Penguatan Ekonomi Digital Antara Budaya dan Berdaya | Majalah falah Edisi XIV

Page 1

XIV I Desember 2022 Laporan Utama Merekam Makna Kota Lama: Cerita Setitik dan Eksplorasi Batik Semarang Jessie Setiawati (Owner Setitik) Akademisi Pembudayaan Gaya Hidup Ekonomi Bagi Masyarakat Desa Wisata Prof. Dr. H. Mujiyono M.A. Wawancara Desa Wisata Lerep Berdayakan Ekonomi Masyarakat Lokal Susiyanto (Ketua Desa Wisata Lerep) KA forshei Pelestarian Produk Industri Berbasis Budaya dan Kearifan Lokal Muhammad An’im Jalal, S.H
Edisi
JUARA HARAPAN I Karya Tulis Ekonomi Syariah se Jateng-DIY KTEI pada TEMILREG FoSSEI JUARA II Cerdas Cermat Perguruan Tinggi dalam rangka HUT Bank Indonesia ke- 59 Forshei resmi masuk menjadi anggota dari FoSSEI Nasional 1 tahun setelah pembentukan. Diprakarsai oleh sekelompok mahasiswa jurusan Muamalah 2004 dan dukung oleh angkatan 2006. PEMBENTUKAN FORSHEI 2008 2009 2012 JUARA I DEI pada TEMILKOM Semarang FoSSEI JUARA I Artikel Ilmiah Ekonomi Islam pada TEMILKOM FoSSEI JUARA III KTEI pada TEMILREG Jawa Tengah FoSSEI 2013 JUARA III KTEI pada TEMILREG Jawa Tengah FoSSEI JUARA III OEI pada TEMILKOM Semarang FoSSEI 10 BESAR Business Plan pada TEMILNAS FoSSEI JUARA I OEI pada TEMILREG Jawa Tengah FoSSEI JUARA I OEI pada TEMILREG Jawa Tengah FoSSEI 2014 2015 2016 JUARA II KTEI pada TEMILREG Jawa Tengah FoSSEI JUARA II OEI pada TEMILKOM Semarang FoSSEI JUARA II & III MTQ pada TEMILKOM Semarang FoSSEI JUARA III OEI pada TEMILREGl Jawa Tengah FoSSEI 10 BESAR Simposium pada TEMILNAS FoSSEI JUARA III OEI pada TEMILKOM Semarang FoSSEI JUARA I OEI pada TEMILREG Jawa Tengah FoSSEI JUARA I Infografis pada TEMILREG JATENG FoSSEI JUARA III KTEI pada TEMILREG JATENG FoSSEI 10 BESAR Simposium pada TEMILNAS JATENG FoSSEI 2017 2018 JUARA UMUM TEMILREG Jawa Tengah FoSSEI JUARA I & III Infografis pada TEMILREG Jawa Tengah FoSSEI JUARA II KTEI pada TEMILREG Jawa Tengah FoSSEI 2019 JUARA I Video Grafis pada TEMILREG Jawa Tengah FoSSEI JUARA I & III OEI pada TEMILREG Jawa Tengah FoSSEI JUARA I OEI pada TEMILNAS FoSSEI 10 BESAR Simposium pada TEMILNAS FoSSEI JUARA II National Islamic Economic Competition FEIS 2019 JUARA II Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional Economic Law Event JUARA III National Islamic Economic Competition FEIS JUARA I, II & FAVORIT Infografis pada Sharia Economic Competition JUARA UMUM TEMILREG Jateng FoSSEI JUARA I & III Videografis TEMILREG Jateng FoSSEI JUARA III Business Plan TEMILREG Jateng FoSSEI 10 Besar 2020 Lomba Menulis Artikel Kampanye Nasional FoSSEI JUARA II Lomba Essay Nasional HMJ HES UIN Walisongo JUARA II & III JUARA I JUARA I JUARA I Infografis Nasional Festival Perbankan 2.0 UIN Walisongo JUARA HARAPAN III OEI SESO IPB 2020 Bussines Plan Compotition Nasional KOBI UIN Walisongo Bussines Plan Competition Nasional KOBI UIN Walisongo Essay SHEVENT FoSSEI Komisariat Semarang JUARA I & II Video Informatif SHEVENT FOSSEI Komisariat Semarang JUARA UMUM Sharia Economic Event (SHEVENT) FoSSEI Komisariat Semarang 2021 JUARA I OEI pada TEMILREG Jawa Tengah FoSSEI JUARA I & II Vidiografis pada TEMILREG Jawa Tengah FoSSEI JUARA II LKTI pada Section di Pekalongan JUARA UMUM TEMILREG Jateng FoSSEI 2022 JUARA III Bussiness Plan SEE VII JUARA UMUM Sharia Economic Event (SHEVENT) FoSSEI Komisariat Semarang JUARA I II III Video Infografis SHEVENT FoSSEI Komisariat Semarang JUARA II & III Olimpiade Ekonomi Islam SHEVENT FoSSEI Komisariat Semarang JUARA III Essay SHEVENT FoSSEI Komisariat Semarang KETERANGAN KTEI DEI OEI TEMILKOM : Karya Tulis Ekonomi Islam : Debat Ekonomi Islam : Olimpiade Ekonomi Islam : Temu Ilmiah Komisariat TEMILREG TEMILNAS FoSSEI : Temu Ilmiah Regional : Temu Ilmiah Nasional : Forum Silaturrahim Studi Ekonomi Islam Akademisi Praktisi LKS -Juni 2022Karyawan 34% 29% 10% 8% 19% Lainlain Bisnis DATASEBARAN PROFESIALUMNI FORSHEI DATAKELUARGA ALUMNI FORSHEI -Juni 20222017 2018 2016 2011 2012 2013 2014 2015 2019 2020 2021 JUARA HARAPAN I Temilnas Cabang Olimpiade Ekonomi Islam

#FORINFO

ksei_forshei #forsheibisa
Pelindung Prof. Dr. H. Imam Taufiq, M.Ag. (Rektor UIN Walisongo Semarang) Dr. H. Mohamad Arja Imroni, M.Ag. (Dekan Fakultas Syariah dan Hukum) Dr. H. Muhammad Saifullah, M.Ag. (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam) Dewan Pembina Prof. Dr. H. Abdul Ghofur, M.Ag. Dr. H. Wahab Zaenuri, M.M. Moh. Arifin, S.Ag.,M.Hum. Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag. Saekhu, MH. Dewan Litbang Ahmad Munif, M.S.I. Irham Fukhuluddin, S.EI. Sofa Hasan, S.H.I. Mamduh, S.EI. Asep Saepurrohman, S.E. A. Ghifary R. Nafis, M.E. Ahmad Arief widodo, S.E. Ahmad Ulin Nuha, S.E. Ahmad Fauzi, S.H. Penanggung Jawab Baghas Siwi Wicaksono (Ketua Umum forshei) Pimpinan Redaksi Salsabila Dhiya Alriye Redaktur Pelaksana Imron Chumaedi Fani Ashari Irma Ryanding Tyas Anggi Nofita Sari Hui Aminu Rabih Ulya Khusna Sri Anjani Nanda Kharisma Widiya Shinta Maharani Siti Shofiatus Saadah Qurroti A’yun Sri Wulandari Nurul Fajriatussaadah Mokhamad Ali Ibnu Mubarok Editor M. Fahrur Rozi Alvina Malinda F.F Putri Ayu Agustina S Anggun Puspitasari Fitra Istianah T Nela Aini Najah Cover Fatma Nurrohmah Desainer & Layouter Yumniatul Yumna Dwi Nur Aini Wahyu Budi Utomo Nanik Mifrodah Khulaila Lathuba SUSUNAN REDAKSI DAFTAR ISI 01 02 07 09 11 13 15 21 25 27 18 19 33 35 37 SALAM REDAKSI LAPORAN UTAMA Merekam Makna Kota Lama: Cerita Setitik dan Eksplorasi Batik Semarang KABAR EKONOMI Peran Anak Muda terhadap Pembangunan Ekonomi Kreatif: Aktor atau Figuran? ROLE MODEL Farha Ciciek: Penyelamat Anak Buruh Migran AKADEMISI Pembudayaan Gaya Hidup Ekonomi Bagi Masyarakat Desa Wisata KA FORSHEI Pelestarian Produk Industri Berbasis Budaya dan Kearifan Lokal SAHABAT FORSHEI Cultural Tourism: Menggali Potensi Ekonomi dalam Keragaman Budaya RESENSI BUKU Lestarikan Budaya, Kembangkan Perekonomian INSPIRASI Pekalongan: Lestarikan Warisan Budaya Melalui Branding World’s City of Batik ARTIKEL Menelusuri Sejarah Revolusi Batik Semarang KILAS BALIK WAWANCARA Desa Wisata Lerep Berdayakan Kearifan Lokal The Contribution of Popular Culture to the Performance of the World Economy KHAZANAH TELUSUR Berbagai Program dan Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Lokal 39 31 OPINI Perkuat Digital Marketing, Langkah Awal UMKM dalam Meningkatkan Daya Saing Produk Lokal di Masa Pandemi Covid-19 KHAZANAH ﺔﻓﺎﻘﺛﻟاو ﺔﯾدﺻﺗﻗﻻا لﺻاوﺗﻟا ﻲﻓ نوﺎﻌﺗﻟا ﺔﯾﻣھأ HIBURAN 41 Ide Kreatif Anak Bangsa INFOGRAFIS Akselerasi Tren Budaya dalam Kemajuan Ekonomi Kreatif
Digital Educaon Talkshow Kepenulisan Kelas Asah Skill Forresearch
Agenda forshei
Seminar Zakat

Kami segenap redaktur Majalah Falah edisi ke XIV memanjatkan puji dan syukur atas segala rahmat dan nikmat yang diberikan Allah SWT sehingga majalah ini dapat terbit dan sampai di tangan Pembaca semua. Dengan hangat kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam proses pembuatan majalah kali ini sebagaimana hal tersebut menjadi upaya kita bersama untuk senantiasa merawat kepekaan dan semangat berliterasi.

Tema yang kami angkat “Penguatan Ekonomi Lokal: Antara Budaya dan Berdaya” merupakan hasil refleksi kami terhadap keterkaitan antara dimensi ekonomi dan kebudayaan dalam konteks pemberdayaan. Kami mendapati budaya sebagai subjektivitas kolektif mempunyai peran strategis dalam mengembangkan kehidupan masyarakat, karena apabila kebudayaan diberdayakan dampak positif akan turut mengalir di sekitarnya.

Indonesia terdiri dari berbagai tradisi dan sumber pengetahuan lokal yang sangat kaya dan hidup. Sejak tahun 2019 Indonesia menjadi negara pertama yang memiliki Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) dan dimensi ekonomi budaya menjadi salah satu indikator ketercapaian. Untuk itu di tengah gempuran arus teknologi dan informasi yang semakin kuat, kesadaran mengenai potensi pengoptimalan peran kebudayaan dalam membangun perekonomian mesti terus dilakukan.

Melalui majalah ini kami menghadirkan berbagai tulisan yang membahas isu penguatan ekonomi dengan kebudayaan. Kami menyadari bahwa majalah ini tidak luput dari kekurangan sehingga kami berharap adanya masukan dan saran dari semua pihak agar majalah ini dapat berkembang lebih baik. Semoga majalah ini dapat bermanfaat bagi Para Pembaca.

Assalamua’laikum Warahmatullah Wabarakatuh Wassalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Pimpinan Redaksi Salam Redaksi
1
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya Anggi Novita Sari Irma Ryanding Tyas Sri Wulandari Qurroti A’yun Hui Aminu Rabih Nanda Kharisma Widiya Siti Shofiatus Saadah Ulya Khusna S.A Fani Ashari Nurul Fajriatus saadah Imron Chumaedi M. Ali Ibnu Mubarok Salsabila Dhiya Alriye (Pimpinan Redaksi) Shinta Maharani Salsabila Dhiya Alriye

Merekam Makna Kota Lama: Cerita Setitik dan Eksplorasi Batik Semarang

Tangan-tangan itu nampak

berhati-hati menggoreskan canting di atas kain putih bermotif batik. Mata mereka awas dan fokus mengikuti ritme, kemanapun tangan mereka akan bergerak pada sisi-sisi kain dan membubuhi lilin. Setelahnya detail motif akan terlihat lebih jelas dengan warna coklatkejinggaan. Sekali-kali canting itu diletakkannya di atas wajan panas untuk mencegah cairan di dalamnya menjadi beku. Jarum jam menunjukkan pukul empat sore, sambil menunggu canting siap dipakai kembali, Wuning, Basyiroh, Tasya dan Jessie yang sedang duduk melingkar akan mengobrol, bertukar kabar dan sesekali melempar guyon ringan, suasana-pun langsung terasa akrab dan hangat di penghujung hari Kamis 17 November 2022.

“Setiap canting itu punya ciri khasnya sendiri,” ujar Jessie seraya membubuhi kain di tangannya dengan cairan lilin. Gerakannya luwes dan goresannya terlihat rapi.

Terkadang, ia memberi saran kepada Wuning, Basyiroh dan Tasya tentang bagian kosong mana dari motif yang mesti diisi, ataupun garis mana yang sebaiknya diperjelas. Ia kerap kali juga melontarkan apresiasi sekaligus pujian yang disambut senyum di wajah ketiga perempuan itu.

17 November 2022 merupakan hari yang istimewa bagi Jessie. Pada hari itu tepat satu tahun sudah Jessie bersama dengan Setitik membuat media alternatif belajar membatik secara gratis dan terbuka bagi siapa saja, yang dinamainya sebagai “Mbatik Jalanan”.

Laporan Utama Laporan Utama
2
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya
Setiawati
Salsabila Dhiya Alriye Kader 2019
Jessie
(OwnerSetitik)

Setiap bulan, pada hari Kamis minggu ketiga, Jessie beserta beberapa volunteer dari pekerja toko sekitar Kota Lama juga mahasiswa akan menggelar lesehan di jalanan Kota Lama, Semarang. Namun, jika cuacanya sedang tidak mendukung dan turun hujan, kegiatan Mbatik Jalanan akan dialihkan ke dalam ruangan kafe sekitar, Tokodeko Koffiehuis.

Sore itu, awan hitam besar sedang menggantung di langit Kota Lama dan turun hujan gerimis, akibatnya kegiatan dilakukan di teras dalam kafe, bersebelahan dengan tempat di mana pelanggan biasanya memesan menu. Tak jarang beberapa pelanggan kafe yang penasaran akan datang dan berdiri mengamati dengan sesekali memotret.

Kawan-kawan yang ikut membatik berasal dari ragam latar pekerjaan dan rentang usia. Utamanya adalah mereka yang hidup dan mencari penghidupan di Kota Lama. Seperti Wuning, asli Cilacap yang sekarang tinggal di dekat kawasan, Basyiroh yang bekerja sebagai juru parkir dan Tasya yang berjualan di sekitar Kota Lama. Menurut Jessie ketiganya adalah yang paling konsisten mengikuti kegiatan Mbatik Jalanan selama satu tahun ini.

“Terimakasih ya, saya sudah diajari membatik,” ucap Wuning tersenyum lebar, selepas Setitik merekam video kesan dan pesan selama satu tahun kegiatan.

Petang menyelimuti Semarang, acara Mbatik Jalanan ditutup dengan makan soto bersama dan mengobrol di seberang kafe. Setelah itu Wuning, Basyiroh, Tasya dan Jessie berpisah untuk melanjutkan rutinitas masing-masing.

Mbatik

Ketika mendapat pertanyaan itu, Jessie menjawab dengan menekankan semangat dan nafas gerakan yang dibawa Setitik sejak pertama kali dirintis.

“Ada tiga hal yang mendasari bergeraknya Setitik, yang pertama art tercipta dari motif batiknya sendiri. Kedua story, tercipta dari sejarah bangunan cagar budaya yang diangkat dan sosial,” ujarnya.

Jessie mengatakan tidak ada teori seperti itu; bahwa Setitik akan merugi jika rutin mengadakan Mbatik Jalanan secara gratis. Menurutnya tidak akan pernah, berbagi dengan tulus lantas membuat kita menjadi kekurangan.

