangkaan, dan modifikasi budaya. SQE dilakukan untuk menilai kualitas pemandangan alam sebelum adanya pembangunan.

Jalan Cukang Monteng Karakteristik Lansekap Bentuk Lahan / Perairan

Vegetasi

Struktur

Bentuk

Bentuk lahan curam

Bentuk bervariasi

Linear

Garis

Horizontal dan vertikal dari bentuk lahan, Tidak teratur bergerigi pada punggung bukit

Vertikal

Warna

Coklat

Hijau

Abu-abu

Tekstur

Kasar

Kasar

Halus sedikit kasar

Sebelum Kamojang Hill Bridge Dibangun Sumber: Google Street View, 2015

Penilaian Kualitas Visual Tinggi

Sedang

Rendah

Penjelasan

Bentuk Lahan

5

3

1

Curam karena berada di dataran tinggi

Vegetasi

5

3

1

Sedikit variasi vegetasi berupa semak-semak

Perairan

5

3

0

Tidak ada perairan

Warna

5

3

1

Warna tidak bervariasi

Pemandangan yang Berdekatan

5

3

0

Latar belakang berupa perbukitan cukup meningkatkan kualitas visual

Kelangkaan

5

3

1

Pemandangan berupa semak-semak dan perbukitan mudah ditemukan

Modifikasi Budaya

2

0

-4

Tidak ada variasi visual

Total

11

C

SQE

Jalan Tanjakan Monteng Karakteristik Lansekap Bentuk Lahan / Perairan

Vegetasi

Struktur

Bentuk

Dataran tinggi

Bentuk bervariasi

Linear

Garis

Vertikal

Tidak teratur

Vertikal

Warna

Coklat

Hijau

Abu-abu

Tekstur

Kasar

Kasar

Halus sedikit kasar

Sebelum Curug Madi Menjadi Objek Wisata Sumber: Google Street View, 2015

Penilaian Kualitas Visual Tinggi

Sedang

Rendah

Penjelasan

Bentuk Lahan

5

3

1

Dataran tinggi

Vegetasi

5

3

1

Terdapat banyak variasi vegetasi

Perairan

5

3

0

Tidak ada perairan

Warna

5

3

1

Warna tidak bervariasi

Pemandangan yang Berdekatan

5

3

0

Latar belakang berupa perbukitan cukup meningkatkan kualitas visual

Kelangkaan

5

3

1

Pemandangan berupa pohon dan perbukitan mudah ditemukan

Modifikasi Budaya

2

0

-4

Tidak ada variasi visual

Total

13

B

≥ ≤ 11

Kelas A Kelas B

19 12 - 18

Kelas C

Kesimpulan SQE Bentuk Vegetasi Perairan Lahan Jalan Cukang Monteng

Jalan Tanjakan Monteng

5

3

1

5

0

0

Warna

1

1

Pemandangan Kelangka Modifikasi yang an Budaya Berdekatan

3

3

1

1

0

0

Skor Total

11

13

SQE

Penjelasan

C

Kualitas visual Jalan Cukang Monteng sebelum dibangun memiliki karakteristik lansekap yang umum ditemukan di Desa Ibun

B

Kualitas visual Jalan Tanjakan Monteng sebelum dijadikan objek wisata memiliki karakteristik lansekap yang umum ditemukan di Desa Ibun

Sensitivity Level

Analisis Tingkat Sensitivitas

Tingkat sensitivitas merupakan ukuran kepedulian publik terhadap kualitas pemandangan. Lahan publik diberi tingkat sensitivitas tinggi, sedang, atau rendah dengan menganalisis berbagai indikator perhatian publik. Indikator tersebut terdiri dari jenis pengguna, jumlah penggunaan, kepentingan publik, guna lahan yang berdekatan, dan kawasan khusus.

Jenis pengguna: tingkat sensitivitas akan berbeda tergantung jenis penggunanya.

Wisatawan mungkin sangat sensitif terhadap perubahan, sedangkan warga yang lewat secara rutin mungkin tidak sensitif terhadap perubahan.

