Catatan Kaki Edisi Juni 2018, Outsourching

Page 1


da ar isi EDITORIAL ................................................................................................. 03 HISTORY ..................................................................................................... 05 Outsourcing Mulai Menggerog i Unhas oleh : Meliana B LAPORAN UTAMA .................................................................................... 08 Jeritan dalam Jeratan oleh : Petunia Cascadias LAPORAN KHUSUS .................................................................................. 14 Cita-cita Naik Haji yang tak Kunjung Kesampaian oleh : Amelia Andriani MATA HUKUM ........................................................................................... 18 Keadilan untuk siapa? Pekerja atau pemilik modal oleh : Beng beng ANALISIS LITBANG ................................................................................. 24 Nilai Semakin Melebihi Sedang Proletar Membaca Garis Tangan oleh : Peraya Riuh OPINI ........................................................................................................... 26 Organisirlah!

Desain Sampul Peraya Riuh

oleh : Prometheus Fun Lady SASTRA CERPEN ...................................................................................... 29 RESENSI MUSIK ........................................................................................ 36 SASTRA PUISI ............................................................................................ 38

MANAJEMEN REDAKSI Ketua Umum / penanggung jawab : Amri N. Haruna, Pimpinan Redaksi : Nopyanti Arianti, Editor : Yuliana Rinang, Ferlita, Layouter : Andi Bambang R, Reporter : Amelia Andriani, Meliana B, Putri Kamilah Buyung, Zulfahmi, Abd. Malik, Fotografer: Asfar Amar , Manajemen Sirkulasi : Zulfahmi. SEKERTARIAT Gdg. Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM II) Ruang Tempo Kampus Unhas Tamalanrea Jl. P. Kemerdekaan Km 10 Makassar 90245 Email : catatankakiunhas@gmail.com Website : http//www.catatankaki.info

2 catatankaki_edisi Juni 2018


editorial

A

Assalamualaikum Wr.Wb Salam hangat‌ Pertama-tama, kami harus mengawali halaman pengantar media kecil ini dengan sedikit basa-basi. Setelah sekian lama, sebuah newsletter kami hadirkan kembali. Tak terasa banyak waktu yang kami habiskan dengan tenggelam dalam kemalasan. Faktor ketidakdisiplinan dan kesibukan beberapa anggota juga masih mewarnai ritme proses penerbitan newsletter Catatan Kaki kali ini. Namun, dengan sedikit semangat untuk kembali berbagi keresahan dan informasi terhadap dunia yang tetap berkubang dalam kebingungan, kami mencoba naik kembali ke permukaan dengan menerbitkan newsletter ini.

Pada edisi kali ini, tim redaksi Catatan Kaki akan berbicara tentang outsourcing. Sebuah sistem yang dianggap sebagai gaya penipuan baru kapitalis yang akan menjadi ancaman terbesar bagi para pekerja. Sistem ini tentunya membuka ruang praktek yang bebas dan tidak bertanggung jawab bagi para kapitalis. Sistem ini tak lupa memberikan dampak kerugian bagi pekerja outsourcing. Dampak kerugian ini juga turut dirasakan oleh para pekerja cleaning service yang bekerja di Universitas Hasanuddin (Unhas) selama ini. Pada awal Februari lalu, masalah outsourcing telah hangat diperbincangkan oleh civitas akademika Unhas, ditandai dengan aksi para cleaning service yang menuntut pemenuhan hak-hak mereka. Newsletter ini hadir dihadapan pembaca, mencoba mereeksikan kembali masalahmasalah yang mencuat akibat sistem outsoucing yang dijalankan oleh Unhas. Sudah lebih dari delapan tahun, Unhas mulai memakai sistem alih daya atau lebih dikenal dengan istilah outsourcing. Unhas membuka proses lelang secara terbuka kepada perusahaan-perusahaan yang ingin bekerja sama dan mampu memenuhi kebutuhan Unhas untuk merawat dan menjaga fasilitas

yang ada di Unhas. Cleaning service yang sering kita jumpai membersihkan kampus setiap harinya, adalah salah satu pekerja yang dialih-dayakan oleh Unhas. Mereka bekerja disini karena ditempatkan oleh perusahaan alih daya yang memenangkan tender. Pertanyaan yang mucul kemudian adalah tentang kejelasan status mereka. Menjadi tanggung jawab siapakah kesejahteraan cleaning service tersebut? Tentunya, para cleaning service tersebut adalah tanggung jawab dari perusahaan tempat mereka bernaung. Akan tetapi, siapakah yang membayar perusahaan tersebut? Jawabannya adalah Unhas. Memang benar, Unhas secara tidak langsung bertanggung jawab atas kesejahteraan mereka. Namun, Unhas patutnya mengusahakan yang terbaik untuk mewujudkan kesejahteraan yang belum diperoleh secara penuh oleh para cleaning service hingga saat ini. Berangkat dari masalah-masalah yang dialami cleaning service seperti upah mereka yang tak sesuai UMK, ketidakjelasan kontrak, sampai jaminan kesehatan yang tak terpenuhi, seharusnya perusahaan outsourcing bukan hanya bisa mengerahkan tenaga kerja tetapi seharusnya memberikan sebuah solusi total dan

catatankaki_edisi Juni 2018 3


memenuhi hak-hak para pekerja, namun realitanya perusahaan melupakan hal tersebut. Maka, kami merasa perlu untuk mengangkat isu ini. Oleh karena itu, tim redaksi Catatan Kaki mengumpulkan informasi seputar praktik outsourcing dalam beberapa laporan. Dimulai dari sejarah dan permasalahan outsouching di Unhas serta mengaitkannya dengan regulasi ketenagakerjaan dari Departemen Tenaga Kerja (Depnaker). Sebelumnya, Catatan Kaki telah banyak membuat berita tentang outsoucing cleaning service ini yang telah kami lempar di web catatankaki.info. Namun, dalam newsletter kali ini kami akan mengulas lebih dan menggali informasi sedalam mungkin terkait praktik outsorcing di Unhas. Dipenghujung pengantar ini, semoga media kecil ini mampu memperkaya informasi

pembaca dan setiap isi dari newsletter ini dapat dengan mudah dipahami. Adapun kekurangan atau kesalahan didalamnya mohon dimaklumi, karena sebuah karya tentunya tak luput dari kekurangan, sebab kesempurnaan hanya milik Tuhan semata. Oh iya, jangan lupa bahwa kebenaran tidak hadir begitu saja. Ia bukan mukjizat yang turun dari langit. Ia bukanlah monopoli suara dari satu menara. Kebenaran itu dicari, dirasa, dan dianalisa. Menyadari itu semua, lahir dari kami sebuah upaya yang bukan hanya pencarian dan analisa sekadarnya. Catatan Kaki sadar mempunyai tanggung jawab untuk membuatnya mengemuka. Selamat membaca dan jangan lupa tetap subversif‌!!

Ilustrasi: https://id.pinterest.com/

4 catatankaki_edisi Juni 2018


history

Foto: Jude al Ginger

Outsourcing Mulai Menggerog i Unhas

U

oleh : Meliana B

Universitas Hasanuddin (Unhas) menerapkan sistem outsourcing untuk pengadaan jasa kebersihan sejak tahun 2005 silam. Awalnya hanya dipraktekkan untuk Fakultas Kedokteran saja. Baru pada awal tahun 2007, sistem outsourcing ini mulai diterapkan sepenuhnya di Unhas. Status pekerja cleaning service yang sebelumnya adalah pegawai tetap, berubah menjadi pekerja tidak tetap. Unhas pertama kali menggunakan jasa kebersihan dari CV. Timur Jaya Utama dan CV. Mitra Clean. Sejak itu, perusahaan pengadaan jasa kebersihan mulai bergan ap tahunnya, tergantung pada perusahaan mana yang memenangkan tender.

Awalnya, upah yang diterima para pekerja cleaning service Unhas yakni Rp. 460.000,-/bulan. Angka tersebut terbilang rendah jika berdasarkan dengan UMK Makassar saat itu yakni Rp. 612.000,-/bulan. Selain itu, upah yang diberikan tidak sepadan dengan alokasi delapan jam kerja, tanpa tambahan uang transportasi dan makan siang. Ini berlaku untuk semua cleaning service tanpa ada yang diistimewakan, baik itu pegawai baru maupun pegawai yang sudah lebih dari setahun bekerja. Hingga pada hari ini, upah yang diberikan kepada cleaning service diperkirakan sekitar Rp. 1.200.000,- hingga Rp. 1.900.000,-

catatankaki_edisi Juni 2018 5


perbulan sesuai lamanya ia bekerja dan itu pun masih belum sesuai dengan UMK Makassar yang berlaku yaitu Rp. 2.700.000,-/bulan. Mengambil kebijakan untuk menggunakan sistem outsourcing , Unhas berdalih ingin mengefesiensikan atau memberikan pelayanan terbaik bagi mahasiswa. Hal ini dikarenakan kinerja tenaga kerja harian dinilai kurang maksimal, hingga Unhas memutuskan untuk mempekerjakan jasa ke b e rs i h a n d e n ga n b e r m i t ra d e n ga n perusahaan penyedia tenaga cleaning service. Benar adanya bahwa dengan menggunakan

outsourcing, sistem pengupahan, Pemutusan Hubungan Kontrak (PHK), dan memperbaiki aturan main yang mengakibatkan perlindungan yang berlebihan. Penerapan sistem outsourcing ini juga merupakan bagian dari Instruksi Presiden RI No. 3 tahun 2006 tentang ketenagakaerjaan dalam rangka menciptakan iklim hubungan industrial yang mendukung perluasan kerja. Maksudnya sistem kerja buruh menjadi lebih eksibel, dimana pengusaha tidak lagi memperhatikan hak buruh dan dapat

Foto: Jude al Ginger tenaga outsourcing, kebersihan Unhas menjadi lebih baik lagi. Tetapi bagi para pekerja cleaning service Unhas, status tidak tetap tidaklah lebih baik. Jika ditelisik lebih jauh, proses peralihan tersebut juga sudah termuat dalam manifestasi pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Indonesia tahun 2004-2009. Perencanaan ini dapat berjalan dengan menciptakan eksibilitas pasar kerja yang berkaitan dengan rekruitmen,

6 catatankaki_edisi Juni 2018

memberlakukan PHK sewaktu-waktu. Hal ini menunjukkan ketidakseimbangan antara pihak pengusaha dan buruh. Pihak yang dirugikan tak lain adalah buruh karena mau tidak mau harus mengikut pada keputusan atasan jika tidak ingin diberhentikan secara sepihak. Selama 13 tahun Unhas menerapkan sistem outsourcing , selalu saja muncul permasalahan yang sama dikeluhkan para tenaga kerja outsourcing, cleaning service. Dari


tahun ke tahun cleaning service mendapatkan upah di bawah standar UMK yang berlaku. Permasalahan PHK selalu menghantui para cleaning service, kalau-kalau mereka diberhentikan tanpa diduga sebelumnya. Dan ketika PHK terjadi, tidak ada yang bisa mereka lakukan karena tidak adanya perjanjian yang mengikat. Bahkan sekitar bulan April lalu, terkuak satu permasalahan baru yaitu iuran BPJS yang tidak terbayarkan. Padahal pihak perusahaan penyedia jasa memotong gaji cleaning service sekitar Rp. 75.000,- per bulan dengan dalih untuk dibayarkan iuran BPJS mereka. Terlepas dari hal tersebut, penerapan outsourcing di Unhas tidak dapat dipisahkan dari peranan birokrasi universitas yang berniat mengkomersialisasikan kampus Unhas. Ini

pemberi kerja bukan dengan lembaga penempatan tenaga kerja tersebut dalam penyediaan jasa pekera/ buruh. Dengan demikian, lembaga pengguna jasa tenaga kerja outsourcing tidak berwenang menetapkan keputusan akan tenaga kerja yang digunakan diluar kekuasaan pihak perusahaan penyedia jasa. Selama 13 tahun Unhas menerapkan sistem outsourcing, tidak ada perubahan yang baik dalam praktik penerapannya. Selalu saja muncul permasalahan yang sama dikeluhkan para tenaga kerja outsourcing, cleaning service. Dari tahun ke tahun cleaning service mendapatkan upah di bawah standar UMK yang berlaku. Permasalahan PHK selalu menghantui para cleaning service, kalau-kalau mereka diberhentikan tanpa diduga

