
Badan Semi Otonom Zephyrus
Badan Semi Otonom Zephyrus
Dengan mengucapkan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami persembahkan dokumentasi perjalanan BSO Zephyrus HMME "Atmosphaira" ITB dalam pengabdian masyarakat tahun 2024. Sebagai bagian dari keluarga besar HMME “Atmosphaira” ITB, kami percaya bahwa ilmu pengetahuan hanya akan benar-benar bermanfaat jika diterapkan untuk kebaikan masyarakat luas.
Tahun 2024 menjadi momentum penting bagi Zephyrus untuk menjalin sinergi antara teknologi dan pemberdayaan masyarakat. Melalui program di Majalaya, Kabupaten Bandung, kami mengembangkan instrumen Automatic Water Level Recorder (AWLR) dan Rain Gauge yang memberikan data real-time bagi masyarakat untuk dimanfaatkan sebagai data pendukung sistem peringatan dini.
Kami juga menyelenggarakan program edukasi kebencanaan seperti Ngaguar Banjir Majalaya x BSO Zephyrus dan Zephyrus Goes to School. Melalui kolaborasi erat dengan Yayasan Jaga Balai, kami berupaya menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama generasi muda, dalam memahami dan mengurangi risiko bencana, serta mendukung penerapan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).
Buku ini bukan hanya sekadar laporan, melainkan bentuk apresiasi kami kepada semua pihak yang telah mendukung program ini, dari masyarakat Majalaya hingga para anggota HMME “Atmosphaira” ITB. Kami berharap, upaya ini dapat memberikan manfaat nyata dan menginspirasi langkah-langkah selanjutnya dalam bergerak dan berdampak untuk masyarakat dalam membangun negeri.
#BergerakBerdampak
#ZephyrusJourney
Salam hangat,
Jeremy Blessclay Muljana
Ketua BSO Zephyrus HMME "Atmosphaira" ITB 2024/2025
Salam Redaksi
Daftar Isi
Tim Redaksi
Chapter 1: Tentang BSO
Zephyrus
Menilik Zephyrus
Zephyrus Sekarang
Chapter 2: Tentang Majalaya
Chapter 3: Pemasangan Alat
Tentang AWLR
Proses Survei Hingga Pemasangan
AWLR
Badan Semi Otonom Zephyrus HMME
“Atmosphaira” ITB atau yang biasa disebut dengan “BSO Zephyrus” merupakan salah satu badan pendukung di bawah Himpunan Mahasiswa Meteorologi (HMME) “Atmosphaira” ITB. Badan ini memiliki fokus pada pengembangan keilmuan meteorologi sekaligus penerapan ilmu tersebut dalam bentuk kegiatan pengabdian masyarakat.
BSO Zephyrus hadir sebagai wujud nyata kontribusi HMME “Atmosphaira” ITB dalam menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya pada aspek pengabdian masyarakat. Pada awalnya, Zephyrus merupakan sebuah proyek jangka panjang yang dirancang untuk
mendukung kemampuan anggota HMME “Atmosphaira” ITB dalam mengaplikasikan keahlian mereka secara profesional.
Dibentuk pada tahun 2013 oleh Kementerian Pengembangan Proyek dan Keilmuan - Badan Pengurus HMME “Atmosphaira” ITB 2013/2014, proyek ini tidak hanya menjadi wadah pembelajaran praktis, tetapi juga berperan aktif dalam memberi solusi nyata terhadap permasalahan di masyarakat. Sejak awal berdirinya, Zephyrus telah melalui perjalanan panjang yang penuh inovasi, dimulai dengan proyek pembuatan dan pengembangan Early Warning System (EWS) untuk banjir di Sungai Cikapundung, Bandung selama lima tahun.
Pada kepengurusan tersebut diadakan pencerdasan mengenai Early Warning System (EWS) kepada massa himpunan serta dilakukan analisis terhadap data-data yang diambil pada tahun sebelumnya. Selain itu, dilakukan juga pemasangan alat di site pengamatan berupa AWS (Automatic Weather Station) dan pembuatan mikrokontroler. Pada tahun selanjutnya, proyek Zephyrus berupa pembuatan dan pengembangan EWS untuk banjir dibagi menjadi tiga kategori, yakni: (i) Near Real Time EWS, (ii) Short Term EWS, dan (iii) Long Term EWS.
Tidak hanya berfokus pada riset, Zephyrus juga menginisiasi berbagai program kerja unggulan, seperti Z-Workshop, ZMapping, dan Z-Charity. Program-program ini melibatkan kolaborasi dengan mitra eksternal, seperti CircleGeo untuk pelatihan teknologi dan mendorong anggota untuk berkontribusi lebih luas. Pada tahun 2017, Zephyrus berhasil meraih penghargaan medali perunggu dan juara poster favorit di PIMNAS atas inovasi proyeknya.
Namun, perjalanan Zephyrus tidak selalu mulus. Tantangan besar sempat muncul, terutama ketika tidak adanya kepemimpinan formal dan dampak pandemi COVID-19. Pada tahun 2020, terjadi revitalisasi dengan menyusun ulang rencana kegiatan yang berorientasi pada keberlanjutan.
Di tahun yang sama, Zephyrus di bawah naungan Departemen Keilmuan Dan Wawasan Keprofesian HMME “Atmosphira” ITB Periode 2020-2021 resmi menjadi Badan Semi Otonom yang berfungsi sebagai wadah pengabdian masyarakat dan aktualisasi diri. Sayangnya, pemetaan atau roadmap yang telah disusun mengalami hambatan dalam pelaksanaannya pada pertengahan tahun 2020 hingga 2021 dikarenakan pandemi COVID19.
BSO Zephyrus menunjukkan kebangkitan luar biasa dengan terus berinovasi mulai tahun 2021. BSO Zephyrus tidak hanya memperkuat kontribusi dalam pengabdian masyarakat, tetapi juga memantapkan diri sebagai pelopor integrasi teknologi dalam solusi lingkungan melalui pengembangan teknologi seperti Rain Water Harvesting, Sumur Resapan, dan WhatsApp Bot. Pada tahun 2021 inilah inovasi BSO Zephyrus diperlihatkan melalui kegiatan pengabdian masyarakat yang diperluas ke wilayah Majalaya yang merupakan salah satu wilayah terdampak banjir di Kabupaten Bandung. Kebangkitan menegaskan sebagai dan keberlanjutan di bawah naungan HMME “Atmosphaira” ITB.
