Laporan NSDA Hortikultura Sayuran Kabupaten Gresik

NERACA SUMBER DAYA ALAM

HORTIKULTURA SAYURAN KABUPATEN GRESIK

S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS GADJAH MADA 2022

FATIMAH MUTHI SAKINAH 20/460128/TK/50717

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 2 1.1

Latar Belakang ............................................................................................................ 2

1.2

Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

1.3

Tujuan.......................................................................................................................... 3

1.4

Ruang Lingkup ............................................................................................................ 3

BAB II METODE PENELITIAN........................................................................................... 4 2.1

Metode Pengumpulan Data ......................................................................................... 4

2.2

Metode Analisis Data .................................................................................................. 4

2.3

Kerangka Berpikir ....................................................................................................... 5

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH ......................................................................... 6 3.1

Letak Geografis ........................................................................................................... 6

3.2

Kondisi Fisik Wilayah ................................................................................................. 6

3.3

Sosial Kependudukan .................................................................................................. 7

3.4

Ekonomi Wilayah ........................................................................................................ 8

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................. 9 4.1

Analisis Kesesuaian Lahan.......................................................................................... 9

4.2

Analisis Potensi Lahan untuk Sumber Daya Hortikultura Sayuran .......................... 12

4.3

Kondisi Eksisting Sumber Daya Hortikultura Sayuran ............................................ 15

4.4

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Sayuran .................................................... 16

4.5

Keterkaitan NSDA dengan Perekonomian Wilayah ................................................. 18

BAB V INSIGHT DAN REKOMENDASI .......................................................................... 29 BAB VI PENUTUP ................................................................................................................ 30 6.1

Simpulan.................................................................................................................... 30

6.2

Saran .......................................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 31

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam yang dimiliki Indonesia sangat melimpah dan beragam.

Sumber daya alam berperan penting dalam mendukung pembangunan wilayah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga suatu wilayah bisa mencukupi kebutuhannya sendiri bahkan mencukupi kebutuhan wilayah lain. Sebagaimana yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 yang menyatakan bahwa segala sumber daya alam yang terkandung di dalam bumi dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan untuk rakyat sebesar-besarnya, hal tersebut menunjukkan bahwa sumber daya yang tersedia ada untuk dimanfaatkan bagi kepentingan seluruh rakyat Indonesia.

Adapun pemanfaatan sumber daya alam yang berlangsung secara terus-menerus tanpa adanya upaya untuk mempertahankan akan berakibat pada penyusutan cadangan sumber daya alam. Oleh karena itu, diperlukan sistem pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan dengan memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan perhitungan dan analisis Neraca sumber daya alam (NSDA) untuk mengetahui jumlah eksisting sumber daya alam dan proyeksi cadangan di masa depan. Melalui NSDA, pemanfaatan sumber daya alam dapat lebih terkendali.

Kabupaten Gresik yang berada di Provinsi Jawa Timur memiliki kekayaan sumber alam yang melimpah. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan salah satu sektor yang memiliki pemanfaatan lahan terbanyak di Kabupaten Gresik.

Salah satu subsektor dari sektor pertanian adalah subsektor hortikultura. Hortikultura merupakan cabang ilmu pertanian yang mempelajari budidaya sayuran, buah-buahan, biofarmaka, dan tanaman hias. Analisis NSDA pada laporan ini hanya mengambil subsektor hortikultura dengan komoditas sayuran. Adapun analisis ini dilakukan untuk mengetahui luas lahan potensial hortikultura sayuran dan nilai ekonomi yang bisa didapatkan dari pemanfaatan lahan tersebut. Selain itu, analisis ini juga bermaksud untuk mengetahui keterkaitan antara NSDA hortikulturan sayuran dengan perekonomian Kabupaten Gresik.

1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya alam hortikultura sayuran di Kabupaten Gresik?

b. Bagaimana ketersediaan dan cadangan sumber daya alam hortikultura sayuran di Kabupaten Gresik? c. Bagaimana kaitan neraca sumber daya alam hortikultura sayuran dengan PDRB di Kabupaten Gresik? d. Bagaimana rekomendasi arahan kebijakan dan arahan spasial yang sesuai dengan arah perkembangan sumber daya alam hortikultura sayuran di Kabupaten Gresik?

1.3 Tujuan a. Mengetahui potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya alam hortikultura sayuran di Kabupaten Gresik. b. Mengetahui ketersediaan dan cadangan sumber daya alam hortikultura sayuran di Kabupaten Gresik. c. Mengetahui kaitan neraca sumber daya alam hortikultura sayuran dengan PDRB di Kabupaten Gresik. d. Mengetahui rekomendasi arahan kebijakan dan arahan spasial yang sesuai dengan arah perkembangan sumber daya alam hortikultura sayuran di Kabupaten Gresik.

1.4 Ruang Lingkup a. Ruang Lingkup Substansial Dalam analisis laporan ini lingkup substansialnya adalah ketersediaan lahan pertanian serta produksi hortikultura sayuran di Kabupaten Gresik. Kemudian, analisis ini akan menunjukkan potensi dari sumber daya hortikultura secara fisik maupun moneter di Kabupaten Gresik. b. Ruang Lingkup Areal Dalam analisis laporan ini lingkup arealnya mencakup seluruh wilayah Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur yang meliputi 18 kecamatan. c. Ruang Lingkup Temporal Laporan disusun selama tiga bulan yang dimulai dari pengumpulan data, analisis, hingga penyusunan laporan selesai. Penyusunan laporan mengacu pada data sekunder dari berbagai sumber dengan tahun dasar 2017 hingga tahun 2021.

BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder dengan basis tahun dasar 2017. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur dari berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik dan Jawa Timur, Badan Informasi Geospasial, RPJMD Kabupaten Gresik, dan dokumen-dokumen lain dari instansi pemerintah serta pihak terkait yang mendukung proses analisis. Selain itu, referensi dari literatur terkait pertanian hortikultura sayuran dan peranturan perundangundangan yang berlaku juga digunakan.

2.2 Metode Analisis Data a. Metode Analisis Neraca 1. Penentuan Pasiva Pasiva berupa lahan eksisting dengan fungsi dan kegiatan sebagai lahan pertanian hortikulturan sayuran. Analisis dilakukan dengan menggunakan data jumlah produksi dan luas panen untuk menghitung produktivitas dari hortikultura sayuran, sedangkan perhitungan valuasi moneter dilakukan dengan mengalikan jumlah produksi dengan harga komoditas.