Alibi surgawi melayani mahasiswa sebaik mungkin, ternyata Unhas malah mempraktikkan eksploitasi tenaga kerja.

dapat terlihat dengan adanya “kebijakan” yang bisa dikatakan merugikan tenaga kerja. Bagaimana tidak? Menggunakan tenaga kerja tanpa mengikat mereka dengan kontrak sebagai pegawai tetap merugikan bagi tenaga kerja. Mereka dapat di - PHK dan tidak dapat melakukan pembelaan karena tidak adanya kontrak pegawai yang mengikat. Outsourcing di Indonesia tidak hanya sekedar permasalahan hubungan kerja antara pengusaha dan buruh secara teknis. Akan tetapi outsourcing ini seharusnya juga mengenai kontrak kerja antara kedua belah pihak tersebut. Sebagaimana diatur dalam pasal 35, 36, 37, dan 38 UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 yaitu, apabila tenaga kerja telah ditempatkan, maka hubungan kerja yang terjadi sepenuhnya adalah pekerja/buruh dengan perusahaan

sebelumnya. Dan ketika PHK terjadi, tidak ada yang bisa mereka lakukan karena tidak adanya perjanjian yang mengikat. Bahkan terakhir ini, muncul permasalahan baru yaitu iuran BPJS yang tidak terbayarkan. Padahal pihak perusahaan penyedia jasa memotong gaji cleaning service sekitar 75.000 per bulan dengan dalih untuk dibayarkan iuran BPJS mereka. Alibi surgawi melayani mahasiswa sebaik mungkin, ternyata Unhas malah memprakt ik kan eksploitasi tenaga kerja. Menerapkan sistem outsourcing berarti menutup kesempatan tenaga kerja menjadi karyawan tetap dan mengurangi hak pekerja. Sistem yang berakar dari konsep-konsep kapitalisme dengan logikanya (profit, uang, pasar, dan perdagangan).

catatankaki_edisi Juni 2018 7


laporan utama

“

Nabilang pengawas, kalau tidak mau tanda tangan ya jangan mi kerja disini,

�

8 catatankaki_edisi Juni 2018


Jeritan dalam Jeratan oleh : Petunia Cascadias

Deratan permasalahan yang mereka alami dengan status pekerja yang tidak dan tak kunjung tetap

T

ak ada raut wajah gembira yang diperlihatkan Rahmi (red), seorang pekerja cleaning service Un i ve r s i t a s H a s a n u d d i n ( Un h a s ) s a a t mengetahui kabar mengenai perusahaan pemenang tender pengadaan jasa cleaning service Unhas tahun 2018. Baginya, perusahaan baru ataupun lama adalah sama saja, hari-hari kerja yang ia lalui akan tetap sama seperti sebelumnya. “Palingan baju diganti, cuma beda warna,� ucapnya dengan sedikit canda kepada tim Catatan Kaki pada awal tahun 2018.

P T. P r i m a M i t r a K l i n , s e l a k u perusahaan pengadaan jasa cleaning service Unhas tahun 2018 resmi teken kontrak bersama dengan pihak Unhas pada tanggal 23 Januari 2018 lalu. Perusahaan milik Usman ini memenangkan tender dengan nilai tawaran sebanyak Rp. 12,4 M,-. Nominal ini merupakan tawaran terendah dari lima perusahaan yang menawarkan. Yakni: PT. Prima Mitra Klin, PT. Dinar Mutiara Sakti, PT. Riztechindo, PT. Khazana Duta Mandiri dan PT. Karya Resky Maharani, sebagaimana terdaftar dalam

Foto: Jude al Ginger catatankaki_edisi Juni 2018 9


Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Unhas. Namun masuknya perusahaan baru ini (PT. Prima Mitra Klin) dinilai Rahmi dan sebagian pekerja cleaning service Unhas lainnya hanyalah sebagai kedok belaka dari perusahaan lama yakni PT. Riztechindo. Pasalnya, manajemen, tim ahli, dan pegawai di perusahaan baru adalah orang-orang yang sama dari perusahaan sebelumnya–hanya berganti nama perusahaan saja. Saat dihubungi via telepon, MR (red) yang merupakan anggota keluarga dari Rakum M a r s u d i , D i r e k t u r P T. R i z t e c h i n d o mengungkapkan, Usman sebagai Direktur PT. Prima Mitra Klin mempunyai hubungan keluarga dengan Rakum Marsudi. Namun saat ditanya lebih jauh, MR tak berkomentar lebih banyak, ia hanya mengungkapkan jika Rakum Marsudi dan Usman adalah keluarga, tanpa memberitahukan hubungan keluarga yang lebih jelas. P T. R i z t e c h i n d o m e r u p a k a n perusahaan pengadaan jasa cleaning service Unhas dalam dua tahun terakhir. Semenjak beroperasi, perusahaan ini banyak menyisakan masalah kepada para pekerja cleaning service Unhas. Fakta teranyar, bahwa iuran kartu jaminan sosial pekerja cleaning service Unhas, yakni BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Kesehat an) dan Ketenagakerjaan tidak d i b ay a r k a n o l e h p e r u s a h a a n . S e d a n g permasalahan lain, yakni tidak sesuainya Upah Minimum Kota (UMK) Makassar, jam kerja yang berlebihan, rentannya Pemutusan Hubungan Kontrak (PHK), dan pernah pula terjadi kasus pelecehan yang dialami salah satu pekerja perempuan cleaning service Unhas. Atas permasalahan ini, puncaknya ketika ratusan pekerja cleaning service Unhas bersama dengan mahasiswa melakukan aksi demontrasi di depan gedung Rektorat pada akhir Februari 2018 lalu. Pihak Unhas yang d i w a k i l i o l e h Wa k i l R e k t o r B i d a n g

10 catatankaki_edisi Juni 2018

Kemahasiswaan dan Alumni, Ir. Abdul Rasyid bertindak sebagai penengah, sementara pihak perusahaan diwakili oleh Muslimin, selaku manajer PT. Riztechindo sekaligus pula manajer PT. Prima Mitra Klin. Hasilnya, Haji Mus begitu ia disapa, menganggap apa yang dilakukannya sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku dalam kontrak. Sehingga merasa sebagian besar tuntutan yang dilayangkan pekerja cleaning service Unhas bukanlah tanggungjawabnya. Selebihnya, ia memberikan janji perbaikan akan kondisi kerja yang dialami pekerja cleaning service Unhas. UMK Hanya Mitos Bagi Pekerja Cleaning Service Unhas. Tim Catatan Kaki kembali menemui Rahmi pasca beberapa minggu setelah aksi demontrasi. Siang itu, ia tengah beristirahat bersama seorang teman sekerjanya di sekitaran Kudapan Unhas. Pakaian kerja yang dulunya berwana biru tua kini berganti warna menjadi orange cerah. Menandakan bahwa PT. Prima Mitra Klin sebagai perusahaan pengadaan jasa cleaning service Unhas tahun 2018 telah beroperasi. Rahmi telah bekerja di Unhas sebagai cleaning service sejak lima tahun terakhir. Pekerjaan ini dilakoninya karena sudah tidak punya pilihan lain. Syarat masuknya pun terbilang mudah, h a ny a m e m a s u k k a n b e b e r a p a b e r k a s persyaratan. “Cuma kasi masuk KK, KTP sama ijasah SMP dek, tapi banyak ji juga yang tidak punya ijazah, tapi bisa masuk,� ujarnya. Dalam lima tahun terakhir ia telah sering pindah lokasi kerja dalam area Unhas. Terakhir, ia ditempatkan oleh pengawas (supervisor) di sekitaran gedung Fakultas Pertanian. Sewaktu pertama kali masuk, Rahmi diberi upah sebesar Rp. 1.100.000,-, penetapan jumlah seperti ini karena Rahmi masih berstatus sebagai pekerja baru. Sewaktu PT. Riztechindo beroperasi pada tahun 2016, upah yang diterima Rahmi mulai bertambah, yakni Rp. 1.500.000,-. Upah ini masih terbilang rendah jika berdasarkan


UMK Makasssar tahun 2016 yakni Rp. 2.300.000,-. Setahun setelahnya, dalam perusahaan yang sama, upahnya dinaikkan menjadi Rp. 1.600.000,-, Sementara UMK Makassar sudah mencapai angka Rp. 2.500.000,. Terakhir, sewaktu PT. Prima Mitra Klin beroperasi tahun 2018, upahnya juga turut naik menjadi Rp. 1.650.000,-, sedangkan UMK Makassar sudah sampai Rp. 2.700.000,-. Rahmi mengatakan, untuk pekerja cleaning service yang berlokasi di dalam gedung rerata mendapat upah Rp. 1.600.000,- hingga Rp. 1.750.000,-. Jumlah upah ini sedikit berbeda dengan pekerja cleaning service yang berlokasi di dalam Gedung Rektorat. Contohnya saja Jumriah (red). Ia telah bekerja sebagai cleaning service Unhas dalam tujuh tahun terakhir. Lokasi kerjanyapun sering berpindah-pindah, tetapi kebanyakan lebih banyak di Gedung Rektorat. Ia bertanggungjawab mengenai kebersihan di salah satu lantai Gedung Rektorat. Ia mengungkapkan alasan mengapa ia bisa berada di Gedung Rektorat. Ia kemudian juga mengakui punya hubungan keluarga dengan salah satu pegawai di dalam Rektorat. Pegawai t e r s e b u t y a n g m e m i n t a ke p a d a p i h a k perusahaan untuk menempatkan Jumriah di area tersebut. Jumriah mengatakan, ia menerima upah sebanyak Rp. 1.900.000,-. Jumlah ini merupakan nominal tertinggi yang didapatkan pekerja cleaning service Unhas. Rerata pula, pekerja cleaning service yang berlokasi di Gedung Rektorat mendapat upah demikian. Ia mengatakan, para pekerja cleaning service di Gedung Rektorat mendapat upah yang lebih banyak, selain karena faktor lama kerja, juga karena mereka mesti selalu sigap jika ada sampah yang berceceran. Hal ini dimakluminya karena jumlah pegawai dalam rektorat yang cukup banyak. Berbeda dengan area lain, misalnya saja di ruang belajar beberapa fakultas. Namun lokasi kerja yang ia tempati, di satu sisi ia suka tetapi ada juga kekurangannya. Ia

kadang mengaku jengkel dengan beberapa pegawai Rektorat. Pegawai tersebut sering meminta Jumriah dan teman sekerjanya untuk berbelanja barang-barang di area Workshop Unhas. Entah untuk kebutuhan kantor ataupun pribadi pegawai. Padahal berbelanja bukanlah tugasnya, melainkan tugas dari para honorer pegawai di Rektorat. Nasib lain juga dirasakan pekerja cleaning service Unhas yang berlokasi di area luar. Lingkup area luar ini yakni jalanan dan halaman gedung-gedung. Hasniah misalnya, pekerja cleaning service yang berlokasi di sekitaran tugu Volcom Unhas. Ia mendapat upah Rp. 1.550.000,-, nominal ini disama ratakan dengan ke delapan puluh pekerja cleaning service untuk area luar. Dengan upah yang lebih rendah, Hasniah dan teman sekerjanya juga mesti menambah jam kerja yang lebih banyak, Ia mesti memulai dua jam lebih awal ketimbang pekerja cleaning service bagian dalam. “Kalau kita dek, jam enam pagi sudah menyapu miki, diabsen ki memang,� ujarnya. Berdasarkan catatan administrasi dari PT. Prima Mitra Klin, jumlah pekerja cleaning service yang bekerja di perusahannya yakni 345 orang. Jumlah ini sudah meliputi kesemua aset milik Unhas di berbagai wilayah, seperti di Fakultas Teknik di Gowa, Rumah Jabatan Rektor, Hutan Bengo-bengo Unhas, Kampus II Unhas dan lainnya. Namun dari kesemua pekerja cleaning service ini tidak ada satupun dari mereka yang menerima upah yang sesuai dengan UMK Makassar. Haji Mus, selaku manajer PT. Prima Mitra Klin mengatakan, upah yang ditetapkan perusahannya sudah sesuai dengan apa yang berlaku dalam kontrak kerjasama. Ia mengakui, bahwa upah yang diterima pekerja cleaning service Unhas memang tidak sesuai UMK Makassar. Hal ini karena menurutnya anggaran yang disiapkan Unhas tidak mencukupi. Pihak Unhas menetapkan dalam kontrak kerjasama upah minimum pekerja

catatankaki_edisi Juni 2018 11


berdasarkan UMK tahun 2017 bukan tahun 2018. Sehingga perusahaannya terpaksa menyesuaikan upah pekerja dengan anggaran yang disiapkan Unhas. Dari anggaran Rp. 12,4 M,- itu mesti dikurangi dengan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) yang menurut pengakuan Haji Mus mencapai Rp. 2,4 M,-. Sehingga sisa anggaran yakni Rp. 10 M,-, Itulah yang diperuntukkan untuk upah, mobil angkut sampah, komponen-komponen lain seperti peralatan, mesin pemotong dan lain-lain. Namun penetapan upah demikian menurutnya

