Detik 100

Page 134

BISNIS

akan naik. Ia akan memilih satu yang diperhitungkan bakal naik, misalnya PT Astra International Tbk, PT HM Sampoerna Tbk, PT Indosat Tbk, atau satu dari 45 saham yang masuk indeks LQ45. Sebaliknya, reksa dana ETF tidak memilih hanya satu saham. Mereka membeli saham semua perusahaan yang ada di LQ45. Dengan demikian, setiap kali LQ45 naik, misalnya, nilai reksa dana juga akan naik. Tidak perlu manajer investasi yang sejago Warren Buffet, asalkan dana disebar, maka akan ikut pergerakan indeks, yang dalam beberapa tahun naik. Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada 2009, misalnya, masih di bawah 1.500. Sekarang, hanya selang empat tahun, sudah di kisaran 5.000. Kenaikan ini berarti indeks sudah naik tiga kali lipat lebih. Dengan ETF yang disebar di saham-saham dihitung di IHSG, nilai reksa dana juga akan naik tiga kali lipat lebih. Ide menyebar pembelian saham ke banyak emiten itu dikembangkan oleh Fama sejak 1960-an. Alasannya, menurut Fama, harga saham tidak mungkin bisa diperkirakan bakal naik atau turun. Percuma saja berusaha menganalisis apakah harga saham itu bakal naik atau turun. Ia bahkan tidak percaya ada manajer investasi yang bisa memilih saham yang bakal naik harganya. “Sulit, bahkan tidak mungkin, menyebut siapa manajer investasi yang bagus,� kata Fama suatu ketika. Karena itu, Fama mengembangkan teori menyebar dana investasi ke seluruh saham yang masuk indeks tertentu. Teori ini pertama kali dipraktekkan oleh John C. Bogle. Saat membuat skripsi di Universitas Princeton, Bogle melakukan riset dan menemukan bahwa 75

ETF JUGA MEMBUAT VANGUARD MENJADI PERUSAHAAN PENERBIT REKSA DANA TERBESAR DI AMERIKA SERIKAT SEJAK 2010.

MAJALAH DETIK 28 OKTOBER - 3 NOVEMBER 2013


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.