2. Penentuan Aktiva Aktiva hortikultura sayuran merupakan potensi lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan hortikultura sayuran secara optimal. Analisis dilakukan dengan melakukan analisis kesesuaian lahan berdasarkan standar-standar yang berlaku dibantu dengan perangkat GIS. 3. Penentuan Cadangan Cadangan dalam neraca sumber daya alam merupakan hasil dari aktiva dikurangi pasiva dan akan mendapatkan hasil berupa neraca fisik dan neraca moneter. b. Metode Analisis Ekonomi 1. Analisis Profiling Ekonomi Analisis ini dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan untuk menentukan struktur ekonomi wilayah, laju pertumbuhan ekonomi masing-masing sektor, serta kemampuan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Gresik

2. Analisis Sektor Unggulan Analisis ini dilakukan melalui analisis gabungan SLQ-DLQ, Tipologi Klassen, Shift-Share, dan model rasio pertumbuhan. Analisis NSDA Hortikultura Sayuran yang dikaitkan dengan ekonomi wilayah Kabupaten Gresik dilakukan untuk mengetahui kontribusi subsektor hortikultura sayuran dalam ekonomi wilayah Kabupaten Gresik seperti PDRB, komoditas unggulan, dan valuasi hortikultura sayuran sebagai bahan baku produksi. Kemudian, aspek-aspek tersebut akan dianalisis korelasinya dengan melihat keterkaitan informasi yang didapatkan.

2.3 Kerangka Berpikir

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1 Letak Geografis

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kecamatan Kabupaten Gresik Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Kabupaten Gresik terletak di Provinsi Jawa Timur yang berada di 112° - 113° Bujur Timur dan 7° - 8° Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Gresik sebesar 1.191,25 km2 dan mencakup 18 kecamatan. Kabupaten Gresik terdiri atas dua bagian yaitu Gresik daratan yang terletak di Pulau Jawa dan Pulau Bawean. Ditinjau dari konstelasinya terhadap Ibukota Provinsi Jawa Timur yakni Surabaya, pusat Kabupaten Gresik berjarak sejauh 28,5 km2 dari pusat Kota Surabaya Kabupaten Gresik berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah Utara, Kota Surabaya di sebelah Timur, Kabupaten Sidoarjo dan Mojokerto di Sebelah Selatan, dan Kabupaten Lamongan di sebelah Barat.

3.2 Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Gresik didominasi topografi datar dengan mayoritas kelerengan 02%. Luas kelerengan datar mencapai 80,59% luas wilayah atau 94.613 Ha. Dengan mayoritas kelerengan datar, Kabupaten Gresik memiliki potensi untuk mudah melakukan pembangunan dan cocok untuk kegiatan di sektor pertanian. Jenis tanah di Kabupaten Gresik terdiri dari tanah aluvial, andosol, grumusol. mediteran, dan regosol.

Sebagian besar jenis tanah di Kabupaten Gresik cocok untuk kegiatan di sektor pertanian. Kabupaten Gresik memiliki iklim tropis dengan temperatur rata-rata berada pada angka 28,5oC dan kelembapan udara rata-rata mencapai 75%.

Kabupaten Gresik memiliki area yang rawan terhadap bencana banjir. Banjir tersebut disebabkan meluapnya Sungai Bengawan Solo dan Kali Lamong. Selain itu, pada daerah pesisir memiliki kerawanan bencana abrasi pantai akibat bertambah tingginya muka air laut.

Guna lahan di Kabupaten Gresik terbagi menjadi kawasan lindung dan budidaya. Penggunaan lahan terbesar di Kabupaten Gresik adalah sawah sebesar 40.434 Ha, diikuti kolam (danau, embung, tambak, dll.) sebesar 40.109 Ha. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pemanfaatan lahan terbesar di Kabupaten Gresik merupakan sektor pertanian dan perikanan.

3.3 Sosial Kependudukan Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Gresik, jumlah penduduk Kabupaten Gresik pada tahun 2021 berjumlah 1.314.895 jiwa. Kecamatan Menganti menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu 127.887 jiwa/9,72% dari total populasi. Letak Kecamatan yang bersebelahan dengan Kota Surabaya memberikan indikasi bahwa Kabupaten Gresik berperan sebagai daerah penyangga dari Kota Surabaya. Kepadatan penduduk bruto Kabupaten Gresik adalah 1.101 jiwa/km2. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Gresik lima tahun terakhir mengalami fluktuasi.

Laju pertumbuhan turun pada tahun 2018-2019 lalu Kembali naik di periode 20192020. Namun laju pertumbuhan kembali tarun di periode 2020-2021. Namun jika dilihat dalam 5 tahun terakhir, laju pertumbuhan 5 tahun berada pada angka positif, yaitu 0,00068.

Penduduk usia muda dibandingkan penduduk tua memiliki jumlah yang hampir sama. Jumlah penduduk usia mudayang banyak dapat dimanfaatkan oleh Kabupaten Gresik. Dependency ratio Gresik berada dalam kategori rendah, yaitu 40%. Artinya tiap 100 penduduk usia produktif menanggung 42 penduduk usia non produktif. IPM Kabupaten Gresik terus meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Pada tahun 2021, IPM mencapai 76,5. Angka ini termasuk kategori tinggi.

3.4 Ekonomi Wilayah 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40%

47,99

47,78

47,95

49,59

50,03

7,61

8,21

7,62

5,96

6,79

8,28

7,7

7,41

7,7

7,03

2017

2018

2019

2020

2021

30% 20% 10% 0%

Gambar 3.2 Struktur Ekonomi Kabupaten Gresik Sumber: Kabupaten Gresik Dalam Angka, 2022

Berdasarkan grafik struktur ekonomi di atas dapat disimpulkan bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor dengan kontribusi PDRB terbesar selama tahun 2017 – 2021. Hal ini karena Kabupaten Gresik merupakan wilayah yang diperuntukan sebagai wilayah industri berdasarkan RTRW yang berlaku. Konstribusi sektor terbesar kemudian diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran, sektor konstruksi, dan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.

BAB IV HASIL ANALIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kesesuaian Lahan Kesesuaian lahan merupakan analisis yang digunakan untuk menentukan kecocokan suatu lahan berdasarkan kriteria-kriteria yang menunjukkan sesuai tidaknya suatu penggunaan lahan dengan fungsi peruntukkan lahan. Analisis kesesuaian lahan terbagi menjadi tiga peruntukkan yaitu kawasan lindung, kawasan penyangga dan kawasan budidaya. Kawasan lindung merupakan kawasan yang diperuntukkan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup maupun budaya. Kawasan penyangga merupakan kawasan pendukung kawasan lindung yang fungsi peruntukkannya dibatasi.