Foto: Jude al Ginger sudah mendapat pula izin operasional dari Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar (Disnaker). "Mengenai izin operasional mengenai upah dibawah minimum itu kami punya," ujar Haji Mus saat berdialog dengan mahasiswa di ruang Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas sewaktu aksi demontrasi cleaning service Unhas bersama mahasiswa bulan Februari 2018 lalu. Berdasarkan Keputusan Menteri Te n a g a K e r j a d a n Tr a n s m i g r a s i N o . KEP.231/MEN/2003, upah minimum pekerja bisa saja ditangguhkan, tapi penangguhan ini dengan melalui tiga syarat, pertama yakni

12 catatankaki_edisi Juni 2018

perusahaan telah diaudit oleh akuntan publik. Kedua, mendapat persetujuan tertulis dari pekerja/serikat buruh sekurang-kurangnya 50% dari total pekerja. Dan ketiga, penangguhan hanya berlaku paling lama 12 bulan. Perihal syarat yang kedua, tim Catatan Kaki mengonfirmasi ke beberapa pekerja cleaning service Unhas. Indah, pekerja cleaning service area Rumah Sakit Unhas. Ia membenark an bahwasanya ia memang menandatangani surat pernyataan yang mengatakan kesediaan menerima upah dibawah UMK Makassar. Namun, penandatanganan surat pernyataan tersebut menurut Indah dengan inter vensi dari pengawas. “Nabilang pengawas, kalau tidak mau tanda tangan ya jangan mi kerja disini,� ujarnya. Atas intervensi dari pengawas, Indah mengaku mau tidak m a u t e r p a k s a menandatangani surat pernyataan tersebut. Kasus lain juga menimpa Imba (red.) selaku pekerja cleaning service di area luar. Saat Imba ingin melakukan tanda tangan kontrak pada tahun 2017 lalu, ia tidak dibiarkan sama sekali untuk membaca poin-poin kontraknya, ia diminta tanda tangan saja oleh Manajer perusahaan dan diancam apabila menolak, Imba tidak akan dipekerjakan lagi. Mandulnya Kartu Jaminan Sosial Siang hari pada akhir tahun 2017 lalu, Neni, seorang pekerja cleaning service Unhas mengalami kecelakan motor di dekat Wisma Rambo Unhas. Ia kecelakan saat ingin pulang selepas melakukan kerja bakti di sekitar area Wisma Rambo Unhas. Tangan kanannya patah tulang dan pinggul bekas operasinya kembali


terbuka. Neni langsung dibawa teman-teman sesama cleaning service Unhas ke Rumah Sakit Wahidin. Ia berada di rumah sakit selama hampir sebulan, Ia pun dioperasi sebanyak dua kali. Bersoal mengenai biaya, Neni mesti menaggung sendiri biaya pengobatan di rumah sakit. Neni bukannya tidak memiliki kartu BPJS Ketenagakerjaan, tetapi saat ingin digunakan, rumah sakit menolak dengan alasan iuran tidak terbayar, padahal tiap bulannya upahnya telah dipotong senilai Rp. 50.000,- oleh perusahaan dengan alasan pembayaran kar tu BPJS Ketenagakerjaan. Pasca keluar dari rumah sakit, tangan kanannya tidak bisa pulih sepenuhnya. Neni merasa sakit jika mengangkat tangannya ke atas, begitu juga jika tangan digerakkan ke kanan atau ke kiri. Pasca itu juga, Neni tidak bisa lagi bekerja sebagai cleaning service Unhas, ia kemudian ditolak oleh perusahaan karena tangan kanannya sudah dianggap 'cacat'. Hal ini pernah pula dialami Dg. Mantang, salah seorang cleaning service yang terakhir kali bekerja di area Teaching Industry Unhas. Pada awal bulan Januari 2018, Ia bersama seorang teman cleaning service lainnya juga mengalami kecelakaan motor di sekitar Jl. Pintu Satu Unhas saat hendak pulang kerja. Ia mengalami luka pada bagian dahi dan salah satu giginya patah. Atas saran teman sekerjanya, Ibu tiga anak ini melapor kepada pegawai di kantor perusahaan untuk meminta penjelasan penggunaan kartu BPJS Ketenagakerjaan miliknya. Namun pegawai perusahaan tersebut menampik, bahwa fungsi BPJS Ketenagakerjaan tidak bisa digunakan untuk hal demikan. “Tidak bisa dipake kalau patah gigi,” ujar Dg. Mantang menirukan ucapan pegawai perusahaan. Dengan musibah yang dialaminya, ia kemudian berobat di RS. Dr. Tadjuddin Chalid yang berada di Jl. Pacerakkang. Tidak terima atas jawaban pegawai perusahaan, ia tetap mencoba

untuk menggunakan kartu BPJS Ketenagakerjaan miliknya. Namun pihak rumah sakit Dr. Tadjuddin Chalid juga menolak penggunaan kartu BPJS tersebut dengan alasan 'belum aktif'. “Saya kasi kartu BPJS ku, tapi na bilang tidak aktif, baru na suruhka aktifkan ki,” ucapnya. Karena kartu BPJS miliknya tidak aktif, terpaksa ia harus mengeluarkan biaya untuk membayar ongkos perawatan rumah sakit sebanyak Rp. 300.000,- saat itu. Terkait kasus diatas, Usman Rappe selaku Kepala Kantor BPJS Ketenagakerjaan mengatakan, kecelakan motor yang menimpa p e ke r j a j u g a m a s u k t a n g g u n g a n B PJ S Ketenagakerjaan, yakni 'Jaminan KecelakaanKerja' (JKK). “Yang diberikan perlindungan adalah segala resiko yang timbul akibat hubungan kerja, baik itu berangkat dari rumah ke tempat kerja maupun pulang dari tempat kerja dan selama berada di lingkungan kerja,” jelasnya. Sementara perusahaan yang tidak membayar iuran BPJS pekerja akan mendapat sanksi berupa 'tidak mendapat izin beroperasi' bahkan hingga 'penutupan perusahaan'. ●●● Pukul 14.00 siang di Kudapan Unhas, Rahmi dan teman sekerjanya bersiap-siap untuk kembali kerja. Sembari berjabat dengan tim Catatan Kaki, kami sempat menanyakan satu pertanyaan lagi kepada mereka. Bagaimana tanggapan mereka mengenai status pekerjaan mereka dalam dua atau lima tahun ke depan? Rahmi langsung merespon pertanyaan kami. Ia mengatakan, tak ada jaminan dengan status pekerjaannya, bisa saja esoknya ia sudah dipecat atau masih bisa bertahan beberapa tahun lagi. Hal itu ia sudah anggap lumrah dengan status pekerjaannya yang tidak pasti. Tak ada jaminan katanya. Sementara teman sekerja yang menemaninya tak sepatah kata pun mencuat dibibirnya.

catatankaki_edisi Juni 2018 13


laporan khusus

Cita-cita Naik Haji yang tak Kunjung Kesampaian oleh : Amelia Andriani

14 catatankaki_edisi Juni 2018


“

Selayaknya dia memperoleh upah pensiun untuk menikmati masa tuanya

�

Foto: Jude al Ginger

U

mur yang hampir menginjak satu abad itu masih kokoh saja berdiri. Demi mengumpulkan rupiah dia rela datang subuh-subuh ke kampus Universitas Hasanuddin (Unhas), tempatnya bekerja sebagai cleaning service. Kakek tua itu bernama Basineng, umurnya 72 tahun, umur yang harusnya banyak beristirahat dan menikmati masa tua, harus disita demi cita-cita menginjak tanah suci. Bayangkan saja, 72 tahun itu bukan lagi umur yang harus dipaksa bekerja.

Penyakit akan gampang menghampiri jika kulit keriput nan tulang lemah harus menyapu tiap hari. Setiap hari Basineng bangun pukul 04.30 subuh untuk mempersiapkan keperluannya sebelum berangkat kerja. Jarak rumah dari tempatnya bekerja sebagai cleaning service cukup jauh sehingga mengharuskan Basineng berangkat subuh. Rumahnya berada di Parang Tambung, tepat di ujung Barat Kota Makassar, sementara Unhas sendiri berada di pinggiran Timur Kota. Ia mesti menempuh perjalanan sejauh 14 Km untuk sampai di Unhas. Dengan menggunakan angkutan umum (pete-pete), ia berangkat mulai dari pukul 05.30 subuh agar tidak telat mengisi daftar hadir yang ditetapkan perusahaan, yakni pada pukul 06.00 pagi. Setiap pagi ia hanya sempat menikmati kopi buatan anaknya sebelum berangkat kerja. Istrinya-pun sudah lama tiada, jauh sebelum Basineng mulai bekerja sebagai cleaning service. Ia memiliki dua orang anak yang masing-masing telah menikah dan mempunyai enam orang cucu. Salah satu anaknya yang telah menikah memiliki rumah sendiri dan satunya lagi menampung dan merawat Basineng.

catatankaki_edisi Juni 2018 15


Sembari menikmati kopinya sebelum berangkat ke Unhas, ia masih sempat bersantai sebentar. Tidak terlalu banyak persoalan yang menjadi masalah hidupnya. Mungkin karena sudah tua, beban yang dimilikinya berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Namun di perenungannya, ia masih bercita-cita untuk naik haji, mencium hajar aswad, hal yang sudah diimpikannya sejak puluhan tahun lalu. Ia merenung selepas salat subuh sebelum jam kerja memaksanya untuk menyimpan cita-cita itu. Sebelum bekerja sebagai cleaning service kurang lebih 10 tahun yang lalu, Basineng sempat bekerja sebagai buruh tukang batu. Melalui tawaran tetangganya untuk bekerja sebagai tukang sapu di Unhas, ia lantas mendaftarkan diri untuk bekerja di kampus terbaik di Indonesia Timur tersebut. Seminggu setelah mendaftar, ia mendapatkan panggilan bekerja. Waktu itu sekitar Bulan Desember tahun 2008 silam. Lokasi awal ia ditempatkan menyapu adalah parkiran mobil rektorat. Kurang lebih 9 tahun ia lalu dipindahkan ke pelataran Musala koridor Fakultas Teknik (baca : Musala MPM). Basineng mulai menyapu dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 12.00 siang. Disela waktu kerjanya, ia menyempatkan diri untuk beristirahat di sekitar parkiran rektorat. Kebetulan di parkiran rektorat terdapat rumahrumah kecil, tempat itulah yang ia manfaatkan untuk menyimpan barang bawaannya sekaligus beristirahat sejenak. Tidak mungkin juga tubuh setua itu bisa bekerja selama 8 jam tanpa istirahat. Disaat jam istirahat tiba, ia menikmati bekal makan siangnya. Yah, bekal makan siang. Untuk menghemat pengeluaran, ia tiap harinya harus membawa bekal sendiri. Bekalnya dibuat oleh anaknya sendiri dan tampaknya Basineng sangat menikmati isi bekalnya. Ia juga merupakan tipe orang yang kurang bergaul dengan cleaning servise lainnya, dia selalu

16 catatankaki_edisi Juni 2018

sendiri, baik itu ketika bekerja maupun saat sedang istirahat. Tapi Basineng juga bukan orang yang anti-sosial, jika tetangga menggelar acara, ia akan menyempatkan waktu untuk berkunjung. Setelah beristirahat dan makan siang ala kadarnya, Basineng-pun kembali bekerja. Ia amat giat menyapui tiap helai daun yang berguguran. Cara menyapunya-pun pelan dan t e r l i h a t b u n g k u k . Ta m p a k n y a t u l a n g punggungnya tak sanggup lagi menopang tubuhnya yang sudah renta itu. Cara berjalannya juga sudah tidak seperti waktu dia muda dulu, ia berjalan seperti orang yang memikul banyak penyakit. Ia juga terlihat pincang, mungkin lututnya sudah lelah. Demi menginjakkan kaki di Mekah ia harus melakukan pekerjaan itu walau sebenarnya tubuh sudah tidak sanggup lagi. Basineng sudah tua, selayaknya dia memperoleh upah pensiun untuk menikmati masa tuanya. Tapi ia masih bekerja dikarenakan ia dan ratusan cleaning service lainnya di Unhas


