D-Art Magazine 02 Preview (Low Quality)

Page 1


Illustrated By Ahmad Alhamra Putra


Hai, D-ARTIST! Sudah lama juga ya, kita nggak ngobrol sejak edisi 1. He he he... maaf ya, agak sedikit ngaret. Maklum, kami masih newbie neh. Mohon do’a restunya aja deh, semoga ke depannya D-Art bisa terbit lebih tepat waktu. Anyway, kali ini D-Art mau share sedikit neh pengalaman selang edisi 1 sampai edisi 2 sekarang (caileeh...) Sejak resmi muncul pertama kali (Agustus 2014) kami sudah melalui banyak hal dari kegiatan internal maupun eksternal. Mungkin kali ini akan lebih cerita tentang eksternal aja kali ya, biar gak boring (:P) Jadi, D-Art sudah banyak ikutan event-event besar yang diadakan di indonesia mulai dari AFAID, Comifuro, dan yang terakhir POPCON ASIA. Cukup banyak ya? Rasanya seh masih kurang... He he he :D Ngapain aja kami di sana? Udah jelas dong: PDKT! Kita ngenalin diri kepada dunia (lebay mode: on!) bahwa D-Art itu ada. Gak cuma itu, di sana juga kami dapat pengalaman berharga: mulai dari kenal orang-orang baru, industri baru, bahkan dunia-dunia baru yang belum pernah kami rasakan sebelumnya. Intinya seh: seru banget ! Sedikit review aja neh, terutama buat para pembaca dan D-Artist baru: kalian tau gak seh D-Art itu apa? Nah, kita segarkan lagi yuk memori kita. D-Art itu majalah portal artis di indonesia. Kami mengulas seputar orangorang yang berkarir di bidang industri kreatif terutama komik, animasi, dan game. Gak cuma itu, masih banyak bahasan lain yang gak kalah menarik di majalah ini. Sesuai visi kami: untuk menjadi satu-satunya majalah portal untuk komik, animasi, dan game di indonesia! Dengan semakin solidnya jajaran Redaksi dan bergabungnya beberapa rekan baru, tentunya kami juga gak lupa untuk berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, orang tua, kerabat, serta kalian semua: D-Artist yang selalu setia mendukung kami sampai saat ini. (#salute)

Editorial Kepala Editor: Afdhal Gamalsyah P Sekretaris : Ersha Amanah Direksi marketing : Ilham Masry Staf marketing : Dimas Satrio Direksi Produksi : Abrory Noor Esa Staf Produksi : Aldino Ponto Kreatif : - Eka Lesmana - Sayudi Hasibuan - Afdhal Gamalsyah P Editor Konten : Imansyah Lubis Koordinator Konten : Shafhi Kasyfillah Staf Konten : - Siti Badriyah - Ema Silaen - Ratna Puspitasari - T.Putra - Fikry Hasan Editor Layout : Andri Gustiari Koordinator Layout : Bima Indra Cahya Staf Layout : - Denny Krisna - Baharudin M Yusuf - Andi Riswandi Rachmat Koordinator Web : Arya Utama Putra Staf Web : Rangga Adhitya P Ilustrator : - Ralvi Lingga Ariyan - Fajar Indarto a.k.a Pack Kontributor : - Cessa Lafalika - Muhammad Iqbal - Re:ON Comics - Tinker Games - Arashi Chaleda a.k.a Bejowish DA Alamat : Jl. Terusan Buah Batu, Perumahan Buah Batu Ruko No. R4 Bandung Telp : 02287792267 e-mail : dartcorp01@gmail.com

“Kalian tidak akan tahu rahasia apa yang akan muncul ketika mereka berbicara... when artist talks� Afdhal Gamalsyah Putra Cover By Ralvi Lingga Ariyan & Arashi Chaleda




Let’s Meet with Grey & Jingga Ratna Puspitasari

Karakter merupakan hal yang sangat penting dalam industri tata tutur visual sekuensial, terutama komik, game, dan animasi. Mengapa? Karena karakter adalah individu rekaan pengarang yang bersifat fiktif dan mengemban berbagai macam peristiwa dalam cerita. Sehubungan dengan hal itu, dalam menciptakan sosok karakter yang kuat dan gampang diingat oleh pembaca komik, penonton animasi, maupun pemain game bukan merupakan hal yang mudah. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak karakter dalam Grey & Jingga: The Twilight, karya Sweta Kartika. Serial komik ini, awalnya selalu di-update setiap hari Senin dan Kamis di akun Facebook komikusnya. Akhirnya, komik yang juga memiliki ciri khas berupa quote yang sangat mengena ini diterbitkan versi hard copy-nya oleh Koloni. Dikemas dengan penggambaran karakter yang pas dengan gaya hidup generasi muda saat ini, gaya bahasa yang akrab, dan cerita khas seputar kehidupan romansa sehari-hari, Grey & Jingga: The Twilight dapat membuat para pembaca hanyut mengikuti alur ceritanya yang penuh warna. Dikisahkan, Grey dan Jingga adalah sahabat masa kecil. Mereka terpisah semenjak mereka lulus SD. Tanpa sengaja, ketika kuliah mereka bertemu lagi di klub teater. Jingga yang kuliah di Sastra Indonesia bercita-cita ingin menjadi penulis naskah. Sementara, Grey kuliah di jurusan musik dan mengatur setting musik di klub teater tersebut. Karena memang awalnya mereka sudah bersahabat, hubungan mereka pun menjadi kembali dekat, bersahabat, dan diam-diam saling suka. 5

