Prolog project 2016

Page 1

PROLOG PROJECT 4 Kemanusiaan

2016


Kemanusiaan

Prolog Project Pelindung Tuhan Yang Maha Esa Pemimpin Umum Fardi Prabowo Jati Editor Olivia Philip Illustrator & Cover Olivia Philip Layouter Ayu Tika Pravindias

BPPM Mahkamah Jalan Socio Yustisia Bulaksumur, Sleman 085217261967


Daftar Isi Dari Redaksi

2

Sajak

3

Kisah

46 Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

1

Daftar Isi


penghayatan yang unik terhadap kemanusiaan. Kami melihat kemanusiaan dari berbagai sudut pandang,

Dari Redaksi

menghayatinya dalam berbagai pengalaman, dan menjalaninya dengan sepatu masing-masing. Meski demikian, pada akhirnya semangat kemanusiaan itu tetap saja memiliki jiwa yang sama. Inilah

Oliv

yang hendak kami sampaikan, yang mungkin hanya bisa disampaikan kata-kata

Tidak hanya gemar berkutat dengan

lewat sastra.

tuntutan jurnalistik dan ejaan yang disempurnakan, BPPM Mahkamah juga

Sebagai mahasiswa fakultas hukum, kami

bergairah untuk hal-hal yang lebih

sadar bahwa mempelajari ilmu hukum

abstrak. Prolog Project 4 ini hadir sebagai

bukan hanya perihal menghafal pasal-

perayaan kebebasan berekspresi awak-

pasal. Kami juga ditantang untuk

awak Mahkamah dalam bentuk sastra. Di

mengasah kepekaan. Salah satunya adalah

sini kami bukan hanya peduli akan kaidah

dengan mencurahkan ketulusan dan

berbahasa, melainkan juga memberikan

keresahan kami, baik dalam bentuk cerita

makna padanya. Tanpa terpaku pada tata

maupun sajak. Hukum dan sastra adalah

bahasa yang baku, kami harap kami dapat

dua hal yang tiada habisnya

menjalin kemanusiaan kami bersama kata-

membangkitkan renjana kami sebagai

kata dan tanda baca.

manusia. Berikut ini kami persembahkan Prolog Project 4. Inilah sajian karya-karya

Buletin sastra kami kali ini berusaha

sederhana kami, upaya kami untuk tetap

menampung dan menampang berbagai

menjadi manusia. Selamat menikmati.

kompleksitas kemanusiaan. Setiap karya dalam Prolog Project 4 menampilkan

Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

Olivia P.

2

Dari Redaksi


Ayahku (Bukan) Penjahat Merindukan Keadilan Lelaki Muda di Surau Itu Dilema Kemanusiaan Tato Kecil

Kisah Gamang Kereta Dibawah Hujan Oh Ternyata Manusia Sejati Kembang Api Terakhir

Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

3

Kisah


Sumber gambar: tattooman21.deviantart.com

Mahendra Wirasakti

Ayahku (Bukan) Penjahat Yogyakarta di tahun 1980-an bisa

sendiri merupakan mantan atlet beladiri yang

dibilang bukanlah tempat yang nyaman untuk

cukup disegani di masa mudanya, sehingga

dijadikan tempat tinggal. Pada waktu itu, cukup

ke b e r a d a a n p a r a G a l i t a d i t i d a k l a h

banyak preman yang dikenal dengan sebutan

mengganggunya.

Gali (Gabungan Anak Liar) yang menguasai

anak yang sedang beranjak dewasa dan akan

berbagai pusat bisnis di Yogyakarta. Jangankan

memasuki masa kuliahnya, Erland sendiri sering

warga sipil, polisi saja tidak berani berbuat apa-

merasa khawatir dengan keselamatan ayahnya

apa terhadap keberadaan para Gali tersebut.

karena ayahnya sering terlibat keributan dengan

Seolah hidup dengan menggunakan hukum

para Gali tersebut.

Namun tetap saja, sebagai

alam dimana yang kuat adalah yang bertahan,

“Ayah tidak merasa takut ?” tanya

para Gali tersebut tidak segan berbuat nekat.

Erland kepada ayahnya yang sedang fokus

Bahkan untuk menemui para Gali tersebut

melukis pemandangan gunung Merapi di rumah

tidaklah sulit karena para Gali tersebut rata-rata

keluarganya yang terletak di Kaliurang.

selalu membawa senjata tajam untuk berjaga-

“Takut? Apa yang harus ditakutkan?”

jaga jika terpaksa beradu kekuatan. Beruntung,

jawab ayahnya sambil terus melukis lukisannya

Erland mempunyai ayah yang pemberani. Meski

yang sudah hampir selesai itu. “Ya itu, para Gali itu. Erland dengar

ayahnya mempunyai banyak tato di sekujur

ayah sering ribut dengan mereka?”

tubuhnya, tetapi Erland tidak pernah mempermasalahkannya karena memang

“Oh itu? Gak usah dipikirin, ayahmu ini

ayahnya bekerja sebagai seniman, sehingga tato

mantan atlet beladiri. Harusnya kamu lebih

adalah ekspresi dari jiwa seninya. Ayahnya

khawatir sama para Gali itu kalo mereka

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

4

Ayahku (Bukan) Penjahat


berhadapan sama ayah, hahaha”

pinggir jalan, di selokan, di pinggir sungai, dan

“Tapi, Yah . . .”

sebagainya. Erland yang mengetahui berita

“Sudahlah, kamu sekolah saja. Ayah

tersebut tentu juga menjadi ikut penasaran.

sudah berjanji dengan almarhum ibumu untuk

Apalagi setiap terdapat penemuan mayat, maka

selalu menjagamu sampai kamu bisa mandiri

bisa dipastikan keesokan harinya akan menjadi

nanti.”

headline media massa yang terbit di Yogyakarta, “Baiklah, Yah”

sehingga Erland merasa perlu mengajak

Tiga tahun berlalu. Erland yang

ayahnya berdiskusi terkait hal ini.

sekarang merupakan mahasiswa Fakultas

“Ayah tahu tentang penemuan mayat

Hukum di sebuah universitas terkemuka di

akhir-akhir ini?” tanya Erland kepada ayahnya

Kota Gudeg ini sedang sibuk mengikuti

seusai pulang kuliah.

berbagai kegiatan di kampusnya sehingga

“Ya, tentu saja. Karena sebagian dari

intensitas pertemuannya dengan ayahnya hanya

mereka pernah berhadapan dengan ayah

sebatas waktu sarapan dan waktu makan

dahulu, sehingga ayah juga merasa sedih

malam. Sang ayah yang semakin berumur

mendengar kabar mereka tewas dengan cara

tersebut mencoba untuk memahami kesibukan

seperti itu,” jawab sang ayah sambil

anaknya. Namun, pada tahun itu, di seluruh

m e n y e r u p u t ko p i y a n g s e l a l u s e t i a

wilayah yang dipimpin oleh Sri Sultan

menemaninya.

Hamengkubuwono IX tersebut sedang hangat

“Land, ayah mau berbicara kepadamu

membahas penemuan mayat para Gali yang

sebentar.”

selama ini meneror para penduduk. Mayat-

“Ada apa, Yah?” tanya Erland yang

mayat tersebut umumnya ditemukan dalam

penasaran.

keadaan dibungkus di dalam karung, tangan

“Apa kamu tidak memperhatikan

terikat dan terdapat luka tembakan di kepala

persamaan lain selain korban tersebut adalah

maupun leher. Entah siapa pelakunya, tetapi

para Gali?”

yang jelas pelakunya terkesan tidak mau repot

“Tidak, memangnya masih ada lagi?”

mengurus korbannya, karena korban-korban

“Ya, persamaan lainnya adalah

tersebut ditemukan di tempat yang sangat

mereka semua memiliki tato di tubuhnya. Jadi,

mudah ditemukan penduduk, misalnya di

mungkin sementara ini kita tidak bisa bertemu.”

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

5

Ayahku (Bukan) Penjahat


“Maksud ayah?”

Namun, Erland sekarang bisa bersyukur karena

“Ayah harus bersembunyi di suatu

rezim otoriter yang menyebabkan dirinya dan

tempat. Ayah sudah meminta pamanmu untuk

ayahnya berpisah lima belas tahun lalu sudah

membantumu selama ayah tidak ada di sini.”

berakhir. Yang membuatnya bersyukur adalah

“Begitu, Yah? Apa memang ayah

sekarang dirinya bisa bebas meminta

harus pergi bersembunyi? Apa para pelaku

pertanggungjawaban rezim pemerintahan yang

tersebut tidak bisa mengetahui mana seniman

mengaku secara gamblang sudah memberikan

mana preman?”

perintah kepada militer untuk membasmi para

“Nak, di antara para korban, tidak

preman – meski pada prakteknya tetap

sedikit yang merupakan teman sesama seniman

mengorbankan para warga tak berdosa yang

ayah. Jadi ayah merasa harus bersembunyi di

diidentifikasikan sebagai preman hanya karena

suatu tempat.”

tato di tubuh – tanpa takut dibungkam suaranya

“Baiklah, Yah. Pastikan Ayah selamat,

oleh pihak-pihak yang tidak senang dengan

karena Erland belum mau berpisah dengan

usahanya. Tetapi yang membuat dirinya kembali

ayah.”

harus merasa sedih adalah upayanya untuk “Tentu.”

menyeret para pelaku tidak pernah berhasil. Hal ini disebabkan karena masyarakat dahulu justru

...

bersyukur dengan adanya gerakan militer yang

Lima belas tahun berlalu semenjak

disebut dengan Operasi Clurit tersebut,

Erland berpisah dengan ayahnya. Erland yang

sehingga dirinya justru menerima hujatan bagi

sekarang menjadi pengacara terkenal di sebuah

para warga yang merasa terlindungi. Bahkan

firma hukum ternama ini belum pernah

meski Komnas HAM sudah menetapkan bahwa

bertemu lagi dengan ayahnya sejak perpisahan

operasi tersebut merupakan pelanggaran HAM

tersebut. Hal ini menimbulkan tanda tanya,

berat, tetap saja penyelesaiannya terganjal

apakah ayahnya juga menjadi korban? Di tahun

karena memang penuh dengan unsur politik.

awal perpisahan, ayahnya masih sempat

Ya, beginilah Indonesia, Negara indah dengan

berkirim kabar. Sekarang ayahnya tidak jelas

berbagai kasus pelanggaran HAM di dalamnya.

keberadaannya. Kalau masih hidup, ada dimana? Kalau sudah wafat, dimana kuburnya?

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

6

Ayahku (Bukan) Penjahat


Adik Miftakhur Rohmah

Merindukan Keadilan Terkadang, keadilan di negeri ini sangat sulit dicari. Buaian kata manis yang pernah dilontarkan para konglomerat saat kampanye, hanya sebuah isapan jempol belaka. Tumpukan uang kertas yang didapatkannya diperuntukkan bagi sesama koleganya berkerah putih. Malang nian, ketika seorang menengah ke bawah bersujud di hadapannya meminta pertolongan, konglomerat itu membuang muka seolah tak ada siapapun di depannya. Yah, begitulah sedikit cuplikan kehidupan di negeri entah berantah ini. Fakta lainnya ketika impian mendapat keadilan yang tak pernah dirasakan oleh pemuda itu. Dia hanyalah seorang anak lelaki tak bersalah ketika semuanya terjadi beberapa tahun silam. Seorang bocah yang tidak tahu-menahu akan keadaan yang sedang membakar disekitarnya. Ketika ibunya direnggut secara paksa dari dekapannya. "Ibu.. Ibu.." Pekiknya keras, berusaha menghalau beberapa orang berpakaian dinas yang menarik pergi ibunya menjauh. Sang ibu meronta, menjerit memanggil anaknya. Sedangkan anak laki-laki berambut ikal itu hanya bisa sesenggukan tidak berkutik ketika beberapa tetangga terdekat memegangi tangan-tangannya. Dia merasa lega ketika ada tetangganya dengan sukarela memberikan pundak untuknya menangis pilu akan peristiwa yang baru saja terjadi. Hari berlalu berganti minggu, bocah itu menangis, berharap ibunya kembali dengan kondisi seperti sebelum semuanya terjadi. Lebih dari tiga minggu setelah ibunya pergi, ia mendapat kabar ibunya akan pulang. Tetangga sibuk membangun tenda di depan rumahnya. “Apa yang PakDe lakukan? Ibu mau pulang, kenapa semua tetangga ke sini dan membangun tenda ini, PakDe?� Bocah itu pun bingung, mencari tahu sana-sini, tak seorang pun menjawab bahkan PakDe nya sendiri enggan untuk berkomentar. Tetap dilanjutkannya PakDe anak itu memasang bendera-bendera putih di jalanan sekitar rumah bocah lelaki itu. Kebingungannya pun terjawab, ketika sebuah mobil ambulan berhenti tepat di depan rumahnya. Peti berwarna coklat dengan foto ibunya terpasang di sampingnya.

Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

7

Merindukan Keadilan


Namun, itu dulu. Beberapa tahun yang telah

Kepala pemuda itu tertunduk, tangan

lampau. Kenangan gelap yang akan tetap ada

tersimpan disaku jaket tebalnya. Merasakan

di dalam pikirannya. Yang akan tetap menjadi

hawa dingin yang menggambarkan suasana

mimpi buruknya setiap malam. Ibunya

hatinya. Ia terhenti, seorang anak kecil berdiri di

terkasih dibawa paksa tanpa alasan dan pulang

depannya.

hanya meninggalkan nama untuk pemuda itu

“Apa kau punya makanan berlebih untuk

kenang.

kuminta?” Anak kecil itu ber tanya,

Kini, gundukan tanah samping pohon Oak di

mendongakkan kepalanya dengan penuh harap

bukit itu menjadi rumah keduanya. Tempat di

terlihat jelas di raut wajahnya.

mana ibunya dikubur dua setengah meter di

Pemuda itu bingung. Dengan tangkas pemuda

bawah tanah. Tempat di mana ia melihat

itu meraih saku-saku yang ada dipakaiannya

tubuh ibunya untuk terakhir kalinya sebelum

hingga gerakannya terhenti ketika tangannya

tanah-tanah itu menutupinya.

meraih selembar kertas di saku celananya lalu ia

Ia berdiri memandangi nisan di depannya.

ke l u a r k a n . U a n g s e l e m b a r p u l u h a n

Pemuda itu teringat kenangan bersama ibunya

dipandanginya, dan disodorkannya ke anak

ketika kecil. Betapa ibunya berharap ia akan

kecil didepan tubuhnya.

menjadi orang yang dipanut banyak orang.

“Ini untukmu. Mengapa kau hanya seorang diri,

Memori-memori itu membuat matanya

ke mana ayah dan ibumu?”

berkaca lalu menitikkan air mata hingga ia pun

Anak kecil itu mati rasa, terlihat ekspresi

terisak. Kaki-kakinya goyah. Dipeluknya

ketakutan di raut wajahnya.

marmer hitam dengan untaian-untaian

“Aku tak tahu siapa ayah dan ibuku, aku sejak

kaligrafi bertuliskan nama ibunya. Masih

kecil sudah berada di panti asuhan beberapa

deng an setangkai lili putih dalam

blok dari sini. Kau bisa berkunjung ke sana jika

genggamannya. Ia tersedu, terharu, diusapnya

kau mau. Terima kasih sekali lagi untuk

air mata di kedua pipinya. Ia berdiri tegar,

kebaikanmu. Semoga Tuhan membalasnya.”

berdoa, mencium nisan itu lalu beranjak pergi

Lelaki itu tercengang, tak pernah ada

meninggalkan ibunya. Meninggalkan rumah

dipikirannya ketika meja akan terbalik begitu

keduanya.

cepatnya. Kini pemuda itu yang diam ketika

Disusurinya jalan-jalan aspal yang mulai retak.

sang anak kecil pergi berlalu dari hadapannya.

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

8

Merindukan Keadilan


Sumber gambar: www.tattoobite.com

Seketika pemuda itu terbangun dari lamunannya. Ia berjalan, menyusuri jalan setapak, masih dengan tangan-tangan di saku. Ia berpikir mengapa ada orang tua yang tega meninggalkan anaknya sendiri yang tentu butuh kasih sayangnya. Apakah mereka malu? Bukankah anak itu kelak jadi aset bangsa yang diharapkan mampu membawa bangsa ini lebih baik. Apakah anak itu merasa baik-baik saja? Apakah kedua orang tuanya kini bahagia? Ah, sudahlah, di negeri ini sungguh sulit mencari keadilan. Dilihatnya ke atas ketika pemuda bersepatu formal itu merasakan rintikan air hujan yang turun jatuh tepat padanya. Ia bergegas menuju terminal yang saat itu berada beberapa meter di depannya. Ia duduk, mengusap-usap kedua tangannya untuk mencari kehangatan. Lalu ditolehnya ke samping saat ia mendengar rintihan di bawah guyuran hujan. Disaksikannya seorang anak sekolahan yang mendapat tendangan beberapa kali di perut, kaki, dan tangannya. Pemandangan yang begitu memilukan. Kini pemuda itu menjerit, meminta anak itu untuk melawannya, meminta anak itu untuk lari dari teman-teman yang begitu kejam terhadapnya. Hal itu membuatnya tersentak hingga punggungnya berdiri, dicarinya anak sekolahan itu namun tak ada. Hanya dinding kamar berwarna putih dengan sinar matahari yang masuk menyusup tirai-tirai berwarna merah itu. Bulir keringat menuruni wajahnya dari dahi. Napas yang masih terengah, dia menoleh ke arah jam disamping tubuhnya. Ini hanya jam enam pagi, pikirnya.

Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

9

Merindukan Keadilan


Lelaki Muda di Surau Itu Umar Mubdi

Sumber gambar: www.pinterest.com

1

Sejak Sabtu, 22 September 1984 , seseorang lelaki muda hadir dan menetap di suatu desa terpencil di ujung bukit itu. Lelaki itu datang begitu saja tanpa memberikan riwayat hidupnya secara singkat sekali pun. Penduduk desa itu merasakan Sukri – si lelaki muda itu – bagai sebuah danau penuh misteri. Malam-malam ketika warga desa pulas tertidur, Sukri senantiasa membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an, dengan suaranya yang agak serak tetapi selalu kedengaran merdu. Suara lelaki muda yang membaca Al-Qur'an itu masih terdengar merdu kadangkadang dengan suara tinggi dan tiba-tiba saja merendah. Dan tidak diduga-duga berhenti sama sekali. Sukri menangis. Lalu memeluk Al-Qur'an di tangannya, ia menangis. Para peronda malam itu, menarik nafas panjang seperti ada suatu kesedihan di sana. Begitulah yang diperbuat lelaki muda itu setiap malam. Kadang-kadang para peronda mengintipnya. Menangis memeluk AlQur'an. Mereka tak tahu mengapa lelaki muda itu berbuat begitu. Bagi mereka Sukri tetap sebuah misteri. Namun, mereka tidak pernah membenci Sukri. Sukri tidak pernah berbuat jahat.

1

Di Yogyakarta, sekitar tahun 1983-1984, terjadi kampanye penembakan misterius terhadap para preman yang dikenal sebagai Gali (gabungan anak-anak liar). Para eksekutor yang ditengarai sebagai aparat, setelah mengeksekusi korbannya, membiarkan korbannya mengapung di kali atau di sembarang tempat. Ciri khas korban biasanya memiliki tato di tubuhnya.

Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

10

Lelaki Muda di Surau Itu


Bahkan sejak Sukri menetap di surau itu, suara-

Soal mayat seperti menghalangi mereka

suara kitab suci selalu terdengar.

bekerja. Mereka semua ingin tahu setuntas-

Beberapa penduduk desa yang

tuntasnya perihal mayat Sukri. Tetapi sekali lagi

mencoba mengorek asal-usul lelaki muda itu

mereka tak pernah tahu, mereka cuma

tak pernah berhasil. Sukri bersikap ramah, tapi

menduga-duga. Alhasil, mereka bersepakat

dari keramahan itu mereka tak berhasil

untuk menghentikan segala dugaan dan

menyingkapkan apa-apa. Sukri senantiasa

menyepakati untuk menaruh perasaan kasihan

mengelak dengan halus. Akhirnya, para

belaka.

penduduk desa terbiasa dengan sikapnya itu

Sementara itu, seorang warga desa

dan membiarkan Sukri. Dia benar-benar

yang bekerja di kota kebetulan hari itu pulang.

sebuah misteri. Yang orang tahu adalah Sukri

Mendengar ada mayat tertembus peluru

datang ke surau itu, tidur dan mandi di situ.

ditemukan di pinggir sungai, dia seperti

Makannya cukup di warung dan tiap hari Sukri

memaklumi. Lalu dia bercerita bahwa seorang

membaca Al-Qur'an, sembahyang, dan

buronan tengah dicari ke desa itu. Cerita itu dia

berzikir.

dapat dari temannya seorang anggota polisi. Seorang wanita yang hendak ke

Tapi katanya, waktu itu dia tidak percaya betul

sungai sepagi itu, sekonyong saja jatuh pingsan.

karena dia tahu bahwa selama ini desanya

Lalu sejam kemudian, desa di ujung bukit itu

terkenal tentram dan bebas dari tapak-tapak

menjadi gempar. Mayat lelaki ditemukan di

para buronan.

pinggir sungai. Persis pada kening dan

Lalu warga desa yang lain balik

pelipisnya seperti ditembusi peluru. Lebih

bercerita tentang sikap mayat itu selama di

gempar lagi, setelah diidentifikasi ternyata

surau, tentu ketika mayat itu masih bernafas.

mayat itu adalah Sukri, lelaki muda yang

“Akh, saya rasa itu cuma tameng biar

menempati sebuah pojok di surau.

dikira sudah tobat betulan,” kata warga desa

Oleh karena hal itu, segenap aktivitas

yang baru pulang itu.

desa seperti terhenti. Orang-orang

“Tapi dia shalat, berzikir, baca kitab

bergerombol bicara soal mayat, soal Sukri.

suci, saya lihat dengan khusyu sekali. Sampai-

Perkerjaan di sawah yang rutin tak diacuhkan

sampai dia menangis”.

untuk sementara, pekerjaan-pekerjaan ditunda.

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

“Apakah itu bisa dijadikan bukti yang

11

Lelaki Muda di Surau Itu


sah, bahwa si mayat sudah tobat betulan? Tidak toh?! Sekarang saya yakin bahwa yang dikatakan teman saya itu benar adanya. Mayat itu pasti buronan yang dicari. Apalagi kata kalian mayat itu bertato.” Ada warga desa sebagaian yang seperti ikut paham dan memaklumi, tapi ada juga yang lain seperti ingin menggugat kenyataan. “Katakanlah dia memang benar seorang buron, tapi tidak layakkah manusia memberi kesempatan bagi manusia lain untuk memperbaiki diri?” kata yang ingin menggugat itu. “Memang layak sekali. Memang perbaikan bisa dilaksanakan, tapi apakah bisa dijamin dengan perbaikan itu bisa melenyapkan keburukan sama sekali?” Orang-orang terdiam, dan satu demi satu membubarkan diri. Malam-malam kini, saat warga dininabobokan angin pegunungan, tak terdengar lagi suara Sukri membaca Al-Qur'an. Mereka, warga desa itu, seperti kehilangan. Seperti ada sesuatu yang hilang tapi tak dapat lenyap begitu saja.

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

12

Lelaki Muda di Surau Itu


Dilema Kemanusiaan Edgar Handoko

Sumber gambar: etsy.com - Jamie P. Bruno

“Kemanusiaan” Itulah kata yang terpampang di chat yang aku terima. Chat itu berisi mengenai ajakan untuk menulis cerita pendek (cerpen) dengan tema 'Kemanusiaan'. Tugas itu dimaksudkan untuk suatu project yang ditujukan kepada mahasiswa baru di kampus kami. Berhari-hari aku mencari inspirasi, tetapi tidak ada sedikitpun ide bagus yang tersirat dipikiranku. Semakin aku berpikir, semakin aku bingung. Apa itu kemanusiaan? Seperti apa kemanusiaan? Kisah seperti apa yang termasuk ke dalam kategori 'Kemanusiaan'? Apakah kisah mengenai perang? Apakah kisah mengenai peradaban? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu datang silih berganti.

Naif Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

13

Pernah aku mendapat ide mengenai seorang tokoh yang yang sangat baik hati. Tokoh yang selalu diajarkan kepada kita dalam 'dunia sekolah'. Tokoh yang selalu berusaha menolong orang yang ada dihadapannya. Akan tetapi, aku teringat 'dunia nyata' dimana orang yang berusaha menolong tanpa diminta malah kita sebut sebagai 'orang kepo'.