Foto: Jude al Ginger merupakan pekerja outsorcing yang tidak mendapat upah pensiun. Jangankan upah pensiun, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan yang ia miliki saja tidak berfungsi sebagaimana mestinya dikarenakan perusahaan tempatnya bekerja tidak membayar uang iuran jaminan sosial. Ia memutuskan untuk bekerja meski tulang punggungnya sudah mulai sakit-sakitan. Selama sepuluh tahun terakhir, upah yang diterima Basineng selalu ia simpan demi cita-cita naik haji. Sepatutya upah yang dikumpulkan sudah mencukupi, itu jika upah yang diterima sesuai UMK (Upah Minimum K o t a ) . Ta p i k e n y a t a a n n y a t a k s e s u a i harapannya. Upah yang diterima tiap sepuluh tahun terakhir tak pernah sesuai dengan Upah Minimum Kota (UMK) Makassar, sehingga ia kesulitan untuk menyisihkan sebagian upah untuk ditabung. Seperti pada tahun ini, upah yang diterima hanya Rp. 1.550.000,-/bulan, sementara UMK Makassar yakni sebesar Rp. 2.700.000,-/bulan. Terlampau jauh dibawah

dari upah yang seharusnya. Upah cleaning service memang tak sebanyak upah Pegawai Negeri Sipil (PNS), itupun harus dipotong lagi sebanyak Rp. 50.000,-untuk dialokasikan ke dana BPJS yang dia miliki. Belum lagi jam kerja yang panjang tidak sesuai jam kerja seharusnya. Dia memang tua, informasi-pun tak sempat terdengar di telinganya. Dia tidak tahu kalau sebenarnya upah dan jam kerjanya itu tidak sesuai dengan yang seharusnya. Setelah seharian bekerja, dan tiba saat pulang. Ia lalu berkemas dan mengisi daftar hadir sebelum bergegas pulang. Basineng pulang ke rumah dengan menggunakan angkutan yang sama waktu ia berangkat. Dan tiba di rumah saat azan magrib berkumandang di masjid dekat rumahnya. Basineng juga merupakan orang yang sayang dengan cucunya. Setelah upahan, dia masih bisa membahagiakan cucunya dengan membagikan sedikit upah yang ia peroleh. Dengan 6 orang cucu, ia memberikan sebesar Rp. 50.000,-untuk masing-masing orang. Tak peduli dia tua atau muda, yang jelas jatah yang mereka terima harus sama. Sesampai di rumah ia masih menyempatkan diri untuk menonton Tv dengan keluarganya. Tak lupa kegiatan rutin yang mereka lakukan dengan keluarganya adalah kumpul dan makan malam bersama. Hingga akhirnya tiba di waktu ia harus beristirahat untuk mengumpulkan tenaga esok harinya. Sebelum tidur, ia masih sempat memikirkan cita-citanya sejak dulu – naik haji dan mencium hajar aswad, angan-angan yang tak kunjung sampai. Setelah seharian bergelut dengan kehidupannya, Basineng kembali mengistirahatkan tubuhnya yang sudah rapuh. Terlelap pada pukul 10 malam karena ia harus terbangun lagi di subuh selanjutnya.

catatankaki_edisi Juni 2018 17


mata hukum

Keadilan untuk siapa? Pekerja atau pemilik modal oleh : beng beng

P

erkembangan dunia industrial yang sangat pesat saat ini, mempunyai sejarah yang panjang dan segudang permasalahan. Tak terelakkan dalam hubungan industrial, pekerja/buruh masih menjadi perhatian khusus. Dimana seringkali pekerja/buruh teralienasi dari proses produksi. Di Indonesia sendiri buruh/pekerja masih diperhadapkan dengan berbagai masalah, mulai dari persoalan upah, jam kerja yang tak manusiawi, hingga kejelasan dalam perusahaan ia bekerja, karena sewaktuwaktu dapat diberhentikan secara sepihak oleh perusahaan. Beberapa tahun terakhir buruh/pekerja atau serikat buruh masih memperjuangkan masalah yang klasik-klasik saja, yaitu upah yang layak, jam kerja yang terlalu padat, dan sistem outsourcing. Di Indonesia hubungan buruh dan pemilik modal diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Hukum perburuhan atau yang biasa dikenal dengan hukum ketenagakerjaan ini hadir untuk melindungi hak-hak buruh/pekerja dari

18 catatankaki_edisi Juni 2018

kekuasaan yang sewenang-wenang dari perusahaan/pemilik modal. Disinilah peran pemerintah untuk menengahi permasalahan yang sering dihadapi oleh buruh/pekerja dengan perusahaan. Buruh/pekerja di Indonesia masih membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah, dikarenakan buruh tidak memiliki posisi yang sama dengan perusahaan yang superpower, sehingga pemerintahlah yang seharusnya memberi perlindungan untuk menjamin hak-hak para pekerja. OUTSOURCING Berbicara soal buruh/pekerja pastinya tak asing lagi mendengar yang namanya sistem outsourcing. Adapun tuntutan buruh/pekerja beberapa tahun belakangan ini yaitu menghapuskan sistem outsourcing. Berbicara tentang sistem outsourcing, pertama kali diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja (PERMENAKER) No. 5 tahun 1995 dan peraturan tenaga kerja no. 2 tahun 1993. Melihat substansi bab IX UU


ketenagakerjaan, khususnya mengenai perjanjian kerja waktu tertentu, pembentukannya yang notabene mengadopsi isi dari dua Permenaker. Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengatur sistem outsourcing termuat dalam Pasal 64, pasal 65, dan pasal 66. Pada Pasal 64 yang berbunyi “Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.� Pasal tersebut merupakan legalitas dari berlakunya sistem outsourcing, dimana perusahaan dapat memberikan sebagian pelaksanaan pekerjaannya terhadap perusahaan lain. Dalam hal ini pekerjaan yang bukan bagian dari kegiatan pokok atau proses produksi dari perusahaan pemberi pekerjaan dan diharuskan dibuat secara tertulis antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan pemberi jasa. Dan dalam pasal 65 yang menyebutkan “(1) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis. (2) Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; b. dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan; c. merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan d. tidak menghambat proses produksi secara langsung. (3) Perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus berbentuk badan hukum. (4) Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada perusahaan lain sebagaimana dimak-sud dalam ayat (2) sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syaratsyarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau

sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. (5) Perubahan dan/atau penambahan syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri. (6) Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dan pekerja/buruh yang dipekerjakannya. (7) Hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) dapat didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59. (8) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan penerima pemborongan beralih menjadi hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan pemberi pekerjaan. (9) Dalam hal hubungan kerja beralih ke perusahaan pemberi pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), maka hubungan kerja pekerja/buruh dengan pemberi pekerjaan sesuai dengan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (7).� Dalam pasal 65 ini secara teknis mengatur perusahaan penyedia jasa. Penyerahan pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilakukan dengan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan. pekerjaan yang dimaksud dilakukan dengan cara terpisah dengan kegiatan pokok yang merupakan kegiatan-kegitan penunjang yang dimana kegiatan ini tidak mengganggu atau menghambat kegiatan proses produksi perusahaan pemberi pekerjaan. Serta dalam pasal 66 berbunyi “(1) Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan

catatankaki_edisi Juni 2018 19


p ro s e s p ro d u k s i . ( 2 ) P e n y e d i a j a s a hubungan kerja antara pekerja/buruh dan pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang perusahaan pemberi pekerjaan.â€?sedangkan atau kegiatan yang tidak berhubungan langdalam pasal 66 UU Ketenagakerjaan lebih sung dengan proses produksi harus memenuhi mengatur pada pekerja/buruh dari perusahaan syarat sebagai berikut : a. adanya hubungan penyedia jasa. kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan Beberapa organisasi serikat buruh telah penyedia jasa pekerja/buruh; b. perjanjian beberapa kali mengajukan uji materi melalui kerja yang berlaku dalam hubungan kerja Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap pasalsebagaimana dimaksud pada huruf a adalah pasal yang mengatur sistem outsourcing. MK perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang telah mengeluarkan putusan Nomor 27/PUUmemenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud IX/2011 tanggal 17 Januari 2012, yang dalam Pasal 59 dan/atau perjanjian kerja menyatakan “frasa 'perjanjian kerja waktu waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis tertentu' dalam pasal 65 ayat (7) dan frasa dan ditandatangani oleh '‌perjanjian kerja kedua belah pihak; c. untuk waktu tertentu' perlindungan upah dan dalam pasal 66 ayat (2) kesejahteraan, syarathuruf b UU Nomor 13 syarat kerja, serta T a h u n 2 0 0 3 perselisihan yang timbul bertentangan dengan menjadi tanggung UUD 1945, sepanjang jawab perusahaan dalam perjanjian kerja penyedia jasa tersebut tidak pekerja/buruh; dan d. disyaratkan adanya perjanjian antara p e n g a l i h a n perusahaan pengguna perlindungan hak-hak jasa pekerja/buruh dan bagi buruh/pekerja perusahaan lain yang yang objek kerjanya bertindak sebagai tetap ada, walaupun perusahaan penyedia t e r j a d i p e rg a n t i a n jasa pekerja/buruh perusahaan yang dibuat secara tertulis melaksanakan dan wajib memuat sebagian pekerjaan Ilustrasi: https://id.pinterest.com/ p a s a l - p a s a l borongan dari sebagaimana dimaksud perusahaan yang dalam undang-undang melaksanakan ini. (3) Penyedia jasa pekerja/buruh sebagian pekerjaan borongan dari perusahaan merupakan bentuk usaha yang berbadan lain atau perusahaan penyedia jasa hukum dan memiliki izin dari instansi yang buruh.â€?Impilkasinya, perjanjian kerja waktu bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. tertentu tidak memiliki kekuatan hukum, dan (4) Dalam hal ketentuan sebagaimana buruh/pekerja diberi kedudukan hukum untuk dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) huruf a, huruf mengajukan gugatan kepada perusahaan b, dan huruf d serta ayat (3) tidak terpenuhi, pemberi jasa pekerja. Walaupun MK sudah maka demi hukum status hubungan kerja memutuskan beberapa bagian dalam pasal yang antara pekerja/buruh dan perusahaan mengatur outsourcing sudah tidak mempunyai penyedia jasa pekerja/buruh beralih menjadi kekuatan hukum, tapi pada dasarnya sistem ini