Selepas satu tahun ini, perempuan yang merupakan owner dari Setitik itu justru mempunyai keinginan lanjutan untuk membantu kawan-kawan yang ikut Mbatik Jalanan, agar dapat memperoleh pendapatan di luar dari pekerjaan mereka biasanya.

Meskipun sejak awal Jessie tidak pernah menjanjikan hal apapun kepada mereka seperti uang dan hal-hal yang sifatnya materiil, tetapi kemudian Ia melihat batik tulis yang dibuat oleh kawan-kawan layak untuk diperjualbelikan.

Di Balik Tembok Kota Lama: Art, Story dan Sosial Jalanan ini kan gratis, semua biayanya ditanggung Setitik, apa justru nggak rugi?
3 Laporan Utama
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan
Berdaya
Di Balik Tembok Kota Lama: Art, Story dan Sosial

“Hasil-hasil mereka yang memang layak dijual ya akan kita jual. Nah, dari Setitik akan menjual karya ini dengan nominal tertentu. Karena masih baru, nanti hasilnya dikurangi ongkos produksi dan sisanya itu untuk tambahan (penghasilan) mereka. Baru tadi aku umumin karena selama ini mereka juga niatnya hanya belajar,” jelasnya sambil memperlihatkan hasil karya Mbatik Jalanan yang sudah bertransformasi dalam bentuk tote bag berwarna biru, dengan motif batik yang diambil dari Gedung Monod di tengahnya.

“Mereka gumun dengan hasilnya. Bagus,” tambahnya.

Jessie tidak lupa untuk mencantumkan credit dari batik tulis yang telah dibuat oleh kawan-kawan. Ia bersama Setitik berniat me-launching-kan tote bag pada bulan Desember dan manarasikan produk yang dibuat oleh Wuning, Basyiroh dan Tasya itu dengan nama mereka sebagai pembuatnya, serta tentu saja dengan nilainilai sejarah di balik motif tersebut. Tote bag dipilih dengan pertimbangannya sebagai benda yang fungsional dan marak digunakan banyak orang hari ini.

Jessie mengaku di awal perkenalan, Wuning, Basyiroh dan Tasya sudah menceritakan tentang diri mereka beserta latar belakang mereka mengapa sampai memutuskan untuk mencari penghidupan di Kota Lama. Ketika mengajak mereka ikut dalam kegiatan Mbatik Jalanan sendiri, Jessie menjelaskan bahwasanya kegiatan ini untuk asik-asikan dan berkarya bareng

Namun bagi Jessie, mereka yang sudah lama hidup di Kota Lama semestinya juga mengerti tentang sejarah bangunan cagar budaya di daerah itu, dan secara lebih jauh merasa dekat dengannya. Jadi, Wuning, Basyiroh dan Tasya pelan-pelan sembari membatik juga diberitahu oleh Jessie mengenai asal-muasal di balik motif-motif

yang mereka canting, yang diambil dari bangunan-bangunan cagar budaya di Kota Lama.

“Sebenarnya siapa yang dijaga? bangunannya itu kan tidak hidup, tetapi sebenarnya kan ini persoalan manusia di dalamnya yang biasa tinggal di area ini, mereka bisa hidup dan menghidupi keluarga mereka dari sini," katanya.

Jessie terus berharap makin banyak orang yang terlibat dalam kegiatan Mbatik Jalanan, mengingat respon dari orang-orang terdekat dan luar yang cukup positif.

“Ini (batik tulis hasil Mbatik Jalanan) tak tunjukkin juga ke mereka, ini buatannya ibu-ibu yang jualan di Kota Lama. Mereka gumun lho kok bisa mbatik, gitu katanya,” ucap Jessie.

Selain Mbatik Jalanan, Setitik juga rutin setiap bulannya menyelenggarakan kelas membatik reguler di kafe-kafe daerah Kota Lama. Kelas ini memiliki kuota maksimum 100 orang dan berbayar dengan rentang harga 125 sampai 150 ribu rupiah. Biaya tersebut sudah termasuk dengan kegiatan belajar mulai dari proses penyantingan hingga perwarnaan full pada satu kain.

“Dari angka itu sebetulnya masih ada laba yang ngga terlalu banyak, nah itu yang aku sisihin buat kit-nya karena peserta kan butuh kain, malam, canting, (dan untuk) temen-temen volunteer yang mbantu. Biasa setelah acara kita makan, ngemil atau jajan, paling untuk itu, sih,” ujarnya.

Jessie bercerita, sebelum memutuskan untuk merintis Setitik dan fokus bergerak sebagai desainer motif bangunan cagar budaya, Ia pertama kali datang ke Kota Lama untuk melakukan survei tugas akhir perkuliahan (skripsi). Berbeda dengan

Kenapa Mengangkat Motif Cagar Budaya?
foto:
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 4 Laporan Utama Laporan Utama
kronikkaltim com
Kenapa Mengangkat Motif Cagar Budaya?

sekarang, waktu itu Kota Lama masih dikenal sebagai daerah yang kumuh, identik dengan banjir dan tingkat kriminalitas yang tinggi (Revitalisasi baru dilakukan pada tahun 2017 2021 lewat Surat Edaran Wali Kota Semarang).

Perempuan yang pada saat itu mengambil program studi Desain Komunikasi Visual lantas merasa miris. Ia justru melihat Kota Lama sebagai daerah yang potensial dan kaya makna. Akhirnya tumbuh keinginan dalam diri Jessie untuk mengangkat Kota Lama melalui batik.

Tahun 2012 Jessie mengambil pilihan untuk mulai belajar membatik di Kampung Batik Semarang. Ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya kala itu dan menekuni keinginannya untuk merintis Setitik. Membatik, baginya adalah proses yang menyenangkan dan baik untuk mengolah emosi. Sampai saat ini, Ia memaknai membatik sebagai jalan meditasi. “Setitik fokus ingin mengembangkan Kota Lama beserta manusia di dalamnya. Untuk motif yang diangkat spesifiknya yaitu bangunan. Kita ambil dari eksterior maupun interior yang nempel dibangunannya, (untuk) kita olah menjadi motif batik,” jelas Jessie yang pada saat diwawancarai menggunakan setelan kemeja hijau dan rok putih bermotif batik Gereja Blenduk.

Ia pun turut menjelaskan pakaian yang dikenakannya. Untuk motif atasan berasal dari pola ukiran kayu pada podium altar sedangkan untuk motif bawahan rok terinspirasi dari pola ubin Gereja Blenduk.

Sampai sekarang, Setitik telah mengembangkan sembilan motif yang keseluruhannya diambil dari bangunan Koloniale Bank, Gedung Monod, Gereja Blenduk, Bank Mandiri di Jalan Empu Tantular, Jiwa Sraya di seberang Gereja Blenduk, De Spaarbank te Semarang, Asuransi Bintang, Marabunta dan Kafe Tekodeko Koffiehuis.

“Ada ilmu dan sejarah ya. Setiap kain pasti udah kita bubuhin dari sejarah bangunannya, berkaitan dengan motifnya itu dari mana. Karena memahami cerita itu penting agar nantinya Kota Lama tidak hanya dilihat sebagai tempat wisata saja, tetapi mereka (pengunjung) juga bisa menghargai dan mengerti sejarahnya, dan akhirnya punya nilai bersama,” ucapnya.

Jessie menjelaskan bahwa di masa depan sangat memungkinkan bagi Setitik untuk mengangkat motif batik dari cagar budaya lainnya seperti Candi Borobudur, Prambanan dan Sawah Lunto.

Untuk proses produksinya sendiri, Setitik memerlukan kurang lebih dua bulan untuk pengerjan kain. Prosesnya dimulai dari menggambar kain, menyanting motif utama, isen (memberikan isian pada motif), pelunturan malam dan pewarnaan.

Karena batik tulis memerlukan proses yang begitu lama, biasanya Setitik hanya menggunakan batik tulis sebagai portofolio dengan sistem pemesanan pre-order (by request). Sedangkan untuk produksi massal dibuat melalui batik cap, agar bisa diolah menjadi macam-macam produk seperti tas dan souvernir dengan waktu yang relatif lebih singkat.

Guna mengenalkan produk kepada khalayak umum, Setitik biasanya ikut aktif dan turut serta dalam kegiatan workshop, pameran dan bazar di samping bergerilya di media sosial Instagram. Sebab ia menyayangkan dalam pengenalan produk yang sifatnya online, biasanya orang-orang akan melihat produknya secara kasar tanpa mengetahui cerita di balik produk tersebut, yang mana hal ini tidak sejalan dengan maksud Setitik yang ingin membagi pengetahuan tentang sejarah Kota Lama.

Jessie juga mengaku sering mengikuti banyak event yang diadakan oleh berbagai

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 5 Laporan Utama

kementerian sebagai upaya belajar dan mendapatkan ilmu tentang bisnis sekaligus pengelolaan UMKM yang akan bermanfaat bagi Setitik ke depannya.

Problem Bersama yang Jangan Sampai Diluputkan

“Setitik itu berarti dimulai dari titik, titik demi setitik lama-lama menjadi batik, yang dihargai adalah prosesnya,” jawab Jessie ketika ditanyai apa filosofi dari nama Setitik.

Alasan Jessie bersama Setitik mengajarkan proses batik ke orang luar melalui Mbatik Jalanan maupun kelas reguler didasari oleh keresahan dari makin berkurangnya jumlah pembatik tulis di Semarang.

Sedangkan ide membuat motif batik dari bangunan di Kota Lama muncul ketika Jessie menyadari banyak orang yang tidak mengenali sejarah di balik bangunan Kota Lama yang mereka lihat hari ini. Kota Lama dikenal hanya sebatas tempat wisata. Pelestariannya masih dipinggirkan sedangkan pariwisatanya yang diunggulkan habis-

habisan. Jessie melihat core permasalahan dari sana. Untuk itu, Setitik mencoba menjawab permasalahan itu.

“Setitik ingin bisa mengajak sebanyak mungkin orang untuk memahami. Karena ini kan permasalahan bersama ya, bukan permasalahan Setitik,” ujar Jessie sambil tertawa singkat.

Jessie merasakan ada banyak support dari berbagai pihak yang berperan besar untuk membawanya sampai pada titik ini. Termasuk penghargaan sebagai juara tiga yang diterima Setitik dari UNESCO. Selama prosesnya Jessie bertemu dengan berbagai orang dengan visi yang sama sepertinya, betul-betul menghargai cagar budaya.

Jessie berkeinginan untuk terus menciptakan banyak karya melalui Setitik. Selain itu besar harapan Jessie, agar pesan dan nilai yang ingin diangkat dalam karyakarya Setitik melalui visi art, story dan sosial dapat tersampaikan dan semakin banyak pula orang-orang yang ikut melestarikan budaya kita bersama.

Berbagai Produk Setitik

6 Laporan Utama Laporan Utama
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya Problem Bersama yang Jangan Sampai Diluputkan

Peran Anak Muda terhadap Pembangunan Ekonomi Kreatif: Aktor atau Figuran?

Saat ini anak muda banyak diperbincangkan mulai dari aspek pendidikan, teknologi, mental, sosial, moral dan budaya. Baik perbincangan yang positif sampai perbincangan negatif. Ada yang melontarkan pernyataan bahwa anak muda diasumsikan sebagai kaum yang malas dan narsis. Namun, ketika anak muda sudah mulai kritis, mulai peka terhadap suatu permasalahan, sudah merasakan keresahan ketika ada sesuatu yang salah. Kemudian anak muda memilih untuk melakukan aksi nyata melawan kebatilan tersebut, maka di sanalah awal mula perubahan untuk sebuah peradaban yang gemilang.

Pada umumnya seperti yang disebutkan di awal banyak yang memaparkan bagaimana ciri atau karakteristik anak muda, ada yang memandangnya dari sisi negatif namun juga tidak sedikit yang memandangnya dari sisi positif. Produktif, aktif di media sosial, mudah berbagi, semangat yang sedang menggebu-gebu, kritis, praktis merupakan sebagian kecil ciri atau karakteristik dari anak muda. Namun sangat disayangkan ketika mendengar atau melihat anak muda banyak yang menyimpang dan tidak seperti yang diharapkan sebagai pembawa perubahan bangsa ini umumnya. Dan tentu hal ini menjadi hal yang perlu diperhatikan bersama dan ditangani dengan cara yang mereka butuhkan, salah satunya dalam bidang ekonomi.

Lalu, apa korelasi anatara anak muda dengan ekonomi kreatif? anak muda

tidak hanya penikmat dari kemajuan digital saat ini tetapi dikehidupan digital ini banyak dari mereka yang bahkan membentuk masyarakat digital di negara kita dengan adanya bisnis start-up yang banyak di Indonesia membuat ekonomi kreatif terus meningkat karena tidak hanya menghasilkan uang tapi juga lapangan pekerjaan sangat luas. Bisnis start-up dan e-Commerce merupakan salah satu pengaruh milenial bagi ekonomi kreatif Indonesia bahkan Indonesia berada pada urutan keempat dengan jumlah start-up terbesar di dunia. Sumber daya yang dimiliki oleh anak muda merupakan tulang punggung ekonomi kreatif Indonesia.

Anak muda mempunyai peran penting dalam meningkatkan ekonomi kreatif baik dengan karyanya, cara berpikir serta semangatnya, hal ini akan membuat pola pikir serta kreatifitas yang akan mendapatkan hasil pula. Kita sebagai milenial harus berperan dalam perkembangan ekonomi kreatif Indonesia sekecil apapun bentuknya. Untuk itu mari sama-sama menjadi generasi yang selalu menggunakan teknologi dan media soaial dengan bijak dan terus mengasah kemampuan diri untuk bisa bersaing dengan perubahan zaman.

:amp.suara.com

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 7
Anak Muda dan Ekonomi Kreatif
Kabar Ekonomi Foto

Menteri koordinator bidang perekonomian Airlangga Hartanto mengatakan, Indonesia merupakan pangsa yang sangat besar untuk konten-konten industri kreatif digital. Menurut data We Are Social, jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2021 mencapai 202,6 juta jiwa atau 73,7 persen dari populasi dan 98,5 persen dari jumlah tersebut didominasi oleh anak muda.

Saat ini terdapat sekitar lebih dari 8,2 juta jumlah usaha kreatif di Indonesia yang didominasi oleh usaha kuliner, fashion, dan kriya dengan pertumbuhan terpesat. Berdasarkan publikasi Kemenparekraf, tercatat pada tahun 2020 sub sektor ekonomi kreatif menyumbangkan Rp 1.153,4 Triliun PDB atau 7,3 persen terhadap total PDB Nasional, 15,2 persen tenaga kerja, dan 11,9 persen ekspor. Pertumbuhan yang pesat di sektor ini didukung oleh semakin tingginya adopsi teknologi digital di masyarakat.

Seperti yang dilansir dari katadata.co.id, dimana subsektor game developer mengalami pertumbuhan sekitar 4,47 persen dengan menyumbang PDB sebesar Rp24,88 triliun di Desember 2021. Dimana semua yang berkontribusi di dunia game developer berasal dari anak muda. Selain dari subsektor gim, subsektor periklanan juga menunjukkan pengaruh yang amat baik terhadap ekonomi kreatif, sebagaimana banyak anak muda yang semakin melek digital dan memiliki kreativitas yang sangat beragam. Seperti yang dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Direktorat Jenderal Kebudayaan bekerja sama dengan Koalisi Seni Indonesia (KSI) menggelar

Economics Cultural Forum di Center for Strategic and International Studies (CSIS). Dimana hal ini sebagai salah satu langkah dukungan pemerintah dalam proses pembentukan mental anak muda dalam pembangunan ekonomi kreatif. Dengan mengangkat isu melihat pentingnya ekonomi berbasis kebudayaan sebagai salah satu faktor utama dalam pembangunan manusia Indonesia.

Berdasarkan survei yang telah dilakukan pemerintah terhadap literasi digital Indonesia pada anak muda yang mana menghasilkan adanya peningkatan indeks literasi digital Indonesia di tahun 2021 sebesar 0,03 poin dari 2020 yang memiliki skor 3,46. Sehingga dengan adanya peningkatan indeks literasi digital ini, diharapkan mampu mendorong skill anak muda untuk semakin matang sehingga mampu membawa industri kreatif Indonesia ke arah yang lebih cerah dan mampu bertahan dari segala ancaman ekonomi. Dengan begitu, anak muda merupakan aktor utama dalam upaya pembangunan ekonomi kreatif Indonesia.