Imajinatif Pernah pula aku mendapat ide menulis mengenai vampir yang telah mengamati dunia manusia dalam waktu yang lama. Akan tetapi, ide itu pula kuhapus dari lembaran putihku ini. Hal tersebut terjadi karena aku teringat akan kisah cinta fantasi antara vampir dan manusia, “Twilight”, yang menuai banyak krititk. Dilema demi dilema datang silih berganti Dilema Kemanusiaan


dalam setiap ide yang kudapat. “Terlalu naif, terlalu khayal, terlalu beda dengan manusia jaman sekarang.”, itulah yang selalu muncul dipikiranku. Lalu aku teringat akan pertanyaan dari seekor semut dalam suatu cerita, “Mengapa kalian saling menyerang, padahal kalian adalah satu spesies yang sama?”. Ingatan akan pertanyaan tersebut meledakan suatu ide dalam kepalaku. Manusia memiliki keunikan tersendiri sebagai suatu spesies. Selalu ada pro dan kontra atas sesuatu diantara kita. Namun, hal itu terjadi karena masing-masing dari kita selalu melihat sesuatu dari sudut pandang baru. Ada yang melihat 'Kemanusiaan' sebagai kisah tolong-menolong, tetapi disisi lain ada yang melihat saling menjatuhkan adalah suatu 'Kemanusiaan' juga. Ada yang melihat bahwa hidup saat ini adalah 'Kemanusiaan', tetapi ada juga yang melihat bahwa 'Kemanusiaan' adalah hidup sebelum ini dan/atau hidup yang akan datang. Adik kecilku mengatakan bahwa 'Kemanusiaan' adalah ketika kita saling memberi satu sama lain, seperti halnya yang diajarkan di 'dunia sekolah'. Namun, ada diantara kita yang menyatakan bahwa 'Kemanusiaan' adalah ketika kita saling mengambil. Hal ini dikarenakan hanya manusia yang mampu mengambil nyawa dan/atau harta milik manusia lain hanya demi secarik kertas. Temanku yang relijius akan mengatakan bahwa 'Kemanusiaan' adalah hidup dengan Tuhan. Akan tetapi, temanku yang atheis akan mengatakan bahwa 'Kemanusiaan' adalah ketika hidup tanpa Tuhan. Begitu banyak pandangan akan 'Kemanusiaan'. Namun, hal tersebutlah yang menurutku sebagai 'Kemanusiaan'. Hal tersebut yang membuat kita sebagai 'Manusia'. Akan tetapi, ini hanya kisah dalam perspektifku sendiri, kisah 'Kemanusiaan' milikku.

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

14

Dilema Kemanusiaan


Tato Kecil Hanifah Febriani “Aku ingin punya tato”

“Mengapa?” “Karena memoriku jelas tak sanggup mengingat kebaikanmu”

“Mengapa harus tato? Berapa banyak tato yang akan kau buat?” “Oh itu, aku akan buat sebanyak-banyaknya. Aku akan mengukir kebaikankebaikanmu. Tapi kebaikan yang kecil saja. Karena yang kecil-kecil itu aku sering lupa.”

“Badanmu akan penuh dengan tato kan? Lalu apa kata orang-orang? Kamu mau dikata preman? Kamu tidak akan mendapat pekerjaan kantoran bahkan? Tato itu akan terpatri selamanya di kulitmu. Sakit sekali jika kau ingin menghilangkannya.” “Aku tak peduli. Aku masih hidup waras saja sudah syukur.” “Berapa banyak orang gila di dunia ini?” “ Berapa banyak orang yang berpura-pura menjadi waras?” “Berapa banyak manusia-manusia yang berusaha untuk tetap waras? ” “Berapa banyak mereka yang bertahan waras dengan cara membuat yang lainnya menjadi gila?”

Tekadnya sudah bulat. Tak ada lagi tawar-menawar.

Aku melihatnya dengan nanar. “Tak perlu kau ingat kebaikanku dengan cara seperti itu. Haruskah aku menyebut nama Tuhan supaya aku bisa memahamimu?” batinku Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

15

Tato Kecil


Aku memandangnya lekat. “Mengapa dia berisik sekali malam ini. Harusnya dia mengerti aku apa adanya –karena memang tidak ada apa-apanya. Apa bedanya dia dengan orang-orang di sana? Mungkin dia sama saja seperti orang kebanyakan yang hanya menilai dari penampilan luanya. Seperti kaum rendahan yang selalu mempermasalahkan pakaian tinimbang kapasitas otak. “Apakah dia hanya berpura-pura peduli padaku? Atau dia sesungguhnya memang bodoh?”kata ini jelas tak aku keluarkan. Terkubur diam bersama semua khayalanku.

Oh Tuhan. Kemudian, aku melepas bajuku perlahan-lahan Dia terkejut Aku telah terlebih dahulu menato namanya di dadaku.

Ditulis Ditengah Romansa KKN,

Sumber gambar: www.freepngimg.com

Hanifa

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

16

Tato Kecil


Gamang Fardi Prabowo Jati

Ilustrasi: Olivia P

Ani sadar dia perempuan. Pangkal pahanya tidak menonjol seperti yang dimiliki laki-laki. Seketat apapun celana yang ia pakai, pangkal pahanya selalu kempes. Beda dengan laki-laki yang terlihat seperti ada buntalan di selangkangan bagian depan. Sangat mengganggu dan tidak nyaman. Ani tahu itu. Ani bersyukur dilahirkan sebagai perempuan. Terlebih dada bidangnya tidak terlalu menyembul seperti jeruk mandarin. Tidak sepeti perempuan kebanyakan. Sangat praktis dan tidak merepotkan, pikirnya. Kebanggaannya sebagai perempuan bertambah saat dia melihat titit keponakannya yang menurutnya seperti cacing. Cukup menggelikan baginya. Tiap Sabtu malam, Ani mengikuti madrasah di langgar pinggir kampung. Disana ia belajar ngaji bersama pak Minun. Pak Minun mengajarkan banyak hal, mulai dari baca iqro hingga memberi nasihat dalam rumah tangga. Pak Minun selalu berapi-api jika sudah membicarakan perkawinan. Apalagi akhir-akhir ini isu perkawinan sejenis baru membuncah. Pria lajang paruh baya yang memiliki nama asli Mukminun itu, dengan tegas menyatakan perkawinan sejenis haram. Sebagian santri hanya plogah-plogoh. Santri yang masih dibawah umur tak sepenuhnya paham apa yang dimaksud perkawinan. Mereka hanya tahu pak Minun belum kawin. Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

17

Gamang


Bulan berbinar dengan gagah.

sumber suara sembari menyadarkan diriya

Menyinari sudut-sudut kampung. Tidak terang

sendiri dari ketakutan diperkosa, namun Ani

dan hanya menyisakan remang. Senyap

semakin gelisah. Siapa mereka ? Apakah mereka

menyelimuti jalan setapak yang dilalui Ani.

laki-laki bringas yang sedang birahi ? Ani

Suara jangkrik dan burung hantu sesekali

menambah siaga.

merusak senyap malam itu. Ani berjalan sendiri

“Usir Sarminah dari kampung ini !”

sepulang dari ngaji. Ani tidak takut hantu.

Suara itu dari depan rumah kontrakan

Dirinya lebih takut dengan laki-laki bringas

Sarminah. Dia hidup berdua bersama Miyatun,

yang sedang birahi.

ibu kandungnya. Ayahnya telah pergi

Ani sungguh takut disekap dan

meninggalkan mereka. Miyatun sudah janda

diperkosa. Ketakutan Ani semakin menjadi saat

sejak Sarminah masih netek. Mereka sudah

ia teringat berita akhir-akhir ini. Perempuan

mengontrak rumah itu selama setahun.

belia dibunuh setelah diperkosa ramai-ramai.

Sarminah adalah gadis belia anak

Jasadnya ditemukan di hutan dalam keadaan

penjual rengginang yang pinter ngaji. Sehari-hari

kaki dan tangan terikat. Perbuatan diluar nalar

Sarminah mengenakan jilbab dan sangat

dan nurani. Ani menghela nafas panjang dan

santun. Sarminah masih duduk kelas tiga SMP,

mengucap istighfar. Ia bangga sekaligus sangat

sepantaran dengan Ani. Sarminah dan Ani

khawatir dengan dirinya sendiri. Ia merasa was-

sering pulang bersama seusai ngaji di langgar

was dan tidak aman hanya karena menjadi

pak Minun.

perempuan. Ani terus berjalan diiringi jangrik-

Ani berg eg as menuju r umah

jangkrik yang mengerik dan suara jegukan

kontrakan Sarminah. Sudah ada banyak orang

burung hantu.

di sana. Dari kerumunan itu, Ani melihat

“Usir usir usir”

Sarminah menangis sesenggukan sambil

“Pendosa !”

memeluk erat ibunya. Miyatun berdiri tepat

”Dasar sundal”

ditelunjuk orang-orang yang diacung-acungkan

Teriakan itu memecah harmoni suara

kepada anaknya. Tak henti-hentinya orang-

jangkrik dan burung hantu malam itu. Ani

orang itu terus menghakimi Sarminah. Tak

terbangun dari lamunannya, mecoba menerka

kuasa lagi, Miyatun mulai menangis, namun

apa yang sedang terjadi. Ani celingukan mencari

masih berdiri dengan tegar, demi anak semata

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

18

Gamang


wayangnya.

membidik Sarminah yang mulai lesu dan tak

“Usir perempuan gak bener ini,” hardik Susilo.

berdaya. Dia ingin melihat apa yang sedang terjadi pada Sarminah. Suara menggelegar

“Sarminah cuma bikin malu tetangga !”

Susilo sesekali membuat Ani ngeri dan ketakutan. Ani sangat mengkhawatirkan

“Sampah masyarakat !”

Sarminah. Sudah lama Ani tidak berjumpa

“Susilo ! Apa tidak bisa dibicarakan

dengan Sarminah. Biasanya mereka selalu

baik-baik ? Anak ku ki korban. Dia diperkosa.

berangkat bersama untuk mengaji di langgar

Sarminah bukan anak jalang. Dia selalu di

pak Minun. Sudah satu bulan lebih Sarminah

rumah. Dimana hati nurani mu ?” teriak

tidak masuk madrasah. Ani sangat merindukan

Miyatun dengan serak bercambur tangis.

Sarminah, dan pertemuan malam itu sama

“Alah, itu akal-akalannya Sarminah

sekali tidak mengobati rindunya.

1

aja. Neng njobo kelon ro lanangan liyo . Yang jelas

Tak lama kemudian, pak Kades

anak mu ini hamil diluar nikah yu. Wes gak usah

datang. Dia langsung membelah kerumunan.

ditutup-tutupi. Anakmu ki sundal”

Pak Kades menyuruh warga untuk bubar.

Miyatun membeku tak berkata

Kerumunan mulai terurai. Sarminah dan ibunya

apapun. Tangan Miyatun mengepal ingin

masuk ke rumah diikuti pak Kades dan

menampar Susilo, namun tubuhnya tertahan

perangkat desa yang lain.

oleh pelukan anaknya. Tangis Sarminah pecah

Kejadian malam itu membuat

sejadinya. Lalu tubuhnya terkulai lemas. Dirinya

kegelisahan Ani semakin bertambah. Ani tak

hanya bisa menangis. Jilbabnya berantakan. Pak

menyangka Sarminah hamil di luar nikah. Tidak

RT tak berdaya meredakan amarah masyarakat.

jelas siapa laki-laki yang menghamili Sarminah.

Terlebih kerumunan ini dikomandoi Susilo,

Sarminah selalu bungkam jika ditanya. Matanya

anak Kepala Desa di kampung ini.

nanar. Tubuhnya sangat kurus. Jiwanya telah

Ani berjingkat-jingkat. Matanya

1

sekarat

“... Di luar tidur dengan laki-laki lain. ...” –Red.

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

19

Gamang


Pipi Ani mulai basah dengan air

langgar sehabis maghrib

untuk mengajar

mata. Jantungnya berdegup lebih kencang. Ani

anak-anak. Jadi aman, tidak ada siapa-siapa,

sangat mengenal Sarminah. Siapa yang

selain aku yang sedang menanti Hartanto ini.

memperkosa Sarminah ? Hati Ani mulai

Tak begitu lama menunggu, Hartanto datang

bergemuruh. Rasa marah, kesal, takut, dan

dengan menunggang Suzuki Jet Cooled

tercengang menjadi satu. Tak ada satu katapun

pemberian kakeknya. Meski terkentut-kentut,

yang bisa menggambarkan rasa itu. Ani hanya

motor itu tidak pernah mogok. Motor jadul

berdiri terpekur di balik pagar rumah

inilah yang selalu menemani kami jika hendak

kontrakan Sarminah. Tak ada lagi suara

nonton film. “Mau nonton apa ?” tanyaku tak

jangkrik atau burung hantu. Sunyi mulai menyelimuti ruang hati Ani.

