Prolog project 5 - 2017

Page 1

Prolog Project 5


Pelindung Tuhan Yang Maha Esa Pemimpin Umum Fitri Isni Ridha Editor Nurirdzi Irdiyam Illustrator & Cover Ade Wulan Fitriana Evangelita Dyah Sekar Arum Khoiruddin Tri A Layouter Vansona Stalony

BPPM Mahkamah Jalan Socio Yustisia Bulaksumur, Sleman


Prolog Project 5

Daftar Isi Sambutan Redaksi ............... 4

Cerita ..................................... 6

Puisi ..................................... 46

3


Dari Redaksi

noda. Tuhan juga memberikan kita

P

itu melebihi kertas yang diberikan.

kebebasan terhadap kertas tersebut. Membuatnya indah dengan warna yang disukai. Mencampurkan warna sesuka hati. Sekalipun

rolog Project merupakan proj-

Namun, dunia tak seindah yang

ect dari BPPM Mahkamah

dipikirkan. Dunia dapat memberi-

yang berbeda dari biasanya.

kan campuran warna yang bisa jadi

BPPM Mahkamah yang biasanya

membuat lebih baik, bahkan lebih

berkutat dengan tuntutan jurnalistik

buruk. Karenanya, akan ada banyak

dan penyempurnaan ejaan, kali ini

warna yang kita miliki. Lalu, timbul-

harus berpikir bebas dengan ima-

lah keberagaman di dunia ini baik

jinasi tanpa batas. Kebebasan para

karena kesengajaan maupun tanpa

awak Mahkamah dituangkan secara

kesengajaan.

ekspresif dalam bentuk sastra dan dikumpulkan menjadi satu. Hingga menghasilkan sebuah karya yang menggugah selera.

Pada akhirnya, para awak akan menggambarkan kehidupan melalui cara pandang mereka masing-masing. Tujuannya, agar para pembaca

Prolog Project kali ini menghad-

dapat melihat wawasan yang lebih

irkan tema Warna Kehidupan. Ya,

luas terhadap kehidupan dan me-

kehidupan yang penuh akan war-

mompa rasa toleransi serta empati

na. Tuhan memberikan kita secarik

terhadap perbedaan. Dengan de-

kertas putih untuk hidup di dun-

mikian, kami persembahkan Prolog

ia. Bersih, suci, tanpa goresan dan

Project ke-5.

Yogyakarta, 31 Juli 2017 BPPM Mahkamah FH UGM 4


Prolog Project 5

Kisah Kasih Sang Kekasih Tuhan Dalam Goresan Mereka Orang Indonesia diantara penduduk Moskow Ksatria Mural Lucky Lucky Disatukan untuk Berpisah Reminiscence 5


Kisah Kasih Sang Kekasih

D

ia hanyalah seorang pemuda jangkuk dari sebuah desa berpenduduk beberapa puluh orang. Desa tanpa tumpukan tembok menjulang tinggi ke angkasa dengan kaca-kaca tebalnya sebagai dinding. Tiada pula jas berdasi sebagai seragamnya, hanya rumah-rumah kecil berjejer di pinggir jalan. Tempat ibadah pun hanya satu, tidak banyak pula orang berlalu lalang mengunjunginya. Mereka yang tidak terlalu religius terkadang menganggap hal-hal yang spesial baginya, sungguh bodoh bagi mereka. Hal-hal istimewa yang terkadang mereka anggap tidak masuk akal bertebaran di sana-sini. Hingga anggapan-anggapan aneh mereka, membuatnya

pat beberapa langkah dari tubuhnya berdiri menjadi tempat di mana kenangan terdahulu terpendam bersama orang-orang yang katanya ‘peduli’. Rambut hitam cepak mengkilat di bawah goresan sinar surya. Pemuda yang tengah tertunduk, tenggelam dalam lamunan. Teringatlah dia akan memori masa lampau yang tengah ia usahakan untuk hilang selamanya dari ingatan. Masa ketika ia sekadar pengalih perhatian sesaat. Saat ia tidak mengenal siapapun, kecuali diri sendiri dan hati nuraninya.

“Orang beserta fisiknya akan langsung lenyap seketika setelah ia melewati bangunan tanpa pintu itu.� Masih ingat betul, pemuda berambut ikal yang tengah menatap penjara kosong, akan perbincangan orang yang kini hanya meninggalkan dongeng untuk diteruskan pada anak cucu. Lenyap dan sang kekasih menjadi pihak ibarat uap mengalir ke udara, lanyang harus menanggungnya. taran siksaan fisik yang diberikan Semenjak peristiwa itu, bertubi-tubi kepada para tahanan kini penjara lawas tanpa pintu te- di dalamnya. Namun, celetukan 6


Prolog Project 5 tersebut telah menjelma menjadi ungkapan yang kian hari menjadi penanda bahwa hidup tiada yang abadi. Ia pun menangis, menyisakan noda-noda air mata di kedua pipi cekungnya. Lantas ia goyah, terduduk, kaki bersimpuh serta tangan menelungkup ke wajah. Memoar saat fajar beberapa tahun silam kembali menyerang, sebelum sang kekasih direnggut manusia yang iri dengan kehidupan ‘sangat manis’ yang ia agungkan.

“Selamat pagi.”, suara indah yang ia kagumi menyapa. “Kau tertidur seperti tiada beban dalam hidupmu, apakah kau menikmatinya?” Ia hanya mengangguk, tanpa bersuara. Hanya ingin mendengar suara yang keluar dari tubuh yang telentang disampingnya lagi dan lagi. “Kau harus bangun, aku ingin bersiap untuk pergi meninggalkan ruangan ini.”, pinta sosok pemilik suara itu.

Pagi itu, semburat cahaya fajar menerobos tirai berwarna kuning di ruangan tiga kali tiga berlapis cat putih. Ia merasakan kehangatan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Kehangatan yang masuk melalui kulit hingga ke ruas-ruas tulang paling dalam.

Keduanya beranjak, membiarkan selimut putih berlapis sutra jatuh dari ranjang. Kemudian ia menarik lengan sosok di depannya untuk mendekat, mengelus rahangnya dan mengecup bibir tipis merah muda dihadapannya. Hal-hal kecil yang kini membuat hidupnya lebih berwarna dengan nuansa romantika tak luput dari

Kehangatan yang ia yakini akan bertahan untuk waktu yang lama. Ia terlena akan kenikmatan itu, sebelum suara di samping tubuhnya terdengar begitu merdu.

dekapan. Suasana yang akan ia rindukan dan ingin dirasakan untuk beberapa waktu kedepan. Suasana ketika sang kekasih memeluk erat tubuhnya, memberikan kehangatan

***

7


saat dingin menghinggap, hingga kala persoalan hidup mulai ia pertanyakan. Lalu kehangatan yang ia syahdukan pun lenyap ketika suara itu pergi bersama sang kekasih melewati pintu dan menutupnya rapat-rapat. Tiada mengira bahwa cahaya fajar kala itu menjadi suasana manis terakhir si pemuda bersama sang pujaan hati. Sesaat pagi telah berganti dengan sorotan cahaya mentari tepat di atas kepala, ia merasakan hal ganjil yang belum pernah ditemui dalam lubuk nurani terdalam. Perasaan khawatir dan cemas menelannya seketika, tiada menyisakan guratan senyum di wajah lonjong itu. Waktu berlalu, jarum jam dengan angkuhnya menunjuk angka lima yang terpampang di dinding ruangan. Angin mulai bergerak perlahan. Kicauan burung terdengar, pertanda kegelapan akan segera tiba dan seruan agar segera mencari sarang untuk berteduh. Bersamaan dengan kedatangan sang pu8

jaan hati ke tempat peraduannya. Keduanya kini terduduk santai di atas dipan bertumpuk kapuk yang tiada orang mampu membelinya. Dua cangkir teh hangat menemani. Kehangatan pun menghampiri dua sejoli yang tengah dimabuk asmara tersebut. Suasana manis semakin mengempis sejak samar-samar suara kerumunan orang terdengar dari luar. Umpatan-umpatan yang sangat menyakitkan untuk didengar. Jam ikut berdenting mendendangkan kemarahan umat di luar. Suara yang terdengar nan jauh semakin dekat. Suara dengki, iri, dan marah bergabung menjadi satu. Pasangan yang tengah kasmaran pun dengan gelisah bangkit dari dipan. Melangkah mendekati jendela rumah dengan muka panik tergambar jelas di raut wajah keduanya.


Prolog Project 5 “Ada apa ini? Kenapa orangorang menuju rumah kita? Apa yang harus kita lakukan?”, tanya pemuda pemilik rambut ikal kepada sang pujaan hati.

rumah ini tanpa dirimu. Mari kita pergi bersama-sama”, ajak si pemuda, nada suaranya semakil kecil dengan nada terpatah-patah.

Sesaat, sang pujaan hati pun gelagapan, namun segeralah dia menggelengkan kepalanya untuk mengurangi ketakutannya tersebut. Dipeganglah kedua pipi pemuda jangkung itu oleh sang pujaan hati, sembari melepas jam tangan yang telah menempel di tangan kirinya sejak pertama orang tua mewasiatkan padanya.