Kabar Ekonomi
8
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya Data Perkembangan Ekonomi Kreatif pada Kurun Waktu
2020/2021 Foto:infojateng.id

Farha Ciciek: Penyelamat Anak Buruh Migran

Banyak orang hebat yang ikut

serta dalam mengembangkan ekonomi dan budaya Indonesia. Yap, salah satu orang hebat tersebut adalah Dra. Farha Ciciek, M.Si aktivis perempuan yang melakukan pendampingan perempuan dan anak di desa, kebanyakan buruh migran dan keluarganya, dalam peningkatan kepemimpinan, kewirausahaan, dan kemampuan.

Wanita kelahiran Ambon, 26 Juni 1963 ini melakukan aksi hebatnya tersebut ketika muncul rasa empati terhadap anak-anak kecil yang ditinggal orang tuanya berkerja. Sejatinya anak-anak kecil masih membutuhkan kasih sayang lebih dari orang tuanya dan kebersamaannya. Akan tetapi realitasnya saat ini banyak anak-anak yang ditinggal orang tuanya bekerja. Tak heran jika saat ini banyak aktivis yang fokus pada pemberdayaan atau pembelaan terhadap TKW ataupun TKI, sementara anaknya luput. Padahal anak-anak tersebut masih sangat membutuhkan perhatian.

Akhirnya wanita berdarah Arab dan Jawa ini bersama suami Dr. Ir. Supaohardjo, MSi membuat aksi nyata wujud dari rasa empati yang dirasakannya itu. Beliau membuat komunitas belajar dan bermain untuk menghibur anak-anak yang ditinggal orang tuanya Nama komunitas yang dibangun yaitu komunitas Tanoker. Tanoker adalah Bahasa Madura yang berarti kempompong. Kepompong sendiri bermakna tempat “transit” ulat untuk menjadi kupu-kupu. Bahasa Madura adalah Bahasa sehari-hari masyarakat di Ledokombo yang berjarak

sekitar 25 Km dari Jember. Sekilas tak ada yang istimewa dari nama Tanoker, namun dari kepompong sederhana itu, tumbuh generasi baru bermasa depan cerah. Tanoker ini dikelola untuk saling menguatkan demi menciptakan perdamaian, keadilan dan kesejahteraan, untuk generasi penerus bangsa.

Mengapa komunitas tersebut berada berada di Ledokombo? Karena mayoritas masyarakat di Ledokombo sebagian bekerja sebagai buruh tani, tukang ojek, sopir, pedagang kecil, bahkan buruh migran dan sektor informal lainnya. Jadi disana banyak anak-anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya bekerja, kebanyakan pekerja migran.

Role Model Penguatan
Antara Budaya dan Berdaya 9
Ulya Khusna Kader 2020
Ekonomi Lokal

Mula-mulanya Ciciek menghibur anak-anak dengan berbagai permainan. Permainan yang dikembang dalam Tanoker adalah permainan egrang yang biasa dibuat dari bambu atau kayu. Tak lama kemudian setelah ada syuting Si Bolang di Ledokombo yang salah satunya di sawah, akhirnya muncul ide permainan polo lumpur.

Meskipun demikian, pada hakekatnya banyak pelajaran yang bisa didapatkan anak anak dari permainan tersebut, seperti kejujuran, kebersamaan, perhatian, dan cinta lingkungan. Intinya adalah menanamkan karakter yang baik untuk anak.

Ciciek juga mengajak anak-anak Ledokmombo belajar. Untuk mendidik anak anak belajar, Tanoker memulainya dengan membaca buku. Disana pun disediakan fasilitas perpustakaan untuk membaca anak anak.

Dengan prinsip bahwa anak-anak adalah pemilik masa depan, sehingga generasi mereka tidak boleh hilang, memenuhi dan melindungi hak anak serta meningkatkan kualitas hidup anak, Ciciek pun mengembangkan kolaborasi pengasuhan gotong royong. Wanita tersebut kemudian bergerak membuka sekolah parenting untuk ibu (Sekolah Bok Ebok), ayah (Sekolah Pak Bapak), hingga kakek-nenek (Sekolah YangEyang). Tujuannya adalah agar semua dewasa yang berada di lingkungan anak-anak teredukasi dan paham bahwa pengasuhan anak bukanlah tanggung jawab satu pihak.

Seiring berjalannya waktu, Tanoker Ledokombo mulai di kenal orang banyak. Orang-orang tahu Ledokombo karena ada festival egrang. Permainan egrang terkenal bahkan menjadi ikon kultural dari Ledokombo. Mengapa? Karena berdasarkan filosofinya, selain hanya menjadi permainan rakyat, egrang juga memiliki nilai unsur pengatahuan dan teknologi tradisonal, olahraga tradisional, sampai seni pertunjukan.

Kegiatan festival egrang yang diadakan tersebut berupa berbagai lomba, jambore tingkat nasional untuk anak-anak, seminar, bazar, pameran dan lain-lain. Kegitan festival tersebut menarik orang banyak dari warga lokal bahkan sampai turisturis berdatangan dari mancanegara untuk hadir dalam festival egrang tersebut.

Pengalaman pelaksanaan festival egrang di Ledokombo saat ini telah memasuki tahun ke-10, menunjukkan bahwa egrang mampu mengubah perekonomian bagi warga desa Ledokombo dan sekitarnya. Adanya festival tersebut membuka peluang bagi masayarakat Ledokombo dalam menambah pendapatannya, seperti membuat kerajinan, souvenir, membuat makanan/minuman, bahkan membuka homestay bagi para pelancong.

Kehebatan Ciciek di Ledokombo ini sudah terbilang sukses, Ciciek berhasil menjadikan Ledokombo menjadi daerah yang dikenal oleh banyak orang. Kesuksesan aktivitasnya dalam Ledokombo tersebut Ciciek nikmati dengan penuh kerelaan dan kegembiraan. Tak heran jika kesuksesannya mengantarkan dirinya sebagai salah satu dari 1000 Peace Women pada tahun 2005 yang dinominasikan untuk menerima Nobel Perdamaian.

Atas usahanya melakukan pendekatan alternatif demi menciptakan kesamaan gender di Indonesia pada tahun 2007, Ashoka International menganugerahinya sebagai social motivator. Pada tahun 2013, Ciciek mendapat penghargaan She Can Award dari Tupperware. Ciciek juga dianugerahi Kartini Award oleh PT Telkom pada tahun 2014. Pada tahun 2017, bersama dengan Supo, Ciciek menerima penghargaan sebagai ikon Pancasila. Ciciek juga mendapatkan penghargaan dari Radio Jember sebagai Women of The Year 2020.

Role Model Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 10

Pembudayaan Gaya Hidup Ekonomi Bagi Masyarakat Desa Wisata

Tren pengembangan desa

wisata merupakan tren untuk sektor ekonomi kreatif berbasis pariwisata yang mengambil lokasi di desa. Fenomena desa wisata menjadi objek menarik yang perlu kita kaji dan perhatikan. Daya tarik pariwisata dilihat dari filosofinya dapat dijelaskan bahwa desa wisata memiliki nilai filosofisnya. Nilai filosofis desa wisata setidaknya berbasis pada tiga aspek, yaitu aspek ontologi, aspek epistimologi, dan aspek aksiologi.

Pertama, secara ontologi desa wisata memiliki ontologi yang berbeda dengan ontologi pariwisata yang lain. Desa wisata merupakan interaksi antara objek wisata di pedesaan dengan subjek baik orang desa ataupun orang perkotaan bahkan mancanegara. Daya magnet desa wisata sangat tergantung pada tingkat keunikan baik dari sisi kultural, alamiah, masyarakat, religiusitas, dan sisi pengembangan serta pengelolaan yang ada di sana.

Kedua, secara epistimologi, pengelolaan desa wisata bisa saja terjadi bagaimana kearifan masyarakat pemangku kepentingan di desa wisata mengolah potensi desa wisata dengan perangkat metodologis dan teknologis, sehingga menemukan karakter tersendiri. Hal ini tergantung pada realitas masyarakatnya, kearifan masyarakat, dan stakeholder pengembang termasuk pembina pengembangan kawasan desa wisata.

Ketiga, secara aksiologi bahwa nilai keindahan, keunikan, keagungan, kebesaran, dan hal unik di desa menjadi sebuah wahana untuk melakukan sebuah refreshing,

menyegarkan pikiran, hati, spiritual. Sehingga yang semula kita penat maka setelah menikmati desa wisata kita akan kembali menjadi refresh sepulangnya.

Nilai desa wisata di Indonesia dapat dikategorisasikan menjadi bagus, sedang, biasa saja, atau bahkan rendah. Hal tersebut dapat dilihat melalui dua indikator, yaitu tingkat partisipasi dan tingkat manfaat. Pertama, tingkat partisipasi dilihat dari aspek perangkat desa, tokoh masyarakat, struktur sosial masyarakat, dan kelompok sosial masyarakat. Semakin optimal partisipasi stakeholder dan masyarakat dalam aktivitas desa wisata maka peringkatnya semakin tinggi, begitu pula sebaliknya. Kedua, tingkat manfaat dari efek ekonomi desa wisata bagi kelompok pengelola khusus atau untuk masyarakat yang lebih luas. Sebagai contoh jika di suatu desa terdapat potensi wisata air yang dapat dikembangkan dengan pertunjukan kesenian, kuliner, dan karya ekonomi masyarakatnya.

Prospek Desa Wisata

Jika diperhatikan, desa wisata yang tumbuh berkembang diibaratkan seperti jamur di musim penghujan yang artinya tumbuh dimana-mana. Hal ini memiliki dua kemungkinan, pertama adalah akan lestari atau hanya menjadi objek wisata semusim. Hal tersebut tergantung pada potensi desa wisata yang lebih stabil, kekal, lestari. Sedangkan kemungkinan kedua adalah pengelolaan desa wisata dengan sentuhan masa depan berbasis

Penguatan
Antara Budaya dan Berdaya 11
Ekonomi Lokal
Potret Desa Wisata
Akademisi

futuristik. Pengelolaan desa wisata bukan apa adanya, namun bagaimana yang ada itu dibuat sedemikian rupa bukan hanya alamiah. Saat ini banyak objek wisata berbasis viral yang hanya memiliki daya dukung cukup rendah. Desa wisata dapat survive tergantung pada loyalitas audience desa wisata tersebut. Apabila memiliki keunikan maka pengunjung akan mengulang dan merekomendasikan serta memanfaatkan untuk kepentingan positif lainnya. Namun, apabila desa wisata tidak didukung dinamisasi dan inovasi dapat mangkrak. Akan sulit memiliki daya tarik bagi pengunjung untuk kembali lagi ke desa wisata tersebut.

rasional biasa dikenal dengan Neo-muktazilah atau sebuah komunitas yang bergaya progresif dinamis.

Gerakan pembudayaan ekonomi budaya tergantung pada beberapa hal yang harus didukung oleh perangkat ideologis, politis, kultural, dan sosial. Perangkat pengembangan budaya ekonomi tergantung pada aspek dukungan ideologi yang dapat berbasis agama. Menjadi diri sendiri dan bertanggung jawab pada tindakan ekonominya akan menyongsong masa depan menjadi lebih bagus.

Dalam rangka mendukung pencapaian ekonomi desa berbasis pengembangan wisata desa supaya lebih signifikan dan bermakna maka perlu dikembangkan pembudayaan gaya hidup ekonomi bagi masyarakat desa. Gaya hidup ekonomi berbasis pada sikap, tindakan, perilaku hidup yang berdasar pada kalkulasi ekonomi. Budaya ekonomi masyarakat dibedakan menjadi budaya ekonomi tradisional dan budaya ekonomi rasional. Masyarakat desa bisa saja berpikir rasional dan bagaimanapun orang kota bisa saja berpola pikir, berbudaya, dan bergaya ekonomi secara tradisional. Budaya ekonomi tradisional adalah bahwa kesejahteraan ekonomi merupakan takdir Tuhan atau dikenal dengan kelompok Jabariyyah bahwa semua hal sudah diatur Tuhan, manusia hanya menjalankannya. Kemudian, budaya ekonomi rasional adalah tindakan selalu didasarkan dengan pertimbangan rasio dan logika. Dilakukan secara sistemik dan komprehensif bahkan integratif. Budaya ekonomi yang rasional mengacu pada masa depan yang lebih baik, futuristik karena dekat dengan kaum milenial. Budaya ekonomi

Akademisi
12
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya Pembudayaan Gaya Hidup Ekonomi Prof.Dr.H.Mujiyono (DosenUINWalisongo Semarang)

Pekalongan: Lestarikan Warisan Budaya melalui Branding World's City of Batik

Siti Sofiatus Saadah

Batik merupakan hasil karya

bangsa Indonesia yang memadukan antara seni dan teknologi. Batik dapat berkembang hingga tingkatan yang tidak ada bandingannya, baik dari segi desain, motif dan prosesnya. Selama ini seni kerajinan batik tumbuh di Yogyakarta dan Solo. Namun, sebutan Kota Batik justru melekat pada Pekalongan. Jika mendengar kata “Pekalongan”, yang akan diingat adalah batik. Kota yang terletak di jalur Pantura yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya ini memang terkenal dengan corak dan motif batik yang variatif. Bahkan Kota Pekalongan berhasil meraih predikat sebagai kota kreatif UNESCO dalam kategori crafts & folk art atau Kerajinan dan Kesenian Rakyat pada Desember 2014.

Tidak ada dokumen resmi mengenai kapan batik Pekalongan mulai dikenal. Namun diperkirakan baru muncul tahun 1800-an dan mengalami perkembangan pesat setelah Perang Jawa atau Perang Diponegoro. Perang memaksa keluarga kerajaan beserta pendukungnya untuk meninggalkan lingkungan kerajaan dan menyebar ke daerah-daerah di timur dan barat. Mereka terlibat dalam pengembangan batik yang sebelumnya sudah ada di Pekalongan.

Sejarah motif batik Pekalongan banyak dipengaruhi oleh budaya luar yaitu budaya Eropa, Cina, Arab, dan India pada masa lalu. Dari kultur dan budaya yang mereka bawa kerap berasimilasi dan berkolaborasi dengan tradisi budaya setempat. Ada dua contoh motif batik Pekalongan yang merupakan akulturasi

Kader 2020

budaya, yaitu peranakan Belanda (Indo-Eropa) dan peranakan Tionghoa (Cina) dengan perbedaan mencolok diantara keduanya. Jika motif peranakan Tionghoa mempunyai ciri khas warna-warna yang cerah dan berani. Maka Belanda atau Indo-Eropa lainnya hanya memunculkan keindahan gambar semata. Sebelumnya, dalam pembuatan batik, mayoritas masyarakat Pekalongan selalu membuat motif dengan meniru antara satu dan lainnya. Namun, seiring berjalannya waktu masyarakat Pekalongan dituntut untuk bisa menciptakan motif batik terbaru yang berbeda-beda agar tidak disamai dengan yang lainnya. Keunggulan lain batik Pekolangan adalah berani main warna-warna yang cerah dan terang seperti contohnya kuning, hijau, merah, ungu atau biru yang tentunya warnawarna ini sangat merangsang mata tetapi tidak mengurangi keindahannya. Oleh sebab itu masyarakat Pekalongan memiliki imajinasi dan kreatifitas yang tinggi.

13
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya
Artikel
Foto : infobudaya.net

Ragam batik menjadikan Kota

Pekalongan diakui sebagai inspirasi batik dunia. Hal ini tidak terlepas dari lengkapnya kegiatan berbasis komunitas perajin batik, pasar batik, kampung batik, hingga museum batik. Kota Pekalongan menjadi titik awal penilaian dari UNESCO untuk menetapkan batik sebagai Budaya Tak Benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity). Ini membuktikan jika Indonesia mampu memelihara keberadaan batik, sehingga Kota Pekalongan secara tidak langsung mempunyai andil cukup besar diperoleh dari penghargaan dunia tersebut dan keberhasilan untuk mengenalkan “World's City of Batik” yang merupakan city branding dari Kota Pekalongan.

