
6 minute read
Gerigi & Dies Natalis
GERIGI 2011 Peta ‘32 ribu koin’ IndonesiaG its news
Jumat, 16 September 2011, Lapangan Alumni ITS dipadati mahasiswa-mahasiswa ber-jas almamater biru dengan lambang gerigi di dada kiri. Saat itu pukul 16.00 ketika tak kurang dari 4600 mahasiswa dari segala jurusan dan politeknik bergabung mengikuti pengkaderan massal ITS. Acara itu bernama GERIGI, acara yang telah diselenggarakan untuk kedua kalinya.
Advertisement
Para mahasiswa berbaris terbagi menjadi 10 baris besar membentuk teritori. Dalam tiap teritori terdapat 2- 3 baris memanjang kebelakang yang diberi sebutan dengan suku. Anggota tiap suku dibagi – bagi sedemikian rupa sehingga terdiri dari banyak jurusan. Maksudnya agar dapat
Partisipasi Jurusan Sistem Informasi pada Dies Natalis ke-51 ITS tentu tidak lepas dari peran Jurusan Teknik Informatika (TC) sebagai “kakak” di Fakultas Teknologi Informasi (FTIf). Seperti biasa, yang meriah pada acara Dies Natalis ITS adalah pawai masing-masing fakultas menuju Stadion ITS. Pawai dari FTIf diikuti mahasiswa baru 2011 dari SI maupun TC.
Sebagai identitas, peserta pawai diatur berdasarkan warna baju, yaitu abu-abu, hitam, dan biru. Selama ini FTIf memang bemengenal teman – teman dari jurusan lainnya.
Hari pertama acara dibuka oleh Pembantu Rektor 1 ITS, Prof Dr Ing Ir Herman Sasongko dan Presiden BEM ITS, Dalu Nuzul Kirom. Dalam sambutannya, beliau berharap agar GERIGI tahun ini merupakan penyempurna GERIGI dari tahun 2010 lalu. Terdapat 3 hal utama yang diungkapkan dalam GERIGI 2011 kali ini yaitu hakekat manusia, persatuan, dan konstribusi untuk bangsa dan negara. GERIGI juga dapat membantu pembentukan softskill bagi mahasiswa karena saat ini softskill merupakan bagian dari akademik di ITS
Kegiatan ini berlagsung selama 3 hari. Pada hari terakhir, 18 September 2011, di penghujung acara ridentitas warna silver dan ITS berwarna biru. Mahasiswa baru 2011 sebagai peserta pawai yang paling utama ditemani pengurus-pengurus dari HMTC, HMSI, dan BEMFTIf serta Dosen dan Karyawan di lingkungan FTIf.
Sepanjang perjalanan pawai, pasukan FTIf telah menyiapkan yel-yel yang tidak mau kalah dengan fakultas lainnya. Suasana riuh mulai terasa di Taman Alumni sebelum gugus FTIf siap disambut di Stadion ITS. Sesampainya di Stadion, FTIf harus bertarung yelyel dengan barisan tetangga dari
terdapat Mahasiswa yang membuat peta indonesia dari 32 ribu koin Rp. 500. Peta yang berukuran 8 x 10 meter ini dikerjakan oleh seluruh mahasiswa 2011. Dengan cara membagi tugas tiap kelompok membuat peta ini tentunya tidaklah mudah. Tim pertama bertugas sebagai pembawa kerangka peta ke tengah lapangan dan menyusunnya agar bendera menjadi kokoh saat dipasang koin. Sedangkan tim kedua bertugas untuk menggambar peta dan sisanya mencari koin. Pembuatan peta ini ternyata tidak membuang waktu yang terlalu lama karena koordinasi dan kepercayaan tiap mahasiswa berjalan dengan baik sekali. Pembuatan peta ini merupakan pembelajaran untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme. FTIf dan Dies Natalis 51 ITS Eco-Campus
(yogantara/fi a)

fakultas “penguasa maritim”, yaitu Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) dan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS).
Ini baru acara Pembukaan Dies Natalis ke-51 ITS. Upacara yang dipimpin Rektor ITS Pak Triyogi ini bertemakan Eco-Campus. Partisipasi GengSiesta yang lain salah satunya adalah pada Eco-Quote Competition yang diikuti Ahmad Fashel dari angkatan 2009 dengan quote “Green Campus, a smart way to be a Great Campus”. Go Green Go Smart, guys! (dhika/hn)
Berawal dari Tugas Hingga Juara Gemastik i ts news
Ajang gemastik memang sudah lama berakhir. Namun euforia bahwa SI berhasil berkontribusi atas terpilihnya ITS sebaga Juara umum di ajang lomba bergengsi di bidang TIK itu masih membekas. Ya, tentu masih segar di ingatan kita, Olivia Renanda mahasiswa SI ITS yang berhasil menjadi juara 2 dalam kategori lomba karya tulis Ilmiah. Apa yang menarik? Apa yang membuat cewek yang akrab disapa Oliv ini memiliki motivasi lebih dibanding teman-temannya? Semoga bisa menjadi motivasi kita semua untuk a semua untuk menyusul Oliv di ajang kompetisikompetisi berikutnya. ”Aku pengen buktikan kalau kita mau, kita bisa”, singkat kata dari Oliv. Oliv memang telah memiliki target sendiri bahwa minimal dalam satu tahun, dia mengikuti satu kompetisi besar. Inilah yang membuat Oliv berbeda, berbeda dari temantemannya yang lain. Dia yang pernah membawa Agenda Kita merebut juara dua di salah satu kompetisi beberapa waktu lalu ini mengaku ketagihan untuk bisa mendapatkan sesuatu dengan bersusah payah (re : mengikuti kompetisi). Ditanya soal persiapan dalam mengikuti gemastik ini, seperti orang mengikuti lomba pada umunya, Ia juga sempat merasa tidak siap. Namun dalam kondisi pasrah, Oliv tetap melakukan yang terbaik. Motivasi kuat dari dalam diri ditambah dari motivasi Bu Feby selaku dosen pembimbing serta Pak Bambang selaku PD 3 FTIf, membuat Oliv merasa memiliki semangat yang lebih