Perasaan suka yang mereka pendam ini membuat sahabat mereka, Zahra, merasa gemas dan selalu mengganggu mereka berdua. Kisah cinta Grey dan Jingga juga direcoki dengan kehadiran Martin, yang sedang mengambil kuliah hukum sekaligus pemuda yang gencar-gencarnya melakukan pendekatan dengan Jingga. Selain itu, juga masih ada Nina, gadis yang dulu pernah menjalin hubungan dengan Grey dan bergabung dalam klub teater agar dapat mendekati Grey kembali. Hal-hal tersebut membuat jarak antara Grey


dan Jingga menjadi semakin lebar. Selain itu, keduanya juga sibuk dengan “hati� lain yang harus mereka hadapi.

Issue

Karakter Grey digambarkan Sweta Kartika sebagai pemuda yang cool dan tidak pernah menunjukkan emosi secara nyata atau berlebihan. Grey selalu beranggapan segala hal merupakan tanggung jawabnya, walaupun tentu saja, hal tersebut tidak benar. Sementara, Jingga adalah sosok gadis tipe tsundere yang selalu bingung dengan perasaannya sendiri. Tsundere adalah salah satu bentuk proses pengembangan karakter

khas tata tutur Jepang, yang menggambarkan perubahan sikap seseorang yang awalnya dingin - dan bahkan, kasar terhadap orang lain sebelum perlahan-lahan menunjukkan sisi hangat terhadap orang tersebut. Biasanya, para penggemar manga dan penikmat anime dapat mengenali dengan jelas tipe tsundere ini. Seperti pengantar komiknya, kisah Grey dan Jingga digambarkan ibarat langit senja (twilight). Jingga bagaikan kanvas oranye yang membentang di nirwana senja, sementara Grey adalah sekumpulan awan kelabu yang mengantarnya pulang. Akankah Grey dan Jingga mampu mengalahkan waktu dan mengatakan apa yang ingin mereka katakan sejak lama? Mari kita ikuti terus kisah mereka! 6


Shafhi Kasyfillah


8


Shafhi Kasyfillah


Ramalina Silaen

10


Mukhlis Nur

D-Spot

Shafhi Kasyfillah

Tidak hanya sebagai ilustrator dan komikus, profesi sebagai game artist pun dijalaninya hingga saat ini. Dialah Mukhlis Nur seorang lead artist dari perusahaan game ternama di Indonesia. Pria yang di beberapa kalangan lebih dikenal dengan Sinlaire ini mengawali debutnya keartisannya dengan menjadi ilustrator freelance untuk Vandaria Wars Card Games. Setelah itu ia membuat komik bersama teman-teman kuliahnya dengan membuat studio yang bernama 8Studio. Setelah lulus kuliah Mukhlis membuat komik Fatamorgana bersama Wing Yudha, lalu ia bekerja sebagai game artist di Tinker Games. INheritage menjadi game komersial pertama yang dikerjakannya di sana. INheritage sendiri merupakan game berlatarbelakang Indonesia yang menceritakan tentang Arca, yaitu orang-orang terpilih yang memiliki tugas untuk melindungi kota. Dengan kekuatan Tree of Life, Kalpataru dan roh penjaga kota yang disebut Rakyan, para arca bertarung melawan Yaksha, makhluk yang datang dari dunia lain. Tiap karakter dalam game ini memiliki unsur-unsur dan keterkaitan yang sangat kental dengan budaya Indonesia. Dari segi visual, para arca di game ini memiliki ikon-ikon khusus yang mewakili kota tertentu, seperti Dita dengan domba Garut atau Asri dengan Nyi Roro Kidul. Bahkan yaksha sebagai musuh dalam game inipun diambil dari mitologi-mitologi Indonesia, seperti tuyul, babi ngepet, pocong dan lain sebagainya. Karater utama dalam game ini adalah seorang gadis asal Bandung bernama Nala. Selain banyaknya unsur dan budaya yang diusung Nala, sifat serta cerita didalammnya menjadikan Nala sebagai karakter yang menarik untuk diulas.


Nala adalah siswi SMA kelahiran Bandung yang menjadi arca setelah kematiannya 2 tahun lalu. Ia meninggal akibat diserang oleh yaksha, akan tetapi rakyan Bandung bernama Reta memberinya kesempatan untuk tetap hidup sebagai arca dan mengorbankan seluruh hidupnya untuk melindungi ibu kota Jawa Barat itu. Nala menerima tawaran Reta selain karena ingin tetap hidup, ia pun ingin punya kekuatan untuk melindungi orang-orang yang disayanginya. Walaupun menjadi arca tetapi Nala tetap menjalani kehidupan sekolahnya. Hal itu ia lakukan selain untuk mengingat bahwa dirinya masih manusia juga karena rasa bersalahnya terhadap Alya, teman yang meninggal bersamanya saat diserang yaksha. Nala ingin menyelesaikan sekolahnya demi menghormati mendiang Alya. Sang arca Bandung, Nala The White Tiger, ini memiliki sifat dasar yang jujur, ceria, sedikit ceroboh dan polos seperti heroine menyenangkan pada umumnya. Ia pun dibuat sebagai karakter yang terlihat kuat di luar akan tetapi cukup rapuh didalam. “Dan di akhir cerita, kita hancurkan semua� canda Mukhlis setelah menyebutkan sifat-sifat karaktenya, karena seiring berjalannya cerita makin banyak kepribadian Nala yang terungkap