Kawasan budidaya merupakan kawasan yang dimanfaatkan untuk budidaya atas dasar kondisi dan potensi SDA. Adapun tingkat kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan beberapa kriteria seperti yang ditetapkan pada SK Mentan No. 837/KPTS/UM/11/1980 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung. Kriteria yang diambil untuk menentukan kesesuaian lahan di antaranya adalah kelerengan, jenis tanah, curah hujan, kawasan rawan bencana, sempadan sungai besar, dan keberadaan hutan lindung. Kemudian, dari keenam variabel tersebut dilakukan overlay dan skoring untuk menentukan tingkatan kesesuaian lahan. Berikut merupakan rincian kriteria kesesuaian lahan berdasarkan SK Mentan No. 837/KPTS/UM/11/1980.

Tabel 4.1 Kriteria Kesesuaian Lahan Fisik Kelerengan Jenis Tanah Curah Hujan Kawasan Rawan Bencana Sempadan Sungai Besar Hutan Lindung

Klasifikasi 0 - 40% > 40% Aluvial, Mediteran, Andosol, Grumosol Regosol < 4500 mm/th > 4500 mm/th Bebas Bencana Rawan Bencana Dalam Garis Sempadan Luar Garis Sempadan Bukan Hutan Lindung Hutan Lindung

Keterengan Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sesuai

Bobot 20% 15% 10% 20% 15% 20%

Skor 0 20 0 15 0 10 0 20 0 15 0 20

Sumber: SK Mentan No. 837/KPTS/UM/11/1980 Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan mengumpulkan data kelerengan, jenis tanah, curah hujan, kawasan rawan bencana, sempadan sungai besar, dan keberadaan hutan lindung di Kabupaten Gresik. Kemudian setiap variabel dilakukan skoring dan dipetakan. Pada peta kesesuaian lahan, akan ditunjukkan segmentasisegmentasi lahan yang menunjukkan kesesuaiannya untuk diperuntukkan sebagai kawasan lindung, kawasan penyangga, dan kawasan budidaya.

Berdasarkan data yang diperoleh, Kabupaten Gresik didominasi oleh kelerengan datar 0-8%, jenis tanah aluvial, curah hujan di bawah 2000 mm/th, kawasan bebas bencana, area di luar sempadan sungai, dan area bukan hutan lindung.

Gambar 4.1 Peta Kelerengan

Gambar 4.2 Peta Jenis Tanah

Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Gambar 4.3 Peta Curah Hujan

Gambar 4.4 Peta Rawan Bencana

Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Gambar 4.5 Peta Sempadan Sungai Besar

Gambar 4.6 Peta Hutan Lindung

Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Dengan metode skoring, masing-masing variabel yang sesuai untuk menjadi kawasan lindung diberi skor 1 yang dikalikan dengan bobotnya masing-masing, sedangkan variabel yang tidak sesuai diberi skor 0. Kemudian, dengan melakukan metode weighted overlay, dapat diketahui bahwa kawasan budidaya menjadi kawasan yang mendominasi di Kabupaten Gresik dan dapat dioptimalkan pemanfaatan sumber daya alamnya. Adapun kawasan lindung di Kabupaten Gresik harus dipertahankan dan dijaga kelestariannya.

Gambar 4.7 Peta Kesesuaian Lahan Sumber: Analisis Penyusun, 2022

4.2 Analisis Potensi Lahan untuk Sumber Daya Hortikultura Sayuran Analisis potensi lahan untuk sumber daya hortikultura sayuran dilakukan untuk mengetahui luasan lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan pertanian hortikultura sayuran. Hasil analisis ini berupa nilai aktiva dari analisis NSDA hortikultura sayuran.

Metode analisis dilakukan dengan menggunakan metode skoring 1-0 dan weighted overlay berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Berikut merupakan kriteriakriteria yang digunakan untuk memperoleh kesesuaian lahan hortikultura sayuran.

Tabel 4.2 Kriteria Kesesuaian Lahan Hortikultura Sayuran Fisik Kelerengan Jenis Tanah Curah Hujan Kawasan Budidaya Fungsi Permukiman Kawasan Rawan Banjir Jarak dari Sungai Fungsi Pertanian

Klasifikasi > 40% 0 - 40% Mediteran, Grumosol Aluvial, Andosol, Regosol Kurang/Lebih dari 3001 – 3501 mm/th 3001 – 3501 mm/th Bukan Kawasan Budidaya Kawasan Budidaya Lahan dengan Fungsi Permukiman Bukan Lahan dengan Fungsi Permukiman Rawan Bencana Banjir Bebas Bencana Banjir > 1000 m 0 – 1000 m Bukan Lahan dengan Fungsi Pertanian Lahan dengan Fungsi Pertanian

Keterengan Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sesuai

Skor 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1

Sumber: SK Mentan No. 837/KPTS/UM/11/1980

Gambar 4.8 Peta Kesesuaian Kelerengan

Gambar 4.9 Peta Kesesuaian Jenis Tanah

Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Gambar 4.10 Peta Kesesuaian Curah Hujan Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Gambar 4.12 Peta Kesesuaian Fungsi Permukiman Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Gambar 4.11 Peta Kesesuaian Kawasan Budidaya Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Gambar 4.13 Peta Kesesuaian Rawan Banjir Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Gambar 4.14 Peta Kesesuaian Jarak dari Sungai

Gambar 4.15 Peta Kesesuaian Fungsi Pertanian

Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Gambar 4.16 Peta Kesesuaian Lahan Hortikultura Sayuran Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Melalui kriteria-kriteria kesesuaian yang telah ditentukan menggunakan metode skoring dan weighted overlay, ditemukan hasil bahwa lahan yang berpotensi untuk budidaya hortikultura sayuran di Kabupaten Gresik adalah sebesar 30.797,65 Ha.

4.3 Kondisi Eksisting Sumber Daya Hortikultura Sayuran Kondisi eksisting atau pasiva dari sumber daya hortikultura sayuran digunakan untuk menganalisis seberapa besar cadangan lahan hortikultura sayuran di Kabupaten Gresik saat ini. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Gresik, luas panen hortikultura sayuran pada tahun 2021 adalah sebesar 2.694 Ha. Akan tetapi, data masih berupa luas panen yang berarti luasan tanaman yang diambil hasilnya setelah tanaman tersebut cukup umur. Untuk mengetahui luasan lahan sebenarnya dapat menggunakan formulasi sebagai berikut.