Selanjutnya, pada periode kepengurusan 2022/2023, BSO Zephyrus menunjukkan kebangkitannya setelah sempat mengalami stagnasi akibat pandemi COVID-19. Semangat baru yang mendasari tim ini menjadikan Zephyrus kembali aktif menjalankan berbagai program inovatif, salah satunya Z-FEWS (Zephyrus Flood Early Warning System). Program ini berfokus pada pengembangan sistem peringatan dini banjir berbasis AI dengan menggunakan GroundBased Sky Cameras dan data AWS. Meski menghadapi kendala teknis dalam akses data secara online, instalasi CCTV di Majalaya berhasil dilakukan, menjadi langkah awal dalam prediksi cuaca yang lebih akurat dan adaptif.
Selain itu, Zephyrus juga mengh kembali program Z-Fun, yang me keterlibatan masyarakat melalui gotong royong, seperti pengumpu pengolahan sampah anorganik meng metode ecob i k K i t i i tid meningkatka juga memb yang semp Sementara wadah edu mitigasi ban lokal, terma sebagai solu
Kegiatan ini dan komun dalam keber
Sepanjang perjalanannya, Zephyrus telah membuktikan bahwa tim ini mampu memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Dari proyek perintis hingga inovasi berkelanjutan, berbagai tantangan telah dilalui, terutama kebangkitan setelah pandemi COVID-19. Komitmen yang kuat serta semangat kolaboratif menjadikan Zephyrus bukan hanya sebagai wadah pengembangan diri anggota HMME "Atmosphaira" ITB, tetapi juga sebagai bagian dari solusi bagi masyarakat yang terdampak bencana hidrometeorologi.
Tahun 2023-2024 menjadi momentum bagi BSO Zephyrus untuk semakin memperkuat perannya dalam pengabdian masyarakat melalui nilai Kolaboratif, Edukatif, dan Sustainable. Semangat #HuluMenghilir diusung agar setiap program yang dijalankan memberikan dampak nyata serta dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara berkelanjutan. Z-Cares menjadi program unggulan dengan fokus pada pemasangan sistem Early Warning System (EWS) berbasis Automatic Water Level Recorder (AWLR) guna meningkatkan efektivitas mitigasi banjir di Majalaya. Z-Explore hadir sebagai sarana edukasi yang memberikan pelatihan tanggap bencana kepada masyarakat, bekerja sama dengan komunitas lokal dan lembaga terkait Publikasi serta dokumentasi diperkuat melalui Z-Write, yang berfungsi sebagai wadah penyebarluasan informasi melalui media massa. Berbagai tantangan, seperti kendala teknis dalam pengintegrasian sistem dan koordinasi dengan mitra eksternal, berhasil dihadapi dengan strategi adaptif serta inovasi yang terus berkembang.
Chapter 1: Tentang BSO Zephyrus (Jejak Langkah) Z-Kaleidoskop BSO Zephyrus HMME “Atmosphaira” ITB 2024/2025
BSO Zephyrus HMME "Atmosphaira" ITB kepengurusan 2024/2025 hadir sebagai wadah pengimplementasian keilmuan meteorologi dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Berlandaskan Tridharma Perguruan Tinggi, tim ini berfokus pada
pengurangan risiko bencana hidrometeorologi, terutama banjir, dengan pendekatan berbasis keilmuan. Salah satu program unggulannya adalah pengembangan sistem peringatan berbasis
Automatic Water Level Recorder (AWLR), yang bertujuan untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat di daerah rawan bencana, khususnya di wilayah Majalaya dan sekitarnya. Program ini mencakup pemasangan instrumen AWLR, pemeliharaan berkala, serta penyebaran data melalui platform digital untuk memastikan efektivitas sistem peringatan dini.dini
Selain itu, Zephyrus juga memiliki program pengurangan risiko bencana bagi masyarakat dan massa HMME "Atmosphaira" ITB. Program ini dirancang untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat melalui edukasi terkait mitigasi bencana hidrometeorologi. Target utamanya adalah siswa sekolah menengah atas di daerah Majalaya, dengan harapan mereka dapat lebih memahami dan
menerapkan pengetahuan meteorologi dalam kehidupan sehari-hari Program ini tidak hanya berfokus pada edukasi, tetapi juga melibatkan pelatihan dan simulasi kebencanaan guna meningkatkan kesadaran dan respons cepat dalam menghadapi bencana
Struktur kepengurusan BSO Zephyrus
2024/2025 terdiri dari berbagai divisi, termasuk Sekretaris Bendahara, Teknologi, Sosial Kemasyarakatan, Karya, Media Kreatif, dan Operasional. Setiap divisi
memiliki peran strategis dalam memastikan keberlanjutan program, baik dari sisi administratif, pengembangan teknologi, hingga penyebaran informasi kepada masyarakat. Strategi implementasi yang sistematis dan berbasis kajian ilmiah menargetkan kolaborasi antara BSO Zephyrus dan berbagai pihak untuk meningkatkan efektivitas program pengabdian masyarakatnya.
Zephyrus menegaskan komitmennya untuk terus bergerak dan berdampak, sebagaimana tercermin dalam tagar #BergerakBerdampak dan #ZephyrusJourney. Harapannya, kegiatan yang dilakukan tidak hanya memberikan solusi nyata bagi masyarakat terdampak bencana, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya keilmuan meteorologi dalam mitigasi bencana.
Majalaya adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
Indonesia. Majalaya terletak 25 km di sebelah Tenggara Kota Bandung atau sekitar 35 km dari ibukota Kabupaten Bandung, serta terletak di sebelah tenggara cekungan Bandung. Kontur tanahnya relatif datar kecuali di desa-desa bagian selatan yang sedikit menanjak.
Sungai Citarum membelah pusat kecamatan ini dan sering kali menimbulkan banjir besar jika musim hujan tiba. Majalaya menghubungkan Kota Bandung ke Kabupaten Garut Area Majalaya terdiri dari Kecamatan Majalaya, Kecamatan Paseh, Kecamatan Solokan, dan Kecamatan Ibun. Kawasan Majalaya telah menjadi kawasan urban dengan adanya perkembangan industri seperti industri tekstil.
Gambar 1 (a) Peta wilayah Majalaya yang menampilkan jaringan sungai, jalan utama, batas kecamatan, dan area genangan tahun 2018 (b) Peta daerah tangkapan Majalaya, jaringan sungai, stasiun pengukur aliran sungai Majalaya, stasiun pengukur curah hujan, dan jenis tutupan lahan (Sumber: Rohmat, dkk., 2022).
Gambar 2. Peta kemiringan lereng Kabupaten Bandung (Sumber: Sitorus, dkk., 2021).
