PERKEBUNAN

Pendahuluan
Latar Belakang
Tujuan
Ruang Lingkup
Metode Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Kerangka Berpikir
Gambaran Umum Wilayah
Hasil
Analisis Aktiva
Analisis Eksisting Produktivitas & Pasiva
Analisis Cadangan Lahan
Analisis Neraca Fisik & Moneter Cadangan
Analisis Ekonomi Wilayah
Rekomendasi
Penutup
Kesimpulan
Saran
Daftar Pustaka
Menurut Undang-Undang No 6 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/ atau aspek fungsional. Layaknya sebuah sistem pada umumnya, suatu wilayah akan berusaha untuk terus mencapai tingkatan yang lebih baik. Pencapaian ini kemudian dapat dinilai dari beberapa aspek, termasuk salah satunya yakni aspek ekonomi.
Perhitungan tingkat ekonomi bagi suatu daerah di Indonesia dinilai berdasarkan PDRB atau Produk Domestik Regional Bruto. PDRB sendiri menurut BPS adalah jumlah nilai tambah untuk tiap barang dan jasa sebagai hasil dari unit produksi dalam suatu periode waktu tertentu di wilayah suatu daerah. Adapun unit-unit produksinya dikelompokkan ke dalam 9 sektor lapangan usaha, yakni:
1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
2) Pertambangan dan Penggalian
3) Industri Pengolahan
4) Listrik, Gas, dan Air Bersih
5) Konstruksi
6)Perdagangan, Hotel, dan Restoran
7) Pengangkutan dan Komunikasi
8) Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan
9) Jasa Pelayanan Pemerintah.
Berdasarkan uraian di atas maka diketahui bahwa sumber daya alam dan pemanfaatannya berperan besar dalam meningkatkan tingkat ekonomi suatu daerah melalui peningkatan PDRB. Tanaman perkebunan sebagai sumber daya hayati menjadi kebutuhan primer yang dapat dimanfaatkan sehingga bernilai ekonomi. Oleh karenanya, sektor perkebunan dapat turut meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang kemudian menunjang kesejahteraan penduduk di suatu wilayah.
Dalam menentukan besaran potensi sektor perkebunan untuk meningkatkan perekonomian, dilakukan analisis berdasarkan neraca sumber daya alam yang diatur dalam SNI 19-6728.3-2015 tentang Penyusunan Neraca Spasial Sumber Daya Alam. Selain itu, NSDA juga bertujuan untuk mengetahui daya dukung suatu daerah serta cadangan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan produksi komoditas sektor perkebunan di suatu wilayah. Hasil NSDA tsb selanjutnya dapat dipergunakan dalam merumuskan rencana program maupun solusi permasalahan khususnya dalam penataan ruang wilayah.
Penyusunan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan untuk Kabupaten Melawi sehingga harapannya dapat memaksimalkan potensi perkebunan yang ada untuk kemudian meningkatkan tingkat ekonomi dan kesejahteraan Kabupaten Melawi.
SNI 19-6728.3-2015 tentang Penyusunan Neraca Spasial Sumber Daya Alam
SK Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/1980 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya
Permentan Nomor 08/Permentan/KB.400/2/2016 tentang Pedoman Perencanaan Perkebunan Berbasis Spasial
Mengidentifikasi kondisi existing ketersediaan dan cadangan baik itu lahan maupun produksi fisik dan moneter untuk sektor Perkebunan di Kabupaten Melawi.
Mengetahui potensi dan pemanfaatan SDA perkebunan untuk Kabupaten Melawi.
Mengetahui komoditas unggulan sektor perkebunan Kabupaten Melawi sebagai bahan pertimbangan bagi perencanaan pengembangan yang berkelanjutan.
Mengidentifikasi keterkaitan analisis NSDA perkebunan dengan perekonomian wilayah di Kabupaten Melawi.
Ruang Lingkup Substansial
Tanah kering berupa kebun ataupun tegalan yang termasuk dalam perkebunan negara/swasta yang hasil produksinya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan konsumsi dan produksi bahan turunan.