Luas panen = luas tanam x masa panen dalam setahun Luas tanam = luas panen / masa panen dalam setahun Tabel 4.3 Pasiva Komoditas Hortikultura Sayuran Komoditas

Masa Panen

Masa Panen

Produksi

Luas Panen

Luas Tanam

Produktivitas

dalam Setahun

(kg)

(ha)

(ha)

(kg/ha) 9.327

Cabai Rawit

100-120 hari

3

15.259.200

1.636

545,33

Cabai Besar

70-80 hari

4

2.177.000

601

150,25

3.622

Terung

90 hari

4

2.024.600

56

14,00

36.154

Tomat

90 hari

4

1.128.300

40

10,00

28.208

Kangkung

90 hari

4

708.400

137

34,25

5.171

Kacang Panjang

50-60 hari

6

636.100

44

7,33

14.457

Bayam

30-45 hari

8

363.800

85

10,63

4.280

Sawi

21-38 hari

9

334.400

67

7,44

4.991

Bawang Merah

60-70 hari

5

165.200

21

4,20

7.867

Ketimun

30-45 hari

8

139.500

7

0,88

19.929

22.936.500

2.694

784,31

134.004

Total

Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Produksi Hortikultura Sayuran Kabupaten Gresik Tahun 2021

Cabai Rawit

Cabai Besar

Kacang Panjang Bayam

Terung

Tomat

Kangkung

Sawi

Bawang Merah

Ketimun

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui luas lahan eksisting hortikultura sayuran pada tahun 2021 adalah sebesar 784,31 Ha. Berdasarkan data yang didapat, dapat diketahui komoditas dengan produksi terbanyak pada tahun

2021 adalah cabai rawit dengan produksi sebesar 15.259.200 Kg atau sebesar 66,5% dari total produksi sayuran di Kabupaten Gresik.

Setelah mendapatkan luas tanam dari masing-masing komoditas, dapat dihitung valuasi moneter menggunakan standar harga produsen di wilayah terkait sebagai berikut.

Tabel 4.4 Valuasi Moneter Komoditas Hortikultura Sayuran Komoditas

Produksi (kg)

Harga per Kg (Rp)

Valuasi Moneter Pasiva (Rp)

Cabai Rawit

15.259.200

56.666

864.677.827.200

Cabai Besar

2.177.000

36.000

78.372.000.000

Terung

2.024.600

15.500

31.381.300.000

Tomat

1.128.300

8.000

9.026.400.000

Kangkung

708.400

11.000

7.792.400.000

Kacang Panjang

636.100

15.000

9.541.500.000

Bayam

363.800

16.000

5.820.800.000

Sawi

334.400

12.000

4.012.800.000

Bawang Merah

165.200

30.000

4.956.000.000

Ketimun

139.500

8.500

1.185.750.000

Total

22.936.500

1.016.766.777.200

Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Valuasi moneter didapatkan dari hasil perkalian produksi eksisting 2021 dengan standar harga per masing-masing komoditas. Dengan demikian, hasil pendapatan produksi eksisting atau valuasi moneter hortikultura sayuran saat ini sebanyak Rp1.016.766.777.200.

4.4 Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Sayuran 4.5.1 Neraca Fisik Neraca fisik digunakan untuk mengetahui cadangan luas lahan potensial untuk mengetahui cadangan produksi dan produktivitas tanaman hortikultura sayuran di Kabupaten Gresik. Cadangan lahan hortikultura sayuran diperoleh dari mengurangi luas lahan potensial (aktiva) dengan luas lahan yang sudah dimanfaatkan (pasiva). Dalam kasus Kabupaten Gresik, hortikultura sayuran memiliki luas lahan eksisting sebesar 784,31 ha dan potensi lahan sebesar 30.797,65 Ha. Dengan demikian, luas cadangan lahan hortikultura sayuran adalah sebesar 30.013,34 Ha.

Tabel 4.5 Neraca Fisik Hortikultura Sayuran Komoditas

Cabai

Produksi (kg)

Luas Tanam

Produktivitas

(ha)

(kg/ha)

Persentase

Luas Cadangan

Luas Lahan

Lahan per

(%)

Komoditas (ha)

Cadangan Produksi (kg)

15.259.200

545,33

9.327

69,53

20.868,34

194.641.947

2.177.000

150,25

3.622

19,16

5.749,64

20.826.887

Terung

2.024.600

14,00

36.154

1,79

535,74

19.368.910

Tomat

1.128.300

10,00

28.208

1,28

382,67

10.794.202

Kangkung

708.400

34,25

5.171

4,37

1.310,65

6.777.109

636.100

7,33

14.457

0,94

280,63

4.056.954

Bayam

363.800

10,63

4.280

1,35

406,59

1.740.198

Sawi

334.400

7,44

4.991

0,95

284,88

1.421.837

165.200

4,20

7.867

0,54

160,72

1.264.346

Rawit Cabai Besar

Kacang Panjang

Bawang Merah Ketimun

139.500

0,88

19.929

0,11

33,48

667.283

Total

22.936.500

784,31

134.004

100

30.013,34

261.559.673

Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Dengan mengalikan produktivitas dengan luas cadangan lahan, dapat diketahui cadangan produksi hortikultura sayuran. Cadangan produksi hortikultura sayuran di Kabupaten Gresik sejumlah 261.559.673 Kg dapat dicapai apabila semua cadangan lahan seluas 30.013,34 ha secara keseluruhan dimanfaatkan untuk memproduksi hortikultura sayuran.

4.5.2 Neraca Moneter Neraca moneter digunakan untuk mengetahui cadangan pendapatan sumber daya hortikultura sayuran di Kabupaten Gresik. Untuk mengetahui neraca moneter, diperlukan standar harga produsen di wilayah terkait kemudian dikalikan dengan cadangan produksi. Dengan menggunakan hasil analisis neraca fisik, neraca moneter dari sumber daya hortikultura sayuran adalah sebagai berikut.