Majalaya yang berada di dataran rendah tenggara Cekungan Bandung dengan kontur relatif datar dan kemiringan lereng 8-15% merupakan wilayah yang sangat rawan terkena banjir, terutama akibat limpasan air deras dari daerah hulu yang berupa perbukitan curam dengan kemiringan 25-40%. Sungai Citarum yang mengalir melalui Majalaya seringkali meluap saat hujan deras atau debit air meningkat dipicu oleh sedimentasi, penyempitan aliran akibat penumpukan sampah, dan tingginya tingkat pencemaran dari limbah industri dan domestik. Limpasan air dari perbukitan curam ke wilayah Majalaya yang datar memperlambat aliran air dan meningkatkan risiko penumpukan volume air, sehingga berpotensi memicu banjir bandang. Selain itu, sistem drainase yang buruk serta alih fungsi lahan yang kurang tepat memperparah potensi banjir di wilayah ini. Sungai-sungai yang membelah Majalaya, bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, tidak mampu menangani debit air yang besar akibat curah hujan tinggi, menjadikan Majalaya semakin rentan terhadap bencana banjir.
Kondisi resapan air di Majalaya termasuk dalam kondisi kritis atau buruk, terlihat dari Gambar 3 dan Gambar 4. Hal ini semakin meningkatkan potensi banjir di Majalaya karena limpasan air yang datang tidak dapat diserap ke dalam tanah dengan baik sehingga menimbulkan genangan di permukaan. Selain itu, tekstur tanah yang agak halus juga memperlambat penyerapan air karena tanah yang halus memiliki pori-pori yang lebih sedikit dibandingkan tanah yang kasar sehingga lebih sedikit ruang untuk air masuk ke dalam tanah.
Gambar 3. Peta sebaran kondisi resapan air (Sumber: Aprilana dan Anugrah., 2021).
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa kondisi resapan air di Majalaya termasuk dalam kondisi kritis atau buruk yang dapat meningkatkan potensi banjir karena limpasan air yang datang tidak dapat diserap ke dalam tanah dengan baik sehingga menimbulkan genangan di permukaan. Seperti pada peristiwa banjir di tahun 2018, telah terekam jumlah curah hujan sebesar 180 mm/hari. Sebagai referensi, BMKG telah mengklasifikasikan hujan dengan intensitas di atas 150 mm/hari adalah hujan ekstrem. Hal ini berarti intensitas hujan di Majalaya saat itu sudah terlampau tinggi dan tidak terkendali sehingga kejadian banjir tidak dapat dihindari.
Gambar 4 Peta tekstur tanah Kabupaten Bandung (Sumber: Sitorus, dkk , 2021)
Kondisi geografis yang terbatas menjadikan Majalaya sebagai wilayah yang memiliki tantangan dalam tata ruang dan infrastruktur. Populasi yang cukup padat serta banyaknya pemukiman telah menekan ruang terbuka hijau dan memperburuk sistem drainase di sejumlah area. Akibatnya, saat musim hujan tiba dan curah hujan tinggi, wilayah ini seringkali tergenang banjir. Kondisi ini diperparah oleh keberadaan Sungai Citarum yang mengalir melintasi Majalaya dan kerap meluap, terutama saat debit air meningkat.
Pada peristiwa banjir di tahun 2018, telah terekam jumlah curah hujan sebesar 180 mm/hari. Sebagai referensi, BMKG telah
mengklasifikasikan hujan dengan intensitas di atas 150 mm/hari adalah hujan ekstrem. Hal ini berarti intensitas hujan di Majalaya saat itu sudah terlampau tinggi dan tidak terkendali sehingga kejadian banjir tidak dapat dihindari.
Setelah kita mengetahui tentang wilayah Majalaya, sekarang kita beralih ke proses terkait
pemasangan AWLR di Majalaya, mulai dari proses survei, perakitan alat, hingga hasil yang didapatkan dari pemasangan AWLR ini.
Apa sih AWLR itu? Automatic Water Level Recorder (AWLR) merupakan instrumen yang dirancang untuk mengukur dan mencatat tinggi permukaan air secara otomatis. Pengukuran dan pencatatan ini berguna untuk menyediakan data secara real-time terkait perubahan tinggi air yang nantinya digunakan untuk mitigasi bencana terutama banjir di daerah Majalaya.
Automatic Water Level Recorder (AWLR) ini bekerja dengan sensor ultrasonik yang memancarkan gelombang suara ke permukaan air. Gelombang ini kemudian dipantulkan kembali ke sensor, dan waktu yang dibutuhkan untuk menerima pantulan tersebut dihitung untuk menentukan jarak, sehingga tinggi air dapat diukur. Unit pengendali dalam sistem AWLR menerima data ini, dan data dikirim secara digital ke server pusat atau sistem komunikasi berbasis internet, seperti Wi-Fi sehingga penggunaan teknologi ini memungkinkan pemantauan real-time dan pengambilan data dari jarak jauh
Komponen Komponen penyusun AWLR :
1) Sensor Ultrasonik
2) Mikrokontroler
3) Modem wifi
4) Kontroler panel surya
5) Aki 12V
6) Regulator voltase
7) Panel surya
8) Kamera pemantau
Untuk memaksimalkan potensi dari suatu instrumen dibutuhkan beberapa faktor pendukung, baik itu faktor teknis maupun faktor non-teknis, salah satu faktornya yaitu lokasi tempat dimana instrumen tersebut terpasang. Pada 30
Maret 2024 tim pengabdian masyarakat BSO Zephyrus ITB melakukan survei lapangan pertamanya dengan meninjau 4 titik lokasi ideal untuk tempat pemasangan instrumen ini, yaitu Jembatan Simpay Asih Jambu Sari, Jembatan Cikitu-Harempoy, PDAM - Onlimo Cibangoak, dan RM. Mekar Arum.
Tujuan dari survei kali ini adalah untuk mencari lokasi yang paling ideal untuk pemasangan AWLR dan instrumen lainnya guna mengoptimalkan dan memaksimalkan fungsi alat agar nantinya bisa bermanfaat untuk masyarakat Majalaya. Selama melakukan survei, tim pengabdian masyarakat BSO Zephyrus ITB tidak memiliki kendala yang begitu berarti, cuaca yang cerah membuat survei ini berjalan dengan lancar sesuai rencana. Akhirnya, setelah melakukan survei ke lokasi-lokasi tersebut tim BSO Zephyrus ITB masih membutuhkan waktu untuk memutuskan spot mana yang paling ideal guna memaksimalkan potensi dari instrumen ini, sehingga dalam survei kali harus diakhiri dengan tim pengabdian masyarakat BSO Zephyrus ITB yang masih belum bisa memutuskan lokasi / spot yang ideal untuk pemasangan instrumen BSO Zephyrus ITB.
Perjalanan BSO Zephyrus ITB lalu dilanjutkan kembali pada tanggal 19 Mei 2024 yang dilakukan di Desa Ciharus, Kecamatan Majalaya dengan fokus utamanya yaitu melakukan percobaan alat ultrasonik yang nantinya akan dipasangkan pada AWLR (Automatic Water Level Recorder). Percobaan pada alat ultrasonik penting untuk dilakukan guna memastikan alat ini bekerja sebagaimana mestinya, seperti untuk mengukur berbagai parameter seperti jarak, kecepatan, dan hal lainnya dengan gelombang ultrasonik. Adanya alat ini, diharapkan warga Majalaya dan sekitarnya dapat terbantu dalam mengantisipasi banjir melalui data akurat yang bermanfaat untuk memantau kondisi sungai di daerah tersebut.