Batik sebagai branding Kota Pekalongan merupakan salah satu usaha pemerintah dalam meneruskan mata rantai budaya batik. Selain untuk mempromosikan dan melestarikan batik, branding Kota Pekalongan menjadi contoh bagi kota lain, bahkan negara lain dalam melestarikan warisan budaya. Tujuan utama dari city branding yang diinginkan pemerintah kota adalah meningkatkan kunjungan wisatawan dan investasi. Begitu pula dengan Kota Pekalongan, dimana pariwisata menjadi tujuan utama dalam membangun city branding. Melalui inovasi pariwisata, Kota Pekalongan memadukan industri batik dan aktivitas pariwisata untuk mendatangkan wisatawan.

Upaya yang dilakukan pemerintah Kota Pekalongan untuk terus mengenalkan branding “World's City of Batik” kepada masyarakat adalah dengan mengombinasikam beberapa unsur bauran promosi (Promotion Mix), antara advertising, sales promotion, publicity, personal selling. Promosi lain yang cukup sukses dilakukan oleh pemerintah Kota Pekalongan adalah dengan adanya festival

tahunan Pekan Batik Nasional dan Pekan Batik Internasional.

Selain mempromosikan dalam bentuk media promosi dan event, pemerintah Kota Pekalongan juga memaksimalkan penggunaan area publik melalui pembangunan landmark. Kota Pekalongan membangun dua landmark, yaitu landmark Pekalongan “World's City of Batik ” sebagai gerbang selamat datang yang dibangun di jalan pantura berbatasan dengan Kabupaten Batang dan landmark Batik atau orang Pekalongan menyebutnya dengan tugu batik. Landmark ini berada di kawasan budaya Jetayu tepat di depan Museum Batik Kota Pekalongan. Landmark Batik menjadi kawasan yang paling sering dikunjungi masyarakat setiap hari. Keberadaan landmark tersebut telah menjadi ikon Kota Pekalongan sebagai Kota Batik Dunia.

Dengan adanya beberapa strategi promosi yang dilakukan oleh pemerintah Kota Pekalongan dalam mengembangkan city branding, diharapkan kota Pekalongan terus menjadi Kota Batik Dunia. Selain itu,branding "World's City of Batik" menjadi lebih dikenal oleh masyarakat baik dari dalam maupun luar negeri, sehingga bisa menarik lebih banyak wisatawan. Dengan begitu, pendapatan pemerintah yang didapat dari city branding kota Pekalongan meningkat seiring berjalannya waktu. Foto : amp.kaskus.co.id

Artikel
14
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Menelusuri Sejarah Revolusi Batik Semarang

Sebagai negara dengan memiliki

populasi penduduk terbanyak keempat di dunia, Indonesia memiliki beragam kebudayaan, salah satu kebudaayaan yang masih dilestarikan sampai saat ini ialah seni rupa batik dan sudah diakui UNESCO sebagai warisan nenek moyang warga Indonesia. Keberadaan seni rupa batik tertua di Indonesia adalah pada abad ke-7 yang berasal dari Ponorogo sehingga banyak kerajaan di Jawa Tengah yang menimba ilmu seni rupa batik dari Ponorogo. Sejarah batik di Indonesia juga berkaitan erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa. Perkembangan seni rupa batik juga banyak dijalankan pada zaman Kesultanan Mataram hingga Kesultanan Surakarta dan Yogyakarta serta di seluruh Indonesia terkhusus di pulau Jawa setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19

Seperti yang kita ketahui, batik adalah suatu kain yang dilukis dengan cairan lilin malam menggunakan suatu alat yang bernama canting. Kemudian, seiring berjalannya waktu kain batik ini di produksi guna memenuhi kebutuhan kasual hingga semi formal yang memiliki makna dan sejarah dalam setiap lukisan sehingga kain hias tradisional ini banyak diminati oleh khalayak luas. Dengan perkembangan seni rupa batik yang meluas, menyebabkan munculnya berbagai ragam motif dan corak yang berbeda dalam setiap lukisannya. Seperti batik Yogyakarta yang lebih dominan menggunakan warna putih, sedangkan batik Pekalongan memiliki batik yang lebih berwarna dengan

alasan di Pekalongan tempat persinggungan perdagangan dan bertempat di pesisir lautan. Dalam penentuan motif seni rupa batik, selain dilihat dari keadaan lingkungan masyarakat, motif batik juga dapat dilihat dari identitas serta keindahan wilayah tersebut. Salah satu motif batik yang mengusung konsep bangunan bersejarah, karakter khusus, dan kekayaan alam yang mencuri perhatian masyarakat yaitu batik yang berasal dari Semarang.

Semarang memiliki hubungan erat dengan kultur membatik dengan dibuktikan adanya kampung kuno yang disebut kampung batik. Tempat ini merupakan sebuah lingkup perkampungan yang mayoritas masyarakatnya memiliki mata pencaharian di bidang industri kerajinan yaitu sebagai pengrajin batik. Namun, sebelum tahun 1970, keberadaan batik Semarang mengalami penurunan, karena dianggap masih belum jelas dan juga banyak akulturasi budaya yang terjadi. Sehingga penduduk yang peduli akan batik berusaha keras guna mengenalkan dentitas batik melalui berbagai event dan seminar. Namun, sebelumya batik Semarang ini sempat mengalami masa keemasan pada tahun 1950-1960 dan pada akhirnya jatuh kembali pada tahun 1990-1998 yang disebabkan karena faktor perekonomian. Pada mulanya, kampung batik di Semarang ini sudah ada sejak zaman penjajahan Jepang. Namun, pada masa penjajahan, Jepang membakar kampung batik dan kampung di sekitar lainnya. Pembakaran tersebut bertujuan agar terputusnya sumber mata pencaharian masyarakat sekitar

Kilas
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 15
Nanda Kharisma Kader 2020
Balik

Meskipun semua sumber penghasilan di bakar, ada satu pabrik yang selamat sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan ketrampilan membatik dari generasi ke generasi.

Meningkatnya keterampilan masyarakat dalam membatik hingga saat ini dibuktikan dengan adanya Sanggar Batik Semarang 16. Sanggar Batik Semarang 16 ini resmi didirikan pada 25 Januari 2005 oleh Ibu Umi S Adi Susilo. Ketertarikan beliau dalam seni rupa batik berawal dari mengikuti sebuah pelatihan di Semarang Study Center ( SCC ) dengan dilanjut mengunjungi berbagai workshop dan museum Tekstil Jakarta. Dari ketertarikan tersebut, Ibu Umi kemudian mengadakan sebuah pelatihan dirumahnya yang saat ini di sebut Sanggar Batik Semarang 16. Inspirasi beliau menamai sanggar berasal dari tempat produksi di Kota Semarang, dan “16” berasal dari surat ke 16 dalam Al-Qur'an yang memiliki arti lebah yang pernah dibuat oleh beliau dan disebut Lebah Madu Sanggar Batik Semarang 16 ini menjadi akar

kreatifitas masyarakat dan khalayak sekitar. Sanggar ini juga dijadikan sebagai tempat belajar, bekerja, dan memproduksi dengan ragam motif. Selain itu sanggar ini juga biasa digunakan sebagai tempat pelatihan dan kunjungan masyarakat, sekolah, maupun berbagai instansi.

Salah satu bukti kebangkitan Sanggar Batik Semarang 16 ini adalah suksesnya menciptakan 2000 motif hampir semua motifnya mendapat sertifikat HAKI ( Hak Atas Kekayaan Intelektual ). Tidak lain dari hal itu, kain batik dengan beragam motif tersebut juga memiliki simbol-simbol yang berhubungan dengan nilai-nilai budaya tertentu. Banyaknya ragam motif batik Semarang 16 yang juga mengalami perubahan-perubahan tidak terhadi secara begitu saja, melainkan hasil interaksi, kompromi, dan ragamnya budaya baik dari internal maupun eksternal.Sanggar Semarang 16 juga mencoba memproduksi batik dengan motif Carolina Josephina von Franquemont, yang hingga akhirnya dapat aktif berproduksi

Kilas Balik
Berdaya 16
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan

pada dekade 1850-1860. Motif ini mengambil karakter dan atribut dongeng Eropa serta memiliki warna lebih beragam dan menjadikan warna hijau sebagai ciri khas dan pola motif Eropa, Cina, Madura, Dan Pola dari Keraton.

Selain itu, ada pula batik dengan pola rumit pada bagian papan dan kepalanya, seperti motif pola sirkus yang dilengkapi dedaunan dan burung yang mirip phoenix yang disebut juga motif Batik Oosterom karya van Ossterom pada abad 19. Terdapat juga motif batik Tugu Muda yang dikelilingi tanaman menjalar. Motif ini memiliki makna bahwa Tugu Muda sebagai monumen Pertempuran Lima Hari di Semarang dengan tujuan untuk menghormati jasa Pahlawan. Selain adanya motif khusus, ada beberapa motif yang muncul dari kondisi lingkungan yang ada pada saat itu, lalu dituangkan dalam motif batik. Begitupun halnya dalam

menghadirkan motif dengan makna filosofis, perajin juga senantiasa memberikan nilai dan norma sosial masyarakat Semarang mulai dari kekhasan warna, dasar, dan khazanah kultural lain yang menjadi bahan eksplorasi motif batik Semarang.

Dengan ragamnya motif Batik Semarang 16 yang mencapai hingga 2000 jenis, ini menjadikan Sanggar Batik Semarang 16 menjadi pusat kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara yang pastinya dapat memberi pengaruh pada kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat sekitar. Dalam segi ekonomi, dapat membantu berkembangnya mata pencaharian dan meningkatkan stabilitas masyarakat. Dan pada segi sosial, masyarakat Sanggar Batik dapat lebih terbuka dalam bersosialisasi mengenai lingkungan. Kemudian, dalam hal budaya, masyarakat setempat dapat memiliki traidisi guna mempertahankan budaya Indonesia.

Tahun 1970, 1990 - 1998

Keberadaan batik Semarang mengalami penurunan, karena dianggap masih belum jelas dan juga banyak akulturasi budaya yang terjadi. Dan juga disebabkan karena faktor perekonomian

Tahun 1950 - 1960

Perkembangan batik Semarang mengalami keemasan

Zaman PenjajahanJepang

Tahun 2005

batik.

Didirikannya Sanggar Batik Semarang 16 oleh Ibu Umi SAdi Susilo

2005 - Sekarang

Sanggar Batik Semarang 16 menjadi pusat kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara yang pastinya dapat memberi pengaruh pada kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat sekitar