Ruang Lingkup Areal
Penelitian dilakukan untuk lingkup wilayah administrasi Kabupaten Melawi.
Ruang Lingkup Temporal
Penyusunan penelitian dilakukan pada September 2020 dengan memanfaatkan data sekunder dalam rentang waktu 2017-2021 untuk pemenuhan tugas mata kuliah Metode Teknik Perencanaan Wilayah.
Kabupaten Melawi, dilakukan pengumpulan data sebagai dasar melakukan analisis. Data dibagi berdasarkan sumbernya yakni data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan secara terbatas melalui FGD yang dilakukan oleh Studio Wilayah Kabupaten Melawi dengan Bappeda Kabupaten Melawi. Sedangkan untuk data sekunder didapatkan dengan menggunakan kajian literatur, dokumen resmi pemerintah, peraturan perundang-undangan, buku, publikasi, dll.
Dimulai dengan menentukan kesesuaian lahan dengan melakukan overlay pada peta curah hujan, jenis tanah, dan kelerengan. Selanjutnya, diketahui dari hasil mana saja wilayah yang termasuk dalam kawasan budidaya, kawasan lindung, dan kawasan penyangga sesuai dengan SK Menteri Pertanian Nomor 683/KPTS/UM/8/1981. Untuk analisis NSDA Perkebunan, hanya menggunakan kesesuaian lahan budidaya.
Lakukan overlay peta tutupan lahan hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan tanaman, perkebunan, pertambangan, dan tanah terbuka dengan peta rawan bencana. Hal ini dilakukan guna mengetahui peruntukan lahan potensial perkebunan yang bebas dari potensi bencana.
Selanjutnya hasil dari kedua proses diatas akan di overlay yakni peta kawasan budidaya dengan peruntukan lahan potensial bebas dari bencana. Kemudian menghasilkan peta potensi lahan perkebunan di Kabupaten Melawi. Potensi lahan inilah yang selanjutnya disebut sebagai aktiva untuk perkebunan Kabupaten Melawi. Setelah mengetahui aktiva, maka dapat diidentifikasi perhitungan cadangan SDA perkebunan Kabupaten Melawi. Lakukan pengurangan atas aktiva perkebunan dengan pasiva perkebunan atau kondisi penggunaan lahan perkebunan existing. Hasil pengurangannya merupakan cadangan fisik untuk SDA perkebunan Kabupaten Melawi.
Selain cadangan fisik, terdapat juga cadangan moneter. Cadangan moneter ialah nilai rupiah yang didapatkan melalui cadangan fisik yang dikalikan dengan produktivitas untuk setiap komoditas, selanjutnya hasil yang didapat akan dikalikan dengan harga dari tiap-tiap komoditas tsb.
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Setelah neraca fisik dan neraca moneter diidentifikasi, maka analisis ekonomi dapat dilakukan. Adapun analisis ekonomi dilakukan dengan tujuan mengetahui potensi ekonomi dari sektor perkebunan yang tersedia di Kabupaten Melawi. Dalam melakukan analisis ekonomi maka dilakukan dua hal berikut:
Kinerja Perkebunan terhadap PDRB Kabupaten Melawi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa berpengaruh hasil subsektor perkebunan terhadap kondisi PDRB Kabupaten Melawi.
Kinerja Perkebunan dalam Lingkup Provinsi Kalimantan Barat
Menggunakan analisis sektor unggulan yakni Location Quotient guna mengetahui peranan subsektor perkebunan dalam sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dalam lingkup Provinsi Kalimantan Barat.
Keterkaitan Hasil NSDA dengan PDRB
Dilakukan perhitungan besaran perubahan yang diberikan apabila adanya pemanfaatan hasil NSDA dengan maksimal guna mengetahui seberapa berpengaruh perhitungan NSDA dengan kondisi PDRB.