20 catatankaki_edisi Juni 2018


masih berlaku. Dasar hukum dari diberlakukannya sistem outsourcing ini dimuat dalam pasal 64 yang berbunyi “perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.” Jadi sangat jelas didalam pasal ini bahwa perusahaan dapat meyerahkan sebagian pekerjaan kepada pihak lain melalui perjanjian pemborongan kerja yang dibuat secara tertulis. Outsourcing menjadi momok tersendiri bagi buruh/pekerja, dikarenakan buruh/pekerja tidak mendapatkan kepastian dalam bekerja. Perusahaan dapat memberhentikan buruh/pekerja secara sepihak tanpa adanya kejelasan terlebih dahulu. Regulasi yang mengatur sistem outsoucing yang ada dalam undang-undang ketenagakerjaan belum terlalu memadahi. Masih banyak terdapat kekurangan. Terlebih yang menjamin hak-hak dari pekerja/buruh outsourcing. Pemerintah dalam membuat suatu aturan seharusnya lebih memperhatikan kondisi dari buruh/pekerja yang memang berjubel, jangan hanya segelintir pemilik modal yang selalu diuntungkan dalam setiap kebijakan, apalagi dalam suatu produk hukum yang dikeluarkan. UPAH Adapun permasalahan klasik yang masih sering dihadapi oleh buruh/pekerja yaitu upah yang tak kunjung layak. Pada dasarnya upah merupakan hak dasar dari setiap pekerja. Dalam pasal 28D Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menyebutkan setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Bahkan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) pasal 23 menyebutkan, “Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak atas pengupahan yang adil dan menguntungkan, yang memberikan

jaminan kehidupan yang bermartabat, baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya”. Dalam realitas hubungan kerja buruh dengan perusahaan sering kita dapati bahwa upah yang diberikan kepada buruh terlalu rendah, jangankan untuk menghidupi keluarganya, untuk dirinya sendiri-pun belum tentu cukup DPR dan Pemerintah malah hanya tampil sebagai penonton yang doyan membisu. Dalam UU Ketenagakerjaan sistem pengupahan diatur dalam Bab X. Pasal 88 ayat (1) dijelaskan bahwa “Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”, jadi dapat disimpulkan bahwa buruh semestinya mendapatkan upah yang layak agar dapat memenuhi kebutuhannya, baik sandang, pangan, dan papan. Semua kebutuhan yang mendasar untuk menjalani hidup. Pada ayat (2) untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh. Pemerintah menjadi aktor penting dalam hubungan industrial antara pekerja/buruh dengan perusahaan, untuk menjamin hak dari para pekerja dan mengawasi perusahaan. Kebijakan pengupahan yang dikeluarkan pemerintah ialah penetapan upah minimum. Upah minimum merupakan upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh G u b e r n u r. P e n e t a p a n u p a h m i n i m u m didasarkan pada kebutuhan hidup layak dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan upah minimum masih belum memihak kepada kepentingan buruh/pekerja. Pada kenyataannya masih banyak buruh/pekerja yang tak sanggup memenuhi kebutuhan hidupnya. Upah minimum merupakan merupakan upah yang diterima pekerja/buruh agar dapat mempertahankan hidup dan memenuhi kesejahteraan keluarganya. Dapat dilihat

catatankaki_edisi Juni 2018 21


bahwa masih banyak perusahaan yang memberikan upah kepada pekerja/buruhnya tidak sesuai dengan upah minimum atau dibawah standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah baik nasional, regional, maupun kota. Menurut pasal 90 ayat (1) UU Ketenagakerjaan, pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum, baik itu upah minimum regional (UMR) maupun upah minimum Sektoral (UMS). Sangat jelas bahwa perusahaan diharuskan memberikan upah kepada pekerja/buruh sesuai dengan standar upah minimum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Jika pengusaha tidak mampu membayar upah pekerja/buruh sesuai dengan upah minimum, perusahaan dapat mengajukan permohonan penangguhan pelaksanaan upah minimum kepada pemerintah yang termuat dalam pasal 90 ayat (2) UU Ketenagakerjaan. Dalam penjelasan Pasal 90 ayat (2) UU Ketenagakerjaan menyebutkan: “Penangguhan pelaksanaan upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu dimaksudkan untuk membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan upah minimum yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Apabila penangguhan tersebut berakhir maka perusahaan yang bersangkutan wajib melaksanakan upah minimum yang berlaku pada saat itu tetapi tidak wajib membayar pemenuhan ketentuan upah minimum yang berlaku pada waktu diberikan penangguhan.” Terkait Penjelasan Pasal 90 ayat (2) UU Ketenagakerjaan ini, Mahkamah Konstitusi dalam putusannya Nomor 72/PUUXIII/2015 menyatakan bahwa frasa “…tetapi tidak wajib membayar pemenuhan ketentuan upah minimum yang berlaku pada waktu diberikan penangguha” bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat. Dalam arti bahwa penangguhan yang dilakukan perusahaan kepada pekerja/buruh tidak serta merta menghilangkan kewajiban perusahaan

22 catatankaki_edisi Juni 2018

untuk membayar selisih upah minimum selama masa penangguhan. Di dalam pasal 5 ayat (1) Kepmenakertrans No. Kep-231/Men/2003 tentang Tata Cara Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum, disebutkan bahwa persetujuan penangguhan upah minimum ditetapkan oleh Gubernur (SK Gubernur) untuk jangka waktu paling lama 12 bulan. Jadi sangat jelas disebutkan, persetujuan penangguhan upah minimum diberikan hanya untuk janga waktu paling lama 12 bulan. Setelah berakhirnya penangguhan upah minimum tidak dijelakan lebih jauh dalam Kepmenakertrans No. Kep231/Men/2003 apakah perusahaan dapat memohon izin penangguhan kembali. Karena ketidakjelasan ini, dapat diartikan bahwa tidak ada larangan bagi perusahaan untuk memohon penangguhan sepanjang memenuhi persyaratan yang ditentukan dan dapat dinilai wajar untuk dimohonkan penangguhan upah minimum, baik berturut-turut atau dengan jeda waktu setahun atau beberapa tahun. JAMINAN SOSIAL DAN JAM KERJA Dan adapun beberapa hal yang masih sering dikeluhkan oleh buruh/pekerja yakni terkait 'jaminan sosial' dan 'jam kerja' yang tak manusiawi. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraan dimaksud diselenggarakan dalam bentuk program jaminan sosial tenaga kerja yang bersifat dasar, dengan berasaskan usaha bersama, kekeluargaan dan gotong royong. Oleh karena itu perusahaan danburuh/pekerjadalam usaha meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan bersama sudah semestinya dilakukan bersama. Jaminan sosial yang dimaksud berupa jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan jaminan pemeliharaan kesehatan. Jaminan kecelakaan kerja merupakan jaminan sosial


yang diberikan pada pekerja/buruh yang mengalami kecelakaan saat mulai berangkat hingga kembali dari kediamannya dalam rangka melaksanakan pekerjaannya. Adapun jaminan kematian yang diberikan bukan sebagai akibat dari kecelakaan kerja misalnya biaya pemakaman, jaminan ini diberikan kepada keluarga atau ahli waris pekerja/buruh yang meninggal. Serta jaminan pemeliharaan kesehatan sebagai upaya untuk menjamin kesehatan setiap pekerja/buruh. Sering kali perusahaan abai terhadap kewajibannya dalam memenuhi jaminan sosial para buruh/pekerjanya. Dalam hal waktu kerja, istirahat, serta waktu cuti adalah hak dari setiap buruh/pekerja yang dimana diatur dalam pasal 77 sampai dengan pasal 85 UU ketenagakerjaan. Pasal 77 ayat 2 mengatur waktu kerja mejadi 2 bagian, meliputi 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu, dan 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 7 hari kerja dalam 1 minggu. Perusahaan yang mempekerjakan buruh/pekerja melebihi ketentuan waktu kerja wajib membayar upah kerja lembur dan waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam kerja dalam 1 hari atau 14 jam dalam 1 minggu. Kemudian perusahaan yang mempekerjakan buruh/pekerja melebihi jam kerja harus meminta persetujuan terlebih dahulu kepada buruh/pekerja yang bersangkutan. Ketentuan waktu kerja yang dimaksud diatas tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu. Sampai saat ini baru ada 3 sektor usaha atau pekerjaan tertentu yang telah diatur oleh menteri ketenagakerjaan yaitu peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi NO.KEP.234/MEN/2003 tentang Jam Kerja dan Jam Istirahat di Bidang Usaha Energi dan Sumber Daya Mineral, Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi NO.Per15/MEN/VII/2005 tentang Jam Kerja dan Jam Istirahat pada Sektor Usaha Pertambangan Umum, dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi NO.Per.11/MEN/VII/2010 tentang Jam Kerja dan Jam Istirahat pada Bidang Perikanan. Keterlambatan pemerintah dalam membuat aturan atau regulasi yang mengatur jam kerja dan jam istirahat untuk sektor usaha atau pekerjaan tertentu dapat berimbas pada buruh/pekerja. Belum adanya regulasi yang mengatur waktu kerja untuk sektor usaha atau pekerjaan tertentu tidak memberikan jaminan serta kepastian hukum bagi buruh/pekerja.

Foto: Jude al Ginger Untuk itulah pemerintah dituntut lebih dalam menangani permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi oleh buruh/pekerja dengan perusahaan. Ketidakhadiran pemerintah disisi buruh/pekerja seringkali membuat buruh/pekerja mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari perusahaan, posisi buruh/pekerja yang pada dasarnya dibawah kekuasaan perusahaan seringkali tidak dapat berbuat apaapa terhadap tekanan dari pemilik modal yang mempunyai kendali penuh atas setiap hidup dari buruh/pekerja.

catatankaki_edisi Juni 2018 23


analisis litbang

Nilai Semakin Melebih Sedang Proletar Membaca Garis Tangan

oleh : Peraya Riuh

M

uncul sebuah kelas baru dalam kapitalisme. P re c a r i o u s P ro l e t a r , Sebuah klasiďŹ kasi sosial kelas pekerja yang tidak terjamin. Sekarang, Dunia sedang berjalan dengan sistem ekonomi yang membunuh manusia secara pelan – pelan. Para pekerja akan menemui esok dengan meraba tafsiran garis tangan yang sungguh magis. Tidak ada yang pasti untuk kehidupan yang lebih baik, sedang kapital menimbun diri pada nilai lebih yang semakin meninggi dan tidak memperlihatkan puncak. Ia tumbuh dari sisasisa keringat pekerja yang tercuri. Precarious Proletar dapat kita temui di Unhas. Layaknya sebuah industri-Mahasiswa sebagai produk, Unhas memberikan tanggung jawab kepada perusahaan penyedia barang atau jasa (outsorching) untuk mengurusi sarana penunjang produksi di unhas. Muncullah para pekerja kontrak yang hanya berlaku setahun. Para pekerja outsorching ini tidak memiliki kepastian kerja. Outsorching muncul tidak dengan begitu saja. Ia lahir dari rahim

24 catatankaki_edisi Juni 2018

Kapitalisme global. Ekstraksi Nilai Lebih Ala Outsourching Sistem kerja telah bertransformasi semenjak berdirinya pasar bebas. Begitupun Hal – hal dasar dalam kehidupan kemudian berubah, termasuk hubungan dan bentuk kerja, Outsourching. Tentu saja kemunculan post Fordism menjadi menjadi akar dari transformasi kapitalisme jenis ini. Krisis membuat kapitalisme semakin memapankan diri. Outsorching di posisikan sebagai bentuk baru kapitalisme yang menyesuaikan diri untuk menciptakan nilai lebih dari para pekerja. Dalam perkembangan sejarah dunia. Kapitalisme bertransformasi menjadi kian besar untuk menangkap setiap kemungkinan nilai lebih. Era dimana manusia dilihat sebagai objek eksploitasi, outsourching kian pesat memapangkan diri pada langkah kakinya. Bukan malah memperbaiki kesejahteraan, Negarapun kemudian ikut andil dalam melanggengkan sistem kerja serupa. penolakan pada tahun 2012 yang menghasilkan Permen


tahun 2012 ternyata tidak benar menghilangkan outsourching. Outsourching dikenal di indonesia pada tahun 2003 melalui melalui UU Nomor 13 Tahun 2003 guna menciptakan iklim hubungan iindustrial yang mendukung perluasan lapangan kerja. Penyesuaian ini tidak terlepas dari kondisi kapitalisme dunia. Era pasca fordism menjadi cikal bakal dari titik pijak

“

upah minimum. Tidak adanya jaminan kerja. Serta hal-hal yang semakin menyudutkan para pekerja. Mengatasi Sesuatu yang belum pernah diatasi Sudah sangat jelas bahwa outsourching adalah mesin eksploitasi yang berjantung kapitalisme. Maka melihat outsourching tidak dapat dilihat

jika kau ingin melihat dunia tanpa perbudakan maka, tumbangkanlah kapitalisme secara total kemudian bentuk masyarakat tanpa kelas!

transformasi. Sistem alih daya produksi pada era pasca fordisme dipraktikka dari kemandegan produksi massal. Karena terjadinya over produksi, maka capital harus menghilangkan batas antar negara sehingga terjadinya sebua jejaring produksi global. Untuk menghadapi persangan pasar global. Para produsen harus menekan biaya produksi dengan melakukan pengalihan daya. Lewat kondisi inilah, dikenal sebuah istilah kontraktor atau pemborong. Pemborong harus melakukan penekanan biaya produksi untuk tetap survive dalam persaingan. Lewat proses inilah kapitalisme melakukan ekstraksi nilai lebih para pekerja dari produsen paling atas hingga titik terbawah. Melihat transformasi diatas, Unhas sebagai universitas yang berstatus otonom turut berpartisipasi pada system pasar bebas. Karena keharusan mandiri secara ekonomi maka unhas harus melakukan penekanan biaya produksi dengan melakukan system outsourching. Kontraktor juga merendahkan jumlah rencana anggaran terhadap tender yang ingin dimenangkan. Pemotongan-pemotongan kemudian dijalankan sehingga para pekerja kontrak ini harus rela dieksploitasi dengan caracara kotor. Seperti jaminan social yang tidak dibayarkan, gaji yang berada di bawah dari