dan di beberapa bagian sedikit berubah. Sifat-sifat para karakter dalam INheritage pun dimanfaatkan menjadi plot tersendiri dalam cerita. Di samping sifatnya yang menarik, karakter INheritage ini pun memiliki banyak pesan yang ingin disampaikan dari penampilannya terutama terkait dari tempat kelahirannya. Selain rakyan-nya yang berbentuk harimau Siliwangi, penampian Nala dari atas kepala samapai bawah kaki pun memiliki simbol-simbol khusus khas Bandung. Dimulai dari rambutnya yang terdapat jepit berbentuk Bunga Patrakomala, yakni bunga khas kota Bandung. Di bagian pinggangnya terdapat aksesoris yang berbentuk tusuk sate sebagai simbol khas kota kembang. Selain itu ia pun menggunakan Batik Patrakomala Cangkurileung Bandung, di mana batik ini sebenarnya bisa dinyatakan hampir punah karena sudah tidak ada lagi pengrajin untuk batik tersebut. Untuk serangannya sendiri Nala memiliki senjata pamungkas berupa kujang besar, yakni senjata dan perkakas multi fungsi dari Sunda. Secara keseluruhan motif dan bentuk visual Nala mengikuti rakyan-nya, yakni harimau putih Siliwangi. 12


Alex Irzaqi Shafhi Kasyfillah

Ditemui di padepokannya beberapa saat lalu, Alex Irzaqi komikus pemenang Silent Manga Audition pertama ini berbagi cerita kepada tim D-Art. Ia bercerita tentang karakter-karakter yang pernah ia buat terutama karakternya dalam komik Dharmaputra Winehsuka yang diterbitkan pada tahun 2010. Sebelum menjelaskan panjang lebar tentang karakternya, pria yang karyanya mendapat banyak pengaruh dari Akira Toriyama, Tony Wong, Ma Wing Shing, dan Jeff Smith ini memberikan pendapatnya tentang bagaimana menciptakan suatu karakter yang baik. Walau sebenarnya karakter yang ia buat lebih sering fleksibel menyesuaikan dengan cerita, akan tetapi secara keseluruhan ia sependapat dengan Scott McCloud yang mengatakan bahwa karakter harus memiliki penampilan fisik yang unik, sifat atau sikap yang unik dan latar belakang yang unik. Hal ini ia aplikasikan dalam membuat karakter Dharmaputra Winehsuka. Dharmaputra Winehsuka adalah pasukan elit beranggotakan tujuh orang yang dibentuk oleh Prabu Wijaya sebagai raja Majapahit pertama. Kuti, Semi, Yuyu, Wedeng, Banyak, Pangsa dan Tanca mengemban satu amanat suci yang berisi kesetiaan, pembelaan serta bakti di bawah sumpah Satya Bela Bakti Prabu “Dharmaputra Winehsuka bersumpah melindungi paduka yang mulia dengan taruhan nyawa.�


Ra Kuti

Ra Semi

Ra Kuti adalah ketua dari Dharmaputra. Ia dipilih oleh Prabu Wijaya untuk mengepalai pasukan yang melindungi putranya Prabu Jayanegara, karena melihat dedikasinya yang telah menjadi pasukan Bhayangkara sejak zaman Singosari. Karakter yang berasal dari Pajarakan (wilayah Lumajang) ini merupakan orang yang sangat lurus, taat peraturan, berperasangka baik, optimis dan memiliki keyakinan kuat. Sebagaimana menurut Irzaqi “Pokoknya karakter yang cocok memerankan justice servant”, Kuti memiliki semboyan “keraguan yang membuat sesuatu menjadi salah.” Jadi selama tidak ada keraguan di hatinya, bagi Kuti segala hal yang dipercayainya adalah benar. Itulah yang membuat dirinya harus dalam kondisi selalu yakin, karena sedikit saja dia ragu maka akan terjadi kesalahan pada dirinya. Seperti halnya keyakinan teguh pada prinsip Satya Bela Bakti Prabu, dan tetap percaya pada Prabu Jayanegara. Dengan keyakinan yang lebih kuat dari siapapun jugalah yang membuatnya menjadi tak terkalahkan dan menjadi pendekar terkuat dalam jajaran Bhayangkara.

Ra Semi berasal dari Lasem, dan merupakan penduduk asli Jawadwipa. Kuti dan Semi pernah berguru di padepokan yang sama, disanalah mereka mendalami Brajamusti bersama. Oleh karena itulah terdapat beberapa persamaan jurus antara keduanya, walaupun Brajamusti bukanlah jurus pamungkas Semi dan tingkat penguasaan Brajamustinya masih di bawah Kuti. Tidak seperti Kuti yang diangkat menjadi Dharmaputra karena dedikasinya, Semi diangkat menjadi Dharmaputra karena rekomendasi Kuti yang telah lama mengenalnya. Pada dasarnya Semi tidak suka mengikuti politik. Ia pun bukan Bhayangkara, dan justru lebih akrab dengan gembong dan perampok. Ra Semi tidak bisa mati karena kekuatan istrinya, Nyi Ranum. Istri Ra Semi yang berasal dari Cina ini memiliki kemampuan menghidupkan kembali orang yang sudah mati. “Pepatah ‘selalu ada perempuan hebat di samping laki-laki hebat’ bekerja pada Ra Semi dan istrinya” tutur Alex saat menjelaskan latar belakang Ra Semi.