Setelah sukses menguji alat ultrasonik yang akan dipasang pada AWLR (Automatic Water Level Recorder), pada tanggal 24 Mei 2024 BSO Zephyrus ITB lalu mengadakan perakitan alat AWLR (Automatic Water Level Recorder) di Sekretariat HMME “Atmosphaira” ITB.
Selain untuk merakit AWLR tujuan dari kegiatan ini juga dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada anggota BSO Zephyrus ITB mengenai komponen-komponen dan sensor yang ada pada AWLR, sehingga harapannya semua anggota BSO Zephyrus ITB mengetahui bagaimana cara AWLR yang akan dipasang di Majalaya ini bekerja.
Pada tanggal 26 Mei 2024 tim BSO Zephyrus ITB
kemudian memasangkan AWLR ini di Sungai
Ciharus dengan tujuan untuk monitoring kenaikan muka sungai sebagai bentuk peringatan dini banjir.
AWLR berbasis ultrasonik ini bekerja dengan cara menembakkan suara ultrasonik ke muka air sungai lalu suara itu akan memantul kembali ke sensor, sensor akan menghitung waktu dari awal sensor ini menembakkan suara hingga menerima pantulan suara itu lagi, dari sini kemudian dilakukan pengolahan data sehingga didapatkan jarak muka air. Data hasil pengukuran akan dikirimkan secara digital lalu ditampilkan dalam bentuk grafik evolusi waktu ke website dengan Thingspeak yang kemudian dapat diakses langsung oleh Tim Siaga Warga Majalaya.
Proses pemasangan AWLR ini sempat mengalami beberapa masalah dalam keberjalanannya sehingga mengharuskan tim BSO Zephyrus ITB kembali melakukan pemasangan ulang AWLR pada tanggal 23 Juni 2024 yang melibatkan divisi teknologi, operasional, dan sekretaris-bendahara. Setelah melakukan serangkaian kegiatan yang panjang akhirnya tim BSO Zephyrus ITB berhasil untuk menyelesaikan pemasangan ulang AWLR ini, sehingga alat ini bisa bekerja secara optimal dan siap untuk memantau kondisi tinggi permukaan air di sungai Ciharus. Selain memasang ulang alat AWLR, alasan tim BSO Zephyrus ITB datang kembali ke Desa Ciharus juga bertujuan untuk melakukan survei lokasi pemasangan alat 2 AWLR
Perjalanan tim BSO Zephyrus lalu kembali dilanjutkan pada tanggal 1 Agustus 2024 dengan dilakukannya kegiatan survey 3 yang mencakup maintenance alat dan survei lokasi alat baru di dua lokasi berbeda. Lokasi pertama adalah Sasak Ciharus, Desa Pangguh, Kecamatan Majalaya, yang merupakan tempat pemasangan alat 1 AWLR (Automatic Weather Level Recorder). Kegiatan di lokasi ini meliputi pemeriksaan fisik alat, perbaikan posisi, serta pemantauan data Early Warning System (EWS) untuk memastikan alat tetap berfungsi optimal dan menghasilkan data yang akurat. Setelah menyelesaikan maintenance di lokasi pertama, tim melanjutkan perjalanan ke lokasi kedua, yaitu PDAM - Intake Cibangoak, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. Di lokasi ini, tim melakukan survei untuk menentukan titik strategis pemasangan alat 2. Observasi difokuskan pada stabilitas aliran air, keberadaan vegetasi, keamanan suplai listrik, serta aksesibilitas lokasi, seperti keberadaan jembatan, guna memastikan keamanan dan efisiensi proses pemasangan.
Selanjutnya untuk menindaklanjuti kegiatan survei yang sudah dilakukan, Pada tanggal 25 Agustus 2024, tim BSO Zephyrus kemudian melanjutkan rangkaian kegiatannya dengan memasang alat Automatic Water Level Recorder (AWLR) di lokasi PDAM Intake Cibangoak, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. Pemasangan ini dilakukan dengan penuh ketelitian untuk memastikan alat dapat berfungsi dengan baik dalam memantau ketinggian air secara real-time. Alat ini dirancang untuk memberikan informasi akurat mengenai potensi banjir, sehingga masyarakat di wilayah Majalaya dan sekitarnya dapat menerima peringatan dini, mempersiapkan langkah pencegahan, serta melakukan evakuasi jika diperlukan. Selain itu, tim juga melengkapi instalasi dengan memasang alat pengukur curah hujan atau rain gauge, yang bertujuan untuk mencatat intensitas hujan di wilayah tersebut. Kombinasi data antara curah hujan dan ketinggian air dari AWLR memungkinkan pemantauan kondisi yang lebih akurat. Langkah ini menjadi bagian penting dari upaya BSO Zephyrus dalam meningkatkan kesiapan masyarakat terhadap ancaman banjir, melanjutkan komitmen tim BSO Zephyrus setelah survei dan pemasangan alat di Sasak Ciharus.
Terselesaikannya pemasangan AWLR di Sungai Ciharus dan PDAM Intake Cibangoak menjadikan instrumen ini dapat memberikan data ketinggian permukaan air secara real time dan akurat di daerah tersebut, sehingga harapannya AWLR ini dapat membantu masyarakat di daerah Majalaya dan sekitarnya dalam mengantisipasi terjadinya banjir.
Ngaguar Banjir Majalaya X BSO Zephyrus
HMME "Atmosphaira" ITB adalah sebuah kegiatan pengabdian masyarakat yang diadakan oleh BSO Zephyrus HMME “Atmosphaira” ITB.
Melibatkan lebih dari 50 peserta dari Massa Himpunan Mahasiswa Meteorologi (HMME) ITB. Kegiatan ini dilaksanakan pada 5 Oktober 2024 di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, dengan tujuan untuk memberikan edukasi
mengenai pengurangan risiko bencana banjir. Dalam pelaksanaannya, acara ini bekerja sama dengan Yayasan Jaga Balai serta mitra-mitra kolaborator di grup WhatsApp Siaga Warga Majalaya. Kegiatan ini tidak hanya memberikan wawasan kepada peserta tentang pentingnya mitigasi bencana, tetapi juga melibatkan mereka langsung dalam mengenal berbagai instrumen yang digunakan untuk mengurangi risiko bencana di wilayah tersebut.
