
7 minute read
Suhu dan Presipitasi Global Desember 2016 : Suhu Terpanas dalam 137 Tahun Terakhir
Informasi tentang kondisi atmosfer sesaat, baik dalam skala jam, hari, bulan maupun tahun memiliki potensi untuk menjelaskan proses yang terjadi di atmosfer, meskipun kadang diperlukan data lain sebagai penunjang. Gambar 1 menunjukkan anomali dan persentil temperatur. Peta anomali di sebelah kiri merupakan produk dari analisis anomali suhu permukaan gabungan darat dan laut (Global Historical Climatology Network, GHCN) dan suhu muka laut (ERSST.v4) yang dipublikasikan dalam Huang et al. (2016). Peta persentil di sebelah kanan adalah anomali suhu pengamatan untuk beberapa lokasi tertentu dan waktu tertentu sebagai tambahan informasi. Anomali dan rangking suhu darat, laut dan gabungan darat dan laut diperlihatkan pada Tabel 1.
Suhu Desember 2016 Suhu rata-rata permukaan global Desember 2016 baik di daratan maupun di lautan merupakan ketiga terbesar dalam rentang waktu 137 tahun pengamatan. Suhu bulan Desember 2016, 0,79°C (1,42°F) di atas rata-rata abad 20 yaitu 12,2°C (54,0°F). Nilai ini, sedikit lebih kecil dibandingkan suhu Desember 2015. Desember terpanas kedua adalah Desember tahun 2014, sehingga Desember 2014, Desember 2015 dan Desember 2016 menjadi tiga Desember terpanas.
Advertisement
Suhu Daratan
Suhu global rata-rata permukaan daratan bulan Desember 2016, 1,28°C (2,30°F) lebih tinggi dibandingkan rata-rata abad 20 yaitu 3,7°C (38,7°F). Ini merupakan suhu global daratan tertinggi keenam. Nilai ini juga lebih kecil dibandingkan suhu daratan Desember tahun lalu. Suhu permukaan menjadi lebih panas jika dibandingkan dengan suhu permukaan rata-rata terdapat di Mexico selatan, sebagian Afrika tengah dan selatan, Asia selatan dan Asia tenggara. Beberapa negara melaporkan hal serupa, seperti: Norwegia melaporkan suhu bulan Desember sebesar 4,6°C (8,3°F) lebih tinggi dibandingkan rata-rata 1961–1990, menjadikannya sebagai Desember terpanas ke sepuluh dalam kurun waktu 117 tahun pengamatan.
DESEMBER 2016
Suhu rata-rata permukaan global Desember 2016 baik di daratan maupun di lautan merupakan ketiga terbesar dalam rentang waktu 137 tahun pengamatan. Tulisan ini merupakan rangkuman dari Global Analysis Desember tahun 2016 yang dirilis oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dalam State of the Climate: Global Analysis for December 2016, yang dipublikasikan pada Januari 2017 yang menjelaskan fenomena suhu terpanas Desember 2016.