“Tidak. Biarkan aku meredam kekacauan di luar. Nanti aku akan menemuimu. Tolong, tunggulah aku di persimpangan jalan itu. Pukul 8 malam, aku akan berada di sampingmu, dan mari kita pergi menjauh bersama-sama. Aku hanya bisa menjanjikanmu itu”, terang sang pujaan hati.

“Kau tidak usah khawatir. Bawalah jam tangan ini. Dan bersegeralah kau meninggalkan rumah ini!”, pinta si pujaan hati dengan tangan kanan mengulurkan jam berwarna emas kepada pemuda di depannya. “Aku tidak akan meninggalkan

“Baik. Berjanjilah satu hal lain padaku bahwa dirimu akan baik-baik saja.” Sang pujaan hati terdiam, menatap sungguh-sungguh kedua mata si pemuda, berharap ia mengerti maksudnya. Dengan sigap pemuda pun berlari menuju persimpangan jalan dengan tergopoh-gopoh. Rasa takut, khawatir, marah hanya bisa ia pendam dalam sanubarinya. Lalu ia pun terduduk, beralaskan rerumputan yang san9


gat hijau saat diterpa sinar mentari, namun kini rumput dibawahnya hanya menjadi satu-satunya teman untuk menunggu kedatangan sang pujaan hati. Pancaran sinar ribuan bintang dan rembulan menjadi lampu untuknya melihat keadaan yang tengah terjadi di rumahnya. Pukul 7 malam, ketika suara manusia pemarah itu semakin kecil dan kemudian hilang bak ditelan sunyinya malam. Ia tetap setia menunggu sang pujaan hati dan tidak sabar untuk menemuinya. Meminta kehangatan yang telah meninggalkan dirinya selama beberapa jam.

wat, membuatnya kelelahan karena menopang berat tubuh terlalu lama dan ia terduduk kembali. Mungkin mereka masih membicarakan permasalahan itu, katanya dalam hati. Pukul 12 malam, ketika si pemuda merasa lelah menunggu dan bangkit dari tempat duduk menuju kediamannya. Tiada peduli akan manusia dengki yang mengepung di depan rumah. Sesampai di tempat tujuan, matanya terpelotot memandangi lampu yang mati, kaca pecah, hingga pintu depan terbuka dengan paksaan. Bergegaslah ia masuk, namun tiada menemukan tanda keberadaan sang pujaan hati. Panik, gelisah, dan khawatir menghujam hatinya.

Satu jam lagi, pikirnya. Hingga jam tangan yang sedari tadi dipegangnya menunjuk angka Dengan tergopoh-gopoh, delapan, ia berdiri dengan senyu- ia menelusuri jalan setapak depan man terindah yang ia lukiskan di- rumah mengikuti jejak kaki para wajahnya demi sang pujaan hati. manusia laknat yang telah merusak Satu menit... dua menit... tiga menit... hingga tiga puluh menit berlalu, ia masih kokoh berdiri, malang nian senyuman sudah tidak tampak diwajahnya. Satu jam le10

kediamannya. Penjara tua yang telah ditinggalkan pun menjadi tujuan akhir dari jejak kaki yang diikuti. Tetesan cairan merah gelap terlihat sangat segar tercecer hingga dalam


Prolog Project 5 penjara. Berjalanlah, si pemuda masuk, dan matanya tiada kuasa menahan air mata menatapi sang pujaan hati bersimpah darah didepannya tanpa gerakan sedikitpun, tiada menahu perbuatan keji yang telah dilakukan orang-orang itu kepada sang kekasih. *** Ingatan mengerikan itu membangunkan si pemuda yang kini masih terduduk di depan penjara dengan pintu berdencit tepat di depan tubuh. Diusaplah air mata yang tengah menetes dan bangkitlah ia dari tempatnya bersimpuh. Mengusap kotoran di celana ketika ia tersadar jam tangan pemberian terakhir sang pujaan hati masih disimpannya. Diambilnya keluar kenangan terakhir itu, mengecupnya, dan didegapnya erat-erat dengan harap orang lain tiada pernah berani untuk mengambil. Lalu ia pergi meninggalkan tempat pembawa malapetaka untuk si pemuda dan sang pujaan hati. Ruangan bercat putih, se-

karang berubah menjadi abu-abu seiring dengan perasaan sedih yang ia rasakan. Tubuh jangkung itu kini telentang di atas ranjang. Pikiran kecil melayang-melayang tidak keruan. Diam, ia menanyakan dirinya sendiri dan kejadian waktu itu, hingga pertanyaan-pertanyaan kecil bermunculan. Apa yang telah ia lakukan sehingga membuat manusia laknat itu marah? Apa yang salah dengan dirinya dan kekasihnya? Mengapa kisah kasih dirinya dan sang pujaan hati berakhir meninggalkan akhrian yang buruk? Pertanyaan-pertanyaan lainnya yang tiada seorangpun bisa menjawab. Kemudian, ia pun tersadar bahwa adanya kemungkinan kemarahan umat manusia itu lantaran mereka belum bisa menerima si pemuda berkasih dengan sosok tegap berjakun yang telah menjadi dambaan hatinya untuk waktu yang tidak terhitung. Mendapat jawaban tidak memuaskan dari nuraninya, lelah menghampiri, dan kedua mata itupun tertutup. -Adik Miftakhur Rohmah 11


utusan Allah tapi kusembah juga diriku astaghfirullah”. Tiada salah bukan?, iya aku percaya kepada Goresan Mereka Tuhanku namun kusembah juga diriku. Ahhhh, sungguh ala itu aku berjalan-jalan membingungkan, ke toko buku, kutemu- sembari membakan buku dengan sampul ngunkan otakku, yang dihiasi dengan tulisan “Tuhan aku mencari sajak dalam Secangkir Kopi” oleh Den- lain, siapa tau kuny Siregar. Aku penasaran, tapi aku menemukan-Nya. tidak membacaranya, jujurnya aku tidak punya uang untuk membelinya saat itu. Dijalan pulang aku berpikir, sesampainya dirumah aku harus menyeduh kopi dalam sebuah cangkir. Lalu, mengapa kubuat Tak berapa kopi tersebut? aku tidak sebodoh itu jika nantinya aku akan mencari lama kemudian ketemuTuhan dalam secangkir kopi. Aku kan pula “Sajak Kecil hanya akan meminumnya, sembari tentang Cinta”, iya mencari apa yang dikatakan para ditulis oleh Saparno. penulis tentang Tuhan, karena aku di Djoko Damo“Mencintai-Mu haentah kenapa ingin mencarinya. rus menjadi aku” tulisAku menemukan sajak dari nya diakhir sajak itu. Aku semakin seorang penyair yang aku idolakan. bingung dibuatnya, mencintai TuGus Mus berkata dalam sajaknya han harus menjadi aku. MemangYa Rasulallah, bahwa “tiada Tuhan nya selama ini siapakah aku? selain Allah dan Engkau ya Rasul Apakah aku belum menjadi aku?

Tuhan dalam

K

12


Prolog Project 5 Bukankan aku adalah aku? Aku berpikir, namun sungguh terlalu rumit atau mungkin memang aku tak mampu mengolahnya. Kuputuskan untuk mencari sajak yang lain untuk menemukan-Nya dalam goresan mereka. Kemudian kutemukan pula puisi oleh Taufiq Ismail yang berjudul “Dengan Puisi Aku”. Beliau menuliskan bahwa “ D e ngan puisi aku berdoa”. Apakah aku harus merakit kata dengan berbagai majas, mengungkapkan permintaanku dengan rima yang merdu kala aku berdoa? Namun kujawab kembali, tentu tidak. Bukan itu maksud dari baris itu, bukan itu jawabku tanpa memberikan alasan. Kenapa aku berkata bukan seperti itu mak-

nanya? Ya, karena bukan seperti itu yang kupercayai. Namun pastinya kucari lagi sajak-sajak yang lain tanpa merasa jenuh. “Hatiku terang menerima kata-Mu, bagai bintang memasang lilin-Nya”, ujar Amir Hamzah dalam puisinya Doa. Dia mengatakan bahwa hatinya terang menerima kata-kata-Nya. Kenapa aku malah melanggarnya? Satu persatu kata-kata-Nya telah kutiadakan dan kulanggar. Perintah-Nya pun kuhiraukan. Apakah aku masih hamba? Yah aku masih hamba, jawabku tanpa suara, namun aku hamba yang tidak taat. Kenapa aku katakan aku masih hamba? Karena aku percaya pada-Nya. Aku mulai memahami-Nya, namun tetap kucari goresan tentang Dia. “Tuhan telah menegurmu dengan cukup menahan kesabaran, lewat gempa bumi yang berguncang, deru angin yang meraung kencang, hujan dan banjir yang melintang pukang. Adakah kau dengar?”, seru Apip Mustofa dalam 13


sajaknya yang berjudul Tuhan Telah Menegurmu. Kuingat kembali sajak Doa. Iya seharusnya hati kami harus terang menerima kata-Nya, namun kami seakan tuli sehingga Tuhan menegur. Dia coba cara yang sopan sampai dengan bencana alam, namun apakah aku dan mereka mendengar? Sepertinya tidak, atau mungkin aku mendengar, namun seperti kataku diatas aku malah melanggar? Mungkin inikah yang dimaksud dengan memujinya harus menjadi aku, iya aku ciptaan-Nya yang harus mendengar perintah-Nya. Bukan aku yang menghiraukan teguran-Nya. Kupastikan itu jawabnya kali ini. Semakin aku tertarik akan jawaban yang diberikan sajak-sajak ini dan aku mulai mencari kembali.

ingin meningkatkan pengabdian kepada Allah. Tuhan aku cinta pada Mu�, tulisnya diakhir sajak itu. Aku meneteskan air yang kuduga itu adalah air mata. Tuhan aku cinta pada Mu, mungkin ini juga lah aku. Aku yang dimaksud Sapardi Djoko Damono dalam sajaknya yang berjudul Sajak Kecil Tentang Cinta. Ternyata aku bukanlah aku jika aku tidak mencintai Tuhanku. Bagaimana mungkin aku adalah aku jika aku menutup telingaku untuk teguran-Nya. Aku mulai berpikir, apakah aku memang sudah menjadi aku? Apakah dia sudah menjadi dia? Apakah mereka sudah menjadi mereka?