SanggarBak Semarang 16

Antara Budaya dan Berdaya 17
Kilas Balik Penguatan Ekonomi Lokal
Awal abad ke 7 Munculnya seni rupa batik tertua di Indonesia yang berasal dari Ponorogo Akhir abad ke 18/Awal abad ke 19 Perkembangan seni rupa
zaman
Surakarta
terkhusus
SEJARAH REVOLUSI BATIK SEMARANG
batik banyak dijalankan pada
Kesultanan Mataram hingga Kesultanan
danYogyakarta serta di seluruh Indonesia
di pulau Jawa.
Ditemukannya kampung kuno yang disebut kampung batik Semarang. Perkampungan yang mayoritas masyarakatnya memiliki mata pencaharian di bidang industri kerajinan yaitu sebagai pengrajin
Khazanah Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 18 Kader
ﺔﻓﺎﻘﺛﻟاو ﺔﯾدﺻﺗﻗﻻا لﺻاوﺗﻟا ﻲﻓ نوﺎﻌﺗﻟا ﺔﯾﻣھأ شﯾﻌﻟا ﻊﯾطﺗﺳﻧ ﻻ ﺎﻧﻧأ فرﻌﻧﻟ ؛ةرﯾﺑﻛ تﺎﻌﻣﺗﺟﻣ ﻲﻓ دارﻓﺄﻛ ﺎﻧﻘﻠﺧ ﺎﮭﺧﯾﺳرﺗﻟ ﻰﻌﺳﻧ نأ دﺑ ﻻ ،ﺔﻠﯾﺑﻧ ﺔﯾﻧﺎﺳﻧا ﺔﻣﯾﻗ نوﺎﻌﺗﻟﺎﻓ كﻟذﻟ ؛ﺎﻧدرﻔﻣﺑ ,ﺎﻧﺗﺎﻌﻣﺗﺟﻣﻟو ﺎﻧرﯾﻐﻟو ﺎﻧﺳﻔﻧﻷ ةدﯾﻔﻣ رﺻﺎﻧﻋ ﺢﺑﺻﻧ ﻰﺗﺣ ﺎﻌﯾﻣﺟ ﺎﻧﯾﻓ ﻻو ىوﻘﺗﻟاو رﺑﻟا ﻰﻠﻋ اوﻧوﺎﻌﺗو مﯾرﻛﻟا ﮫﺑﺎﺗﻛ ﻲﻓ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﷲ لﺎﻗ دﻗو بﺎﻘﻌﻟا دﯾدﺷ نإ اوﻘﺗاو ناودﻌﻟاو مﺛﻹا ﻰﻠﻋ اوﻧوﺎﻌﺗ ﻻوﻗ نﺎﻣﯾﻹا ﻖﯾﻘﺣﺗ ﻰﻠﻋ نوﺎﻌﺗﻟا هﺎﻧﻌﻣ ىوﻘﺗﻟاو رﺑﻟا ﻰﻠﻋ نوﺎﻌﺗﻟﺎﻓ ءادأ ﻰﻠﻋ نﻻدﯾ ﺎﻣﮭﻧارﺗﻗا دﻧﻋ ىوﻘﺗﻟاو رﺑﻟﺎﻓ ،ةدﯾﻘﻋو ﻼﻣﻋو رﯾﺧﻟا بﺎﺳﺗﻛاو ضﺋارﻔﻟا ءادأ وھ رﺑﻟﺎﻓ ،مرﺎﺣﻣﻟا كرﺗو ضﺋارﻔﻟا دﻧﻋو ،رﺷﻟا ذﺑﻧو مرﺎﺣﻣﻟا كرﺗ ىوﻘﺗﻟاو ،ﮫﻘﯾﻘﺣﺗو ﮫﯾﻟإ ﺔﻋرﺎﺳﻣﻟاو وھ قﻼطﻹا دﻧﻋ رﺑﻟﺎﻓ .ﮫﻠﻛ نﯾدﻟا لﻣﺷﯾ رﺧﻵا نﻋ ﺎﻣھدﺣأ دارﻓإ طﺎﺑﺗرا وھ نوﺎﻌﺗﻟﺎﻓ ﮫﻠﻛ نﯾدﻟا ﻲھ قﻼطﻹا دﻧﻋ ىوﻘﺗﻟاو ﮫﻠﻛ نﯾدﻟا قوﻘﺣ مﮭﻧﻣ لﻛﻟ نوﻛﯾ ثﯾﺣﺑ دارﻓﻷا نﻣ ﺔﻋوﻣﺟﻣ نﯾﺑ ثدﺣﯾ تﻧﺎﻛأ ءاوﺳ لﻛﺎﺷﻣ نﻣ لﺻﺣﯾ دﻗ ﺎﻣ ﺔﮭﺟاوﻣﻟو ،ﺔﯾوﺎﺳﺗﻣ تﺎﻣازﺗﻟاو ثﯾﺣ ،لﺣﻟا وھ نوﺎﻌﺗﻟﺎﻓ ﺔﯾﻧوﻧﺎﻗ وأ ﺔﯾﺳﺎﯾﺳ وأ ﺔﯾﻋﺎﻣﺗﺟا وأ ﺔﯾدﺎﺻﺗﻗا ﺔﯾدرﻔﻟا ﺔﯾدﺎﺻﺗﻗﻻا ىوﻘﻟا ﻊﯾﻣﺟﺗ لﻼﺧ نﻣ نوﺎﻌﺗﻟا رﺎﺛآ رﮭظﺗ ﺎﮭﻟوﺣﻟﺎﺑ ﺔطﯾﺣﻣﻟا فورظﻟا ﺔﺣﻓﺎﻛﻣﻟ ﻲﻓ ﺎﻌﻣ نوﻛﺗ كﻟدو ، ضرﻻا لﺎﺣ ﻲﻓ ﻰﺣا ﺎﻣ ﻲھ ﺔﯾﻓرﻌﻣﻟا ةدﺎﻌﻟا مﯾدﻘﻟا ﻰﻠﻋ ﺔظﻓﺎﺣﻣﻟا " ةدﻋﺎﻗ ﻲﻓو يدوﺟوﻟا ﺔﻣﯾﻗ و ﻲھﻻا ﺔﻣﯾﻗ ﺎھذﯾﻔﻧﺗ مﺗﯾ ﻲﺗﻟا تاءارﺟﻹا "ﺢﻠﺻﻷا دﯾدﺟﻟﺎﺑ ذﺧﻷاو ﺢﻟﺎﺻﻟا ءﺎﯾﺷأ ﻲھ نﯾدﻟا ﻊﻣ ضرﺎﻌﺗﺗ ﻻو ةدﯾﺟ ﻊﻣﺗﺟﻣﻟا ﺎھرﺑﺗﻌﯾو رارﻣﺗﺳﺎﺑ .ﺎﻧﺗﺎﯾﺣ ﻲﻓ ﺔﯾﻠﺣﻣﻟا ﺔﻣﻛﺣﻟا مﯾﻗ مدﺧﺗﺳﻧو نﯾدﻟﺎﺑ كﺳﻣﺗﻧ ﺎﻣدﻧﻋ ﺔﺳوﻣﻠﻣ ﺔﻠﻣﺎﻌﻣﻟا ﻲھ تﻻﺎﻌﻣﻟا ﺎﺑ دﺎﺻﺗﻗﻻا ﺔﯾﻓرﻣﻟا ةدﻌﻟا رووﺻﺗ ﻲﻓو وأ ﮫﺿرأ ﺔﻋارز نﻋ ﺎﻣ بﺑﺳﻟ ءرﻣﻟا زﺟﻌﯾ ﺔﻋرازﻣﻟا , ﺔﻋرازﻣﻟاﺎﺑ لﺑﺎﻘﻣ ﮫﻧﻋ ﺔﺑﺎﯾﻧ كﻟذﺑ موﻘﯾﻟ ﺎﻣ صﺧﺷ ﻰﻟا دﺋﻧﯾﺣ ﺄﺟﻠﯾﻓ ,ﺎﮭﻧﻣ ءزﺟ لﻼﺧ نﻣ و .ﺔﻋرازﻣﻟا ﺔﻐﯾﺻ ﻖﯾرط نﻋ كﻟذ مﺗﯾ و ,ﺞﺗﺎﻧﻟا مﺳﺎﻘﺗ ﻰﺗﺣ ةددﻌﺗﻣ ﺎﮭﻧأ دﺟﻧ ,ﺔﻋرازﻣﻟا دﻘﻌﻟ ءﺎﮭﻘﻔﻟا تﺎﻔﯾرﻌﺗ ضارﻌﺗﺳإ دﻧﻋ ﺔﻋرازﻣﻟا ,ﺎﻣ دﺣ ﻰﻟا ﺔﺑرﺎﻘﺗﻣ ﺎﮭﻧوﻛ مﻏر دﺣاوﻟا بھذﻣﻟا لﺧاد ﺎﻣ ضﻌﺑﺑ ضرﻷا ﻰﻠﻋ ﺔﻠﻣﺎﻌﻣﻟا ﻲھ مھدﻧﻋ ﺔﻋرازﻣﻟا :ﺔﯾﻌﻓﺎﺷﻟا ضرﻷا كﻟﺎﻣ نﻣ رذﺑﻟا و ﺎﮭﻋرز نﻣ جرﺧﯾ وھ ﺔﻣﻛﺣﻟا ﻰﻠﻋ مﺋﺎﻘﻟا ﻲﻠﺣﻣﻟا دﺎﺻﺗﻗﻻا ذﯾﻔﻧﺗﻟ ﺔﻟوذﺑﻣﻟا دوﮭﺟﻟا وﺣﻧ و نأ نﻛﻣﯾ ﺔﯾدﺎﺻﺗﻗا ةادأ ﻲھ تﺎﯾﻧوﺎﻌﺗﻟا .ﺔﯾﻧوﺎﻌﺗﻟا تﺎﺳﺳؤﻣﻟا نﯾﻛﻣﺗ ﻰطﺳوﻟا ﺔﻘﺑطﻟا اذھ سﻣﯾ نأ نﻛﻣﯾ .ﻊﻣﺗﺟﻣﻟا ءﺎﻧﺑﻟ ةدﯾﺟ ﺔﻠﯾﺳو نوﻛﺗ نوﻛﯾ نأ ﻰﻟإ نوﻠﯾﻣﯾ صﺎﺧﺷﻷا نأ ﻲﻧﻌﯾ ﺎﻣﻣ ، ﻊﻣﺗﺟﻣﻟا نﻣ ﺎﯾﻧدﻟا موﻘﺗ ، ﺔﯾﻠﻣﻌﻟا ﺔﺳرﺎﻣﻣﻟا ﻲﻓ .ﻲﻘﯾﻘﺣﻟا مﻟﺎﻌﻟا ﻲﻓ هذﯾﻔﻧﺗ لﮭﺳﻟا نﻣ فدﮭﯾ يذﻟا ﻲﻣﻼﺳﻹا يدﺎﺻﺗﻗﻻا مﺎظﻧﻠﻟ ﺎﻘﻓو ﺎﮭﺗطﺷﻧﺄﺑ تﺎﯾﻧوﺎﻌﺗﻟا ﺔﻛرﺗﺷﻣﻟا ﺢﻟﺎﺻﻣﻠﻟ ﺔﯾوﻟوﻷا ﻲطﻌﺗ ﻲﺗﻟا ﺔﺣﻠﺻﻣﻟا ﻰﻟإ. ﺔﯾﻟﺎﻣﻟا تﺎﺳﺳؤﻣﻟا ﺞﻣارﺑﻟ نﻛﻣﯾ ، رﻘﻔﻟا ةدﺣ نﻣ فﯾﻔﺧﺗﻟا لﺎﺟﻣ ﻲﻓ ﺔﻣﺎﻌﻟا ﺔﯾﻟﺎﻣﻟا تﺎﺳﺳؤﻣﻟاو ﺔﯾﻓرﺻﻣﻟا رﯾﻏو ﺔﯾﻓرﺻﻣﻟا ، ﺔﯾﻣﻼﺳﻹا تﺎﺳﺎﯾﺳ نﻋ ثﺣﺑﻠﻟ ﺔﻣوﻛﺣﻟا ﻊﻣ بﻧﺟ ﻰﻟإ ﺎﺑﻧﺟ لﻣﻌﻟا ، ﺔﯾﻣﻼﺳﻹا مﮭﻓو فﺎﺷﻛﺗﺳا نﻋ ﻼﺿﻓ ، ةددﺣﻣﻟا ﺔﯾﻠﺣﻣﻟا فورظﻟا بﺳﺎﻧﺗ ﺔﻠﯾدﺑ رﻘﻔﻟا دﺿ ﺔﯾﺋﺎﻗوﻟا رﯾﺑادﺗﻟﺎﺑ ﻖﻠﻌﺗﯾ ﺎﻣﯾﻓ نﯾﯾﻠﺣﻣﻟا نﺎﻛﺳﻟا ﺔﻣﻛﺣ نزاوﺗﻟاو مﺎظﻧﻟا ﻖﻠﺧ ﻲﻓ ﺔﯾﻠﺣﻣﻟا ﺔﻣﻛﺣﻠﻟ ﻲﺳﯾﺋرﻟا مادﺧﺗﺳﻻا لﺛﻣﺗﯾ ﻲﻓ .ﺔﯾﻌﯾﺑطﻟا دراوﻣﻟا ﻰﻠﻋ ظﺎﻔﺣﻟاو ﺔﻓﺎﻘﺛﻟاو ﺔﯾﻋﺎﻣﺗﺟﻻا ةﺎﯾﺣﻟا نﯾﺑ ﺔﻟوﺎﺣﻣ ﻲﻓ نوﺎﻌﺗﯾ نأ ﻲﻣﻼﺳﻹا دﺎﺻﺗﻗﻼﻟ نﻛﻣﯾ لﺎﺟﻣﻟا اذھ دﮭﺟ نإ .ﺔﯾدﺎﺻﺗﻗﻻا بﻧاوﺟﻟﺎﺑ ﺔﻘﻠﻌﺗﻣﻟا ﻊﻣﺗﺟﻣﻟا تاروطﺗﻟ ﺔﺑﺎﺟﺗﺳﻼﻟ لﻌﺟﯾ يذﻟا وھ ﺔﯾﻠﺣﻣﻟا ﺔﻣﻛﺣﻟا هﺎﺟﺗ ﻲﻣﻼﺳﻹا يدﺎﺻﺗﻗﻻا ﺢﻣﺎﺳﺗﻟا رﺿﺎﺣﻟا ﻲﻓ ﻲﺧﯾرﺎﺗﻟا لﺟﺳﻟا ﻲﻓ ﺎﯾﻟدﺟو ﺎﯾﻛﯾﻣﺎﻧﯾد نﯾﻣﻠﺳﻣﻟا روطﺗ لﺑﻘﺗﺳﻣﻟاو نأ بﺟﯾ ﻖﻠطﻣ ءﻲﺷ ﻲھ ﺔﯾﻧﺎﺳﻧﻹا ﺔﻣھﺎﺳﻣ نأ ﺞﺗﻧﺗﺳﻧ نأ نﻛﻣﯾ كﻟذﻟ ، ةﺎﯾﺣﻟا ﺔﯾرارﻣﺗﺳا ﻰﻠﻋ ظﺎﻔﺣﻟا مﺗﯾ ثﯾﺣﺑ ، نﺎﺳﻧإ لﻛ ﮫﺑ موﻘﯾ نﻣﺿﺗﺗ ﻲﺗﻟا ﺔﯾﻠﺣﻣﻟا ﺔﻣﻛﺣﻟا ﻰﻠﻋ مﺋﺎﻘﻟا يدﺎﺻﺗﻗﻻا نﯾﻛﻣﺗﻟا ﺔﺻﺎﺧو مﺎﻋ لﻛﺷﺑو رﯾوطﺗ ﻲھ ﻲﺗﻟا ةدﯾﺟﻟا ﺔﻓﺎﻘﺛﻟاو ﺔﻟدﺎﺑﺗﻣﻟا ةدﻋﺎﺳﻣﻟا ﺔﻣﯾﻗ يذﻟا مﻼﺳﻹا.رﻣﻷا اذھ ﻲﻓ ارود ﺎﺿﯾأ بﻌﻠﺗ ﺔﯾﻧﯾدﻟا مﯾﻟﺎﻌﺗﻟا نأ يوﺎﺟﻟا رﯾﺑﻌﺗﻟا ﻲﻓ لﺎﻘﯾو ، نﯾﻣﻟﻸﻟ ﺔﻣﺣر ﺢﺑﺻأ “Gemah ripah loh jinawi”. ﺔﻣﻷا نﻣ ءزﺟﻛ بﻌﺷﻟا لﺎﺿﻧ ﻊﻠطﺗﯾ رﺎھدزﻻاو ﺔﻟادﻌﻟاو ﺔﺑوﺻﺧﻟاو مﻼﺳﻟا / مﻼﺳﻟا لﻼﺣإ ﻰﻟإ ﺔﯾﺳﯾﻧودﻧﻹا يدﯾﻣﺣ نارﻣﻋ Foto : waru.desa.id
2020

The Contribution of Popular Culture to the Performance of the World Economy

behavior and social phenomena that describe the identity and image of a society. The British anthropologist Edward Burnett Taylor explained that culture is the whole, which includes knowledge, belief, art, morals, customary law, and all other capabilities and habits acquired by humans as members of society.

Along with the times that continue to develop, the culture that is bound by ancient boundaries and traditions turns into popular culture that appears in the development of social media and becomes an important part of life. The present era is seen as one of the historical sources of themes and perspectives related to popular culture. This development was marked by the emergence of cinema and radio, mass production, and cultural consumption.

Talking about popular culture cannot be separated from the rapid development of technology that encourages the rapid popularity of new cultures in the world community so that it can have many impacts on the performance of the world economy. Economic progress itself is one of the development goals that represent the welfare of the community. The economic perspective tends to dominate the way of thinking about the definition of development and welfare. Conceptually, development can be referred to as growth and expansion, change, improvement, transformation, and modernization. Economic growth is strongly influenced by cultural values that develop in a community, nation, or state. Economic development cannot be separated from foto:pmb.brin.go.id

Culture is a concept related to

Khazanah
Kader 2020
19
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

culture because economic development itself is a cultural process.

Popular culture is a set of entertainment tools and is a product that is traded for material interests for the purpose of making a profit, although sometimes, on the other hand, popular culture is created for other purposes, such as interest in creating a type of political culture. This shows the fact that popular culture is related to many aspects, such as consumption, fashion, politics, the economy, and others.

This popular culture is a culture that is fun, liked, and known by many people. Popular culture is the culture that most people enjoy today. Whatever the crowd likes and is interested in is pop culture. This popular culture is indeed alluring because the concept is light, interesting, and fun. It makes everyone excited to be a part of it. The massive role of the media in the current era means popular culture can have a big impact on various things, such as music, films, culinary, and so on.

One of the products of popular culture that is developing is the Korean Wave. The Korean Wave (Hallyu) refers to the global preeminence of South Korea's cultural economy. It is a collective phrase used to describe Korean culture and the extraordinary rise of popular culture. . Hallyu initially spread to China and Japan, then to Southeast Asia and several countries around the world. Recently, the value of the Korean Hallyu economy was estimated to reach USD 12.3 billion in 2019.K Wave is a wave that brings K Pop, K Drama, and K Film cultural and entertainment products from South Korea above the peak of fame to all corners of the world. For the first time in history, in early 2020, a non-English language film won the Oscar for the best film category. The country, which was hit by the 1997 1998 crisis, is now a major player in the world's entertainment industry. Companies in various

parts of the world are starting to use Korean idols as brand ambassadors because of the large number of militant fans both from within the country and abroad.

Japan, as one of the countries in Asia, has also succeeded in attracting the enthusiasm and interest of the global community with products including television shows, comics or manga, anime, music, and fashion through cosplay. Japan Pop Culture, which is the name for products that are full of traditional Japanese culture, first developed in the 1990s and continues to grow to this day.

Meanwhile, the United States also exerts its influence through popular culture around the world. The United States is known as a trendsetter in films, music, and television shows. In addition, the United States is also active in developing social media-based technology that is currently bridging the emergence of trends among global citizens, such as Facebook and Twitter. The United States is also famous for Kentucky Fried Chicken, which is the name of a fast food restaurant that serves fried chicken, fries, burgers, and others, which was later shortened to KFC. Through management technology and supported by modern information technology including television, radio, newspapers, and others, KFC has become popular and favored by the wider community. Currently, KFC has gone global, and as of December 2019, there were 22,621 KFC outlets in 150 countries around the world.

Khazanah 1
Penguatan
Ekonomi Lokal Antara Budaya dan
Berdaya
20
foto:Lokadata.ID

Pelestarian Produk Industri Berbasis Budaya dan Kearifan Lokal

Budaya senantiasa berangkat

dari sejarah, yang kemudian membentuk produk-produk yang menjelaskan bahwa sebuah evolusi panjang telah terjadi. Artefak, perilaku sosial, dan sistem nilai merupakan produk tersebut. Semua produk budaya selalu berasas pada pola kearifan lokal yang berasal dari manusia dengan segala pemahaman dan pola pikirnya. Kearifan lokal yang bermula dari kondisi untuk bertindak dan bersikap dalam suatu peristiwa, kemudian membentuk ekspresi beragam berupa adat, karya seni, hingga pola pikir manusia pun terbentuk dari kearifan lokal tersebut. Menurut Aryo, sebuah sinergi ditunjukkan keduanya, yaitu: kearifan lokal mengintervensi evolusi budaya dan karya budaya melukiskan bentuk kearifan lokal yang khas di setiap daerah (Aryo, 2010).