Jumlah penggunaan: kawasan dengan tingkat penggunaan tinggi akan lebih sensitif terhadap perubahan Kepentingan publik: kualitas visual suatu kawasan yang menjadi perhatian kelompok lokal atau pemerintah akan lebih sensitif terhadap perubahan Guna lahan yang berdekatan: keterkaitan penggunaan lahan pada lahan yang berdekatan dapat mempengaruhi sensitivitas visual suatu kawasan. Misalnya, lahan yang berdekatan berupa permukiman akan lebih sensitif daripada lahan komersial.

Kawasan khusus: kawasan khusus yang memerlukan perlindungan kualitas visual, seperti kawasan hutan, memiliki sensitivitas yang lebih tinggi.

Jalan Cukang Monteng Jenis Jumlah Kepentingan Pengguna Penggunaan Publik

Jalan Cukang Monteng

Rendah

Sedang

Rendah

Guna Lahan yang Berdekatan

Sedang

Kawasan Khusus

Sedang

Tingkat Sensitivitas Keseluruhan

Sedang

Penjelasan Jenis pengguna umumnya berupa warga sekitar dan petani Kawasan tidak begitu banyak dilalui ataupun dikunjungi orang Tidak menjadi perhatian kelompok lokal Guna lahan sekitar kawasan berupa perumahan Kawasan termasuk kawasan hijau

Jalan Tanjakan Monteng Jenis Jumlah Kepentingan Pengguna Penggunaan Publik

Jalan Tanjakan Monteng

Rendah

Sedang

Rendah

Guna Lahan yang Berdekatan

Sedang

Kawasan Khusus

Sedang

Tingkat Sensitivitas Keseluruhan

Sedang

Penjelasan Jenis pengguna umumnya berupa warga sekitar dan petani Kawasan tidak begitu banyak dilalui ataupun dikunjungi orang Tidak menjadi perhatian kelompok lokal Guna lahan sekitar kawasan berupa pepohonan Kawasan termasuk kawasan hutan

Analisis Zona Berdasarkan Jarak

Distance Zone

Berdasarkan visibilitasnya terhadap jarak tertentu, lansekap dibagi menjadi 3 zona. Zona tersebut di antaranya adalah zona latar depan-tengah, zona latar belakang, dan zona jarang terlihat. Zona latar depan-tengah (DT) mencakup area yang terlihat dari jalan raya, sungai, atau titik pengamatan lain dengan jarak kurang dari 3 - 5 mil (4,8 - 8 km).

Zona latar belakang (B) merupakan area yang terlihat di luar zona DT, tetapi kurang dari 15 mil (24 km). Kemudian, zona jarang terlihat (JT) berjarak lebih dari 15 mil dari jalan, sungai, atau titik pengamatan lain.

Berdasarkan hasil analisis, seluruh Desa Ibun termasuk dalam zona latar depan-tengah (DT) dengan jarak 4,8-8 km dari jalan. Dengan demikian, titik lokasi Jalan Cukang Monteng dan Jalan Tanjakan Monteng berada di zona latar depan-tengah (DT).

Lansekap yang terlihat sepanjang jalan adalah pesawahan, ladang, hutan, dan pepohonan.

Kamojang Hill Bridge

Curug Madi

Latar Depan-Tengah (DT)

VRIC

Visual Resource Inventory Classes

Visual resource inventory classes atau kelas inventarisasi sumber daya visual ditetapkan melalui proses inventarisasi. Inventarisasi sumber daya dibagi menjadi 4 kelas, yaitu Kelas I, Kelas II, Kelas III, dan Kelas IV. Kawasan yang termasuk dalam Kelas I memiliki tujuan untuk melestarikan karakteristik lansekap eksisting. Tingkat perubahan pada kelas ini harus sangat rendah dan tidak boleh menarik perhatian.

Kawasan yang termasuk pada Kelas II memiliki tujuan untuk mempertahankan karakteristik lansekap eksisting. Tingkat perubahan pada kelas ini harus rendah dan tidak menarik perhatian pengamat biasa. Setiap perubahan harus mengulangi unsur-unsur dasar bentuk, garis, warna, dan tekstur yang ditemukan pada karakteristik lansekap.