�

secara parsial. Outsourching harus dipandang dari akar historis maupun genealogisnya. Sejumlah gerakan di indonesia telah berekskalasi sejak awal milenial hingga mencapai klimaks pada tahun 2012. sedangkan di unhas, beberapa bulan yang lalu para pekerja outsourching dan mahasiswa bersatu melakukan demonstrasi untuk mendesak para stakeholder menyelesaikan masalah outsourching. Namun sampai terpilihnya pemenang tender baru, belum ada hal yang berubah dari para pekerja selain seragam. Bersatunya mahasiswa dan buruh dalam rangka penolakan adalah sebuah langkah yang progresif. Namun apabila mahasiswa hanya melihat outsourching hanya sebagai masalah pekerja saja. Tentu sajaJude halalini Foto: Ginger bermasalah. Mahasiswa dan buruh menghadapi lawan yang sama. Kapitalisme. Jika mahasiswa hanya memandang persoalan buruh outsourching di kampus hanyalah perkara buruh saja. Maka mahasiswa terlalu naif dan sok heroik memandang dalam analisanya. Tidak ada solusi yang bersifat negosiatif terhadap kapitalisme. Itu sama saja dengan bermain mata dengan musuh. Jika kau ingin melihat dunia tanpa perbudakan, maka tumbangkanlah kapitalisme secara total kemudian bentuk masyarakat tanpa kelas!

catatankaki_edisi Juni 2018 25


Ilustrasi: https://id.pinterest.com/

opini

26 catatankaki_edisi Juni 2018


organisirlah! oleh : Prometheus Fun Lady

D

unia kerja telah berhasil merampas seluruh aspek kehidupan manusia dari yang disebut relasi masyarakat hingga relasi kasih dan imbasnya tidak ada hal yang layak untuk dihidupi selain menjadi budak atas diri sendiri. Relasi vertikal antara bos dan pekerja melanggengkan rantai dominasi satu manusia dan atau sekelompok manusia. Dunia kerja yang sepenuhnya lahir di dalam sirkulasi kapital mengerahkan tubuh-tubuh kelas pekerja untuk memperbudak dirinya, sebab tidak ada pilihan lain yang diciptakan bos-bos anda selain menjadi sapi perah. Semakin kelas pekerja menyadari alienasi yang terjadi terhadap dirinya, semakin mudah hegemoni kapital mengubah wujudnya sesuai yang dikehendaki oleh kelas pekerja atau minggat dan jadi pengganggur saja. Kejahatan outsourching Momok yang sangat menyebalkan, segolongan tertentu dapat memainkan aturan karena kepentingan tertentu dan semua orang dipaksa mengikuti aturan tersebut. UndangUndang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 lahir di dalam Konsensus Internasional dilancarkan oleh lembaga International M o n e t a r y F u n d ( I M F ) , Wo r l d Tr a d e Organization (WTO), dan World Bank. Dasar konsepsi pasar tenaga kerja berorientasi pada kebijakan dunia tentang liberalisasi, deregulasi, dan privatisasi. Pasar tenaga kerja juga dibuat eksibel dalam konsep Labour Market Flexibility (LMF). Konsepsi ini diimplementasikan dalam bentuk penerapan sistem tenaga kerja kontrak dan outsourcing, tidak jauh berbeda pada masa kolonialisme. Outsourching dibuat tampak lebih baik hati

dibanding kerja tanam paksa. Outsourching kategori precarious work salah satu hubungan kerja yang tidak terjamin, tidak aman, kerja lepas, dan tidak pasti. Misalnya buruh kontrak, buruh magang, dan buruh outsourcing. Praktik sistem outsourcing mengarah pada menghasilkan laba maksimal perusahaan penyalur jasa dan upah minimum bagi kelas pekerja, high quality production dan low price production. Sistem outsourcing secara terang-tengan mengeksploitasi dan mendomestiďŹ kasi para kelas pekerja, kebanyakan kelas pekerja diupah dibawah upah minimum provinsi/kota, tidak ada jaminan kesehatan, kontrak kerja yang sama sekali tidak jelas, serta seleksi usia bagi calon pekerja. Oleh karena itu, dalil o u t s o u rc i n g u n t u k m e n s e j a h t e r a h k a n masyarakat miskin hanyalah omong kosong belaka. Kelas pekerja hanya untuk menjadi pekerja bagi tuan bos dan asumsi menghidupi diri hanya bagian dari cerita ďŹ ksi untuk tetap menjadi pekerja. Pembebanan kerja tidak hanya berbicara menyoal relasi ekonomi dan pabrik sosial tetapi sistem justru membebani kerja sebagai seluruh aspek kehidupan. Tidak bekerja berarti kesulitan makan, menyewa tempat tinggal, menyekolahkan anak, dan yang paling sering ditemui tidak bekerja sering kali dikonotasikan dengan pemalas. Hal yang sama terjadi pada cleaning service yang bekerja di lingkungan Universitas Hasanuddin sekaligus sebagai penyewa jasa kebersihan pada PT. Prima Mitra Klin, ketika melakukan aksi demonstrasi bersama mahasiswa menanggapi ketidaksesuaian upah, kontrak kerja, dan jaminan kesehatan justru berakhir dengan iming-iming penyelesaian yang sama sekali tidak pernah ada. Kemarahan kelas pekerja

catatankaki_edisi Juni 2018 27


j

mereka hadapi. Aktivitas pengorganisiran diawali dengan melakukan pendekatan, mulailah dengan menyapa, curilah waktu luang untuk duduk dalam lingkaran yang sama, mengobrollah lebih intensif dari biasanya, perbincangkan apa yang menjadi pokok keluhannya, dan dengarkan setiap detailnya. Model pendekatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan konteks dan permasalahannya. Setelah berhasil membangun hubungan atau melakukan

ustru berakhir dengan ancaman-ancaman dan teror PHK serta pemecatan secara sepihak selalu dijadikan sebagai senjata untuk melemahkan kelas pekerja. Celakanya cleaning service menganggap relasi kerja hanya semata-mata berdampak pada relasi ekonomi. Perusahaan justru mengambil kesempatan tersebut sebagai senjata untuk membungkam suara kelas pekerja. Mahasiswa yang andil didalamnya pun turut memisahkan diri, sementara kedua dari kita adalah proletar

“

Kita tidak perlu patuh, biarkan imajinasimu melakukan pembangkangan, dan biarkan ia merealitas dengan liar. dan masalah waktu saja yang membedakannya untuk dicetak sebagai kelas pekerja atau buruh. Secara sadar, terang-terangan, mahasiswa siap dicetak sebagai pekerja dan perusahaan penyedia pekerja siap mempekerjekan pekerja. Kita akan berakhir sama. Perusahaan sangat senang menakuti hingga membunuh keberanian yang tumbuh di tengah orang-orang yang sadar. Orang-orang yang sadar juga begitu bodohnya membiarkan mimpinya beranak pinak menjadi kepatuhan. Tantangan menantang outsourcing Kita tidak perlu patuh, biarkan imajinasimu melakukan pembangkangan, dan biarkan ia merealitas dengan liar. Kita sadar bahwa ketidakberdayaan kelas pekerja dalam menentang outsourcing konsekuensi dari h eg emo n i k ap ital y an g men g er d ilk an pengetahuan politik kelas pekerja. Maka, untuk meng-counter hegemoni kapital, disinilah pentingnya pengorganisiran. Yang berarti harus ada yang berperan sebagai orang lapangan, yang melakukan kerja-kerja langsung di tengah kelas pekerja, misalnya memfasilitasi ruang edukasi sampai akhirnya mereka dapat memiliki suatu pandangan dan pemahaman bersama mengenai keadaan dan masalah yang

28 catatankaki_edisi Juni 2018

pendekatan. Kemudian fasilitasi proses, dengan mengemas keluhan dan wacana menggunakan bahasa yang mudah dipahami misalnya dituangkan ke dalam media cetak infograďŹ s, lalu kembalilah duduk memperbincangkannya dan ajak mereka berďŹ kir kritis. Rancanglah strategi setelah memahami permasalahan bersama yang dihadapi. Analisa keadaan, rumuskan kebutuhan dan keinginan, analisa sumber daya dan kemampuan bersama, analisa kekuatan dan kelemahan kelompok kita dan lawan yang dihadapi, dan rumuskan bentuk tindakan dan upaya yang tepat dan kreatif. Berjejaringlah bersama kelompok-kelompok lainnya. Lalu bentuklah oraganisasi yang lebih besar. Lakukan tindakan yang benar-benar mematikan imajinasi para tirani. Lakukan halhal yang tidak tertebak. Yang paling penting mengorganisirlah dan jangan menganggap dirimu sebagai patron, pahlawan, ataupun juru selamat. Keberhasilan pengorganisiran terjadi bilamana kelas pekerja berhasil mengorganisir diri mereka sendiri tanpa menggantungkan apapun pada siapapun!


sastra cerpen Orang-orang Congkak dalam Tragedi Olympus 2020 oleh : Øshinsky El Challul

P

ada suatu ketika, seorang Rektor dan para Guru Besar dari sebuah Universitas ternama di Athena merasa yakin atas perjalanan mereka membangun Universitas bertaraf Galaxy, penuh percaya diri dan bangga dengan diri mereka sendiri, sehingga mereka menjadi gila. Mereka membelokkan prinsip-prinsip awal Universitas mereka yang mengabdi untuk kemaslahatan ummat kota Athena, yang dikenal TriviumCivilized . Ia mengepak Neoliberalisme dan terus melakukan pembangunan, investasi, hingga melegalkan lintah darat perbankan masuk merogoh proyek dalam institusi tersebut yang kian hari kian sukar di akses masyarakat miskin dan tertindas. Suatu ketika ada rencana konsolidasi sebuah kongsi proyek komersialisasi pendidikan di luar negeri. Dengan menggunakan pesawat super canggih Zion 15 yang dilengkapi fitur auto-close window dan weather detector disetiap jendelanya, interiornya sangat nyaman dan luas sehingga bisa untuk berjalan-jalan dan juga rapat di tengah badan pesawat. Di belakang ada mini bar, bathroom, dan tentu saja toilet untuk menampung tinja para demagog. kontingen dari kampus pun bergumul. Pesawat ini memang canggih, pada posisi ketinggian tertentu mampu mengatur tekanan

dan siklus udara dalam pesawat meskipun jendela terbuka. Dalam perjalanan penerbangannya, mereka berpapasan dengan pucuk-pucuk gedung pencakar langit yang berbahaya, dan mereka tetap terbang menuju ke kota Babluth melewati pegunungan dan puncak-puncak es yang semakin berbahaya, semata-mata demi memberikan kesempatan pada diri mereka sendiri untuk melakukan aksi-aksi penerbangan dan yang jauh lebih brilian─ komersialisasi pendidikan. Sebagaimana Pesawat tersebut mencapai garis Bujur yang semakin tinggi, para Civitas Akademika dan Dosen Pengajar yang ikut dalam penerbangan semakin merasa tak nyaman dengan kengerian yang menyalip tipis pucuk gedung-gedung tinggi menjulang dan juga ujung-ujung puncak gunung Olympus. Mereka mulai berselisih dalam pesawat. Di antara mereka sendiri yang terus mengumpat dan mengeluhkan kondisi-kondisi proses belajar- mengajar dan penelitian mereka yang semakin tak bermutu dan kian tak bermanfaat apa-apa pada publik. “Aku berkhianat,” ujar seorang Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) yang juga pada penerbangan itu menjadi Pilotnya, “Seakan inilah penerbangan terburuk yang pernah aku lakukan dan sama buruknya dengan pendidikan di kampus. Kokpit penuh dengan butiran es yang hinggap bergantian; saat aku

catatankaki_edisi Juni 2018 29


melongok keluar sebentar menikmati fitur baru pesawat, angin menusukku seperti pisau menembus jaketku; setiap saat aku menghindari pucuk gedung pencakar langit aku harus menggerakkan seluruh jemariku yang membeku karenanya; dan namun untuk semua itu aku hanya mendapatkan dua juta rupiah per bulan yang menyedihkan! Karena aku mempunyai 4 orang anak. 1 Kuliah, 2 masih SMA dan SMP, dan yang bungsu di taman kanak-kanak”. “Kau pikir apa yang kamu terima itu buruk!” ujar seorang Cleaning Service perempuan, “Aku tidak bisa tidur di malam hari karena dingin. Para Cleaning Service perempuan di pesawat ini, selama di pekerjakan di kampus dan dibawa sebagai pembantu kontingen selama perjalanan pulang balik, tidak mendapatkan gaji dan sarung tidur tebal sebanyak yang didapatkan para lelaki. Hal ini tidak adil!”. Seorang Cleaning Service Laki-laki m e n i m p a l i , “Bulampets! Aku hanya mendapatkan setengah dari upah para Buruh Industri Coca-Cola. Padahal, Kami membutuhkan banyak makanan agar menjaga tubuh kami agar tetap hangat di tengah iklim seperti ini, dan aku tidak

