Menara Syahbandar
Menara Syahbandar
Menara Syahbandar atau de Uitkijk adalah fasilitas pendukung
Kantor Pabean Baru (Kleine Boom). Selain menjadi kantor, bangunan ini juga menjadi
menara pengawas. Pada menara ini setiap kapal yang hendak memasuki kanal di area pusat kota harus melapor kepada Syahbandar.
Bangunan ini terletak pada Jalan
Kampung Sleko, kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara.
Menara Syahbandar terletak pada nomor 4 (sumber : Semarang beeld van een stad)
Kisaran Waktu Pendirian
Menara Syahbandar diperkirakan didirikan antara tahun 1824-1866. Perkiraan ini berdasarkan beberapa kajian serta sumber yang didapat.
Karakteristik bangunan Menara Syahbandar sesuai dengan periode arsitektur colonial yang disusun Hellen I. Jessup.
Menara Syahbandar merupakan fasilitas pendukung Kantor Pabean baru (Kleine Boom) yang didirikan oleh Belanda. Maka dari itu, bangunan ini mmepunyai ciri khas arsitektur kolonial Belanda. Dapat dilihat pada kolom klasik Greco-Roman pada kantor merupakan ciri dari karakteristik bangunan pada periode 1800-an.
Kantor Pabean Baru, sebelah Menara Syahbandar.
Contoh kolom Greco-Roman
Benteng Vijfhoek tahun 1708 Sumber : Scheepvaartmuseum: SNSM_b0032 (109) 06 [kaart 112]
Menurut peta Kota Lama Semarang
Keberadaan Menara Syahbandar terletak pada lahan yang sebelumnya terdapat bangunan Benteng Vijfhoek. Benteng ini dirobohkan pada tahun 1824 dikarenakan Orang Belanda dan orang Eropa lainnya mulai menempati pemukiman di sekitar jalan Bojong (sekarang jalan Pemuda).
Pada era ini kota lama Semarang telah tumbuh menjadi kota kecil yang lengkap. (sumber : Purwanto. L, 2005)
Bangunan Menara Syahbandar mulai terlihat pada peta tahun 1866.
Peta Kota Lama tahun 1866 Sumber : maps library leiden edu
Sumber : https://scharrelaarp3.leidenuniv.nl/view/item/772768?solr_nav%5Bid%5D=30ecd8798 c35a920c4ee&solr_nav%5Bpage%5D=62200&solr_nav%5Boffset%5D=23
Sumber : http://colonialarchitecture.eu/obj?sq=id%3Auuid%3A997998ab-d859-414a816e-077838cb5e60
Berdasarkan Sejarah Kota Lama Semarang
Pasca benteng dirobohkan, Belanda berupaya mengembangkan Kota semarang mulai dari kegiatan ekonomi, pemerintahan, hingga trasnportasi Kota Lama dijadikan pusat pemerintahan, industry serta, perdagangan. (sumber : Yulianto. D, 2019). Menara syahbandar menjadi fasilitas pendukung Kantor Pabean Baru (Kleine Boom) Dahulu kapalkapal yang hendak masuk ke Kota Semarang melalui Kali Semarang harus mendapat izin dari Menara ini. Di lokasi itulah, retribusi ditarik dari para pedagang dan sebagai tempat memantau kapal-kapal yang masuk ke Kota Semarang, khususnya mereka yang membawa berbagai barang untuk dijual di Pasar Johar. (Sumber: https://daerah.sindonews.com/berita/972287/151/kleine-boom-enuitkijk-itu-kini-nyaris-roboh) Pengembangan yang dilakukan Belanda ini diperkirakan pada tahun 1824 hingga 1866.
Rekomendasi Tindakan Pelestarian
1. Memberikan perlindungan seperti
Venesia untuk menghindari orang mencari atau mengambil keuntungan
2. Serta tidak dilakukannya pembongkaran, atau modifikasi
Venesia poin 6 karena Menara ini renovasi atau perbaikan secara signifikan foto tahun ke tahunnya sehingga keasliannya.
3. Tidak melakukan pemindahan kecuali untuk kepentingan nasional atau internasional yang sangat penting seperti poin 7 piagam Venesia. Menara ini terletak di dekat pemukiman dan jalan raya yang padat penduduk. Sehingga pemindahan dapat dilakukan jika dirasa membahayakan. Juga diperlukannya pagar tinggi mengelilingi bangunan, melihat karkteristik bangunan yang sudah rapuh sekarang.
4. Membangun museum pada lahan sebelah utara bangunan. Museum memfokuskan pada sejarah Benteng Vijfhoek serta Kota Lama Semarang. Sesuai dengan piagam Venesia poin 2, dimana Menara ini bisa menjadi studi untuk semua ilmu dan teknik, serta pengamanan warisan arsitektur.