Tabel 4.6 Neraca Moneter Hortikultura Sayuran Komoditas

Harga per

Produksi

Valuasi Moneter

Cadangan Produksi

Cadangan Moneter

Kg (Rp)

Eksisting (kg)

Pasiva (Rp)

(kg)

(Rp)

Cabai Rawit

56.666

15.259.200

864.677.827.200

194.641.947,15

11.029.580.577.202

Cabai Besar

36.000

2.177.000

78.372.000.000

20.826.887,33

749.767.944.029

Terung

15.500

2.024.600

31.381.300.000

19.368.909,55

300.218.098.070

Tomat

8.000

1.128.300

9.026.400.000

10.794.201,64

86.353.613.152

Kangkung

11.000

708.400

7.792.400.000

6.777.109,32

74.548.202.509

Kacang

15.000

636.100

9.541.500.000

4.056.953,92

60.854.308.834

Bayam

16.000

363.800

5.820.800.000

1.740.197,89

27.843.166.237

Sawi

12.000

334.400

4.012.800.000

1.421.836,60

17.062.039.197

30.000

165.200

4.956.000.000

1.264.346,09

37.930.382.592

Panjang

Bawang Merah Ketimun

8.500

Total

139.500

1.185.750.000

667.283,14

5.671.906.674

22.936.500

1.016.766.777.200

261.559.672,64

12.389.830.238.496

Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, cadangan moneter yang didapat apabila seluruh cadangan lahan potensial dimanfaatkan untuk hortikultura sayuran adalah sebesar Rp12.389.830.238.496. Sebagian besar cadangan moneter berasal dari komoditas cabai rawit karena memiliki produksi paling tinggi dan harga paling tinggi dibandingkan komoditas lainnya.

4.5 Keterkaitan NSDA dengan Perekonomian Wilayah 4.5.1 Analisis Ekonomi Makro Wilayah a. Laju Pertumbuhan Ekonomi Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gresik 2017-2021 8 6 4 2 0 -2

2017

2018

2019

2020

2021

-4 -6

Gambar 4.17 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gresik Sumber: Kabupaten Gresik Dalam Angka, 2022

Laju pertumbuhan yang diambil dari nilai PDRB ADHK digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Selama lima tahun terakhir, laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2018, sedangkan laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2020. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gresik mengalami penurunan yang drastis pada tahun 2020 dan mulai bangkit kembali pada tahun 2021 meskipun belum bisa kembali ke kondisi semula. Penurunan terjadi karena adanya pandemi Covid-19.

b. Struktur Ekonomi 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40%

47,99

47,78

47,95

49,59

50,03

7,61

8,21

7,62

5,96

6,79

8,28

7,7

7,41

7,7

7,03

2017

2018

2019

2020

2021

30% 20% 10%

0%

Gambar 4.18 Struktur Ekonomi Kabupaten Gresik Sumber: Kabupaten Gresik Dalam Angka, 2022

Berdasarkan grafik struktur ekonomi di atas dapat disimpulkan bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor dengan kontribusi PDRB terbesar selama 5 tahun terakhir. Sementara itu, sektor pertanian, kehutanan, perikanan menyumbang 7 – 8% pada tahun 2017 – 2021. Sektor ini menjadi penyumbang terbesar kelima selama 5 tahun terakhir. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan sektor yang cukup berpengaruh terhadap perekonomian wilayah. c. PDBR Per Kapita Analisis PDRB perkapita bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan rata-rata penduduk di suatu daerah dalam satu tahun. Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa PDRB perkapita Kabupaten Gresik cenderung meningkat kecuali dari tahun 2019 ke 2020. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendapatan yang diperoleh Kabupaten Gresik dari tahun ke tahun juga terus meningkat. Sementara itu, penurunan

yang terjadi pada tahun 2020 diduga merupakan dampak dari pandemi sehingga sektor-sektor kegiatan tidak berjalan dengan optimal.

4.5.2 Penyerapan Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Pekerjaan Tahun 2020

154.811

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik dan Gas

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi dan Pergudangan

Informasi dan Komunikasi

Keuangan dan Asuransi

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan

Jasa Kemasyarakatan

Lainnya

Menurut data jumlah tenaga kerja berdasarkan sektor pekerjaan pada tahun 2020, sektor pertanian, kehutanan, dan perikana merupakan sektor dengan jumlah tenaga kerja terbanyak sebesar 27,8% di Kabupaten Gresik.

4.5.3 Analisis Sektor Unggulan Wilayah a. Analisis LQ Analisis LQ selain biasa digunakan untuk mengetahui sektor basis dan non basis, analisis LQ juga digunakan untuk menganalisis sektor unggulan.

Analisis ini menentukan kapasitas perdagangan dan melihat tingkat selfsufficiency sektor tertentu di suatu wilayah. Analisis LQ dipengaruhi oleh analisis SLQ (Static LQ) dan DLQ (Dynamic LQ). SLQ menunjukkan tingkatan spesialisasi sektor, sedangkan DLQ menunjukkan tingkat pertumbuhan sektor tertentu di Kabupaten Gresik dibandingkan Provinsi Jawa Timur. Berikut merupakan hasil analisis SLQ dan DLQ.

Tabel 4.7 Analisis SLQ Kategori

Lapangan Usaha PDRB ADHK 2010

A

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

B C D E F G H I

Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air; Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

SLQ 2017

2018

2019

2020

2021

Rata- Sektor Rata

0,59

0.59

0.58

0.58

0.55

0.58

Nonbasis

1,90

1,91

1,87

1,72

1,82

1,84

Basis

1,59 1,71

1,56 1,84

1,55 1,90

1,58 1,98

1,59 1,91

1,57 1,87

Basis Basis

0,61

0,61

0,62

0,62

0,65

0,62

Nonbasis

0,98

1,00

1,03

1,00

1,00

1,00

Basis

0,66

0,66

0,66

0,64

0,64

0,65

Nonbasis

0,71

0,71

0,77

0,82

0,83

0,77

0,22

0,22

0,22

0,22

0,23

0,22

J

Informasi dan Komunikasi

0,75

0,76

0,78

0,78

0,78

0,77

K

Jasa Keuangan dan Asuransi

0,40

0,42

0,42

0,42

0,41

0,41

L

Real Estate

0,73

0,75

0,76

0,76

0,77

0,75

M, N

Jasa Perusahaan

0,34

0,35

0,35

0,39

0,39

0,36

O

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

0,51

0,52

0,52

0,53

0,53

0,52

P

Jasa Pendidikan

0,31

0,32

0,32

0,32

0,33

0,32

Q

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

0,57

0,57

0,57

0,58

0,58

0,58

0,19

0,19

0,20

0,20

0,20

0,20

R,S,T,U Jasa Lainnya

Nonbasis Nonbasis Nonbasis Nonbasis Nonbasis Nonbasis Nonbasis Nonbasis Nonbasis Nonbasis

Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Tabel 4.8 Analisis DLQ Lapangan Usaha PDRB ADHK 2010 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian

Analisis DLQ (2017-2021) gij gj Gi G

DLQ

Keterangan

0,26

3,43

0,705

3,54

0,25

Tidak Prospektif

0,97

3,43

0,684

3,54

2,46

Prospektif

C

Industri Pengolahan

4,00

3,43

4,272

3,54

0,86

D

Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air; Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