Majalaya merupakan daerah yang sangat rentan terhadap bencana banjir, bahkan berpotensi mengalami banjir bandang, terutama pada musim hujan. Kondisi ini mendorong BSO Zephyrus HMME
“Atmosphaira” ITB untuk berperan aktif dalam upaya pengurangan risiko bencana di wilayah tersebut. Melalui kegiatan pengabdian masyarakat, BSO Zephyrus berkolaborasi dengan Yayasan Jaga Balai untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai cara-cara mitigasi bencana banjir. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk melibatkan Massa HMME
“Atmosphaira” ITB agar mereka dapat memahami lebih jauh mengenai karakteristik wilayah Majalaya, serta pentingnya langkah-langkah pengurangan risiko yang telah diterapkan.
Melihat mahasiswa dan masyarakat setempat yang terlibat menjadikan kami berharap bahwa kegiatan ini dapat memperkuat kesadaran akan pentingnya kesiapsiagaan bencana. Meskipun situasi yang dihadapi oleh Massa HMME “Atmosphaira” ITB dan masyarakat Majalaya mungkin berbeda, kegiatan ini memberikan kesempatan untuk belajar langsung dari kondisi nyata di lapangan dan menggabungkan pengetahuan akademis yang dimiliki Massa HMME “Atmosphaira” ITB dengan pengalaman langsung dari masyarakat, yang dapat meningkatkan efektivitas dalam memperkuat upaya pencegahan dan respons cepat ketika bencana banjir terjadi. Hal ini diharapkan dapat mempercepat proses pengambilan langkah nyata dalam mengurangi risiko bencana di masa depan.
Kegiatan Ngaguar Banjir Majalaya X BSO
Zephyrus HMME “Atmosphaira” ITB membawa peserta dalam perjalanan yang penuh wawasan mengenai cara-cara menghadapi dan mengurangi risiko bencana banjir di Kecamatan Majalaya. Dimulai di Pos 1, di Masjid Al Barokah, para peserta diperkenalkan dengan Sistem Peringatan
Dini Banjir Berbasis Masyarakat, yang menjadi kunci utama dalam memberikan informasi cepat kepada warga untuk merespons potensi bencana. Tak hanya itu, mereka juga mempelajari tentang Rain Water Harvesting (RWH), sebuah cara inovatif untuk memanfaatkan air hujan yang bisa mengurangi dampak banjir dan membantu menciptakan keberlanjutan sumber daya air.
Setelah itu, peserta melanjutkan perjalanan ke Pos 2 di Atirompe, sebuah titik rawan banjir yang memberikan gambaran nyata tentang tantangan yang dihadapi masyarakat. Di sini, mereka diajak untuk melihat langsung bagaimana simulasi Titik Rawan Banjir (TRB) dilakukan. Fasilitator menjelaskan dengan jelas mengenai upaya mitigasi yang sudah diterapkan, termasuk pembuatan tanggul untuk mencegah air masuk ke rumah-rumah warga. Selain itu, peserta juga diperkenalkan dengan alat pengukur ketinggian air yang ditempatkan di sepanjang sungai, yang menjadi indikator penting dalam memantau potensi banjir.
Perjalanan dilanjutkan ke Pos 3, yang terletak di dekat Rumah Kang Riki, di mana peserta mendapat kesempatan untuk memahami alat pemantau cuaca seperti Automatic Weather Station (AWS). Alat ini berfungsi untuk memonitor kondisi cuaca secara real-time dan sangat penting dalam memprediksi potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu banjir.
Penjelasan mengenai bagaimana data yang dikumpulkan oleh AWS dapat digunakan untuk merencanakan langkah-langkah antisipasi sangat berguna untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana.
Di Pos 4, yang berlokasi di PDAM Intake
Cibangoak, peserta diperkenalkan dengan instrumen penting lainnya, yaitu Automatic Water Level Recorder (AWLR) dan Rain Gauge. AWLR berfungsi untuk mengukur ketinggian muka air di sungai, sementara Rain Gauge mengukur curah hujan. Kedua alat ini sangat penting dalam memprediksi potensi banjir, karena perubahan level air dan curah hujan yang tiba-tiba seringkali menjadi tanda awal terjadinya bencana. Pengenalan terhadap teknologi ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana teknologi dapat berperan dalam upaya mitigasi banjir.
Ahkirnya, perjalanan berakhir di Pos 5 di Desa Cikitu, di mana para peserta mendapat materian mengenai Gen Z Resilience, yaitu ketahanan generasi muda dalam menghadapi bencana, Selain itu, peserta juga terlibat dalam permainan yang dirancang untuk meningkatkan creative thinking dan problem solving terkait permasalahan banjir serta memberikan solusinya. Permainan ini bertujuan untuk melatih kreativitas dan keterampilan pemecahan masalah, yang sangat dibutuhkan dalam merancang solusi untuk masalah banjir yang terus berkembang. Di akhir kegiatan, seluruh peserta diajak untuk bersama-sama merefleksikan pengalaman yang mereka dapatkan, saling berbagi pemikiran, dan berdiskusi tentang bagaimana mereka bisa mengimplementasikan pengetahuan ini dalam kehidupan sehari-hari, khususnya untuk mengurangi risiko bencana di masa depan.
Di akhir kegiatan Ngaguar Banjir Majalaya X BSO Zephyrus HMME “Atmosphaira” ITB, para peserta tidak hanya pulang dengan pengetahuan baru, tetapi juga dengan kesadaran yang lebih mendalam tentang pentingnya mitigasi bencana, terutama di daerah yang rawan banjir seperti Majalaya. Mereka belajar bahwa pengurangan risiko bencana bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau teknologi, tetapi juga peran aktif setiap individu dan komunitas dalam mempersiapkan diri dan mengurangi dampak bencana. Melalui kolaborasi antara masyarakat, teknologi, dan ilmu pengetahuan, kita semua memiliki kesempatan untuk lebih siap dalam menghadapi bencana yang mungkin datang. Kegiatan ini telah membuka mata kita bahwa pencegahan jauh lebih baik daripada penanggulangan, dan setiap langkah kecil yang diambil dapat memiliki dampak besar dalam menyelamatkan banyak nyawa dan mengurangi kerugian. Semangat yang semakin tumbuh, diharapkan para peserta dapat kembali ke komunitas mereka dengan lebih siap, lebih peka, dan lebih peduli terhadap upaya-upaya mitigasi bencana di sekitar mereka. Semoga, melalui kegiatan ini, kita bisa menciptakan perubahan yang lebih besar dalam membangun ketahanan bencana yang lebih kuat di masa depan.
