D-Art Magazine 01 Preview (Low Quality)

Page 1


HELLO,

D-ARTIST!!! Chief Editor: Afdhal Gamalsyah Putra Layout Editor: Andri Gustiari Content Editor: Uki Sugiono Content Team: Riki Indramars Nurhakim Shafhi Kasyfillah Design N Layout Team: Bima Indra Cahya Andi Riswandi Rachmat Ralvi Lingga Ariyan Fajar Indarto Creative Team: Andri Gustiari Sayudi Falihul A. Eka Lesmana Web Team: Arya Utama Rangga Aditya Partnership and Sponsorship Team: Rizki Kurniawan Muh. Marizki Contributor: Aditya Darmawan Andiansyah Rivai Aziz Yahya Muhammad Iqbal Abi Hibatullah Riki To Indita Pratiwi Kristie

All hail, pembaca D-Art! Kami mewakili semua member D-Art mengucapkan selamat bagi kalian yang berhasil naik kelas dan ada yang diterima kuliah di perguruan tinggi pilihan kalian. Tekunlah menuntut ilmu, carilah peluang dan inspirasi untuk berwirausaha atau pun bekerja setelah lulus nanti. Kami mengucapkan selamat pula bagi kalian yang sudah diterima bekerja di suatu perusahaan. Bangunlah karir kalian di jalan kebaikan, karena kalian akan menuai kebaikan yang kalian tanam. Kami bisa berbungah hati sekarang, kawan. Usaha kami membuat majalah ini untuk kalian akhirnya terwujud! Karya-karya inspiratif yang kami suguhkan adalah murni Indonesia. Para artist komikus dan ilustrator ini sudah malang-melintang memiliki jam terbang tinggi menggeluti profesinya. Mereka meyakini kawan-kawan yang memiliki minat sama juga mempunyai peluang besar untuk berkembang. Kami juga meyakini itu dan mendukung kalian menemukan ide-ide inspiratif lewat majalah ini. Majalah D-Art tidak hanya berisi tentang komik saja, tetapi juga seni desain visual. Tentu saja, dengan senang hati kami memberikan kail dan lautnya bagi kawan-kawan peminat bidang ini dalam mencari pasar dan apresiasi masyarakat. Akhir kata, marilah dengarkan suara hati dan minat diri kita untuk dikembangkan. Lihatlah dan apresiasikan karya seni orang lain sebagai satu bentuk benih kebaikan kecil. Tekun berlatih, berkreasilah tanpa perlu takut bila hasilnya belum sempurna. Setengah penuh! Penuhilah sisanya, kawan.

Afdhal Gamalsyah Putra

PT. Sisfo Perdana Jaya Mandiri Direksi Marketing: Ilham Masry Direksi Produksi: Afdhal Gamalsyah Putra Direksi Sponsorhip: Rizki Kurniawan Alamat: Jl. Terusan Buah Batu, Perumahan Buah Batu Ruko No. R4, Bandung Telp: 02287792267 dartcorp01@gmail.com www.dartmagz.com

Cover By:

Ralvi Lingga Ariyan, Fajar Indarto, & Arashi Chaleda


Is Yuniarto

Is Yuniarto sudah memulai membuat komik sejak SD. Ia menekuni bidang itu karena menyukai komik. Sepanjang karirnya, ia pernah menjadi ilustrator freelance, menggarap permintaan pelanggannya yang berasal dari Indonesia bahkan dari luar negeri sekalipun. Karirnya semakin menanjak dan menjadi komikus internasional pada tahun 2005—dengan karyanya: Wind Rider. Pria yang akrab disapa Isyun ini dulu tertarik pada komik wayang, maka ia pun mencoba membuat komik wayang versi sendiri dan jadilah komik Garudayana. Semasa kecilnya, Isyun menyukai komik buatan Eropa, Amerika, dan Jepang. Komik yang paling mempengaruhi selera pertempuran di dalam komiknya adalah Dragon Ball. Komik action petualangan buatan Akira Toriyama itu memiliki peran besar dalam menginspirasi Isyun untuk membuat komik action buatan sendiri.