3,58

3,43

1,040

3,54

64,20

Tidak Prospektif Prospektif

6,44

3,43

5,204

3,54

2,80

Prospektif

4,53

3,43

3,734

3,54

2,46

Prospektif

3,43

3,43

3,554

3,54

0,99

Tidak Prospektif

Kategori A B

E F G

Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi I dan Makan Minum J Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan K Asuransi L Real Estate M, N Jasa Perusahaan Administrasi O Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Q Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa Lainnya H

4,65

3,43

1,822

3,54

36,28

Prospektif

4,23

3,43

3,456

3,54

2,53

Prospektif

8,51

3,43

7,550

3,54

1,92

Prospektif

3,08

3,43

2,558

3,54

1,89

Prospektif

5,74 5,38

3,43 3,43

4,484 2,894

3,54 3,54

3,16 13,32

Prospektif Prospektif

2,70

3,43

2,008

3,54

3,17

Prospektif

5,65

3,43

4,375

3,54

3,27

Prospektif

7,36

3,43

6,810

3,54

1,59

Prospektif

2,45

3,43

1,536

3,54

5,26

Prospektif

Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Nilai SLQ > 1 menunjukkan sektor basis atau sumber pertumbuhan yang memiliki keunggulan dan hasil sektor tersebut mampu memenuhi kebutuhan wilayahnya serta dapat diekspor ke wilayah lainnya.

Berdasarkan hasil analisis SLQ, terdapat 4 sektor basis yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik dan gas, serta sektor konstruksi. Sementara itu, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan termasuk pada sektor non-basis yang berarti belum mampu memenuhi kebutuhan wilayahnya.

Kemudian, nilai DLQ > 1 menunjukkan bahwa potensi perkembangan suatu sektor pada suatu wilayah lebih cepat dibandingan sektor yang sama pada wilayah yang lebih luas. Berdasarkan hasil analisis DLQ, terdapat 14 sektor yang perkembangannya prospektif, sedangkan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan perkembangannya tidak prospektif. Melalui analisis SLQ dan DLQ, dilakukan analisis gabungan SLQ-DLQ untuk menganalisis sektor unggulan. Berikut merupakan kategori analisis gabungan SLQ-DLQ dan hasil analisisnya.

Tabel 4.9 Kategori Analisis Gabungan SLQ-DLQ SLQ > 1 SLQ < 1

DLQ > 1 Unggulan Berkembang Sumber: Analisis Penyusun, 2022

DLQ < 1 Potensial Terbelakang

Tabel 4.10 Hasil Analisis Gabungan SLQ-DLQ Kategori A B C D E F G H I J K L M, N O P Q R,S,T,U

Lapangan Usaha SLQ DLQ Keterangan Pertanian, Kehutanan, dan 0.58 0,25 Terbelakang Perikanan Pertambangan dan Penggalian 1,84 2,46 Unggulan Industri Pengolahan 1,57 0,86 Potensial Pengadaan Listrik dan Gas 1,87 64,20 Unggulan Pengadaan Air; Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur 0,62 2,80 Berkembang Ulang Konstruksi 1,00 2,46 Unggulan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan 0,65 0,99 Terbelakang Sepeda Motor Transportasi dan 0,77 36,28 Berkembang Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan 0,22 2,53 Berkembang Makan Minum Informasi dan Komunikasi 0,77 1,92 Berkembang Jasa Keuangan dan Asuransi 0,41 1,89 Berkembang Real Estate 0,75 3,16 Berkembang Jasa Perusahaan 0,36 13,32 Berkembang Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan 0,52 3,17 Berkembang Sosial Wajib Jasa Pendidikan 0,32 3,27 Berkembang Jasa Kesehatan dan Kegiatan 0,58 1,59 Berkembang Sosial Jasa Lainnya 0,20 5,26 Berkembang Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Berdasarkan hasil analisis gabungan SLQ-DLQ, sektor pertambangan dan penggalian, pengadaan listrik dan gas, serta kontrusksi menjadi atau akan menjadi sektor basis di masa mendatang di Kabupaten Gresik.

Sementara itu, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan termasuk sektor terbelakang di Kabupaten Gresik. b. Analisis Shift-Share Analisis shift-share dilakukan untuk mengetahui pergeseran suatu sektor pada wilayah tertentu terhadap sektor yang sama pada tingkat yang lebih tinggi serta dapat digunakan untuk mengetahui sektor unggulan yang kompetitif dalam suatu wilayah. Analisis ini menggunakan data PDRB

ADHK Kabupaten Gresik, Jawa Timur, dan Indonesia. Berikut merupakan hasil analisis shift-share Kabupaten Gresik pada tahun 2021.

Tabel 4.11 Hasil Analisis Shift-Share Kategori A B C D

Nij

Analisis Shift Share Mij Cij Dij

Keterangan

21.301,2

-17089,1 -5836,8 -1624,7

Tertinggal

Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian

33.017,4 -26675,1 -15389,5 -9047,1 Tertinggal Industri Pengolahan 16.6301,7 34293,9 -13153,8 187441,7 Berkembang Pengadaan Listrik dan Gas 1.880,2 -1327,8 1349,0 1901,4 Potensial Pengadaan Air; Pengelolaan E Sampah, Limbah, dan Daur 219,6 103,6 76,3 399,5 Unggulan Ulang F Konstruksi 32.536,9 1746,3 7353,0 41636,2 Unggulan Perdagangan Besar dan Eceran; G Reparasi Mobil dan Sepeda 42.412,8 6589,6 -7907,5 41094,9 Berkembang Motor H Transportasi dan Pergudangan 7.689,9 -3736,4 6147,6 10101,2 Potensial Penyediaan Akomodasi dan I 4.189,8 -106,5 923,2 5006,5 Potensial Makan Minum J Informasi dan Komunikasi 16.688,0 18903,7 4478,4 40070,1 Unggulan K Jasa Keuangan dan Asuransi 3.716,0 -1028,7 398,9 3086,1 Potensial L Real Estate 4.679,0 1242,4 1665,4 7586,8 Unggulan M, N Jasa Perusahaan 981,6 -180,2 690,5 1491,9 Potensial Administrasi Pemerintahan, O Pertahanan, dan Jaminan Sosial 3.923,8 -1695,9 764,8 2992,7 Potensial Wajib P Jasa Pendidikan 3.065,1 727,3 1099,6 4892,0 Potensial Jasa Kesehatan dan Kegiatan Q 1.438,4 1328,7 223,5 2990,6 Potensial Sosial R,S,T,U Jasa Lainnya 945,2 -534,0 243,0 654,2 Potensial

Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Berdasarkan

hasil

analisis,

ditemukan

bahwa

pengadaan

air,

pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang; konstruksi; informasi dan komunikasi; dan real estate merupakan sektor yang berpengaruh besar terhadap perekonomian Kabupaten Gresik. Sementara itu, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan termasuk pada sektor tertinggal. c. Analisis Tipologi Klassen Analisis Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan nilai PDRB suatu sektor pada suatu wilayah dengan PDRB sektor yang sama pada wilayah yang lebih tinggi hierarkinya serta membandingkan laju pertumbuhan PDRB antara keduanya. Analisis ini digunakan untuk mengetahui sektor yang berkontribusi paling besar terhadap PDRB dan memiliki laju pertumbuhan tinggi. Berikut merupakan hasil analis Tipologi Klassen.