Selain kegiatan NBM x BSO Zephyrus, kegiatan yang tak kalah penting lainnya yaitu kegiatan ZAction “Zephyrus Goes To School : Pengurangan Risiko Bencana Banjir Sebagai Pengenalan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB)” Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk interaktif antara Mahasiswa Program Studi Meteorologi dengan Siswa/Siswi dari beberapa sekolah yang berada di wilayah Majalaya dan sekitarnya. Melalui kegiatan ini, diharapkan pelajar dapat lebih memahami pentingnya mengurangi risiko bencana dan menumbuhkan kesadaran terkait kebencanaan yang sering terjadi di sekitar mereka.
Kegiatan PRB ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Oktober 2024 dan berlokasi di SMK Muhammadiyah Majalaya Kampus 2, Majaserta, Kec. Majalaya. Kegiatan ini diawali dengan penyambutan oleh Ketua BSO Zephyrus, perwakilan Majalaya, dan pihak Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah Majalaya. Kegiatan PRB ini dibagi menjadi 7 Pos.
Pos 1 membahas materi karakteristik Majalaya dan peringatan dini Di pos ini, dijelaskan karakteristik dan kondisi geografis daerah Majalaya yang rentan terjadi banjir karena kondisi resapan air yang buruk Area Majalaya terdiri dari Kecamatan Majalaya, Kecamatan Paseh, Kecamatan Solokan, dan Kecamatan Ibun. Kawasan Majalaya telah menjadi kawasan urban dengan adanya perkembangan industri seperti industri tekstil. Wilayah Majalaya berada di tenggara cekungan bandung dengan kontur yang relatif datar dengan kemiringan lereng 815%. Namun, daerah-daerah di selatan Majalaya yang berupa perbukitan memiliki kontur yang cukup curam dengan kemiringan lereng 25-40% Hal ini menyebabkan wilayah Majalaya sangat rentan untuk terjadi banjir bandang karena adanya limpasan air yang sangat deras dari daerah hulu jika terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Komponen peringatan dini yang pertama adalah pemantauan kondisi, dimulai dengan pemantauan intensif terhadap kondisi cuaca, lingkungan, dan geologis. Komponen yang kedua adalah pemantauan sistem komunikasi, disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi termasuk siaran radio dan televisi, pesan teks, sirene darurat, dan aplikasi seluler
Pos 2 membahas terkait mekanisme terjadinya banjir yang menjelaskan mengenai mekanisme banjir yang ditinjau dari segi curah hujan yang tinggi, topografi, dan pola cuaca lokal di daerah Majalaya. Salah satu wilayah yang unik adalah Bandung. Sebagai kota besar yang tidak dekat dengan pesisir, letak geografis wilayah Cekungan Bandung tetap memiliki kerentanan terhadap bencana alam, khususnya banjir. Sejarah mengungkapkan bahwa wilayah Bandung dulunya merupakan danau purba, sehingga cekungan Bandung dapat diibaratkan seperti mangkok, karena dikelilingi pegunungan di sekitarnya. Hal ini juga membuat pola cuaca dan iklim lokal di Bandung juga memiliki karakteristik yang unik karena pola sirkulasinya. Kondisi iklim pegunungan membuat suhu di wilayah Bandung relatif lebih dingin dari wilayah lainnya, meskipun sekarang sudah lebih panas akibat perubahan iklim. Bandung Raya adalah wilayah pegunungan dengan lembah di tengah bagian barat Jawa Bentuk permukaan tanah wilayahnya yang tidak rata mempengaruhi intensitas hujan harian. Angin lembah di selatan mendorong terjadinya hujan di siang hari di puncak gunung bagian selatan. Hujan ini kemudian menyebar ke seluruh wilayah utara pada malam hari (Oigawa et al., 2017; Syaraswati et al., 2019).
Wilayah Majalaya adalah salah satu wilayah yang dekat dengan lereng gunung dan pola cuacanya sangat terkait dengan interaksi dataran tinggi-rendah. Majalaya berada di wilayah yang cukup miring dan dilewati sungai besar sehingga rawan terjadi banjir yang disebut banjir akibat luapan sungai (fluvial flooding). Kemiringan yang cukup besar pada wilayah pegunungan menyebabkan air hujan yang turun melimpah dengan kecepatan yang cukup tinggi Hal ini juga terjadi di wilayah Majalaya, Pacet, dan sekitarnya Wilayah Majalaya berada di tenggara cekungan bandung dengan kontur yang relatif datar kecuali di bagian selatan yang sedikit menanjak. Sungai-sungai yang membelah Majalaya merupakan bagian dari sistem Sungai Citarum yang berhulu di Cisanti. Jadi, Majalaya dapat diibaratkan berada tepat di bawah perosotan, yang sangat rentan akan terjadinya bencana dengan momentum yang besar. Selain itu, penyerapan air hujan agar tidak banyak yang menjadi limpasan juga sangat penting dan terkait dengan vegetasi serta jenis tanah.
Pos 3 membahas mengenai pengenalan Automatic Weather Station (AWS), salah satu metode pemantauan cuaca. Pada pos ini, dijelaskan Automatic Weather Station (AWS) dan jendela awan untuk memahami dan mengamati kondisi cuaca, serta pentingnya sistem prediksi cuaca untuk mempermudah aktivitas sehari-hari. Selain itu, di sini juga dilakukan pengidentifikasian tutupan awan dan jenis awan. Automatic Weather Station (AWS) merupakan stasiun cuaca otomatis yang di desain untuk mengukur dan mencatat parameter-parameter meteorologi secara otomatis. AWS terdiri dari beberapa komponen yaitu sensor, data logger, sistem komunikasi, sistem catu daya, display, dan peralatan pendukung lainnya (BMKG, 2022). AWS berfungsi untuk mengukur dan mencatat parameter-parameter meteorologi secara otomatis, dan juga dapat berfungsi untuk memudahkan pekerjaan, menghemat tenaga, dan memungkinan untuk melakukan pengukuran di daerah terpencil
Pos 4 membahas materi mengenai awan. Awan merupakan massa tetesan air atau kristal es yang menggantung di atmosfer Proses dalam pembentukan awan yaitu terjadi kondensasi Kondensasi yaitu awan kabut yang dihasilkan dari pendinginan adiabatik yang penting dalam kabut dan pendinginan adiabatik yang penting dalam awan Awan terbentuk karena pendinginan adiabatik di udara yang naik yaitu Γd= 9,8C/km (laju selang tak jenuh) dan Γm ~ 5C/km (laju selang jenuh). Sinar matahari yang menyebabkan air menguap ke atmosfer. Udara yang mengandung uap air ini dipanaskan di permukaan bumi dan naik Ketika udara naik, maka akan mendingin dan uap air mengembun pada beberapa bentuk partikel seperti debu, abu, atau asap untuk membentuk inti kondensasi
Jenis-jenis awan berdasarkan ketinggian awan rendah, yaitu awan Stratus (berbentuk tipis dan lebar), Nimbostratus (tebal, tidak teratur bewarna putih lebih keabu-abuan), Stratocumulus (bulat dengan gumpalan partikel air yang terlihat berkumpul) Awan tengah, yaitu Altostratus (mendatangkan hujan ringan), Altocumulus (berbentuk bulatan kecil-kecil layaknya kapas dan menyebar luas di langit dengan jumlah gumpalan yang banyak). Awan tinggi, yaitu awan Cirrus (seperti serat kapas yang halus, awan ini menandakan cuaca akan baik dan cerah). Cirrostratus (berwarna sedikit kelabu dan bertekstur sangat halus di atmosfer Bentuk awan Cirrostratus sering menyerupai anyaman yang tidak teratur sedikit keriting), Cirrocumulus (memiliki bentuk putus-putus menyerupai gelombang bentuk bulu domba yang keriting atau sisik ikan yang sangat tipis di lapisan langit).