Kawasan yang termasuk pada Kelas III memiliki tujuan untuk mempertahankan sebagian karakteristik lansekap eksisting. Tingkat perubahan pada kelas ini harus moderat, boleh menarik perhatian, tetapi tidak boleh mendominasi pandangan. Perubahan harus mengulangi elemen dasar yang dominan ditemukan pada karakteristik lansekap.

Kawasan yang termasuk pada Kelas IV memiliki tujuan untuk menyediakan kegiatan yang memerlukan modifikasi besar dari karakteristik lansekap eksisting. Tingkat perubahan pada kelas ini bisa tinggi, mendominasi pandangan, dan menjadi fokus utama pengguna ruang. Meskipun demikian, setiap perubahan harus dilakukan secara hati-hati, sedikit gangguan, dan mengulang elemen dasar untuk meminimalisasi dampak pembangunan.

Jalan Cukang Monteng Tingkat Sensitivitas

Tinggi

Sedang

Jalan Tanjakan Monteng

Rendah

Tingkat Sensitivitas

Tinggi

Sedang

Rendah

Kawasan Khusus

I

I

I

I

I

I

I

Kawasan Khusus

I

I

I

I

I

I

I

A

2

2

2

2

2

2

2

A

2

2

2

2

2

2

2

B

2

3

3

3

4

4

4

B

2

3

3

3

4

4

4

C

3

4

4

4

4

4

4

C

3

4

4

4

4

4

4

DT

B

JT

DT

B

JT

JT

Scenic Quality

Zona Berdasarkan Jarak

DT

B

JT

DT

B

JT

JT

Scenic Quality

Zona Berdasarkan Jarak

Berdasarkan hasil analisis, kawasan Cukang Monteng termasuk kelas IV yang berarti boleh dilakukan modifikasi besar pada karakteristik lansekapnya, sedangkan Tanjakan Monteng termasuk kelas III yang berarti sebagian karakteristik lansekap boleh diubah.

Contrast Rating

Analisis Tingkat Kontras

Analisis tingkat kontras dilakukan untuk menganalisis potensi dampak visual dari suatu proyek pembangunan. Analisis tingkat kontras dijadikan sebagai panduan untuk meminimalisasi dampak visual. Tingkat kontras dapat diukur dengan membandingkan elemen desain dasar pada proyek pembangunan dengan lansekap yang ada. Elemen desain dasar yang dijadikan penilaian pada tingkat kontras terdiri dari bentuk, garis, warna, dan tekstur.

Kontras pada bentuk merupakan hasil dari perubahan bentuk dan massa lansekap atau struktur. Tingkat perubahannya bergantung pada seberapa berbedanya bentuk-bentuk yang diusulkan dengan bentuk pada lansekap yang ada. Kontras pada garis merupakan hasil dari perubahan garis tepi. Tingkat perubahannya bisa berbeda dari ketebalan, kerumitan, dan orientasi dari garis pada lansekap yang ada. Kontras pada warna merupakan hasil dari perubahan derajat keterangan warna, kecerahan warna, rona warna, dan suhu warna. Kontras pada tekstur terlihat dari perbedaan tingkat kekasaran atau kehalusan, kepadatan, ketidakteraturan pola, dan keteraturan pola.

Jalan Cukang Monteng

Sebelum Kamojang Hill Bridge Dibangun

Setelah Kamojang Hill Bridge Dibangun

Sumber: Google Street View, 2015

Sumber: Dokumentasi Penyususn, 2023

Bagian A Nama Proyek Lokasi KOP Manajemen Kelas

Kamojang Hill Bridge Jalan Cukang Monteng Kelas IV

Contrast Rating

Bagian B Karakteristik lansekap sebelum Kamojang Hill Bridge dibangun Bentuk Lahan / Perairan

Vegetasi

Struktur

Bentuk

Bentuk lahan curam

Bentuk bervariasi

Linear

Garis

Horizontal dan vertikal dari bentuk lahan, bergerigi pada punggung bukit

Tidak teratur

Vertikal

Warna

Coklat

Hijau

Abu-abu

Tekstur

Kasar

Kasar

Halus sedikit kasar

Bagian C Karakteristik lansekap setelah Kamojang Hill Bridge dibangun Bentuk Lahan / Perairan