Nama : Is Yuniarto Nama Pena : Isyun Tempat Tanggal Lahir : Semarang, 29 Juni 1981 Domisili : Surabaya Afiliasi : re:ON comics, CAB Track Record:

2005 Windrider 2007 - 2008 Knight of Appocalypse 2009 - ongoing Garudayana 2011 5 Cm 2013 - ongoing The Grand Legend Ramayana


Komik Indonesia Pernah Jaya

Komik yang murni buatan Indonesia mengisahkan suatu cerita yang berasal dari budaya sendiri, sebenarnya sudah ada sejak generasi sebelum kita. Isyun menambahkan, komik Indonesia mulai muncul pada tahun 40an, kemudian berkembang sampai pada masa keemasan pada tahun 60-70an. Beberapa komik pada masa itu yang paling terkenal adalah: Si Buta Dari Gua Hantu dan Gundala Putra Petir, namun kemudian meredup karena tidak ada regenerasi. Perkembangan komik Indonesia mulai bangkit kembali sekitar tahun 90an. Kreator komik Indonesia—terutama yang senior sangat membutuhkan apresiasi dan dukungan pihak penerbit. Persoalan inilah yang masih menjadi hambatan mengapa perkembangan komik di Indonesia sekarang sulit berkembang. Padahal, peran komikus senior ini sangat penting untuk membangun moral dan memberi semangat baru pada junior dan masyarakat umum. Bila saja pihak penerbit sedikit-lebih banyak mau ikut turun tangan membantu mempromosikan karya dan prestasi mereka, kemungkinan besar mayoritas sudut pandang konsumen akan berubah mendukung.

Bayangkan caranya seperti strategi politik yang dipakai akhir-akhir ini: gubernur baru yang menjabat di salah-satu kota besar diekspos prestasinya habis-habisan di dalam banyak media. Cara yang demikian itulah akan memancing kekaguman masyarakat. Demikian pula apa yang akan terjadi pada dunia perkomikan Indonesia.

Masih Banyak Jalan Usaha Bagaimanapun sulitnya keadaan tersebut, tidak memadamkan motivasi Isyun untuk tetap berkarya. Justru ia berpikir dan mencari jalan keluar lain demi passion. Masih banyak jalan menuju Roma, demikian pula masih banyak cara untuk menunjukkan karya komiknya. Lebih-lebih sekarang, apapun sudah didukung peran internet, karyanya tetap bisa dibaca dan diapresiasi pembaca. Selain membuat komik Garudayana Saga dan Grand Legend Ramayana yang masih dibuat, Isyun juga mengajar di dua kampus berbeda di Surabaya.


Sweta Kartika

Menjadi komikus dan ilustrator adalah impian Sweta Kartika sejak kecil. Bapaknya seorang seniman. Beliau mengajarkan padanya kedisiplinan dalam berlatih menggambar agar membuat hasilnya semakin terasah dengan baik. Motto hidupnya adalah, "Tidak ada kesuksesan yang bisa didapatkan dengan instan".

Sweta mengkaji bidang visual seni tradisi selama 4 tahun di Institut Teknologi Bandung, jurusan DKV . Selama masa studi itu, ia bertemu dengan Bima, Dian, dan Habibi. Mereka berhasil membangun usaha bersama yang diberi nama Wanara Studio. Ia lulus tahun 2008. Rahasia Langit memang tak bisa ditebak. Pada saat itu Sweta sudah menjadi komikus dan ilustrator freelance, namun ia masih merasa belum tahu banyak dunia yang ia pijak saat itu. Karena itulah ia melanjutkan studi dan mengambil gelar Magister Desain pada tahun 2011. Setelah itu, Sweta kembali melanjutkan membuat komik dan ilustrasi, menghasilkan karya-karya Seni Tradisi Nusantara di Wanara Studio hingga sekarang. Ia ingin membawa nama komik Indonesia masuk ke tingkat internasional tanpa meninggalkan nilai budaya Indonesia.

Nama TTL Domisili Afiliasi

: Sweta Kartika : Kebumen, 14 April 1986 : Bandung : Wanara Studio

“Tidak ada kesuksesan yang bisa didapatkan dengan instan�


Perkembangan Komik di Indonesia Ketika sesi wawancara, Sweta memaparkan analisis-analisis perkembangan komik di Indonesia selama pengalaman karirnya. Ada 4 genre komik yang populer di Indonesia: opini, komedi, romance, dan action. Genre opini itu adalah gaya komik yang biasa digunakan dalam kartun satir—menyampaikan pesan sindiran atau bisa juga nasehat pada pembaca.

