MEI 2015
INFLIGHT MAGAZINE OF BATIK AIR
Menggunakan payung geulis membuat penampilan seorang perempuan bertambah cantik. Akibatnya, payung geulis semakin digemari kaum hawa. TEKS FAISYAL FOTO MAKHFUDZ SAPPE
P
ayung geulis, payung khas Tasikmalaya, Jawa Barat, pada masa penjajahan Belanda, sekitar 1926, dipakai noni– noni Belanda. Banyaknya permintaan pada masa itu, membuat masyarakat Tasikmalaya diminta untuk membuat payung geulis. Setelah Indonesia merdeka, payung geulis menjadi pelengkap mode mojang Tasik. Termasuk ketika berkebaya. Berkebaya tak terasa sempurna, bila tidak menggenggam payung ini. Kehadiran payung geulis membuat penampilan seorang perempuan bertambah cantik, hingga payung ini diberi nama payung geulis. Kata “geulis” sendiri berarti cantik. Payung yang terbuat dari bahan kertas dan kain ini, mengalami masa kejayaan, pada era 1955 sampai 1968. Namun masa kejayaan itu berangsur – angsur surut, setelah masuknya payung yang diproduksi industri. Hal itu berdampak pada payung geulis di Tasikmalaya. Perlahan-lahan payung ini mulai berkurang. Seiring perjalanan waktu dan perubahan zaman, kerajinan payung geulis mulai bersinar kembali. Masyarakat rindu terhadap hal-hal tradisional. Para perajin mulai membuka kembali usaha pembuatan payung.
25