CurahHujan JenisTanah Kelerengan
Weighted Overlay
KesesuaianLahan, KawasanBudiaya
Intersect
PotensiLahan Perkebunan(Aktiva)
TutupanLahan RawanBencana
Intersect
PeruntukanLahan Potensial
Cadangan Lahan
AnalisisKondisiExisting PenggunaanLahan Perkebunan
Aktiva-Pasiva
LuasTotalCadangan Lahan
CadanganTotalx% Pemanfaatan
LuasCadanganper Komoditas
Persentase PemanfaatanLahan perKomoditas
Cadangan Fisik
DataRata-rata ProduksiperKomoditas
CadanganFIsikx Rata-rataProduksi
CadanganFisik
CadanganFisikxHarga perKomoditas
HargaperKomoditas
Cadangan Moneter
DataKondisiEkonomi, PDRB
CadanganMoneter
AnalisisEkonomi
SimpulanKeterkaitan AnalisisNSDA Perkebunandengan Perekonomian
Keterangan:
Output
Proses
Input
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Kabupaten Melawi termasuk dalam wilayah Provinsi Kalimantan
Barat dan terletak antara 0° 07’ LS dan 1° 21’ LS dan antara 111° 07’ and 112° 27’
BT dengan luasan mencapai 10.640,8 km2 atau 7,25% dari total luas Provinsi Kalimantan Barat. Adapun batas administrasi Kabupaten Melawi dengan wilayah diluarnya sebagai berikut:
Utara : Kabupaten Sintang
Selatan : Provinsi Kalimantan Tengah
Barat : Kabupaten Sintang dan Ketapang
Timur : Provinsi Kalimantan Tengah
Wilayah administrasi Kabupaten Melawi terbagi dalam 11 kecamatan, 169 desa, dan 603 dusun. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan Nanga
Pinoh yang menjadi pusat kegiatan bagi warga Kabupaten Melawi seluas 617,2 km2. Sedangkan kecamatan dengan luasan tersempit adalah Kecamatan Belimbing Hulu seluas 454 km2. Luas kecamatan terbesar yakni Sokan yang luasnya mencapai 1.577,2 km2.
Peta 3.2 Peta Kelerengan Kabupaten Melawi Sumber: Bappeda Kabupaten Melawi, 2021
Kelerengan Kabupaten Melawi didominasi oleh kelerengan >40% yang luas totalnya mencapai 3.793,6% km2. Hal ini sejalan dengan kondisi topografi Kabupaten Melawi yang cenderung didominasi oleh wilayah perbukitan sebesar 82,85% dari total luasan Kabupaten Melawi dengan ketinggian berkisar antara 100-500m.
Terdapat empat jenis tanah yang ditemukan di Kabupaten Melawi yakni Histosol (2%), Inceptisol (26%), Oxisol (28%), dan Ultisol (44%). Adapun jenis tanah Ultisol yang mendominasi dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah Kabupaten Melawi. Tanah Ultisol sendiri memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan (Syahputra, dkk., 2015). Maka, jika disimpulkan jenis tanah di Kabupaten Melawi didominasi oleh jenis tanah Ultisol yang cocok untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan.
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Menurut Stasiun Metrologi Kelas III Nanga Pinoh, tingkat intensitas hujan untuk Kabupaten Mealwi cenderung tinggi dibuktikan dengan data untuk tahun 2020 curah hujan Kabupaten Melawi mencapai 4.583 mm atau rata-rata 381,9mm/bulan. Hal ini memungkinkan, sebab dominasi wilayah Kabupaten Melawi masih berupa hutan tropis dengan rata-rata kelembaban udara yang cukup tinggi yakni berkisar antara 83-88%. Adapun rata-rata temperatur udara tiap bulan selama tahun 2020 berada pada rentang 26,8–28,1 derajat celcius dengan temperatur terendah di bulan November dan Desember sebesar 23,4 derajat celcius dan tertingginya pada bulan Mei sebesar 33,9 derajat celcius.
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Sumber:
Menurut WebGIS Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tutupan lahan di Kabupaten Melawi terbagi atas 13 kelompok yakni semak belukar, semak belukar rawa, hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan rawa sekunder, hutan tanaman, permukiman, perkebunan, pertambangan, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur, tanah terbuka, dan fasilitas peruntukkan transmigrasi. Adapun tutupan lahan yang mendominasi yakni pertanian lahan kering seluas 500.049,13 hektare atau sekitar 46,9% dari luas total Kabupaten Melawi.