14


Andy Wijaya Ratna Puspitasari

“Selama ini, bagi kita, kata ‘superhero’ sudah sangat dentik dengan tokoh-tokoh adi ksatria Amerika Serikat, khususnya dari DC Comics dan Marvel Comics. Betapa para pahlawan seperti Superman, Batman, Spider-Man, Captain America, dan tokoh-tokoh lainnya sudah menjadi tak asing bagi kita. Di sisi lain, bisa jadi tak banyak yang tahu jika Indonesia juga memiliki tokoh yang tak kalah keren dengan mereka.” Andy Wijaya adalah pemilik toko komik lokal Anjaya yang berada di daerah ITC Kuningan, Jakarta. Ia memutuskan untuk membuka usaha toko komik lokal tersebut karena hobinya membaca, mengkoleksi, dan berbagi berbagai macam judul komik local, terutama komik ‘jadul’ (baca: klasik). Menurutnya, komik lokal mulai terpuruk setelah kehadiran komik impor, dan saat ini makin sulit untuk mencari komik-komik lokal seperti Gundala Putera Petir, Godam, Si Buta dari Goa Hantu, dan lain-lain untuk nostalgia. Gagasan Andy Wijaya untuk mendirikan toko komik lokal muncul ketika ia kembali dari Singapura pada awal tahun 2004. Saat mengunjungi pameran komik Indonesia di British Council Jakarta yang berlangsung pada tanggal 28 Januari 2004, Andy lalu berkenalan dengan Surjorimba Suroto, Iwan Gunawan dan Syamsuddin, serta membuat portal KomikIndonesia.com dan milis Komik_Indonesia@yahoogroup.com.

15


Gundala Putra Petir Berawal dari seorang peneliti jenius bernama Sancaka yang menemukan serum anti petir. Akibat tenggelam dalam ambisinya sebagai seorang ilmuwan, Sancaka melupakan hari ulang tahun Minarti, kekasihnya, yang berujung putusnya hubungan mereka. Sancaka yang patah hati berlari dengan hati galau di tengah hujan deras. Saat itulah tiba-tiba sebuah petir menyambarnya. Dalam keadaan koma ia ditarik oleh suatu kekuatan dari planet lain dan diangkat anak oleh Kaisar Kronz, raja Kerajaan Petir. Tidak hanya diangkat sebagai anak, Sancaka juga diberkati dengan kemampuan super, yaitu bisa memancarkan petir dari telapak tangannya. Selain itu, belakangan Raja Taifun dari kerajaan Bayu juga memberinya kekuatan untuk dapat lari secepat angin sebagai hadiah karena Sancaka dapat mendamaikan konflik di antara kedua kerajaan tersebut. Sejak itulah, pada waktu-waktu tertentu, Sancaka tampil sebagai seorang penumpas kejahatan yang dikenal sebagai Gundala Putra Petir. Berbeda dengan tokoh-tokoh Superhero lainnya, menurut Andy karakter tokoh Gundala dikenal sangat manusiawi dan tak jauh dari keseharian. “Gundala itu jagoan yang bisa sedih, marah, bisa jatuh cinta, bisa ditolak perempuan. Sebagai superhero, dia sering kalah. Nggak jago-jago banget, justru di situ kelihatan sisi manusiawinya,� kata Andy. Godam Manusia Besi Dikarenakan perlawanannya terhadap kekejaman Ratu Candalani, Godam dan kedua orang tuanya menjadi buronan karena dianggap memberontak terhadap kekuasaan Candalani. Dalam masa pelariannya untuk menghindari Ratu Candalani, Godam mendapatkan beberapa benda sakti yang dapat membantunya menghadapi kekejaman Ratu Candalani, seperti baju yang dikenakannya dan kain yang bisa membuatnya terbang. Dikarenakan Godam melanggar sumpahnya terhadap Dewi Pengasuh Sukma, Godam pun dikurung dalam sebuah cincin sakti. Cincin tersebut lalu diberikan kepada Bapa Kebenaran di dimensi kita dan seorang sopir truk bernama Awang mendapat kepercayaan menjadi media perwujudan Godam dalam menjalankan kewajibannya menumpas kejahatan. Sering dalam petualangannya melawan kejahatan, Godam juga bekerja sama dengan jagoan lokal lainnya seperti Gundala, Aquanus, Maza, Tira, Sembrani, dan lainnya.


