JULI 2019
Inflight Magazine 0f Batik Air
Beldis Selestina menari di halaman depan rumah.
“Dulu ada banyak rumah adat, lebih bagus dari sekarang. Tapi naas, ketika terjadi gempa bumi tahun 1992, sebagian besar rumah roboh dan warga memilih membangun rumah permanen di area baru yang datar,” terang Beldis. Ia mengisahkan bentuk rumah klan mereka yang sebelumnya lebih besar ketimbang yang kini ada. “Dulu, satu rumah bisa punya 3-4 dapur karena di dalamnya menampung 3-4 kepala keluarga,” tambah perempuan gesit itu. Tiap tahun, sekitar bulan September, Kampung Saga menggelar ritual Nggua, semacam upacara syukuran atas hasil kebun. Ritual ini juga berfungsi sebagai
Tiap tahun, sekitar bulan September, Kampung Saga menggelar ritual Nggua, semacam upacara syukuran atas hasil kebun. ajang reuni sanak keluarga yang terpisah jauh, serta pemaklumatan aturan-aturan adat terkait kehidupan warga tahun mendatang. Sebagaimana umumnya kampung-kampung tradisional di Ende, Kampung Saga pun dipimpin oleh tetua adat, berjuluk Mosalaki. Ada beberapa Mosalaki dengan wewenang khusus, dan pimpinan mereka disebut Mosalaki Ria Bewa. Dialah yang memulai semua upacara. Saya beruntung, sebab keluarga Beldis adalah bagian dari Mosalaki Ria Bewa, sehingga setiap rincian ritual bisa saya
ikuti sebagai ‘orang dalam.’ Ini suatu keistimewaan sekaligus berkat bagi saya. Pelaksanaan Nggua terbilang cukup alot. Sebuah ritus yang berlangsung selama bermingguminggu. Jika diurutkan, menjadi 3 bagian yaitu Uta Bue, Uwi Keu Kana, dan Keo. Dimulai dengan ritual membuka kebun baru hingga ditutup dengan menari bersama saat pesta syukuran. Saya hanya mengikuti rangkaian tiga hari puncak ritual, termasuk upacara Kili Uta Bue dimana para perempuan harus menjunjung hasil panen melintasi kampung dan semua warga tidak boleh bersuara.
45