Nasib masyarakat Indonesia berakhir menjadi pelayan dan pekerja kasar bergaji rendah; dijauhkan dari pendidikan agar selalu bisa dibodohi. Hanya beberapa golongan saja yang beruntung: hidup makmur, kesehatan terjamin, tidak kekurangan gizi, memakai pakaian bagus, bertempat tinggal layak, dan berpendidikan.

Apresiasi pemerintah terhadap seni, khususnya di bidang komik masih rendah. Royalti atau persenan yang diberikan media cetak terhadap karya komik masih kecil, karena itulah mereka lebih memilih berkarya di luar negeri karena tawaran harganya lebih tinggi. Hidup menjadi komikus di Indonesia belum terjamin bila hanya mengandalkan profesi ini sebagai pekerjaan utama.

Akhirnya timbul pemikiran untuk merdeka— prosesnya butuh berpuluh tahun dan mempertaruhkan nyawa pula. Usaha itu belum tentu berhasil, tapi mereka yakin. Tekad dan semangat perjuangan mereka menyulut semangat masyarakat lainnya. Pikiran pesimis saja bisa menular, apalagi yang optimis.

Mari kita flashback sejarah kemerdekaan Indonesia sejenak. Pada waktu Indonesia masih di bawah pemerintahan negara lain, hakikat hidup rakyat Indonesia bukan sebagai manusia yang berhak hidup bebas, melainkan hanya sebagai alat untuk mencapai kepentingan-kepentingan negara asal mereka saja.

Indonesia sekarang, popularitas komik dalam negeri lah yang terjajah. Karena itulah berkarir menjadi komikus di negara ini penuh perjuangan seperti pasukan kemerdekaan jaman dulu—tapi mengapa Sweta menikmatinya? Karena ia percaya bahwa takdir seseorang akan berubah selama orang itu mau dan terus berusaha.


Ockto Baringbing kelahiran Batak tulen. Ia pernah bekerja di salah satu perusahaan televisi swasta di Jakarta. Walaupun demikian, ia bercita-cita ingin membangkitkan kembali kejayaan komik Indonesia. Langkah pertama yang dijalaninya yaitu menggambar komik sendiri. Karena passion itu, ia memutuskan untuk fokus menjadi penulis komik dan membuat team. Komik yang membuatnya terjun ke dunia komik adalah Dragon Ball.

Ockto Baringbing Prestasi 2006 2009 2009 2009 2010 2011 2012 2012 2013 2013 2013

Ia pernah mengawali debut komiknya, dibuat bersama Seta dan Bayu (kostkomik) berjudul: ‘B.O.C.A.H’—MnC Koloni, sekarang edisi kedua. Komik itu lolos seleksi dalam kompetisi komik Internasional Kodansha, Jepang. Selain itu, Octo juga menerbitkan serial komik MERDEKA, sempat terbit terbatas di bawah label Orange Publisher (diterbitkan ulang 2 buku oleh Koloni). Ia juga pernah bekerjasama dengan Matto (Lesehan Studio, Jogja) untuk membuat komik ‘5 Menit Sebelum Tayang’ yang terbit online di [makko.co]. Komik ini meraih Silver Prize Award di ajang 6th International Manga Award. Sekarang, ia membuat serial komik ‘Galauman’ bersama Ino Septian yang terbit di majalah komik re:ON.

Juara 1 Pekan Komik Nasional 2 (B.O.C.A.H = Tersesat Dalam Bahasa Sendiri) Menulis cerita komik Merdeka yang diterbitkan Orange Publishing Nominator lomba komik internasional oleh Penerbit Kodansha, Jepang sebagai penulis cerita dan konseptor (B.O.C.A.H) Menulis cerita komik B.O.C.A.H yang diterbitkan M&C Gramedia Menulis cerita komik Merdeka yang diterbitkan M&C Gramedia Menulis cerita komik B.O.C.A.H buku ke-2 yang diterbitkan M&C Gramedia Menulis cerita komik Merdeka buku ke-2 yang diterbitkan M&C Gramedia Pemenang Silver Award International Manga Award (5 Menit Sebelum Tayang) Menulis cerita komik Galauman yang diterbitkan dalam majalah kompilasi komik Re:On Menulis cerita komik adaptasi Serial Televisi Bima Satria Garuda Pemenang 1st Silver Award Kompetisi Komik Indonesia 2013 (Keluar Saung)


Intermezzo Ockto Tentang Pengalaman Ngomik Kami sharing obrolan yang menginspirasi kalian saat kami mewawancarai Ockto. Menurut pendapatnya tentang komik di Indonesia, “secara keseluruhan cukup bagus, tapi masih perlu memperhatikan banyak hal lagi�. Mungkin hal-hal itu dimaksudkan agar komik Indonesia semakin layak jual; desain komik yang layak jual adalah yang berkarakter bagus dan alur cerita yang menarik untuk disimak sampai tamat.

