AsatunewsMagz #010

Page 22

LapORANUTAMA

selama empat tahun, dari tahun 1962 sampai tahun1966. Ia baru dibebaskan setelah rezim Orde Lama digusur oleh rezim Orde Baru. Bapak Bangsa yang bergelar meester in de rechten atau sarjana hukum ini mengembuskan napas terakhirnya di sebuah rumah yang sederhana di daerah Warungjati, Jakarta Selatan, pada 16 Juni 1976. Pejuang ini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, dengan upacara kebesaran militer. ASSAAT adalah pejuang cendekia yang mengawali pendidikannya di sekolah agama Adabiah di Padang. Lulus dari sana, ia melanjutkan pendidikan ke MULO Padang. Setelah lulus, ia hijrah ke Jalarta untuk melanjut ke School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau lebih dikenal sebagai Sekolah Kedokteran Jawa. Namun, karena merasa tidak cocok menjadi seorang dokter, Asssaat keluar dari STOVIA dan melanjutkan ke AMS (SMA). Minatnya terhadap persoalan hukum membawa dirinya menempuh pendidikan ke Rechts Hoge School (Sekolah Tinggi Hakim), yang merupakan cikal-bakal Fakultas Hukum Universitas Indonesia di Jakarta. Di kampus ini, Assaat aktif dalam gerakan kebangsaan Jong Sumatranen Bond dan menjadi anggota Pengurus Besar Perhimpunan Pemuda Indonesia. Ketika Perhimpunan Pemuda Indonesia bersatu dalam Indonesia Muda, dia dipercaya menjadi Bendahara Komisaris Besar Indonesia Muda.

Rasa cinta tanah airnya yang tinggi dan hasrat ingin memerdekan bangsanya membuat Assaat muda menceburkan diri ke dalam gerakan politik yang lebih besar, Partai Indonesia (Partindo), antara lain bersama Adenan Kapau Gani, Adam Malik, dan Amir Sjarifoeddin. Namun, kegiatannya itu terendus oleh Belanda, sehingga Assaat tidak diluluskan dalam ujian akhir. Menegtahui hal itu, Assaat marah. Ia keluar dari Rechts Hoge School Jakarta dan pergi ke Belanda untuk melanjutkan studinya. Di negeri penjajah negerinya itu, Assaat berhasil meraih gelar meester in de rechten dan tiba di Jakarta kembali pada tahun 1939. Di Jakarta, ia menjalankan profesi sebagai advokat sampai tentara fasis Jepang menjajah Indonesia, 1942. Pada zaman ini, Assaat diangkat menjadi Camat Gambir, kemudian menjadi Wedana Manggabesar, Jakarta. Setelah itu, pada tahun 1946 sampai 1949, Assaat menjadi Ketua Badan Pekerja KNIP, yang merupakan cikal-bakal parlemen (DPR-MPR) Indonesia dan terpilih menjadi Ketua KNIP, sampai akhirnya menjadi pemangku jabatan presiden. Assaat lahir pada 18 September 1904 di Dusun Pincuran Landai, Kanagarian Kubangputih, Banuhampu, Sumatera Barat. Ia menikah dengan Roesiah. Dari pernikahan ini, pasangan Assaat dan Roesiah dikaruniai dua orang putra dan seorang putri. Purwadi

Foto: istimewa

Mr. Assaat ketika melantik dr. Abdul Halim sebagai Perdana Menteri RI dan disaksikan oleh Sukarno, Presiden RIS.

22

ASAtunews | edisi 10/th. I/Des 2013 - JAN 2014


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.