Sumber:
Sumber:
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Diketahui bahwa pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Melawi
sejak tahun 2012-2020 cenderung terus meningkat. Terjadi peningkatan yang cukup drastis sebanyak 19.853 penduduk dari tahun 2019 ke tahun 2020. Adapun kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yakni Kecamatan Nanga Pinoh yang juga merupakan Ibukota Kabupaten Melawi.
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Melawi sejak tahun 2014 hingga 2020 cenderung fluktuatif. Peningkatan laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2020 yakni sebesar 0,8.
Grafik 3.3 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Melawi Tahun 2014-2020
Sumber: Kabupaten Melawi dalam Angka, 2021
Diketahui bahwa IPM Kabupaten Melawi merupakan yang terendah di Provinsi Kalimantan Barat. Jika angka rata-rata IPM Kabupaten Melawi dibandingkan dengan rata-rata nasional, terpaut jarak yang cukup jauh yakni sebesar 6,39.
Grafik 2.4 Grafik Perbandingan IPM Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat, dan Nasional
Sumber: BPS Kabupaten Melawi, 2021
Artinya, angka IPM Kabupaten Melawi yang masih rendah menunjukkan bahwa adanya indikasi rendahnya kualitas penduduk di Kabupaten Melawi.
Berdasarkan PDRB ADHK berdasarkan lapangan usaha Kabupaten Melawi, diketahui bahwa Kabupaten Melawi memiliki tiga sektor utama dengan kontribusi terbesar terhadap PDRB total Kabupaten Melawi. Ketiga sektor tersebut ialah pertanian, kehutanan, dan perikanan yang artinya merupakan sektor primer dengan kontribusi sebesar 20,24%. Selanjutnya untuk sektor sekunder yakni perdagangan besar dan eceran yang memiliki kontribusi toal sebesar 15,04%. Diikuti dengan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib dengan total kontribusi mencapai 10,78%. Ketiga sektor tsb mendominasi PDRB Kabupaten Melawi hingga 46,06%.
Dalam menentukan lahan yang dapat dipergunakan sebagai lahan perkebunan untuk Kabupaten Melawi, dilakukan analisis kesesuaian lahan sehingga dapat diidentifikasi lahan budidaya yang dapat digunakan sebagai acuan peruntukkan lahan perkebunan. Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980 analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan metode skoring lahan berdasarkan 3 kriteria yakni kelerengan, jenis tanah, dan curah hujan. Berikut merupakan analisis kesesuaian lahan untuk Kabupaten Melawi:
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Sumber:
Setelah dilakukan skoring sesuai dengan variabel dan kriteria diatas, maka dilakukan overlay untuk ketiga variabel tsb yang kemudian dikatergorikan menurut peruntukan lahannya sebagai berikut:
Sumber:
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Berdasarkan analisis kesesuaian lahan diketahui bahwa dominasi peruntukkan lahan yang sesuai untuk Kabupaten Melawi ialah kawasan budidaya dan kawasan lindung.
Dalam mengidentifikasi aktiva perkebunan, selain menganalisis kesesuaian lahannya perlu juga untuk mengetahui mana saja peruntukaan lahan potensial perkebunan. Analisis peruntukan lahan potensial perkebunan dilakukan untuk mengtahui lokasi yang tepat dalam mendukung kegiatan sektor perkebunan yang tidak mengganggu peruntukan lahan lainnya sehingga harapannya dapat dipergunakan secara optimal. Berikut merupakan kriteria sebagai variabel pembatas (limiting factors) untuk peruntukan lahan perkebunan sehingga tidak menggangu peruntukan lahan lainnya:
1. Berada pada kawasan budidaya
2. Bukan termasuk lahan dengan fungsi hutan lindung
3. Bukan termasuk lahan dengan fungsi permukiman
4. Bukan merupakan badan air
5. Bukan merupakan kawasan rawan bencana
Peruntukan Lahan Potensial Perkebunan
Peruntukan lahan potensial perkebunan dilakukan dengan seleksi guna lahan dari kriteria pembatas yang telah disebutkan di atas. Maka, peruntukan lahan potensial perkebunan dilakukan dengan memilih guna lahan hutan produksi, perkebunan, dan pertanian.