untuk melakukan usaha yang lebih pula. Alhasil dia pun berhasil menyabet juara dua di ajang gemastik 2011 dalam kategori Karya Tulis Ilmiah. ”Alhamdulillah setelah ’dihajar’ dengan pertanyaan para juri, akhirnya berhasil menjadi juara 2”, imbuh Oliv. Usut punya usut, ternyata karya tulis Oliv ini berawal dari FP PSI semester 2 kemarin bersama 3 teman lainnya, Muhammad, Rijal, dan Yogantara. Disaat teman-teman yang lain mengerjakan FP hanya sekedar untuk memenuhi persyaratan lulus mata kuliah, maka tidak begitu bagi Oliv. Menurutnya, tugas dapat menjadi salah satu langkah awal untuk ikut dalam sebuah kompetisi. ”Tugas itu harus dikerjakan dengan sebaik mungkin. Dengan begitu kita bisa mendapat ilmu, nilai yang bagus, bahkan mengikuti kompetisi”, begitu kata gadis berkacamata ini. Kesungguhan Oliv dan rekan setimnya dalam mengerjakan tugas akhirnya menuai hasil yang sebanding bahkan lebih. Ilmu berhasil didapat, nilai bagus pasti mengikuti, dan menang dalam sebuah kompetisi adalah sebuah reward yang luar biasa nilainya. Nah, untuk teman-teman semua setelah mebaca kisah Oliv diats semoga semakin semangat dalam mengerjakan tugas dan nantinya bisa menyusul Oliv mengharumkan nama SI serta ITS di kancah kompetisi-kompetisi selanjutnya. Now, it’s your turn! :D (yoga/fi a)
Tekno
Buang Sampah di Jerman?


Jerman, negara Eropa yang sudah tidak diragukan lagi kemajuannya. Salah satunya bisa dilihat dari program pengolahan sampah yang digalakkan oleh pemerintah. Pengelolaan sampah di Jerman dimulai dari pengklasifi kasian sampah menjadi 10 kategori: 1. Sampah sisa makanan ( Biomüll ) 2. Sampah kertas, karton ( Blaue Tonne) 3. Sampah lain2 rumah tangga ( Restmüll ) 4. Sampah kemasan ( Verpackungen in Gelbe Sack) 5. Sampah gelas. Dibagi lagi sesuai warna gelasnya : bening, biru, coklat ( Weissglass, Blaueglass, Braunglass) 6. Sampah batere ( Alt Baterei ) 7. Baju bekas dan sepatu bekas 8. Sperrmüll (sampah meubel ukuran besar) 9. Sampah ukuran besar dan barang elektronik , diantar ke Wertstoffhof. 10. Sampah sisa obat-obatan
Bukti seriusnya pemerintah Jerman dalam menangani masalah sampah adalah pemberian kantung plastik berwarna kuning yang dikenal dengan nama “gelbesack” ke setiap rumah. Gelbesack digunakan untuk menampung sampah yang sifatnya bisa diolah kembali seperti kaleng, plastik dan styrofoam. Pada hari-hari tertentu
petugas Dinas Kebersihan akan datang untuk mengambil sampahsampah dalam gelbesack itu.
Untuk jenis sampah sisa makanan ( Biomüll ) ditempatkan di tong sampah berwarna coklat. Sampah gelas, dibagi kembali sesuai warna botolnya yaitu warna bening, biru dan coklat. Jika ingin membuang sampah jenis ini, perhatikan warna botol dan sesuaikan dengan warna tong sampahnya. Misalnya botol warna coklat dibuang ke tong warna coklat. Untuk sampah baju bekas dan sepatu bekas, ada ‘rumah’ tersendiri. Sampah jenis ini jika masih bisa digunakan dapat disumbang ke pihak yang lebih membutuhkan dengan ‘membuang’ ke tempat sampah khusus berwarna putih yang akan disumbangkan ke Palang Merah Jerman.
Pelanggaran terhadap kelalaian pembuangan sampah ini akan dikenakan denda. Kedisplinan tinggi yang dimiliki warga Jerman membuat proses pengelolaan sampah ini berjalan teratur. Jadi bukan hal yang tidak mungkin jika diterapkan di Indonesia. Mari, mulai dari diri sendiri dan mulai dari lingkungan kampus kita! (ekj/hn)