Masyarakat menggunakan cara-cara tersendiri untuk mengelola alam dan lingkungan. Kebiasaan-kebiasaaan itu kemudian membentuk dengan apa yang disebut kearifan lokal. Kearifan lokal pada intinya kegiatan yang melindungi dan melestarikan alam dan lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji dan melestarikan kearifan lokal yang berkembang di masyarakat. Karena kearifan lokal terbentuk sebagai proses interaksi antara manusia dengan lingkungannya dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhannya. Prosesproses terbentuknya kearifan lokal sangat bergantung kepada potensi sumberdaya alam dan lingkungan serta dipengaruhi oleh pandangan, sikap, dan perilaku masyarakat setempat terhadap alam dan lingkungannya.

M. Anim Jalal, S.H

Hal tersebut selaras dengan kajian strategi perkembangan ekonomi secara syariah bahwasanya prinsip dan produk syariah harus lebih concern, peka, dan memperlihatkan keberpihakan segenap masyarakat, termasuk masyarakat desa. Perkembangan ekonomi berbasis nilai agama ini berperan dalam membangun masyarakat, tidak sentralistis agar sumberdaya dan partisipasi ekonomi tidak terakumulasi pada kelompok tertentu. Selain itu, salah satu

M. Anim Jalal, S.H
KA Forshei Penguatan
Antara Budaya dan Berdaya 21
Keluarga Alumni forshei (KeluargaAlumniforshei)
Ekonomi Lokal

sumber hukum dalam syariat termasuk masyarakat lokal yang baik ('urf shahih). 'Urf shahih merupakan kebiasaan (adat) yang dinilai baik, bijaksana, yang merupakan hasil dari serangkaian tindakan sosial yang berulang-ulang dan terus mengalami penguatan, pengakuan akal sehat dan tidak menyimpang dari prinsip-prinsip syariat. Sehingga kearifan lokal ('urf shahih) walaupun bersifat lokal tapi mengandung nilai-nilai moral universal. Terlihat dari masyarakat desa yang kehidupannya apa adanya, mandiri, tidak berlebih-lebihan, tenggang rasa, bijaksana dalam berhutang, tidak merusak kelestarian generasi dan lingkungan, dan sebagainya. Karena kearifan lokal seperti inilah sesuai ajaran agama. Bentuk kearifan lokal tersebut memberi peluang kreatifitas masyarakat yang selanjutnya memunculkan industri kreatif. Pemerintah menetapkan UndangUndang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan penanda dimulainya era desentralisasi (red: otonomi daerah Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah), yang bertujuan mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance), penyedia pelayanan publik dan peningkatan daya saing daerah menuju masyarakat sejahtera. Hal tersebut menciptakan keakraban masyarakat dengan ekonomi kreatif yang diwujudkan melalui industri rumah kreatif (creative home industri) yang menjual ide kreatif untuk menghasilkan pendapatan. Para pakar menyebutnya dengan istilah “Ekonomi Kreatif” yakni sebuah “Talenta Ekonomi” baru yang mengubah kehidupan masyarakat melalui ide/gagasan kreatif, yang menghasilkan produk-produk bernilai ekonomi yang mampu menjadikan kehidupan lebih sejahtera.

Keakraban dengan home industri membuat masyarakat menyadari pentingnya memberdayakan potensi lokal, yakni dimulai

dengan “back to nature”, memandang lebih jeli lagi terhadap alam sekitar. Hal tersebut memunculkan harmonisasi manusia dengan lingkungan. Potensi industri lokal baik budaya maupun kearifan lokal sebagai kekayaan alam juga dapat memberikan dampak positif khususnya bagi perekonomian masyarakat sekitar. Industri lokal yang mengembangkan budaya maupun kearifan lokal mampu memberikan dampak di bidang ekonomi yang terdiri dari adanya penciptaan lapangan kerja baru, peningkatan pendapatan masyarakat, penurunan angka kemiskinan, penurunan perilaku konsumtif, penguatan solidaritas masyarakat, dan mampu menggerakkan sektor-sektor lain untuk lebih berkembang (Chotimah, 2011).

Bahkan produksi industri berbasis budaya dan kearifan lokal dapat menjadi komoditi ekspor bagi Indonesia. Seperti halnya kerajinan pandan CV. Pandanus Nusa, kerajinan batik di Pekalongan, Angklung dari Jawa Barat, Wayang Kulit dari Jawa Tengah, dan sebagainya. Hal tersebut bermula dari pandangan bahwa era globalisasi bukanlah sebuah ancaman (threats) namun lebih sebagai sebuah peluang (opportunities). Era globalisasi merupakan era yang menuntut masyarakat untuk berpikir kreatif dalam mempertahankan kearifan lokal yang khas. Terlebih, arus globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia bergerak begitu cepat mendorong semakin meningkatnya keterbukaan hubungan ekonomi antar bangsa dan mendorong persaingan yang semakin meningkat.

Namun, realitas menyajikan fakta lain. Seiring perkembangan budaya, baik tradisional maupun biotekhnologi, penggunaan bahan kearifann lokal, seperti yang dapat dijumpai di masyarakat maupun pasar tradisional, mengalami pergeseran yang signifikan dan digantikan oleh bahan lain, seperti tali oleh plastik, topi dari bahan kain, dan bahan-bahan lainnya.

KA Forshei Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 22

Hal tersebut menimbulkan threats tersendiri, salah satunya percepatan hilangnya pengetahuan tentang diversitas bahan-bahan kearifan lokal.

Padahal dikaji lebih dalam konomi jika men , e kreatif berbasis berkembang di kearifan lokal masyarakat pedesaan dan merupakan kebudayaan masyarakat sebagai bentuk adaptasi terhadap alam dan lingkungan tempat tinggalnya di tengah kondisi lingkungan konomi dimana moralitas, e kebijaksanaan dan maqashid syariah masih minim, hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi UMKM dan pegusaha agar menggugah kearifan bangsa sendiri agar menjadi sumber daya “ ” serta back to nature tantangan tersendiri bagi Masyarakat Ekonomi Syariah dalam pengunggahan ( ) prinsip dan prakt k masyarakat uploading i tradisional yang bisa dikategorikan sebagai 'urf shahih. Dengan demikian, pengembangan ekonomi Islam tak melulu berpijak pada labelisasi dan adopsi skema praktik konvensional, tapi juga bisa belajar dari kearifan lokal yang juga merupakan bagian sunnatullah yang seringkali terabaikan.

masyarakat. Dengan begitu, cita-cita ekonomi Islam dalam hal pembangunan segi ekonomi dengan mengentaskan kemiskinan dapat terwujud.

Pengembangan ekonomi kreatif dalam konteks ke Indonesia-an, ialah mampu mengintegrasikan tekhnologi, informasi dengan tetap mempertahankan kekhasan yang ada dalam rangka perbaikan ekonomi yang lebih baik, untuk meraih keunggulan yang mampu menekan pengangguran dan memberikan peluang yang adil sesama masyarakat.

Sebagaimana dikutip oleh an-Nabhany, ada tiga pilar yang dipergunakan untuk membangun sistem ekonomi dalam pandangan Islam, yaitu bagaimana harta diperoleh yakni menyangkut kepemilikan (al milkiyah), bagaimana pengelolaan kepemilikan harta ( ), tasharruf fil milkiyah dan bagaimana distribusi kekayaan di tengah masyarakat ( ) tauzi'ul tsarwah bayna an-naas (Qordhowi 1997) enurut pen , iga pilar , . M ulis t ini relevan diterapkan pada kasus pengembangan Ekonomi Kreatif yang mengedepankan kreatifitas sumberdaya manusia yang pada akhirnya mampu menciptakan produktivitas yang mampu memberikan pada full employment

Hal tersebut sejalan dengan tujuan dalam pembangunan ekonomi Islam berkaitan dengan konsep falah yang berarti kesejahteraan ekonomi di dunia dan keberhasilan hidup di akhirat, yaitu kesejahteraan yang meliputi kepuasan fisik sebab kedamaian mental yang hanya dapat dicapai melalui realisasi yang seimbang antara kebutuhan materi dan rohani dari personalitas manusia. Rasulullah SAW telah menterjemahkan nilai-nilai keragaman dalam realitas kehidupan umat manusia, yaitu dengan berpijak pada etika kehidupan kemanusiaan (insaniyyah) yang universal. Artinya, ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal telah dicontohkan sejak zaman Rasulullah, melalui nilai universalisme Islam yang mampu menghargai dan bersikap arif terhadap tradisi lokal yang memunculkan penghargaan terhadap kosmologi alam. Alam menjadi bagian kehidupan manusia yang stabil dan ramah lingkungan. Karena itu, apresiasi terhadap budaya lokal sebagai wujud akulturasi agama dan budaya, bahwa keberagamaan tidak hanya dibentuk oleh wahyu dan teks, melainkan dibentuk oleh budaya lokalnya. Hal ini dalam rangka mewujudkan keberagaman dalam keberagamaan, khususnya menjamin hak-hak dasar masyarakat lokal termasuk hak dalam berekonomi (Djazuli, 2006).

23 KA Forshei
Ekonomi Kreatif dan Kearifan Lokal dalam Perspektif Ekonomi Islam Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Selain itu, kearifan lokal dalam perspektif hukum ekonomi Islam adalah 'urf. Secara etimologi 'urf berarti kebiasaan dan sesuatu yang dikenal dengan baik. 'Urf sering diartikan dengan segala sesuatu yang sudah saling dikenal di antara manusia yang telah menjadi kebiasaan atau tradisi,baik bersifat perkataan, perbuatan atau dalam kaitannya

dengan meninggalkan perbuatan tertentu. 'Urf tidak terjadi pada individu tetapi merupakan kebiasaan orang banyak atau kebiasaan mayoritas suatu kaum dalam perkataan atau perbuatan. 'Urf bukan kebiasaan alami, tetapi muncul dari praktik mayoritas umat yang telah mentradisi (Dahlan: 1996).

foto: kronikkaltim com
24 KA Forshei
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya
Participation Bricolage Sumber : transmediariau.com Remediation Bagaimana masyarakat memberikan kontribusi untuk tujuan bersama Memanfaatkan hal-hal yang sudah ada menjadi hal baru Bagaimana masyarakat memperbaiki budaya lama menjadi budaya baru yang lebih bermanfaat 3 Aspek Penting Membangung Budaya Digital AKSELERASI TREN BUDAYA DALAM Jenis Teknologi Era Digital Teknologi Cloud Internet Of Things Big Data dan advanced analytics Internet Seluler Sumber : katadata.co.id Sub Sektor Ekonomi Kreatif 8 9 Kulin Film, Video 7 Fesy 1 2 3 Pengembangan Permainan Kriya Desain Interior 5 6 Seni Rupa Desain Produk 4 Musik Sumber : kemenparekraf.go K F K Subsekt Pen Sumber Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2015 2016 2017 2018 2019 15,9 juta orang 16,9 juta orang 17,6 juta orang 18,4 juta orang 19,2 juta orang Sumber : Laporan Statistik EK 2020 Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 25 Infografis
Sumber : katadata.co.id Digital Culture = 3,90 Digital Etics = 3,53 Digital Skill = 3,44 Digital Safety = 3,10 Indeks Literasi Budaya Digital 2021 ALAM KEMAJUAN EKONOMI KREATIF Digital ologi ed 14 15 16 17 Periklanan Seni Pertunjukan Penerbitan Aplikasi 11 12 13 DKV TV dan Radio Arsitektur 10 Fotografi uliner ilm, Animasi dan ideo en go.id 2016 Rp 922,59 triliun 2017 Rp 1000 triliun 2018 Rp 1.105 triliun 2020 Rp 1.100 triliun 2019 Rp 1.200 triliun Kontribusi Ekonomi Kreatif Terhadap PDB Kuliner 41,5% esyen 17,7% Kriya 15% Subsektor Ekonomi Kreatif enyumbang Terbesar PDB 2021 Sumber : beritasatu.com U$ 12 M 2020 U$ 180 jt 2021 U$ 5,1 M 2021 Rp 3,3 T 2021 U$ 15,5 M 2019 U$ 4,3 M 2020 Inovasi Digital dalam Ekonomi Kreatif Sumber : katadata.co.id Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 26 Infografis Sumber : Kemenparekraf.go.id

Desa Wisata Lerep Berdayakan Kearifan Lokal

Bank Indonesia (BI)

menyatakan pariwisata merupakan sektor yang paling efektif untuk mendongkrak devisa Indonesia. Salah satu alasannya karena keragaman sumber daya alam, budaya kuliner, dan kekayaan lainnya yang ada di Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Oleh karena itu, tidak heran jika industri pariwisata merupakan salah satu penyumbang terbesar devisa negara. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, kontribusi devisa pariwisata tahun 2021 meningkat 4% dari tahun 2020. Dikabarkan pemerintah Indonesia telah menargetkan nilai devisa sektor pariwisata Indonesia meningkat hingga 1,7 milliar dolar AS atau sekitar Rp 24 miliar di tahun 2022 ini. Begitu juga dengan kontribusi Product Domestic Bruto (PDB) pariwisata ditargetkan akan meningkat sebesar 4,3 persen.

Pariwisata sendiri menurut UU No. 10 Tahun 2009 merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Peranan pariwisata sendiri yakni sektor yang bisa menunjang kemajuan suatu daerah, terutama dengan adanya peraturan mengenai otonomi daerah. Dimana suatu daerah diberi kebebasan dalam mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat. Kebijakan ini diberlakukan atas dasar masyarakat daerah yang memiliki modal yang dapat diandalkan untuk kemajuan daerahnya, salah satunya yakni kegiatan pariwisata. Desa wisata merupakan daya tarik

Kader 2020

wisata alam, wisata buatan, dan wisata budaya dalam satu kawan tertentu dengan didukung atraksi, akomodasi, dan fasilitas lainnya yang telah dilembagakan dan dikelola oleh Pemerintah Desa dan atau masyarakat. Desa wisata sendiri memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Hal ini sejalan dengan yang disebutkan dalam Undang-Undang tentang Kepariwisataan, dimana salah satu tujuan dari kepariwisataan yakni untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat.

Menurut data dari Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia sekarang ini, jumlah desa wisata di Indonesia sekitar 1.831 dari 34 provinsi. Tentunya dengan jumlah ini desa wisata memiliki potensi dalam menyumbang pendapatan daerah masing-masing. Desa Wisata Lerep menjadi salah satu desa wisata yang memiliki potensi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengangkat budaya sendiri. Desa ini beralamat di Jl. Kalimasada No.I, Lerep Satu, Lerep, Ungaran Barat, Semarang, Jawa Tengah. Dengan kondisi geografis di lereng gunung memberikan suasana sejuk dan asri yang sangat cocok untuk dijadikan tempat rekreasi keluarga. Berikut adalah wawancara kami dengan Bapak Susiyanto selaku Ketua Desa Wisata Lerep.

Siapa yang pertama kali menggagas ide desa wisata Lerep? Dan Apa yang menjadi latar belakang desa wisata didirikan?

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya
Wawancara 27

Bapak Kades kami, Pak sumariadi. Awalnya tahun 2016, bermula dari penerimaan tamu yang berkunjung ke desa Lerep. Dengan banyaknya potensi yang dimiliki oleh desa Lerep akhirnya muncul ide untuk menjadikan desa Lerep sebagai desa wisata. Karena sebelum menjadi desa wisata kami tidak bisa menjual paket. Jadi, wisatawan hanya datang dan pergi gitu saja tanpa adanya pemasukan. Akhirnya pada akhir tahun 2016, kami diberi SK oleh pemerintah daerah. Dan bisa menjual potensi yang ada di Desa Lerep kepada wisatawan.

Pak Kades sebagai penggagas desa wisata lerep, apa yang menjadi motivasi pak kades untuk menjadikan desa lerep sebagai desa wisata?

Sesuai visi misi beliau, yakni mensejahterakan masyarakat yang direalisasikan dengan desa wisata ini. Bapak Kades sendiri sudah menjabat 3 periode, dan sekarang periode terakhir

Apa saja prestasi yang dimiliki desa lerep?