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Sumber:
Sumber:
Diketahui bahwa banjir, tanah longsor, dan puting beliung merupakan bencana yang ditemukan di Kabupaten Melawi. Adapun tingkat kerawanan yang dihindari dalam analisis peruntukan lahan potensial perkebunan ialah lokasi dengan kerawanan tinggi.
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Peruntukan Lahan Potensial Perkebunan Bebas Bencana
Peta 4.7 Peta Peruntukan Lahan Potensial Perkebunan Bebas Bencana
Sumber: Analisis Penyusun, 2021
Selanjutnya dilakukan intersect antara peruntukan lahan potensial perkebunan dengan rawan bencana guna mengidentifikasi peruntukan lahan potensial perkebunan bebas bencana. Selanjutnya diketahui bahwa luasan peruntukan lahan potensial perkebunan bebas bencana mencapai 822.239 Ha atau sekitar 77,2% dari total luas wilayah Kabupaten Melawi.
intersect antara peruntukan lahan bebas bencana mencapai 822.239 Ha atau
Analisis Potensi Lahan Perkebunan
Analisis potensi lahan perkebunan dilakukan dengan memilih area yang termasuk dalam kawasan budidaya serta merupakan peruntukan lahan potensial perkebunan. Oleh karenanya, dilakukan intersect antara peta kesesuaian lahan untuk kawasan budidaya dengan peta peruntukan lahan potensial perkebunan bebas bencana untuk mendapatkan area yang sesuai dengan kedua kriteria yang telah disebutkan.
Menggunakan peta kesesuaian lahan yang sudah dianalisis sebelumnya dapat diketahui bahwa kawasan budidaya di Kabupaten Melawi luasnya mencapai 565.609 Ha.
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Peruntukan Lahan Potensial Perkebunan
Sumber:
Berdasarkan peta diatas diketahui bahwa peruntukan lahan potensial perkebunan bebas bencana di Kabupaten Melawi luasnya mencapai 822.239 Ha atau 77,2% dari total luas wilayah Kabupaten Melawi.
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Potensi Lahan Perkebunan (Aktiva)
Peta 4.10 Potensi Lahan Perkebunan (Aktiva)
Perkebunan Bebas Bencana
Sumber: Analisis Penyusun, 2021
Setelah dilakukan intersect antara peta kawasan budidaya dengan peta peruntukan lahan potensial perkebunan bebas bencana diketahui potensi lahan perkebunan di Kabupaten Melawi luasnya mencapai 449.715 Ha atau sebesar 42,2% dari total luas wilayah Kabupaten Melawi. Luasan ini beserta dengan sumber dayanya dapat dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan atau yang dikenal dengan istilah aktiva.
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Dalam mengidentifikasi cadangan sumber daya perkebunan Kabupaten Melawi selain perlu mengetahui potensi perlu juga untuk melakukan perhitungan terkait lahan yang sudah dimanfaatkan saat ini. Berdasarkan data milik Dinas Pangan dan Perkebunan Kabupaten Melawi pemanfaatan lahan perkebunan saat ini (pasiva) sudah mencapai 81.917
Ha atau hanya sekitar 18% dari total luas lahan aktiva. Adapun komoditas untuk sektor perkebunan diketahui ada tujuh yakni karet, kelapa dalam, kelapa sawit, lada, kopi, pinang, dan aren.