Rumah Sakit Mitra Keluarga, beliau menggerakkan tangannya untuk menuliskan baris demi baris puisi Tuhan, aku cinta pada-Mu. “Aku ingin kembali pada jalan alam. Aku

napa banyak kesenjangan diantara kami? Karena kami belum mejadi kami. Karena kupastikan Tuhan adalah Maha Kasih, dan kami belum menjadi pengasih. Kami malah

Kututup pencarianku ini, dan kumulai mengambil kesimpulanku. Apa yang kutulis mungkin Aku menemukan pula puisi salah atau benar, namun aku percaW.S. Rendra, iya puisi yang ditulis- ya itu saja. Kutulis kesimpulan itu nya sebagai sajak terakhirnya. Di dengan menggoreskan bahwa ke-

14


Prolog Project 5 membenci satu sama lain atas dasar perbedaan, ahhh memang manusia. Kulanjut kembali kesimpulanku dengan menuliskan pertanyaan berikutnya. Kenapa banyak sekali perpecahan karena perbedaan? Karena kami tidak mendengarkan teguran-Nya. Tuhan telah Menegurmu, adakah kau dengar? Jawabnya tidak, aku belum mendengarnya, kami belum mendengarnya dengan hati kami. Jika kami mendengar teguranya maka damai beserta kami, cinta memenuhi kami, tapi nyatanya benci masih menguasai. Sampai pada intinya kutulis dengan tebal bahwa aku cinta pada-Nya. Aku cinta Pada-Nya karena aku cinta pada-Nya dan tidak ada alasan lain. Kuselesaikan pula pencarian tentang Dia dalam tulisan-tulisan mereka, bukan karena aku jenuh namun karena kala itu tinta pulpenku sudah habis, dan begitu pula lembaran kertasku. Evasolina Lubis

15


Orang Indonesia diantara penduduk Moskow Sebelum membaca tulisan saya yang lumayan panjang ini, saya sarankan Anda untuk mendengar lagu Michael Jackson – Stranger in Moscow. Lagu tersebut akan membuat cerita ini semakin hidup.

P

erkenalkan, saya Petty Waine, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) yang sedang magang di KBRI Moscow. Penampilan fisik saya seperti layaknya inter-racial children yang mana saya berasal dari keturunan Papua dan Jawa. Namun, banyak orang yang mngira saya berdarah Maluku. Selama saya berpergian ke beberapa negara, wajah saya begitu fit-in untuk menarik tebakan dari mana saya berasal. Hingga kini, saya telah mengantongi beberapa kewarganegaraan dari tebakan mereka. Mulai dari warga negara India, Brazil, Spanyol, hingga Amerika. Percayalah, orang-orang yang me-

cuali, kata-kata yang biasa digunakan untuk membeli dan menawar harga. Bagi saya, Rusia adalah negara yang dingin dan kaku, baik dalam arti secara harafiah maupun metafora. Harus saya akui bahwa media dunia sangat mengacu pada negara-negara adidaya yang mana sering kali memojokkan Rusia. Banyak media yang memandang Rusia dengan citra yang buruk. Padahal, masyarakat tersebut belum tentu telah merasakan hidup di Rusia. Trust me, It’s almost nothing like that. Kenapa saya bilang nyaris tidak sama seperti itu? karena beberapa hal positif yang dikatakan mengenai keindahan Rusia adalah

nebak itu hanya asal bunyi. Saya benar. Meski kita tahu, tidak begitu fasih berbahasa jawa dan Indonesia banyak yang mengekspos hal terdan belum bisa Bahasa Rusia. Ke- sebut. 16


Prolog Project 5 Bulan Pertama Saya sangat beruntung karena kepergian saya ke Moskow ini ditemani oleh sahabat yang sudah lebih dari 1 dekade berteman dengan saya. Kebetulan, kami berdua selalu di sekolah yang sama. Dia sudah seperti saudara bagi saya. Pada hari pertama kedatangan saya di Moscow, saya menetap di Hotel yang cukup dekat dengan pusat kota. Tinggal di hotel itu pun karena saya datang 1 hari lebih awal dari jadwal booking seharusnya. Itu memang murni keteledoran kami. Saat pindah ke hostel yang lebih murah, kami tidak menggunakan taxi atau transportasi lainnya karena melalui aplikasi Google Maps hanya 10 menit jalan kaki.

Menjadi orang asing di Metro Station Moskow

Saat menuju hostel, tiba-tiba ada seorang bapak-bapak dengan tubuh lumayan kekar yang melihat wajah-wajah asing (dan kebingungan) kami di jalan dan seketika bertanya dalam bahasa Rusia (dan bahkan saya ngeh aja enggak). Cuma, kata “Metro� yang saya tangkap saat itu, dia menawarkan bantuan kepada kami untuk mencari alamat hostel tersebut. Dia benar-benar membantu kami Itu adalah pilihan yang busampai ke hostel dan mengangruk karena saya membawa 2 koper kat koper-koper kami yang segesebagai amunisi baju magang selade gaban. Lalu, dia cuma bilang, ma 2 bulan. Kami hanya mengan“Paka-Paka� yang artinya selamat dalkan GoogleMaps untuk menuju tinggal dalam Bahasa Rusia. Saya hostel yang telah di-booking. Ya, sangat tidak menyangka ada orang cukup nekat memang datang ke Russia yang sebaik itu, walau kami Rusia dan dengan persiapan bahasa orang asing yang saling tidak meyang sangat minim. 17


ngenal satu sama lain. Seminggu setelah saya tiba di Moskow, saya selalu mendapat “the stare” kemana pun kami berpergian. Dan jujur karena bukan hal yang lumrah bagi warga Rusia untuk menaruh sedikit saja senyum pada wajah mereka. Itu membuat saya merasa sangat aneh dan tidak nyaman. Banyak opini yang saya dapatkan dari beberapa teman yang saya temui mengenai hal tersebut.

different. Well, we don’t usually see people from outside Russia” – Muslima, Receptionist dari Hostel tempat saya tinggal dan berasal dari Tajikistan.

Dari semua opini yang saya dapat, saya tidak bisa menyimpulkannya. Jujur saja, setelah saya mengobrol secara langsung dengan beberapa kawan asal Russia yang fasih berbahasa Inggris dan Indonesia. Saya bisa bilang, pukul rata “Cuma karena mereka ngga itu tidak selalu adil. Sama halnya senyum ke kamu bukan berarti dengan mengeneralisasikan suatu mereka males lihat kamu kan? populasi karena 1 individu. Dari hal ini, saya belaBukan hal yang biasa bagi orang Rusia untuk memperlihatkan jar begitu banyak kebudayaan di senyum di muka umum.” – Mas dunia. Setiap regional memiliki Ardy, Mahasiswa asal Indonesia perbedaan sudut pandangnya masing-masing, sama halnya dengan di Rusia perbedaan karakter tiap individu di “I just always wonder why pebumi ini. ople in here never smile like staBulan Kedua tue in Madam Tussaud. And by Lama-kelamaan, hal yang the way, Do you know that Russians sometimes pretty racist for saya sebut sebagai “The Stare” people with darker skin?” – Ms. sudah tidak lagi saya rasakan. Mungkin ini rasanya saat kita sudah merasa menyatu dengan suatu “Maybe because you are very masyarakat, meski tidak berasal X dari belanda

18


Prolog Project 5 dari tempat tersebut akhirnya saya beadaptasi juga. Saya juga berasumsi bulan lalu, mungkin saya yang terlalu perasa dan berprasangka. Saya kira akan jarang sekali menemukan orang yang Pemandangan dari tersenyum dan Gorky Park tertawa di jalanan disini, walau terkadang saya juga melihat orang-orang disini terlihat bahagia saat bercengkrama. Memang jarang menemui Muscovite1 yang fasih berbahasa Inggris. Pengalaman saya mengoborol dengan beberapa orang Russia yang dapat berbicara bahasa inggris, mereka cukup ramah dan asik. Saya menemukan dibalik wa-

�Orang Rusia itu kalau belum kenal memang kaku banget mukanya. Tapi kalau sudah kenal, kamu bakalan diundang ke rumahnya dan disuguhi makanan sebanyak-banyaknya sampai enggak kuat makan lagi� – statement of my Indonesian and Russian friends. And it is true!