...

membiarkan Hartanto menjinakan Suzuki Jet Cooled miliknya. “Kamu aja yang milih, terserah

Aku kenakan jilbab pemberian Hartanto. Aku akan terlihat lebih cantik kalau

kamu”

pake jilbab, katanya. Ah, aku tak percaya hati

Kami langsung menuju tempat biasa

ku semudah ini ditakhlukan oleh lelaki penjaga

kami nonton. Aku duduk tepat di samping

warung internet itu. Aku masih ingat

Hartanto. Dia mengulurkan teh botol sosro dan

bagaimana Hartanto menyatakan cintanya

sebungkus peyek. Pilihanku jatuh pada film

kepada ku. Di sepuluh malam terakhir bulan

horor yang sedang booming saat ini. Beranda

Ramadhan, dia mengajak ku ke kebun

Facebook ku selalu penuh dengan tokoh hantu

belakang surau pak Minun. Disana ia

di film itu. Serupa pocong karena mengenakan

menembak ku. Kata Hartanto sambil

mukena, tapi beda. Kaki dan tangannya tidak

meringis, biar hubungan ini mendapat

terikat seperti pocong. Model mukenanya pun

kemuliaan Lailatur Qadr dan ridho Allah SWT.

beda dan tidak ada kuncirnya. Hantu dalam

Hari ini Hartanto mengajak ku

film tersebut dikenal dengan sebutan Palak. “Kamu tidak takut ?” Hartanto

menonton film. Aku menunggu Hartanto di langgar pak Minun. Langgar pak Minun telah

merapatkan kursinya mendekatiku. “Aku lebih takut cowok birahi

menjadi titik kumpul bagi kami. Selain tempatnya sepi, pak Minun baru pergi ke Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

tinimbang si Palak”

20

Gamang


“Kalau aku yang birahi ?” Hartanto mulai menggoda “Aku potong titit mungil mu” aku terkekeh.

Sarminah dan ibunya. Aku masih penasaran siapa yang memperkosa Sarminah. Setelah melihat kondisi Sarminah usal insiden itu, aku semakin takut diperkosa. Aku terdiam sesaat,

“Sudah mas, habis berapa ?”

lalu aku ketik “kasus-kasus pemerkosaan” di

Terdengar ada suara yang memotong

google. Enter.

obrolan kami. Kami mendongak keatas. Rupanya ada orang yang telah selesai menggunakan layanan internet di Warnet tempat Hartanto bekerja. Dengan sigap, Hartanto menjeda film kami dan mengecek biaya layanan internet pengunjung tersebut. “Enam ribu mas” “Terimakasih” Kami lalu melanjutkan menontot film berdua di tempat operator warung internet. Di tempat mungil ini kami biasa menonton film. Gratis dan romantis. Ada untungnya punya pacar seorang penjaga warnet, bisa nonton film dan menggunakan internet gratis sepuasnya. Seusai menonton film, aku teringat Sarminah. Dia sekarang tinggal di bekas kandang bebek milik pak Tohar. Sarminah dan ibunya diusir dari kontrakan, padahal masa sewa masih enam bulan. Bahkan sebagian warga bersikeras Sarminah diusir dari tanah kampung. Beruntung, pak Tohar merelakan bekas kandang bebeknya untuk ditinggali Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

21

Gamang


adis arang .com

G

Regi

NEWS EKONOMI TEKNO ENTERTAINMENT OTOMOTIF HEALTH FEMALE FORUM News/ Regional

Sadis, Siswi SMP Diperkosa Secara Brutal hingga Tewas Bengkulu, Gadisgarang.com – Seorang siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) bernama Yayuk tewas ditangan empat belas remaja yang memperkosanya. Sabtu (2/4) Yayuk dikabarkan menghilang. Siang itu, dia pulang sendiri dengan berjalan kaki menyusuri jalan sepanjang kurang lebih dua kilometer, yang diapit perkebunan sawit di sisi kiri dan tepi jurang di sisi kanan. Nahas, Yayuk tak pernah sampai rumah. Senin (4/4) jasad Yayuk ditemukan membusuk di dasar tebing, sekitar 500 meter dari rumah keluarga Yayuk. Leher Yayuk diikat ke lutut sebalah kiri. Sedangkan kedua tangannya diikat ke lutut kanan, menggunakan sobekan celana olah raga. Mayat Yayuk hanya 2

menggunakan kaus dalam.

2

Abdul Manan, Phesi Ester Julikawati, “Siang Durjana di Kasie Kasubun” Tempo, 15 Mei 2016, hlm. 46. 3 Joniansyah Hardjono, “Karyawati Dibunuh Pakai Gagang Cangkul, Ini Kronologinya” dari https://metro.tempo.co/read/news/2016/05/18/064771904/karyawatidibunuh-pakai-gagang-cangkul-ini-kronologinya. Di akses 2 Juli 2016.

Hati Ani sedikit terisak oleh berita yang ia baca. Ia kembali diselimuti gelisah. Dalam benaknya hanya ada Sarminah. Entah kenapa Ia selalu memikirkan Sarminah. Ani ingin bertemu Sarminah, bertegur sapa, dan bercanda seperti dulu. Apa yang sebenarnya dirasakan Sarminah ? Apa dia bisa melewati semua ini ? Ani tertunduk lesu.

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

22

Gamang


ional

M

cari

Go

PROPERTI TRAVEL EDUKASI FOTO VIDEO TV

Pemerkosa Masukan Gagang Cangkul ke Kemaluan Korban Tangerang, Gadisgarang.com - Seorang karyawati bernama Enul tewas di kamar mesnya pada kamis (12/5). Jasad Enul bersimbah darah dan ada gagang cangkul menancap di kemaluannya. Tersangka pembunuhan Enul berjumlah tiga orang, antara lain : Rakhmat Alifin, 24 tahun, Iman Hapradi (20), dan siswa SMP berinisial RA (15). Mula-mula Enul diajak berhubungan badan oleh RA. Enul menolak karena takut hamil. RA lalu keluar dari mes dan merokok di pinggir jalan. Setelah habis dua batang, muncul Rakhmat Alifin yang baru keluar dari mes pria. Rakhmat Alifin dan RA kemudian berdebat perihal Enul, karena Enul mengaku sebagai Indiah kepada RA. Lalu Iman Hapradi lewat mengendarai motor. Karena kenal Rakhmat Alifin, Iman langsung berhenti. Mendengar sedang berdebat tentang Enul, Iman menjadi tertarik. Sebab ia beberapa kali mengirim pesan singkat kepada Enul. Mereka langsung masuk ke kamar Enul.

Saat RA keluar kamar, Alifin memperkosa Enul. Sedangkan Iman membekap wajah korban dengan bantal. Tidak berapa lama RA datang membawa cangkul. Benda itulah 3

yang digunakan RA dan Alifin secara bergantian untuk membunuh korban.

“Har, budaya patriarki telah menempatkan perempuan lebih rendah dari pada laki-laki,” tandas ku membuat Hartanto terheran-terheran “Kamu ngomong apa sih Ni ?” Hartanto keheranan melihat ku tiba-tiba berkata seperti itu. Hatiku mulai tidak tenang. Ada deposit amarah dan ketidakterimaan yang mengendap di dasar hati ku.

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

23

Gamang


Kegelisahan itu meledak-ledak ingin di

Ani mulai terisak. Dipikirannya hanya ada

muntahkan kepada siapa pun. Biar semua

Sarminah dan kenangan indah bersamanya. Ani

orang tahu.

akan langsung menanyakan kepada Susilo.

“Dunia ini sangat patriarkal. Orang tua sangat

Apapun yang terjadi, Ani harus tahu siapa yang

bangga anak laki-lakinya nakal dan sering

memperkosa Sarminah.

keluar malam. Mereka akan memakluminya.

Saat sampai di rumah pak Tohar. Ani

Tapi apakah mereka pernah mengajari anaknya

melihat manusia menyemut di sekitaran rumah

bagaimana menghormati perempuan ? Apa

pak Tohar. Ternyata ada Menteri Sosial datang

bapak mu pernah mengajari itu Har ?”

menemui Sarminah. “Tak boleh ada pembiaran”

Hartanto terdiam. Dia masih tak mengerti

bu menteri berujar kepada wartawan yang ada di

mengapa Ani marah dan berkata macam

sana. Sementara itu, Susilo dan komplotannya

kesurupan. Tangan Hartanto mulai memegang

telah meninggalkan kampung. Mereka kini

pundak Ani, namun Ani mengelak.

menjadi buronan polisi.

4

“Siapa yang memperkosa Sarminah Har ? Kamu tahu kan ? Aku melihat gelagat aneh mas Susilo. Kamu ikut berteriak saat warga mengusir Sarminah malam itu. Dari mana kamu tahu Sarminah telah diperkosa ?” “Sabar Ni, jangan berteriak-teriak disini. Malu dilihat orang” “Jadi kamu tahu ?” “Aku sebenarnya tidak tahu. Mas Susilo yang ngasih tahu. Kita mau dikasih duit kalau ikut bantu ngusir sundal dari kampung ini” Ani tercengang. Ribuan tanya menyeruak dalam benaknya. Kenapa mas Susilo sampai segitunya ? Ani langsung pergi meninggalkan Hartanto. Hartanto tak dapat menahan Ani karena harus menjaga warnet. Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

4

Nur Hadi, “Tersuruk Di Kandang Bebek”, Tempo, 5 Juni 2016, hlm. 78. 5 Baca Artika Rachmi Farmita, Nur Alfiyah, “Menanti Ani Menjadi Anang”, Tempo, 5 Juni 2016, hlm 68.

24

Gamang


Aku akan terlahir kembali. Masa lalu yang kelam itu akan aku lupakan. Kini aku punya kehidupan yang baru. Aku akan besarkan anak ku ini dengan sepenuh hati. Anak ku tidak salah apa-apa. Ia pantas mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Tumbuhlah jadi anak yang sholehah ya, Ani. “Sarminah” suara Anang, suamiku memanggil ku. Ah, aku tak sabar memberitahu Anang kalau sekarang Ani telah bisa berkata “Bapak”. “Di situ kau rupanya, Ani semakin mirip ibu nya ya ?” “Ni, kamu tadi dicariin bu Sopiah, katanya anaknya mau bikin KTP” “Ni ?” “Eh lupa, soalnya meskipun kini kamu sekarang laki-laki, wajahmu masih sama seperti dulu, kamu tidak berubah sama sekali, masih sama seperti teman ngajiku dulu yang baik hati” “Ahh, jadi nostalgia, kamu selalu kenakan kerudung berendra warna biru yang kucel itu tiap berangkat ngaji, apa kerudung mu itu tidak pernah dicuci ?” Anang dan Sarminah tertawa lepas. “Eh, Nang, apa penyakit mu itu, apa namanya itu, bisa nular ke keturunan mu ?” 5

“Hipospadia , gak tau Sar. Besok kita harus bertanya pada anak kita kelak, dia lebih merasa jadi laki-laki atau perempuan. Nyatanya, bentuk kelamin tidak mempengaruhi perasaan. Yang penting anak kita hepi. Gitu aja kog repot” Anang mengelus kepalaku dan mengecup kening mungil Ani. Kemudian beranjak ke ruang makan. Tak begitu lama, kedamaian keluarga kecil kami diusik oleh suara gedoran pintu rumah yang cukup keras. Anang langsung beranjak membukakan pintu. Ada pak Khobar di balik pintu. Gelagatnya kemrungsung. “Mas Anang gawat mas Anang” “Gawat kenapa ?” Anang terheran-heran “Pak Minun di gerebek polisi. Dia ditangkap. Ada yang melaporkan pak Minun ke Polisi” “Hah, kenapa ? Apa yang telah dilakukan pak Minun ?” “Pak Minun mencabuli puluhan santrinya !”