30 catatankaki_edisi Juni 2018

mendapatkan jatahku; para Buruh Coca-Cola mendapatkan lebih banyak. Dan yang paling buruk dari semua hal tersebut adalah bahwa mereka selalu memberi perintah padaku dalam bahasa Perancis, bukannya Yunani.” “Aku memiliki lebih banyak alasan untuk mengeluh dibanding siapapun juga,” ujar seorang Buruh Pabrik sepatu Nike, “Apabila para muka pucat tidak merampok tanah-tanah leluhurku, aku tak akan berada di atas pesawat ini, di sini di antara gunung es dan angin Olympus. Aku akan hanya mengayuh sampan di sebuah danau yang indah dan tenang. Aku l a y a k d i b e r i kompensasi. Dan pada akhirnya, sang Rektor harus membiarkanku ikut bermain, Poker atau Game Online agar aku bisa mendapatkan u a n g d a r i cryptocurrency atau bitcoin.” Seorang Ketua BEM turut berkata, “Kemarin seorang Satpam Kampus menghinaku karena aku melakukan orasi kritis mimbar bebas. Aku berhak melakukan orasi kritis mimbar bebas t a n p a h a r u s m e n d a p a t k a n penghinaan dan kriminalisasi para Satpam Kampus.” “Bukan hanya manusia yang diperlakukan tak adil di atas kapal ini,” seling seorang pencinta kucing berada di antara para penumpang,


suaranya gemetar penuh kemarahan, “Kenapa, minggu lalu aku melihat Satpam juga menendang kucingku di pesawat ini dua kali, di kampus berkali-kali sering.” Salah seorang dari para penumpang adalah seorang Professor Universitas. Dengan meremas-remas tangannya, ia menyatakan, “Semua ini mengerikan! Tak bermoral! Rasisme, seksisme, Demo-Orasiphobia dan pengeksploitasian kelas pekerja! Ini adalah diskriminasi! Kita harus memiliki keadilan social; upah yang setara bagi Cleaning Service laki-laki dan perempuan, upah lebih tinggi bagi semua Buruh, kompensasi bagi Buruh Pabrik sepatu Nike, jumlah Sarung Tebal yang sama bagi para Perempuan, sebuah hak yang dijamin untuk melakukan Orasi dan demonstrasi menuntut hak demi keadilan, dan tak ada lagi tendangan terhadap kucing-kucing tak berdosa yang manis itu.” “Ya, ya!” seru para penumpang. “Ayeaye!” seru para Pilot Pesawat. “Ini semua adalah diskriminasi! Kita harus menuntut hakhak kita!”. Seorang Co-Pilot bergumam. “Ehmmm... ehmmm.... Kalian semua memiliki alasan-alasan yang bagus untuk dikeluhkan. Tetapi bagiku tampaknya apa yang harus kita lakukan adalah memutar pesawat ini dan terrbang kembali menuju Athena, karena apabila kita terus berlayar ke Babluth sudah pasti cepat atau lambat kita akan menabrak dinding Olympus, dan kemudian, upah kalian, sarung kalian, hak kalian untuk melakukan Orasi mimbar bebas dan demonstrasi, tak akan berguna lagi, karena kita semua hancur berkeping, pegunungan Olympus sungguh berbahaya dengan cuaca ekstrim yang tidak menentu ini.” Te t a p i t a k s e o r a n g p u n y a n g memperhatikan dirinya, karena ia hanyalah seorang Co-Pilot dan Anggota MWA yang bersuara namun sangat sedikit didukung oleh Anggota Majelis lainnya, karena

kepentingannya terlampau luhur ─ hanya ingin mengabdi pada Universitas. Sang Rektor dan para Guru Besar, dari Bandara mereka di atas Kabin, telah melihat dan mendengarkan. Kini mereka tersenyum dan berkedip pada sesamanya, dan dengan satu gerakan saja dari sang Rektor, seorang Guru Besar turun dari atas kabin, melangkah menuju ke tempat di mana para penumpang dan Dosen berkumpul, sambil menembus kerumunan. Ia memasang mimik muka serius di wajahnya dan lantas berkata, “Kami para Guru Besar menyatakan bahwa beberapa hal yang tak termaafkan sedang terjadi di kapal ini. Kami tidak menyadari seberapa buruk situasinya hingga kami mendengar keluhan-keluhan kalian. Kami adalah orang-orang yang beritikad baik dan ingin melakukan tindakantindakan yang benar bagi kalian. Tetapi, yah, sang Rektor cenderung bersikukuh dengan rencana bisnisnya dan melakukan caranya sendiri, dan mungkin harus sedikit didorong dulu sebelum ia membuat beberapa perubahan-perubahan yang substansial. Menurut pendapatku pribadi, apabila kalian memprotes dengan giat-tetapi dengan tetap damai dan tanpa melanggar aturan-aturan di atas pesawat ini-kalian akan menggoyangkan sang Rektor dari kebekuannya dan memaksanya agar mengurusi masalahmasalah yang baru saja kalian keluhkan.” Setelah mengatakan hal tersebut, Sang Guru Besar tersebut kembali ke atas Kabin Pesawat. Sebagaimana ia pergi, para penumpang dan Dosen berseru kepadanya, “Moderat! Reformis! Liberal yang sok baik! K a k i t a n g a n R e k t o r ! ” Te t a p i m e r e k a melakukan juga apa yang diucapkan sang Guru Besar. Mereka berkumpul di sebuah sisi Pesawat di hadapan Kabin, meneriakkan hinaan-hinaan terhadap para Guru besar dan mengajukan tuntutan untuk hak-hak mereka, “Aku ingin upah lebih tinggi dan kondisikondisi kerja yang lebih baik,” seru Ketua

catatankaki_edisi Juni 2018 31


MWA. “Jumlah Sarung tebal yang sama bagi p e re m p u a n , ” s e r u s a n g p e n u m p a n g perempuan. “Aku ingin menerima perintah dalam bahasa Yunani,” seru sang Cleaning Service Laki-laki. “Aku ingin mendapatkan hak untuk mengikuti permainan Poker dan Game Online,” seru sang Buruh Pabrik sepatu Nike. “Aku tidak ingin dihina, dikriminalisasi, dan dilarang Orasi-Mimbar Bebas dan juga Demonstrasi.” seru sang Ketua BEM. “Tak ada lagi yang menendang kucing,” seru sang pencinta kucing. “Revolusi dan demokratisasi kampus sekarang juga!” seru sang Professor. Sang Rektor dan Guru Besar berkumpul dan melakukan rapat selama beberapa menit, saling berkedip, mendengus dan tersenyum beberapa saat antara satu sama lain. Kemudian sang Rektor melangkah ke depan Kabin dan, dengan memperlihatkan itikad baiknya, menyatakan bahwa upah sang Cleaning Service Perempuan yang cakap akan dinaikkan sebanyak Satu juta setengah per bulan; upah Cleaning Service Laki-laki akan dinaikkan sebanyak dua pertiga dari Buruh Industri Coca-Cola, dan perintah untuk menjalankan pesawat akan diucapkan dalam bahasa Yunani; para penumpang perempuan akan menerima tambahan satu sarung; Buruh Pabrik sepatu Nike akan diperbolehkan untuk bermain Poker dan Game Online setiap Sabtu malam; sang Ketua BEM tak akan dihina dan dikriminalisasi selama ia tetap melakukan Orasi dan Mimbar Bebas di tempat yang tertutup; dan kucing tak akan ditendang kecuali kucing tersebut melakukan tindakan yang benar-benar nakal, seperti mencuri makanan dari dapur. Para penumpang dan Dosen-Dosen merayakan keputusan-keputusan tersebut sebagai sebuah kemenangan besar, tetapi keesokan harinya mereka kembali merasa tak puas. “Satu setengah juta per bulan itu terlalu sedikit, dan jari-jariku masih membeku saat

32 catatankaki_edisi Juni 2018

aku menjalankan pesawat,” umpat sang Ketua MWA. “Aku masih tidak mendapatkan upah yang sama dengan para Buruh industri “Coca-Cola”, ataupun makanan yang cukup untuk iklim yang seperti ini,” ujar sang Cleaning Service Laki-laki. “Kami perempuan masih tidak mendapat cukup Sarung Tebal untuk membuat badan kami hangat,” ujar sang penumpang Perempuan. Para Buruh dan penumpang lain menyuarakan keluhan-keluhan yang serupa, dan sang Professor mengambil kesimpulan dari


semuanya. Saat mereka semua telah selesai berbicara, sang Co-Pilot berkata-kali ini dengan suara lebih keras sehingga yang lain tak akan lagi tak memperhatikannya. “Memang sangat buruk apabila kucing tersebut ditendang hanya karena mencuri sedikit ikan dari dapur, dan apabila para perempuan tidak mendapatkan jumlah sarung tebal yang setara, dan sang Ketua MWA membeku jemarinya, dan aku juga tidak melihat alasan mengapa Ketua BEM tidak

boleh melakukan Orasi-Mimbar Bebas dan Demonstrasi kapanpun ia mau.Tetapi perhatikan seberapa tebal kabut cuaca ekstrim di pucuk gunung- gunung es sekarang, dan bagaimana hembusan angin semakin kencang dan semakin kencang! Kita harus mengubah arah pesawat ini kembali ke Athena, karena apabila kita tetap meluncur ke Kota Babluth kita akan menabrak dan hancur berkepingkeping.” “Oh ya,” ujar sang Ketua BEM, “Bukankah mengerikan apabila kita terus terbang ke B a b l u t h . Te t a p i m e n g a p a a k u h a r u s melakukan Orasi-Mimbar Bebas dan Demonstrasi di tempat tertutup? Mengapa aku harus mendapat penghinaan dan kriminalisasi? Bukankah aku setara dengan orang lainnya dalam hal menyampaikan pendapat dan kebebasan berekspresi?” “Terbang menuju kota Babluth memang mengerikan,” ujar sang penumpang perempuan, “Tetapi tidakkah kau lihat? Itu alasannya mengapa perempuan membutuhkan lebih banyak Sarung Tebal agar tetap hangat. Aku menuntut jumlah Sarung yang setara bagi perempuan, sekarang juga!” “Cukup benar,” ujar sang Professor, “Bahwa Terbang ke kota Babluth memberikan kesulitan-kesulitan penerbangan yang lebih besar bagi kita semua. Tetapi mengubah arah haluan ke Athena jelas tidak realistis. Engkau tak dapat mengembalikan waktu. Kita harus bersikap dewasa dalam berurusan dengan situasi seperti ini.” “Lihat,” ujar sang Co-Pilot, “Apabila kita membiarkan empat orang gila di atas Kabin itu menjalankan apa yang mereka mau, kita semua akan remuk menggelepar. Apabila kita dapat membawa pesawat ini keluar dari bahaya, maka barulah kita bisa mulai khawatir tentang kondisi-kondisi kerja, Sarung bagi para perempuan, hak untuk melakukan Orasi-Mimbar Bebas dan Demonstrasi. Tetapi pertama-tama kita harus

catatankaki_edisi Juni 2018 33


membuat Pesawat ini berbalik arah. Apabila beberapa dari kita bekerjasama, membuat rencana dan memperlihatkan sedikit keberanian, kita dapat menyelamatkan diri kita semua. Tidak perlu terlalu banyak-enam atau delapan orang saja cukup. Kita dapat mengambil alih Kabin, menyingkirkan mereka dari posisinya, dan membelokkan Pesawat kearah Athena.” Sang profesor mendenguskan hidungnya dan bersuara keras, “Aku tidak percaya pada kekerasan. Itu tak bermoral.” “Sangat tidak etis untuk menggunakan kekerasan,” ujar sang Ketua BEM. “Aku takut pada kekerasan,” ujar sang penumpang perempuan. Sang Rektor dan Guru besar telah melihat dan mendengarkan selama beberapa saat.