Ada hal lain dan menarik jah kakunya, sebenarnya ada faktor yang saya temukan mengenai somalu untuk memulai pembicaraan. ciety disini. Seperti film Mission Mungkin kendala perbedaan baha- Impossible: Ghost Protocol, mengsa juga salah satunya. ambil scene dimana terjadi tembak-menembak di Moscow. Just 1

sebutan bagi penduduk Moskow

19


lainnya, seperti yang beberapa kali saya baca terjadi di busway Jakarta. Tapi di Moscow, mau pergi dengan pakaian terbuka jam 12 dan pulang jalan kaki pun akan tetap aman-aman saja. Itu yang saya salut kan dari Muscovite. Cara berpakaian penduduk Moskow, sepengamatan saya mereka menyukai pakaian yang loose to be honest, saya mengharapkan dan tanpa motif sebagai pakaian itu terjadi dalam periode magang sehari-hari (untuk wanita). Suit saya karena pastinya itu akan menand Tie, sepertinya kebanyakan jadi cerita yang seru tapi juga agak jahat sih kalau saya mengharapkan itu. Sudut kota Moscow

Tidak Ada yang Namanya Tembak-Tembakan Ala Gangster di Moscow. Negara ini sangat aman bagi kaum wanita. Banyak perempuan dengan pakaian terbuka pada siang atau malam hari. Jika itu di Indonesia, “semua mata tertuju padamu� ya memang akan terjadi seperti itu atau paling minimal disiulin dan catcalling sama tukang parkir atau tukang becak. Terparah, mungkin sexual harassment 20

Gereja Orthodox di Kremlin, Moscow


Prolog Project 5 pria Moscovite yang saya temui selalu terlihat rapi dan klimis pada hari kerja. Sementara, muda mudi di Moskow lebih banyak yang mengenakan baju kaos serta kerap kali menggunakan skateboard atau scooter supaya lebih mobile. Sebagian besar masyarakat Moskow beragama Orthodox. Saya bingung menyebutnya apakah itu Catholic Orthodox atau Christian Orthodox, tapi spesifiknya Orthodox. Saya sering berdoa di gereja Orthodox meski saya Catholic Roma. Dalam gereja orthodox mewajibkan perempuan untuk menggunakan tutup kepal saat berdoa, dan itu pun tertulis dalam Bible. Jika anda masuk ke Gereja Orthodox, anda juga akan yakin bahwa warga Rusia memiliki selera seni yang bagus. Hal itu tampak melalui kekhasan warna emas dalam setiap dekorasinya Banyak nilai-nilai kehidupan yang saya dapatkan selama di Moscow. Semoga tulisan saya bisa menginspirasi teman-teman. :) 21


Ksatria Mural

C

hrĂłma, sebuah kota kecil yang bisa dikatakan penuh sesak dan tidak ada ruang kosong selain langit di atasnya. Alasan kota ini sesak bukanlah karena terlalu banyak penduduk yang tinggal, melainkan buruknya budaya vandal di kalangan anak muda. Dari siswa sekolah menengah hingga mahasiswa, semua turut berperan dalam merusak pemandangan kota. Co-

retan-coretan dan penempelan poster berlebih oleh para pemuda di sembarang tempat telah meruwetkan pikiran warga yang sudah pusing dengan kehidupannya. Bagaimana tidak? Sangat tidak menyenangkan apabila ada seseorang sedang memikirkan besok anak makan apa, ketika berjalan di trotoar yang dinding-dinding sekitarnya dipenuhi dengan sampah-sampah visual? Berbeda dengan anak muda lainnya, Suli justru mempercantik kota. Bersama dengan komunitasnya, dia memberikan dinding-dinding jalanan sentuhan seni yang luar biasa. Gambar-gambar yang


Prolog Project 5 dibuat dengan cat semprot itu memiliki makna yang mendalam tentang lingkungan dan kehidupan bermasyarakat. Suatu ketika diangkatlah Walikota ChrĂłma yang baru, Ramda Ealij, dimana salah satu program unggulan yang ditawarkannya ialah menjadikan sampah-sampah visual lenyap dan budaya vandalisme hilang. Setelah diangkat, Ealij mulai membuat kebijakan-kebijakan baru. Harga kertas untuk mencetak poster dimahalkan dan stok alat tulis yang biasa digunakan untuk mencorat-coret diganti dengan alat yang lebih ramah lingkungan. Tidak hanya itu, kebijakan yang lebih menggemparkan selanjutnya adalah peraturan mencat dinding luar rumah penduduk dan kantor-kantor dengan cat yang lebih tahan lama dan harganya lebih tinggi dari biasanya. Warnanya pun terbatas, hanya abu-abu dan putih. Jika aturan itu dilanggar, denda yang harus dibayarkan sangatlah mahal.

Hal ini jelas membuat Suli dan komunitasnya tidak bisa berkreasi. Terlebih lagi stok cat semprot semakin berkurang, sehingga membuat mereka harus memutar otak. Tak sedikit yang kemudian keluar karena merasa akan bubar dengan sendirinya. Hingga pada akhirnya, komunitas lukis mural ini beralih menjadi sebuah komunitas menggambar biasa. Enam bulan setelah kebijakan Ealij dijalankan, memang benar keadaan kota terlihat lebih bersih dan lapang, tetapi karena warnanya hanya putih dan abu-abu jadi terkesan monoton. Dinding luar taman kanak-kanak misalnya, kesan ceria yang biasanya terlihat pada dinding luar hilang ditutupi warna abu-abu. Warna dinding yang suram telah membuat anak-anak jadi malas bermain dan jiwanya terlalu tertekan mengikuti pelajaran. Melihat keadaanya yang seperti itu, ibu kepala sekolah mencoba meminta tolong kepada Suli dan komunitasnya. Suli sebenarnya menolak karena takut akan 23


kena sanksi waikota tetapi karena ibu itu memohon dan memperlihatkan keadaan anak-anak di sana, tergerak hati Suli untuk menolongnya. Suli pun mencoba mengajak teman-temannya.

sik satu sama lain.

“Begini Suli, saat ini kita tahu kalau kota ini ada aturan anti vandalisme, kamu tidak mau kan kalau kita dikenakan denda yang sedemikian besarnya itu?” jawab Saat itu hujan gerimis pada salah satu teman Suli. Selasa sore di sebuah rumah yang “Masalahnya, hal itu sudah dijadikannya tempat berkumpul aku sanggupi kawan-kawan. Coba setiap minggu, Suli mencoba memkalian pikir, ketika kita sedang berbujuk teman-temannya. Suasanasekolah di taman kanak-kanak, apa nya tenang karena mereka sedang kalian senang ketika saat bermain asyik menggambar sambil duduk melihat warna-warna suram yang lesehan dengan formasi lingkaran. monoton? Bagaimana taman ka“Teman-teman, mohon nak-kanak itu bisa disebut taman maaf mengganggu sebentar, bisa kanak-kanak kalau anak-anak yang minta waktu kalian?” teman-teman ada di sana tidak senang bermain Suli mengangkat pensil yang se- di sana? dang digoreskan pada kertas semSemua terdiam dan ada bari mata mereka melihat ke arah yang berdiri. Suli. “Maaf Suli, setelah apa “Saya tahu teman-teman yang kita hadapi belakangan ini, akan kaget, akan tetapi maukah kaaku pahami kalau komunitas ini lian membantuku untuk menghias akan mati. Sekalipun kita meladinding taman kanak-kanak di dewan, apa daya kita kalau bukan pan komplek ini?” tanya Suli. seorang yang berarti? Aturan itu Mereka terkejut dan berbi- sudah yang terbaik untuk kota ini. 24


Prolog Project 5

Kalau kita ubah pasti akan kembali lagi seperti dulu.� kemudian dia mengemasi barangnya lalu keluar. Semua menyusul kecuali Suli dan akhirnya Suli menyadari bahwa dia sendiri yang akan melakukannya.

keluar dan menegur mereka. Setelah diketahui bahwa telah melanggar aturan, ibu itu diminta untuk membayar denda. Tetapi dia menolak karena alasan anak-anaknya yang sudah kelewat depresi, sehingga tidak bisa bermain dengan Keesokan harinya, Suli semestinya karena warna dinding sudah siap dengan cat kaleng dan yang suram. kuas besarnya. Pertama-tama dia memblok dinding dengan warna “Kalaupun kamu mau biru langit, kemudian memberi menggungat saya, coba tanyawarna dasar yang kemudian diberi kan kepada orang yang gradasi warna yang apik. Seteleh menghias dinding selesai, anak-anak yang melihat i n i , apa dia juga mau hasil karya Suli merasa sangat ba- diperlakukan hagia. Dengan begitu, mereka bisa bermain seperti sedia kala. Kebahagiaan itu ternyata membuat masalah besar. Salah satu orang yang berada di sana waktu itu melaporkan kepada polisi bahwa taman kanak-kanak itu diwarnai warna lain selain warna yang ditentukan. Saat itu anak-anak yang sedang bermain berlari ketakutan karena aparat mengecat paksa dinding luar sekolah mereka. Ibu kepala sekolah segera

begini!� Singkat cerita, polisi datang ke rumah Suli dan menjelaskan apa yang telah terjadi di taman kanak-kanak itu. Ketika Suli diharuskan untuk membayar denda, dia tidak mau dan secara tegas menentang kebijakan walikota. Suli mencoba menulis surat pengaduan 25


kepada Ealij supaya hobinya yang selama ini mati karena kebijakan walikota bisa dikecualikan. Surat itu kemudian dibaca oleh Ealij dan meminta agar Suli datang menemuinya. Setelah surat diterima Suli, langsunglah dia bergegas pergi ke balaikota. Di sana dia menemui Ealij dan tetap bersikap sopan walaupun emosinya sedang meluap. Ketika Suli menjelaskan bagaimana komunitasnya menghadapi kebijakan walikota dan akhirnya selesai, dia sangat meminta Ealij untuk mengevaluasi aturannya itu. Karena pasti setelah ditetapkannya suatu hal pasti ada dampak yang baik maupun buruk yang mengikutinya. “Apa saranmu untuk kebijakan saya itu?” tanya Ealij. “Saya meminta bahwa sekiranya warna-warna dinding rumah penduduk kembali bervariasi lagi, kemudian buatlah komunitas seperti kami ini lebih berguna.” 26