Kelapa sawit merupakan komoditas dengan penggunaan lahan terluas yakni 57,80% dari total penggunaan lahan perkebunan eksisting sekaligus menjadi komoditas dengan produksi tertinggi mencapai 50.950 ton dengan perkiraan valuasi moneter hingga Rp622.470.925.500. Sedangkan total valuasi moneter keseluruhan sektor perkebunan Kabupaten Melawi adalah Rp812.638.725.500. Berikut merupakan tabel konsisi eksisting sumber daya perkebunan Kabupaten Melawi:
Perhitungan cadangan lahan dilakukan dengan melakukan pengurangan luas lahan potensial perkebunan (aktiva) dengan luas lahan yang sudah dimanfaatkan saat ini (pasiva). Identifikasi cadangan lahan dilakukan guna mengetahui potensi lahan yang belum dimanfaatkan untuk perkebunan. Berikut merupakan perhitungan untuk Kabupaten Melawi:
Luas Lahan Cadangan = Aktiva - Pasiva
Luas Lahan Cadangan = 449.715 - 81.917
Luas Lahan Cadangan = 368.518 Ha
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Perhitungan NSDA terbagi dalam dua bentuk, yakni neraca fisik dan neraca moneter. Neraca fisik digunakan untuk mengetahui nilai cadangan lahan serta cadangan produksi per komoditas. Sedangkan untuk neraca moneter digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan moneter antar komoditas perkebunan melalui hasil perkalian antara jumlah cadangan produksi dengan harga tiap komoditas.
Neraca Fisik
Dilakukan identifikasi luas lahan cadangan untuk setiap komoditas dengan mengalikan persentasi lahan komoditas dengan total luas cadangan. Setelah diketahui luas cadangan untuk setiap komoditas maka dapat diketahui produktivitas dan cadangan produksi untuk setiap
Sumber:
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa total cadangan produksi perkebunan Kabupaten Melawi mencapai 297.862 ton dengan produktivitas tertinggi ada pada komoditas Kelapa Sawit yang cadangan produksinya mencapai 229.208 ton atau sekitar 77% dari total cadangan produksi.
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Perhitungan neraca moneter dilakukan guna mengetahui nilai ekonomi yang dinyatakan dalam rupiah dari setiap komoditas perkebunan yang tersedia di Kabupaten Melawi.
Tabel di atas menunjukkan bahwa potensi nilai moneter dari pemanfaatan cadangan produksi perkebunan Kabupaten Melawi adalah sekitar Rp3.665.543.206.320 atau 3,666T. Komoditas dengan nilai cadangan moneter tertinggi ialah Kelapa Sawit sebesar 2,8T. Komoditas Lada merupakan komoditas dengan potensi memberikan nilai moneter terbanyak lainnya dimana cadangan produksi Lada hanya sebesar 36 ton, namun nilai cadangan moneternya ketiga tertinggi yakni hingga 1,4 Miliar.
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa perkebunan sebagai subsektor dari sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan merupakan sektor dengan kontribusi terbesar pada PDRB ADHK untuk tahun 2016 hingga 2020. Laju pertumbuhan sektor cenderung stagnan sehingga tidak terjadi perubahan signifikan dari tahun ke tahun.
Jika kontribusi sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan diidentifikasi berdasarkan subsektor penyususnnya maka diketahui bahwa perkebunan memiliki kontribusi tertinggi yakni sebesar 37,73%.
Artinya, perkebunan berperan besar sebagai subsektor yang membentuk sektor Petanian, Kehutanan, dan Perikanan sebagai sektor dengan kontribusi tertinggi untuk PDRB Kabupaten Melawi.
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Dalam mengidentifikasi peranan subsektor perkebunan Kabupaten Melawi dalam lingkup Provinsi Kalimantan Barat perlu dilakukan analisis Location Quotient (LQ). Analisis LQ terdiri atas dua perhitungan yakni Static Location Quotient (SLQ) yang digunakan untuk mengetahui peranan sektor di Kabupaten Melawi jika dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas, sedangkan Dynamic Location Quotient (DLQ) berfungsi untuk mengetahui pertumbuhan suatu sektor di wilayah yang lebih luas. Hasil perhitungan diklasifikasikan ke dalam empat kelompok beserta interpretasinya sebagai berikut:
SLQ > 1 dan DLQ > 1 : Unggulan
SLQ > 1 dan DLQ < 1 : Potensial
SLQ < 1 dan DLQ > 1 : Berkembang
SLQ < 1 dan DLQ < 1 : Terbelakang
Adapun hasil perhitungan analisis LQ untuk Kabupaten Melawi sebagai berikut:
Berdasarkan tabel di atas diketahui bawa sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan termasuk dalam kategori terbelakang walaupun merupakan sektor dengan kontribusi terbesar. Artinya, besarnya kontribusi sektor tidak diiringi dengan daya saing yang mumpuni sehingga jika diidentifikasi peranannya pada wilayah yang lebih luas, sektor tsb termasuk dalam kategori terbelakang.