Hambatan yang sering ia hadapi adalah hal keuangan. Sewaktu kuliah dulu masih aman karena ada sokongan dari orang tua, tapi sekarang ia sudah terjun di dunia kerja, tidak boleh sembarangan mengambil keputusan. Hambatan lainnya adalah apresiasi. Ia baru merasakan mendapatkan uang dari membuat komik di re:ON. Penerbit yang menghargai komikus Indonesia masih bisa dihitung dengan jari.

Ia membuat komik pertama kali pada tahun 2003. Pada saat itu, ia merasa belum mendapat tanggapan baik dari masyarakat. Hal mengecewakan itu tidak menyurutkan semangat Octo, ia tetap bertahan dan berusaha lagi. Perkembangannya baru bisa dilihat setelah 1-2 tahun kemudian, karyanya mulai banyak apresiasi.

Tidak perlu lah berharap pada dukungan pemerintah. Cara untuk mendapatkan perhatian mereka hanya dengan prestasi yang bagus. Mungkin sama seperti mendapat perhatian cewek. Walaupun pas-pasan tapi kita tutupi dengan prestasi, mereka akan kagum.


C. Suryo Laksono Nama Nama pena Tempat tanggal lahir Domisili Afiliasi

: C. Suryo Laksono : Suryo : Tangerang, 19 Desember 1989 : Tanggerang Selatan : PDW United circle, re:ON Comics

Siapa sangka perjalanan karir komikus Indonesia satu ini berawal dari coba-coba. Ketika SMP, C. Suryo Laksono sering melihat temannya menggambar dan membuat komik. Ia berpikir apakah aku bisa bikin komik sendiri? Beruntung lingkungan yang baik menumbuhkan minat positif pada dirinya. Hanya dengan buku dan alat tulis seadanya, Ia pun mencoba ikut membuat komik. Minatnya semakin besar. Ia semakin serius menggeluti dunia komik di bangku SMA, kemampuannya semakin terasah. Debut pertamanya dimulai ketika kuliah: mengikuti submisi yang diselenggarakan penerbit lokal, kesempatan inilah yang membuat ia bisa berkenalan dengan komikus lainnya, dan berkembang hingga sekarang bisa membuat banyak karya.

Faktor Pendukung Komikus lahir pada bulan Desember 1989 di Tangerang. inspirator karyanya adalah Naoki Urasawa. Ia menganggap bahwa perkembangan karya komik lokal di Indonesia mulai membaik. Karya yang bagus masih belum banyak, tapi masih akan terus bertambah. Inilah yang membuatnya semangat untuk terus berkarya. Menurut pendapatnya, segi visual maupun cerita pada komik lokal saat ini berkembang lebih baik. Faktor ini banyak memberikan pilihan pada pembaca, karena komik satu dengan komik lainnya tidak memiliki kesamaan cerita. Daya jual komik lokal pun meningkat. Peran industri dalam menginovasi strategi penjualan akan banyak membantu daya jual komik lokal.


Apresiasi para pembaca dan—mungkin banyak—di antara mereka terinspirasi untuk membuat komik yang memotivasi C. Suryo Laksono untuk terus berkarya di bidang ini. Ia berusaha untuk tidak memikirkan hal-hal yang menghambatnya agar fokus karya selesai. Minat seseorang yang dijadikan karir tidak akan mengeluh dan mempersoalkan hambatannya. Ia tetap membuat komik "ROBOT! ROBOT! ROBOT!" dan "Anak-anak Bumi", meski tidak untuk dicetak ke dalam buku, melainkan posting di jejaring sosial.