Agustian Noor Shafhi Kasyfillah

Agasa Ichigo adalah nama yang biasa digunakan Agustian Noor sebagai nama penanya. Ia adalah seorang komikus yang menciptakan komik beraliran action horror, judul pertama dari komiknya adalah Toro The Hybrid Soul. Pria kelahiran Sampit, 27 Augustus 1985 ini selain mengerjakan komik, ia pun aktif sebagai comic di komunitas SUC. Ia sudah suka menggambar sejak TK, mulai membuat komik saat SMP dan pertama kali mempublikasikan karyanya lewat dunia maya pada tahun 2010. Komik “Toro� sudah ia kerjakan sejak tahun 2006 sampai sekarang. Judul pertama sempat dicetak indie sebanyak 2 volume, walaupun hanya menggunakan mesin fotokopi di kampusnya. Saat pencetakan Toro versi awal ini, komikus yang ceritanya inspirasi dari komik Yuyu Hakusho dan Jigoku Sensei Nube ini mendapat banyak dukungan dari teman-temannya, termasuk salah satu dosen wanita yang akhirnya ia peristri. Pada tahun 2011, Toro mulai masuk dan aktif di situs komik lokal ngomik.com. Walaupun sering mengalami kesulitan mendapatkan alat menggambar seperti drawing pen atau sketch book karena tinggal di daerah yang belum seramai kota-kota besar, Agustian tetap optimis. Ia berharap Toro dapat dikenal dimana-mana, dicetak, dan punya ribuan bahkan jutaan fans dan mampu bersaing dengan komik-komik luar negeri.

17


Saat ini karakter Toro menjadi karakter utama dalam komik Toro Origins. Toro adalah seorang pemuda penggemar bela diri tae kwon do, sempat menjadi juara tingkat nasional saat umurnya genap 22 tahun. Sejak kecil pemuda yang tanggal lahirnya ditetapkan pada 22 Agustus ini sudah menjadi yatim piatu, akan tetapi ia masih bisa tetap bersekolah karena ia cukup pintar sehingga selalu mendapat beasiswa dari SD hingga SMA. Toro sempat berkuliah walaupun hanya selama 4 semester. Sesaat setelah memenangkan juara tae kwon do tingkat nasionalnya ia meninggal tertabrak mobil karena berusaha menyelamatkan kekasihnya. Setelah meninggal Toro akhirnya menjadi guardian, yaitu jiwa yang mati mendahului takdir dan mengabikan diri sebagai pelindung dalam jajaran dunia roh. Selain Toro terdapat juga para guardian lain seperti Amsu dan Noki yang pada perkembangannya menjadi teman akrab yang tak terpisahkan. Karakter dengan tinggi badan 175cm dan berat 65 kg ini desain awalnya terinspirasi dari salah satu karakter populer game fighting SNK yaitu Kyo Kusanagi. Sedangkan gaya bertarungnya yang merupakan perpaduan kick boxing dan tae kwon do terinspirasi dari karakter Hwoarang dari game Tekken.

Selain itu jaket rompi sudah menjadi aksesoris yang melekat dan tak terpisahkan dari karakter Toro. Pada perkembangannya, terdapat juga desain Toro melting form yang didapatnya secara tidak sengaja setelah menyentuh debu neraka. Toro melting form memiliki bentuk seperti setan dengan baju meleleh yang menyatu dengan tubuhnya. Sebagai seorang petarung sejati Toro selalu jujur walaupun terhadap musuhnya sekalipun dan menyukai pertarungan satu lawan satu. Toro pun memiliki sifat sombong dan tidak perduli sekitar, karena ia adalah juara tae kwon do yang tak terkalahkan. Namun lambat laun sifat dari karakter Toro berubah menjadi tokoh utama ideal seiring dengan insiden-insiden dan cerita dalam komiknya. Karakter-karakter utama dalam komiknya saat ini masih belum memiliki nama panjang. Sebenarnya nama-nama karakter seperti Noki, Amsu dan Toro diambil dari merek-merek ponsel terkenal di dunia. Karakter Toro seringkali disamakan dengan Yugo dari game Bloody Roar karena jaket rompi yang dikenakannya. Dari segi action, komik ini banyak mendapat inspirasi dari Kungfu Boy / Tekken Chinmi karya Takeshi Maekawa karena perkelahian dan gerakan-gerakannya dijabarkan dengan jelas.

18


Aditya Nugraha Wardhana Shafhi Kasyfillah

Mengubah sejarah. Inilah ambisi yang mendasari pria bernama Aditya Nugraha Wardhana terus menciptakan cerita-cerita unik. Ia sudah mulai memiliki ambisi tersebut semenjak SMP, saat beranjak SMA ia mulai menulis naskah untuk cerita hingga saat ini. Salah satu yang sedang berjalan saat ini adalah Beast Taruna. Cerita dan karakter tersebut mulai ia ciptakan saat duduk di bangku kuliah. Media self-publishing ia pilih sebagai cara untuk menerbitkan buku pertamanya ke masyarakat, selain itu ia pun aktif mempromosikan karyanya di berbagai event. Kebosanan akan video games, novel, TV show dan film yang ber-setting perang dunia II yang selalu berasal dari pihak sekutu, mengawali idenya untuk Beast Taruna. Aditya NW berfikir untuk membuat cerita bergenre alternate history di mana Jerman Nazi menjadi pemenang. Apakah akan lebih buruk seperti yang

19

diperkirakan, atau lebih baik? Selain itu kesukaannya terhadap tokusatsu – superhero asal jepang - tentang semua superhero tidak bisa berjuang sendiri memberikannya ide untuk membuat karakter lima orang dengan armor layaknya Kamen Rider.