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Diketahui bahwa total moneter yang dihasilkan berdasarkan analisis NSDA yang telah dilakukan mencapai Rp4.468.131.931.20. Jika seluruh potensi perkebunan dimanfaatkan dengan optimal, maka subsektor perkebunan akan turut meningkatkan pendapatan sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan melalui cadangan moneter yang dihasilkannya.
Neraca Sumber Daya Alam Perkebunan Kabupaten Melawi
Jika rekomendasi dilakukan atas keuntungan moneter yang didapat maka setidaknya ada 2 perbandingan skenario sebagai berikut:
Sumber:
1)
2)
Pemaksimalan produksi untuk setiap komoditas sesuai dengan kondisi yang ada
Alih fungsi lahan produksi untuk optimalisasi produksi komoditas lada
Jika menggunakan skenario 2, maka lahan untuk produksi komoditas pinang dapat dialihkan untuk komoditas lada mengingat lada memberikan nilai moneter yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan komoditas pinang.
Selanjutnya, hal ini akan memberikan keuntungan bagi subsektor perkebunan Kabupaten Melawi mengingat valuasi moneter yang akan didapatkan dari optimalisasi potensi lada jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemaksimalan produksi tiap komoditas yang sesuai dengan kondisi saat ini.
Subsektor perkebunan Kabupaten Melawi merupakan subsektor dengan kontribusi terbesar untuk sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Melawi. Artinya, subsektor perkebunan berperan cukup signifikan dalam nilai PDRB Kabupaten Melawi.
Namun, pemanfaatan lahan perkebunan hanya seluas 81.917 Ha atau
18% dari total luas lahan aktiva. Padahal, aktiva perkebunan Kabupaten Melawi persentase luasannya mencapai 42,2% dari total luasan Kabupaten Melawi. Artinya, pemanfaatan lahan untuk perkebunan masih sangat minim jika dibandingkan dengan potensi yang sebenarnya.
Jika dilakukan pemaksimalan pemanfaatan lahan perkebunan, maka Kabupaten Melawi dapat meraih total keuntungan valuasi moneter hingga Rp3.655.543.206.320. Dengan maksimalnya nilai moneter yang diberikan dari subsektor perkebunan, diharapkan dapat turut meningkatkan perekonomian Kabupaten Melawi sehingga kesejahteraan masyarakat juga turut meningkat.
1)
Kebijakan daerah menyesuaikan dengan konsep the highest and the best use khususnya untuk pemanfaatan lahan.
Adanya identifikasi mendalam untuk setiap komoditas sehingga dapat diketahui komoditas yang memberikan nilai valuasi yang lebih tinggi untuk dijadikan prioritas produksi.
Pemanfaatan teknologi guna meningkatkan daya saing hasil kebun sehingga dapat menjadi nilai tambah yang tidak kalah dengan hasil kebun dari wilayah lainnya di sekitar Kabupaten Melawi.
Kabupaten Melawi dalam Angka Tahun 2016 - 2021
BPS Kabupaten Melawi
Data Dinas Pangan dan Perkebunan Kabupaten Melawi, 2021
SK Mentan 837/KPTS/UM/11/1980
Berita Resmi Statistik: Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Melawi Tahun 2020
RTRW Kabupaten Melawi Tahun 2016-2036
RPJMD Kabupaten Melawi Tahun 2021-2026
SNI 19-6728.3-2015 tentang Penyusunan Neraca Spasial Sumber Daya Alam
Permentan Nomor 08/Permentan/KB.400/2/2016 tentang Pedoman
Perencanaan Perkebunan Berbasis Spasial
Perencanaan Wilayah dan Kota
Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan
Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
2021