Tabel 4.12 Hasil Analisis Tipologi Klassen Kate gori

Lapangan Usaha

A

Kabupaten Gresik

Jawa Timuur

Keterangan

rij

yij

Rij

Yij

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

0,02

0,08

0,03

0,12

Sektor relatif tertinggal

B

Pertambangan dan Penggalian

0,07

0,07

0,07

0,04

Sektor maju dan tumbuh pesat

C

Industri Pengolahan

0,07

0,49

0,07

0,30

Sektor maju dan tumbuh pesat

D

Pengadaan Listrik dan Gas

0,06

0,01

0,03

0,00

Sektor maju dan tumbuh pesat

E

Pengadaan Air; Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang

0,07

0,0006

0,06

0,0009

Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat

F

Konstruksi

0,05

0,095

0,044

0,095

Sektor maju dan tumbuh pesat

G

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

0,06

0,13

0,07

0,18

Sektor relatif tertinggal

H

Transportasi dan Pergudangan

0,06

0,02

0,03

0,03

Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat

I

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

0,07

0,01

0,06

0,06

Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat

J

Informasi dan Komunikasi

0,09

0,04

0,09

0,05

Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat

K

Jasa Keuangan dan Asuransi

0,06

0,01

0,05

0,03

Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat

L

Real Estate

0,09

0,01

0,07

0,02

Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat

M, N Jasa Perusahaan

0,08

0,00

0,06

0,01

Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat

O

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

0,07

0,01

0,06

0,02

Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat

P

Jasa Pendidikan

0,07

0,01

0,06

0,03

Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat

Q

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

0,1

0,00

0,09

0,01

Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat

R, S, Jasa Lainnya T, U

0,05

0,00

0,04

0,01

Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat

Produk Domestik Regional Bruto

0,06

1,00

0,06

1,00

Sumber: Analisis Penyusun, 2022

Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui terdapat 4 sektor ekonomi yang maju dan tumbuh pesat, yaitu pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; pengadaan listrik dan gas; dan konstruksi. Sementara itu, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan termasuk pada sektor yang relatif tertinggal. d. Kesimpulan Analisis sektor unggulan di Kabupaten Gresik ditentukan melalui overlay dari 3 jenis analisis yaitu LQ, shift-share, dan Tipologi Klassen.

Kemudian, dilakukan skoring untuk menentukan peringkat masing-masing sektor. Untuk sektor unggulan diberi skor 4, sektor potensial diberi skor 3, sektor berkembang diberi skor 2, dan sektor terbelakang diberi skor 1.

Tabel 4.13 Hasil Analisis Skoring Sektor Unggulan Kategori

Sektor/Lapangan Usaha

LQ

Skor Shift Tipologi Share Klassen

Pertanian, Kehutanan, dan 1 1 1 Perikanan Pertambangan dan B 4 1 4 Penggalian C Industri Pengolahan 3 2 4 Pengadaan Listrik dan D 4 3 4 Gas Pengadaan Air, E Pengelolaan Sampah, 2 4 2 Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi 4 4 4 Perdagangan Besar dan G Eceran; Reparasi Mobil 1 2 1 dan Sepeda Motor Transportasi dan H 2 3 2 Pergudangan Penyediaan Akomodasi I 2 3 2 dan Makan Minum Informasi dan J 2 4 2 Komunikasi Jasa Keuangan dan K 2 3 2 Asuransi L Real Estate 2 4 2 M, N Jasa Perusahaan 2 3 2 Administrasi O Pemerintahan, Pertahanan 2 3 2 dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 2 3 2 Jasa Kesehatan dan Q 2 3 2 Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa Lainnya 2 3 2 Sumber: Analisis Penyusun, 2022 A

Nilai Akhir

Peringkat

3

7

9

3

9

3

11

2

8

4

12

1

4

6

7

5

7

5

8

4

7

5

8 7

4 5

7

5

7

5

7

5

7

5

Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa sektor unggulan di Kabupaten Gresik merupakan sektor konstruksi. Sementara itu, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan berada di peringkat paling bawah sebagai sektor terbelakang. Padahal, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan sektor yang berkontribusi terbesar kelima dalam PDRB Kabupaten Gresik. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan pertanian, kehutanan, dan perikanan yang optimal agar dapat berkembang menjadi salah satu sektor yang potensial di Kabupaten Gresik.

4.5.4 Keterkaitan NSDA Hortikultura Sayuran dengan Ekonomi Wilayah Komoditas unggulan pada sektor pertanian hortikultura sayuran dapat diketahui melalui analisis LQ. Hasil dari analisis LQ menunjukkan peranan suatu komoditas dalam suatu wilayah dibandingkan dengan peranan komoditas yang sama di wilayah yang tingkatannya lebih tinggi, yaitu Jawa Timur. Untuk itu, diperlukan data jumlah produksi setiap komoditas di Kabupaten Gresik maupun di Jawa Timur. Berikut merupakan hasil analisis perhitungan LQ. Tabel 4.14 Hasil Analisis Komoditas Unggulan Hortikultura Sayuran Komoditas

Harga (Rp)

Produksi (kg) Kabupaten Gresik

Jawa Timur

Valuasi Moneter (Rp) Kabupaten Gresik

LQ Jawa Timur

Cabai Rawit

56.666

15.259.200 654.415.000

864.677.827 37.083.080.390 1,39 .200 .000

Cabai Besar

36.000

2.177.000 127.372.900

78.372.000. 4.585.424.400.

1,02 000 000

Terung

15.500

2.024.600

90.520.400

31.381.300. 1.403.066.200.

