1926 & 1948 : Kata “Maaf” yang Kerap Terlupa (PKI) [Dimuat di Tribun Sumsel 2 Oktober 2017]

Page 1

Artikel Opini Kesejarahan dimuat di Tribun Sumsel 2 Oktober 2017 1926 & 1948 : Kata “Maaf” yang Kerap Terlupa Oleh : Arafah Pramasto,S.Pd.1 Marak terdengar beberapa waktu terakhir mengenai polemik pemutaran kembali film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI (1984) besutan sutradara Arifin C. Noer. Polemik yang muncul ikut membawa isu-isu seperti kekhawatiran akan kebangkitan kembali Partai Komunis Indonesia, substansi film yang dianggap penuh propaganda Orde Baru, “pelurusan” sejarah kejadian tersebut, hingga pada masalah haruskah pemerintah “meminta maaf” pada korban-korban penumpasan PKI pasca tragedi itu. Tanpa mengelak dari fakta kesejarahan bahwa pastinya para korban mengalami rasa sakit yang mendalam, terutama yang terjadi pada mantan anggota PKI, konsekuensi yang diterima oleh anak-istri mereka, maupun kepada mereka yang dituduhkan tanpa sebab ; sesungguhnya secara adil kata “Maaf” perlu kita telusuri lagi pada rentang sejarah yang lebih ke belakang dari tahun 1965. Dengan itu, kita dapat melihat tentang eksistensi paham Komunisme dan beban sejarah yang mereka tinggalkan bahkan sebelum prahara 1965 terjadi. Tahun 1926 dan 1948 menjadi lingkup temporal dua kejadian di mana kata “Maaf” dari bangsa ini kerap terlupa. Bukan kali pertama bangsa ini menyaksikan pemberontakan Komunis. Hampir empat puluh tahun sebelum terjadi G30S PKI, pada 12 November 1926 pecahlah pemberontakan Partai Komunis Indonesia yang didasarkan pada keputusan anggota Hoofd Bestuur (Komite Sentral) dalam Pertemuan Prambanan 25 Desember 1925. Hingga bulan Mei 1925, PKI memang berhasil menggerakkan pemogokan di Batavia dan kota-kota lainnya, surat kabar afiliasi mereka (Api, Merdeka, Proletar, dll.) ikut semakin frontal menyerang pemerintah kolonial. Pemberontakan 1926 dimulai dari Kampung Karet (Batavia), 200 orang bergerak ke kota bersenjata tajam maupun senjata rampasan. Dua reserse Belanda dilumpuhkan, menduduki Kantor Telepon, menyerbu pos polisi, juga menyerang orang yang dianggap feodal. Menyebarlah pemberontakan pertama yang dilakukan oleh sebuah gerakan organisasi dalam sejarah Indonesia ini hingga ke Jawa Barat, Banyumas, Solo, Kediri, dan Sumatera Barat. Baru pada Desember 1926 pemberontakan itu akhirnya dapat dipadamkan. Tan Malaka dalam tulisannya berjudul Thesis (1946) sebagai tokoh berpaham Kiri sama sekali tidak mendukung pemberontakan itu, ia mengutipkan pidato Stalin sebagai pemimpin

1

History Blogger dan Penulis Lepas


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
1926 & 1948 : Kata “Maaf” yang Kerap Terlupa (PKI) [Dimuat di Tribun Sumsel 2 Oktober 2017] by Arafah Pramasto, S.Pd. - Issuu