Galan Fadrianis (Taruna Komodo Putih) adalah kapten tim yoroikyuu – olahraga dunia Beast Taruna - sekolah Akademi Taraksa di Bumiseruni. Sifatnya santai dan terkadang suka menjahili teman-temannya sendiri. Ia berasal dari Jawa dan datang ke Bumiseruni lewat beasiswa olahraga yang diterimanya saat lulus SMP. Dalam pertarungan, ia adalah Taruna Putih, pemimpin para Beast Taruna yang memiliki wibawa untuk menjadi panutan mereka. Ia menggunakan pedang Pannaga Elementar, sebuah whipsword dengan bilah-bilah setajam berlian. Adisty Kirana (Taruna Cendrawasih Kuning) merupakan bendahara di OSIS Akademi Taraksa dan merupakan karakter yang lebih menyukai berpikir daripada harus menghadapi orang. Ia biasanya berperan sebagai analis saat tim menghadapi situasi aneh. Dia adalah kakak dari Raga yang dulunya Taruna Hitam dan selalu khawatir soal keselamatannya. Orangtuanya adalah pengusaha perlengkapan deteksi dan perlindungan nuklir yang mendapat untung karena perang nuklir di Amerika. Taruna Kuning bertempur dengan gesit menggunakan pedang ganda Dynasha Zwiling.

Sarangerel Aretha (Sara Aretha, Taruna Harimau Merah) adalah atlet kempo di Akademi Taraksa dan merupakan gadis yang ceplas-ceplos dan tomboy. Ia cukup menyukai hal-hal tentang militer, karena orang tuanya berkecimpung di dunia penjualan senjata. Namanya berasal dari bahasa Mongolia yang berarti “cahaya bulan�, tapi ia lebih suka dipanggil Sara. Sebagai Taruna Merah, ia suka melancarkan ofensif dengan membabi-buta, terutama menggunakan pedang bor Karattar Spiral.

Senja Prasaja (Taruna Babirusa Hijau) adalah si besar, gentle giant, bagi tim Beast Taruna. Ia adalah pemain pertahanan utama di tim yoroikyuu Taraksa yang menjadi tembok tak tertembus bagi pemain lawan, namun secara pribadi, dia adalah anak yang baik hati yang tidak pernah terlihat marah. Teman dekatnya juga sekaligus saudara angkatnya, yaitu Catur, karena kedua orangtua Senja sudah meninggal dan diadopsi oleh keluarga Catur. Ia blasteran Indonesia—Rusia, sehingga memiliki rambut kecoklatan dan mahir berbahasa Rusia, dalam cerita ini bahasa Rusia hampir punah. Ia adalah Taruna Hijau dengan hantaman godam Agoron Boomer yang melepaskan shockwave yang mampu mematikan siapapun dalam jangkauan. Kazuki Yudhistira (Taruna Ikan Hiu Hitam) adalah pendatang baru di Bumiseruni dan Akademi Taraksa. Ia pindah bersama adik untuk tinggal di rumah kenalan ayahnya, Prabu Permana, setelah kedua orangtua mereka tewas dalam pemberontakan komunis di Filipina. Ia sedikit emosional dan lebih suka tidak diganggu oleh siapapun, lebih lagi dia sangat protektif soal adiknya, Karin. Dalam pertempuran, Taruna Hitam menggunakan kedua bilah pedang katar Ghurna Tidal. 20


Aswin Siregar Shafhi & Toga Putra

Siapa yang tidak kenal dengan salah satu tokoh super hero modern Indonesia, Volt? Tokoh ini merupakan kreasi dari 2 anak bangsa, Marcelino Lefrandt dan Aswin MC Siregar. Pada kesempatan ini, kita akan berkenalan dengan salah satunya, yaitu Aswin MC Siregar. Dari sebuah perjumpaan yang sangat menyenangkan, segera kita simak kisah singkat dirinya. Sejak kecil, Aswin sudah terlihat memiliki bakat menggambar. Menurut pengakuannya, bakatnya tersebut semakin terasah karena orangtuanya sering memberikan mainan sebagai hadiah ulang tahunnya. Lho, apa hubungannya antara mainan dan bakat menggambar? Namanya juga anak kecil, tentunya wajar bila ia ingin menambah jumlah koleksi mainannya. Aswin sering berkunjung untuk bermain ke rumah teman-temannya. 21

Nah, di rumah teman-temannya, biasanya dia melihat banyak mainan yang bagus-bagus. Dari sinilah ide bisnisnya muncul. “Saya melihat ada sesuatu yang mereka suka tapi enggak bias mereka lakukan: saya bisa menggambar!” demikian katanya. Mulailah dia menggambar sesuai dengan pesanan teman-temannya. Syaratnya cuma satu: gambar karya Aswin harus ditebus dengan salah satu mainan temannya! “Sejak saat itu saya jadi mulai punya banyak mainan!” kenang Aswin sambil tertawa. Hal ini berlanjut hingga tiba saatnya ia memasuki dunia perkuliahan, jurusan Desain Komunikasi Visual di Interstudi. Tentang Volt, diakuinya banyak yang bertanya, “Kenapa sih kok terlihat American superhero banget? Kenapa enggak bikin yang berbudaya Indonesia saja?” Kalau ada yang bertanya seperti itu, rasanya dia justru belum pernah membaca komik Volt, kata Aswin. Menurutnya, mereka memang mengambil gaya American superhero untuk membuat Volt, sedangkan kejadiannya, pendekatannya, semua sangat terasa berciri Indonesia. “Orang Indonesia itu sangat percaya dan dekat dengan hal-hal mistis. Jadi pendekatan itulah yang kita pakai. Ketika batu mustika yang menjadi sumber kekuatan Volt hidup kembali, seluruh jagat raya terpengaruh. Segala cerita mitos, mitologi ternyata benar-benar ada dan hidup dan dari situlah cerita dalam komik Volt dapat menyentuh literatur mitologi dan pewayangan. Inilah bagusnya seni dan budaya. Walaupun kita punya pakem yang sama dari jaman dulu, kalau bisa disesuaikan dengan jaman, tanpa