Prestasi Karya komik lain yang pernah dibuatnya adalah "Kamretto!", "Apsari", "Project Online Jamstrip 'Brutu' (jamstrip)", dan "SEER – The Genchildren". Judul karya terakhir itulah yang membuatnya terkenal. Pada taun 2012, ia juga pernah bekerja-sama membuat komik dengan Erwin Prasetya dan komik lain dengan Faza Meonk. Judul komik yang mereka buat adalah "Anak-anak Langit" dan "Terbang".

Last Update ... Saat ini ia sedang mengerjakan 'Brutu Project' dan menjadi illustrator artikel di penerbit komik lokal. Kabar baiknya, ia sedang merencanakan serial komik terbaru dan segera dipublikasikan. Pesan beliau untuk D-Artist, "Menjadi komikus itu tidaklah sulit, justru sangat mudah. Bagian sulitnya adalah berkarya tapi tak mau belajar menciptakan komik-komik yang keren".

Track Record: 2010 - 2011 2011 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 - Now 2014 - Now

SEER - The Genchildren Kamfretto! Anak-anak Langit (w/ Erwin Prasetya) Terbang (w/ Faza Meonk) ROBOT! ROBOT! ROBOT! Anak-anak Bumi Apsari Project Online Jamstrip 'Brutu' (jamstrip) Ilustrator artikel ‘10 tips re:ON Comics’ Tawur


Rimanti Nurdarina Baga Rimanti Nurdarina Baga adalah salahsatu komikus muda dan berbakat di Indonesia. Rinanti dulu sempat menggunakan nama pena “Rinota”. Ia pernah membuat karya komik berjudul “PACE – The Guilty” saat umur 17 tahun, duduk di bangku SMA. Selama ini Rinanti berusaha membuat karya dengan style universal—secara spesifik dan yang mainstream, barat dan manga—supaya dapat diterima banyak kalangan di Indonesia. Walaupun manga masih menjadi patokan utamanya. Perjalanan karir Rimanti berawal dari lingkungan tempat tinggalnya. Ia mendapat banyak pengaruh dari komik Jepang pada saat SMP hingga SMA.

Ketika masa sekolahnya sudah memakai seragam putih abu-abu, bermodal suka dan cinta komik, ia mencoba mengirim karyanya ke penerbit. Pembuatan komik pertamanya membutuhkan waktu selama 9 bulan, ditemani mas Gupita Mahendra sebagai editor pembimbingnya. Proses pembuatanya memakan waktu lama karena ia harus membagi waktunya dengan kegiatan sekolah. Walaupun demikian, ia bangga dengan komik buatannya sendiri. Ia mendapat pengalaman tentang bagaimana proses pembuatan komik dan melihat posisi komik lokal di Indonesia.

“Waktu tidak pernah bisa kembali, terus tumbuh dan menua. Gunakan kesempatan untuk belajar—belajar apa pun, bergaul dengan orang-orang, karena komik menceritakan pengalaman kehidupan. Karena itu kita harus mengerti kehidupan dengan sesama manusia, berpetualang,mencari pengalaman baru sebanyaknya.”


Peluang Bagi Komik Indonesia

Rinanti memiliki pandangan pribadi tentang perkembangan dunia komik di Indonesia. Menurutnya, pada awal tahun 2000an, ketika teknologi internet mendominasi, para komikus mulai mengandalkan sosial media sebagai media penyebaran promosinya. Inilah yang menjadi peluang komik Indonesia untuk berkembang. Walaupun begitu, pekerjaan sebagai komikus masih belum bisa dijadikan profesi utama. Strategi pemasaran Jepang pun tidak efektif diterapkan di Indonesia. Karena itulah Rinanti harus berani mempelajari strategi marketing, mengamati tren, selera, dan lainnya sendiri.

Proyek Komik yang Terhenti Status Rinanti sekarang adalah mahasiswi tingkat akhir. Di samping itu, ia juga mengerjakan proyek komik di Airdrama, tapi belakangan ini tertunda, karena itulah, ia meminta maaf pada pembaca. Walaupun terhenti, proyek ini dipastikan tetap akan dilanjutkan.


IT’S NOT OVER YET... ADA PRO RULES, FAQ, TUTORIAL, DAN MASIH BANYAK LAGI DI

Wh e n A rti st Ta l k

Untuk membaca lebih lanjut, silahkan kontak di nomor berikut untuk pembelian majalah: 08996169677 (Andreas) 085242660420 (Wandi)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.