Poker dan Game Online Sabtu malam bagi sang Buruh Pabrik sepatu Nike juga masih berupa kompensasi yang jauh dari cukup atas tanahnya yang hilang, sama sekali tak adil bagi Ketua BEM apabila ia hanya boleh melakukan Orasi-Mimbar Bebas dan Demonstrasi di tempat tertutup, dan kucing itu masih juga ditendang.” “Aku pikir sang Rektor harus didorong lagi. Akan sangat membantu apabila kalian menyelenggarakan protes lagi-selama tidak dengan kekerasan.” Sebagaimana sang Guru Besar berjalan kembali ke atas Kabin, para penumpang dan Dosen mengeluarkan hinaan-hinaan padanya, tetapi mereka juga tetap menjalankan apa yang sang Guru Besar katakan dan berkumpul di depan Kabin untuk melakukan protes lagi.

Semua ini mengerikan! Tak bermoral! Rasisme, seksisme, Demo-Orasiphobia dan pengeksploitasian kelas pekerja! Ini adalah diskriminasi! Kita harus memiliki keadilan social; upah yang setara bagi Cleaning Service laki-laki dan perempuan, upah lebih tinggi bagi semua Buruh, kompensasi bagi Buruh Pabrik sepatu Nike, jumlah Sarung Tebal yang sama bagi para Perempuan, sebuah hak yang dijamin untuk melakukan Orasi dan demonstrasi menuntut hak demi keadilan, dan tak ada lagi tendangan terhadap kucing-kucing tak berdosa yang manis itu. Dengan sebuah sinyal dari sang Rektor, seorang Guru Besar melangkah turun ke Kabin utama. Ia melangkah menuju ke arah para penumpang dan Dosen, berkata pada mereka bahwa masih juga banyak masalah di atas Pesawat. “Kita telah membuat beberapa kemajuan,” ujarnya, “Tetapi masih banyak yang harus dilakukan. Kondisi-kondisi kerja bagi Ketua MWA selaku Pilot masih sulit, Cleaning Service Laki-laki masih mendapat upah yang tak setara dengan Buruh Industri Coca Cola, p a r a p e re m p u a n m a s i h j u g a t i d a k mendapatkan sarung tebal yang sama banyak dengan para lelaki, permainan 34 catatankaki_edisi Juni 2018

Mereka berseru dan mengoceh serta mengacungkan kepalan tangan mereka, dan bahkan mereka juga melemparkan sebuah telur busuk pada sang Rektor (yang mana dengan lihai ditangkisnya). Setelah mendengarkan keluhan-keluhan mereka, sang Rektor dan Guru besar berkumpul dan melakukan sebuah rapat, yang mana selama rapat mereka saling berkedip dan meringis dengan sesamanya. Kemudian sang Rektor melangkah ke depan Kabin dan menyatakan bahwa sang Pilot akan diberi sarung tangan agar jemarinya tetap hangat, Cleaning Service Laki-laki akan menerima upah yang setara dengan tiga per empat


upah Buruh Industri Coca-Cola , para perempuan akan mendapatkan tambahan sarung tebal, Buruh Pabrik sepatu Nike diperbolehkan bermain Poker dan Game Online pada Sabtu malam dan Minggu malam, sang Ketua BEM diperbolehkan melakukan Orasi-Mimbar Bebas dan Demonstrasi di manapun saat hari kuliah libur, dan tak ada seorangpun yang boleh menendang Kucing tanpa seijin Rektor Universitas. Para penumpang dan Dosen bergembira atas kemenangan revolusioner besar ini, tetapi keesokan harinya mereka kembali merasa tak puas dan mulai menggerutu atas kesulitankesulitan yang sama dalam penerbangan tersebut. Kali ini sang Co-Pilot menjadi marah. “Kalian tolol!” teriaknya, “Tidakkah kalian lihat apa yang sang Rektor dan Guru Besarnya lakukan? Mereka terus membuat kalian berpikir pada kesialan-kesialan tak penting seperti Sarung Tebal dan upah dan kucing yang ditendang sehingga kalian tidak akan berpikir tentang apa yang sebenarnya salah dengan pesawat ini-bahwa pesawat ini terus terbang semakin dan semakin jauh ke kota Babluth dan kita semua akan remuk terkapar. Apabila saja beberapa dari kalian sadar, bekerjasama, dan mengambil alih Kabin, kita dapat memutar arah pesawat ini dan menyelamatkan kita semua. Tapi semua yang kalian lakukan hanyalah mengeluhkan isu-isu remeh-temeh seperti kondisi-kondisi kerja dan permainan Poker dan hak untuk melakukan Orasi-Mimbar Bebas dan Demonstrasi.” Para penumpang dan Dosen-Dosen mulai naik pitam. “Menjijikkan!” seru sang Cleaning Service Laki-laki, “Apakah pikirmu memang wajar kalau aku hanya mendapatkan tiga per empat upah seorang Buruh Industri Coca-Cola? Bukankah itu menjijikkan?” “Bagaimana bisa engkau menyebut kesialanku ini tidak penting?” seru sang Ketua

BEM, “Tidakkah engkau tahu bahwa dihina dan dikriminalisasi itu sangat menyakitkan?” “Menendang kucing itu bukanlah sebuah isu yang remeh!” seru sang pencinta kucing, “Hal tersebut tak berperasaan, kejam dan brutal!” “Baiklah kalau begitu,” jawab sang CoPilot , “ Isu-isu tersebut tidak remeh dan penting. Menendang kucing adalah tindakan yang kejam dan brutal, serta sangat menyakitkan kalau dihina dan dikriminalisasi. Tetapi dibandingkan dengan masalah utama kita--dibandingkan pada fakta bahwa pesawat kita masih mengarah ke Kota Babluth-kesialan-kesialan kalian menjadi sesuatu yang remeh dan tak penting, karena apabila kita tidak sesegera mungkin mengubah arah pesawat ini, kita semua akan hancur berkeping-keping.” “Otoriter!” ujar sang Professor Pendeta Ortodoks. “ Kontra-revolusioner!” ujar sang penumpang perempuan. Dan seluruh penumpang serta Dosen-Dosen saling berbicara di antara mereka sendiri, menyebut sang awak kabin sebagai seorang fasis dan kontra-revolusioner. Mereka mendorong sang Co-Pilot ke pinggir dan kembali menggerutu tentang upah, tentang Sarung Tebal bagi para perempuan, dan tentang hak untuk melakukan Orasi-Mimbar bebas dan Demonstrasi, dan juga tentang bagaimana Kucing harus diperlakukan. Pesawat Canggih Zion 15 yang ditumpangi oleh orang-orang congkak tersebut tetap terbang ke arah kota Babluth disela cuaca ekstrim berbadai, dan setelah beberapa saat, pesawat tersebut tertabrak hingga hancur berkeping terbakar di dinding gunung es Olympus dan semua orang hilang tak diketemukan bangkainya.

catatankaki_edisi Juni 2018 35


resensi musik

Ilustrasi: https://id.pinterest.com/ 36 catatankaki_edisi Juni 2018


Marsinah Sebuah nama yang abadi dalam jiwa kaum pekerja! oleh : Indahwels Marsinah. Ketika mendengar kata itu, hati sedikit bergetar. "Marsinah" adalah sebuah lagu yang diciptakan sebagai bentuk dedikasi khusus untuk perjuangan seorang perempuan yang menggetarkan rezim, seorang pahlawan kaum buruh. Marsinah, sebuah nama yang abadi dalam jiwa kaum pekerja, paling tidak menunjukkan bagaimana negara, pengusaha dan militer berkongkalikong untuk merampas kesejahteraan rakyat kecil dan juga bagaimana rentannya posisi perempuan dalam perjuangan pembebasan rakyat dari penindasan. Band Marjinal hadir dengan sebuah lagu yang bercerita mengenai kisah perjuangan yang telah dihancurkan oleh sebuah ketakutan dan kecurigaan. Nuansa ciri khas Marjinal dalam lagu "Marsinah" sangat kental. Sebuah band beraliran anarko-punk yang berasal dari Jakarta menciptakan lagu "Marsinah" yang dibawakan sekaligus dalam 2 albumnya, yaitu album Termarjinalkan dan album bertajuk Predator. Marjinal berhasil membangkitkan semangat yang tidak terelakkan saat mendengarkan lagu ini. Di awal lagu, kita akan dijemput dengan alunan musik punk yang membangkitkan semangat. Musik yang dihasilkan seolah telah menyatu dengan jiwa. Memasuki menit ke 0:43 kita akan diantar dengan suara Romi yang begitu semangat dan berapi-api. “Ku lihat buruh perempuan berkeringat membasahi bumi yang megah.."Kata demi kata serta lantunan musik yang dimainkan Band Marjinal seakan memiliki ruh, masuk ke dalam sudut-sudut jiwa

terdalam melalui alam bawah sadar siapapun yang mendengarnya. " nergi yang kau curahkan begitu besar tak E kurasakan terhanyaut dalam kesombongan terlupakan.." Berisi sebuah akhir dari perjuangan, sebuah perlawanan terhadap berbagai masalah dan rintangan yang digambarkan dengan perjuangan seorang buruh perempuan. Perlawanan di sini saya artikan luas, bisa perlawanan terhadap penguasa yang fasis, birokrat yang sewenang-wenang atau sistem yang menindas. Lagu "Marsinah" menggambarkan bahwa perempuan adalah titik paling menderita ketika sebuah bangsa menderita. Dimana perempuan pekerja merupakan orang yang paling merasakan ketika pendisiplinan dilakukan secara berlebihan. Kondisi kerja serta pengupahan yang layak tidak akan pernah diberikan secara cuma-cuma oleh pemilik modal dan pemerintah. Dimana harga untuk sebuah hidup yang lebih baik dalam ruang kerja amatlah mahal. Pada akhirnya, saya dengan semangat mengucapkan selamat menikmati sebuah perjuangan seorang buruh dan perempuan pekerja. Menyalakan semangat perjuangan Marsinah berarti mengingat dan terus mempraktekkan semangat perempuan pekerja untuk bersolidaritas memperjuangkan keadilan di tengah penindasan para buruh serta kesejahteraan dan kesetaraan kelas pekerja yang hingga kini belum menuai hasil memadai.

catatankaki_edisi Juni 2018 37


sastra puisi teori: ditelah jadi tai oleh : Prometheus Fun Lady Aku terperanjat, Ke sudut lorong-lorong rumah seperti bunga-bunga yang ditanam pasca tembok memenuhi kota Aku terperanjat, Ke jalan buntu seperti tuan memaksa kerja dengan cambuk di tangan bila dielak Aku terperanjat, Ke luar gravitasi seperti seragam berganti dan upah upeti seolah harga mati Aku terperanjat, Ke tengah kerumunan imajinasi seperti saat tubuh-tubuh pekerja di gembala industri jasa

Aku terperanjat, Menemui pekerja menyapu jalan-jalan sunyi ditampar dedaunan berisik kala pagi Aku terperanjat, Menemui tangan lusuh berpangku usia hingga sore nanti Aku terperanjat, Menemui perkara makan adalah perkara agama dan siapa yang Maha Benar

Lalu, Aku terperanjat kembali, Meninggalkan kepala penuh tai dan persetan dengan segala teori Aku terperanjat, Meninggalkan tangis-tangis ibu yang tertinggal pada kolom status akademisi Aku diam, Lalu sunyi, memperkosa ibunya disudut jalan dengan belati Lalu semua begitu sunyi, dinding-dinding tampak bersih Lalu semuanya sibuk memperdebatkan benar dan salah Lalu semuanya begitu dingin, menghabisi waktu hanya dengan bekerja hingga sampai mati!

catatankaki_edisi Juni 2018 39


Indah Wahyu Lestari, S.IKom Fira Anggraeni, S.IKom Cita Restu Wulandari, S.S


‘‘

‘ ‘

Kita tidak perlu patuh, biarkan

imajinasimu melakukan pembangkangan , dan biarkan ia merealitas dengan liar.

www.catatankaki.info


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.