Untuk dapat bersaing di dunia pariwisata, kami juga mengikuti berbagai perlombaan. Diantaranya, pada tahun 2017 kami mengikuti lomba di Mongkit Borobudur mewakili Kabupaten Semarang. Alhamdulillah, kami langsung menyabet juara satu yang kebetulan menjadi juara umum. Kemudian di tahun yang sama, kami juga menjadi juara satu pada lomba desa wisata, selanjutnya tahun 2018 juara dua lomba BUMDES tingkat JATENG, juara satu lomba BPJS tenaga kerja tingkat nasional, tahun 2019 juara satu lomba pokdarwis tingkat jawa tengah. Selain itu, desa wisata lerep juga termasuk 13 desa seIndonesia yang berkelanjutan oleh menteri pariwisata.

Bagaimana strategi untuk membangun desa wisata Lerep?

Aktif dalam mengikuti perlombaan tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional. Dengan prestasi yang kami miliki tadi, masyarakat jadi banyak yang mengenal desa wisata Lerep. Akhirnya menjadi penasaran dan mau datang ke tempat kami. Disamping mengambil paket, wisatawan juga bisa mengambil paket studi banding. Dimana banyak desa-desa di Indonesia yang sedang membuat desa rintisan maupun berkembang, tentunya yang ingin menjadi rujukan adalah desa-desa yang sudah berkembang dan berprestasi, dan desa wisata Lerep menjadi rujukan desa-desa tersebut.

Apa saja kegiatan wisata yang bisa didapatkan di desa wisata lerep?

Wawancara
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya
Foto:era.id 28

Kami memiliki bermacam-macam paket wisata, seperti wisata alam, wisata edukasi, wisata budaya, wisata kuliner. Kami juga menjual paket setiap hari one day tour, manakala ada tamu yang mau ngambil paket sehari. Kemudian, setiap ada tamu kami sambut dengan wellcome dance dari masyarakat desa lerep kepada tamu yang datang. Tarian tersebut yakni tari caping gangsing yang merupakan tarian khas desa Lerep. Selanjutnya kami pandu untuk mencicipi sajian kuliner pembuka yaitu wellcometry dan wellcome snack khas dari desa wisata Lerep. Selain itu, kami juga menawarkan minuman yang unik-unik seperti wedang polo, teh godong kopi, teh tela yang tidak biasa dijual ditempat umum. Kemudian, melakukan kegiatan selanjutnya sesuai dengan paket yang diinginkan, entah itu edukasi ataupun game. Jika nantinya memilih edukasi, kami akan mengajak membuat permen susu, membuat kripik, membuat sangrai kopi, membuat gula aren, tanam padi, dan sebagai untuk anak sekolah ini sangat menarik. Kami juga memiliki kolam renang yang sangat diminati oleh wisatawan, yakni kolam renang Watu Gunung.

Dari pengelolaan desa Lerep sendiri, apakah ada semacam pelatihan untuk menjalankan desa wisata?

Sebelum membuat desa wisata, kami melakukan studi banding terlebih dahulu ke Ponggok, Bandung, Jawa Timur, dan sebagainya seluruh Indonesia. Kami diajak oleh pak Kades ke beberapa tempat tersebut. Selanjutnya kami juga mengikuti pelatihan yang diadakan oleh dinas pariwisata, entah itu pelatihan pemandu, pelatihan home stay, dan pelatihan lainnya yang diadakan oleh dinas pariwisata.

Apa saja kendala dalam kegiatan sosialisasi kepada masyarakat?

Kendalnya cukup relatif banyak. Karena dengan desa wisata, sebelum masyarakat mengetahui tentang desa wisata image tentang wisata sangat tidak baik di tempat kami. Cenderung negatif, banyak yang takut. Banyak wisatawan nanti budaya di Lerep akan terkontaminasi dengan budaya luar, takutnya nanti pergaulan bebas dan sebagainya. Namun, semenjak pak Kades mensosialisasikan terusmenerus kepada masyarakat dan mengedukasi bahwa desa Lerep itu tidak seperti yang dibayangkan. Tetapi, berjalannya waktu masyarakat mulai memahami tujuan dari adaya desa wisata. Desa wisata itu sendiri kan menjual potensi yang dimiliki oleh masyarakat, perilaku masyarakat setiap hari itu yang kami jual seperti yang mempunyai keterampilan membuat sangrai kopi, permen susu, sabun susu, itu yang kami jual. Itu bisa memberikan nilai lebih ke masyarakat. Kemudian, untuk masyarakat yang mempunyai home stay, yang sebelum menjadi desa wisata hanya digunakan untuk gudang penyimpang barang, dapat dimanfaatkan menjadi home stay. Itu tentunya menjadi pendapatan tambahan untuk masyarakat

Selama masa pandemi apakah ada kendala dalam pengoperasionalan Desa wisata Lerep? dan strategi apa yang dilakukan desa wisata Lerep dalam mengatasi permasalahan tersebut?

Semasa pandemi jelas, semua pariwisata terpuruk. Selama dua tahun ini, kami vakum. Namun, dalam masa vakum itu kami gunakan untuk berbenah dengan membuat sekretariat baru, membuat spot-spot foto. Sehingga,

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Wawancara 29

setelah pandemi itu kami jual lagi. Dan sekarang alhamdulillah sudah mulai banyak tamu yang datang, setelah pemerintah kabupaten memutuskan bahwa boleh menerima tamu wisatawan yang berkunjung ke tempat kami.

sudah mulai berkurang seperti karawitan juga sekarang sudah tidak ada yang menjadi penerus. Budaya lainnya juga sudah agak jarang peminatnya, sehingga menjadi kesulitan kami, terutama di bidang seni.

Artinya kita mencoba untuk berdaya saing dengan desa-desa wisata lain yang ada di daerah kami dan berupaya menjual paket wisata dan menarik wisatawan yang berkunjung dengan memanfaatkan potensi yang kami miliki. Banyak potensi yang kami miliki tidak hanya edukasi, keterampilan, alam, namun budaya juga banyak yang kita miliki dan mulai kita gali dan eksplor serta daur ulang kembali sehingga dapat menarik wisatawan yang berkunjung ke tempat kami. karena desa wisata itu tidak seperti tempat wisata, tempat wisata itu wisatawan datang beli tiket dan menikmati. Tetapi desa wisata itu harus ada atraksi, dan atraksi itu kita suguhkan kepada wisatawan, sehingga ada interaksi dengan wisatawan dan itu yang menjadi tarik para wisatawan sehingga akan datang kembali untuk berwisata lagi. Kami juga selalu berinovasi, tarian budaya kami inovasi, keterampilan kami inovasi, dan semuanya kita inovasi sehingga tamu yang datang sekarang setengah tahun lagi datang sudah berbeda kegiatan yang kita tawarkan.

Harapannya kami sebagai pelaku desa wisata bisa terus berinovasi dan menggali potensipotensi yang kami miliki. Pariwisata yang banyak wisatawan datang, sehingga desa wisata dan tempat-tempat wisata lainnya di Indonesia dapat berinovasi terus menerus untuk memperindah, mempercantik tempat wisata maupun desa wisata yang kita miliki.

Susiyanto (KetuaDesaWisataLerep)

Kendala sekarang yaitu perkembangan teknologi. Budaya di tempat kami pun sudah agak punah, penerus-penerus budaya pun

Wawancara
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya
Menurut Anda, apa arti dari berdaya dengan budaya sendiri?
Menurut anda bagaimana potensi wisata budaya di Indonesia saat ini?
Apa harapan Anda untuk perkembangan pariwisata di Indonesia?
30

Perkuat Digital Marketing, Langkah Awal UMKM dalam Meningkatkan Daya Saing Produk Lokal Di Masa Pandemi Covid-19

Kader 2020

Sejak tahun 2020 lalu, pandemi

Covid-19 telah melanda ke berbagai negara belahan dunia, termasuk Indonesia. Pandemi Covid-19 memberikan dampak signifikan ke semua sektor kehidupan, mulai dari sektor kesehatan, sosial, hingga sektor perekonomian. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengurangi dampak pandemi, salah satunya dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah tentang pemberlakuan PSBB, namun dalam pelaksanaannya PP ini malah memberikan dampak negatif ke sektor perekonomian khususnya pada sektor UMKM. Menurut pelaku usaha, pandemi memberikan dampak signifikan pada usahanya. Dari 65 juta UMKM di Indonesia, 82,9% merasakan dampak negatif, banyak usaha yang harus gulung tikar karena sulit bertahan di masa pandemi, dan mengalami penurunan omset secara terus menurus.

Sebelum pandemi melanda, tercatat baru 16% pelaku UMKM yang sudah melek digital dengan memanfaatkan e-commerce dalam memasarkan produknya. Pada tahun 2020, tingkat daya saing UMKM lokal dinilai masih rendah, kemampuan ekspor UMKM hanya sekitar 15,65% dari total ekspor. Pemerintah telah berupaya untuk memulihkan UMKM khususnya pada Produk Lokal yaitu dengan terus mendorong digitalisasi. Di tahun 2021 tercatat ada 15,9 juta atau 24,9% dari total UMKM di Indonesia sudah mulai merambah dunia digital. Kemudian di tahun 2022 tercatat sudah ada 40% UMKM yang sudah menggunakan berbagai jaringan marketplace untuk

memasarkan produknya, dan UMKM sudah merasakan adanya peningkatan pendapatan. Hal ini membuktikan bahwa UMKM lokal sudah cukup tangguh dalam menghadapi dampak pandemi. Semoga kedepannya UMKM lokal siap bersaing secara global, dan diharapkan dapat bertransformasi menjadi UMKM digital. Sehingga dapat bersaing dengan produk luar bertaraf internasional yang tak kalah apik dengan produk lokal. Di tengah maraknya era digitalisasi, transformasi digital terus digalakkan demi menunjang perekonomian dan kestabilan para pelaku UMKM. Daya saing produk lokal dengan produk impor kian kompetitif. Produk kuliner menjadi UMKM yang dinilai dapat terus bertahan dan eksis di masa pandemi. Adanya gempuran digitalisasi dan masifnya produk impor menjadi tantangan bagi pelaku usaha dalam mempertahankan eksistensi produknya dipasaran.

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya
Opini
Qurroti A’yun
31
Foto:grandcircus.co

Produk UMKM lokal sebetulnya memiliki peluang untuk bisa bersaing di pasar global. Sebab, Indonesia memiliki beragam produk yang unik dan berkualitas. namun untuk mencapai taraf internasional masih harus ditingkatkan lagi dari segi kualitas, marketing, dan branding agar dapat bersaing. Namun dalam kenyataanya, produk impor masih mendominasi pasar lokal. diperlukan strategi pemasaran yang tepat untuk dapat meraih pangsa pasar sehingga dapat meningkatkan penjualan produk. Merespon hal tersebut Pemerintah mengambil tindakan dengan memberikan dukungan dengan mengenalkan digital marketing dan digital branding pada UMKM. Strategi digital marketing pada UMKM dilakukan dengan memanfaatkan sosial media seperti Website, WhatsApp, Facebook dan Instagram. Media tersebut umum digunakan oleh masyarakat, cukup dengan membuat postingan foto atau video yang berisi konten menarik tentang produk UMKM secara konsisten. UMKM juga diarahkan untuk mengenal digital branding untuk menciptakan nilai produk dengan mengenalkan logo dan keunikan produk ke masyarakat luas.

Dalam pengaplikasiannya, usaha kuliner menjadi salah satu UMKM yang sudah menerapkan digital marketing. Maraknya usaha kuliner di indonesia dan tak pernah sepi peminat membuat pelaku UMKM harus memutar otak agar dapat bersaing dengan kompetitor lain. Digital marketing sangat efektif dalam meningkatkan minat beli konsumen.

Roti Gembong menjadi salah satu usaha kuliner populer di Yogyakarta yang telah menerapkan digital marketing. Roti jadul yang berasal dari Kutai ini memiliki keunikan tersendiri baik dari segi kualitas maupun pemasarannya. Roti Gembong memiliki desain yang unik pada kemasannya, selain itu juga menawarkan berbagai pilihan menu dan rasa yang banyak disukai konsumen. Dengan memaksimalkan marketing, Roti Gembong dapat bersaing dengan kompetitor lain dan meningkatkan omset penjualan. Kemudian dari segi digital branding, ada tiga jenis Branding yang diterapkan dalam mengenalkan produk. Pertama, Cultural & Destination Branding, Yogyakarta menjadi tempat wisata yang memiliki keunggulan dalam hal budaya dan pariwisata. Kedua, Product Branding, Roti Gembong menjadi salah satu brand yang populer di Yogyakarta, yang menjadi incaran para wisatawan jika ingin membeli oleh-oleh. Ketiga, Corporate Branding, visi dan misi dari UMKM dibangun untuk mengenalkan produk yang dihasilkan ke khalayak masyarakat. Adanya strategi digital marketing dan digital branding, menjadi salah satu solusi bagi para pelaku UMKM yang mengalami kemrosotan dalam hal penjualan karena terdampak pandemi Covid-19. Pelaku UMKM dituntut untuk terus berinovasi dalam meningkatkan daya saing produk lokal. Digital marketing memudahkan pelaku usaha untuk terus memberikan informasi dan berinteraksi secara langsung dengan konsumen, memperluas pangsa pasar, meningkatkan awareness dan meningkatkan penjualan produk UMKM lokal.

Opini Penguatan
Berdaya 32
Ekonomi Lokal Antara Budaya dan

: Menggali Potensi Ekonomi CulturalTourism

dalam Keragaman Budaya

Indonesia terkenal sebagai negara

yang memiliki keragaman budaya yang tersebar di 34 provinsi dari Sabang sampai Merauke. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah suku yang berada di Indonesia mencapai 1.331 etnis. Keragaman ini ditambah dengan jumlah bahasa daerah sebanyak 652 yang telah diverifikasi oleh Badan Bahasa

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Azanella et al., 2019). Hal ini menjadi kekuatan spesial bagi Indonesia yang perlu dioptimalkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi negara.

Keragaman budaya di Indonesia dapat bertransformasi menjadi kekuatan ekonomi apabila gencar dipromosikan dan dikembangkan menjadi kegiatan produktif yang dapat menarik perhatian masyarakat sehingga menyumbang pendapatan bagi para pelaku budaya. Salah satu pangsa pasar strategis dari promosi budaya ini adalah wisatawan yang melakukan rekreasi untuk menikmati pesona daerah setempat. Kekuatan pariwisata sebagai pendorong ekonomi dibuktikan dari sumbangan terhadap devisa negara yang menempati posisi kedua terbesar dengan nilai USD 17,6 miliar atau setara dengan Rp 246 triliun (Anggit, 2019).

Potensi ekonomi dari masyarakat multikultural sebagaimana yang ada di Indonesia dapat tumbuh optimal dengan pengembangan pariwisata berbasis kebudayaan (cultural tourism). Tidak hanya

keindahan alam, keunikan budaya juga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa budaya daerah memiliki pengaruh signifikan untuk meningkatkan daya tarik wisatawan di berbagai daerah antara lain Sumatera Utara, Sumatera Barat, Yogyakarta, Bali, dan Kalimantan Barat (Asnawati, 2017; Darmiati, 2020; Harahap & Rahmi, 2020; Purba & Simarmata, 2018; Syahrul, 2018). Menurut survei Trip Advisor, Bali menjadi destinasi wisata paling populer di Indonesia. Pada tahun 2021, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

M. Syauqi Alghifary

Sahabat forshei
Presidium Nasional FoSSEI 2021/2022
33
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya M. Syauqi Alghifary (PresidiumNasionalFoSSEI2021/2022)

mengungkapkan bahwa Bali menjadi pintu masuk utama yang paling banyak menerima kunjungan wisatawan mancanegara. Bali juga menjadi daerah penyumbang devisa terbesar pada sektor pariwisata (Yanwardhana, 2021). Menurut Gubernur Bali, Wayan Koster, Bali memiliki daya tarik wisata berupa budaya, adat istiadat, dan tradisi yangmampu menyumbang devisa sebesar Rp 150 triliun. Hal ini menjadi bukti bahwa daerah dengan keunggulan budaya memiliki potensi ekonomi yang kuat melalui pengembangan pariwisata.