Gambar 1 Peta anomali dan persentil suhu bulan Desember 2016 (Sumber: GHCN dan ERSST.v4)
Beberapa lokasi di Norwegia utara dengan elevasi tinggi tercatat panas dengan suhu 6°–7°C (11°–13°F) di atas rata-rata bulanan. Denmark mengalami Desember terpanas ke enam sejak 143 tahun pengamatan, 3,3°C (5,9°F) di atas rata-rata 1961–1990 dan 1,9°C (3,4°F) di atas rata-rata abad terakhir (2006–2015). Denmark juga mengalami Desember lebih panas dibandingkan November dalam suhu absolutnya, kejadian pertama sejak 1988. Inggris dilaporkan mengalamai Desember terpanas ke delapan sejak 1910, dengan suhu rata-rata 2,0°C (3,6°F) lebih tinggi dibandingkan rata-rata 1981–2010. Sebagian Skotlandia mengalami anomali suhu 3°C (5°F).
Tabel 1 Anomali suhu Desember 2016
DESEMBER ANOMALi RANGKING ke OBSERVASI °C °F (dalam 137 tahun) TAHUN °C °F Global Darat +1.28 ± 0.11 +2.30 ± 0.20 Terpanas 6 2015 1.88 3.38 Terdingin 132 1929 -1.31 -2.36 Laut +0.61 ± 0.15 +1.10 ± 0.27 Terpanas 4 2015 0.84 1.51 Terdingin 134 1910 -0.48 -0.86 Darat dan Laut +0.79 ± 0.14 +1.42 ± 0.25 Terpanas 3 2015 1.12 2.02 Terdingin 135 1916 -0.57 -1.03 Belahan bumi utara Darat +1.33 ± 0.11 +2.39 ± 0.20 Terpanas 8 2015 2.06 3.71 Terdingin 130 1929 -1.62 -2.92 Laut +0.70 ± 0.15 +1.26 ± 0.27 Terpanas 3 2015 0.97 1.75 Terdingin 135 1892, 1910 -0.46 -0.83 Darat dan laut +0.94 ± 0.13 +1.69 ± 0.23 Terpanas 4 2015 1.38 2.48 Terdingin 134 1917 -0.74 -1.33 Belahan bumi selatan Darat +1.13 ± 0.12 +2.03 ± 0.22 Terpanas 2 2015 1.41 2.54 Terdingin 136 1903 -0.84 -1.51 Laut +0.55 ± 0.15 +0.99 ± 0.27 Terpanas 5 2015 0.75 1.35 Terdingin 133 1910 -0.5 -0.9 Darat dan laut +0.64 ± 0.14 +1.15 ± 0.25 Terpanas 4 2015 0.85 1.53 Terdingin 134 1909, 1910 -0.52 -0.94
Suhu rata-rata di Australia pada Desember 2016 adalah 0,71°C (1,28°F) di atas rata-rata 1961–1990. Pada umumnya anomali suhu yang tinggi ini disebabkan suhu yang tinggi pada malam hari sebesar; 0,96°C (1,73°F) di atas rata-rata. Kondisi ini merupakan terpanas ke tujuh sejak 1910.
Ada dua hal penting yang dapat disarikan dari informasi di atas untuk diaplikasikan di wilayah Indonesia. Pertama bahwa kenaikan suhu di bulan Desember sudah terjadi beberapa kali. Ini menunjukkan bahwa sedang terjadi sebauh proses dan atmosfer di beberapa wilayah dunia mengadaptasi dengan kenaikan suhu di bulan Desember. Hasil akhir proses tersebut belum bisa dipastikan. Pemantauan data perlu dilakukan terus menerus, termasuk di Indonesia meskipun nilai anomali suhu rendah. Mungkin akan terjadi pemanasan yang lebih tinggi atau mungkin suhu kembali menuju normal. Kedua, Indonesia dapat menggunakan informasi ini sebagai peringatan untuk melakukan adaptasi terhadap kenaikan suhu atau menggunakan ini sebagai acuan untuk pengelolaan data atmosfer yang lebih baik, dalam arti kualitas dan kuantitas,. Kuantitas artinya menyebarluaskan instrumen-instrumen pengamat cuaca/iklim di seluruh wilayah Indonesia.Kualitas artinya pengamatan yang berkesinambungan.
Suhu Lautan Anomali suhu lautan global bulan Desember 2016 adalah 0,61°C (1,10°F) di atas rata-rata abad 20 sebesar 15,7°C (60,4°F), ke empat terbesar setelah Desember 2015, 0,23°C (0,41°F). Desember 2009 dan Desember 2014 lebih panas daripada Desember 2016, berturutturut menduduki rangking ke dua dan ketiga. Sebagian besar lautan mengalami suhu panas sampai sangat panas dibandingkan rata-rata yang tercatat di laut Norwegia dan laut Barents di Artik, sebagian Atlantik tengah, sebagian barat laut lautan Hindia sepanjang pantai Afrika timur dan wilayah-wilayah kecil yang tersebar di lautan Pasifik. Suhu yang lebih dingin dibandingkan rata-rata teramati di timur laut dan barat laut lautan Pasifik, bagian selatan Pasifik, perairan Atlantik utara sampai Greenland bagian selatan dan beberapa wilayah di lautan Hindia sebelah barat Australia.
Menurut NOAA's Climate Prediction Center, transisi menuju normal diharapkan terjadi pada Februari 2017, sampai pertengahan tahun 2017. Ramalan ini khusus untuk suhu permukaan laut antara 5°LU dan 5°LS, 170°BB sampai 120°BB, yang dikenal sebagai wilayah Niño 3.4. Untuk Indonesia, naiknya suhu permukaan Lautan Pasifik dan Hindia harus menjadi peringatan atau paling tidak catatan, mengingat dua lautan ini paling dekat dengan wilayah Indonesia dan cenderung mempengaruhi atmosfer Indonesia.
Suhu Rata-rata Tahun 2016 (Januari–Desember 2016) Peta anomali suhu Januari–Desember 2016 (Gambar 2) memperlihatkan suhu tinggi dibandingkan rata-rata terjadi hampir merata diseluruh permukaan bumi selama tahun 2016, dengan suhu rata-rata tahunan 0,94°C (1,69°F) di atas rata-rata suhu abad 20 (Gambar 3, diperlihatkan dalam time series). Anomali suhu tahun sebelumnya (2015) tercatat sebesar 0,04°C (0,07°F). Suhu global dipengaruhi oleh El Niño yang mulai nampak di awal tahun, kemudian melemah pada musim semi sampai musim gugur digantikan oleh La Niña lemah.