Dalam meteorologi, okta atau per delapan adalah satuan yang digunakan untuk mengukur besaran dari tudung awan atau banyaknya awan di langit.Tingkat keadaan cuaca diperkirakan dengan banyaknya per delapan langit yang tertutupi oleh awan. Satuan okta umumnya berkisar dari 0 hingga 8 okta, di mana 0 atau 0/8 bagian langit berarti langit cerah seluruhnya, sedangkan 8 atau 8/8 bagian langit berarti langit tertutupi oleh awan seluruhnya (mendung) Terdapat satuan 9 okta yang digunakan apabila langit terhalang oleh suatu objek atau terganggu pengamatannya. seperti kabut, hujan salju, kegelapan, dan cahaya pengganggu.
Pos 5 membahas mengenai materi RWH dan pengenalan Rain Gauge Pada pos ini, kami menjelaskan dan mempraktekan cara membuat alat Rain Water Harvesting (RWH) sederhana untuk memudahkan masyarakat mendapatkan air bersih yang layak pakai dengan mengaitkannya dengan kejadian banjir di Majalaya. RWH atau Rain Water Harvesting merupakan sistem penampungan dan pemanfaatan air hujan guna memenuhi kebutuhan air untuk sanitasi RWH dapat berfungsi untuk mengurangi eksploitasi air tanah, mengurangi krisis air, mengurangi tagihan air, dan mengurangi limpasan air hujan. Rain gauge adalah perangkat yang dapat mengukur curah hujan dengan otomatis. Ada beberapa tipe rain gauge, yang dipasang oleh Tim BSO Zephyrus adalah rain gauge tipe tipping bucket. Seperti namanya, rain gauge tipe tipping bucket memanfaatkan sistem tipping yang kurang lebih seperti jungkat-jungkit Rain gauge tipe tipping bucket menggunakan sistem jungkat-jungkit dengan satu wadah di kedua sisi Wadah ini akan terisi air dan menjungkit ketika air hujan yang turun sudah mencapai kapasitas maksimum wadah sehingga tercatat curah hujan sebesar 1 (satu) kali besaran yang telah ditentukan, yakni 0.28 mm.
Pos 6 mengenai Alat BSO Zephyrus HMME “Atmosphaira” ITB. Memperkenalkan dan menjelaskan tentang Automatic Water level Recorder (AWLR) yang telah dibuat oleh tim BSO Zephyrus
ITB sebagai salah satu alat yang dapat membantu merekam ketinggian permukaan air sungai secara otomatis serta berfungsi sebagai sistem peringatan dini bencana banjir di wilayah Majalaya. AWLR memiliki kepanjangan Automatic Water Level Recorder atau dalam bahasa Indonesia merupakan alat pengukur muka air otomatis Seperti namanya, AWLR berfungsi untuk mengukur dan mencatat muka air sungai. AWLR yang dipasang oleh tim BSO Zephyrus ITB terdiri dari beberapa komponen yaitu sensor ultrasonik untuk mengukur muka air, mikrokontroler untuk automasi dan pencatatan data, WiFi router dan kartu SIM menunjang pengiriman data, serta panel surya, kontroler panel surya, dan aki kering 12V untuk mendayai keseluruhan sistem. AWLR atau Automatic Water Level Recorder adalah perangkat yang dapat digunakan untuk mengukur dan mencatat tinggi permukaan air secara otomatis. Alat ini umumnya digunakan di sungai, danau, waduk, tepi lautan, atau muka air lain yang perubahan tinggi muka airnya perlu dicatat. Tim BSO Zephyrus ITB memasang alat ini di Sungai Ciharus dan Intake Cibangoak.
Pos 7 mengenai biopori dan pelaksanaanya Menjelaskan dan mempraktikkan salah satu metode pengurangan risiko bencana banjir, yaitu pembuatan biopori yang dapat membantu mengurangi banjir dengan meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah dan mengurangi limpasan permukaan. Peserta dapat mempelajari cara membuat biopori secara efektif serta manfaatnya dalam pengelolaan risiko banjir. Pengurangan Risiko Bencana (PRB), khususnya untuk bencana banjir yang merupakan masalah umum yang dihadapi masyarakat sehingga perlu mendapat perhatian khusus. Upaya terbaik yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat risiko bencana adalah dengan menyusun perencanaan mitigasi, baik mitigasi fisik maupun peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam mengatasi ancaman (BNPB, 2007). Penerapan lubang resapan biopori dapat dilakukan sebagai salah satu perencanaan mitigasi di daerah rawan banjir Biopori merupakan lubang silindris kecil yang dibuat secara vertikal di tanah. Lubang resapan biopori biasanya berdiameter 10-30 cm dan ditanam dengan kedalaman 100 cm Adanya biopori membantu air hujan yang turun untuk dapat langsung meresap ke dalam tanah sehingga dapat mengurangi risiko banjir sekaligus meningkatkan ketersediaan air tanah. Manfaat lubang resapan biopori yaitu mengurangi genangan air saat musim hujan Adanya lubang biopori ini akan memudahkan untuk penyerapan air hujan ke dalam tanah sehingga cadangan air tanah akan meningkat, juga membantu mengurangi risiko banjir Selain itu, lubang resapan biopori dapat mengurangi genangan air yang merupakan tempat berkembang biaknya nyamuk yang dapat membawa penyakit seperti malaria dan demam berdarah. Selain itu, lubang biopori juga dapat digunakan untuk mengubah sampah organik menjadi kompos dan jumlah sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) akan berkurang.
Kegiatan ini juga melatih masyarakat untuk memilah sampah mereka menjadi sampah organik dan anorganik. Selanjutnya, lubang biopori akan membuat tanah menjadi gembur karena terdapat udara dan air. Sampah organik di dalamnya diuraikan oleh mikroorganisme menjadi kompos yang menyuburkan tanah dan bermanfaat untuk tanaman. Langkah pertama sebelum membuat lubang resapan biopori adalah memilih lokasi yang sesuai. Lubang resapan biopori sebaiknya ditempatkan di area yang secara alamiah terdapat genangan air Lokasi yang disarankan dibuat lubang resapan biopori yaitu dasar selokan, dekat pohon, tanah rendah halaman rumah, atau di batas taman. Jarak minimal antar lubang resapan biopori adalah 50 cm. Lubang biopori sebaiknya dibuat di tempat yang jarang dilewati orang agar tidak terperosok ke dalam jurang dan tidak merusak lapisan penutup biopori.