menghilangkan esensinya.” lanjut Aswin lagi. Semoga semangat ini – sebagaimana layaknya aliran listrik – bisa mengalir dan menular kepada kita semua untuk bersama-sama membangkitkan industri kreatif Indonesia, khususnya komik, animasi, dan game. Untuk dapat memahami asal usul dari Volt, terlebih dahulu kita harus berkenalan dengan tokoh yang bernama Ruben. Ruben adalah seorang anak berusia 13 tahun yang cerdas dan memiliki bakat menggambar. Dia sering menggambar superhero dan salah satu superhero yang diciptakannya memiliki kekuatan listrik. Sebenarnya imajinasi tentang kekuatan listrik tersebut terlahir dari keinginannya yang sederhana: Ruben membayangkan kekuatan listrik karena aliran listrik di rumahnya sering mati! Jika dia memiliki kekuatan listrik, tentu masalahnya akan mudah terpecahkan, begitulah pikirnya. Suatu saat, ketika Ruben sedang berada dalam bahaya, dia memohon akan datangnya sebuah pertolongan. Saat itu dia tidak menyadari bahwa di dekatnya ada sebuah batu mustika yang telah tertidur selama ribuan tahun. Tergerak atas permohonan dan do’a Ruben yang keluar dari hatinya yang tulus dan bersih, batu mustika tersebut hidup kembali. Batu mustika yang hidup kembali itu tak hanya ‘menjawab’ permohonan Ruben, dia bahkan bereaksi dengan menghidupkan imajinasi Ruben: sesosok superhero dengan kekuatan listrik. Superhero inilah yang akhirnya kita kenal dengan nama Volt. Beberapa kemampuan Volt yang sudah diketahui adalah memanfaatkan energi listrik atau petir untuk bertahan ataupun menyerang. Selain memiliki stamina level super dan karena terlahir dari imajinasi Ruben yang cerdas, Volt memiliki intelektualitas tingkat jenius. Dia juga dapat menghisap energi listrik dari wadah elektronik apapun, dan terbang dengan sangat cepat. Volt memiliki penglihatan prana, dapat melihat energi makhluk hidup dan memiliki kekuatan penyembuh. 22


Nawa Rie Eda Shafhi Kasyfillah

Diawali dari ketertarikan terhadap superhero Indonesia pada tahun 80-an Nawa Rie Eda atau yang bernama asli Ade Irawan, menciptakan komuitas bernama Jogja Tokusatsu atau yang disingkat JTOKU. Ia mendirikan JTOKU pada tahun 2005, dalam komunitas itulah tercipta karakter-karakter superhero asli Indonesia masa kini. Selain sebagai pendiri komunitas, Nawa pun dikenal sebagai ilustator manual, desainer grafis, dan desainer kostum, baik fiksi, robot, hero, monster atau maskot. Salah satu dari karakter-karakter superhero Indonesia ciptaan Nawa yang sempat menyedot perhatian masyarakat adalah Pocongman. Pertama kali Pocongman dipublikasikan sebagai film indie pada tahun 2008. Ide karakter ini ia dapatkan dari keprihatinan makin maraknya film pocong di Indonesia yang menimbulkan ketakutan yang tidak perlu di masyarakat. Sehingga tercetuslah pertanyaan “Mengapa harus takut dengan pocong?� yang mengarahkan terciptanya karakter Pocongman.


Kemunculan Pocongman diawali pada saat terjadinya krisis energi, dimana ditemukan sumber energi baru yaitu tenaga ektoplasma atau energi hantu. Dengan bantuan teknologi yang bernama elektroplasma, ektoplasma tersebut dapat diubah menjadi bentuk fisik berupa padat, cair ataupun gas. Dengan adanya ektoplasma sebagai energi alternatif, krisis dapat ditanggulangi. Akan tetapi sebuah perusahaan energi memanfaatkan energi tersebut untuk menciptakan kekuatan super dengan menggabungkan ektoplasma dan DNA manusia. Seorang anak desa bernama Jarod memiliki phobia terhadap pocong. Saat tumbuh dewasa ia bekerja sebagai relawan objek penelitian. Untuk menghilangkan phobia-nya terhadap pocong, maka ia terpilih dan memutuskan untuk menjadi Pocongman. Secara fisik Pocongman memiliki postur tubuh seperti orang dewasa di Indonesia pada umumnya. Warna dasar yang digunakan adalah merah dan putih yang menunjukkan warna bendera Indonesia. Kain putih yang membalut seluruh tubuh dan ikatan tali pocong di atas tudung kepalanya memberikan kesan pocong yang sangat kental pada dirinya. Tidak seperti pocong pada umumnya di layar televisi yang tangan dan kakinya terikat, Pocongman dapat menggerakkan tangan dan kakinya secara bebas. Selain itu pocongman mengenakan Skullsoul – topeng berwajah tengkorak dan pelindung dada serta bahu berwarna merah yang menambahkan kesan bahwa ia adalah seorang superhero dan petarung.