Tak lama setelah pertemuan itu, keluarlah kebijakan baru untuk memperbaharui yang lama. Kebijakan dimana penduduk dan instansi kembali bebas mewarnai dinding luar mereka dan akhirnya komunitas lukis mural Suli bisa hidup kembali. Di sini, komunitas-komunitas mural diberikan sertifikasi khusus agar ketika pemerintah ataupun instansi meminta untuk menghias mural tinggal memanggil mereka.dan hanya komunitas yang bisa mengakses alat-alat lukis dengan harga murah. Hebatnya setiap setahun sekali, mulai digelar festival mural, sehingga Kota Chróma menjadi lebih berwarna tanpa adanya sampah visual. Semua keberhasilan ini merupakan perjuangan Suli yang dengan berani menjadi seorang “Ksatria Mural” untuk kota yanag dicintaiya. Ade Wulan Fitriana


Prolog Project 5

@mahkamahnews

KAMI HADIR LEBIH DEKAT

Kini BPPM MAHKAMAH FH UGM hadir di LINE! Add official account kami untuk mendapat update mengenai produk terbaru MAHKAMAH di line kalian, ya!

27


Lucky Lucky

K

isah ini bermula di sebuah rumah sederhana yang dihuni oleh dua binatang piaraan, ikan koi betina dan kucing persia jantan. Mereka adalah binatang peliharaan Nyonya Sukemi. Mereka diberi nama Lucky dan Felix. Suatu hari, saat mereka sedang bercengkerama, Lucky menyeletuk, “Felix, suatu hari nanti aku ingin menikah denganmu,” Felix, yang sedang bermain bola plastik milik cucu Nyonya Sukemi itu terkejut. “Apa aku tidak salah dengar?” tanyanya. “Tidak. Aku kira kita akan menjadi pasangan yang amat serasi,” kata Lucky santai sambil 28

meliuk-liukkan tubuhnya diantara rumput laut imitasi. “Hahaha, Lucky yang manis, kau lucu sekali. Bagaimana mungkin kau menyebut kita serasi, padahal spesies kita berbeda,” kata Felix. “Lalu kenapa memangnya?” tanya Lucky polos. “Kita tidak akan punya anak,” jawab Felix pendek. Ia tahu betul bahwa makhluk hidup yang berbeda spesies tidak akan bisa memiliki keturunan. Kebiasaannya menemani Nyonya Sukemi menonton National Geographic Channel ternyata memberi dampak positif baginya. “Tapi kukira kau mencintaiku,” kata Lucky. “Ya, aku mencintaimu. Tetapi aku akan kawin dengan Cheri.”


Prolog Project 5 Cheri adalah kucing anggora jelita yang tinggal di rumah sebelah Nyonya Sukemi. Pemiliknya adalah seorang profesor tua yang rajin. Felix senang bermain bersama Cheri. Selain cantik, kucing berbulu cokelat itu adalah pemain bola yang handal. Cheri telah mengajarinya teknik-teknik bermain bola plastik. Namun, Felix tidak memiliki perasaan yang lebih dari sekadar teman kepada Cheri. Lucky dan Felix merupakan sebuah kecelakaan. Pertemuan awal mereka tidak bisa dibilang manis, lebih kepada menyedihkan. Walaupun, Lucky berkali-kali mengatakan bahwa kejadian itu amat romantis. Sebelum ada seekor ikan koi betina genit, kucing persia jantan itu adalah satu-satunya hewan peliharaan di rumah Nyonya Sukemi. Karena itu, Felix sangat disayang oleh Nyonya Sukemi dan keluarganya. Felix dibelikan banyak mainan dan makanan-makanan yang lezat. Bahkan, dia menempati

kamar tersendiri seluas 2x1 meter persegi. Semenjak itulah, ia diberi nama Felix, yang berarti ‘beruntung’. Kenyataannya memang dialah kucing paling beruntung di antara kucing-kucing lain yang tinggal di kampung Nyonya Sukemi. Tragedi itu datang ketika tiba-tiba Lisa, salah satu cucu Nyonya Sukemi yang baru berusia tujuh tahun menginginkan binatang piaraan baru, yakni seekor ikan. Keesokan harinya, seekor ikan koi betina berenang-renang dalam sebuah akuarium bulat di sudut ruang tamu Nyonya Sukemi. Suatu ketika, Lucky sedang berenang dalam arus air yang dihasilkan oleh alat aerator, tiba-tiba ada seekor kucing persia jantan berlari kearahnya. Seketika itu 29


pula ia berenang mondar-mandir ketakutan dan berusaha bersembunyi. Sial, akuarium itu hanya berisi sebatang rumput laut imitasi yang untuk melindungi ekornya saja tidak bisa. Kucing beringas itu semakin mendekatinya dan dalam hitungan detik, ia melompat dan menjatuhkan akuarium itu. Pecahnya akuarium itu sudah pasti tidak dapat terhindarkan dan itulah akhir hidup bagi ikan kecil yang ada di dalamnya. Tubuh ikan itu menggelepar di lantai. Si Kucing segera mendekatinya dan berkata, “Mampus, kau! Sekarang takkan ada lagi yang menyaingiku di sini.” Lucky merasakan dirinya bergetar. Mulutnya mengatup dan membuka secara terus menerus mencari udara. Ia merasa telanjang. Tubuhnya tak terbiasa tereks-

tanya putus asa. “’Jangan makan aku’, eh?” balas Felix. “Tak tahukah kau, tubuhmu itu terlihat sangat menggairahkan di mata kami bangsa kucing?” dengan cepat, Felix mendekatkan mulutnya untuk menyantap ikan itu. “Berhenti!” teriak Lucky. Kucing itu seketika berhenti. “Kau akan dimarahi oleh Nyonya Sukemi karena memakanku. Tak bisakah kita berteman?” kata Lucky sambil tersedak. “Namun pertama-tama, aku butuh air,” sambungnya. Si Kucing tampak berpikir sejenak dan kemudian menggigit ikan itu tanpa ragu. Lucky pun berteriak sejadi-jadinya, tetapi tak lama kemudian tubuhnya terasa

diceburkan ke suatu kolam. Ia berusaha menyeimbangkan tubuhnya “Hai, Kucing! Aku tidak berdi air itu dan menyadari bahwa maksud untuk merebut perhakucing itu membawanya ke bak tian Nyonya Sukemi darimu. mandi. Lucky tak bisa menahan Tolong, jangan makan aku!” ka-

pos udara langsung seperti ini.

30


Prolog Project 5 kegembiraannya. Kegembiraan itu bukan disebabkan karena ia menemukan kembali habitatnya, melainkan kenyataan bahwa kucing itu diam-diam peduli padanya. Semenjak kejadian itulah, Lucky dan Felix bersahabat.

“Lalu, memangnya kenapa kalau Lisa pergi? Aku justru beruntung kalau dia pergi. Aku benci ketika tubuhku dibelai oleh tangannya yang kasar,” kata Felix acuh tak acuh.