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

25

Gamang


Kereta Agnes Sulistya

Sumber gambar: www.keyword-suggestions.com

Stasiun ini masih bertahan semenjak puluhan tahun lalu, menjadi saksi tiap pertemuan dan perpisahan yang tenggelam dalam waktu yang enggan untuk berhenti beberapa saat. Kereta itu meninggalkan senja yang lembut, meninggalkan orang-orang dengan kenangannya di belakang. Pukul 18:43, aku melihat sekeliling dan menerka apa yang orang-orang pikirkan. Mereka semua tampak tersesat dalam kandang yang mereka ciptakan sendiri dalam kepala mereka. Mungkin, mungkin saja mereka hanya merasa bebas dalam pikiran yang terkurung. Di dalam kereta ini, mereka memiliki dunianya sendiri, di atas tempat duduk yang hanya muat dua orang. Potongan percakapan mampir di setiap sudut. Keluarga, kekasih, uang, seks, lebih banyak uang, dan barangkali cinta. Hanya ada kegelapan di luar, menelan rumah, toko, dan sudut-sudut jalan. Aku melihat seorang lelaki muda yang duduk di seberang tempat dudukku. Dia duduk di kursi 3B, sedangkan aku duduk di kursi 3D. Kantung matanya sudah cukup menceritakan separuh harinya, juga headphone yang bertengger di telinganya. Tipikal mahasiswa, begitu pikirku. Tempat duduk di samping dan depanku masih kosong, lalu dengan enaknya kurentangkan kakiku ke kursi yang kosong di depanku.

Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

26

Kereta


Setelah beberapa waktu, seorang pria tinggi, besar dengan muka sangar nampak datang dari arah gerbong yang lain. Dia ditemani seorang lain yang mengenakan seragam, lengkap dengan kabaretnya. Mereka mengingatkanku pada salah satu adegan film, lalu aku sadar bahwa aku sedang berada di kereta. Seorang ayah dan anak lelakinya yang duduk di belakangku menawariku kudapan. Hm, pria yang baik pikirku, bahkan aku tidak pernah mengenalnya. Aku melirik kursi kosong di sebelahku. Orang macam apa yang kira-kira akan mengisi kursi ini? Barangkali orang baik seperti bapak-bapak tadi? Atau mungkin saja dia pelit? Barangkali dia anggota DPR? Atau bahkan pengangguran? “Tiketnya, Mbak.” Pria berseragam lengkap itu membuyarkan lamunanku. Kuberikan tiketku padanya, “Terimakasih, Pak,” sesaat kulirik jari manisnya, lengkap dengan cincin kawin yang mulai berkarat. Dia lantas beranjak ke kursi sebelah. “Tiketnya, Mas,” suaranya masih tetap monoton. Kukira dia sudah mengucapkan itu ribuan kali. Lelaki itu tampak merogoh saku celananya, membuka dompetnya. Sekilas kulihat dia tampak panik, lantas merogoh saku ranselnya. Wajahnya makin pucat. Lelaki itu tiba-tiba merenggut tanganku, “Sayang... Sayang...” “Sayang, bangun,” suara yang terlampau terbiasa kudengar memanggilku. Sebaris cahaya merembes melalui celah ketika aku berjuang keras untuk membuka sebelah mataku dan merasa capai bukan kepalang. “Kita harus mengejar kereta.” Kekasihku menggoyang-goyangkan bahuku dan menarik pelan jari-jemariku. Aku ingat satu hal yang menamparku begitu keras. Aku belum membeli tiket buat kami berdua. Ya sudah, kukira aku tidak bisa lebih manusiawi lagi, lantas melumat bibirnya dengan keras.

Tn,1 Juli 2016

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

27

Kereta


Sumber gambar: etsy.com - Jamie P. Bruno

Dibawah Hujan Evangelita Dyah Sekar Arum

Langit tertutup mendung pekat,

Aku tidak mau besok pagi aku ditemukan tidak

berlapis-lapis dengan guntur dan kilat saling

bernyawa atau bahkan tidak ditemukan sama

bersahutan. Angin dingin menyapu wajahku,

sekali bak hilang ditelan bumi. Dunia ini

menghadiahiku dengan dedaunan kering

mengerikan.

hingga mengusik kesendirianku. Aku menghela

“Aku pulang,� kubuka pintu

nafas, menengadah sejenak, lalu dengan

rumahku. Sepi. Ah, dia pasti sudah berangkat

langkah lebar menyeberang, menyusuri jalan

bekerja. Kututup pintu dan menguncinya

kucing menuju rumah. Kurasa aku sudah

segera.

melamun di tepi jalan terlalu lama sampai tanganku begitu dingin begini.

Namaku Dennis. Usiaku 15 tahun dan aku tidak bersekolah. Lebih tepatnya,aku tidak

Arlojiku menunjuk pukul sebelas

bisa lagi bersekolah. Aku tidak begitu ingat

malam, saat paling tepat untuk

bagaimana ceritanya hingga aku sampai disini,

menenggelamkan diri dalam kejahatan

yang kutahu hanyalah aku terpisah dari orang

sekaligus saat paling tenteram untuk terpejam.

tuaku saat usiaku sepuluh. Sejak saat itu, aku

Kupercepat langkahku hingga nyaris berlari.

mau-tidak-mau terjebak dalam lingkaran setan

Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

28

Dibawah Hujan


sisi gelap dunia. Hanya ada hitam disini. Komplek tempatku tinggal ini pun, dari ujung

“Kemari sekarang. Aku ingin bicara denganmu.”

ke ujung adalah bagian dari sistem besar yang

Sambungan telepon terputus. Aku

kelam ini. Aku tidak bisa lari, karena aku

menghela nafas dalam-dalam. Berat rasanya

hanyalah boneka yang bisa dengan mudah

bertemu dengannya. Luka bekas pukulannya

dimatikan bila tidak lagi berjalan sesuai

seminggu lalu belum hilang dari tubuhku, pasti

keinginan dan aku belum siap untuk itu.

akan bertambah lagi bila aku datang kesana.

Apapun akan kulakukan, asalkan aku bisa terus

Aku tidak pernah menerima apapun selain

hidup. Mencuri, merampok, menyelundupkan

maki-makian dan amukannya. Rasanya ingin

narkoba dan mengedarkannya, membunuh,

menangis semalaman sampai tertidur dan tidak

atau bahkan menjual diriku sendiri pun akan

perlu bangun lagi.

kulakukan. Aku mau hidup. Dengan gontai aku melangkah masuk ke kamarku, melepas jaket, dan membanting

“Dennis, kau di rumah?” panggil seseorang dari arah pintu depan. Aku segera melesat keluar kamar menemuinya.

diri ke tempat tidur tepat sedetik sebelum

“Ya?“

ponselku berdering. Aku bekerja sudah sekian

“Aku kehujanan, ambilkan handuk

tahun lamanya, tapi tetap saja tiap gelagatku

untukku,” pintanya datar. Orang ini sama saja

diawasi dan dikontrol.

denganku, bagian dari sistem. Hanya saja,

“Ya, Boss?” tanyaku langsung.

kastanya beda. Sebagai pembunuh paling

“Tidakkah kautahu apa yang harus

dipercaya, perkataannya didengarkan dan

kaukerjakan saat malam tiba, bocah?” suara di

permintaannya dikabulkan. Hampir semua yang

seberang sana terdengar sama menggelegarnya

berkhianat, mati ditangannya. Aku ingat, dia

dengan guntur di langit. Aku diam membeku.

menyelamatkanku dari amukan boss dibawah

Seharian ini aku sudah lelah kucing-kucingan

hujan deras seperti ini. Kalau dia tidak

mengantarkan beberapa paket narkoba dan

m e m i n t a k a n m a a f d a n m e m b awa k u

menurutnya masih kurang? Rasanya aku sudah

bersamanya, mungkin aku tidak ada di dunia ini

seperti mau mati. Aku tidak mau jadi teman

lagi.

tidur siapapun lagi—setidaknya malam ini. “A-aku—“ Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

Mungkin ia menyadari keberadaanku janggal, sehingga saat ia menerima handuk

29

Dibawah Hujan


dariku, ia langsung melihat arlojinya. Harusnya

tidak punya pilihan. Kalau aku menolak, pasti

aku segera ganti baju tadi.

ujungnya aku mati. Tapi, aku juga takut dia

“Kau mau pergi? Mau tidur dengan

marah karena bagaimanapun juga aku ikut

siapa lagi?” tanyanya dingin. Dia biasanya tidak

tinggal dengannya dan mengikuti aturan

pernah berkomentar saat aku pergi tiap malam

mainnya. Kudengar, dia adalah iblis. Kurasa aku

meski dia tahu aku kemana dan melakukan apa.

tidak perlu membayangkan seperti apa iblis

Entah kenapa dia bertanya padaku hari ini, aneh

mengamuk.

sekali, karena ketika dia marah, sekalipun dia

“Boss menelepon—“

tidak pernah mengatai aku jalang, meski ketika

“Ponselmu. Kemarikan,” potongnya.

aku depresi dan lepas kontrol sering aku

Matanya yang tajam berkilat membuatku takut.

menjerit dan meneriakinya pembunuh. Tapi,

Kuserahkan ponselku, dia tetap berdiri di depan

saat dia marah, dia akan diam dan aku akan

pintu, dan dia menghubungi seseorang.

sangat ketakutan bak kelinci hendak disambar

“Halo, ini aku Nathael. Aku sudah

elang. Usianya sepuluh tahun lebih tua dariku,

bunuh semua pengkhianatnya, jadi bisa kita

mungkin ia sudah menata hatinya atau malah

bicara bisnis sekarang?”

sudah tidak punya hati lagi? Entahlah.

Dikuncinya pintu depan dan ia

Membayangkan isi dunia ini membuatku jijik

menyeretku kembali ke kamarku. Sambil terus

dan mual. Aku tidak tahu bagaimana caranya dia

bicara di telepon, ia mendorongku sampai

hidup tenang di neraka ini.

tersungkur.

“Tidak. Aku pergi menyelesaikan

“Aku yakin kita sudah sepakat

pekerjaan lain dan kelelahan sampai belum ganti

sebelumnya. Jangan buat aku marah. Kau

baju,” jawabku jujur—setengah bohong.

memang bossnya, tapi kautahu aku juga tidak

“Kembalilah ke kamar kalau begitu. Tidak ada yang menghubungimu, kan?”

suka barang-barangku disentuh orang lain. Dia milikku sekarang, jadi hanya aku yang boleh

Aku menunduk diam menggigit jari.

tidur dengannya. Jangan ganggu dia,” ujarnya

Kalau kubilang ada yang meneleponku,

sebelum memutus sambungan telepon dan

mungkin dia marah. Tapi kalau kubilang tidak,

membanting ponselku ke dinding sampai

sebenarnya iya. Aku tahu dia tidak suka

remuk.

melihatku bekerja seperti ini, tapi aku sendiri Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

30

“Kau bebas darinya sekarang.” Dibawah Hujan


“A-apa katamu.. tadi?� tanyaku syok.

Hari ini Nathael pulang dini hari dan

Aku menatap sosok yang masih berdiri

langsung masuk ke kamarnya. Sampai petang,

mematung di hadapanku itu, berharap ada

dia tidak keluar sama sekali. Tidak biasanya dia

jawaban.

seperti ini, karena yang kutahu dia tidak pernah Dia diam. Matanya memandangku

tidur lebih dari empat jam perharinya. Bahkan,

sekian detik sebelum ia berbalik pergi ke

dia lebih sering tidak tidur. Kupikir-pikir, dia

kamarnya sendiri meninggalkanku dalam seribu

mungkin orang yang baik. Sejak aku masuk ke

tanya. Dia membebaskanku? Atau dia hanya

tempat ini, hanya dia yang memperlakukanku

memindahkanku dari kandang singa ke kandang

secara manusiawi. Dia juga satu-satunya orang

buaya?

yang melindungiku. Aku tidak salah 'kan kalau

...

mengkhawatirkannya sekarang?

Sejak hari itu, aku tidak pernah bekerja

Kuberanikan diri mengetuk pintu

apapun sementara Nathael tetap sibuk. Setiap

kamarnya. Tidak ada jawaban. Hari sudah gelap,

hari, aku hanya mengerjakan pekerjaan rumah.

apa mungkin dia belum bangun setelah tidur

Tidak ada yang berani menggangguku karena

sejak pagi? Aku takut mengganggu tidurnya,

takut pada Nathael. Kalau mereka membuatnya

tapi kalau dia sakit bagaimana? Buka, tidak?

marah, pasti esok hari tinggal nama. Membunuh

Butuh lima menit sampai akhirnya tanganku

ikan untuk dimasak saja aku geli, bagaimana

mendorong kenop pintu dan mendapatinya

rasanya membunuh manusia? Aku tidak

masih tidzur dengan baju sama seperti saat dini

membayangkannya. Bisa sampai di posisi

hari tadi. Aroma alkohol bercampur asap rokok

sekarang ini, apa yang sudah dilakukannya

menguar di penjuru ruangan, botol-botolnya

sampai semua takut padanya? Seperti apa

berserakan di sudut kamar dan puntung rokok

rasanya?

terserak di asbak. Ada puluhan tablet obat tidur Meski dia bicara seolah sudah

di mejanya, sepertinya dia selalu minum obat itu

membeliku, nyatanya setiap hari aku tidur

karena wadah kosongnya banyak sekali dan

sendirian dengan tenang di kamarku. Dia

dibiarkan disitu. Aku tidak pernah boleh masuk

membiarkanku membaca banyak buku dan

ke kamarnya, jadi ini pengalaman pertamaku

melakukan apapun yang kumau. Tapi, jika aku

dan hasilnya diluar ekspektasiku. Kudekati dia,

bertanya kenapa, dia pasti diam saja.

kusentuh dahinya—panas. Dia sakit?

Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

31 Dibawah Hujan


Tiba-tiba dia tersentak bangun dan mendorongku sangat keras sampai aku terjengkang jatuh. “Hah?!” Ia sendiri tampak kaget, “Aku kira kau mau membunuhku. Bukankah kubilang jangan masuk ke kamarku?” tanyanya dengan nafas tersengal. Ekspresinya gelisah, dengan pisau yang ditariknya dari bawah bantalnya. “Kau tidak keluar kamar sejak hari masih gelap sampai gelap lagi. Apa menurutmu aku tidak khawatir?” jawabku membela diri. Dia duduk di sisi ranjang sambil memegangi kepalanya. “Kubuatkan sesuatu untukmu, ya? Kau demam,” aku bangkit dan berbalik keluar. “Tutup pintunya,” perintahnya. Hah? Tentu aku akan menutup pintunya nanti setelah aku keluar tanpa perlu kauingatkan. “Dari dalam,” ujarnya seraya berjalan mendekat dan menutup pintu sebelum aku keluar. Dia menguncinya dan menyimpan kuncinya di saku celananya. Apa-apaan ini. “Hei—“ Dia tidak mau bicara. Ia kembali ke tempat tidur dan mengabaikanku. Tidak ada tempat untuk duduk, aku duduk di sisi lain tempat tidurnya yang dekat dengan jendela—menghadap mendung pekat. Kuedarkan pandanganku, kamar ini jauh lebih besar dari kamarku. Tapi tidak ada apapun selain tempat tidur, lemari, dan meja kerja dengan dokumen berserakan. Tampak ia tidak memiliki hobi apapun. Ah, bahkan dia kan memang tidak punya kehidupan. “Dennis..” panggilnya. Tangannya meraih tanganku. Suaranya parau, dan dia tetap terpejam. “Kepalaku sakit sekali sejak tadi pagi,” keluhnya. Wajar, kau demam tinggi tapi kau melarangku mengambilkan minum untukmu. Rasakan. Tapi, ini pertama kalinya kau mengeluh padaku. Ada yang mengganggu pikiranmu? Kau ingin bercerita? Aku tidak berani bertanya, tapi aku akan menunggu. “Kemari, temani aku tidur.” “Tidur denganku tidak gratis,” jawabku asal. “Aku sudah membelimu seharga sepuluh nyawa manusia,” jawabnya enteng. Benarbenar bukan manusia. Tapi, yang dikatakannya itu fakta. Aku mendekat dan berbaring di Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

32

Dibawah Hujan


sebelahnya. Dari dekat, aku bisa lihat wajahnya kusut. “Seperti apa rasanya membunuh?” gumamku untuk diriku sendiri. Melihat wajah lelahnya, kutahu ia sudah melewati hidup yang sangat berat hingga mungkin tak terbayang olehku. “Kau ingin mencoba? Ambil pisau di bawah bantalku, bunuh aku,” jawabnya. “Mengerikan.” “Tidak masalah bagi orang yang lahir sudah dengan dosa sepertiku.” “Maksudmu?” Ia membuka matanya. Akankah kau bercerita? Aku menunggu. “Aku lahir tanpa ayah. Semua orang menatapku jijik dan ibuku gila karenanya sampai ia menjualku. Aku tidak tahu, untuk apa aku harus lahir kalau semua orang mengutukku? Kupikir hidupku tidak ada artinya hingga akupun mengutuk diriku sendiri. Aku bekerja setiap hari, mengikuti semua yang diperintahkan padaku untuk menghabiskan waktu. Aku tidak ingin mengingat masa lalu lagi. Kelamaan, perasaanku hilang dan aku jadi seperti sekarang.” “Kau tidak seburuk itu..” “Jangan menggodaku. Aku iblis.” “Tapi, kau orang paling manusiawi yang kutemui disini. Kau satu-satunya orang yang mengulurkan tangan padaku, tersenyum, dan menyelamatkanku. Kau lebih mirip malaikat daripada iblis.” “Aku membunuh sepuluh orang demi mendapatkanmu. Kau masih mau mengatakan aku malaikat?” “Kau malaikat buatku. Aku tidak peduli bila di mata orang lain kau adalah iblis atau dewa kematian sekalipun.” Dia tertawa. Tapi tawanya itu memilukan. “Tangan kotorku ini sudah membunuh ratusan orang melalui narkoba, racun, dan tusukan di jantung. Apa kau masih bersikeras dengan penilaianmu? Aku adalah definisi dari dosa itu sendiri.” “Aku tidak peduli pada masa lalumu. Pengakuan dosamu tidak penting buatku. Aku terjebak disini dan kau menyelamatkanku. Jadi, kau adalah malaikat.” Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

33

Dibawah Hujan


“Kalau adikku masih hidup, mungkin

Aku mulai berhenti melihatnya

dia sudah sebesar dirimu dan cerewet begini.

seperti cara orang lain menilainya. Buatku,

Tapi ia sudah pergi. Kau tidak boleh

yang ada padanya bukan hati yang dingin,

menyusulnya, tetaplah disini,” gumamnya

kekejaman, ego, dan hal buruk lain yang

sebelum benar-benar terlelap.

kudengar tentangnya lagi. Aku melihat hati

Aku masih tidak tahu mimpi buruk

yang kesepian, air mata, jiwa yang rindu

apa saja yang sudah dialaminya. Tapi,

memberi cinta dan sayap yang menunggu

melihatnya berjuang keras hanya agar bisa tidur

dibebaskan. Tak ada yang bisa lari dari neraka

membuatku merasa imajinasiku takkan sampai

ini, termasuk aku, tapi dia membawaku pergi ke

untuk membuat citra tentang hidupnya selama

tempat aman agar aku tidak terbakar. Tidak ada

ini. Mungkin alam bawah sadarnya pun

iblis yang menderita seperti ini dan hancur

mengutuk keberadaannya dan menghantui

demi orang lain, dia hanyalah malaikat yang

tidurnya setiap kali sampai membuatnya

terjebak dalam skenario kehidupan.

frustrasi. Wajah lelah itu, ekspresi datar itu,

Dalam hitam, kaubisa menemukan

semua diukirkan dunia padanya tanpa peduli

putih. Kami berjalan dalam gelap, terus hidup

kehendaknya. Entah berapa kali perasaannya

mencari putih itu. Aku sudah mendapatkan

hancur dihantam hidup atau berapa kali ia

putihku, hidupku, darinya. Apa yang harus

melawan kata hatinya sendiri demi bertahan

kulakukan agar ia juga mendapatkannya? Aku

h i d u p, a k u y a k i n t a k k a n s a n g g u p

juga ingin ia bahagia agar tawanya tidak lagi

menghitungnya. Ia terus membohongi dirinya,

terdengar seperti duka.

memaksa bahwa ia baik saja hanya agar ia tidak

Bersama dengan turunnya hujan,

lagi perlu mengecap perih luka. Menerima

mataku menumpahkan hujannya juga. Sambil

kenyataan ini sebagai takdirnya hanya ia

terisak, aku berbisik padanya, “Aku tidak akan

lakukan agar hatinya tidak lagi perlu dipugar

pergi. Kita akan bebas bersama-sama.”

pasca malapetaka yang tak henti mendera. Terus berjalan adalah pilihan yang diambilnya hanya agar tak ada waktu baginya memikirkan penyesalan. Seberapa menderita dia sebenarnya?

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

34

Dibawah Hujan


Oh Ternyata Fitri Isni Ridha Terik matahari di kota Bagatagam yang gersang ini membuat kering tenggorokanku. Sudah empat bulan hujan tidak menciumi bunga-bunga indah di kota ini. Saat Aku melihat suhu di snapchat dan path-ku, ternyata suhunya mencapai 35 derajat celcius. Cuaca ini membuatku berulang kali pergi ke kantin untuk membeli minuman dingin. Ketika Aku sedang berjalan lesu menuju kantin, tiba-tiba Gendang menghampiriku. Gendang adalah teman dekatku dari TK hingga SMA sekarang. Di kelas 12 SMA ini, kami sangat sering menghabiskan waktu bersama, namun tidak hanya berdua. Kami mempunyai sekumpulan teman yang bisa disebut sebagai “genk”. Mereka adalah Gitar, Pianika, dan Triangle. Dengan muka ceria, tiba-tiba Gendang nongol di depan mukaku yang sedang menikmati surganya es teh ibukantin. “Eh eh Gayung…. Tebak aku mau ngomong apa?” usil Gendang. Akupun hanya menampilkan ekspresi bingung. “Ayo dong tebak, clue-nya tentang asmara nih,” ucapnya sambil bermain alis. “Apaan? Gitu amat mukamu. Pasti kamu punya pacar baru ya?” jawabku. “Tidak tidak, bukan Aku tapi teman kita yang akan segera punya pacar pertama,” balas Gendang sambil terus tersenyum seakan ada maksud lain. “Serius? Pacar pertama? Gils udah SMA gini baru mau dapat pacar pertama wkwkw. Siapa tuuh?” heranku. “Songong banget ya kamu, baru sekali pacaran juga,” ejeknya. “Ya sudah, buruan kasih tau,” ucapku sembari membeli satu gelas es the lagi. “Si Gitar yung, maklumlah selama ini Dia kan belajar terus. Nah, sekarang Dia udah menemukan gadis idamannya. Gitar mengajak kita untuk membantunya mengatakan cinta pada si cewek ini yung. “Kamu mau bantuin kan? Kalau tidak, nanti kamu masuk neraka!” paksa Gendang. “Lah, kok bawa-bawa neraka. Tenang aja ndang, demi teman yang akan meraih cinta pertamanya pasti Aku bantuin deh. By the way siapa ceweknya? Aku bisa bantu apa nih?” jawabku dengan semangat. “Jadi gini yung, Aku, Gitar, Pianika, Dan Triangle udah latihan musik untuk membantu Gitar menyatakan cintanya. Nah, karena kami tahu kamu ga bisa apa-apa jadi kita Cuma minta tolong kamu untuk memancing cewek ini ke lokasi tempat kami beraksi yung. Cewek ini adalah Barbie. Dia teman dekatmu juga kan? Pasti kamu bisa membujuknya untuk ke lapangan basket, di sanalah kami akan beraksi,” jelas gendang. “Thanks

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

35

Oh Ternyata


dang sudah memperjelas ketidakmampuanku

Namun, ada yang aneh dengan Gitar.

di bidang apapun. Hmm ternyata tugasku sangat

Dia tidak menatap Barbie sama sekali. Tatapan

mudah,” ujarku sembari memikirkan cara

dan langkahnya menuju ke arah kursi di

untuk mengajak Barbie ke lokasi tersebut.

belakangku. Namun Aku tidak terlalu fokus

Gendang pun tertawa. Ya, Aku dan teman-

dengan itu karena baru saja kakiku tersandung

temanku sudah terbiasa dengan candaan

batu sehingga sepatuku rusak. Aku sedang

seperti itu.

mencoba memperbaikinya dengan double tape

Setelah Aku dan Gendang berdiskusi

yang kebetulan ada di saku rokku. Tetapi, suara

tentang teknik pernyataan cinta itu, kami pun

Gitar semakin dekat. Aku pun langsung

langsung menuju tempat masing-masing. Aku

mengenakan kacamata silinderku. Disitu,

segera berjalan ke kelasku karena Barbie dan

terlihat jelas tatapan Gitar, ternyata Dia tidak

Aku sekelas. Sedangkan Gendang berjalan

menatap ke arah kursi itu, tapi malah menatap

menuju kelas Gitar. Setelah diberi aba-aba oleh

mataku. “Astagah, apakah Gitar tiba-tiba

Gendang melalui line, Aku pun berpura-pura

terkena penyakit mata ya sehingga Dia salah

meminta tolongkepada Barbie untuk mencari

jalan begini,” gumamku dalam hati. Namun

pitaku yang hilang usai bermain basket.

tidak, tiba-tiba Gitar menunduk dan

Barbie adalah anak yang sangat

memegang tanganku.

lembut, cantik, bersuara merdu, dan baik. Jadi

Aku hanya terdiam ketika Ia

caraku ini tentu berhasil membawa Barbie

memegang tanganku. “Yung, pacaran kuy?”