Setelah selesai, seluruh siswa/i akan mobilisasi ke aula untuk pelaksanaan game yang dipandu oleh game master. Di akhir kegiatan, siswa/i diminta untuk mengisi lembar feedback, dan kemudian kegiatan ini ditutup oleh MC, dan diadakanya sesi foto bersama Siswa/i pun merasa senang mengikuti rangkaian kegiatan ini, dan dibagikannya konsumsi ketika mobilisasi kepulangan.
Setiap perjalanan selalu ada awal dan tentu mengandung akhir pula. Namun, sering kali, akhir itulah yang menjadi titik awal dari harapan-harapan baru yang lebih besar Tidak terasa, BSO Zephyrus, yang terbentuk sebagai kesatuan – kami menyebutnya “Tim BSO Zephyrus”, mulai meredupkan cahayanya, untuk kembali membara bersama, entah kapan masanya. Melalui buku ini, satu chapter dari BSO Zephyrus mulai terselesaikan, dan mungkin akan ada yang tetap setia melanjutkan, lembaran demi lembaran. Di penghujung dari buku kaleidoskop ini, perkenankan kami, Tim BSO Zephyrus, memperkenalkan penutup dari perjalanan pengabdian masyarakat BSO Zephyrus HMME “Atmosphaira” ITB 2024/2025, dalam “BSO Zephyrus Z-Action: Final Project”.
Hari itu, bertepatan tanggal 08 Desember 2024, kami dengan penuh keantusiasan berangkat menuju SMK Muhammadiyah Majalaya, Kampus 2, Desa Majasetra, Kec Majalaya, Kab Bandung untuk melangsungkan kegiatan Final Project yang bertujuan untuk menyampaikan hasil proyek pengabdian masyarakat yang kami lakukan di Majalaya Kedatangan kami disambut dengan hangat dan dihadiri oleh berbagai pihak, membuat kami semakin yakin untuk memaparkan inti dari proyek yang telah kami selesaikan, salah satunya platform digital kami, bsozephyrus com
Kami merancang Website BSO Zephyrus (bsozephyrus.com) sebagai pusat informasi mengenai hasil pemantauan dan analisis data dari instrumen yang telah dipasang Website ini dilengkapi dengan berbagai fitur untuk memudahkan pengguna dalam mengakses informasi.
Beranda: Tampilan awal yang berisi tentang perkenalan singkat tentang BSO Zephyrus.
Titik Instrumen Terpasang: Menampilkan lokasi pemasangan Automatic Water Level Recorder (AWLR) dan Automatic Rainfall Recorder (ARR).
Grafik Data TMA dan CH: Menampilkan data tinggi muka air (TMA) dan curah hujan (CH) dalam bentuk grafik.
Rekap Bulanan: Menyediakan ringkasan kegiatan dan hasil kegiatan BSO Zephyrus setiap bulan
Artikel BSO Zephyrus: Menampilkan berbagai artikel terkait hasil pengamatan dan analisis.
Grafik Tinggi Muka Air dan Curah Hujan 1.
Tulisan di bagian atas menunjukkan variabel (TMA) serta (CH) dan lokasi sensor.
Sumbu Vertikal (Y): Menunjukkan tinggi muka air dalam satuan cm dan curah hujan dalam satuan mm
Sumbu Horizontal (X): Menunjukkan waktu pengamatan.
Interval Data: Setiap titik data diambil dapat menampilkan data sesuai dengan rentang yang ditentukan.
2 Komparasi Akumulasi Curah Hujan per 1 Jam dalam 3 Hari
3 Komparasi Tinggi Muka Air dalam 3 Hari
Sumbu Vertikal (Y): Menunjukkan tinggi muka air dalam satuan cm.
Sumbu Horizontal (X): Menunjukkan waktu pengamatan.
Legenda:
Garis biru: Data hari ini.
Garis hijau: Data kemarin.
Garis abu-abu: Data dua hari lalu.
Sumbu Vertikal (Y): Menunjukkan curah hujan dalam satuan mm/jam
Sumbu Horizontal (X): Menunjukkan waktu pengamatan.
Legenda: Tiga titik berbeda yang merepresentasikan curah hujan dari hari yang berbeda.
Adanya fitur dan data yang disajikan dalam website BSO Zephyrus, diharapkan pengguna dapat dengan mudah memahami kondisi hidrologi di lokasi pemantauan serta mendapatkan wawasan lebih dalam mengenai pola curah hujan dan tinggi muka air yang terjadi.
Perjalanan BSO Zephyrus HMME "Atmosphaira" ITB sepanjang tahun 2024 adalah refleksi dari komitmen kami dalam menggabungkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kepedulian sosial untuk menciptakan dampak nyata bagi masyarakat. Dari pemasangan instrumen pemantauan hidrologi hingga edukasi kebencanaan, setiap langkah yang kami tempuh adalah bagian dari upaya membangun kesadaran, meningkatkan kesiapsiagaan, dan memperkuat sistem peringatan dini dalam menghadapi bencana.
BSO Zephyrus mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian dan Program Studi Meteorologi ITB, masyarakat Majalaya, Tim Siaga Warga Majalaya, Tim PACU Majalaya, serta lembaga-lembaga yang terkait dan massa Himpunan Mahasiswa Meteorologi "Atmosphaira" ITB atas dukungan, kolaborasi, dan semangat yang telah diberikan oleh seluruh pihak dalam menyukseskan setiap rangkaian kegiatan yang telah kami laksanakan.
Semoga apa yang telah dilakukan Zephyrus dapat terus menginspirasi lebih banyak pihak untuk bergerak, berkolaborasi, dan berdampak dalam mitigasi bencana serta pengabdian kepada masyarakat. Mari bersama-sama mewujudkan perubahan yang berkelanjutan demi masa depan yang lebih aman dan tangguh.
#Bergerak
KaleidoskopinimerekamperjalananpanjangpenuhartiyangtelahdilaluiolehBSOZephyrusdalammelanjutkan komitmennyaterhadapMajalaya Bukansekadarperjalananbiasa,tetapisebuahkisahtentangtekaduntukterus bergerakdanberdampak Setiaplangkahyangdiambilmencerminkandedikasitanpahentidemimenciptakan kebermanfaatannyatabagiMajalaya,menginspirasidanmembawaperubahankearahyanglebihbaik.