Lucky berhenti sejenak. Ia *** tidak tahu apakah dia akan memberitahukan hal ini kepada Felix, Keesokan harinya, seperti atau besok saja ia mengatakannya. biasa Lucky dan Felix bercengkeSetelah melalui berbagai pertimrama di ruang tamu. Felix menyanbangan, ia berkata, “Aku akan perdarkan tubuhnya di sofa dan Lucky gi juga dengannya.” dengan lincahnya berenang-renang dalam akuarium sempit itu. Felix melompat berdiri. “Apa? Kau ikut dengannya? Lelucon “Felix, apa kau sudah dengar macam apa ini? Tak bisakah kau kabar itu?” tanya Lucky tibatinggal?” Otak Felix kini dipe-tiba saat Felix sedang asyik nuhi beribu-ribu pertanyaan. menonton reality show di sebuPerkataan Lucky baru saja meah stasiun tv swasta. nyambarnya seperti halilintar di “Kabar apa?” Felix balik bersiang bolong. tanya. Pandangannya tetap tak “Tenang, Felix. Aku sudah lepas dari televisi. mempunyai rencana untuk itu. “Besok pagi, cucu Nyonya SuAku tentu saja ingin tetap tingkemi mau pergi ke tempat yang gal denganmu,” ujar Lucky berjauh dari sini,” jawab Lucky. Ia usaha menenangkan Felix. dalam hati heran, kenapa Felix “Lalu, apa rencanamu?” Felix begitu pendiam hari ini. 31


bertanya menantang.

bisa tenang di dalam akuariumnya. Sudah berulang kali dia akan me“Aku akan melompat dari sini,” lompat, tapi batal ia lakukan. Bejawab Lucky sekenanya. naknya dibayangi kata-kata Felix “Apa kau sudah gila?” Felix siang tadi. tidak bisa menahan amarahApa kau gila? nya mendengar jawaban Lucky yang tak masuk akal itu. “Kau Kau akan mati, Lu. Demi Tuakan mati, Lu. Demi Tuhan!” han! “Aku tahu. Tapi yang terpenting Ia menatap Felix yang terkita akan selalu bersama.” tidur di sofa. Lucky senang melihat Felix tertidur. Menurutnya, itu Felix dibuat bingung oleh adalah pemandangan paling menejalan pikiran ikan kecil polos itu. nangkan di dunia ini. Lucky jelas Dalam hati ia ingin membelah ketidak tahu apa yang harus dia lapala ikan itu untuk mempelajari kukan agar tidak berpisah dengan struktur otaknya. kucing kesayangannya itu. “Aku tidak akan mengizinkanLogikanya membenarkan mu melakukan itu, Lucky.” perkataan Felix. Kalau dia melom“Lalu apakah kau punya renca- pat ke luar, tentu saja ia akan mati. na lainnya, Kucing Pintar?” tan- Persetan dengan logika, pikir Luctang Lucky. ky. Felix diam saja. Isi kepalanya masih berusaha mencerna kata-kata Lucky.

Dengan

memberanikan

diri, Lucky mengambil ancang-ancang untuk melompat. Ia sudah yakin betul bahwa tindakan ini *** adalah yang paling tepat. Lucky Malam harinya, Lucky tak sungguh ingin bersama Felix. Ia

32


Prolog Project 5 menghitung mundur, lima, empat, Keesokan paginya, Lisa tiga, dua, .... menangis mendapati akuarium itu kosong, hanya menyisakan air dan Detik berikutnya, yang tanaman sintetis itu. Tepat di baia rasakan hanyalah kepuasan. Ia wahnya, bangkai ikan koi kecil termerasa puas karena telah mengigeletak pasrah. Hari itu bukanlah kuti apa kata hatinya. Lucky juga hari keberuntungan Lisa. senang bukan kepalang karena sebentar lagi dia akan hidup bersama *** Felix. Keesokan harinya.. Tubuhnya terjatuh dengan “Kau harus mengakuinya,” kata keras membentur lantai. Lucky tesebuah suara. rus menggelepar. Rasa senangnya “Mengakui apa?” jawab suara lenyap seketika dan berubah menyang lain. jadi rasa takut menyadari bahwa sebentar lagi ia akan mati. Tapi bukankah itu yang aku inginkan? Felix terbangun dan dengan cepat ia melompat mendekati tubuh Lucky yang menggelepar dengan lemas. “Lucky!!” teriaknya. Tubuh

Lucky

berhenti

menggelepar. Insangnya pun mengatup. Matanya menerawang kosong. Felix tahu semuanya sudah terlambat. Lucky sudah mati.

“Aku lebih pintar darimu.” Kucing itu kebingungan. Bagaimana bisa? “Kita tidak mungkin bersama jika aku tak melakukannya.” “Baik, aku mengakuinya. Kau memang lebih pintar dariku, Lucky sayang.” Lucky tersenyum. “Aku mencintaimu, Felix.” Tata Wardhani

33


Disatukan untuk Berpisah

K

riing.. kriing..kriing. Suara alarm jam ku berbunyi. Dengan mata yang masih setengah tertutup, aku bangun dan beranjak menuju ke kamar kecil. Saat itu masih pukul lima pagi. Air yang dingin membuat mataku terbelalak. Aku pun berjalan menuju ke dapur yang berada di lantai bawah. Kamar mamaku berada di dekat tangga, kulihat lampunya belum menyala, mungkin ia masih tidur. Kuambil segelas air dan tiba-tiba aku teringat pada sebuah peristiwa yang menimpa diriku.

itulah aku dan kedua saudaraku berbeda keyakinan juga. Aku ikut mama, sedangkan kedua saudaraku ikut ayah. Walau kami berbeda, namun kasih sayang mereka tetap sama. Kami bertiga tidak dibeda-bedakan.

bin, mereka tinggal bersama ayah dan aku bersama mama. Orang tua kami berbeda keyakinan, maka

“Mau masak apa hari ini?”, tanya mamaku. “ Aku pengen makanan yang berkuah, Ma.”

Ingin rasanya aku kembali pada masa-masa dimana keluarga kami masih lengkap, masih bersama tinggal disatu atap. Bercanda dan tertawa bersama, menonton

acara tv kesukaan kami, makan keluarga. Namun kini sudah berbeda, kejadian semacam itu tidak akan Aku hidup dalam keluarga terulang lagi. yang tak lengkap lagi. Ayah dan “Alika, kamu udah bangun?”, mamaku sudah setahun berpisah. tanya mama kepada ku, sontak Aku memiliki 2 orang saudara. aku tersadar dari lamunanku. Saudara kembar perempuanku “Iya Ma.”, jawabku singkat. Alissa dan adik laki-lakiku Ro-

34


Prolog Project 5 Aku dan mamaku memang sering memasak bersama. Memasak merupakan hobi mamaku, mungkin itu salah satu cara agar mama melupakan sejenak semua masalah yang dihadapinya. Tak jarang kami jalan-jalan berdua, shoping, makan, hingga traveling berdua. Jika sedang malas keluar rumah, kami biasanya menonton film bersama sambil memakan popcorn yang aku buat sendiri. Akhir-akhir ini, aku jarang bertemu dengan ayah dan adikku. Aku sedang sibuk mempersiapkan untuk ujian sekolah, karena beberapa bulan lagi aku akan masuk kuliah ditambah lagi rumah ayah dan mamah jaraknya cukup jauh. Untunglah aku dan saudara kembarku masih satu sekolah. Di sekolah kami selalu bersama. Bermain bersama, berbincang-bincang, melepas rasa rindu, dan saling memberi

lan cepat. Sudah 3 tahun semenjak ayah dan mama berpisah. Kami semua sudah bahagia dengan jalan kehidupan masing-masing. Aku dan mamaku kini tinggal di Bandung. Aku kuliah di perguruan tinggi ternama di Bandung sedangkan Alissa kuliah di Dubai. Dia begitu cantik dengan balutan kain dikepalanya. Iya, Alissa kini berhijab, rupanya ia sudah berhijrah. Aku tetap seperti apa adanya diriku. Perbedaannya mungkin kini aku sudah terawat dan mengenal yang namanya make up. Ayah dan Robin masih tinggal di Jakarta. Sudah lama aku tidak bertemu mereka. Hanya sesekali aku menelepon ayah. Pukul sebelas malam ponselku berbunyi. Rupanya ayah yang menelepon. Kudengar ada suara orang berbincang-bincang dan menyebut-nyebut soal kantor po-

kabar mengenai keadaan rumah lisi. Apa yang sebenarnya terjadi. masing-masing. Mengapa ayah berada di kantor polisi. Pikiranku mulai berkecamuk. 2 tahun kemudian‌ “Halo, Alika.â€?, kata ayah. Tidak terasa waktu berja35


“Iya, ada apa Yah, malam- ayah apa yang sebenarnya terjadi. -malam begini menelepon?”, “Ayah, apa yang sebenartanyaku ungin tahu. nya terjadi? Mengapa ayah berada “Alika dengar ayah baik-baik. di kantor polisi? Apa Robin sudah Tolong kamu segera ke Jakarta tahu jika ayah disini?”, tanyaku sekarang ya nak. Ayah sedang tanpa henti. Ayah menghela nafas. berada di kantor polisi. Jangan Lalu ia duduk dibangku yang ada di bilang ke mamamu kalau ayah samping kami. Aku pun duduk sedang di kantor polisi. Hati- disamping ayah. -hati di jalan.”, terocos ayah Ayah mutanpa dapat aku sela. Ia pun lai meminta langsung menutup teleponnya. maaf kepadaku bahwa dia gagal Apa yang sebenarnya termenjadi seorang jadi. Bagaimana aku izin kepada ayah. Dia gagal mama. Aku pun langsung menemempertahankan mui mama. Aku berkata bahwa aku rumah tangganya, mau ke rumah teman, ada keperlukeluarganya, gaan mendadak dan harus menginap. gal mendidik Untunglah mama mengizinkan dan anaknya. Aku tidak curiga sama sekali. Aku langmasih penasara n sung tancap gas dan meninggalkan apa yang se- b e - narnya. rumah. Mendengar se- mua itu aku seSesampainya di kantor po- dih tanpa sadar air mataku terjatuh. lisi aku langsung menemui ayah. “Tidak ayah. Ayah adalah seKulihat ayah agak sedikit kesal. orang ayah yang hebat. Kami Aku berlari dan langsung memeluk semua sayang sama ayah. Ayah ayah. Kami terdiam sejenak. Kejangan berkata seperti itu.”, kamudian, aku mulai bertanya pada 36