untuk menuju lokasi penembakan. Barbie pun

pintanya dengan nada ceria. Aku yang masih

langsung ikut untuk menolongku. Saat kami

belum sadar akan semua ini mencoba untuk

(read: Barbie) sedang sibuk mencari pita, tiba-

meluruskan hal tersebut dengan memberikan

tiba Gitar datang sambil memetik senarnya dan

isyarat kecil kepada Gendang, Pianika, dan

menyanyikan sebuah lagu cinta. Gendang dan

Triangle. “Woy, apaan nih? Kok bisa jadi gini?”

lainnya mengikuti gitar sembari menari (sok)

Mereka pun membalas dengan isyarat tubuh

kerendengan sangat (tidak) serentak. Lapangan

yang mengatakan bahwa mereka juga tidak

basket tersebut langsung diramaikan oleh

tahu. “Gimana yung?” ucap Gitar yang

teman-teman lain yang ingin menyaksikan

membutuhkan kepastian. Kerumunan siswa

adegan romantis itu.

yang ada di lapangan basket itu menyorakkan

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

36

Oh Ternyata


satu kata dengan serentak, �Terima! Terima!

psikiater. Hasilnya, kedua ahli tersebut

Terima!� Akhirnya Aku memutuskan untuk

mengatakan hal yang sama dengan apa yang

menjawab pertanyaan Gitar besok malam

telah Aku teliti pada diriku. Namun, mereka

karena Aku tidak nyaman dengan kehebohan

mengatakan bahwa hal itu dapat dirubah

tersebut.

apabila aku memiliki kemauan yang kuat dan Sebenarnya Aku tidak begitu paham

ingin terus mencoba. Ntah mengapa, Aku

tentang perasaan suka kepada lawan jenis,

belum ada kemauan untuk merubah diriku. Jika

apalagi sesama jenis. Sebelumnya, Aku pernah

memang Aku tidak tertarik ya tidak apa-apa.

mencoba menjalin hubungan dengan Ember,

Itu bukan merupakan hal yang salah bagiku.

teman bimbelku. Namun, Aku tidak

Gitar adalah teman yang sangat baik,

merasakan hal yang spesial pada hubungan itu.

Dia selalu ada ketika aku membutuhkannya.

Perasaanku ke Ember tidak ada bedanya

Namun, perasaanku kepadanya sama dengan

dengan perasaanku ke teman lainnya. Padahal,

perasaanku kepada teman lainnya. Aku pun

Ember adalah cowok ganteng yang sangat baik

memutuskan untuk menceritakan tentang Aku

dan perhatian padaku, tetapi Aku tetap merasa

yang sebenarnya kepada gitar. Aku tidak ingin

itu biasa saja. Sudah lama Aku mencari fakta

mengulangi kesalahan yang pernah Aku

ilmiah tentang hasrat-hasrat seksual seperti itu.

lakukan kepada Ember. Aku hanya ingin tetap

Ketika Aku menjelajahi beberapa buku di

bersahabat dengan Gitar. Ternyata, Gitar

bidang biologi, ternyata ada macam-macam

sang at open minded terhadap semua

bentuk ketertarikan seksual pada manusia.

penjelasanku. Ia pun bisa menerima

Banyak di antaranya yang belum kupelajari

keputusanku untuk tetap bersahabat

secara mendalam, salah satunya adalah

dengannya. Terima kasih Gitar.

aseksual. Setelah Aku meneliti ciri-ciri dari aseksual tersebut, Aku menemukan banyak ciri-ciri aseksual yang ada pada diriku. Sesudah Gitar menyatakan perasaannya tadi, Aku kembali teringat akan renungan-renunganku dulu. Akhirnya Aku memutuskan untuk mengunjungi dokter dan Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

37

Oh Ternyata


Manusia Sejati Regina Nawawi

Sumber gambar: www.thinkstockphotos.es

Aku dilahirkan bersama dengan garis

pikiran penciptaku yang sangat sangat sangat

hidupku. Dari bayi, Dia sudah memberikanku

bijaksana. Dalam pikiranku yang sempit ini aku

tangis yang kencang. Entah apa guna tangis itu.

sudah langsung berkata, bodoh sekali sih! Ketika

Oh, tidak. Dia pasti sudah memikirkannya.

ada sesuatu hal yang tidak masuk diakalku.

Tidak mungkin Dia memberikan ku tangisan tanpa alasan, kan?

Aku terus begitu dan begitu. Aku membawa posisiku sama rata dengan

Lalu aku diberikan akal. Agar aku

penciptaku. Mungkin dia tidak akan suka hal ini,

dapat berinteraksi terhadap lingkungan. Alam

tapi apa mungkin dia suka? Bagaimana aku bisa

dan dengan sesuatu yang sepertiku. Aku

tau apa yang dia suka dan dia benci? Ketika

diberikan misi untuk menjadi Manusia Sejati.

hanya kata-kata tertulis yang aku punya darinya.

Aku harus menentukan bagaimana caraku

Bagaimana aku tau apa yang dia mau? Bukankah

bertahan untuk bertemu penciptaku nanti. Apa

dia hanya memberikan garis-garis besar dan cara

yang harus ku katakan, ketika ia bertanya

menginterpretasikan tergantung dari setiap-

'Kenapa?'

setiap aku?

Aku berlagak sepertinya selalu

Pikiran dangkalku tergali, aku tidak

bertanya kenapa terhadap segalanya. Aku suka

bisa seenaknya menilai aku yang lain seperti ini.

berperilaku sepertinya menyebutkan kalau ini

Apa yang aku nilai sekarang ini hanya

salah dan itu benar. Tentu saja salah dan benar

berdasarkan tulisan-tulisan yang masih sangat

itu menurut pikiran dangkalku ini. Tidak seperti

luas maknanya. Dan tidak ada aku yang bisa

Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

38

Manusia Sejati


menjelaskan tulisan itu. Aku tidak seharusnya percaya pada aku dalam hal seperti ini. SIAPA AKU MENILAIMU? Aku cuma bisa melihatmu menjalani hidup, aku tidak tau apa yang kau rasakan. Lebih jauh lagi aku bahkan tidak tau apa yang dia lihat darimu. Aku menganggapmu salah, tapi ternyata dia menyukai perbuatanmu. Lalu apa gunanya aku menyalahkanmu? Seharusnya aku bisa menerima hal yang kau lakukan, selama itu tidak menganggu kehidupanku. Lebih sadis mungkin aku bisa membiarkanmu melakukan semuanya. Selama perbuatanmu itu tidak melebihi batas-batas yang dituliskan oleh aku yang lain. Tunggu, ketika kau melebihi batas lantas apa yang harus kulakukan? Menarik-narikmu kedalam jalan yang aku bilang jalan benar? Oh tidak, aku hanya memberitahumu untuk memiliih jalanmu sendiri. Jalan yang kau anggap benar. Yang menilai jalan itu benar atau tidak adalah penciptaku. Bukankah itu cukup adil? Kau tidak perlu sibuk dengan urusanku dan akupun tidak terbebani dengan urusanmu. Penciptaku adalah yang terbaik. Dia tau apa yang dia lakukan, jadi kau tidak perlu khawatir. Misiku dan misimu sama, menjadi manusia sejati. Aku dan kau harusnya saling menghargai dan mengerti. Catatan: Tulisan ini adalah tulisan dari pikiran sempit seseorang. Dia lelah melihat 'aku' yang hanya tau menilai dan menilai. 'Aku' yang merasa sempurna tapi belum sejati.

Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

39

Manusia Sejati


Kembang Api Terakhir Faishal Fadillah Sovano

Sumber gambar: freepik.com

Ayahku pernah berkata padaku “Hanako,

tujuan Ayah mengajakmu ke festival musim

lihatlah ke langit malam itu”. Aku pun

panas ini.” Aku masih mendongak ke atas,

mendongakkan kepala kecilku ke atas. Kosong.

terpana, terdiam. “Iya yah, bagus sekali,

Hampa. Aku tak mengerti kenapa ayah

seperti..”

menyuruhku untuk menatap cahaya biru kelam

“Bunga yang mekar.” Potong ayah.

yang membosankan di atas itu, setidaknya

Ayah membaca pikiranku. Ya, benar sekali,

sampai 5 detik berlalu. Kemudian, cahaya biru

kombinasi warna merah, kuning, hijau yang

kelam yang muram tersebut berubah menjadi

bertaburan di angkasa mengingatkanku pada

hal yang paling mengesankan di dalam hidupku,

kebun bunga milik ayah. Sebagai seorang

yang memang baru berjalan selama 10 tahun ini.

penjual bunga, ayah memiliki kebun yang cukup

Puluhan bola api meluncur elegan melawan gaya

luas di halaman rumah yang ia buat setelah ibu

gravitasi menyeruak melawan hegemoni

meninggal. Setiap sore hari sebelum matahari

kegelapan yang mendominasi kanvas hitam

terbenam ayah sering mengajakku untuk duduk

yang berupa kelamnya angkasa. “Itu namanya

di kursi taman buatan ayah sendiri yang berada

kembang api, Hanako, indah bukan? Inilah

di tengah kebun bunganya. Kami berdua duduk

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

40

Kembang Api Terakhir


mereka untuk duduk di ruang tamu. Meraka

Jangan tinggalkan aku sendiri ayah!”

membicarakan hal-hal aneh yang baru dan

“Kau tidak sendiri kok Hanako, Paman Hiroshi

belum pernah aku mengerti, Loyalitas, Kaisar,

dan Bibi Tsuki akan datang besok pagi, jadi

Supremasi. Belum beberapa lama aku

kamu tidak akan merasa kesepian.”

menemani ayah untuk mengobrol dengan dua

“Tapi ayah…”

orang tersebut, aku jatuh tertidur.

“Hanako, jika kamu tetap bersabar sampai ayah

Ketika aku terbangun, dua orang tersebut sudah

pulang, maka ayah akan bawakan kembang api

pergi, aku pun mencari ayah, yang ternyata

paling besar di Jepang untukmu, dan kita berdua

sedang terdiam di kebun bunganya.

akan nyalakan bersama-sama sampai orang di

“Ayah, kenapa sendiri saja melamunnya? Aku

seluruh dunia bisa melihatnya! Bagaimana?”

juga mau ikut.”

“Ayah janji?”

“ Hanako, ayah sudah memutuskan.”

“JANJI!”

“ Kenapa yah?”

“Janji jari kelingking?”

“ Ayah sudah menemukan cara bagaimana

Dan kami berdua menyatukan jari kelingking

untuk menjadi kembang api untuk mu.”

kami. Eratnya genggaman kelingking ayah dan pelukannya adalah kehangatan terakhir yang aku

...

rasakan semenjak hari itu.

...

Aku menyesal, amat menyesal, seharusnya aku tidak usah mengatakan kalau ayah adalah kembang api ku, aku tidak ingin ayah pergi

Satu tahun kemudian.

meninggalkanku untuk menjadi kembang api ku.

Aku mengucek mataku di pagi yang dingin. Rasa

“Hanya beberapa bulan saja Hanako, ini bukan

ngantuk masih amat terasa akibat malam

hanya soal menjadi kembang api mu saja, ayah

sebelumnya aku begadang membantu bibi

ingin menjadi kembang api yang menyinarkan

untuk membuat kue-kue yang akan dijualnya

harapan dan kebahagiaan bagi semua orang.”

pada siang hari nanti. Namun aku harus tetap

“Kalau begitu ajak aku ayah, aku juga ingin tahu

bangun untuk bersekolah, paling tidak sampai

bagaimana caranya menjadi kembang api!

libur musim panas satu minggu lagi. Aku pun

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

41

Kembang Api Terakhir


di sana, bercanda, membicarakan hal-hal kecil,

sedang tidak berjalan dengan mulus, seperti

terkadang ayah terdiam melamun sambil

muramnya langit malam itu.”

menatap bunga-bunga yang di rawatnya,

“Tapi yah, bukankah kembang api itu hanya

sesekali ketika ayah melamun aku sering

muncul sementara saja lalu menghilang? Kalau

meletakkan belalang hijau di atas kepala ayah

begitu apakah aku hanya berguna ketika aku

tanpa di sadari, sampai ayah tahu ada belalang di

akan menghilang saja?” tanyaku skeptis.

kepalanya lalu berteriak. Dibalik sosoknya yang

“Namun ketika satu kembang api hilang maka

gagah Ayah memang takut dengan belalang.

akan muncul yang lain bukan? Itulah semangat

“Hanako..” bisik ayah lirih. “Kamu tahu

kembang api! Setelah ia mati, ia akan hidup lagi

mengapa aku menamaimu dengan nama itu?”

dan membawa keindahan lagi kepada semua

Aku menanggapi ayah dengan lirih, “Dari

orang!”

bunga (Hana) kan yah? Bukankah sudah jelas?