Vegetasi

Struktur

Bentuk

Bentuk lahan bergelombang mengikuti kontur

Bentuk bervariasi

Jalan linear mengikuti kontur, jembatan melengkung setengah lingkaran, plang Kamojang Hill Bridge sesuai huruf

Garis

Horizontal dan vertikal dari bentuk lahan, garis lingkar

Tidak teratur, tetapi membentuk garis sesuai kontur

Horizontal dan vertikal, setengah lingkaran, kesan garis yang lebih tebal, garis mengikuti huruf

Warna

Abu-abu

Hijau, merah, oranye

Abu-abu, oranye, kuning

Tekstur

Halus

Kasar

Halus

Bagian D Analisis tingkat kontras pada proyek pembangunan Bentuk Lahan / Perairan Tingkat Kontras

Bentuk Garis Warna Tekstur

Tinggi Sedang Lemah

Tidak Ada

Vegetasi Tinggi Sedang Lemah

Struktur Tidak Ada

Tinggi Sedang Lemah

Tidak Ada

Contrast Rating

Jalan Tanjakan Monteng

Sebelum Curug Madi Menjadi Objek Wisata

Setelah Curug Madi Menjadi Objek Wisata

Sumber: Google Street View, 2015

Sumber: Google Street View, 2015

Bagian A Nama Proyek Lokasi KOP Manajemen Kelas

Curug Madi Kamojang Jalan Tanjakan Monteng Kelas III

Bagian B Karakteristik lansekap sebelum Curug Madi menjadi objek wisata Bentuk Lahan / Perairan

Vegetasi

Struktur

Bentuk

Dataran tinggi

Bentuk bervariasi

Linear

Garis

Vertikal

Tidak teratur

Vertikal

Warna

Coklat

Hijau

Abu-abu

Tekstur

Kasar

Kasar

Halus sedikit kasar

Bagian C Karakteristik lansekap setelah Curug Madi menjadi objek wisata Bentuk Lahan / Perairan

Vegetasi

Struktur

Bentuk

Dataran tinggi

Bentuk bervariasi

Linear dan geometri

Garis

Vertikal

Linear

Horizontal dan vertikal

Warna

Coklat

Hijau

Abu-abu, hijau, biru, coklat

Tekstur

Kasar

Kasar

Kasar

Contrast Rating

Bagian D Analisis tingkat kontras pada proyek pembangunan Bentuk Lahan / Perairan Tingkat Kontras

Tinggi Sedang Lemah

Vegetasi

Tidak Ada

Struktur

Tinggi Sedang Lemah

Tidak Ada

Tinggi Sedang Lemah

Tidak Ada

Bentuk Garis Warna Tekstur

SQE Kamojang Hill Bridge Tinggi

Sedang

Rendah

Penjelasan

Bentuk Lahan

5

3

1

Bergelombang karena berada di dataran tinggi

Vegetasi

5

3

1

Terdapat banyak variasi vegetasi

Perairan

5

3

0

Tidak ada perairan

Warna

5

3

1

Warna bervariasi

Pemandangan yang Berdekatan

5

3

0

Latar belakang berupa perbukitan cukup meningkatkan kualitas visual

Kelangkaan

5

3

1

Pemandangan berupa jembatan kuning hanya dapat ditemukan pada lokasi ini

Modifikasi Budaya

2

0

-4

Ada variasi visual

Total

25

A

SQE Curug Madi Kamojang Tinggi

Sedang

Rendah

Penjelasan

Bentuk Lahan

5

3

1

Dataran tinggi

Vegetasi

5

3

1

Terdapat beberapa variasi vegetasi

Perairan

5

3

0

Tidak ada perairan

Warna

5

3

1

Warna tidak terlalu bervariasi

Pemandangan yang Berdekatan

5

3

0

Latar belakang berupa perbukitan cukup meningkatkan kualitas visual

Kelangkaan

5

3

1

Pemandangan berupa pohon dan perbukitan mudah ditemukan

Modifikasi Budaya

2

0

-4

Variasi visual tidak harmonis

Total

9

C

Karena Curug Madi memiliki kualitas visual C, diperlukan perbaikan kualitas visual objek wisata untuk meningkatkan kualitas visual di Curug Madi.