Prolog Project 5 taku menenangkan ayah. “ Tidak! Ayah sudah gagal mendidik adikmu. Ayah sudah lalai mengawasi adikmu, sampai-sampai ayah kecolongan. Selama ini ayah tidak tahu bahwa adikmu sudah terjerumus oleh obat-obatan terlarang dan minum-minuman keras. Sekarang adikmu berada di rumah sakit. Dia kecelakaan karena habis minum-minum dan pakai narkoba.� H a tiku terasa di tusuk-tusuk. Aku masih tak percaya apa yang dikatakan oleh ayah. Kenapa adikku bisa berbuat seperti itu. Aku pikir selama ini dia baik-baik saja hidup dengan bahagia bersama ayah dan Alissa. Aku pun ikut merasa gagal menjadi seorang kakak. Aku mencoba menenang-

kan ayah lagi. Setelah agak mereda emosinya, ayah dan aku mengurus permasalahan dengan polisi lalu segera bergegas ke rumah sakit. Kami berjalan menuju ke bagian informasi untuk menanyakan ruang dimana adikku dirawat. Saat aku masuk ke ruang perawatan, tampak adikku berbaring tak sadarkan diri. Beberapa bagian tubuhnya diperban. Aku duduk di samping kasur tempat adikku terbaring, hingga aku tertidur. Keesokan harinya adikku siuman. Tampak dari raut wajahnya ingin mengungkapkan sesuatu. Air matanya pun menetes. Segera aku hapus air matanya itu. “ Robin, kamu kenapa seperti ini? Kalau ada masalah cerita sama kakak, kakak pasti akan mendengarkan kok. Jangan kamu pendam semua masalahmu sendiri.� Tiba-tiba dokter masuk dan ingin berbicara sebentar dengan ayah. Ayah pun mengajakku keluar. Dokter tersebut tampak tegang, 37


membuatku ikut tegang. “Sebelumnya kami meminta maaf kepada bapak. Jadi begini, setelah kami memeriksa kondisi anak bapak, ternyata ada sel kanker pada tubuh anak bapak. Anak bapak terkena kanker otak stadium akhir.� Duuaarr.. rasanya diriku seperti dihantam bom nuklir. Seketika tubuhku kaku dan terasa dingin. Aku tidak percaya dengan semua ini. Kenapa adikku yang harus menderita. Kenapa tidak aku saja yang menanggung semua ini. Aku pun langsung menelepon mama dan menceritakan semua ini pada mama. Mama sangat terpukul dengan semua ini. Tidak lama kemudian Alissa tiba di rumah sakit. Rupanya ayah sudah mengabari dirinya. Langsung aku menceritakan padanya bahwa Robin terkena kanker otak stadium akhir. Langsung suasana pecah dengan tangisan kami. Tidak berhenti-berhentinya kami bersedih. 38

Setelah kejadian yang menimpa Robin, kami sekeluarga menjadi dekat kembali, kami semua bergantian merawat dan menjaga Robin. Namun, Alissa tidak bisa berlama-lama tinggal di Jakarta karena harus kembali ke Dubai untuk meneruskan kuliah. Apakah ini cara Tuhan menyatukan kembali keluarga kami. Tapi kenapa harus ada kesedihan dan tumpahan air mata hanya untuk kami bersatu jika pada akhirnya kita akan berpisah. Khoiruddin Tri Ardinsah


Prolog Project 5

BACA TULIS LAWAN Kami adalah bagian dari mereka yang menyebut dirinya mahasiswa. Kami masih mencari makna kata “maha�, dan mungkin ini salah satu jalan untuk menemukannya. Satu untuk meniti dan berbagi informasi. Satu untuk belajar mengawasi, sisanya menyemangati diri untuk berkreasi, selebihnya mencoba bersosialisasi dengan kawan-kawan satu visi.

39


Reminiscence

warna monokromatik berstandar ‘sosial’ dan mulai merindukan kebebasannya menyandingkan analoetika kita masih kecil, kita gus duokromatik hingga kompleselalu membayangkan menter tetrakromatik atau bahkan betapa menyenangkanlebih. Bebas. nya jadi orang dewasa. Jiwa-jiwa pemberontak anak-anak ditam*** bah rasa ingin tahu selalu mewu- Aku tidak tahu harus mejud menjadi pikiran ingin menjadi nyebut diriku apa saat itu. Bagaiorang dewasa. Di mata anak-anak, manapun, aku ini telah berjalan kedewasaan adalah hal yang indah. menuju kedewasaan tapi aku masih Kelihatannya jadi dewasa itu lebih merasa ingin jadi anak-anak. Pada bebas menentukan apa yang di- titik ini, aku banyak belajar melemau, tentu dengan asumsi-asumsi paskan masa kanak-kanakku dan kekanakan. Kelihatannya menjadi mulai mencoba mengambil peran dewasa itu lebih sederhana, tidak sebagai orang dewasa. Perlahan, perlu banyak warna cukup ambil aku terbiasa dengan hidup monokromatikku. Jadi begini rasanya warna yang dimau saja. jadi orang dewasa? Menjadi bagian Lalu ketika anak-anak tumdari masyarakat hingga tidak lagi buh menjadi dewasa, mereka akan menjadi diri sendiri. Ataukah aku kembali merindukan masa kanakmelupakan sesuatu dalam hal ini? -kanak. Mereka akan menyadari Aku tumbuh sendirian, karena subahwa menjadi dewasa tidak sedah sejak lama aku sebatang kara. sederhana bayangan mereka. BahTidak ada contoh ideal yang bisa kan banyak yang berusaha kembali membantuku memahami konsep mengisi hari dewasanya dengan hidup dewasa. Ah, kurasa itu hanya warna serupa ketika kecil dulu. pembelaanku saja. Aku memang tiPara orang dewasa lelah dengan dak berkaca pada siapapun.

K

40


Prolog Project 5 Tidak tampak lagi bermain, yang mengemuka hanya soal hak dan kewajiban. Semua menjadi tampak rumit dengan melandaskan hampir semua hal kepada logika yang mengesampingkan rasa. Perlahan, aku mulai buta rasa. Aku hanya memfokuskan diriku pada peranku, tanpa peduli pada apa yang seharusnya aku rasakan. Interaksiku dengan sesama menjadi sekedar untuk memenuhi kewajiban sosial. Semua jadi kelabu, penuh kepura-puraan. Di mataku, anak-anak dan orang dewasa adalah dua tahapan yang berbeda dengan sekat pembatas, sehingga tidak bisa kulihat keduanya sebagai satu orang yang sama. Sistem yang dimiliki orang dewasa membuatku merasa bosan, lelah, dan jenuh. Aku kira orang dewasa tidak bisa lagi bersenang-senang seperti anak-anak karena

mu. Kita berkenalan, berbasa-basi, lalu jadi lebih sering bertemu lagi hingga kita jadi dekat. Sejak pertama kali, aku merasa kau berbeda dengan orang kebanyakan. Kau berwarna. Tidak, bukan soal rambut dan irismu yang warnanya indigo itu, sungguh. Tapi soal warna duniamu. Aku bisa lihat dari wajahmu kalau duniamu warna-warni. Kau seperti oasis di padang monokromku. Bahkan, kau seperti cahaya bagiku yang tersesat dalam hitam.

“Aku sudah lapar. Ayo temani aku makan!� ajakmu tepat sekat itu. Kubiarkan hidup monoketika matahari baru saja terbenam. tonku berlanjut dalam kehampaan. Sejak aku mengenalmu, jarang se Sampai suatu ketika, entah kali aku makan malam sendirian. bagaimana aku bertemu dengan- Kau berhasil meyakinkanku bahwa 41


menjadi dewasa itu bukan berarti Aku makin terbiasa dengan hidup tanpa orang lain seperti kon- dirimu dan konsep hidupmu. Kau sepku sebelumnya. banyak benarnya. Mungkin kau “Kau demam tinggi, sempat- adalah malaikat yang dikirim Tukanlah periksa ke dokter!” katamu han untuk membantuku mencari ketika tahu aku sudah tiga hari de- apa yang hilang dari hidupku semam tinggi. Bahkan malamnya, jalan dengan diriku yang tumbuh kau sempatkan mampir ke tempat dewasa sendirian ini. tinggalku yang cukup jauh hanya untuk memaksaku periksa ke dokter. Dari situ, aku mengerti bahwa simpati itu penting. “Ayo sesekali kita liburan ke pantai!” ajakmu pada suatu kesempatan. Kurasa kau bilang begitu karena tahu dulu aku sangat suka main ke pantai. Aku menolak, kubilang padamu hanya anak-anak yang suka main ke pantai. Kau marah, tapi matamu berkaca-kaca. Aku tidak tega lalu segera minta maaf padamu. Kau bilang, kau sedih dengar aku membatasi diriku dengan sekat-sekat yang tidak perlu. Untuk kesekian kalinya aku terkejut dengan dirimu. Kali ini, kautunjukkan padaku menjadi anak-anak setelah dewasa bukan hal yang salah. 42