1,33 000 000

Tomat

8.000

1.128.300

93.123.500

9.026.400.0 744.988.000.00 0,72 00 0

Kangkung

11.000

708.400

38.478.000

7.792.400.0 423.258.000.00 1,10 00 0

Kacang Panjang

15.000

636.100

38.070.000

9.541.500.0 571.050.000.00 1,00 00 0

Bayam

16.000

363.800

13.760.200

5.820.800.0 220.163.200.00 1,58 00 0

Sawi

12.000

334.400

82.612.700

4.012.800.0 991.352.400.00 0,24 00 0

Bawang Merah

30.000

165.200 473.618.300

4.956.000.0 14.208.549.000 0,02 00 .000

Ketimun

8.500

139.500

1.185.750.0 455.343.300.00 0,16 00 0

Total

53.569.800

1.665.540.8 1.016.766.7 60.686.274.890 00 77.200 .000 Sumber: Analisis Penyusun, 2022 22.936.500

Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa komoditas basis dengan nilai LQ > 1 pada hortikultura sayuran di Kabupaten Gresik adalah komoditas cabai rawit, cabai besar, terung, kangkung, dan bayam. Komoditas unggulan menunjukkan komoditas tersebut memiliki peranan yang lebih besar bagi perekonomian Kabupaten Gresik maupun Provinsi Jawa Timur.

BAB V INSIGHT DAN REKOMENDASI Berdasarkan RPJMD Kabupaten Gresik 2021-2026, terdapat salah satu rencana program pembangunan pertanian yaitu Nawa Karsa. Nawa Karsa atau sembilan navigasi perubahan merupakan strategi pembangunan untuk mendukung terwujudnya visi dan misi Kabupaten Gresik. Dari sembilan program Nawa Karsa, Nawa Karsa keempat merupakan program Gresik Agropolitan. Gresik Agropolitan memiliki tiga output kunci yaitu Go Tani, pengembangan kawasan agropolitan, dan peningkatan kesejahteraan petani herbal yang diwujudkan melalui program penyediaan dan pengembangan sarana prasarana pertanian, program penyuluhan pertanian, serta program peningkatan diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat.

Selain itu, berdasarkan RTRW Kabupaten Gresik 2010-2030, terdapat rencana pengembangan kawasan strategis berupa kawasan pertanian dan agroindustri di Kecamatan Panceng dengan memanfaatkan pengairan Bendung Gerak Sembayat. Strategi pengembangan kawasan tersebut di antaranya berupa penyedian sarana prasarana pertanian, pemberian keringanan retribusi, dan penelusuran potensi kawasan atau subsektor strategis yang bisa dikembangkan.

Adanya rencana program yang berfokus pada pengembangan kawasan pertanian dapat membantu mendukung perkembangan sektor pertanian. Kemudian, analisis NSDA dapat menjadi salah satu acuan dalam mewujudkan pengembangakan kawasan agropolitan dan agroindustri tersebut untuk mengoptimalkan penggunaan lahan demi keuntungan ekonomi melalui pemanfaatan lahan yang berkelanjutan. Dengan memanfaatkan lahan hortikultura sayuran secara optimal, subsektor ini dapat memberikan tambahan sebesar Rp12,4 triliun sesuai dengan nilai cadangan moneter yang dihasilkan melalui analisis NSDA hortikultura sayuran. Pengembangan sektor ini dapat mendorong pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang saat ini masih menjadi sektor yang relatif tertinggal. Berkembangnya sektor ini juga dapat turut mengembangkan sektor lain seperti sektor industri pengolahan karena hasil dari komoditas hortikultura sayuran dapat diolah lagi di sektor industri pengolahan.

BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan Melalui analisis NSDA, subsektor hortikultura sayuran memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut agar pemanfaatannya lebih optimal sehingga dapat meningkatkan perekonomian Kabupaten Gresik. Analisis ini digunakan untuk menghitung luasan cadangan lahan yang ditentukan berdasarkan kesesuaian lahan yang dipengaruhi oleh beberapa kriteria.

Kabupaten Gresik memiliki potensi lahan hortikultura sebesar 30.797,65 ha dan 30.013,34 di antaranya merupakan lahan cadangan yang belum dimanfaatkan. Apabila lahan cadangan tersebut dimanfaatkan secara optimal, produksi hortikultura sayuran dapat bertambah sebesar 261.559.673 kg dengan valuasi moneter sebesar Rp12,4 triliun. Komoditas unggulan hortikultura sayuran di Kabupaten Gresik di antaranya adalah cabai rawit, cabai besar, terung, kangkung, dan bayam. Komoditas unggulan tersebut berpotensi untuk menjadi sektor basis di Kabupaten Gresik.

Apabila hasil analisis NSDA ini dijadikan pertimbangan bagi pemerintah Kabupaten Gresik dalam memanfaatkan lahan secara optimal, perekonomian Kabupaten Gresik akan ikut meningkat serta akan membuka peluang penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak. Adanya peningkatan perekonomian dan peningkatan penyerapan tenaga kerja akan turut serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Gresik.

6.2 Saran a. Mempercepat masa panen hortikultura sayuran untuk meningkatkan hasil produksi dengan melakukan intensifikasi lahan melalui penerapan teknologi. b. Memperluas lahan tanam hortikultura sayuran pada lahan-lahan potensial yang belum dimanfaatkan dengan melakukan ekstensifikasi lahan. Perluasan lahan tanam ini akan mendorong peningkatan produksi komoditas sayuran. c. Mengoptimalkan produksi komoditas unggulan, yaitu cabai rawit, cabai besar, terung, kangkung, dan bayam karena memiliki peranan yang lebih besar bagi perekonomian Kabupaten Gresik. d. Mendorong pengembangan industri pengolahan yang bergerak di bidang hortikultura sayuran karena dapat menghasilkan valuasi moneter yang lebih tinggi sehingga lebih menguntungkan bagi perekonomian.

DAFTAR PUSTAKA Hairiah, K, Noordwijk, M. (2006). Intensifikasi Pertanian, Biodiversitas Tanah dan Fungsi Agro-Ekosistem. AGRIVITA, 28:3.

Kabupaten Gresik Dalam Angka 2022 Peraturan Mentan No.41/Permentan/OT.140/9/2009 tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian Renstra Dinas Pertanian Kabupaten Gresik 2021-2026 RPJMD Kabupaten Gresik 2021-2026 RTRW Kabupaten Gresik 2010-2030 Statistik Hortikultura Kabupaten Gresik 2022 SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung SNI 19-6728-3-2015 tentang Penyusunan Neraca Spasial Sumber Daya Alam