Selain Bali, daerah yang lain yang memiliki potensi besar dalam mengimplementasikan cultural tourism adalah Yogyakarta. Sejak tahun 2008, Yogyakarta telah mempromosikan diri sebagai kota wisata berbasis budaya (Eticon, 2021). Yogyakarta memang terkenal dengan cagar budayanya seperti keraton dan candi yang memiliki daya tarik khusus bagi para wisatawan. Yogyakarta juga memiliki beberapa kampung budaya yang menjadi tempat bagi para wisatawan untuk mengenal budaya setempat. Walaupun tidak sebesar Bali, sektor pariwisata di Yogyakarta mampu menyumbang Rp 11 triliun terhadap pendapatan daerah.

Pengembangan pariwisata berbasis budaya dapat dimulai dari pelaksanaan festival daerah sebagai media promosi (Sugiyarto & Amaruli, 2018). Festival daerah tersebut terdiri dari festival wisata, festival produk kerajinan, serta festival seni dan budaya. Dalam festival wisata, tempattempat yang menjadi destinasi wisata dipromosikan melalui pameran fotografi atau video disertai dengan penyediaan informasi seputar kegiatan wisata setempat. Dalam festival produk kerajinan, hasil karya dari pengusaha lokal dipamerkan untuk menjadi referensi buah

tangan yang dapat dibeli wisatawan. Sedangkan dalam festival seni dan budaya, masyarakat disuguhkan dengan penampilan atraksi-atraksi budaya lokal atau kuliner khas daerah setempat.

Tidak hanya menjadi pendorong ekonomi, cultural tourism juga dapat menjadi upaya untuk melestarikan budaya daerah agar tetap eksis di tengah ancaman globalisasi. Derasnya arus globalisasi dapat memicu perubahan identitas budaya lokal melalui proses infiltrasi yang berasal dari negara-negara superior (Susanto, 2019). Untuk menangkal pengaruh tersebut, maka dibutuhkan karakter yang kuat untuk mempertahankan budaya setempat agar tidak tergerus oleh dampak globalisasi. Penanaman karakter ini dapat dibentuk dengan lebih gencar memasukkan unsur budaya dalam berbagai elemen kehidupan terutama aktivitas-aktivitas yang bersifat esensial seperti perekonomian.

Sahabat forshei
34
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya Foto:Tirto.id

Lestarikan Budaya, Kembangkan Perekonomian

Indonesia terdiri dari beribu-ribu

pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke menjadikan Indonesia memiliki berbagai macam suku dan etnik, sehingga Indonesia memiliki berbagai macam budaya. Budayabudaya yang ada di Indonesia terdiri dari tarian daerah, musik daerah, pakaian daerah, bangunan-bangunan kuno yang menjadi ciri khas suatu daerah sampai makanan daerah. Dalam buku yang ditulis oleh Sobarsa yang berjudul “Mengembangkan Budaya Membangun Ekonomi Rakyat”, kita akan menyadari ternyata Indonesia memiliki begitu banyak budaya yang sangat berpotensi sebagai objek untuk mengenalkan Indonesia kepada masyarakat luas, bahkan bisa dijadikan sebagai suatu kegiatan ekonomi.

Setiap daerah di Indonesia memiliki legenda atau dongeng yang dipercayai oleh masyarakat, seperti Nyi Roro Kidul di Jawa Barat dan Malin Kundang di Sumatera Barat. Dengan beredarnya legenda-legenda tersebut dapat menarik perhatian banyak orang dari segala penjuru, bahkan ada beberapa tempat yang akhirnya dijadikan sebagai objek wisata. Salah satu contohnya, seperti Candi Borobudur yang bahkan sampai saat ini masih menjadi perdebatan para ahli budaya apakah benar candi tersebut merupakan peninggalan dari Nabi Sulaiman. Saking misteriusnya Candi Borobudur ini, membuatnya masuk ke dalam kategori “7 Keajaiban Dunia”. Selain memiliki berbagai budaya dan adat istiadat yang menarik, Indonesia juga memiliki keindahan alam yang tak kalah

Hui Aminu Rabih Kader 2020
35
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya
indahnya dari negara-negara maju lainnya yang tidak akan kita temui di negara Resensi Buku Judul: Mengembangkan Budaya Membangun Ekonomi Rakyat Penulis: Sobarsa. ME., Ph.D Penerbit: Mitra Wacana Media Tahun Terbit: 2015 Tebal: 162 halaman Foto : shopee

manapun, sehingga ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi Indonesia, seperti berbagai macam flora dan fauna, kandungan laut sampai kandungan bumi. Dengan melihat begitu banyak budaya dan keindahan alam di Indonesia, hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor dalam memajukan perekonomian di Indonesia sendiri.

Selain budaya daerah, Indonesia juga terdiri dari berbagai macam agama, seperti agama Islam ,Hindu, Budha dan Kristen. Kegiatan keagamaan yang berasal dari agama-agama tersebut akan selalu menciptakan kebutuhan terhadap jasa atau barang lainnya. Atas permintaan terhadap suatu jasa atau barang lain tersebut, maka secara otomatis kegiatan ekonomi akan terjadi. Salah satu contohnya jika sudah memasuki Bulan Ramadhan berbagai macam penjual akan bermunculan untuk menjual berbagai macam hal, seperti makanan untuk berbuka puasa, pakaian untuk hari raya bahkan restoran selalu penuh untuk tempat berbuka puasa bersama.

Namun, agar budaya dan keindahan alam yang ada di Indonesia ini dapat bernilai ekonomis, pemerintah harus mampu memberikan suatu kepuasan terhadap para wisatawan. Kepuasan terhadap suatu budaya bukan hanya terletak pada melihat pertunjukannya saja, tapi terletak pada semua aspek yang berhubungan dengan budaya tersebut, seperti saat di perjalanan pergi-pulang, saat sampai di tempat tujuan dan saat menyaksikan suatu budaya atau keindahan alam.

Selain itu keberadaan infrastruktur yang memadai juga penting, seperti alat transportasi, penginapan, air bersih, rasa aman dan nyaman. Apabila seseorang telah merasa aman dan nyaman berada di suatu wilayah, maka suatu saat orang tersebut akan kembali lagi untuk mengunjungi wilayah tersebut. Sayangnya, infrastruktur di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini

dapat kita lihat pada sebagian masyarakat lebih menyukai menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum yang dapat menimbulkan kemacetan. Seringnya terjadi pemadaman listrik secara bergilir pada suatu daerah menandakan bahwa pasokan energi listrik di Indonesia belum mencukupi, padahal penggunaan energi listrik merupakan salah satu hal terpenting. Selain itu, pada transportasi udara Indonesia sebenarnya sudah cukup bagus, namun maskapi penerbangan yang digunakan di Indonesia belum terlalu banyak, sehingga sering terjadinya delay yang menyebabkan para penumpang terlambat sampai tujuan. Setelah selesai membaca buku ini, saya menyadari bahwa ternyata Indonesia memiliki begitu banyak budaya yang dapat dinikmati oleh para wisatawan. Budaya yang dimiliki oleh Indonesia apabila dikelola dan dijaga dengan baik pasti akan memberikan dampak yang sangat bermanfaat untuk Indonesia sendiri. Salah satunya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dengan menjadikan beberapa budaya sebagai tempat wisata yang memiliki kesan tersendiri bagi wisatawan, sehingga dapat menarik wisatawan yang lain untuk datang ke Indonesia. Hal ini juga tentunya harus didukung dengan keadaan infrastruktur yang cukup memadai. Seperti, memberikan rasa nyaman dan aman, memperbaiki kondisi kendaraan umum agar lebih layak serta menyediakan tempat penginapan pada beberapa lokasi wisata agar para pengunjung tidak kesulitan unutk mencari tempat penginapan.

Tidak hanya bergantung pada budaya dan tempat wisata saja, untuk dapat memajukan perekonomian masyarakat bisa dimulai dari hal yang paling mudah, seperti adanya membangun gedung atau acara-acara keagamaan yang juga dapat mendatangkan keuntungan bagi suatu masyarakat.

Resensi Buku Penguatan
Berdaya 36
Ekonomi Lokal Antara Budaya dan

Berbagai Program dan Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Program pengembangan ekonomi kreatif melalui peningkatan kapasitas dan pameran kepada para pelaku ekonomi kreatif lokal dari berbagai sektor ekonomi.

Sebuah kawasan yang terletak di wilayah administratif desa/kelurahan yang masyarakatnya telah mengembangkan produk unggulan di satu atau lebih 17 subsektor ekonomi kreatif di Indonesia.

Bekraf berfungsi memperkuat sektor ekonomi kreatif, termasuk perlindungan bagi karya kreatif seniman Indonesia. Bekraf memanfaatkan program IKKON (inovasi, kreativitas, kolaborasi) untuk mendorong dan membantu pengembangan potensi ekonomi kreatif lokal.

Suatu organisasi masyarakat Minangkabau yang bertujuan menghimpun dan membina potensi masyarakat Minang yang berada di perantauan di bidang ekonomi dan kebudayaan.

Gerakan lokal yang menerapkan pengembangan ekonomi kreatif lokal di wilayah Cigudek, Kabupaten Bogor berupa Pondok Bambu sebagai rumah kreatif pemuda dan mahasiswa.

Gerakan yang mengajak masyarakat Indonesia untuk bangga menggunakan produk lokal sehingga bisa menciptakan industri, kreasi, dan inovasi baru serta pasar yang lebih besar.

Organisasi yang berkomitmen mewujudkan 10 Prinsip Kota Kreatif untuk memajukan kota-kota kreatif di Indonesia, dengan melakukan riset dan pengembangan ekonomi dengan harapan dapat memajukkan ekonomi lokal.

Telusur
Irma
37
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya Apresiasi Kreasi Indonesia Bekraf Cigudek Kreatif Desa Kreatif Gebu Minang (Gerakan Budaya Minang) Gernas BBI (Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia)
Foto:itera.ac.id
ICCN (Indonesia Creative Cities Network)

Salah satu program unggulan Kemenparekraf/Baperekraf untuk menggali, mengelola, dan menumbuhkembangkan kreativitas, dan potensi lokal kabupaten atau kota di Indonesia.

Sebuah event karnaval yang bertujuan untuk mempromosikan destinasi pariwisata, meningkatkan kunjungan wisatawan, memberdayakan potensi lokal, serta memberikan dampak positif terhadap ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan dengan prinsip berkelanjutan.

Sebuah komunitas kewirausahaan sosial di Nusa Tenggara Timur yang bergerak dibidang kewirausahaan sosial. Komunitas ini berfokus dalam menjalankan program kewirausahaan sosial dengan petani dan penenun. Ajang pameran yang dibuat sebagai wadah untuk memperkenalkan ragam produk ekonomi kreatif. Kegiatan ini digelar untuk memberikan kesempatan kepada pelaku industri ekonomi dan UMKM lokal.

Gerakan masyarakat dengan melibatkan pemerintah untuk menggerakan produk khas dari kreativitas masyarakat lokal di daerah dari tingkat desa hingga kabupaten atau kota dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat.

Unity In Diversoto

Program untuk memperkenalkan kuliner soto yang beranekaragam kepada dunia Internasional. Harapannya keragaman soto akan berpotensi menjadi gastrodiplomasi Indonesia.

Program ini merupakan wujud dukungan Kemenparekraf terhadap produk ekonomi kreatif dan UMKM lokal. Kemenparekraf mendukung pelaku UMKM untuk memaksimalkan platform digital, sebagai salah satu langkah efektif dalam meningkatkan peluang usaha.

Telusur
38
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya Kata Kreatif Kharisma Event Nusantara Lakoat Kujawas Pekan Kreatif Nusantara Warung Rojali
Foto
Program OVOP (One Village One Product)
:biennalejogja.org

Ide Kreatif Anak Bangsa

Hai sobat forshei, sudah

banyak gagasan Inspirasi anak bangsa yang mengembangkan produk unik. Produk yang kita bahas ini merupakan sebuah karya anak bangsa dari melihat barang-barang yang sudah tidak terpakai dan menghasilkan sebuah produk. Kultur Indonesia yang kental akan kebudayaan daerah memotivasi para pemuda untuk berkembang sesuai daerahnya. Keunggulan produk ini adalah mengkulturasikan barang-barang modern dengan kearifan lokal, memanfaatkan berbagai sumber daya alam, dan memberdayakan sumber daya manusia yang unggul dalam bidangnya. Yuk simak penjelasan selanjutnya!.

Tinung Rambu mengambil konsep tenun dengan batik, produk ini mendukung pemberdayaan budaya, wanita, dan anak. Selain itu Tinung Rambu ini mendukung program makan sehat, juga melakukan pembangunan sekolah. Sekitar 65 anak dari 6 PAUD yang Tinung Rambu dukung sejak 2020 hingga sekarang, Akhirnya lulus PAUD dan akan melanjutkan ke jenjang SD. dan kerennya produk Tinang Rambu sudah tersebar ke berbagai dunia.

Bersama dengan Ecotouch membuat program daur ulang pakaian. Dalam berbagai jalur sirkularitas, kolaborasi spesial Sejauh Mata Memandang dengan Toja dan terinspirasi dari tenun Nusa Tenggara Timur yang digabungkan dan mengasilkan sebuah karya.

Tak kenal maka tak sayang. kalimat ini cukup sebagai pembuka untuk mengulas sebuah atribut kaum muslim yaitu kopyah, ternyata peci tersebut meniru atau mengadopsi sorban yang dikenakan oleh abdi dalem ulama Keraton Yogyakarta yang disebut dalem Suronoto.

#Jangan ada sisa, ini lah jargon yang mereka buat. Mereka memilih garmen Karena komitmen terhadap sustainable akan sebanding dengan adanya kuantiti. Teknik mokume menghasilkan motif yang identik dengan garis pararel tidak beraturan, memberikan kesan sederhana yang menimbulkan efek natural seperti “Wood Grain” atau “Serat Kayu”. Mereka Tidak hanya memasarkan tetapi juga mengadakan kelas belajar bagi seorang yang ingin tau pemanfaatan garmen.

Produk ini mengambil konsep goni bekas dengan mengimpor goni coklat dari India dan Afrika. yang uniknya setelah dibentuk menjadi barang jadi terbuatlah produk yang mempunyai nilai jual tinggi.

Ada makna dari setiap jejak garis tegas yang dibuat, dimensi waktu mengajarkan kepada mereka untuk terus beranjak. Kain batik yang diproses dengan memanfaatkan alam sekitar ini bernuansa akan ciri khas orang desa. Biden Pilosa adalah sebuah tanaman liar yang kerap digunakan untuk ecoprint dalam pemanfaatan ramah lingkungan wilayah Tuban.

Inspirasi Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 39
M. Ali Ibnu Mubarok Kader 2021 Tinung Rambu Sejauh Mata Memandang Peci Batik Jogokariyan Waikitekstil Gunagoni
Estetik Dari Desa
Inspirasi Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 40 Gunagoni Foto : gunagoni.wordpress.com Estetik Dari Desa Foto : tokopedia.com/estetikdaridesa Peci Batik Jogokariyan Foto : pecibatikjogokariyan.blogspot.com Waiki Tekstil Foto : tokopedia.com/waikitekstil Tinung Rambu Foto : tinungrambu.com Sejauh Mata Memandang Foto : neighbourlist.com

Baca semua edisi majalah falah di majalahfalah.my.id

41
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya
Hiburan
42 Hiburan 2 3 4 5 6 9 10 11 13 14 7 8 7 1
Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Designer & Layouter

Yumniatul Yumna Wahyu Budi Utomo Dwi Nur Aini Fatma Nurrohmah Nanik Mifrodah Khulaila Lathuba
Media Edukasi
Ekonomi Syariah
450

#FORINFO

ksei_forshei #forsheibisa Prestasi
SET 2 2022 MUSTATA 2021/2022 ForTalk Gathering Night SET 1 2021 Agenda forshei
Jl. Darma
No.3,
Kec.
Kota
Jawa
50189 Narahubung : Baghas Siwi Wicaksono (0812-2691-1515) Salsabila Dhiya
(0878-3795-1692) #forsheibisa#akuforshei ksei_forshei
Raya
Bringin,
Ngaliyan,
Semarang,
Tengah
Alriye
Manusia bukan cetakan tunggal mumi adam di atas bumi, yang ditaruh dalam gelas, tanpa sejarah, tanpa keterlanjutan kebudayaan. - Goenawan Mohamad-

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.