“Jangan menahan diri hanya karena kau merasa sudah dewasa. Orang dewasa juga manusia, sama seperti anak-anak, tahu! Kalau sedih ya sedih saja, kalau senang ya tunjukkan saja!” protesmu bila aku menolak untuk mennunjukkan perasaanku. Sudah kubilang, aku lupa rasanya punya perasaan. “Kita, orang dewasa, hanyalah anak-anak yang sudah tumbuh menjadi lebih besar dan tangguh,” katamu, “anak-anak selalu tahu cara menjadi bahagia. Kita orang dewasa sering lupa. Jangan lupa bahagia.” Ah, ya. Kurasa kau benar lagi. Aku lupa caranya bahagia. Kurasa itu yang hilang dari masa dewasaku. Aku sudah lama tidak


Prolog Project 5 jujur pada diriku sendiri. Tapi, kau mengingatkanku kembali. Apa kau sengaja datang untuk itu? Entahlah. Berada bersamamu membuatku perlahan menjadi diriku yang kuinginkan. Yaitu diriku yang berwarna seperti saat aku kanak-kanak. Kau yang membuatku lebih banyak tertawa, merangkulku dengan tangan lembutmu ketika aku gundah, bahkan membawaku bangkit untuk kembali berjuang. Kaulah yang jadi warna bagiku. Berkat dirimu aku menjadi lebih hidup. Aku ingin hidup bersamamu selamanya. “Nathael, ‘hati’ adalah hal berharga yang dimiliki anak-anak,” ungkapmu pada suatu hari, “karena kita adalah anak-anak yang lebih tangguh, bisakah aku jadi bagian dari hati tangguhmu?”

masyarakat. Bila langit memiliki pelangi, maka aku memilikimu. Tapi, waktu itu aku diam saja menanggapimu karena kecanggunganku. Aku tidak curiga ketika kau bilang ingin hidup di hatiku waktu itu. Tidak kukira bahwa setelahnya kau akan benar-benar hanya bisa hidup di hatiku, kepalaku, dalam ingatanku tentang kita berdua. Tuhan telah memanggil malaikatnya kembali ke surga. Kau pergi akibat kecelakaan lalu lintas. Seorang pengemudi mabuk menabrakmu ketika kau menyeberang jalan. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku tunjukkan perasaanku pada dunia. Dinding pembatasku runtuh. Aku menangis sejadi-jadinya. Kutangisi kepergianmu dan penyesalanku karena tidak sempat menjawab perasaanmu. Duniaku sekejap kiamat. Aku

Ketahuilah, kau bahkan lebih dari sekedar hidup disitu. Kaulah hancur berkeping-keping. yang jadi hatiku seutuhnya, yang *** membuat aku ‘hidup’ lebih dari Tidak banyak yang berubah. sekedar manusia bernyawa dalam Bila dulu kau yang sering membu43


atku menunggu di taman, kini aku datang ke taman pemakaman untuk menemuimu yang menungguku. Dulu, aku sering membelikanmu bunga untuk kuletakkan di depan pintu rumahmu. Kini aku membelinya untuk kuletakkan diatas pusaramu. Hujan turun rintik-rintik, perlahan makin deras, makin deras, hingga jadi badai. Sudah setahun berlalu sejak aku kembali harus hidup tanpamu, tapi rasanya kau tetap ada disini. Kurasa kau memang tetap hidup, setidaknya di hatiku demikian adanya. Kulangkahkan kakiku menuju tempatmu terbaring. Rasanya masih seperti baru kemarin kita bertemu, sekarang kau sudah pergi. Kuletakkan sebuket bunga di atas pusara. Aku sudah tidak akan menangisimu lagi. Takkan kubiarkan hidup yang susah payah kauwarnai ini kembali jadi monokrom.

“Kau akan selalu hidup di hatiku. Aku mencintaimu. Aku tidak akan lupa bahagia.” *** Menjadi anak-anak atau jadi dewasa itu bukan pilihan. Tapi, kita bisa memilih mau menjadi orang yang seperti apa. Menjadi dewasa artinya menjadi tangguh, tapi bukan menjadi tidak berperasaan. Banyak hal kupelajari dari hidupku, termasuk juga darimu. Mungkin memang aku harus kehilanganmu dulu baru bisa mendorong diriku untuk kembali merasa. Aku akan menjadi diriku sendiri dan bahagia, seperti katamu. Terima kasih telah mengajakku merasakan hidup yang benar-benar ‘hidup’, menyibak hariku yang mendung dan hadir sekejap sebagai pelangiku yang cantik meski juga lekas menghilang

setelah terang. “Dennis...,” kuusap batu ni- Tidurlah dalam damai, masannya dengan cara yang sama aku laikatku. mengusap kepalanya. 17 Juli 2017 Evangelita Dyah Sekar Arum 44


Prolog Project 5

KeberagamanMu Lampu Hijau Mati Membawa Duka Melankolia Ganymeda Pelamgi Tolong

45


KeberagamanMu Oleh: Fitri Isni Ridha

Tuhan Haus pujaankah Engkau? Tak sempurnakah diriMu ? Takutkah Engkau pada ketiadaanMu? Tuhan Jika itu tujuanMu Mengapa tak Kau samakan saja kami Seragamkanlah hati dan iman ini Tidaklah sulit bagiMu bukan? Tetapi, Perbedaan ini tak kunjung usai Tuhan Apalah mauMu itu Atau mungkin Memang tiada inginMu Lamunanku semakin tak berujung 46

Andai hanya Kau yang dinamai Tuhan Mungkinkah kami menyembahMu dengan cinta? Tuhan Pikiran ini tentu atas kendaliMu Kau biarkan kami mencari inginMu

Dan ku yakin Sebuah kesimpulan yang penuh cinta dan kasih Telah Engkau siratkan Pada kami Hamba-hamba yang bodoh ini

Batam, 17 Juli 2017 Fitri Isni Ridha


Prolog Project 5

Lampu Hijau Oleh: Ade Wulan Fitriana

Berhenti! Tidakkah kau lihat Kalau lampu merah masih menyala? Kau masih belum bisa berjalan Juga tidak dapat melakukan apapun Selain menunggu dan berdoa Bersiaplah! Sebentar lagi kau akan bergerak Ke langkah selanjutnya Menuju proses berikutnya Entah itu harus mundur ataupun maju Harus kau terima dengan besar hati Majulah! Sekarang kau diperbolehkan maju Saatnya kau menunjukkan Siapa dirimu sebenarnya Dan melakukan yang terbaik Kepada mereka Yang telah mempercayaimu Dan memberikan lampu hijau

47


Mati membawa duka Oleh: Adik Miftakhur Rohmah

Rasa sakit ini memang benar adanya, tiada manusia bisa menahannya, dalam kalbu akan bersemayam selamanya, dan, insan pun menyerah, tiada bagian lubuk hatinya luput dari musnah, tubuhnya mulai gemetar, matanya terkatup rapat, jiwanya menjerit kesakitan, memeluk erat bayangan kematian, hingga, ia pun terbebas. Kemudian, ia bermohon dengan penuh harap, insan lain mengunjunginya, melantunkan doa untuknya, karena, di bawah batu nisan ia ditimbun dengan duka.

48


Prolog Project 5 Bagaikan sepercik embun diterpa sepoi Sekali berarti sesudah itu mati

Melankolia Ganymeda

Begitu juga hati ini

Oleh: Faizal Shovano

Tak sanggup raga mengikuti Janji tinggallah janji Terburai dan tercemari Kamu tahu? Kamu tidaklah terbuat dari batu Hanya hatimu terbujur kaku Mengibalah daku Memohon ini dan itu

Seekor merpati memang ditakdirkan Untuk bebas di atas sana Tinggi Bersama para bidadari Seandainya daku adalah lelaki sejati

Ketahuilah adinda

Yang tak takut kehilangan arti

Semestinya tak butuh IPK tiga koma lima

Akan kulepas merpati

Tuk tahu bahwa

Melayang lintasi imaji Lupakan kefanaan ini Namun seperti jaka tarub yang mencuri jarik sang dewi Daku adalah seorang penipu penuh alibi Bagaimana menurutmu? Perlukah kita akhiri? Nikmati sakit yang meradang di hati Berdua menunggu mati Atau tenggelam ratapi konsekuensi 49


Pelangi Oleh : Evangelita Dyah Sekar Arum

merah, kelabu jingga, kelabu kuning, kelabu hijau, kelabu biru, kelabu nila, kelabu ungu, kelabu kaugambarkan indahnya pelangi kaubilang ia warna-warni meski tak tertangkap mataku kurasa aslinya ia seindah dirimu kautunjuk warna-warni kulihat kelabu kupandang dirimu kutemukan pelangi

50


Prolog Project 5

Tolong Oleh : Rizaldy Ari

Tolong... Jangan biarkan aku terus melolong Walaupun diriku semakin kosong Tolong... Aku ingin tetap menyongsong Tanpa membuat diriku menjadi sombong Tolong... Jangan biarkan aku jadi pembohong Yang tidak pandai berbohong Tolong...

51


MAHKAMAH Jalan Socio Justicia No.1 Bulaksumur, Sleman © BPPM MAHKAMAH 2017 All Right Reserved


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.