Artikel-Artikel Bebas 1 Arafah Pramasto Sudarsono Sastrosubroto Raja-Filosof Memimpin Negeri Utama : Idealisme Politik dalam Pemikiran Al-Farabi Oleh : Arafah Pramasto A. Sosok Intelektual Al-Farabi Cendekiawan ini bernama lengkap Abu Nasr Muhammad Al-Farabi. Ada yang menyebut silsilah lengkapnya sebagai Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tharkhan. 1 Ayahnya adalah orang Persia yang menikahi wanita Turkestan sehingga ia terkadang disebut keturunan Persia, dan terkadang disebut keturunan Turkestan. Masa kecilnya tidak begitu banyak dicatat dalam sejarah. Hal ini menyebabkan masa kecil dan remajanya masih samar-samar hingga kini. Diyakini bahwa ayahnya
yang menjadi perwira
tentara
membuatnya
sering
berpindah-pindah
tempat
tinggal.Sebelum menjadi seorang cendekiawan yang mapan pun, ia dikenal sangat bersemangata mencari ilmu meski harus pindah dari satu tempat ke tempat lain. Ia juga terkenal sangat mumpuni di bidang kebahasaan seperti bahasa Persia, Kurdistan, dan Turkestan. Kemudian a pindah ke Baghdad guna menjadi murid Abu Bisyr Mattiyus / Bisyr Matta Bin Yunus untuk belajar ilmu logika. 2 Di kota ini juga Al-Farabi mendapatkan kemantapan dalam bahasa Arab melalui bimbingan seorang ahli Nahwu, Abu Bakr As-Sarraj, sebagai imbalan pengajaran logika yang diberikan Al-Farabi padanya. Awalnya Al-Farabi tidak mengenal bahasa Yunani dan Syriac / Suriani, dimana keduanya adalah bahasa ilmu pengetahuan pada kala itu. Inilah yang menjadi alasan Al-Farabi pindah ke Harran – salah satu pusat ebudayaan Yunani di Timur Tengah – untuk belajar pada Yuhanna Bin Jilan. Tetapi tidak lama setelah ia menguasai bahasa itu, ia kembali ke Baghdad untuk kembali mendalami lagi ilmu logika. Waktunya dihabiskan untuk memberikan pengajaran dan mengulas buku-buku filsafat. Salah satu murid Al-Farabi yang terkenal adalah Yahya Bin ‘Adiy. Cendikiawan ini kemudian pindah ke Aleppo dan mendapatkan kedudukan tinggi dari pemimpin setempat. Ialah Safiuddin AlHamadani dari Bani Ikhsyid sebagai penguasa Aleppo pada 333 H. Penguasa ini pernah mengajak AlFarabi untuk mendampinginya menyerang Damaskus. Setelah berhasil, Al-Farabi amat dimuliakan. Ia menghabiskan sisa hidupnya di Damaskus dengan bertemu banyak ulama dan pemikir sebagai imbalan yang diberikan Safiuddin kepadanya. Dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa banyak karya Al-Farabi yang ditulis di masa kepindahannya dari Baghdad ke Damaskus. Periode ini dianggap sebagai titik kematangan pemikiran
1
Hanafi, Ahmad, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1990. Hal. 81 Haddad, Khalid, 12 Tokoh Pengubah Dunia, Jakarta : Gema Insani Press, 2009. Hal. 232
2