Gambar 2 Peta anomali dan persentil suhu rata-rata bulan Januari sampai dengan Desember 2016 (Sumber: GHCN dan ERSST.v4)


Gambar 3. Time series anomali suhu tahunan untuk darat dan laut (kiri) dan global (kanan) Presipitasi
Anomali presipitasi pada bulan Desember 2016 bervariasi secara signifikan di seluruh permukaan bumi, seperti diperlihatkan pada Gambar 4. Informasi di beberapa negara diuraikan di bawah ini. Norwegia mengalami Desember yang panas dan basah. Presipitasi bulan Desember 150 % di atas rata-rata setempat. Norwegia bagian utara menerima 250 sampai 300 % presipitasi. Sebaliknya di beberapa lokasi di Norwegia selatan presipitasi lebih kecil 25 % dibandingkan ratarata setempat. Austria mengalami kekeringan di beberapa wilayahnya seperti sebelah selatan Alpinmulai Tyrol timur sampai Burgenland selatan. Wilayah yang paling basah yaitu Puchberg hanya menerima 62 % presipitasi dibandingkan rata-ratanya. Serupa dengan Austria, Perancis mengalami kekeringan dengan presipitasi rata-rata hanya 20 % dari rata-ratanya. Australia serupa dengan Norwegia yang mengalami kenaikan presipitasi 176 % sampai 271 % di atas rataratanya.


Gambar 4 Anomali dan persentil presipitasi bulan Desember 2016
Peta pada gambar 4 menunjukkan persentase presipitasi terhadap normal (kiri, berdasarkan standar rata-rata tahun 1961–1990 dan persentil presipitasi (berdasarkan periode pengamatan). Sumber data dari stasiun permukaan GHCN. Kondisi curah hujan (presipitasi) pada bulan Desember 2016 tidak terdeteksi statusnya apakah lebih kering atau lebih basah, karena data presipitasi GHCN di wilayah Indonesia kosong. Data presipitasi wilayah Indonesia bisa diperoleh dari Tropical Rainfall Measurement Mission (TRMM) pada alamat web berikut: https://trmm.gsfc.nasa.gov/trmm_rain/Events/ dan https://mirador.gsfc.nasa.gov/cgi-bin/mirador/. Data TRMM adalah data sekunder, bukan data insitu. Berdasarkan data TRMM (Gambar 5) terjadi penurunan curah hujan terhadap rata-rata (Gambar 6) di daratan Sumatera, Kalimantan, sebagian Sulawesi, dan sebagian Jawa Timur. Curah hujan di Pulau Irian relatif tetap. Untuk di lautan sekitar Indonesia, curah hujan hampir tidak berubah. Analisis serupa perlu dilakukan untuk wilayah Indonesia, dapat berskala propinsi, bahkan jika memungkinkan sampai area terkecil dalam skala meteorologi (beberapa meter), dengan data insitu. Nilai rata-rata untuk Indonesia sendiri maupun untuk global akan semakin valid jika sampel data semakin banyak. Sekali lagi, informasi seperti ini berguna untuk melakukan mitigasi terhadap bencana yang kemungkinan terjadi dan melakukan adaptasi terhadap perubahan yang sudah terjadi.
Gambar 5 Curah hujan bulan Desember 2016 (Sumber: dimodifikasi dari https://mirador.gsfc.nasa.gov/cgi-bin/mirador/)

Gambar 6 Curah hujan bulan Desember rata-rata tahun 1998 sampai dengan 2010 (Sumber dimodifikasi dari https://trmm.gsfc.nasa.gov/trmm_rain/Events/)

(Penulis : Ina Juaeni, Peneliti PSTA, inajuaeni@yahoo.com)