Aku terdiam.

Ayah sangat menyukai bunga bukan?”

“Kembang api ya?...” ujarku dalam hati.

“HAHA, SALAH!” ayah berteriak sambil

“ Kalau begitu, aku ingin ayah juga menjadi

tertawa, ingin membuatku kaget namun

kembang api ku..”

teriakannya tertutup oleh suara puluhan

...

kembang api yang meledak di angkasa. Ayah terdiam sebentar, raut mukanya berubah menjadi penuh melankonlia. “Bukan bunga

Beberapa minggu setelah festival musim panas

(“Hana”) tapi kembang api (“Hanami”), aku

dua orang berbaju seragam berkunjung ke

menamakanmu dengan sesuatu yang paling

rumah kami. Salah satunya adalah pria berkumis

indah di dunia.”

dengan wajah yang kaku. Pria itu memiliki

“Ayah ingin kamu menjadi seperti kembang api,

banyak hiasan warna-warni di dada sebelah

Hanako, terang benderang menghiasi langit

kanan dan kirinya. Ia menanyakan sesuatu

malam yang awalnya terlihat membosankan.

kepada ayah tanpa basa-basi. Pria yang satu lagi

Ayah ingin kamu menjadi indah, dan

masih terlihat lumayan muda, kira-kira umurnya

keindahanmu juga membawa berkah dan

sama seperti Kojima-san yang tinggal

kebahagiaan bagi orang lain. Sinar dan warnamu

bertetangga dengan kami. Pria berkumis itu

akan membawa keceriaan ketika banyak hal

meminta ijin masuk dan ayah mempersilahkan

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

42

Kembang Api Terakhir


mengambil handuk dan menyalakan air panas. Seusai mandi dan bersiap-siap, aku berlari ke pintu depan, aku melihat jam sudah menunjukkan waktu masuk sekolah. “Terlambat lagi� pikirku. Aku mempercepat lariku sampai ke pintu depan, namun tiba-tiba ada secarik kertas yang tergeletak di depan pintu rumah kami. Cukup aneh, mengingat ayah telah bilang kalau setiap surat yang masuk harus dikirimkan langsung ke batalion tempat ayah bertugas sekarang. Karena penasaran aku membuka surat tersebut,yang berisi:

Halo Hanako, selamat pagi/siang/malam. Lama tidak berjumpa kembang api ku, syukurlah jika kamu baikbaik saja, maaf ayah baru bisa membalas suratmu sekarang. Bagaimana keadaan paman dan bibi? Ayah ingin mengabarkan bahwa Ayah telah berhasil menjadi kembang api Hanako, bagi semua orang disini dan juga bagi rakyat Jepang. Satu yang belum ayah lakasanakan adalah janji ayah kepadamu untuk menjadi kembang api mu dan memberikan kembang api terbesar di dunia padamu. Maka dari itu ayah akan kembali ke rumah pada tanggal 6 Agustus nanti. Pada awalnya ayah akan pulang pada tanggal 3 Agustus namun pada waktu itu jadwal tentara yang pulang ke Hiroshima amatlah padat. Namun ayah berhasil mendapatkan tanggal 6 ini demi kamu hehe. Tunggu ayah ya, Ayah akan bawakan kembang api terbesar yang akan membuat orang di seluruh Jepang kagum melihatnya dan akan membuat teman-teman kamu iri. Salam Cinta, Ayah.

Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

43

Kembang Api Terakhir


Euforia datang merasuk dari segala arah ke dalam tubuhku. Kebahagiaanku tak tebendung mengetahui bahwa ayah akan pulang seminggu lagi, pas sekali pada liburan musim panas. Aku langsung memberitahukan kepada Paman dan Bibi bahwa ayah akan segera pulang. Paman dan Bibi terlihat sangat bahagia, Paman menanyakan apakah aku tidak terlambat untuk sekolah? Pada saat ini aku tidak peduli akan dihukum karena telambat sekolah, bahagia, aku sangat bahagia, ayah benar – benar telah menjadi kembang api ku sesuai janjinya.

... HIROSHIMA, 6 AGUSTUS 1945. Inilah harinya! Inilah hari ketika ayah pulang! Ayah akan pulang membawakan KEMBANG API TERBESAR DI JEPANG. Aku sudah tidak sabar ingin memeluk ayah, membawanya ke festival musim panas dan menyalakan kembang apinya! Tuhan percepatlah waktu agar ayah cepat pulang!

--END--

Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

44

Kembang Api Terakhir


Selembar Karcis Derit Hati Berkaca untuk Merasa Apa Kabar Manusia

Sajak Merasai Berteman dengan Kematian Palsu

Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

45

Sajak


Selembar Karcis Wiwing Erliana Aku Siapa aku? Aku tidak seperti surat, yang dinantikan kehadirannya Tidak pula seperti kertas berharga, yang sangat dijaga keberadaannya Ketika butuh aku Mereka menjagaku Mereka menyimpan diriku Bahkan rela mengeluarkan harta demi aku Namun, apa yang terjadi ? Setelah mendapatkanku Dan menghisap seluruh nyawaku Mereka memutilasi seluruh jasadku Lalu membuangku daya diriku Inikah takdirkuApalah ? Hanya mampu terdiam membisu Aku, Hanya sobekan karcis Terbuang dan terinjak Tak ada yang sudi melihatku Bahkan untuk sekedar berbelas kasih padaku Mungkin ini skenario dari Tuhan untukku Tak ada niat mempersalahkan Apalagi meminta revisi suratan takdir Hanya mampu berharap Kiranya Tuhan berikan yang terbaik

Sumber gambar: www.sketchite.com

Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

46

Selembar Karcis


Derit Hati Hamida Amri S

Aku termenung di ujung jalan Bersama bulan merutuki kebisingan malam Mendalilkan berbagai kejadian kehidupan Tawaku pun mulai keluar Nanar mata mengikuti kegilaan

Aku seperti seonggok kerbau di sudut kandang Diam dan medengarkansemua kicau orang-orang Mereka berkicau seperti seorang pesakitan Berkicau tentang jerit anak Tuhan

Tangan dan kakiku seperti terpenggal oleh keramaian Mulut turut dibungkam melihat kenistaan Tenggorokan mulai tercekat

Sumber gambar: etsy.com - Jamie P. Bruno

Jiwa ini terus saja terikat ketidakberdayaan

Hei kau ketidakberdayaan yang berdaya Ku ingin menghisap penderitaan Mendorongmu menuju jurang kehancuran Tapi nasib tak memberi kesetiaan

Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

47

Derit Hati


m

.co r: ba blog m y a a r g id be orefr m f Su ybe da

Berkaca untuk Merasa Adita Putri Hapsari Takkan ada sakit tanpa merasakan sakit Takkan ada bahagia tanpa merasakan bahagia Takkan ada luka tanpa merasakan luka Takkan ada rasa indah tanpa merasaan keindahan

Manusia adalah entitas saling menjadi Manusia adalah gumpalan rasa empati Manusia adalah konstruksi berpikir Manusia adalah cermin

Berkacalah seakan hatimu disana Di dalam diri sesama Dan kelak akan ada rasa Bahwa berkaca adalah untuk merasa

Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

48

Berkaca untuk Merasa


Apa Kabar Manusia Reno Rindiatama Apakah kemanusiaan itu hanya seputar bencana? Apakah kemanusiaan itu hanya terkait peperangan? Mengapa istilah “dompet kemanusiaan� hanya muncul ketika terjadi kemalangan dikalangan sesama manusia?

Apakah kemanusiaan hanya dimaknai sempit sebagai rasa iba antar manusia?

Apakah manusia adalah anomali? Manusia menjadi manusia ketika kemanusiaan hanya ditujukan kepada sifat saling peduli sesama manusia

Yogyakarta, 30 Juli 2016

Sumber gambar: www.dreamstime.com

Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

49

Apa Kabar Manusia


Merasai Rayvo Rahmatullah Air mata berderai, air mata ku berderai

pemangsa kembang desa, predator handal

Tapi kalian tergelak terbahak tak berotak

Kalian memang kejam, lebih kejam dari

Aku teriak meminta malaikat maut meremas

diktator dunia penghisap darah jelata

nadi-nadi kalian dan mencampakkan

Kalian memang busuk, lebih busuk dari

Tapi suara pekikku diredam, mulutku

setumpuk bangkai santapan buaya renta

disumpal dengan sperma kuda yang kalian

Kalian memang iblis, bahkan lebih iblis dari

peras paksa hingga kering tak bersisa

pada setan berkepala dua

Ooohh aku sendu

Oooh aku merasai

Dadaku remuk bahkan lebih hancur dari

Isak tangis ku tak akan mampu menggugah

ledakan satu juta ton nuklir yang menyulut

hati kalian yang membatu

hingga tahta angkasa

Ancaman pasal-pasal penguasa tak lagi

Jantungku jatuh menerobos sela-sela

mempan menahan nafsu dan kebringasan

keruwetan organ untuk menyelinap keluar

kalian yang menderu membuncah ke ubun-

menembus dubur ngiluku

ubun tanpa logika

Ulah tangan-tangan kalian yang terangsang

Bahkan lantunan ayat-ayat tuhan tak akan

menekan tombol syahwat yang mencipta

kalian dengar

keedanan kuli birahi

Ayat-ayat tuhan

ulah otak kalian yang bebal dan hati kalian

Tuhan

yang diperbudak kerakusan binatang bengal

Tak kalian dengar

oooh aku sansai, Enam milyar manusia tak lebih berharga dari berak terserak yang diurai lalat-lalat penyungkah Bahkan aku kalian anggap lebih rendah dari pelacur tua penjaja paha keriput Pelacur tua yang berharap iba om-om muda Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

50

Merasai

Sumber gambar: www.pinterest.com


Sumber gambar: www.pinterest.com

Palsu Evangelita Dyah Sekar Arum

Untukmu yang dimainkan hidup, ditertawakan dunia, dan dikutuk langit..

Bohong Kaubilang baik saja Kaubilang tidak apa Padahal hatimu luka

Katakan Ceritakan Kudengarkan Takkan kutinggalkan

Bohong Senyummu sendu Riangmu palsu Aku tahu

Kutahu berat hidupmu Aku menemani Membunuh sepi Dalam dunia abu-abu

Bohong Katamu hidup indah Tapi tangismu membuncah Matamu selalu basah

Berhentilah mengutuk diri Berhentilah menipu hati Jangan pilih mati Aku ada disini

Kau tidak sendiri

Prolog Project 4 “Kemanusiaan�

51

Palsu


Berteman dengan Kematian Olivia P

“Aku akan rindu padamu,” pekikmu di dalam air menyeruak masuk seperti madu dalam lilin dan sengat yang bikin mati lebah

“Aku akan pergi jauh,” hardikmu, “kamu tidak boleh ikut!” Kaubelah cermin yang tak pecah tapi memecah kau punya organ dalam

“Sebelumnya, cium aku,” sebelum aku turut berpusar dan memasuk angin untuk darah yang tak sempat aku donorkan karena takut

Otak Kaupunya otak? Yang kaupunya punyaku juga — Kau yang bilang. Sleman, 2014.

Berbunyi Ah, kamu tak bisa! Kamu harus periksa — Bohong.

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

52

Berteman dengan Kematian


BACA TULIS LAWAN Kami adalah bagian dari mereka yang menyebut dirinya mahasiswa. Kami masih mencari makna kata “maha”, dan mungkin ini salah satu jalan untuk menemukannya. Satu untuk meniti dan berbagi informasi. Satu untuk belajar mengawasi, sisanya menyemangati diri untuk berkreasi, selebihnya mencoba bersosialisasi dengan kawan-kawan satu visi.

Prolog Project 4 “Kemanusiaan”

53


54

BPPM MAHKAMAH Redaksi

Litbang

Foto dan Artistik

Pemasaran

Mari Bergabung Bersama Kami

Syarat 1. Mahasiswa aktif FH UGM 2. Membuat opini dengan tema bebas (min 300 kata) 3. Membuat ilustrasi dari opini yang dibuat 4. Berkomitmen tinggi

Tanggal Penting

12 Pengumpulan Tugas

13-14

Makrab dan Wawancara Kuliah Alternatif

20-21 Materi Kejurnalistikan

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.�? Pramoedya Ananta Toer



www.mahkamahnews.org


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.