diatas kepalanya yang dapat memanjang dan memendek sesuka hati. Terdapat juga jurus pamungkas Hell Fire, yaitu api yang ia keluarkan dari tali pocong atau tangannya untuk memusnahkan musuh. Musuh bebuyutan Pocongman adalah King Satan, seorang ilmuan yang telah menjual jiwanya pada setan dan berniat menguasai dunia dengan kekuatan ektoplasmaektoplasma yang ia serap. Wujud King Satan seikit mirip dengan Pocongman, hanya saja topeng dan pelindungnya berwarna emas yang menunjukkan keserakahan, terdapat tanduk besar di kedua pelindung bahunya yang cukup kuat untuk menghabisi Pocongman, serta penggunaan pakaian dasar berwarna merah seperti darah – juga tidak bertali pocong. “Akulah jiwa yang tak pernah menyerah. Akulah jiwa yang ajarkan arti hidupmu. Akulah... POCONGMAN!�

Sebagai karakter superhero, Pocongman dianugerahi kekuatan-kekuatan super yang dapat digunakan untuk melawan kejahatan. Selain kecepatan, kekuatan dan ketahanan dari senjata fisik yang di atas manusia rata-rata, ia pun dapat menduplikasi dirinya menjadi banyak dan mengubah dirinya menjadi asap. Senjata utama dari Pocongman adalah tali pocong 24


Shani Budi Pandita Shafhi Kasyfillah

Di edisi lalu kita sempat mengulas tentang salah satu artist yang terlibat dalam pembuatan komik Nusantaranger, akan tetapi tidak semua tahu Shani Budi Pandita sebagai sosok di balik berdirinya pasukan adi ksatria Indonesia ini. Sebagai founder, Shani sudah cukup lama bergelut di bidang komik, seperti dalam komik online Degalings dan komik Hanoman 2.0 yang keduanya diterbitkan pada tahun 2010. Komik Nusantaranger sendiri saat ini sedang berjalan, mulai terbit tahun 2014 secara online di http:// nusantaranger.com

25

Pria kelahiran Jakarta, 11 Nobember 1981 ini mengagaskan ide Nusantaranger karena ia menganggap saat ini anak-anak Indonesia kekurangan sosok yang bisa dibanggakan dan menjadi panutan. Ia ingin memperkenalkan budaya Indonesia yang beragam tanpa memberi kesan menggurui. Menurut Shani, untuk inspirasi penciptaan Nusantaranger sendiri ia dapat dari serial Super Sentai Jepang dan Power Rangers Amerika, karena ia sendiri menyukai komik Amerika, Eropa, Hongkong dan Jepang sejak kecil. Walaupun pertemuan antar tim Nusataranger yang terdiri dari tujuh orang sulit dilakukan, tapi ia tetap yakin komik ini akan terus terbit dengan baik.


Pasukan Nusantaranger adalah kumpulan lima pemuda yang diberi kekuatan dari Pandita untuk menjaga nusantara dari serangan Kelana yang ingin menguasainya. Tim ini terdiri dari Rangga Wira Prakoso sebagai Nusa-Red, Kanaya Meuthia sebagai Nusa-Yellow, Rimba Kalamanthana sebagai Nusa-Green, Renata Mokoginta sebagai Nusa-Black dan George Saa sebagai Nusa-Blue. Para pahlawan Nusantaranger ini mewakili tiap-tiap pulau di Indonesia sebagai warisan kekuatannya, Nusa-Red: Jawa, Nusa-Yellow: Sumatera, Nusa-Green: Kalimantan, Nusa-Black: Sulawesi dan Nusa-Blue: Papua. Secara bentuk visual bagian kostum dari Nusataranger sendiri memiliki arti-arti tersendiri, seperti bentuk dan gambar pada helm menunjukkan hewan-hewan endemik Indonesia. Begitu pula untuk warna kostum, warna merah yang mewakili pulau Jawa diambil dari rangkaian gunung berapi yang sering disebut Ring of Fire. Naya yang memiliki warna kuning diambil dari pulau Sumatera atau Svarnadwipa, yang dikenal dengan Kepulauan Emas.

RImba menggunakan warna hijau untuk menunjukkan pulau Kalimantan yang dikenal dengan hutan-hutannya. Lalu warna hitam dari Renata diambil dari Toraja yang dikenal dengan berbagai hal mistisnya. Terakhir Nusa-Blue digunakan untuk melambangkan laut di nusantara. Penamaan para tokoh jagoan di komik ini pun memiliki arti dan alasan khusus. Rangga Wira Prakoso memilki arti Rangga ‘prajurityang pemberani’ dalam bahasa Jawa. Kanaya Meuthia diambil dari bahasa Aceh yang berarti mutiara. Rimba Kala Manthana memiliki arti Kalimantan yang rimbun dan gersang. Sedangkan nama Reneta Mokoginta, menggunakan fam atau marga di Sulawesi yaitu fam Mokoginta. George Saa terinspirasi dari nama anak Papua yang mendapatkan penghargaan First Price to Psychic Nobel. Adapula nama-nama seperti Kelana dan Sandekala yang terinspirasi dari kebudayaan dan cerita rakyat Indonesia.


IT’S NOT OVER YET... ADA PRO RULES, FAQ, TUTORIAL, DAN MASIH BANYAK LAGI DI

Wh e n A rti st Ta l k

Untuk membaca lebih lanjut, silahkan kontak di nomor berikut untuk pembelian majalah: 08996169677 (Andreas) 085242660420 (Wandi)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.