Rekomendasi Pengembangan Objek Wisata

Rekomendasi Pengembangan

Rekomendasi pengembangan objek wisata dilakukan pada objek wisata Curug Madi.

Berdasarkan analisis tingkat kontras dan Scenic Quality Evaluation pada objek wisata Curug Madi, rekomendasi pengembangan objek wisata dapat berupa penyesuaian kontras pada warna serta harmonisasi lansekap dengan material struktur.

Penggunaan Material Kayu Karena Curug Madi berada di kawasan hutan, penggunaan material kayu akan menambah harmonisasi warna dan tekstur antara struktur pembangunan dengan lansekap eksisting. Penggunaan material kayu dapat diterapkan pada plang nama, papan petunjuk, dan pergola sebagai tempat berteduh ataupun tempat parkir.

Plang Nama Objek Wisata

Papan Penunjuk

Sumber: tempatwisata.my.id

Sumber: id.pinterest.com

Pergola Kayu

Pergola Kayu

Sumber: id.pngtree.com

Sumber: id.pinterest.com

Rekomendasi Pengembangan

Penyesuaian Kontras Warna

Taman Bunga

Plang Nama Kawasan Wisata

Sumber: www.thisoldhouse.com

Sumber: berlianmedia.com

Penyesuaian kontras warna dapat berupa peningkatan variasi warna agar objek wisata terlihat lebih menarik melalui penanaman vegetasi seperti gambar di atas. Kemudian, penyesuaian kontras warna lain dapat berupa penggunaan warna yang termasuk dalam satu tone warna dengan lansekap. Pada gambar plang nama kawasan wisata, warna yang digunakan pada plang masih satu tone. Adapun warna yang digunakan tidak boleh memiliki kontras yang terlalu lemah dengan lansekap karena akan sulit dibaca pengunjung.

Desain yang Sebaiknya Dihindari Agar tidak mengurangi kualitas visual, variasi penggunaan font dan warna pada plang objek wisata harus diperhatikan. Font yang digunakan pada plang sebaiknya cukup 1-2 font dengan hierarki tulisan yang jelas. Hierarki yang dimaksud adalah perbedaan ukuran tulisan. Tulisan yang menjadi fokus utama harus memiliki ukuran yang lebih besar. Hal ini agar informasi pada plang mudah dibaca dan nyaman dipandang. Kemudian, dalam satu plang sebaiknya tidak mencakup lebih dari 2 warna. Jika terdiri dari dua warna, sebaiknya kedua warna masih satu tone atau termasuk dalam kombinasi warna yang harmonis. Berikut merupakan contoh desain yang sebaiknya dihindari.

Terlalu Banyak Variasi Font

Terlalu Banyak Variasi Warna

Sumber: id.pinterest.com

Sumber: koperbunda.com

Daftar Pustaka

Daftar Pustaka

Anonim. (Januari 15, 2021). Jembatan 'Rasa' Australia di Cukang Monteng Garut. CNN Indonesia. Diakses dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210115143556-269594202/jembatan-rasa-australia-di-cukang-monteng-garut Bureau of Land Management Visual Resources. (Tanpa Tahun). Manual H-8410-1 - Visual Resource Inventory. DIakses dari https://blmwyomingvisual.anl.gov/docs/BLM_VRI_H8410.pdf Jelajah Garut. (Maret 14, 2016). Curug Madi: Keindahan Tersembunyi di Sisi Lain Kamojang.

Tulisan pada https://www.jelajahgarut.com/curug-madi-keindahan-tersembunyi-sisi-lainkamojang/ Kristiadi, D. (Tanpa Tahun). Manajemen Sumber Daya Visual: Keterkaitan dengan Usulan/Pembangunan. Diakses dari Bahan Ajar Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Gadjah Mada.

Kristiadi, D. (Tanpa Tahun). Land Use Planning & VRM. Diakses dari Bahan Ajar Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Gadjah Mada.

Kristiadi, D. (Tanpa Tahun). Contrast Rating. Diakses dari Bahan Ajar Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Gadjah Mada.

a Journey of a thousand Miles Begins With a Single Step